bab i pendahuluan a. latar belakang -...

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih tertancap dengan jelas dalam ingatan bangsa Indonesia, lahirnya semangat persatuan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangannya membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah melewati proses yang panjang dalam memperoleh kemerdekaan, maka lahirlah ideologi bangsa Indonesia yang dinamakan Pancasila. Pancasila merupakan satu-satunya pandangan hidup yang dapat pula mempersatukan bangsa Indonesia. Namun tidak tahu berawal dari apa, dari mana, dan sejak kapan, masyarakat Indonesia semakin bergerak melangkah jauh meninggalkan apa yang menjadi ideologinya dan lupa akan wajah bangsa sendiri. Pancasila yang merupakan ideologi bangsa semakin lama semakin menjadi berwarna buram. Nilai-nilai Pancasila yang digagas oleh para pejuang, kurang diimplementasikan dengan baik, padahal Pancasila sudah menjadi ideologi bangsa dan negara sejak tahun 1945. Keadaan ini ternyata sudah terjadi sejak masa orde lama. Gambaran tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perjalanan pemerintahan sejak orde lama sampai era reformasi menunjukkan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di negara ini. Hal ini memunculkan suatu pertanyaan tentang masih berlakukah Pancasila atau bahkan pertanyaan yang lebih ekstrem adalah masih

Upload: trandien

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masih tertancap dengan jelas dalam ingatan bangsa Indonesia, lahirnya

semangat persatuan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangannya membentuk

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah melewati proses yang panjang

dalam memperoleh kemerdekaan, maka lahirlah ideologi bangsa Indonesia yang

dinamakan Pancasila. Pancasila merupakan satu-satunya pandangan hidup yang

dapat pula mempersatukan bangsa Indonesia.

Namun tidak tahu berawal dari apa, dari mana, dan sejak kapan,

masyarakat Indonesia semakin bergerak melangkah jauh meninggalkan apa yang

menjadi ideologinya dan lupa akan wajah bangsa sendiri. Pancasila yang

merupakan ideologi bangsa semakin lama semakin menjadi berwarna buram.

Nilai-nilai Pancasila yang digagas oleh para pejuang, kurang diimplementasikan

dengan baik, padahal Pancasila sudah menjadi ideologi bangsa dan negara sejak

tahun 1945. Keadaan ini ternyata sudah terjadi sejak masa orde lama.

Gambaran tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perjalanan

pemerintahan sejak orde lama sampai era reformasi menunjukkan masyarakat

Indonesia belum sepenuhnya memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai

Pancasila di negara ini. Hal ini memunculkan suatu pertanyaan tentang masih

berlakukah Pancasila atau bahkan pertanyaan yang lebih ekstrem adalah masih

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

2

adakah Pancasila itu di Negara Kesatuan Republik Indonesia pada saat setelah

dibuat sampai saat ini.

Kondisi nyata saat ini yang dihadapi negara salah satunya adalah

munculnya ego kedaerahan. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara

sesama warga bangsa saat ini ditandai dengan adanya konflik di beberapa daerah.

Berbagai konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama

warga negara dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah kehidupan yang dilandasi

oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang dari

kehidupan masyarakat Indonesia.

Sangat menarik apabila implementasi nilai-nilai Pancasila yang

merupakan satu-satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia dimasukkan ke

dalam sebuah sebuah media massa baik berupa cetak ataupun elektronik.

Perkembangan media massa yang didukung perkembangan teknologi komunikasi

bisa dikatakan sudah pada tahap sangat pesat dan serba canggih, sangat

memungkinkan terjadinya hal tersebut. Fungsi dari media massa itu sendiri sama

dengan fungsi komunikasi massa. Jay Black dan Frederick C. Whitney (dalam

Nurudin, 2007:64) mengatakan bahwa fungsi komunikasi massa adalah sebagai to

inform (menginformasikan), to entertain (memberi hiburan), to persuade

(membujuk), transmission of the culture (transmisi budaya).

Alexis S. Tan (dalam Nurudin, 2007:65) mengatakan bahwa fungsi

komunikasi massa adalah, memberi informasi, mendidik, mempersuasif,

menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan (menghibur). Dalam kaitannya

dengan hal ini, film dapat digunakan sebagai sarana untuk menginformasikan apa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

3

saja nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila karena dilihat dari salah satu

fungsi film yaitu to inform (menginformasikan) maka termasuk media massa.

Apalagi untuk sekarang, keberadaan film di masyarakat sudah menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dan bisa dibilang sebuah kebutuhan wajib yang harus

dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.

Namun nada kritikan dilontarkan oleh Asrul Sani, Wakil Ketua Dewan

Film Nasional (dalam Prisma. No. 5. 1990) bahwa di Indonesia ini popularitas

film Indonesia sama dengan popularitas petai. Jika petai dikenal dengan baunya

yang busuk, maka perfilman di Indonesia barangkali lebih tepat film Indonesia

populer karena keburukan-keburukannya.

Namun tidak semua film karya anak bangsa bisa dikatakan buruk. Contoh

saja film Laskar Pelangi karya sutradara Riri Riza, yang di dalamnya banyak

memuat pesan-pesan sosial yang dikemas ringan dan patut di contoh paling tidak

dari para penikmat film itu sendiri. Lalu ada juga film G 30/S PKI karya Arifin C.

Noer, yang di dalamnya mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila. Film ini

menceritakan tentang pemberontakan Gerakan 30 September oleh PKI (Partai

Komunis Indonesia) yang ingin mengganti ideologi negara berdasarkan Pancasila

dengan ideologi yang lain. Tidak dipungkiri lagi dua film yang bergenre drama

tersebut sangat kental dengan implementasi nilai-nilai Pancasila. Namun hal itu

sudah terlalu biasa karena film-film tersebut bisa dibilang merupakan drama yang

serius. Tidak heran jika banyak muatan pesan moral nilai-nilai Pancasila yang

disuguhkan secara apik. Lain halnya apabila film yang di apresiasi adalah film

bergenre komedi.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

4

Seperti salah satu film karya anak bangsa garapan sutradara Rako Prijanto

berjudul Preman In Love yang diproduksi oleh MD Entertainment. Dan yang

menjadi fokus pada penelitian ini adalah film yang bergenre komedi tersebut.

Suatu hal yang unik jika di dalam film bergenre komedi seperti film Preman In

Love di dalamnya berisikan implementasi nilai-nilai Pancasila. Film ini dapat

dikatakan mayoritas berisi komedi-komedi yang konyol. Jika dilihat dengan

sekilas, film ini dapat dikatakan jauh dari apa yang dinamakan implementasi nilai-

nilai Pancasila. Peneliti beranggapan bahwa semua film tidak terkecuali film

komedi bias tersisipkan pesan-pesan moral. Dan anggapan awal adalah film ini

mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila yang mudah dipahami untuk

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Film ini mengisahkan tentang seorang bernama Sahroni yang awalnya

preman dan meresahkan warga kampung. Namun di akhir cerita, Sahroni terpilih

menjadi kepala desa. Di dalam perjuangannya itu Sahroni menampilkan pesan-

pesan moral yang menjadi implemenatsi nilai-nilai Pancasila sebagai contoh saja

ketika Sahroni berani mengeluarkan pernyataan yang kurang lebih

menggambarkan bahwa dia percaya dan takwa hanya kepada Allah SWT. Dengan

pernyataan itu, apa yang dilakukan sahroni sudah termasuk ke dalam

implementasi nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam Sila ke-1 butir 1 yang

berbunyi bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaaannya

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pada Film Preman In Love Karya Rako Prijano Produksi MD

Entertainment tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Film.

B. Rumusan Masalah

Berapa frekuensi kemunculan isi pesan yang mengandung implementasi nilai-

nilai Pancasila dalam Film Preman In Love karya Rako Prijanto Produksi MD

Entertainment ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui frekuensi kemunculan isi pesan dan menjelaskan secara

detail scene yang mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Film

Preman In Love karya Rako Prijanto Produksi MD Entertainment baik berupa

audio maupun visual.

D. Manfaat hasil penelitian

Manfaat akademis:

1. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan tambahan referensi

kepada mahasiswa jurusan ilmu komunikasi khususnya konsentrasi

audio visual dalam membuat desain produksi film-film yang akan

dibuat khususnya yang bertemakan implementasi nilai-nilai Pancasila.

2. Hasil penelitian dapat bermanfaat memperkaya kajian jurusan ilmu

komunikasi yang berkonsentrasi audio visual, khususnya mengenai

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

6

film sebagai salah satu media komunikasi massa. Dan juga diharapkan

mampu menjadi sebuah rujukan bagi peneliti di jurusan ilmu

komunikasi selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis.

Manfaat praktis:

1. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan referensi analisis isi dalam

audio visual khususnya film.

2. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran memahami sebuah film.

Dan juga sebagai informasi, masukan dan pengetahuan kepada prkatisi

dan audiens film tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

film.

E. Tinjauan Pustaka

E.1. Film sebagai media massa

Dalam komunikasi massa, ada banyak bentuk media yang bisa disebut

media massa salah satunya film. Nurudin dalam bukunya menjelaskan, “dari

sekian banyak definisi bisa dikatakan media massa bentuknya antara lain media

elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan

film (Nurudin, 2007:4-5).

Menurut draft rancangan UU Perfilman Tahun 2006 Bab 1 Pasal 1 poin 1,

yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni budaya yang merupakan

media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarakan asas sinematografi

dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan

hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

7

proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,

yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan.

Sedangkan dalam UU Perfilman Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 poin 1, yang

dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial

dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi

dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Film itu sendiri memiliki

banyak fungsi yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

Dalam UU No.8 Tahun 1992 tentang perfilman, dirumuskan beberapa

fungsi film antara lain:

1. Fungsi pelestarian dan pengembangan nilai budaya.

Fungsi pelestarian dan pengembangan nilai budaya dalam film

dilakukan dalam upaya untuk:

a. melestarikan puncak-puncak kebudayaan yang terdapat di daerah

sebagai dasar kebudayaan bangsa

b. memajukan usaha pengembangan dari unsur-unsur tradisional

sesuai dengan keadaan jaman.

c. melakukan inovasi yang menguntungkan dan tidak bertentangan

dengan jalur pembangunan budaya tanpa meninggalkan unsur

tradisional.

d. tidak menolak unsur-unsur asing yang dapat memperkaya dan

melengkapi kebudayaan nasional secara positif.

e. Sebagai sarana hiburan, film berperan sebagai media kultur

edukatif yang mampu merangsang penonton untuk

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

8

mengembangkan pemikiran dan logika dalam menentukan sikap

dan tindakan atas dasar berbagai pilihan dan pengalaman

sebagaimana diperagakan dalam alur cerita.

2. Fungsi informasi

Film lebih bisa menyajikan informasi yang matang dalam konteks

yang relatif lebih utuh dan langka. Pesan-pesan film tidak bersifat

topical dan terputus-putus tetapi dapat ditunjang oleh pengembangan

masalah yang tuntas. Dalam penyelenggaraan film suatu kode etik

produksi film akan lebih langka dan sempurna jika memperhatikan

aspek-aspek film sebagai sumber informasi. Masalah etika informasi,

film tidak dipandang semata-mata dari isi dan tema cerita film, tetapi

juga menyangkut juga totalitas film sebagai media.

3. Fungsi pendidikan

Film adalah suatu jenis teknologi komunikasi yang dapat digunakan

untuk mendukung proses belajar mengajar, dan dalam

menyebarluaskan nilai-nilai edukatif dan kebudayaan baik dalam

maupun luar sekolah bagi masyarakat yang dijadikan sasaran.

Sekalipun tidak secara langsung menghubungkan anak didik dengan

objeknya, film dengan gambar hidupnya menjadi perantara yang dapat

disistematiskan untuk tujuan-tujuan khusus yang memudahkannya

mengerti suatu permaslahan. Dalam pembuatan film harus tercipta

mekanisme hubungan timbal balik antara dunia pendidikan dan

masyarakat perfilman agar jelas film-film apa yang sebaiknya dibuat.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

9

4. Fugsi ekonomi

Keseluruhan kegiatan pembuatan film merupakan lapangan pekerjaan

sebagai mata pencaharian bagi masyarakat yang tentunya akan

memberikan penghasilan bagi kehidupan masyarakat perfilman. Dari

sisi usaha perfilman memberikan keuntungan bagi pemerintahan dapat

memberikan pemasukan di bidang perpajakan dan devisa dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Sedangkan dalam draft rancangan UU Perfilman Tahun 2006 Bab III

Fungsi dan Lingkup Pasal 4, fungsi film adalah sebagai pelestarian dan

pengembangan nilai budaya, hiburan, informasi, pendidikan, perekat budaya,

kritik sosial dan ekonomi. Lalu menurut UU Perfilman Tahun 2009 Bab II Bagian

Ketiga Pasal 4 film mempunyai fungsi sebagai budaya, pendidikan, hiburan,

informasi, pendorong karya kreatif, dan ekonomi.

Jika dilihat dari content, secara umum film dibagi menjadi tiga jenis yaitu,

film dokumenter, film fiksi, dan film eksperimental. Film dokumenter adalah film

yang di dalamnya menceritakan kehidupan seseorang yang dianggap unik,

seorang tokoh, suatu peristiwa yang dianggap penting, atau bisa juga

menceritakan tentang sebuah lokasi. Dalam film dokumenter, cerita yang diangkat

merupakan sebuah kenyataan dan bukan sebuah cerita rekayasa atau fiktif. Dalam

penggarapannya, film dokumenter harus menggunakan subyek asli yang diangkat

misalnya harus menggunakan set dan lokasi yang sama dengan set dan lokasi

yang asli.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

10

Film fiksi adalah film yang dibuat lewat sebuah karangan yang fiktif.

Dalam bukunya “Memahami Film”, Pratista menjelaskan bahwa film fiksi “

berbeda dengan film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film

fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki

konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Tapi film fiksi sering kali

diangkat dari kejadian nyata” (Pratista, 2008:4-8).

Sedangkan film eksperimental bisa dikatakan film yang abstrak. Dalam

film eksperimental tidak memiliki plot seperti yang ada pada film fiksi. Film

eksperimental biasanya dibuat sesuai dengan ide pembuat tanpa memperhatikan

audien yang akan melihat film itu nanti ketika sudah jadi. Jenis film ini biasanya

sulit untuk dimengerti secara langsung oleh audiens karena banyak film

eksperimental yang berbentuk abstrak. Contoh dari film eksprimental adalah video

art.

Selain dibagi beberapa jenis, film juga dibagi beberapa genre. Dalam

bukunya, Pratista menjelaskan dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis

atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama

(khas) seperti setting, isi dan subjek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau

peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. Beberapa genre film

antara lain action / laga, comedy / humor, roman / drama, mistery / horor (2008:4-

8).

Penjelasan yang sama tentang pembagian genre film, dikemukakan oleh

Widagdo dalam bukunya yang berjudul “Bikin Film Indie Itu Mudah” (2007:26-

27). Pembagian genre film menurut Widagdo antara lain:

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

11

1. Action / Laga

Film yang bertema laga dan mengetengahkan perjuangan hidup

biasanya di bumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan

dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre film

tersebut adalah kepiawaian sutradara untuk menyajikan aksi

peertarungan secara apik dan detail, seolah penonton ikut merasakan

ketegangan yang terjadi.

2. Comedy / humor

Comedy atau humor adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan

sebagai faktor penyajian utama. Genre jenis tersebut tergolong paling

disukai dan bisa merambah semua usia segmentasi penonton. Namun

ada kesulitan dalam menyajikan. Jika kurang waspada, komedi yang

ditawarkan bisa terjebak dalam humor yang slapstick, yakni terkesan

memaksa penonton untuk menertawakan kelucuan yang dibuat-buat.

Salah satu kunci suksesnya adalah meminta tokoh humoris yang sudah

dikenal masyarakat untuk memerankan suatu tokoh dalam film,

layaknya saat menghibur penonton.

3. Roman / drama

Roman atau drama adalah genre yang populer di kalangan masyarakat

penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata

ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap

tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesan film genre roman

atau drama adalah dengan mengangkat tema klasik tentang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

12

permasalahan manusia yang tak pernah puas mendapatkan jawaban.

Mungkin masalah cinta remaja, perselisihan antara menantu dan orang

tua, atau juga perjalanan manusia untuk mencapai cita-citanya, dan

sebagainya.

4. Mistery / horror

Mistery atau humor adalah sebuah genre khusus dunia perfilman.

Dikatakan genre khusus karena meskipun cakupannya sempit dan

berkisar pada hal yang itu-itu saja, tetapi genre itu cukup mendapatkan

perhatian dari penonton. Hal tersebut disebabkan keingintahuan

manusia pada sebuah dunia yang membuat mereka selalu bertanya-

tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut. Kunci

suksesnya terletak pada cara mengemas dan menyajikan visualisasi

hantu dan konstruksi dramatic skenario. Selain itu, alur cerita juga

harus masuk akal sehingga tidak ada ganjalan dan sanggahan penonton

sesudah pemutaran film.

Dalam film terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi, yaitu audio dan

visual. Audio dalam film dapat berupa dialog, musik, dan efek suara. Dialog

adalah bahasa komunikasi verbal yang digunakan semua karakter di dalam

maupun di luar cerita film (narasi). Dalam perkembangannya, beberapa teknik

dialog juga telah dimungkinkan seperti monolog dan overlapping dialog. Musik

dalam film yaitu lagu atau ilustrasi yang digunakan untuk menambah kesan

dramatisasi film. Musik itu sendiri dapat merupakan bagian dari cerita filmnya

atau dapat pula terpisah dari cerita filmnya. Sedangkan efek suara sering

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

13

diistilahkan dengan noise. Semua suara tambahan selain dialog, lagu, serta musik

adalah efek suara.

Visual dalam film adalah setiap gambar yang menjadi bagian dalam film

contohnya adalah adegan atau akting seorang talent. Selain itu visual dalam film

dapat juga berupa animasi atau juga visual effect.

E.2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup

Dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan di

Perguruan Tinggi” (2009:21), Srijanti menerangkan bahwa istilah “Pancasila”

pertama kali dapat ditemukan dalam buku “Sutasoma” karya Mpu Tantular yang

ditulis pada zaman Majapahit yaitu pada abad ke-14. Dalam buku Sutasoma itu

istilah Pancasila diartikan sebagai perintah kesusilaan yang jumlahnya ada lima

atau bisa disebut dengan istilah Pancasila karma dan buku itu berisikan lima

larangan untuk melakukan kekerasan, mencuri, berjiwa dengki, berbohong,

mabuk akibat minuman keras.

Pendapat tentang adanya Pancasila sejak zaman Majapahit juga

diungkapkan oleh Budiyono dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Pancasila

untuk Perguruan Tinggi” (2009:12), mengatakan bahwa Mpu Tantular dalam

bukunya Sutasoma pernah menyebutkan istilah Bhinneka Tunggal Ika, tanhana

dharma mangriwa, yang berarti berbeda-beda namun tetap satu, tak ada peraturan

yang bersifat dualisme.

Sedangkan istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang

melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa, kelakuan atau perbuatan yang

menurut adab (sopan santun), dasar adab, akhlak, dan moral (Srijanti,2009:21).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

14

Dan untuk isi Pancasila yang resmi dan sah secara yuridis sejak tanggal 18

Agustus 1945 dan masih dipergunakan di Indonesia sampai saat ini sebagai

berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin olek hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selain menjadi satu-satunya dasar negara, Pancasila juga menjadi satu-

satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi atau

pandangan hidup bangsa Indonesia sangat penting untuk membentuk suatu negara

menjadi kokoh. Karena dengan adanya pandangan hidup, Negara mempunyai arah

yang jelas yang berujung pada suatu kebaikan dan kebenaran. Tanpa adanya suatu

pandangan hidup yang kuat, negara Indonesia akan mudah dikendalikan dan

terombang-ambing seperti kehilangan arah.

Menurut Budiyono dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Pancasila

Untuk Perguruan Tinggi” (2009:46), Pancasila sebagai pandangan hidup dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti Pancasila digunakan

sebagai pedoman hidup, pedoman untuk bersikap dan bertingkah laku

dalam kehidupan sehari-harinya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

15

b. Pancasila sebagai pandangan hidup adanya sejak dahulu, ia tumbuh

dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya

bangsa Indonesia itu sendiri

c. Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai sanksi sosial atau

sanksi moral

d. Pancasila sebagai pandangan hidup sudah tidak mungkin dipisahkan

dari kehidupan bangsa Indonesia, karena sudah merupakan “Jiwa dan

Kepribadian Bangsa Indonesia”.

Masih dalam bukunya, “Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan

Tinggi” (2009:23-24), Srijanti juga menjelaskan fungsi dan peranan Pancasila

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang antara lain berisi:

1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.

3. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

4. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

5. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia.

6. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa

Indonesia.

7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

8. Pancasila sebagai moral pembangunan.

9. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

Bahkan Soeharto yang pada saat masih menjabat sebagai Presiden

Republik Indonesia dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Angkatan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

16

Darat tentang Pewarisan Nilai-Nilai ’45 kepada Generasi Muda TNI AD beserta

Aspek-Aspek yang bersangkutan dengan Ketahanan Nasional dengan tegas

menyatakan “Pancasila adalah kepribadian kita, adalah pandangan hidup seluruh

Bangsa Indonesia, pandangan hidup yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat,

menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan kita. Oleh karena itu, Pancasila

adalah satu-satunya pandangan hidup yang dapat pula mempersatukan kita.”

(Krissantono, 1976:10).

E.3. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat

Memahami implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

masyarakat sangat penting dilakukan agar setiap warga negara dalam berpikir dan

bertindak berdasarkan etika yang bersumber dari Pancasila. Pancasila bagi bangsa

Indonesia merupakan pandangan hidup dan dasar negara (Srijanti, 2009:24).

Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat

masyarakat yang terkandung dalam Pancasila Sila ke-1 sampai Sila ke-5 sebagai

berikut:

1. Implementasi Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila ini menghendaki setiap warga negara untuk menjunjung tinggi

agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setiap warga

diharapkan mempunyai keyakinan akan Tuhan yang menciptakan

manusia dan dunia serta isinya (Srijanti, 2009:24).

Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari

Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Prinsip yang

terkandung pada Sila Pertama ini adalah bahwa “Ketuhanan Yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

17

Maha Esa, mengandung pernyataan pengakuan Bangsa Indonesia

terhadap adanya Tuhan.” (Krissantono, 1976:26).

2. Implementasi Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sila kedua Pancasila mengandung makna warga negara Indonesia

mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah

manusia memiliki kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan harus

dipertahankan dengan kehidupan yang layak) (Srijanti, 2009:26).

Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari

Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Pada prinsipnya

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, ingin menempatkan manusia

sesuai dengan harkat sebagai makhluk Tuhan” (Krissantono, 1976:39).

3. Implementasi Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.

Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak

terpecah belah atau bersatunya bermacam-macam perbedaan suku,

agama, dan lain-lain yang berada di wilayah Indonesia (Srijanti,

2009:28).

Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Hari

Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Pada

hakekatnya Sila Persatuan Indonesia mengandung prinsip

Nasionalisme, cinta Bangsa dan Tanah Air, menggalang terus

persatunan kesatuan Bangsa” (Krissantono, 1976:48).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

18

4. Implementasi sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan

rakyat, dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan

sistem perwakilan (rakyat memilih wakil-wakilnya melalui pemilihan

umum) dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan

musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih,

logis, serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat

yang diwakilinya (Srijanti, 2009:30).

Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari

Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Sila Kerakyatan

yang dipimpin olh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaaratan /

perwakilan tidak lain adalah demokrasi. Demokraasi dalam arti umum

yaitu pemerintahan dari rakyaat, oleh rakyat, untuk rakyat. Hikmah

kebijaksanaan dalam permusyawaratan berarti, bahwa tindakan

bersama diambil sesudah ada keputusan bersama” (Krissantono,

1976:58-59).

5. Implementasi Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Sila ini mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia

mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,

ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan sepiritual rohani sehingga

tercipta masyarakat yang adil dan makmur (Srijanti, 2009:31).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

19

Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari

Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Pada prinsipnya

Sila Keadilan sosial menghendaki adanya kemakmuran yang merata di

antara seluruh rakyat, bukan merata yang statis melainkan merata yang

dinamis dan meningkat “ (Krissantono, 1976:70).

Sedangkan Budiyono dalam bukunya “Pendidikan Pancasila Untuk

Perguruan Tinggi” (2009:157-158), memberi penjelasan bahwa pelaksanaan nilai-

nilai Pancasila bisa dibedakan dalam dua bentuk pelaksanaan yaitu pelaksanaan

obyektif dan pelaksanaan subyektif. Pelaksanaan obyektif itu sendiri adalah

pelaksanaan yang dilakukan oleh penguasa negara yang berwenang dengan cara

menjabarkan Pancasila tersebut ke dalam Peraturan Perundang-undangan,

sedangkan untuk pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan yang harus dilakukan

oleh setiap warga negara Indonesia dan penduduk dengan cara mematuhi dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagai dasar negara

maka setiap warga negara wajib taat kepada semua peraturan yang bersumber

pada Pancasila yang berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum.

E.4. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Film

Sejarah film tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia, mengatakan

bahwa film yang berbau implementasi nilai-nilai Pancasila banyak diproduksi

para sineas Indonesia pada rentang tahun 1970an sampai tahun 1990an. Ada

beberapa film besar tentang perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan

Negara Indonesia ini dari para penjajah yang bisa mengingatkan kita kembali

pada tempo dulu. Antara lain adalah film Janur Kuning di produksi pada tahun

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

20

1979. film yang disutradarai oleh Alam Rengga Surawidjaja. Janur Kuning

menceritakan perjuangan pejuang Indonesia dalam meraih kembali

kemerdekaannya yang direbut oleh pasukan sekutu dan berhasil merebut kota

Yogyakarta selama 6 jam. Janur kuning adalah lambang yang dipakai para

pejuang sebagai tanda perjuangan saat itu (http://www.sofyanr.com/film-

perjoeangan-tempo-doeloe.html).

Lalu ada Film Serangan Fajar produksi tahun 1981 yang disutradarai

Arifin C. Noer ini menampilkan beberapa fakta sejarah yang terjadi di daerah

Yogyakarta. Peristiwa-peristiwa patriotic itu di antaranya penaikkan bendera

Merah Putih di Gedung Agung, penyerbuan markas Jepang di Kota Baru,

penyerbuan lapangan terbang Maguwo dan seranagn beruntun di waktu fajar ke

daerah sekitar salatiga, Semarang. Dan film yang mengingatkan kita tentang

sejarah arek-arek Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo saat merebut

kemerdekaan dari tangan Belanda yang dikenal dengan sebuah peristiwa 10

November yaitu film Soerrabaja’45 yang diproduksi pada tahun 1990

(http://www.sofyanr.com/film-perjoeangan-tempo-doeloe.html).

Menurut Irawanto dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap

masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier.

Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan

muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya (Alex

Sobur, 2006: 127).

Dengan dasar itu, pesan sosial dan pesan moral yang dimasukkan ke dalam

film dapat tersampaikan ke masyarakat. Implementasi nilai-nilai Pancasila secara

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

21

otomatis juga bisa masuk ke dalam film. Dengan begitu sedikit demi sedikit

masyarakat dengan mudah memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai sosial

dan moral yang terkandung di dalam Pancasila . Bahkan UU Tahun 2009 Tentang

Perfilman Bab II Bagian Kedua Pasal 3 dengan jelas menerangkan tujuan dari

dibuatnya sebuah film antara lain sebagai berikut:

a. terbinanya akhlak mulia

b. terwujudnya kecerdasan kehidupan bangsa

c. terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa

d. meningkatnya harkat dan martabat bangsa

e. berkembangnya dan lestarinya nilai budaya bangsa

f. dikenalnya budaya bangsa oleh dunia internasional

g. meningkatnya kesejahteraan masyarakat

h. berkembangnya film berbasis budaya bangsa yang hidup dan

berkelanjutan.

E.5. Analisis Isi:

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan

mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.

Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol

coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi

interpretasi (Sofa, 2008).

Neuman menyebutkan “content analysis is a technique for gathering and

analyzing the content of text” (dalam Prasetyo, 2008). Pengertian isi dari teks ini

bukan hanya tulisan atau gambar saja, melainkan juga ide, tema, pesan, arti,

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

22

maupun simbol-simbol yang terdapat dalam teks, baik dalam bentuk tulisan

(seperti buku, majalah, surat kabar, iklan, surat resmi, lirik lagu, puisi, dan

sebagainya), gambar (misalnya film, foto, lukisan), atau pidato.

Krippendorff juga menjelaskan, ketika media massa elektronik semakin

menonjol, pendekatan ini memperluas ranah aplikasinya mencakup siaran radio,

film, dan televisi. Analisis isi jenis ini terus berkembang sampai kini dan

diterapkan untuk meneliti isi buku-buku ajar, serial komik, pidato, dan periklanan

(Krippendorff, 1991:4-5).

Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian survei

dan eksperimen karena subjek penelitian adalah benda mati yang tidak bereaksi

dan peneliti dapat membandingkan dengan lebih mudah antara satu subjek dengan

subjek lainnya.

Neuman menjelaskan bahwa seorang peneliti dapat menerapkan prinsip-

prinsip penelitian survei, misalkan populasi dan penarikan sampel, kemudian

mengolah data, dan menampilkannya pada tabel atau grafik. Perbedaannya hanya

terdapat pada unit analisisnya. Jika pada penelitian survei digunakan unit analisis

individu, keluarga, atau masyarakat, pada penelitian analisis isi, unit analisisnya

dapat berupa majalah (Prasetyo, 2008:167-168).

Menurut Sofa dalam tulisannya yang berjudul “Metode Analisis Isi,

Reliabilitas, dan Validitas dalam Metode Penelitian Komunikasi” (Sofa, 2008),

Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi

terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu:

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

23

1. merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya

2. melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih

3. pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis

4. pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan

pengkodean

5. pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk

pengumpulan data

6. interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh.

F. Kategorisasi

Kategorisasi diperoleh dengan menggunakan butir-butir Pancasila yang berjumlah

45 untuk mempermudah dalam penelitian. 45 butir-butir Pancasila (Budiyono,

2009:153-156) antara lain:

1. Implementasi Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Butir-butir implementasi sila pertama yaitu:

a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaaannya

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Contohnya: secara sadar patuh melaksanakan perintah Tuhan Yang

Maha Esa.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

24

c. Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama

antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-

beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Contohnya: walaupun agama berbeda dapat bekerja sama dalam

bidang sosial, perekonomian dan keamanan lingkungan.

d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan

berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Contohnya: saling bersilaturahim.

e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah

masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan

Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini.

f. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaan.

Contohnya: setiap pemeluk agama tidak boleh mnghalangi ibadah

agama lain.

g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang

lain.

2. Implementasi Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Butir-butir implementasi sila kedua yaitu:

a. Mengakui memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan

kewajiban antara sesama manusia, tanpa membeda-bedakan suku,

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

25

keturunan, agama, kepecayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,

warna kulit dan sebagainya.

Contohnya: sesama manusia tidak saling melecehkan.

c. Saling mencintai sesama manusia.

Contohnya: sesama manusia punya rasa saling memiliki.

d. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

Contohnya: setiap manusia menjaga keseimbangan hak dan

kewajiban.

e. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti

sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang.

f. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Contohnya: mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk

(berbeda suku, agama, kekayaan, kepandaian, dan lain-lain).

g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Contohnya: donor darah dan menyantuni anak yatim.

h. Berani membela kebenaran dan keadilan.

i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia.

j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama

dengan bangsa lain.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

26

3. Implementasi Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.

Butir-butir implementasi sila ketiga yaitu:

a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan

bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara apabila

diperlukan.

Contohnya: bekerja keras membangun negara dan membayar

pajak.

c. Cinta tanah air dan bangsa.

Contohnya: meningkatkan prestasi di segala bidang.

d. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia.

Contohnya: berani dan percaya diri sebagai warga negara

Indonesia.

e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal

Ika.

g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang

ber-Bhinneka Tunggal Ika.

4. Implementasi Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Butir-butir implementasi sila kempat yaitu:

a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

27

Contohnya: masyarakat harus mengawasi wakil rakyat yang dipilih

lewat pemilu.

b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Contohnya: menghormati setiap perbedaan.

c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat

kekeluargaan.

e. Menghormati dan menjungjung tinggi setiap keputusan yang

dicapai sebagai hasil musyawarah.

f. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan

melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi atau golongan.

h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati

nurani yang luhur.

i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertangungjawabkan secara

moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat

martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai

untuk melaksanakan permusyawaratan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

28

5. Implementasi Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Butir-butir implementasi sila kelima yaitu:

a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan

kegotongroyongan.

b. Bersikap adil.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Contohnya: tidak hanya mendahulukan hak-haknya seperti hak

hidup bebas, berserikat, perlakuan sama, kepemilikan, tetapi

menjaga kewajiban secara seimbang.

d. Menghormati hak-hak orang lain.

Contohnya: tidak egois dan tidak invidualisme.

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain .

f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

Contohnya: pemerasan seperti perampokan, memberikan bunga

yang tinggi kepada peminjam terutama kalangan orang kecil dan

miskin, serta tidak memberikan upah yang layak kepada pekerja

terutama buruh dan pembantu rumah tangga.

g. Tidak bersikap boros dan tidak bergaya hidup mewah.

h. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

Contohnya: perbuatan merugikan kepentingan umum seperti

merusak telepon umum dan rambu-rambu lalu lintas.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

29

i. Suka bekerja keras.

j. Menghargai karya orang lain.

Contohnya: tidak membajak karya orang lain.

k. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.

Contohnya: mengembangkan kerja sama tim.

G. Metode Penelitian

G.1. Tipe Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

isi yang bersifat kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mempermudah peneliti,

karena obyek yang diteliti adalah benda mati.

Penelitian dengan metode analisis isi memiliki kelebihan dibandingkan

dengan penelitian survei dan eksperimen karena subjek penelitian adalah benda

mati yang tidak bereaksi dan peneliti dapat membandingkan dengan lebih mudah

antara satu subjek dengan subjek lainnya (Prasetyo, 2008:167).

G.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kuantitaif dengan

menggunakan statistik. Dengan pendekatan penelitian ini, peneliti dapat

mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan

informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Di dalamnya

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

30

terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan

(Mardalis, 2007:26).

G.3. Unit Analisis

Unit analisis penelitian ini adalah 153 scene dalam film Preman In Love

karya Rako Prijanto. Dalam film yang berdurasi 83 menit 8 detik, setiap scene

akan di analisis dari sisi audio dan visual yang mengandung implementasi nilai-

nilai Pancasila.

G.4. Satuan Ukur

Satuan ukur dalam penelitian ini adalah frekuensi kemunculan scene dan

total durasi yang mengandung unsur implementasi nilai-nilai Pancasila yang

sudah diuraikan dalam kategorisasi baik audio maupun visual dalam film Preman

In Love karya Rako Prijanto.

G.5. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data primer

Data utama yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan cara

mengamati dan menganalisa data yang ada yaitu 2 keping VCD (Video

Compact Disk) film Preman In Love yang diproduksi oleh MD

Entertainment.

2. Data sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, atau

internet yang bisa digunakan sebagai referensi penunjang untuk kajian

pustaka dan dapat mendukung data primer.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

31

G.6. Teknik Perolehan Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam

penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Preman In Love untuk

memperoleh data berupa audio dan visual yang terdapat pada setiap scene yang

mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila. Selanjutnya untuk mempermudah

pengkategorisasian, maka dibuat lembar koding seperti contoh dibawah.

Kemudian dari data-data yang masuk ke lembar koding akan dilakukan analisa

secara deskriptif.

Tabel 1.1

Lembar koding untuk penelitian

Scene

Implementasi Pancasila

Durasi waktu Sila

ke-1

Sila

ke-2

Sila

ke-3

Sila

ke-4

Sila

ke-5

A V A V A V A V A V IN OUT

Keterangan:

Tabel diatas diisi dengan tanda

= menandakan adanya implementasi nilai-nilai Pancasila pada

scene itu

= menandakan tidak adanya implementasi nilai-nilai Pancasila

pada scene itu

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/29570/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-lukmanulha-22087... · Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

32

G.7. Uji Reliabilitas

Untuk melakukan uji reliabilitas, peneliti dibantu oleh dua orang coder

(orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data penelitian. Hal

ini dilakukan untuk menjaga reliabilitas dalam pengkategorisasian. Untuk

menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder, peneliti menggunakan

rumus Holsty (Wimmer dan Dominick, 2000) sebagai berikut:

Keterangan:

CR = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti

dari hasil yang diperoleh, akan ditemukan observed agreement

yang diperoleh dari penelitian