bab i pendahuluan a. alasan pemilihan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Penelitian ini berjudul “Peran Modal Sosial Dalam Pelestarian Budaya
Lokal.” Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti peran modal sosial dalam
masyarakat desa Jatinom terhadap perayaan upacara tradisional Yaaqowiyyu di
Kelurahan Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Terdapat
beberapa hal yang melandasi pemilihan judul diatas:
Aktualitas
Modal sosial merupakan salah satu sumber daya sosial yang ada pada
masyarakat. Modal sosial memiliki peran melalui berbagai mekanismenya seperti
kerjasama atau gotong royong, kepercayaan, jaringan, norma, nilai. Mekanisme
tersebut mempererat hubungan antar masyarakat dan nantinya akan memperkuat
keharmonisan dan keselarasan hidup di dalamnya. Kepercayaan yang terjalin antar
anggota masyarakat akan menambah kuatnya kerjasama sehingga dapat mempertegas
nilai dan norma yang telah mengakar. Nilai dan norma ini akan dapat digunakan
untuk membentuk visi, misi atau tujuan dalam masyarakat. Modal sosial yang kuat
akan membuat masyarakat untuk saling mempercayai, membantu serta mempererat
hubungan antar anggotanya. Modal sosial juga berperan untuk mempertahankan dan
mengingatkan nilai serta norma dalam masyarakat. Nilai – nilai dan norma
2
merupakan cerminan dari masyarakat sehingga modal sosial akan membantu dalam
menjaganya, selain itu masyarakat akan menjadi salah satu actor penting dalam
modal sosial tersebut.
Modal sosial sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Peran modal sosial
dalam masyarakat sangat penting salah satunya menjaga kestabilan didalam
masyarakat itu sendiri. Dengan saling bekerjasama satu dengan yang lainnya maka
akan dapat menjaga nilai – nilai serta norma yang ada dalam masyarakat. Modal
sosial berperan dalam membantu masyarakat untuk dapat saling percaya dan
bekerjasama sebagai upaya mempertahankan budaya lokal agar dapat lestari dan tidak
tergoyahkan menghadapi tantangan zaman. Masyarakat yang saling percaya akan
menghasilkan suatu hubungan timbal – balik dan tukar – menukar kebaikan, hal ini
merupakan salah satu faktor dari terbentuknya ikatan emosional yang kuat dari dalam
masyarakat. Bila tiap inividu dapat saling tukar – menukar kebaikan dan saling
percaya satu sama lain, maka landasan bermasyarakat akan semakin kokoh dan visi
misi yang tercipta akan semakin terjaga. Masyarakat akan saling bekerjasama untuk
mempertahankan dan menjaga nilai dan norma serta visi dan misi bersama.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada modal sosial yang ada pada
masyarakat Jatinom saat perayaan upacara tradisional Yaaqowiyyu. Masyarakat
Jatinom mampu mempertahankan keberadaan mereka dan terus membuat apem dan
menyetorkannya pada perayaan Yaaqowiyyu. Melihat hal ini, peneliti ingin meneliti
tentang peran modal sosial masyarakat desa Jatinom terhadap keberadaan
3
Yaaqowiyyu. Di dalam masyarakat desa Jatinom, modal sosial merupakan hal yang
telah lama mengikat kuat dan menjadi salah satu ciri warganya, maka dari itu peneliti
ingin meneliti proses atau keterkaitan modal sosial dalam upacara tradisional
Yaaqowiyyu.
Orisinalitas
Modal sosial merupakan topik yang belakangan ini marak dibicarakan. Modal
sosial dipercaya sebagai salah satu sumber daya sosial yang keberadaannya
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu banyak pihak yang tertarik
untuk melakukan kajian terhadap studi ini, diantaranya:
- Dinamika Modal Sosial Dalam Pengembangan Koperasi (Studi Kasus
Pada Koperasi Wanita Anggrek Mekar Minomartani Ngangklik Sleman
Yogjakarta). Penelitian ini merupakan skripsi dari Reni Shintasari
mahasiswa jurusan PSDK, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada pada tahun 2011. Dalam penelitian ini mengaji
tentang dampak modal sosial dalam pengembangan koperasi. Modal sosial
digunakan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan koperasi.
- Modal Sosial Dalam Perkembangan Industri Kecil (Studi Kasus Pada
Industri Konveksi Di Dusun Mlangi, Nogotirta, Gamping, Sleman,
Yogjakarta). Penelitian ini merupakan skripsi dari Safitri Ana, mahasiswi
jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
4
Gadjah Mada pada tahun 2009. Penelitian ini mengaji tentang dinamika
serta dampak modal sosial dalam perkembangan industri kecil (konveksi).
- Manajemen Objek dan Daya Tarik Wisata Upacara Tradisional
Yaaqowiyyu di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Tugas akhir ini
ditulis oleh Yull Yana Indah Yani mahasiswi Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata, Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta tahun
2010. Penelitian ini mengkaji tentang manajemen pengelolaan obyek dan
daya tarik wisata upacara tradisional Yaaqowiyyu sebagai event wisata
unggulan.
Penelitian ini memiliki orisinalitas, karena sampai saat ini penelitian yang
berkaitan dengan peran modal sosial masyarakat desa Jatinom pada saat upacara
tradisional Yaaqowiyyu belum pernah ada. Meskipun terdapat penelitian yang
berkaitan dengan modal sosial ataupun tentang perayaan Yaaqowiyyu namun isi dan
fokus berbeda. Penelitian yang lain hanya membahas manajemen dan daya tarik
wisata upacara tradisional Yaaqowiyyu atau tentang dinamika modal sosial dalam
beberapa periode atau dampak modal sosial itu sendiri. Fokus penelitian ini mengenai
bagaimana keterkaitan modal sosial dalam masyarakat desa Jatinom pada saat
perayaan Yaaqowiyyu. Dibanding dengan penelitian – penelitian sebelumnya,
penelitian ini tentu berbeda karena disini membahas modal sosial yang telah ada sejak
lama yang terkadang merupakan kebiasaan – kebiasaan kecil ternyata dapat
berdampak pada keberadaan dan dukungan masyarakat pada saat perayaan upacara
5
tradisional Yaaqowiyyu. Yaaqowiyyu tetap ada tiap tahunnya dengan dukungan dari
berbagai pihak terutama dari masyarakat. Walaupun terdapat perubahan zaman,
adanya globalisasi, modernisasi tapi masyarakat terus mendukung dan berpartisipasi
dalam kegiatan Yaaqowiyyu.
Relevansi Dengan Ilmu Pembangunan Sosial Dan Kesejahteraan
Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan ilmu multidisipliner
dan applied science yang salah satunya mempelajari hubungan antar manusia dan
antar kelompok dalam suatu masyarakat. Ilmu Pembangunan Sosial dan
Kesejahteraan memiliki 3 fokus studi, yaitu Social Policy, Community Development,
dan Coorporate Social Responcibility. Community Development salah satu unsur
pokok adalah masyarakat, pemberdayaan sosial dalam masyarakat penting dilakukan
untuk menguatkan ikatan antar masyarakat. Hal tersebut tentunya berguna dalam
memecahkan masalah sosial yang ada. Masyarakat diharapkan dapat aktif untuk
memecahkan sendiri masalahnya karena masyarakat yang mengalami, merasakan
masalah tersebut maka dari itu masyarakat juga yang paling tahu pemecahan terbaik
seperti apa. Dalam community development hubungan antar individu dan komunitas
menjadi salah satu kunci untuk membangun masyarakat yang kuat dan stabil. Dalam
membangun masyarakat tentunya tidak akan pernah luput dari adanya budaya dan
modal sosial. Community development juga menekankan nilai – nilai budaya dan
modal sosial dalam perkembangannya agar masyarakat tidak kehilangan jati diri.
6
Keberadaan budaya ini mempengaruhi keberlangsungan dan pola – pola dalam
masyarakat.
Pada masyarakat Jatinom hubungan antar individu serta antar kelompok
masih erat. Masyarakatnya masih mementingkan kebersamaan, pola hubungan
kekeluargaan, saling percaya serta masih saling tukar – menukar kebaikan dalam
kehidupan sehari – hari dan semuanya terangkum dalam modal sosial yang masih
kuat di masyarakat Jatinom.
B. Latar Belakang
Tradisi budaya lokal merupakan hal penting di kehidupan bermasyarakat.
Tercipta akibat adanya interaksi serta tumbuh dan berkembang dalam waktu yang
lama di masyarakat. Dengan rentang waktu yang lama tersebut maka tradisi budaya
lokal berkaitan dengan sejarah serta riwayat masa lalu. Maka dari itu budaya dapat
membantu mengetahui jati diri, dan pengetahuan tentang masyarakat dari suatu
daerah. Budaya sendiri menurut James P. Spradley adalah culture is the acquired
knowledge that people use to interperet experience and to generate social behavior…
We speak of them as cultural knowledge, cultural behavior, and cultural artefacts.1
Budaya diperoleh dari pengetahuan dalam memahami pengalaman masyarakat yang
nantinya menghasilkan tingkah laku sosial.. masyarakat menyebutnya sebagai
pengetahuan budaya, tingkah laku budaya dan peradapan budaya
1 Tamanggor Rusman – Kholis Ridho – Nurochim, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta:
Kencana, 2012), 24
7
Dengan demikian budaya adalah akumulasi dari pengetahuan masyarakat
yang kemudian menjadi sebuah acuan dalam bertindak. Pengetahuan masyarakat ini
bersumber dari pengalaman, riwayat atau sejarah, tujuan serta nilai – nilai yang ada.
Pengetahuan masyarakat tersebut kemudian yang melatarbelakangi adanya budaya di
suatu daerah atau disebut sebagai budaya lokal. Dalam budaya lokal tumbuh kearifan
lokal sebagai wujud pengetahuan dan nilai – nilai bermasyarakat. Dengan adanya
budaya lokal menjadi sebuah pembeda antar masyarakat dan daerah. Budaya tiap
daerah tentu berbeda – beda karena memiliki aspek nilai, serta sejarah masyarakat
yang tak sama. Hal ini menjadi salah satu keanekaragaman budaya yang patut
dibanggakan.
Budaya lokal adalah identitas suatu masyarakat dan bangsa sehingga
keberadaanya harus dilindungi dan dijaga keasliannya. Jauh sebelum adanya
Konvensi UNESCO 16 November 1972 serta UU Cagar Budaya no 5 tahun 1992 dan
no 11 tahun 2010 terkait pelestarian warisan budaya dikeluarkan, kesadaran akan
pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya dari leluhur telah dilakukan
oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat sadar atau tidak sadar telah melakukan
pelestarian warisan budaya karena merupakan peninggalan yang dipercayakan kepada
mereka dari leluhur. Hal ini terlihat bagaimana masyarakat memberikan dukungan
dan berpartisipasi atas adanya upacara – upacara tradisional dan rangkaian kegiatan
budaya lokal seperti pada masyarakat desa Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten
Klaten pada saat upacara tradisional Yaaqowiyyu. Yaaqowiyyu merupakan rangkaian
8
kegiatan turun – temurun yang dilakukan untuk mengingat jasa Ki Ageng Gribig
dalam menyebarkan agama Islam. Ki Ageng Gribig adalah seorang ulama besar yang
masih keturunan Brawijaya, dan salah satu wilayah dakwahnya adalah Klaten. Beliau
sangat dihormati oleh masyarakat atas dakwahnya terkait dengan Islam dan salah satu
tokoh yang berpengaruh karena menjadi salah satu kepercayaan Sultan Agung.
Upacara tradisional ini selalu diadakan tiap bulan Safar minggu kedua. Budaya ini
secara rutin terus diadakan tiap tahun. Puncak kegiatan Yaaqowiyyu sendiri adalah
pelemparan apem. Apem dijadikan symbol penting dalam upacara ini, karena Ki
Ageng Gribig dulu selepas pulang haji membagi – bagikan kue tersebut untuk kerabat
dan masyarakat. Tradisi membagi – bagikan apem itulah yang kini tiap tahun
diperingati untuk mengenang dakwah dan jasa Ki Ageng Gribig. Pada intinya upacara
tradisional ini adalah suatu rangkaian kegiatan dalam mengingat Ki Ageng Gribik
sekaligus melestarikan ajarannya yaitu untuk terus memohon kepada Allah SWT agar
diberikan keselamatan dan kemudahan dalam mencari rizki serta senantiasa
dilindungi dan diberkahi dalam kehidupan sehari – hari.
Dari tahun 1952 masyarakat bersama – sama dengan tokoh masyarakat telah
merancang pembukaan keramaian Yaaqowiyyu agar upacara tradisional ini lestari
dan makin dikenal oleh publik. Selain itu masyarakat juga dengan tulus ikhlas
menceritakan dan mencurahkan pikiran – pikiran serta usahanya untuk memberikan
keterangan dan penjelasan terkait Yaaqowiyyu kepada masyarakat luas agar
perayaan ini semakin dikenal. Upaya masyarakat dalam melindungi budaya lokal pun
9
kian terbantu sejak pemerintah Klaten ikut melibatkan diri. Dikeluarkannya Surat
Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Klaten dengan nomor 556.1/1277/1986
tanggal 6 September 1986 tentang pembentukan kepanitiaan Perayaan Yaaqowiyyu
menjadi bukti kesungguhan pemerintah untuk turut berpartisipasi dan menjaga
kelestarian budaya lokal tersebut. Dengan adanya UU tersebut artinya manajemen
Perayaan Upacara Tradisional Yaaqowiyyu tidak lagi ditangani oleh masyarakat
Jatinom melainkan telah diambil alih oleh pemerintah khususnya dipercayakan pada
Dinas Pariwisata. Manajemen yang dilakukan meliputi unsur perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Hal ini menandai bahwa Upacara
tradisional Yaaqowiyyu telah menjadi tanggung jawab pemerintah tepatnya oleh
Dinas Pariwisata. Untuk melancarkan kegiatan Yaaqowiyyu ini dinas pariwisata
membentuk susunan kepanitiaan tiap tahunnya. Kepanitiaan ini terdiri dari lingkup
organisasi, pemerintah Kabupaten Klaten, Kecamatan Jatinom dan instansi desa
Jatinom yang nantinya akan dipertanggung jawabkan kepada Dinas Pariwisata
Klaten. Masyarakat dengan pemerintah kemudian bersama – sama menjaga dan
melestarikan tradisi budaya lokal yang ada.
Keberadaan masyarakat pada pelaksanaan budaya lokal didasari oleh adanya
rasa tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan dan kepemilikian akan budaya
lokal tersebut. Budaya lokal adalah cerminan diri masyarakat sehingga apabila pupus
akan mempengaruhi nilai – nilai dalam masyarakat. Tradisi budaya lokal merupakan
bagian dari masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Hingga kini masyarakat bersama
10
dengan pemerintah terus melakukan pelestarian budaya lokal dan hasilnya ini tampak
dari Yaaqowiyyu yang diadakan setiap tahun dan makin marak pengunjung.
Dukungan masyarakat akan pelaksanaan Yaaqowiyyu terlihat dari pembuatan apem
Yaaqowiyyu oleh masyarakat. Dari sebelum ada UU terkait pelaksanaan Yaaqowiyyu
masyarakat telah mandiri melaksanaan pembuatan apem secara sukarela untuk
pelaksanaan Yaaqowiyyu. Masyarakat Jatinom ikhlas membuat apem untuk
kepentingan pelaksanaan Yaaqowiyyu. Keberadaan masyarakat pada saat
Yaaqowiyyu berlangsung ini sangat kuat. Pada tahun 2012 jumlah apem yang disebar
mencapai 4 ton atau setara dengan 24.000 kue yang berasal dari berbagai pihak.
Selain pemerintah memfasilitasi, warga Jatinom dan sejumlah warga Jatinom di
perantauan dinilai banyak yang berpartisipasi menyumbang.2 Sedangkan pada tahun
2013 jumlah apem yang disebar tetap sama yaitu sebesar 4 ton. Masyarakat membuat
dan memberikan kue apem setiap tahunnya. Di tiap rumah atau tiap kepala keluarga
biasanya menyediakan apem sesuai yang mereka mampu, apabila ada yang tidak
dapat menyetorkan kue apemnya pun tidak dijadikan masalah, namun masyarakat
Jatinom sendiri terkadang menganggap “wajib” dalam membuat apem karena ini
merupakan tradisi turun – menurun yang telah dipercayakan dari generasi ke
generasi. Kegiatan membuat apem ini dinilai wajb bagi masyarakat sebagai upaya
pelestarian Yaaqowiyyu itu sendiri. Tidak hanya masyarakat Jatinom saja yang
membuat dan menyumbang, masyarakat dari luar Jatinom atau masyarakat Jatinom
2 http://www.solopos.com/2012/12/17/240-000-apem-akan-disebar-peringatan-Yaaqowiyyu-
akan-lebih-semarak-359100 diakses 12/2/2013 pukul 2.32
11
yang berada di luar kota juga aktif dalam membuat dan memberikan apem tiap
tahunnya. maka tak heran bila total apem yang disebar mencapai 4 ton jumlahnya.
Yaaqowiyyu adalah salah satu tradisi budaya lokal yang hingga saat ini
mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat dan pemerintah. Partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan Yaaqowiyyu ini tercermin dari apem yang dibuat.
Yaaqowiyyu memiliki makna yang mendalam karena memiliki nilai dan menyimpan
sejarah dari masyarakat Jatinom, sehingga masyarakat bersama – sama mendukung
dan berpartisipasi. Desa Jatinom merupakan salah satu desa di Kecamatan Jatinom
dan merupakan desa tempat Yaaqowiyyu diadakan. Pada saat Yaaqowiyyu diadakan
masyarakat desa Jatinom sebelumnya akan melakukan bersih desa untuk menyambut
perayaan tersebut. Kegiatan bersih desa tersebut menjadi salah satu bukti bahwa
masyarakat masih memegang tradisi budaya gotong royong. Selain itu pengambilan
keputusan dilakukan dengan musyawarah, hal ini tampak dengan adanya pertemuan –
pertemuan desa dalam membahas masalah di desa dan kegiatan Yaaqowiyyu.
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu
sehingga terdapat relasi sosial yang terpola dan terorganisir.3 Masyarakat desa
Jatinom tentunya memenuhi definisi tersebut. Masyarakat desa Jatinom selalu
berinteraksi secara berkelanjutan, hal ini tampak dari tradisi budaya lokal
Yaaqowiyyu yang merupakan hasil dari interaksi masyarakat dalam waktu lama yang
terpola dan terorganisir. Dalam interaksinya masyarakat desa Jatinom tentunya
3Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 25
12
melahirkan nilai – nilai dalam masyarakat yang diantara nilai – nilai tersebut adalah
tradisi musyawarah dan gotong royong, toleransi serta solidaritas.
Tradisi musyawarah dan gotong royong tersebut mencerminkan adanya
interaksi dan solidaritas yang baik. Tradisi musyawarah warga dapat dilihat saat
pertemuan rutin baik antar rw/ rt, sedangkan tradisi gotong royong dapat dilihat dari
hajatan – hajatan atau kegiatan – kegiatan desa seperti pernikahan, kerja bakti bersih
desa, dll. Tradisi gotong royong dan dan musyawarah juga terlihat pada saat
Yaaqowiyyu diadakan. Yaaqowiyyu yang mendapatkan dukungan masyarakat
tentunya akan membuatnya terjaga. Masyarakat desa Jatinom selama ini aktif dalam
kegiatan Yaaqowiyyu. Dari dulu hingga sekarang dukungan dan keberadaan
masyarakat desa Jatinom dalam Yaaqowiyyu masih sama yaitu untuk menjaga dan
melestarikan Yaaqowiyyu. Masyarakat desa Jatinom bersama – sama saling bekerja
sama untuk mewujudkannya. Pelestarian Yaaqowiyyu ini kemudian menjadi tujuan
bersama masyarakat desa Jatinom. Masyarakat desa Jatinom memiliki modal sosial
guna mendukung upaya pelestarian Yaaqowiyyu ini. Modal sosial merupakan suatu
sumber daya yang ada dari dalam masyarakat yang keberadaannya kerap dijadikan
sebagai perekat hubungan antar anggota masyarakat. Modal sosial berbeda dengan
modal atau sumber daya lainnya. Modal sosial tumbuh dan berkembang tergantung
pada kualitas di dalam masyarakat. tradisi gotong royong dan musyawarah
merupakan salah satu contoh dari adanya modal sosial.
13
Sampai saat ini masyarakat dan pemerintah bekerja sama dalam melestarikan
budaya lokal, modal sosial seperti apa yang mampu mempertahankan keberadaan dan
dukungan masyarakat pada saat Yaaqowiyyu dilaksanakan, bagaimana peran modal
sosial terhadap budaya lokal Yaaqowiyyu tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk meneliti ini. Hal – hal diatas menarik perhatian dan melatar belakangi peneliti
untuk melakukan penelitian mengenai peran modal sosial.
C. Perumusan Masalah
Pemerintah dari tahun 1986 telah mengambil alih pelaksanaan Yaaqowiyyu
namun masyarakat desa Jatinom tetap mau dan mampu berpartisipasi meskipun
hanya dengan melakukan sadaqoh apem, untuk itu rumusan masalah yang melandasi
penelitian ini adalah,
- Bagaimanakah peran modal sosial pada masyarakat Desa Jatinom, Kecamatan
Jatinom, Kabupaten Klaten terhadap perayaan Upacara Tradisional
Yaaqowiyyu?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian memiliki tujuan untuk meneliti suatu masalah yang
kemudian digunakan sebagai acuan agar penelitian yang dilakukan memiliki arah
yang jelas dan sistematis. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
14
a. Tujuan Operasional
Tujuan operasional dalam penelitian ini untuk memberikan
kontribusi bagi pengembangan unsur keilmuan Jurusan
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan terutama pada variasi dalam
penelitian Modal Sosial (Social Capital).
b. Tujuan Substantial
Tujuan substantial berkaitan dengan menjawab rumusan masalah
penelitian, yaitu :
Untuk mengetahui peran modal sosial pada masyarakat terhadap
perayaan upacara tradisional Yaaqowiyyu di Desa Jatinom,
Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Selain memiliki tujuan sebuah penelitian juga harus memiliki manfaat, adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara garis besar penelitian ini memberikan gambaran tentang modal sosial
yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari – hari serta dapat melihat
manfaat dari modal sosial itu sendiri dalam masyarakat.
b. Mampu memberikan deskripsi tentang modal sosial yang ada di masyarakat
serta menjabarkan pemaknaan Yaaqowiyyu pada masyarakat sehingga dapat
digunakan sebagai tambahan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.
15
Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat, khususnya bagi
masyarakat dan perangkat di Jatinom.
E. Tinjauan Pustaka
a. Modal Sosial
Dalam pandangan Francis Fukuyama modal sosial adalah kapabilitas yang
muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat.4 Modal sosial
digambarkan sebagai suatu kapabilitas atau kemampuan dari adanya kepercayaan
masyarakat. Kepercayaan menjadi dasar dari adanya hubungan dalam masyarakat
dalam pandangan modal sosial. Lebih lanjut Fukuyama mendeskripsikan social
capital can be defined simply as the existence of a certain set of informal values or
norms shared among members of a group that permits cooperation among them.5
Modal sosial dapat diartikan sebagai suatu keberadaan dari nilai dan norma sosial
yang mengajarkan solidaritas atau kooperasi di dalam masyarakat. Nilai dan norma
ini akan membimbing masyarakat dalam bertindak dan bersikap ditengah masyarakat
sehingga menimbulkan masyarakat yang kooperatif. Modal sosial berbeda dengan
modal – modal lainnya karena mementingkan nilai – nilai dalam masyarakat itu
sendiri. Modal sosial tidak terlihat dengan kasat mata di masyarakat namun memiliki
peran penting dalam kehidupan bermasyarakat.
4 Francais Fukuyama, TRUST, (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2010), 37
5 Francais Fukuyama, Social Capital: The Tanner Lectures On Human Values, 1997. 378
16
Menurut Coleman, social capital is defined by its function. It is not a single
entity but a variety of different entities, with two element in common: they all consist
of some aspect of social structures, and they facilitate certain action of actors
(whethers persons or corporate actors) within the structure.6 Modal sosial dimaknai
pada penggunaannya. Modal sosial bukan merupakan entitas tunggal tapi berbagai
macam entitas yang berbeda, dengan dua elemen bersama: terdiri dari beberapa aspek
struktur sosial dan memfasilitasi tindakan pelaku – pelaku tertentu dalam structure
itu. Bagi Coleman ini modal sosial dianggap sebagai apa saja yang memungkinkan
orang atau institusi bertindak. Lebih lanjut Coleman menjelaskan bahwa modal sosial
melekat pada struktur hubungan dan sebagai alat pencapaian tujuan dalam sebuah
kelompok. Modal sosial mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan kolektif
demi terciptanya tujuan bersama yang telah disepakati sebelumnya. Modal sosial
membantu masyarakat untuk dapat meraih tujuan bersama dengan menggunakan nilai
– nilai dalam masyarakat. Menurut Fukuyama modal sosial tergantung dari nilai dan
norma yang berkembang di masyarakat, sehingga akan terjadi pencapaian tujuan bila
nilai – nilai dalam masyarakat tersebut ada dan berkembang. Modal sosial yang
terjadi dalam masyarakat merupakan suatu kesepakatan bersama atas nilai dan norma
sehingga dapat digunakan untuk menggalang kerjasama dan gotong royong antar
anggota masyarakat. Modal sosial ini nantinya menjadi landasan bermasyarakat
karena di dalamnya terdapat suatu kesepakatan – kesepakatan dalam rangka mencapai
6 Coleman, J. S. (1988). Social Capital in the Creation of Human Capital. The American
Journal of Sociology Vol 94, 98
17
tujuan bersama. Nilai dan norma ini melahirkan misi visi bermasyarakat atau tujuan
dalam masyarakat. Modal sosial membentuk masyarakat untuk melakukan tindakan
bersama yang sebelumnya telah disepakati. Tindakan bersama ini dilakukan untuk
mewujudkan tujuan dalam bermasyarakat. Dalam melakukan tindakan bersama
dibutuhkan kerjasama antar masyarakat. Kerjasama ini penting dilakukan sebagai
salah satu upaya menguatkan ikatan antar masyarat. Kerjasama dalam masyarakat
merupakan factor penting dalam modal sosial. Salah satu ciri modal sosial yang kuat
adalah kerjasama yang apik dan solid dalam masyarakat. Kerjasama ada karena
adanya tujuan bersama yang telah disepakati di dalam masyarakat. Modal sosial yang
kuat dapat membuat masyarakat seutuhnya saling bekerjasama dan mewujudkan
tujuan bersama, walaupun tujuan bersama tersebut tidak ditulis namun tujuan tersebut
menjadi landasan dalam bermasyarakat seperti memajukan masyarakat atau untuk
menjaga dan melestarikan budaya yang telah ada dan diwariskan dari dulu hingga
sekarang. Modal sosial yang kuat ini menggambarkan kuatnya ikatan dalam
masyarakat dan nilai norma yang dihormati oleh masyarakat.
Menurut Bank Dunia modal sosial merujuk pada berbagai norma dan
jejaringan (networks) yang memungkinkan terjadinya tindakan bersama.7 Pernyataan
dari Bank Dunia ini mengamini Fukuyama tentang peran modal sosial di masyarakat
yang mampu menggalang tindakan kolektif demi tercapainya tujuan bersama dengan
menggunakan nilai bermasyarakat. Bagi Fukuyama unsur utama dari modal sosial
7 Amri, M., & Sarosa, W, CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial. (Jakarta: Indonesia Business
Links. 2008)
18
adalah kepercayaan. Dengan kepercayaan masyarakat dapat menjadi lebih produktif
karena hilangnya sikap was – was dan dapat dengan leluasa menggunakan hasil kerja
atau bantuan dari orang lain sehingga memungkinkan hasil kerjanya menjadi lebih
cepat dan efisien. Dengan saling percaya satu sama lain berarti berbagi dengan orang
lain tentang nilai – nilai yang dimiliki. Kepercayaan menjadi suatu bentuk modal
yang berpengaruh bagi kelangsungan hidup bermasyarakat. Kepercayaan yang
berkembang dengan baik menjadi factor utama dalam menggalang suatu kegiatan
atau interaksi. Dengan adanya suatu kepercayaan maka akan ada interaksi yang intens
dan kegiatan – kegiatan terpadu. Kepercayaan merupakan sumber dari adanya modal
sosial, tanpa kepercayaan kegiatan yang dilakukan sia – sia karena tidak akan
mencapai hasil yang diharapkan, sehingga kepercayaan mencadi sebuah kapabilitas
atau kemampuan yang harus ada, menjadi suatu bagian di tengah masyarakat.
Fukuyama mengklaim bahwa kepercayaan adalah dasar dari tatanan sosial:
timbal balik dan tidak akan muncul spontan tanpanya.8 Modal sosial sebagai acuan
dari pola kehidupan masyarakat. Tatanan sosial yang menjadi dasar dari beragam
aktivitas berasal dari adanya kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan adalah harta
yang berharga, dan tanpanya tidak akan ada hubungan yang kuat antar individu.
Kepercayaan merupakan permulaan dari aktivitas masyarakat karena mampu
menciptakan interaksi yang mumpuni. Tatanan sosial yang apik tidak akan muncul
secara spontan. Ia muncul dari hasil kepercayaan yang dipupuk secara terus –
8 John Field, Modal Sosial, (Jogjakarta: Kreasi Wacana, 2011), 102
19
menerus. Kepercayaan ini akan tumbuh dan menjadi dasar dari suatu interaksi dan
berkembang menjadi sebuah hubungan timbal balik. Kepercayaan atau trust juga
dapat mendorong munculnya aktivitas atau tindakan bersama yang produktif atau
yang menguntungkan.9 Kepercayaan adalah bagaimana bila seseorang dapat saling
mempercayai dan dipercayai. Kegiatan tersebut nantinya akan membangun tindakan
bersama yang saling menguntungkan.
Modal sosial merupakan perpaduan dari sesuatu yang bersifat material dan
non material. Namun, modal sosial lebih condong pada sifat non material yang
mementingkan adanya system kebersamaan di masyarakat. Fukuyama menjelaskan
bahwa modal sosial merupakan suatu nilai atau norma yang diakui bersama oleh
anggota – anggota suatu kelompok atau masyarakat yang memungkinkan terjadinya
kesepahaman dan kerjasama diantara mereka.10
Norma merupakan aturan – aturan di
dalam masyarakat yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh anggota masyarakat.
Norma ini tidak tertulis namun sebelumnya telah dipahami dan dimengerti oleh
masyarakat sebagai social control. Ada pola – pola perilaku yang harus dipatuhi,
tentang perilaku yang baik dan yang buruk sehingga pelanggaran terhadap norma
yang ada akan menimbulkan sanksi sosial, seperti dikucilkan, ditegur, digunjingkan,
dll. Norma sosial ini menentukan kuatnya modal sosial yang ada pada masyarakat,
dan merupakan kesepakatan bersama dalam masyarakat sehingga bila norma – norma
9 Soetomo, Pembangunan Masyarakat: Merangkai Sebuah Kerangka, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), 202 10
Francis Fukuyama, Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru, (Jakarta:
Gramedia, 2005), 19 - 20
20
tersebut dipatuhi maka akan terjadi jaringan yang kuat antar masyarakat yang
kemudian membentuk modal sosial yang kuat pula. Nilai merupakan sesuatu yang
dianggap benar oleh masyarakat. Nilai sama seperti norma yang menjadi kesepakatan
bersama. Nilai tumbuh di dalam masyarakat dan menentukan pola perilakunya. Nilai
cenderung mendominasi dan membentuk aturan – aturan tindakan dan perilaku
sehingga menjadi factor utama pembentuk kebudayaan dan modal sosial di dalam
masyarakat.
Bourdieu dan Wacquant menjelaskan bahwa modal sosial adalah jumlah
sumber daya, actual atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau
kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik
perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan.11
Modal
sosial mengikat orang – orang dengan nilai dalam suatu jaringan. Jaringan ini akan
tumbuh karena memiliki suatu hubungan timbal – balik yang menguntungkan.
Bourdieu mencatat bahwa agar modal sosial tersebut dapat bertahan nilainya,
individu harus mengupayakannya. Dalam rangka mempertahankan nilai dan norma
dalam masyarakat, masyarakat tersebut harus saling percaya dan bekerjasama agar
nilai norma tersebut dapat terus bertahan. Coleman percaya bahwa modal sosial harus
digali karena dalam suatu hubungan akan rentan terjadi gesekan. Maka dari itu
penting adanya kesepakatan terkait dengan kewajiban dan diterapkannya sanksi. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari adanya kemunduran dari modal sosial.
11
Field, J. (2011). Modal Sosial. Jogjakarta: Kreasi Wacana
21
Kewajiban disini berupa kesadaran akan tanggung jawab yang telah diberikan
sedangkan sanksi disini lebih kepada tindak tegas karena telah menyalahi nilai dan
norma yang telah ada dan menjadi sebuah keputusan bersama. Menurut Coleman
modal sosial didefinisikan berdasarkan atas fungsinya. Ini bukanlah entitas tunggal,
namun variasi dari entitas berlainan yang memiliki kesamaan karakteristik, mereka
semua terdiri dari beberapa aspek struktur sosial, dan memfasilitasi tindakan -
tindakan individu yang berada dalam struktur tersebut. Dengan kata lain modal sosial
merupakan gabungan dari berbagai unsur – unsur pembentuk seperti kepercayaan,
nilai norma, tukar menukar kebaikan, jaringan yang bergabung menjadi satu. Unsur –
unsur tersebut membentuk modal sosial dalam masyarakat dan menjadikan satu
kesatuan dalam membangun serta memajukan masyarakat. Coleman tertarik pada
sifat antar generasi ikatan religius organisasi keagamaan ada diantara organisasi yang
masih tersisa di dalam masyarakat, diluar keluarga, dan dilintas generasi. Jadi
organisasi tersebut ada diantara organisasi yang di dalamnya modal sosial komunitas
dewasa tersedia bagi anak – anak dan pemuda. Modal sosial menurut Coleman ini
dapat ditemukan di berbagai golongan seperti anak – anak, remaja, maupun dewasa
atau dapat juga antara masyarakat yang berkecukupan, ataupun yang kurang. Modal
sosial dapat dilakukan oleh siapa saja asalkan unsur – unsurnya tercukupi. Modal
sosial yang menjembatani cenderung menyatukan orang dari beragam ranah sosial.
Masing – masing bentuk tersebut membantu menyatukan kebutuhan yang berbeda.
Modal sosial yang mengikat adalah sesuatu yang baik untuk menopang resiprositas
spesifik dan memobilisasi solidaritas, sambil pada saat yang sama menjadi semacam
22
perekat terkuat sosiologi dalam memelihara kesetiaan yang kuat di dalam kelompok
dan memperkuat identitas – identitas spesifik. Modal sosial tidak hanya berlaku pada
orang dewasa namun juga pada anak – anak dan segala lapisan masyarakat. modal
sosial mampu merekatkan orang – orang dari berbagai generasi dan status sosial,
sehingga pantas bila modal sosial disebut sebagai perekat sosial. Modal sosial juga
dipercaya untuk memperkuat identitas antar anggota masyarakat sehingga peran serta
kedudukan mereka dalam masyarakat atau jaringan tidak akan hilang tapi sebaliknya,
keberadaannya akan menguat. Kekerabatan kalah penting sebagai sumber solidaritas
bila dibandingakan dengan kenalan dan keanggotaan bersama asosiasi sekunder, yang
dapat menyatukan individu dari kelompok – kelompok kecil yang berlainan dan
terpisah satu sama lain. Karena kecenderungan memiliki nilai norma serta kesamaan
kepentingan dan kebutuhan menyebabkan solidaritas menjadi lebih kuat sehingga
modal sosial dalam masyarakat juga semakin kuat. Apabila modal sosial menjadi kuat
maka hubungan yang ada di tengah masyarakat akan menguat pula.
Menurut Putnam social capital refers to features of social organization such
as networks, norms, and social trust that facilitate coordination and cooperation for
mutual benefit.12
Disini Putnam mengatakan ada beberapa unsur dalam modal sosial
yaitu jaringan, norma, trust, tukar – menukar kebaikan.
12
Putnam, R. D. (1995). Bowling Alone: America's Declining Social Capital. Journal of
Democrcy
23
a. Jaringan
Menurut Fukuyama, jaringan ialah hubungan saling percaya yang berdasarkan
moral: Jaringan ialah sekelompok orang yang memiliki norma – norma atau nilai –
nilai informal disamping norma – norma atau nilai – nilai yang diperlukan untuk
transaksi biasa di pasar.13
Jaringan diartikan sebagai bentuk dari kepercayaan yang
memiliki norma dan nilai sama disamping nilai norma yang ada dalam masyarakat.
Nilai dan norma ini cenderung berdasarkan kebutuhan atau kepentingan masyarakat.
Nilai dan norma dalam jaringan ini tidak harus yang berhubungan dengan tujuan
bermasyarakat tapi bisa jadi kepentingan pribadi masyarakat. Menurut Fukuyama
jaringan merupakan perpaduan nilai dan norma yang ada pada masyarakat, seperti
aturan dan nilai dalam kehidupan sehari – hari dan sesuatu yang menguntungkan.
Dalam jaringan terdapat unsur lain yang berupa profitabilitas entah itu bagi diri
sendiri atau kelompok.
Jaringan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap modal sosial, karena
jaringan berfungsi untuk menggalang partisipasi masyarakat. Di dalam jaringan
terdapat berbagai macam variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan
atas dasar prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan, dan keadaban. Jaringan dan
modal sosial sangat erat kaitannya. Jaringan mampu membentuk partisipasi dan
kerjasama masyarakat karena dapat memperluas lingkup modal sosial yang lain.
13
Fukuyama, Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru, (Jakarta: Gramedia,
2005), 245
24
Dengan kemampuan masyarakat atau kelompok membangun jaringan maka rasa
saling percaya dan solidaritas tidak hanya berlaku dalam kelompok asalnya, tetapi
dapat dikembangkan dalam lingkup yag lebih luas... Melalui jaringan yang lebih luas
di samping dapat meningkatkan lingkup kerja sama juga dapat meningkatkan
wawasan dan memungkinkan terbentuknya hubungan yang bersifar cross cutting
affiliation. 14
Hubungan dalam suatu jaringan juga mengandung profitabilitas atau
hubungan yang saling menguntungkan. Dengan memperluas modal sosial dalam
jaringan maka akan ada suatu kerjasama atau tindakan dalam pencapaian suatu
keuntungan bersama. Ada hubungan timbal balik dalam memperoleh keuntungan.
Keuntungan yang dimaksudkan disini dapat dalam bentuk pencapaian tujuan
bersama. Akan ada penyampaian dan sharing informasi dalam sebuah jaringan yang
akan memberikan keuntungan bagi semua pihak dalam pencapaian tujuan. Seperti
yang diutarakan Putnam dimana jaringan seperti alat kerja yang mampu
meningkatkan produktivitas atau tindakan bersama dalam upaya mencapai tujuan.
Jaringan dengan demikian menjadi sebuah kemampuan di dalam masyarakat untuk
membangun sebuah asosiasi untuk mendapatkan keuntungan.
Jousairi Hasbullah mengutip adanya dua jenis modal sosial yang tercipta
disuatu komunitas berdasarkan jaringan yang membentuknya:15
14
Soetomo, Pembangunan Sosial: Merangkai Sebuah Kerangka, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), 204 15
Mulya Amri – Wicaksana Sarosa, CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial, (Jakarta: Indonesia
Business LINKS, 2008), 9
25
Modal sosial yang mengikat (bonding social capital) adalah ikatan – ikatan
(biasanya ikatan yang kuat) antara orang – orang dalam situasi yang sama,
misalnya anggota keluarga, teman dekat, dan tetangga. Jaringan yang
membentuk bonding social capital ini umumnya bersifat homogen, karena
biasanya ditandai dengan solidaritas yang kuat karena persamaan etnis, nasip,
agama, usia, atau jenis kelamin atau mengalami situasi yang sama. Jaringan
yang terjalin sangat kuat dan akrab.
Modal sosial yang menjembatani (bridging social capital) adalah ikatan –
ikatan (biasanya ikatan yang lemah) antara orang – orang yang situasinya
tidak persis sama, misalnya teman jauh atau rekan kerja. Jaringan yang
membentuk cenderung berbeda, maksudnya terdapat hubungan yang tidak
sejajar seperti pekerja dengan atasan, hubungan antara etnis satu dengan etnis
lainnya, atau guru dengan murid.
Modal sosial dalam suatu jaringan berarti memiliki sifat yang mengikat
(bonding) bagi individual tau masyarakat yang sama dan bersifat menjembatani
(bridging) bagi yang berbeda dengan suatu norma pertukaran timbal – balik. Jaringan
mampu memperluas modal sosial dalam suatu kelompok atau masyarakat menjadi
lebih luas dan variatif. Dengan demikian, tujuan bersama dalam suatu masyarakat
dapat disebarkan dan akan mempermudah dalam pencapaiannya.
26
b. Norma
Menurut pandangan Fukuyama, Modal sosial adalah segala sesuatu yang
membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar
kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai – nilai dan norma yang tumbuh dan
dipatuhi. Nilai dan norma dapat menyatukan masyarakat dan bersifat mengikat.
Norma dan nilai yang telah disetujui bersama dalam masyarakat akan dapat
mempersatukan masyarakat karena sebagai penentu visi misi atau tujuan bersama
dalam suatu masyarakat. Nilai dan norma ini nantinya akan membangun kerjasama
dalam masyarakat sehingga merealisasikan tujuan bersama yang telah disepakati.
Fukuyama membagi modal sosial menurut norma yang ada yaitu:
Norms which generate social capital, and
Norms which do not generate it
Norma yang memperkuat modal sosial adalah norma yang memiliki honesty,
commitment, and mutual relationship. Sedangkan norma yang tidak mampu
memperkuat modal sosial adalah yang tidak memiliki sifat tersebut.
Menurut Coleman, norma adalah specify what actions are regarded by a set of
persons as proper or correct, or improper or incorrect. Dengan kata lain norma
adalah sesuatu yang menentukan baik dan buruk dari sesuatu. Norma sekarang ini
dapat kita lihat dari kebijakan. Norma atau kebijakaan ini nantinya akan tercipta bila
ada komunikasi dua arah, karena norma menyangkut kehidupan banyak orang
27
sehingga harus dikomunikasikan agar dapat diterima. Norma diciptakan agar
memperoleh tatanan masyarakat yang lebih baik. Dalam norma terdapat pertukaran
yang menguntungkan semua pihak yang terkait. Dengan adanya pertukaran yang
menguntungkan tersebut akan tercipta norma kewajiban sosial demi menjaga norma –
norma yang telah disepakati. Bila ada yang melanggar akan dikenai sanksi.
When a norm exists and is effective, it constitutes a powerful, though sometimes
fragile, form of social capital… a prescriptive norm within a collectivity that
constitutes an especially important form of social capital is the norm that one should
forgo self-interest and act in interest of the collectivity.16
Norma menurut Coleman
berkaitan dengan modal sosial. Norma dapat mempengaruhi modal sosial. Bila norma
efektif dan dijalankan di masyarakat maka modal sosial dapat kuat bahkan lemah,
tergantung norma yang bagaimana yang dijalankan. Norma yang dapat memperkuat
modal sosial adalah suatu norma yang mengutamakan kebersamaan suatu
masyarakat. Norma berperan dalam mengontrol bentuk – bentuk perilaku yang
tumbuh dalam masyarakat. dalam norma terdapat sanksi sebagai perwujudan control
dalam masyarakat. Sanksi tersebut mencegah individu berbuat sesuatu yang
menyimpang.
16
Coleman, J. S. (1988). Social Capital in the Creation of Human Capital. The American
Journal of Sociology Vol 94, 104
28
c. Trust
Francis Fukuyama mengilustrasikan modal sosial dalam trust, believe, dan
vertrauen, artinya bahwa pentingnya kepercayaan yang mengakar dalam factor
kultural seperti etika dan moral. Menurut Fukuyama trust ada apabila norma dan nilai
dalam masyarakat dibagikan agar tercipta pengharapan umum dan kejujuran.
Masyarakat harus dapat jujur satu sama lain agar dapat saling percaya. Dalam
pandangan Putnam, trust ini berkaitan dengan hubungan-hubungan sosial yang
didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling
mendukung, paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan
kelompoknya. Dengan kata lain trust ada di dalam sebuah hubungan yang
mengedepankan kejujuran dan kerjasama di dalam suatu masyarakat. Trust adalah
pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur
dan kooperatif, berdasarkan norma – norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan
anggota yang lain dari komunitas itu.17
Trust merupakan harapan – harapan terhadap
keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam komunitas
masyarakat yang didasarkan pada norma – norma yang dianut bersama oleh para
anggotanya. Norma – norma tersebut bisa berisi pernyataan – pernyataan yang
berkisar pada nilai – nilai luhur (kebajikan) dan keadilan.18
Kepercayaan melopori
17
Francais Fukuyama, Trust, (Yogyakarta:Penerbit Qalam, 2010), 36 18
Agus Supriono, Dance J. Flassy, Sasli Rais. Artikel bag-1 Modal Sosial; Definisi, Dimensi,
dan Tipologi. Hal 3 - 4
29
masyarakat untuk berlaku baik dengan sesama, karena individu atau masyarakat
sebagian mengharapkan balasan atau tindakan serupa. Masyarakat mengharapkan
adanya keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif maka dari itu untuk
mewujudkannya masyarakat berlaku sama seperti yang mereka harapkan kepada yang
lain. Kebajikan dan keadilan yang diterapkan akan memberikan dampak yang sama
bagi diri mereka sendiri.
Trust adalah unsur utama modal sosial berarti akan ada modal sosial bila
masyarakat saling mempercayai dan dipercayai. Di dalam trust ada yang disebut
sebagai radius kepercayaan. Fukuyama menjelaskan bahwa radius kepercayaan ini
sangat penting dalam sebuah masyarakat. The radius of trust can be thought of as a
type of positive externality because it is a benefit that accrues to the group
independently of the collective action that the group formally seeks to achieve.19
Radius kepercayaan dapat diartikan sebagai energy positive karena mempunyai
keuntungan dalam memperluas kebebasan suatu kelompok dalam mencapai suatu
tindakan bersama. Radius kepercayaan menurut Fukuyama ini dapat diartikan sejauh
mana kepercayaan yang ada di masyarakat atau individu satu dengan yang lainnya,
baik itu dari kalangan sendiri maupun tidak. Norma dan nilai dari masyarakat tidak
hanya diterapkan untuk kalangan mereka saja namun juga untuk lainnya. Radius
kepercayaan ini adalah kemampuan suatu masyarakat dalam membagi trust, norma,
nilai dan apa yang ada di kelompoknya ke pada masyarakat lain sehingga akan
memperluas tindakan bersama dalam mencapai suatu tujuan. Apabila penerimaan
19
Francais Fukuyama. 2001. Social Capital, Civil Society, Development, 13
30
masyarakat untuk membagikan trust pada masyarakat lain tinggi maka modal sosial
yang ada pada masyarakat itu tinggi.
Kepercayaan merupakan hal utama dalam modal sosial tanpa kepercayaan
modal sosial tidak akan berjalan, kepercayaan menjadi alat pengikat masyarakat satu
dengan masyarakat lainnya. Kepercayaan menjadi dasar dari adanya tindakan dalam
masyarakat dan penghubung nilai dan norma dalam masyarakat. Putnam
mendefinisikan kepercayaan atau trust sebagai bentuk keinginan untuk mengambil
risiko dalam hubungan – hubungan sosial yang didasari oleh perasaan – perasaan
yakin, bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan
senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan saling mendukung. Kepercayaan
disini dapat diartikan sebagai sikap saling percaya antar individu atau dengan institusi
dalam masyarakat. Tindakan bersama yang didasari sikap saling percaya akan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mempertahankan nilai, norma dan
budaya dalam masyarakat. Dengan trust akan mampu menyelesaikan masalah –
masalah yang ada di tengah masyarakat, karena masyarakat saling percaya.
d. Tukar – Menukar Kebaikan
Modal sosial juga berkaitan dengan tukar menukar kebaikan antar masyarakat.
Tukar menukar kebaikan adalah hubungan timbal balik atau pertukaran dalam
kebaikan. Kecenderungan seseorang dalam bertukar kebaikan di dalam kelompok
atau masyarakatnya sendiri. Proses dalam tukar menukar kebaikan ini memerlukan
waktu, karena di dalamnya harus membangun kepercayaan dalam masyarakat.
Reciprocity ini tidak akan ada tanpa adanya kepercayaan yang kuat di dalam
31
masyarakat. Reciprocity ini juga akan ada bila hubungan antar masyarakat kuat dan
terdapat pola - pola kebaikan, kekeluargaan yang kental. Masyarakat melalui modal
sosial akan saling mempercayai sehingga timbul kebajikan diantara anggota
masyarakat. mereka akan saling membantu tetangga atau kelompok lain yang
membutuhkan dan hal tersebut akan berlangsung terus menerus tanpa mengharapkan
pamrih, masyarakat percaya apabila mereka menolong anggota masyarakat lainnya
maka suatu saat mereka akan dibantu pula.
Tukar menukar dalam kebaikan ini berperan dalam membangun kepedulian
sosial dalam masyarakat dengan prinsip altruismnya atau mementingkan kepentingan
orang lain dan semangat membantu orang lain.
Budaya lokal adalah salah satu warisan budaya. Kata lokal disini tidak
mengacu pada wilayah geografis, khususnya kabupaten/kota, dengan batas-batas
administratif yang jelas, tetapi lebih mengacu pada wilayah budaya yang seringkali
melebihi wilayah administratif dan juga tidak mempunyai garis perbatasan yang tegas
dengan wilayah budaya lainnya. Kata budaya lokal juga bisa mengacu pada budaya
milik penduduk asli (inlander) yang telah dipandang sebagai warisan budaya.20
Budaya lokal adalah suatu warisan budaya yang ada di suatu wilayah tertentu. Di
dalam suatu budaya lokal terdapat nilai – nilai bermasyarakat yang membentuk
kearifan lokal. Apabila budaya lokal tersebut mulai hilang maka kearifan lokal suatu
20
Karmadi, makalah Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya, Dialog Budaya Daerah Jawa
tengah, Semarang: 2007
32
wilayah tersebut juga akan pupus. Budaya lokal terbentuk dari pengalaman
masyarakat yang tercermin pada nilai – nilai yang dianut oleh masyarakat. Di balik
budaya lokal terdapat sejarah panjang dari masyarakat tersebut sehingga nilai – nilai
yang tampak dari budaya lokal adalah ungkapan dan cerminan dai masyarakat lokal
tersebut.
Dewasa ini isu pergeseran budaya lokal makin marak akibat adanya
globalisasi yang memicu masuknya budaya lokal. Dikhawatirkan masuknya budaya
lokal ini akan meghilangkan secara perlahan budaya lokal. Apabila hal ini terjadi nilai
– nilai yang tercipta atau kearifan lokal yang ada akan ikut tergerus. Maka dari itu
dukungan dan peran masyarakat akan pelestarian budaya ini diperlukan. Dengan terus
mempertahankan nilai – nilai dan melestarikan budaya lokal merupakan bukti
legitimasi masyarakat akan budaya lokal. Nilai – nilai dalam budaya lokal merasuk
dalam kehidupan masyarakat seperti dengan adanya tradisi gotong royong,
musyawarah dalam pelaksanaan kegiatan sehari – hari adalah contoh legitimasi
masyarakat. Masyarakat hingga hari ini masih memegang teguh adanya nilai budaya
yang ada ditengah masyarakat. Hal ini menandai bahwa masyarakat memiliki
keinginan untuk melestarikan budaya lokal karena menjadi identitas mereka.
Di dalam nilai budaya ada beberapa unsur:
a. Nilai teori. Ketika manusia menentukan dengan objekif identitas benda –
benda atau kejadian – kejadian, maka dalam prosesnya hingga menjadi
33
pengetahuan, manusia mengenal adanya teori yang menjadi konsep dalam
proses penilaian atas alam sekitar.
b. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda – benda atau
kejadian – kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau kegunaan, yakni
dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan hidup. Kombinasi
antara nilai teori dan nilai ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek
progresif dari kebudayaan.
c. Nilai Agama. Ketika manusia menilai suatu rahasia yang menakjubkan dan
kebesaran yang menggetarkan di mana di dalamnya ada konsep kekudusan
dan ketakziman kepada yang Mahagaib, maka manusia mengenal nilai agama.
d. Nilai Seni. Jika yang dialami itu keindahan di mana ada konsep estetika dalam
menilai benda atau kejadian – kejadian, maka manusia mengenal nilai seni.
Kombinasi dari nilai agama dan seni yang sama – sama menekankan intuisi,
perasaan dan fantasi disebut aspek ekspresi dari kebudayaan.
e. Nilai Kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang lain mengikutii
pikirannya, norma – normanya dan kemauannya, maka ketika itu manusia
mengenal nilai kuasa.
f. Nilai Solidaritas. Tetapi ketika hubungan itu menjelma menjadi cinta,
persahabatan. Dan simpati sesama manusia, menghargai orang lain, dan