bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/bab i revisi bener...

63
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran bernegara merupakan tujuan kegiatan dan fungsi pemerintah dan pihak lain merupakan syarat bagi tercapainya tujuan tujuan Negara yang telah ditetapkan. Masyarakat yang sudah tinggi kesadaran bernegara akan ikut berpartisipasi dan membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya, oleh karena kegiatan tersebut ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Bantuan dan partisipasi tersebut diwujudkan dalam bentuk melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Negara, membantu masyarakat dalam mengatasi masalah gangguan keamanan, melakukan pembelaan Negara, menbayar pajak dan sebagainya. Sebaliknya tugas pemerintah ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bernegara. Penyelenggaraan pendidikan disekolah, pendidikan informal melalui media (telivisi, media massa, dan radio), peningkatan kesehatan masyarakat, pemilihan umum, dan

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran bernegara merupakan tujuan kegiatan dan fungsi

pemerintah dan pihak lain merupakan syarat bagi tercapainya tujuan

tujuan Negara yang telah ditetapkan. Masyarakat yang sudah tinggi

kesadaran bernegara akan ikut berpartisipasi dan membantu pemerintah

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya, oleh karena kegiatan tersebut

ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Bantuan dan partisipasi tersebut

diwujudkan dalam bentuk melaksanakan tugas yang dibebankan oleh

Negara, membantu masyarakat dalam mengatasi masalah gangguan

keamanan, melakukan pembelaan Negara, menbayar pajak dan

sebagainya.

Sebaliknya tugas pemerintah ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk bernegara. Penyelenggaraan pendidikan

disekolah, pendidikan informal melalui media (telivisi, media massa, dan

radio), peningkatan kesehatan masyarakat, pemilihan umum, dan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

2

sebagainya juga ditujukan juga untuk meningkatkan kesadaran bernegara

masyarakat. Dalam hal ini kebijakan perpajakan dapat juga dijadikan alat

atau instrument untuk melaksanakan atau meningkatkan kesadaran

bernegara tersebut.

Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang

penting bagi Negara dalam membiayai pengeluaran yang harus dilakukan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu pemerintah

harus melakukan usaha untuk memungut pajak dari masyarakat dan

senantiasa berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

membayar pajak. Kesadaran masyarakat membayar pajak sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat.

Semakin tinggi pengetahuan masyarakat maka akan semakin mudah bagi

pemerintah untuk menyadarkan masyarakat, bahwa dalam kehidupan

tidak ada satupun dapat diperoleh tanpa membayar, atau mengorbankan

sesuatu. Semua yang dinikmati oleh seseorang akan dibayar sendiri oleh

yang bersangkutan, atau bisa pula bebannya dialihkan kepada pihak lain.

Seseorang yang mengendarai mobil pada suatu kota yang belum pernah

disinggahinya sebelumnya dapat melewati jalan raya yang cukup baik

yang dibangun oleh pemerintah, tanpa harus membayar sejumlah biaya

sama sekali. Walaupun orang tersebut tidak mengeluarkan pengorbanan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

3

untuk ikut serta membangun jalan tersebut, tetapi ia dapat menikmatinya

secara gratis. Tanpa disadarinya sebenarnya jalan tersebut dibiayai oleh

sekelompok masyarakat lain yang membayar pajak kepada pemerintah,

yang mungkin tidak mendapatkan manfaat langsung (pada saat itu) dari

dibangunnya jalan tersebut. 1

Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk

republik. Sebagai Negara kesatuan, bangsa Indonesia mempunyai tujuan

Negara seperti halnya seperti Negara-negara lain. Tujuan Negara

Indonesia dituangkan dalam pembukuan Undang-undang Dasar 1945

alenia IV yaitu :

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka

pemerintah menempuh langkah dengan jalan melaksanakan pembangunan

di semua sektor. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan

1 Siahaan, Marihot Pahala, 2010. Hukum Pajak Elementer. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

4

pemerintah ini hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan

pembangunan manusia seluruhnya, dengan berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945 guna mencapai tujuan nasional yaitu

mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual. Dalam

rangka mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka pemerintah menempuh

langkah dengan jalan melaksanakan pembangunan disemua bidang.

Dengan adanya program pembangunan ini pemerintah akan banyak

membutuhkan dana untuk pelaksanaannya. Oleh sebab itu untuk

mendistribusikan beban pemerintah kepada masyarakat maka perlu

digalakkan sumber penerimaan Negara melalui pajak. Oleh karena itu

biaya-biaya untuk melaksanakan pembangunan akan dapat terpenuhi

dengan berbagai sumber penerimaan Negara melalui:

1. Bumi, air dan kekayaan alam

2. Pajak-pajak dan bea cukai

3. Hasil perusahaan Negara

4. Dan lain-lain seperti denda-denda dan keuntungan saham yang

dipegangnya, deviden, sertifikat dan sebagainya.

Dari teori tersebut diatas, terlihat bahwa sumber penerimaan

Negara berasal dari sektor pajak dan non pajak. Seiring dengan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

5

perkembangam zaman ini, pemerintah lebih menekankan penerimaan

Negara dari sektor pajak mengingat sektor pajak sangat dominan bagi

kepentingan pembangunan.

Upaya pemerintah untuk mendapatkan sektor pajak sebagai salah

satu sumber pendapatan Negara yang strategis semakin tampak setelah

dikeluarkan UU No.9 tahun 1994 tentang ketentuan umum dan tatacara

perpajakan, UU No.10 tahun 1994 tentang pajak penghasilan UU No.11

tahun 1994 tentang Ppn dan penjualan atas barang mewah dan sekaligus

UU No.12 tahun 1994 tentang pajak bumi dan bangunan. Serta

diadakannya penyuluhan-penyuluhan mengenai pajak, akan tetapi

penyuluhan tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan perpajakan saja,

sehingga masalah kesadaran utuk membayar pajak perlu diadakan

pengkajian lebih lanjut.

Pada dasarnya faktor yang menghambat pembayar pajak adalah

masalah kesadaran masyarakat, dimana perlu diberi pengarahan bahwa

pajak itu bukan semata-mata merupakan kewajiban setiap warga Negara,

tetapi juga merupakan hak setiap masyarakat untuk ikut serta dalam

pembiayaan Negara melalui pembangunan. Berdasarkan kenyataan

sekarang ini, bahwa sebagian masyarakat Desa Langensari mata

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

6

pencahariannya adalah petani, pedagang, supir dan lain-lain sehingga

pendapatan masyarakat masih relatif rendah, maka dana yang terhimpun

dari peran serta masyarakat melalui pajak akan mengalami banyak kendala

yaitu pembayaran pajak tidak tepat waktu atau menunggak sehingga

pelaksanaan pembangunan akan terlambat atau tidak lancar.

Selain itu juga masalah pendidikan rakyat dimana lulusan

masyarakat Desa Langensari sebagian besar lulusan Sekolah Dasar (SD)

sedangkan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi hanya sebagian kecil saja, dan bahkan

ada masyarakat yang tidak bersekolah. Dalam hal ini pendidikan wajib

pajak yang belum maju atau masih terbelakang akibatnya pandangan

mengenai hakekat dan arti pembayaran pajak serta kesadaran dalam

melaksanakan kewajiban dan mengalami kesulitan, sehingga

menyebabkan program pembangunan akan mengalami hambatan.

Kesadaran membayar pajak secara makro akan melahirkan

moralita perpajakan (tax morality) masyarakat. Masyarakat yang memiliki

moralita perpajakan yang tinggi akan merasa membayar pajak merupakan

kewajiban kenegaraan yang harus dipenuhi sebagai anggota dari

organisasi Negara yang telah memberikan perlindungan dan fasilitas

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

7

kepadanya. Mereka akan merasa bahwa pajak sangat diperlukan oleh

Negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya, dan sebagai anggota

masyarakat ia wajib untuk mendukung setiap kegiatan pemerintah.

Masyarakat akan mau membayar pajak dengan rela karena ia tahu bahwa

hasil dari pajak yang dibayarkannya akan digunakan oleh pemerintah

untuk melaksanakan fungsinya mengayomi masyarakat, yang berarti ia

juga akan memperoleh manfaat dari pembayaran pajak yang

dilakukannya.

Berdasarkan keterangan dari bapak kepala Desa langensari bahwa

pada tahun 2015 pembayaran pajak bumi dan bangunan di Desa

Langensari mengalami banyak kendala yaitu pembayaran pajak bumi dan

bangunan yang tidak tepat waktu ataupun terlambat, prosentase wajib

pajak yang menunggak kurang lebih 25% dari jumlah wajib pajak yang

membayar tepat pada waktunya. Oleh karena itu masalah kesadaran dalam

rangka meningkatkan pendapatan yang berguna bagi pembangunan

desanya dapat dilakukan melalui Hpembayaran pajak tepat pada

waktunya, sehingga pemerintah dapat memanfaatkannya untuk

pembangunan. Salah satu jenis pajak yang mendukung bagi terlaksananya

pembangunan di Desa Langensari, Kecamatan Saketi Kabupaten

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

8

Pandeglang adalah pajak bumi dan bangunan. Dalam hal ini kesadaran

masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan perlu adanya

peningkatan baik kesadaran masyarakat, prosedur perpajakan terus

disempurkan dan aparatur perpajakan makin diarahkan agar dapat

mendorong pendayagunaan dan pengembangan daerahnya.

Pajak bumi dan bangunan (PBB) merupakan pajak pusat yang

objeknya berada didaerah. Hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan

Negara (dalam hal ini pemerintah pusat) dan disetor sepenuhnya ke

rekening Kas Negara. Dana bagi hasil dengan penerimaan pajak bumi dan

bangunan akan dibagi untuk pemerintah pusat dan daerah dengan rincian

sebagai berikut:

1) 90% (Sembilan puluh persen) untuk daerah

2) 10% (sepuluh persen) untuk pusat

Jumlah 90% (Sembilan puluh persen) bagian daerah dibagi dengan rincian

sebagai berikut:

a) 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk daerah Provinsi

yang bersangkutan dan disalurkan ke Kas Umum Daerah

Provinsi.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

9

b) 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk daerah

Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan disalurkan ke

Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota.

c) 9% (Sembilan persen) untuk biaya pemungutan yang dibagikan

kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah.

Jumlah 10% (sepuluh persen) dalam Undang-undang No.12 tahun 1994

tentang pajak bumi dan bangunan, bagian pemerintah pusat dibagikan

kepada seluruh daerah Kabupaten/Kota yang didasarkan atas realisasi

penerimaan PBB tahun anggaran berjalan dengan rincian sebagai berikut:

a) 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada

seluruh daerah Kabupaten/Kota.

b) 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai intensif kepada

daerah Kabupaten/Kota yang realisasi tahun sebelumnya

mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.2

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul kesadaran masyarakat Desa

Langensari membyar pajak terhadap pembayaran pajak bumi dan

2 Mardiasmo, Pajak di Indonesia. 2009. Jakarta: Graha Ilmu

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

10

bangunan (PBB) di Desa Langensari Kecamatan Saketi Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Kesadaran masyarakat Desa Langensari membayar

pajak terhadap pembayaran pajak bumi dan bangunan ?

2. Bagaimana Hukum Pajak menurut Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kesadaran masyarakat Desa Langensari

membayar terhadap pembayaran pajak Bumi dan Bangunan.

2. Untuk mengetahui hukum pajak menurut Islam.

D. Kerangka Pemikiran

Pajak berasal dari kata al-dharibah yang secara etimologis berarti

beban, seperti dalam kalimat :

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

11

“ Ia telah membebankan kepadanya upeti untuk dibayarkan.”

Kadang pula diartikan pula dengan al-jizyah yang berarti pajak tanah

(upeti), yang diserahkan oleh ahli dzimmah (orang yang tetap dalam

kekafiran, tetapi tunduk dalam aturan pemerintah Islam) kepada

pemerintahan Islam.3

Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 177

3 Gusfahmi, S.E.,M.A. 2011. Pajak Menurut SYARIAH. Jakarta: Rajawali Pers

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

12

Artinya :”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu

suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan

orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang

menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam

kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-

orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang

bertakwa”.(Q.S Al-Baqarah: 177)4

Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara

yang dikenakan terhadap Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-

undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang No. 20 tahun 2000.

Sedangkan objek PBB adalah “Bumi dan atau bangunan”.

4 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran Departemen Agama RI, Al-

Quran dan Terjemahnya (Semarang: Diponegoro: 2012) h. 21.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

13

Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi

yang ada dibawahnya. Contohnya: sawah, lading, kebun, tanah,

pekarangan, tambang dan lain-lain. Bangunan adalah konstruksi teknik

yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan

diwilayah Republik Indonesia. Contohnya: rumah tempat tinggal,

bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol,

kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dan lain-lain. Jadi dapat

disimpulkan dari beberapa pengertian diatas pajak bumi dan bangunan

adalah pajak Negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan

pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyediaan

fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan pemerintah

daerah.5

Pajak pada dasarnya nerupakan peralihan sebagian kekayaan dari

masyarakat kepada Negara yang dimungkinkan oleh undang-undang

pajak. Peralihan kekayaan tersebut membuat pajak dipandang dari dua sisi

yang berbeda. Bagi masyarakat pajak sering kali dianggap sebagai beban,

mengingat setiap anggota masyarakat yang memenuhi ketentuan

perpajakan sebagai wajib pajak harus membayar pajak yang dikenakan

5Gusfahmi, S.E.,M.A. 2007. Pajak Menurut SYARIAH. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

14

kepadanya. Pajak dianggap sebagai beban mengingat adanya keharusan

membayar pajak yang pada akhirnya akan mengurangi daya beli orang

tersebut, terutama jika dibandingkan apabila ia tidak memiliki kewajiban

untuk membayar pajak. Disisi lain bagi pemerintah dan fiskus pajak harus

dipungut karena terbukti pajak memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap penerimaan Negara. Hal ini membuat pemerintah selalu

berupaya untuk meningkatka penerimaan pajak, baik dengan usaha

insentifikasi maupun ekstensifikasi pajak.

Beban bagi masyarakat di satu lain dan potensi penerimaan yang

cukup besar disisi lain bagi pemerintah sering kali membuat manfaat dan

peranan pajak dipandang berbada, sesuai dengan sudut pandang masing-

masing pihak. Hal demikian tidak saja hanya terjadi di Indonesia tetapi

juga diberbagai Negara yang menerapapkan pajak sebagai sumber

penerimaan Negara. Hal ini membuat para ahli pajak mempelajari pajak

dan mengembangkan ilmu tentang pajak dan mengembangkan ilmu

tentang pajak dengan maksud agar pajak dapat diterima oleh semua pihak.

Pemungutan pajak di Indonesia berasal dari kesepakatan rakyat

dan pemerintah, yang dituangkan dalam berbagai undang-undang pajak.

Hal ini melahirkan adanya hukum pajak di Indonesia. Dalam hokum pajak

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

15

diatur berbagai ketentuan yang memungkinkan pajak dapat dipungut dari

masyarakat tanpa mendapat perlawanan dan harus dipatuhi oleh

masyarakat. Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan dapat

dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait

dengan bumi dan bangunan. Penerimaaan pajak bumi dan bangunan

memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak yang relatife kecil,

namun pajak bumi dan bangunan merupakan sumber penerimaan yang

sangat potensial bagi daerah.6

Dasar hukum PBB adalah pasal 33 ayat (3) undang-undang dasar

1945 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat”.

Peraturan pemerintah yang mengatur pemungutan PBB adalah:

1. Peraturan pemerintah No.46 tahun 1985 tentang presentase nilai

jual kena pajak pada pajak bumi dan bangunan.

2. Peraturan pemerintah No.104 tentang penerimaan Negara dari

pajak bumi dan bangunan.

6 Marihot pahala siahan, SE, MT pajak erlamenter hal 12

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

16

3. Peraturan pemerintah No.47 tahun 1985 tentang pembagian hasil

pajak bumi dan bangunan antara pemerintah pusat dan daerah.

4. Keputusan Mentri Keuangan No.83/KMK.04/1994.

5. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-04/PJ.6/1998

tentang petunjuk pelaksanaan pendaftaran,pendataan dan penilaian

objek pajak dan subyek pajak bumi dan bangunan dalam rangka

pembentukan dan atau pemeliharaan basis system manajemen

informasi objek pajak (SISMIOP).7

E. Langkah-langkah Penelitian

a. Field Research ( penelitian lapangan )

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dari lapangan yang

menjadi objek penelitian melalui pengamatan secara langsung

dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Langensari Kecamatan Saketi

Kabupaten Pandeglang karena adanya kesesuaian dengan

7 Undang-undang No.12 tahun 1994 tentang perubahan atas undang-undang

N0.12 tahun 1985.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

17

masalah yang diangkat oleh penulis dan adanya izin dan

kemudahan untuk diteliti dan lokasi yang terjangkau.

b) Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, sedangkan

sampel adalah sebagian dari objek yang dikenai penelitian.

c) Teknik pengumpulan data

b. Teknik pengumpulan data

Untuk pengumpulan data ini dilakukan dengan beberapa langkah

sebagai berikut :

a) Wawancara yaitu cara yang digunakan dengan tujuan

mendapatkan keterangan serta lisan dan responden, atau

metode pengumpulan data dengan Tanya jawab dengan cara

sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.

b) Observasi atau pengamatan merupakan metode yang pertama

yang digunakan dalam penelitian ilmiah.

c) Pustaka

Daftar bacaan yang dijadikan rujukan dalam penulisan karya

tulis ilmiah ini. Bahan yang dijadikan rujukan tersebut dapat

berasal dari buku-buku, kamus, majalah, artikel, surat kabar

ataupun internet.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

18

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika pembahasan

sebagai berikut :

Bab satu, membahas tentang pendahuluan yang meliputi, latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka

pemikiran, angkah-langkah penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua, membahas tentang kondisi obyektif lokasi penelitian

yang meliputi, letak geografis Desa Langensari, karakteristik masyarakat

Desa Langensari, penidikan masyarakat Desa Langensari, dan kondisi

ekonomi masyarakat Desa Langensari.

Bab tiga, membahas tentang tinjauan teoritis tentang pajak bumi

dan bangunan yang meliputi, pengertian pajak bumi dan bangunan, tujuan

pajak bumi dan bangunan, dasar hukum pajak bumi dan bangunan, obyek

dan subyek pajak bumi dan bangunan.

Bab empat, membahas tentang peran pajak bumi dan bangunan

bagi masyarakat yang meliputi, persepsi masyarakat Desa Langensari

terhadap pajak bumi dan bangunan, tinjauan hukum Islam terhadap pajak

bumi dan bangunan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

19

Bab lima, membahas tentang penutup yang meliputi, kesimpulan

dan saran.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

20

BAB II

KONDISI OBYEKTIF LOKASI PENELITIAN

1. KONDISI DESA

1. Sejarah Desa

Desa Langensari merupakan salah satu desa di wilayah kecamatan

saketi yang mempunyai luas wilayah 343 Ha. Sebagian besar mata

pencaharian penduduk desa Langensari adalah petani dan buruh tani. Hal

tersebut dapatdilihat dari aktivitas sehari-hari masyarakat serta data

monografi yang ada di desa. Adapun data monografi desa Langensari

adalah sebagai berikut:

2. Demografi

1. Batas Wilayah

Secara demografis, Desa Langensari berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Desa Rawasari Kec.Cisata

- Sebelah Selatan : Desa Sukalangu Kec.Saketi

- Sebelah Timur : Desa Cibarani Kec.Cisata

- Sebelah Barat : Desa Medalsari Kec.Saketi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

21

2. Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan)

a. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan

b. Jarak dari pusat pemerintahan Kota Administratif

c. Jarak dari Ibukota Kabupaten Pandeglang

d. Jarak dari Ibukota Propinsi Banten

e. Jarak dari Ibukota Negara

3. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Langensariadalah 343 Ha, dengan

penggunaannya sebagai berikut:

a. Pemukiman : 53 Ha

b. Perkantoran : 0 Ha

c. Pertanian : 219 Ha

d. Perkebunan : 38 Ha

e. Peternakan : … Ha

f. Perikanan : … Ha

g. Fasilitas Umum : … Ha

h. Fasilitas Sosial : 86 Ha

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

22

4. Topografi Desa

Secara Umum keadaan Desa Langensari merupakan daerah dataran

rendah dengan ketinggian 200 meter diatas permukaan laut.

Desa Langensari mempunyai iklim tropis sehingga mempunyai

pengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian dan pola tanam di

Desa ini.

2. Keadaan Sosial

1. Jumlah penduduk menurut :

a. Jenis Kelamin :

1) Laki- laki : 1.128 Orang

2) Perempuan : 1.210 Orang

b. Kepala Keluarga : 726 KK

c. Kepala Keluarga RTM : 450 KK

d. Kewarganegaraan

1) WNI : 2.338 Orang

2) WNA : - Orang

2. Jumlah penduduk menurut agama

a. Islam : 2.338 Orang

b. Kristen : …… Orang

c. Katholik : …… Orang

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

23

d. Hindu : ……. Orang

e. Budha : ……. Orang

3. Jumlah penduduk menurut usia

a. Kelompok Pendidikan

1) 04-06 tahun : 40 Orang

2) 07-12 tahun : 112 Orang

3) 13-15 tahun : 63 Orang

b. Kelompok Tenaga Kerja

1) 20-26 tahun : 65 Orang

2) 27-40 tahun :546 Orang

4. Jumlah penduduk menurut tinkat pendidikan

a. Sarjana : 22 Orang

b. SLTA : 35 Orang

c. SMP : 63 Orang

d. SD : 112 Orang

e. Tidak menyesaikan pendidikan :119 Orang

3. Keadaan Ekonomi

Sebagian besar penduduk Desa Langensari bekerja di sector

pertanian dan perkebunan. Hal ini didukung oleh faktor wilayah Desa

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

24

Langensari yang terletak di daerah pegunungan, tepatnya dilereng gunung

Pulosari.

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

a. Karyawan/ABRI/PNS : 52 Orang

b. Wiraswasta/pedagang : 115 Orang

c. Tani : 27 Orang

d. Pertukangan : 18 Orang

e. Buruh Tani : 695 Orang

f. Pensiuan : 24 Orang

g. Nelayan : - Orang

h. Pemulung : - Orang

i. Jasa : 19 Orang

4. Kondisi pemerintah desa

1. Pembagian Wilayah Desa

Desa Langensari terbagi dalam 4 RW dan 14 RT.

Jumlah Perangkat Desa

1. Kepala Dusun : 4 Orang

2. Kepala Urusan : 3 Orang

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

25

3. Pembantu kepala urusan : 3 Orang

2. Struktur organisasi pemerintahan desa

Lembaga-lembaga pemerintah yang ada di Desa : BPD, LPM,

Karang Taruna, PKK.8

STRUKTUR ORGANISASI DESA

8Profil Desa Langensari tahun 2015

KEPALA DESA

SEKDES

BPD

KAUR UMUM/KEU

KAUR PERENCANAAN

KAUR PEMERINTAHAAN

KASI KESRA

KASI PELAYANAN

KASI TRANTIB

KASI PEMBANGUNAN

KADUS I KADUS II KADUS IV KADUS III

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

26

BAB III

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Pengertian pajak, fungsi dan tujuan Pajak Bumi dan Bangunan.

1. Pengertian Pajak di Indonesia

Suatu undang-undang dikatakan baik apabila undang-undang

tersebut mendefinisikan secara jelas dan tegas tentang segala sesuatu yang

diaturnya guna menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh

para pengguna undang-undang itu. Kejelasan menjadi sesuatu keharusan

agar tujuan pembuatan undang-undang itu dapat tercapai.9

Demikian pula dengan undang-undang perpajakan,ia harus dibuat

definisi tentang pajak. Dari sisi teori perundang-undangan, jika pajak tidak

didefinisikan dalam undang-undang perpajakan, akan mengakibatkan

ketentuan undang-undang perpajakan.10

Kalau di lihat dalam perpajakan Indonesia, dari tahun 1983-2002,

telah dibuat 22 undang-undang ( UU ) dibidang perpajakan. Dari 22 itu,

9 Augus hendra Simatupang, Sulitnya Mendefinisikan Pajak, Opini, Berita Pajak,

Edisi 1 Agustus 2005, hlm 21. 10 Augus hendra Simatupang, Sulitnya Mendefinisikan Pajak, Opini, Berita Pajak,

Edisi 1 Agustus 2005, hlm 22

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

27

hanya ada 2 ( dua ) UU yang mendefinisikan pajak,yaitu UU nomor 19

Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa dan UU Nomor

19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.11

Definisi pajak menurut UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ( UU PPSP ) adalah :

“semua jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk Bea

Masuk dan Bea Cukai, dan pajak yang dipungut oleh pemerintah Daerah,

menurut aturan perundang-undangan yang berlaku.”12

Definisi di atas tentu saja belum mencerminkan dengan sesungguhnya

tentang siapa yang memungut, apa yang dipungut, untuk tujuan apa

dipungut pajak tersebut, sehingga dapat dipahami.Inilah kekeliruan

pertama dalam sistem perpajakan di Indonesia.

2. Tidak Ada Definisi Pajak dalam UU Perpajakan di Indonesia

Reformasi perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama kali tahun

1983, yakni dengan dikeluarkannya tiga undang-undang ( UU ), yaitu: UU

Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

11 Augus hendra Simatupang, Sulitnya Mendefinisikan Pajak, Opini, Berita Pajak,

Edisi 1 Agustus 2005, hlm 22 12 Definisi yang sama juga dinyatakan dalam UU Nomor 19 tahun 2000 pada

Pasal 1 butir

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

28

(UU KUP), UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan ( UU

PPh ) dan UU Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM). Anehnya

dalam ketiga undang-undang tersebut ternyata tidak ditemukan adanya

definisi tentang pajak kenapa hal ini bisa terjadi?

Hal ini tampaknya terkait dengan definisi pajak itu sendiri,dimana

jika ia didefinisikan, akan terlihat bahwa pajak itu sebenarnya hanya alat

kepentingan penguasa. hal itu tidak dapat di dipungkiri, sebab definisi

pajak yang paling sering dijadikan rujukan di Indonesia adalah definisi

yang menunjukan pemaksaan semata, seperti yang di kemukakan oleh dua

tokoh pajak sebagai berikut

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., mendefinisikan pajak sebagai

berikut:

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor

publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak

mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang

digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

29

sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah, untuk mencapai

tujuan yang ada diluar bidang keuangan”.13

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani, mendefinisikan pajak sebagai:

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dilaksanakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,

dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung

dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.14

Karena adanya kata-kata yang dapat dipaksakan pada definisi

pajak, hal ini dihindari oleh rezim Orde Baru. Sebab pencantuman kata-

kata itu dalam undang-undang akan mencerminkan kediktatoran penguasa,

sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan resistensi masyarakat

terhadap undang-undang perpajakan.

Tidak didefinisikannya pajak dalam perundang-undangan

perpajakan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat bertentangan dengan

prinsip-prinsip perundang-undangan secara umum. Tidak didefinisikannya

13 Rohmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, 1988, hlm. 12 14 R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: PT Eresco,

1982), hlm. 2.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

30

pajak merupakan kesalahan yang dapat mengakibatkan Pajak didefinisikan

oleh semua orang.

Jika pajak didefinisikan oleh pemungut pajak, cenderung akan

dibuat agar menguntungkan pemungutnya, yang bisa menjadi suatu

kezaliman. Sebaliknya, jika pajak didefinisikan oleh pembayarnya,

cenderung akan dibuat untuk keuntungan pembayarnya. Jika hal ini

terjadi, maka akan tercipta hukum rimba. Wajib pajak yang kuat, kaya dan

berpengaruh akan berusaha menyembunyikan kekayaannya, sementara

yang lemah tidak mampu menghindar karena kelemahannya. Siapa yang

kuat jadi raja, yang lemah menjadi babu. Hukum bisa dibeli oleh orang

yang kaya, sementara si miskin tak mampu berbuat apa-apa, sehingga

tidak ada jaminan bahwa si miskin terjamin haknya.

Secara etimologi pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

Dharibah15

, yang berasal dari kata doroba,yadribu,dorban yang artinya:

mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan, atau

membebankan dan lain-lain.16

15Gazy Inayah, Op.cit, hlm.24, dan Qardhawi, Fiquz Zakah, Op.cit, hlm.359 16 A. Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), Bab

Dharaba, hlm.815

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

31

Dalam Al-Quran, kata dengan kata da-ra-ba terdapat dibeberapa

ayat, antara lain pada QS. Al-Baqarah ayat 61

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak

bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu

mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi

Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya,

ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya".

Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti

yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

32

apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan

kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi)

karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para

Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka

selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”( QS. Al-Baqarah ayat 61)17

Dharaba adalah bentuk kata kerja (fi‟il), sedangkan bentuk kata

bendanya (ism) adalah dharibah, yang dapat berarti beban. Dharibah

adalah isim mufrad (kata benda tunggal) dengan bentuk jamaknya adalah

dharaib . Ia disebut beban, karena merupakan kewajiban tambahan atas

harta setelah zakat, sehingga dalam pelaksanaannya akan dirasakan

sebagai sebuah beban (pikulan yang berat). Dalam contoh pemakaian,

jawatan perpajakan disebut dengan maslahah adh-dharaaib .

Secara bahasa maupun tradisi, dharibah dalam penggunannya

memang mempunyai banyak arti, namun para ulama memakai ungkapan

dharibah untuk menyebut harta yang dipungut sebagai kewajiban. Hal ini

tampak jelas dalam ungkapan bahwa jizyah dan kharaj dipungut secara

17Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran Departemen Agama RI, Al-

Quran dan Terjemahannya (Semarang: Diponegoro) h. 9.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

33

dharibah, yakni secara wajib18

. Bahkan sebagian ulama menyebut kharaj

merupakan dharibah19

.

Dalam kitab Al-Ahkam al-Sulthaniyah karya Imam Al-MAwardi,

kharaj diterjemahkan dengan kata pajak (pajak tanah), sedangkan jizyah

tidak diterjemahkan dengan pajak, melainkan tetap disebut jizyah.20

Dalam kitab Al-Umm karya Imam Syafi‟i, jizyah diterjemahkan dengan

pajak.21

Istilah pajak ( dharibah ) juga tidak bisa untuk menyebut „ushr (bea

cukai), yakni pungutan yang dipungut dalam besaran tertentu dari importir

atau eksportir yang bukan Negara Khilafah, baik Muslim maupun zimmi,

dan bukan mu‟ahad. Sebab „ushr hanyalah tindakan balasan atas tindakan

negara mereka. Oleh karena itu, besar „ushr sama dengan besaran yang

dipungut oleh Negara mereka dari warga Negara khilafah ketika

mengimpor komoditas dari Negara tersebut atau mengekspor komoditas

ke Negara tersebut.

18 As-Sarashi, al-mabsuth, dalam yahya Abdurrahman, Dharibah (pajak),

publikasi 4 Mei 2005. 19 Asy-Syawkani, Fath al-Qadir, 3/493, dalam Yahya Abdurrahman, Ibid. 20 Al-Mawardi, Al-ahkam al-Sulthaniyyah Fi Al-Wiyayah Ad-Diniyyah, Beirut, Dar

al-Kutub Al-Araby, 1978, edisi terj.oleh Fadhli Bahri, Lc, Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Negara Islam, (Jakarta: Darul Falah, Cet.1,200), hlm. 261

21 Imam Syafi’I, Mukhtasar Kitab Al-Umm fi Al-Fiqh, Edisi terj. Oleh Imron Rosadi, S. Ag, Amiruddin, dan Imam Awaluddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hlm. 233-284

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

34

Pengertian ini adalah realitas dari dharibah sebagai harta yang

dipungut secara wajib dari rakyat untuk keperluan pembiayaan Negara.

Dengan demikian, dharibah bisa kita artikan dengan pajak (muslim).

Istilah dharibah dalam arti pajak secara Syar‟i dapat kita pakai sekalipun

istilah “pajak” itu berasal dari Barat, karena realitasnya ada dalam sistem

ekonomi Islam.

Ada tiga ulama yang memberikan definisi tentang pajak, yaitu

Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh az-zakah, Gazi Inayah dalam

kitabnya Al-Iqtishad al-Islami az-zakah wa ad-Dharibah, dan Abdul

Qadim Zallum dalam kitabnya Al-Amwal Fi Daulah al-Khilafah,

ringkasannya sebagai berikut:

1. Yusuf Qardhawi berpendapat:

Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang

harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa

mendapat prestasi kembali dari Negara, dan hasilnya untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisasi

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

35

sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin

dicapai oleh Negara22

.

1. Gazi Inayah berpendapat:

Pajak adalah kewajiban untuk membayar tunai yang ditentukan oleh

pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya

imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan kemampuan si

pemilik harta dan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan

secara umum dan untuk memenuhi tuntunan politik keuangan bagi

pemerintah.

2. Abdul Qadim Zallum berpendapat:

Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah Swt. Kepada kaum muslim

untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang

memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada

uang/harta23

.

22 Yusuf Qardhawi, Fiquz Zakah, Muassasat ar-Risalah, Beirut, Libanon, Cet. Ke

II, 1973, Terj. Oleh Salman Harun (jiid I), Didin Hafidhudin dan Hasanudiin (jilid II), Hukum Zakat, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, Cet Ke V, 1999), hlm. 998.

23 Abdul Qadim Zallum, Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, Dar al-Ilmi Lilmalayin, Cet. II. 1408 H/1998 M, Edisi Terj. Oleh Ahmad S, dkk, Sistem Keuangan di Negara Khilafah, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah,2002), hlm. 138.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

36

Definisi yang diberikan oleh Qardhawi dan Inayah masih terkesan

secular, karena belum ada unsure-unsur syari‟ah. Dua definisi tersebut

hampir sama dengan definisi pajak menurut tokoh-tokoh non Islam.

Penulis lebih setuju dengan definisi yang dikemukakan oleh

Zallum, karena dalam definisinya, terangkum lima unsure pokok yang

merupakan unsure penting yang harus terdapat dalam ketentuan pajak

menurut syariat, yaitu:

1. Diwajibkan oleh Allah Swt.

2. Objeknya adalah harta (al-mal).

3. Subjeknya kaum Muslim yang kaya (ghaniyyah), tidak termasuk non-

Muslim.

4. Tujuannya untuk membiayai kebutuhan mereka (kaum Muslim) saja.

5. Diberlakukan karena adanya kondisi darurat (khusus), yang harus

segera diatasi oleh Ulil Amri.

Kelima unsur dasar tersebut, sejalan dengan prinsip-prinsip

penerimaan Negara menurut Sistem Ekonomi Islam, yaitu harus

memenuhi empat unsur:

1. Harus adanya Nash (Al-Quran dan Al-Hadis) yang memerintahkan

setiap sumber pendapatan dan pemungutannya.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

37

2. Adanya pemisahan sumber penerimaan dari kaum Muslim dan non-

Muslim.

3. Sistem pemungutan zakat dsn psjsk hsrud menjamin bahwa hanya

golongan kaya dan golongan makmur yang mempunyai kelebihan

saja yang memikul beban utama.

4. Adanya tuntutan kemaslahatan umum.

Dengan definisi diatas, jelas terlihat bahwa pajak adalah kewajiban

yang datang secara temporer, diwajibkan oleh Ulil Amri sebagai

kewajiban tambahan sesudah zakat (jadi dharibah bukan zakat), karena

kekosongan/kekurangan baitul mal, dapat dihapus jika keadaan baitul mal

sudah terisi kembali, diwajibkan hanya kepada kaum Muslim yang kaya,

dan harus digunakan untuk kepentingan mereka (kaum Muslim), bukan

kepentingan umum, sebagai bentuk jihad kaum Muslim untuk mencegah

datangnya bahaya yang lebih besar jika hal itu tidak dilakukan.

Dari definisi diatas juga terlihat perbedaan antara pajak (dharibah)

dengan kharaj dan jizyah, yang sering kali dalam berbagai literature

disebut juga dengan pajak, padahal sesungguhnya, ketiganya berbeda.

Objek pajak (dharibah) adalah adalah al-Mal (harta), objek jizyah adalah

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

38

jiwa (an-nafs), dan objek kharaj adalah tanah (status tanahnya)24

. Namun

jika dilihat dari sisi objeknya, objek pajak (dharibah) adalah harta, sama

dengan objek zakat

B. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang

dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang

nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994. PBB adalah

pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang

ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan.

Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya

pajak25

.

Bumi :

Permukaan bumi (tanah atau perairan) dan tubuh bumi yang ada

dibawahnya. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang,

dan lain-lain.

24Pajak dalam shahih Abu Daud, Buku 2, Kitab Kharaj (pajak) hlm. 357, 416,

419-420. 25 http://www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id/penyuluhan/PBB/PBB umum.

htm.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

39

Bangunan :

Konstruksi teknik yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada

tanah dan/ atau perairan diwilayah Republik Indonesia. Contoh: rumah

tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat

perbelanjaan, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dan

lain-lain.26

C. Fungsi Pajak

Fungsi pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Fungsi Budgeter

Yaitu fungsi yang letaknya disektor publik yang merupakan

suatu alat (suatu sumber) untuk memasukan uang sebanyak-

banyaknya kedalam kas Negara yang pada waktunya dapat

digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. Pajak-pajak

ini terutama akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran rutin, dan apabila masih ada sisa (surplus), naka

surplus ini dapat digunakan untuk membiayai invesatasi

pemerintah (public saving untuk public investmen).

2. Fungsi Regulerend

26 Hilarius Abut, Perpajakan Indonesia, Cetakan Pertama (Jakarta: Diadit media,

2010) h. 89

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

40

Yaitu fungsi mengaturnya pajak digunakan sebagai suatu alat untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan dan

fungsi mengatur ini banyak ditujukan terhadap sektor swasta. Kebijakan

fiskal sebagai suatu alat pembangunan harus mempunyai tujuan yang

simultan yaitu secara langsung menemukan dana-dana yang akan

digunakan untuk publik investment, dan secara tidak langsung digunakan

untuk menyalurkan private saving kearah sektor-sektor produktif,

sekaligus digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang

menghambat pembangunan. Misalnya melalui kebijakan pembebasan

pajak (tax holiday) dan pengenaan PPnBm.27

D. Tujuan pajak Bumi dan Bangunan

1. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar hukum pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah undang-

undang No.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-

udang No. 12 tahun 1994.28

27 Hilarius Abut, Perpajakan Indonesia, Cetakan Pertama (Jakarta: Diadit media,

2010) h. 4 28Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak. Perpajakan Edisi Revisi 2008 (Yogyakarta: C.V

Andi Offset, 2008) h. 315

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

41

2. Obyek dan Subyek Pajak Bumi dan Bangunan

a. Obyek Pajak Bumi dan bangunan

Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi

yang ada dibawahnya. Contohnya: sawah, ladang, kebun, tanah,

pekarangan, tambang dan lain-lain. Bangunan adalah konstruksi teknik

yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan di

wilayah Republik Indonesia. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan

tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol, kolam

renang, dan lain-lain.29

Yang menjadi objek pajak adalah bumi atau bangunan. Sedangkan

yang dimaksud klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokkan

bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai

pedoman, serta memudahkan penghitungan pajak yang terutang. Dalam

menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor sebagai berikut:

a. Letak

b. Peruntuksn

c. Pemanfaatan

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain

29 Gusfahmi, S.E., M.A. Pajak menurut syariat (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007) h. 236.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

42

3. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam mementukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor

sebagai berikut:

a. Bahan yang digunakan

b. Rekayasa

c. Letak

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.30

E. Pajak Bumi dan Bangunan menurut Syari‟ah

1. Ada nash Al-Quran dan Hadis. Kalau dilihat dari sisi subjeknya, PBB

ini jelas bertentangan dengan syari‟at, karena kaum Muslim ikut

dibebankan atas tanah dan/ atau bangunan yang mereka miliki,

tempati, atau manfaatkan, padahal mereka adalah pemilik dari bumi

dan atau bangunan tersebut.

Bumi ini bahkan sudah diwariskan kepada kaum Muslim,

sebagaimana firman Allah Swt. Dan hadis Rasulullas Saw:

a. Dan sungguh telah kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis

dalam) Lauhul Mahfuzh, bahwasannya bumi ini dipusakai hamba-

hamba ku yang saleh. (Q.S Al-Anbiya‟ : 105).

30 Kasirin, S.E., Perpajakan (Serang: CV Cahaya Minolta, 2012) h. 208

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

43

b. Dan dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan

harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak.

Dan adalah Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu (Q.S Al-Ahzab :

27).

c. Musa berkata kepada kaumnya:” Mohonlah pertolongan kepada Allah

dan bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah;

dipusakakannya kepada siapa yang dikendakinya dari hamba-

hambanya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang

bertaqwa.” (Q.S Al-A‟raf : 128).

d. “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: dalam air, padang rumput

[gembalaan], dan api.” (H.R Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah).

(Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 1140). Hadis ini menunjukan

bahwa tiga benda tersebut adalah milik umum, karena sama-sama

mempunyai sifat tertentu sebagai illat (alasan penetapan hokum),

yakni menjadi hajat hidup orang banyak (minmarafiq al-jama‟ah).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

44

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PAJAK BUMI

DAN BANGUNAN MASYARAKAT DESA

LANGENSARI

A. Persepsi Masyarakat Desa Langensari terhadap Pajak Bumi dan

Bangunan

Masyarakat Desa Langensari sebagian besar berpendidikan SD

(sekolah dasar) dan sebagian besar penduduk Desa Langensari bekerja

disektor pertanian dan perkebunan. Setelah melakukan wawancara

kepada warga masyarakat Desa Langensari sekitar 70% yang mengerti

dan memahami pentingnya membayar pajak bumi dan bangunan. Berikut

hasil wawancara dengan warga masyrakat Desa Langensari:

1. Bapak Madsuki, warga Kp.Langansari Rt 03/01 Desa Langansari

bekerja sebagai seorang petani yang berusia 55 Tahun. Menurut beliau

pajak bumi dan bangunan itu sangat penting dan harus dibayar di

karenakan pembayaran pajaknya hanya dilakukan setahun sekali dan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

45

kalau tidak dibayar akan menghambat pembangunan infrastruktruktur

Negara31

.

2. Bpk. H. Sa‟ad Sahroni, warga Kp. Langansari Rt 02/01 Desa

Langansari bekeraja sebagai pedagang. Beliau berpendapat pajak bumi

dan bangunan harusnya didistribusikan kembali dan seharusnya hanya

orang yang kaya lah yang harus membayar pajak bumi dan bangunan

tidak harus dibebankan kepada masyarakat kecil32

.

3. Bpk. Oo Suharyo, warga Kp. Mulyasari Rt 06/02 Desa Langansar

bekerja sebagai seorang petani. Menurut beliau memang benar pajak

bumi dan bangunan dikenakan kepada semua masyarakat baik yang

kaya maupun yang miskin tetapi seharusnya dan kalau bisa pajak itu

seharusnya dikenakan kepada orang-orang yang kaya saja dan jangan

dibebankan kepada masyarakat kecil yang hanya mengharapkan dari

hasil panennya saja seperti para petani33

.

4. Bpk. Hasanudin, warga Kp. Margasari Rt 11/03 Desa Langansari

bekerja sebagai pemungut pajak Desa Langensari, menurut beliau

31 Bpk. Madsuki, warga Kp. Langansari Rt 03/01 Desa Langensari 32 Bpk. H. Sa’ad Sahroni, warga Kp. Langensari Rt 02/01 Desa Langansari 33 Bpk. Oo Suharyo, warga Kp. Mulyasari RT 06/02 Desa Langansari

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

46

banyak masyarakat yang tidak mengerti akan pentingnya membayar

pajak sehingga banyak hambatan dalam proses pemungutan pajak.34

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pajak Bumi dan Bangunan

1. Konsep kepemilikan Tanah (Bumi) dalam Hukum Islam

Persoalan kepemilikan dalam ekonomi Islam didasari atas konsep

tauhid Allah SWT sebagimana Maha Pencipta adalah sebagai pemilik

mutlak segala sesuatu yang ada di alam semesta seperti yang tertera dalam

Q.S Ibrahim (14)ayat 32.

Artinya: Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan

menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air

hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah

menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan

34 Bpk. Hasanudin warra Kp. Margasari Rt 11/04 Desa Langensari

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

47

dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-

sungai.(Q.S Ibrahim: 32).35

Seluruh isi alam semesta ini adalah milik Allah SWT dan manusia

dapat memanfaatkan yang ada di alam ini untuk memenuhi kelangsunga

hidup mereka Islam menganggap hak kepemilikan adalah pembemberian

Allah SWT yang bertujuan untuk kemaslahatan seluruh umat. Kekausaan

manusia untuk memikul suatu tanggung jawab berasal dari perannya

sebagai kahalifah di muka bumi. Sebagaimana firkman Allah dalam Q.S

Al-baqarah ayat 30 yang berbunyi:

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

35Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahannya (Semarag: Diponegoro:2012) h. 207.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

48

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S Al-Baqarah: 30)36

.

Allah telah menyediakan semua yang dibutuhkan manusa sehingga

sebagai khalifah, manusia bertugas mengelola apa yang telah Allah

sediakan di muka bumi. Semua yang halal dapat menjadi hak milik

manuisa yang akan dipergunakan uantuk menyejahterahkan kehidupan

mereka. Dan dalam mempergunakan hak miliknya tentu tidak boleh

bertentangan dengan syariat yang ada. dalam kamus besar Bahasa

Indonesia, ysng dimaksud dengan hak milik adalah hak untuk

menggunakan atau mengambil keuntungan dari suatu badan yang berada

dlam kekusaan tanpa merugikan orang lain.

Menurut Undang-Unang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960 hak

milik adalah hak turun menuru, terkuat dan yang dapat dipunyai orang atas

tanah. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Konsep kepemilikan dalam hukum islam ada tiga bentuk yaitu:

36Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahannya (Semarag: Diponegoro:2012) h. 6.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

49

1. Kepemilikan pribadi (Prifate Ownership)

2. Kepemilikan Publik (Public ownership)

3. Kepemilikan Negara (State ownership)

Berikut adalah pemaparan mengenai konsep kepemilikan dalam

ekonomi Islam:

1. Kepemilikian Pribadi (Private Ownership)

Setiap individu memiliki hak untu menikmati hak miliknya,

menggunkan secara Produktif, memindahkannya dan melindunginya dari

pemborosan. Tetapi, haknua itu dibatasi oleh sejumlah batasan. Ia tidak

boleh menggunakannya secara berhambur-hambur, juga tidak

bolehmenggunakannya semena-mena (dengan buruk) dan dilarang untuk

tujuan bermewah-mewahan. Salin itu, setiap individu tidak boleh

menggunakan hak miliknya, yang biasa bisa menimbulkan kerugian bagi

orang lain.

2. Kepemilikan Publik (public ownership)

Kepemilikan publik atau disebut juga hak milik sosial baisanya

diperlukan untuk kepentingan sosial. Contohnya pentig dari pemilikan

bersama adalah anugrah alam. Seperti air, rumput dan api, yang secara

khusus disebut dalam hadis Rosulullah SAW. Semua itu pemberian dari

Allah SWT dan manusia tidak meimiliki kesulitan apapun untuk

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

50

menggunakannya. Aladan lain adalah dami kepentingan umum. Jika ada

individu yang menguasannya dan memilikinya secara pribadi, hal itu bisa

mengakibatkan kesulitan dan kesusahan bagi masyarakat. Menurut Ibnu

Taimiyah, air, rumput dan api hanya contoh kecil saja, akan tetapi masih

banyak objek yang lain yang meimiliki kesamaan karakteristik dengannya.

Ia manganjurkan seluruh bahan mineral yang dihasilkan oleh tanah bebas

(tanah negara) menjadi milik kolektif, seperti emas, perak, minyak dan

sebagainya.

3. Kepemilikan Negara (State Ownership)

Negara membutuhkan hak milik untuk memperoleh pendapatan,

sumber-sumber penghasilan dan kekuasaan untuk melaksanakan

kewajiban-kewajibannya. Misanlnya untuk menyelenggarakan pendidikan,

regenerasi moral, memelihara keadailan, dan secaara umum melindungi

seluruh kepentingan rakyat. Menurut Ibnu Taimiyah, sumber utama

kekayaan negara adalah zakat, dan ghanimah. Selain itu, negara juga bisa

meningkatkan sumber penghasilannya dengan mengenakan pajak, ketika

dibutuhkan atau saat kebutuhannya meningkat. Kekayaan negara secara

aktual merupakan kekayaan publik (umum). Kepala negara hanya sebagai

pemegang amanah (caretaker), sehingga merupakan kewajiban negara

untuk mengeluarkannya guna kepentingan publik.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

51

Kepemilikan tanah adalah salah satu perkara sosial yang

memainkan peranan penting dalam pemikiran manusia, yang menjadi

fenomena penting dalam kehidupan manusia sejak ribuan tahun lalu. Pada

dasarnya tanah adalah milik negara dalam Islam. Seorang individu

mendapatkan hak kepemilikan atas sebidang tanah kecuali berdasarkan

usaha yang ia curahkan dalam mengharap dan mengeksplorasinya.

Apabila seseorang menghidupkan sebidang tanah mati maka ia akan

memiliki hak atas tanah tersebut37

.

Pendapat lain mengatakan, Islam tidak memiliki kepemilikan

pribadi atas tanah kecuali bila individu telah memiliki sebidang tanah

sejak sebelum tanah tersebut masuk kepangkuan Islam secara sukarela

atau melalui perjanjian38

. Menurut Ibnu Taimiyah, penggunaan hak milik

itu dimungkinkan sejauh tak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat39

.

Hak kepemilikan pribadi atas tanah bukanlah hak absolut atas tanah

tersebut. Mereka terikat dengan kewajiban untuk terus menggarap dan

menyuburkan tanah mereka guna memberikan kontribusi bagi kemajuan

masyarakat Islam.

37 A.A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah hal.144-145 38 M. Baqir Ash-shadr, Buku Induk Ekonomi Islam Iqtishaduna, hal.210 39 A.A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, Ter. Anshari Thayib (Surabaya:

PT Bina Ilmu, 1997) hal.137

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

52

Dalam buku Iqtishaduna karya Muhammad Baqir Ash-Shadr

dijelaskan bahwa ada berbagai keadaan yang mendasari status

kepemilikan tanah berdasarkan kategorinya, antara lain:

1. Tanah yang masuk wilayah Islam melalui penaklukan (fath)

Tanah taklukan adalah tanah yang jatuh ke pangkuan negara Islam

melalui jihad demi misi Islam, seperti tanah Irak, Mesir, Iran, Suriyah dan

banyak belahan lain dunia Islam. Saat penaklukan Islam, keadaan tanah-

tanah tersebut tidak sama sehingga status kepemilikannya menjadi

berbeda, yaitu40

:

a. Tanah yang digarap oleh tangan manusia pada saat penaklukan. Tanah

tersebu menjadi milik bersama kaum muslim, baik generasi muslim saat

penaklukan maupun generasi muslim di masa mendatang.

b. Tanah mati pada saat penaklukan, tanah yang tidak tergarap oleh

tangan manusia pada saat penaklukan maka tanah ini akan menjadi milik

imam (negara).

c. Tanah yang subur secara alam pada saat penaklukan, hutan dan tanah

subur secara alami mendapat status kepemilikan bersama kaum muslim.

2. Tanah yang Masuk Wilayah Islam Melalui Dakwah

40 M. Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Iqtishaduna, hal.159-193

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

53

Tanah yang masuk wilayah Islam melalui dakwah adalah setiap

tanah yang penduduknya menyambut panggilan Islam tanpa menimbulkan

konflik bersenjata, seperti kota Madinah, Indonesia, dan sejumlah wilayah

lainnya.

Tanah-tanah hasil dakwah dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Tanah yang digarap oleh para penduduknya dan mereka masuk Islam

secara sukarela.

b. Tanah yang subur secara alami seperti hutan serta berupa tanah mati.

Tanah yang subur alami menjadi milik negara dan individu boleh

mengambil manfaat darinya tetapi tidak dapat menguasainya. Tanah mati

juga menjadi milik negara. Akan tetapi apabila ada individu yang

menghidupkan (menggarap) maka tanah mati tersebut menjadi miliknya.

3. Tanah yang Masuk Wilayah Islam Melalui Perjanjian (Sulh)

Tanah ini disebut dengan tanah perjanjian, dimana mereka tetap

memeluk agama mereka serta hidup damai dan aman dibawah naungan

negara Islam. Tanah ini tetap menjadi milik mereka. Namun, jika didalam

perjanjian dinyatakan bahwa tanah tersebut menjadi milik masyarakat

muslim, maka tanah ini menjadi subjek prinsip kepemilikan bersama.

2. Pemungutan Pajak Tanah (Bumi) dalam Hukum Islam

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

54

Harta rampasan perang dalam Islam tidak semuanya adalah harta

bergerak atau harta yang dapat dipindahkan tetapi juga harta tidak

bergerak yang meliputi tanah-tanah pertanian di negara yang dikuasai.

Di antara tindakan Rasulullah SAW. terhadap tanah yang dikuasai

yang dapat dijadikan contoh adalah perlakuan beliau terhadap tanah

Khaibar adalah sumber kharaj untuk perekonomian umat Islam. Pada saat

Khaibar ditaklukan, tanah tersebut diserahkan pada bangsa Yahudi khaibar

bukan untuk dijadikan sebagai milik mereka, tetapi diolah untuk lahan

pertanian sesuai dengan syarat yang mereka ajukan, yaitu mereka

mendapatkan setengahnya dari hasil tanaman dan buah-buahan. Dan untuk

menghitung hasil bumi dan mengambil setengahnya sebagai kharaj, Nabi

SAW. mengutus Abdullah bin Rawahah41

.

Secara sederhana, kharaj berarti pajak tanah. Arti kharaj menurut

bahasa dia ambil dari kata “kharaja”, yng artinya mengeluarkan dari

tempatnya. Kharaj adalah apa yang dikeluarkan, lawan dari upaya untuk

mengeluarkan. Kharaj dapat diartiakan harta yang dikeluarkan oleh

pemilik tanah untuk diberikan kepada negara. Ada yang memeberikan

pengertian lain, kharaj adalah apa yang dibayarkan untuk pajak tanah

41 Quth Ibrahim Muhammad, Kebijakan Ekonomi Umar Bin Khattab, Ter.Ahmad

Syarifuddin Shaleh (Jakarta: Pustaka Azzam,2002) hal.79

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

55

pertanian atau pajak hasil buminya. Beberapa analisis yang lain

beranggapan bahwa kharaj adalah 3 macam dari bentuk perpajakan; yaitu

pajak bumi, jizyah dan „usyr42

.

Pada masa rosullulah saw, jumlah kharaj yang dibayarkan masih

sangat terbatas sehingga tidak diperlukan suaru sistem administrasi yang

terperinci. Selama pemerintahan khalifah Umar, wilayah kekuasaan islam

semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-daerah yang berhasil

ditaklukan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Sehingga

dibutuhkan kebijakan baru untuk diterapkan negara terhadap kepemilikan

tanah-tanah yang berhasil ditaklukan tersebut.

Dengan semakin luasnya wilayah negara Islam maka dibutuhkan

sistem administrasi yang terperinci untuk penaksiran, pengumpulan dan

pendistribusian pendapatan yag diperolah dari pajak tanah-tanah tersebut.

Dimasa Umar Bin Khatab, kaum muslimin mendapatkan

kemenangan atas Syam, Irak, Dan Mesir serta memperoleh harta rampasan

yang sangat banyak. Para pasukan islam meminta agar harta rampasan

tersebut dibagi-bagikan. Merujuk pada dasar umum yang ditetapkan

rasulullah saw atas tanah Khaibar, Umar membagikan harta yang berupa

42 Quth Ibrahim Muhammad, Kebijakan Ekonomi Umar Bin Khattab, hal. 79

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

56

barang saja sedangakan tanah tidak dibagikan dan menjadikannya sebagai

milik umum umat islam dan diambil kharaj darinya43

.

Sistem pemungutan kharaj (assesment of kheraj) ada dua macam

sistem yaitu sistem wazifah (tetap) dn sistem muqasamah (proporsional).

Dalam buku reading in islamic fiscal policy dijelaskan tentang sistem

pemungutan kharaj yaitu sebagai berkut:

Cara pemungutan kharaj yang pertama adalah kharaj tetap

(waziyah), yaitu beban pada tanah sebanyak hsil alam atau uang persatuan

lahan yang dibayarkan wajib setelah lampau satu tahun. Sistem ini berlaku

mulai dari halifah Umar bin Khattab sampai pada amasa daulah Abbasiyah

dibwah pemerintahan al-Mahdi. Metode perhitungan wazifah didasaekan

pada pengukuran tanah, tanpa memperhitungkan tingkat kesuburan tanah,

sistem irigasi dan jenis tanaman.

Metode ini mulai berubah pada masa daulah Bani Abbasiayah.

Abu yusuf berpandangan bahwa sistem misaha atau wazifah ini tidak lagi

efesien untuk diterapkan. Dia merujuk pada asaar Umar nin Khattab

menerapkan metode ini hanya sebagian besar tanah yang dapat diolah

sedangakan seabgian lainnya menganggur. Area yang diolah

diklasifikasikan dalam satu kategori dan kharaj juga dikumpulkan dari

43 Quth Ibrahim Muhammad, Kebijakan Ekonomi Umar Bin Khattab, hal. 80

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

57

tanah yang tidak diolah. Atas dasar pertimbangan optimalisasi pemsukan

bagi negara dan keadilan sosion ekonomi, maka Abu Yusuf

menyampaikan gagasan kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid untuk

mengubah sistem Wazifah dengan muqasamah.

Dan yang kedua adalah kharaj perbandingan ( muqasamah) yang

ditetapkan berdasarkan porsi hail seperti ½,1/3, 1/5 dari total hasil yang

panen yang dipunyit pada setiap kali panen. Abu Ubaid adalah orang yang

menemukan sistem baru ini dan kemudian Abu Yusuf mendukung serta

menerapkan sistem baru ini. Pada masa daulah abbasiyah, pajak atas tanah

mengalami perubahan dari tarif tetap menjadi proporsional, dengan

pertimbangan persentase yang ditetepkan oleh negara tidak terlalu tinggi.

Abu yusuf merekomendasikan adaptsi dari sistem muqasamah

denganmengenakan presentase dari produksi panen. Yang sudah ada

Penetapan kharaj (pajak tanah) harus memperhatikan betul

kemampuan kandungan tanah, sebab ada tiga hal berbeda yang sangat

berpengaruh, yaitu:

1. Jenis tanah : karena kandungan tanah bagus, maka tanaman akan subur

dan hasilnya lebih baik dari tanah yang buruk.

2. Jenis tanaman : ada yang harganya tinggi dan juga ada yang rendah.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

58

3. Pengelolaan tanah : biaya pengelolaan yang tinggi, maka pajak tanah

tidak sebesar pajak tanah yang disiram dengan air hujan (biaya rendah).

Kharaj yang ada pada masa pemerintahan Islam, secara umum

sesuai dengan ukuran dan nilai-nilai ilmu modern terhadap sumber

pemasukan umum. Jadi Kharaj telah memenuhi syarat-syarat yang urgen

dalam ilmu ekonomi untuk mencapai devisa yang bagus. Kharaj adalah

pajak yang memperhatikan keadilan dalam penetapannya, demikian juga

dalam pengambilannya.

2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ditinjau dari

Hukum Islam

Pajak bumi dan bangunan di Indonesia dipungut berdasarkan

Undang-undang No.12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang N0.12 Tahun 1994. Dengan pertimbangan bahwa bumi

dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan social yang lebih

baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau

memperoleh manfaat dari padanya. Oleh karena itu wajar apabila mereka

diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang

diperolehnya kepada Negara melalui pajak. Hasil penrimaan dari pajak

sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

59

yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat.44

Dalam hukum Islam memang tidak ada rujukan secara eksplisit

tentang PBB, yang ada hanya pajak bumi yang dikenal dengan kharaj.

Dilihat dari objeknya, baik itu PBB maupun kharaj memeiliki objek yang

sama yaitu tanah. Namun, pada PBB objeknya ditambah dengan

bangunan. PBB dikenakan kepada seluruh masyarakat yang memiliki

tanah dan atau bangunan, lain halnya dengan kharaj yang dikenakaan bagi

non muslim sebagai biaya atas sewa tanah yang dimiliki Negara Islam

karena telah menaklukan wilayah tersebut. Dan kharaj dibayarkan saat

panen dengan mempertimbangkan kemampuan dari tanah tersebut.

Kebijakan dapat terus berubah seiring dengan perubahan kondisi

dan potensi yang dimiliki masyarakat, serta masalah dan kesulitan yang

harus dihadapi. Oleh karena itu, kodisi objektif mempengaruhi penentuan

kebijakan yang harus dijalankan45

.

Dalam memformulasikan kebijakan-kebijakan bagi Negara-negara

muslim menurut kerangka syariat, tidak mungkin dan tidak perlu harus

44 Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1985 tentang pajak bumi

dan bangunan 45 M.Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam: Iqtishaduna hal. 419-420

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

60

menemukan contoh masing-masing pada masa lalu46

. Kebijakan yang

relevan bagi kehidupan modern adanya hak Negara islam untuk

mengenakan pajak dengan keadilan. Adalah pendapat yang tidak realistis

bila perpajakan Negara-negara muslim harus terbatas hanya pada lahan

pajak yang telah dinahas oleh para fuqoha. Siyuasi telah berubah dengan

menyertakan realitas perubahan terhadap kebutuhan Negara

berkembang47

.

Salah satu sumber penerimaan Negara Islam adalah zakat dan

sasaran penggunaan dana zakat hanya terbatas pada delapan asnaf yang

telah ditentukan Al-Quran. Oleh karena itu, keperluan pembangunan

infarstruktur seperti untuk membangun jembatan, perbaikan jalan,

pengairan, dan lain sebagainya harus dibiayai dari sumber lain diluar

zakat.

Pada masa-masa penaklukan Islam awal, kas Negara dapat

tercukupi dari seperlima ghanimah (harta rampasan perang), kharaj,dan

lain-lain.

.

46 M.Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, hal. 247 47 M.Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, hal. 296

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik

berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak

mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang

digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan

sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah, untuk mencapai

tujuan yang ada diluar bidang keuangan.

2. Bumi dan bangunan termasuk kedalam jenis kekayaan dan dapat

didistribusikan melalui PBB untuk mengurangi jurang kekayaan antara

orang kaya dan orang miskin. Dengan adanya pengenaan PBB maka

masyarakat akan lebih mempertimbangkan keputusannya dalam

menambah kekayaan mereka. Apabila kekayaan mereka digunakan

untuk hal yang produktif, maka kekayaan mereka akan tetap

bertambah. Sedangkan apabila kekayaan mereka hanya untuk ditimbun

maka secara matemastis akan berkurang seiring dengan pengenaan

PBB setiap tahunnya.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

62

3. System tarif pajak yang adil bukan berarti sama rata besarnya

pungutan pajak yang dibebankan kepada masyarakat, akan tetapi

besarnya tarif pajak harus mempertimbangkan juga keadaan ekonomi

dan social wajib pajak. Maka system tarif progresif lebih dianjurkan

dimana semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka semakin

tinggi pula pajak yang dikenakan, dengan demikian keadilan akan

tercipta di masyarakat.

B. Saran

1. Untuk benar-benar merealisasikan keadaan social dimasyarakat subjek

PBB harus diseleksi lebih ketat berdasarkan jumlah ekayaan, bumi dan

bangunan yang dimiliki, sehingga hanya orang kaya saja yang

dikenakan PBB dan adanya pengecualian bagi orang yang miskin, para

petani yang hanya mengandalkan pembayaran PBB dari hasil

pertaniannya, para pensiunan yang tinggal dijalan protokol dan

sebagainya

2. Kebijakan PBB di Indonesia baru berfungsi sebagai sumber

penerimaan Negara dan belum berfungsi dalam meningkatkan

produktivitas tanah dan bangunan Negara dalam hal ini Direktorat

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/1637/2/BAB I revisi bener fia.pdf · 2018. 1. 22. · Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. c) 9% (Sembilan

63

Jenderal Pajak harus terus melakukan evaluasi dan perbaikan dalam isi

kebijakan maupun pelaksanaan PBB tersebut.

3. Tarif proporsional yang digunakan dalam PBB tidak mencerminkan

keadilan social di masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan yang ada

didalam PBB ini harus ditinjau ulang maupun dilakukan perubahan

untuk mengikuti perkembangan ekonomi saat ini.

4. Pemerintah harus terus meningkatkan kepercayaan masyarakat agar

pendapatan dalam sektor pajak terus bertambah. Oleh karena itu,

semua aspek pendukung pajak harus memperoleh perhatian yang besar

termasuk didalamnya pemberlakuan peraturan yang menyimpang dan

wajib pajak yang tidak menunaikan kewajibannya.