bab i pendahuluan a. latar belakang penelitiandigilib.uinsgd.ac.id/21812/4/4_bab i.pdf · 2019. 7....
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada saat ini krisis moral yang menimpa Indonesia berawal dari lemahnya
penanaman nilai terhadap anak usia dini. Pada zaman sekarang banyak anak-anak yang
menggunakan narkoba, bolos sekolah, tawuran, dan berandal motor, hamil diluar nikah,
bahkan banyak anak pada zaman sekarang ini yang melawan orang tua dan menganiaya
orang tuanya. Untuk membentuk akhlak seseorang terkait erat dengan kecerdasan emosi,
sementara itu kecerdasan itu tidak berarti tanpa ditopangi oleh kecerdasan spiritual.
Prasekolah atau masa balita adalah awal yang paling tepat untuk menanamkan
nilai-nilai pada anak karena masa ini yang adalah masa yang sangat berpengaruh terhadap
potensi pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual, sosial, emosional, moral, agama,
kepribadian, bahasa, kreatifitas, dan sebagainya. Namun yang terjadi malah sebaliknya,
anak lebih banyak dipaksa untuk mengeksplorasi kecerdasan lainnya, khususnya
kecerdasan intelektual, sehingga anak sejak awal sudah ditekankan untuk saling bersaing
untuk menjadi yang terbaik. Sementara itu lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat kurang memberikan dukungan terhadap kecerdasan spiritual pada anak.
Anak perlu dibimbing yang berlandaskan pada nilai-nilai agama sebagai alat
pengontrol dan pengendali hidup anak, yakni bimbingan agama yang menjadi pedoman
dan petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan didalam
menciptakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam serta membimbing anak
mempunyai akhlak yang mulia.
Karena anak merupakan penerus generasi bangsa serta menjadi tumpuan serta harapan orang tua
dan masa depan. Oleh karena itu, mereka perlu disiapkan sejak awal agar dapat menjadi sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas bagi keluarga, masyarakat, dan turut serta secara aktif dalam
pembangunan nasional. Untuk membentuk sumber daya yang baik haruslah diupayakan pendidikan sejak
dini dan menjadi tanggung jawab semua pihak, baik sekolah, keluarga, masyarakat, maupun pemerintah.
Karakter dan kecerdasan yang dimiliki anak haruslah diwarnai dan ditopangi oleh spiritual yang
bersumber dari nilai-nilai agama. Hal demikian tidak dimiliki secara instan tetapi tercipta melalui proses
panjang dan melibatkan banyak faktor baik faktor kompetensi diri, keluarga, masyarakat, maupun system
nilai yang dianut oleh peserta didik yaitu melalui Bimbingan Agama.
Perkembangan keagamaan atau religiusitas pada anak usia dini mempunyai peran yang sangat
penting, baik bagi perkembangan religiusitas pada anak itu sendiri maupun usia selanjutnya. Penanaman
nilai keagamaan menyangkut konsep tentang keTuhanan, ibadah, nilai, moral, yang berlangsung sejak
dini mampu membentuk religiusitas anak mengakar secara kuat dan mempunyai pengaruh sepanjang
hidup. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut dari anak belum mempunyai konsep-konsep dasar
yang dapat digunakan untuk menolak ataupun menyetujui segala yang masuk pada dirinya. Maka nilai-
nilai agama yang ditanamkan akan menjadi warna pertama dari dasar konsep diri anak. Pada proses
selanjutnya nilai-nilai agama yang telah mewarnai sang anak tersebut terbentuk menjadi kata hati yang
pada usia remaja akan menjadi dasar penilaian dan penyaringan terhadap nilai-nilai yang masuk pada
dirinya.
Kondisi spesial yang diakselerasikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
serta informasi yang begitu cepat dan mudah didapat, membawa perubahan besar diseluruh aspek
kehidupan. Fondasi mental, moral, dan spiritual yang kuat mutlak diperlukan sebagai antisipasi
kecenderungan imitasi (meniru) suatu prilaku.
Pelaksanann bimbingan agama pada anak usia dini bertujuan untuk memberikan kristalisasi moral
dan norma kehidupan yang Islami yang akan menjadi sikap hidup anak. Selain itu juga pelaksanaan
bimbingan agama ini dimaksudkan untuk membantu, mengarahkan energi seorang anak dalam
pembelajarannya, dan untuk memahami lingkungannya. Anak-anak diberi kesempatan untuk berinteraksi
secara positif dan membangun lingkungan yang Islami, membantu anak memupuk perasaan mengharagai
dan kepercayaan terhadap diri sendiri, keluarga, dan agamanya.
Anak usia dini antara 2-6 tahun adalah fase yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai Islam.
Namun, masih terdapat masalah tersendiri bagi pendidik anak usia dini mengenai pelaksanaan bimbingan
agama anak pada anak usia dini. Untuk itu diperlukan metode penanaman nilai-nilai Islam bagi anak usia
dini yang efektif dan relevan mengikatnya mewrupakan tahapan perkembangan kognitif anak pada tahap
praoperasional. Seorang pendidk harus mengethaui kondisi perkembangan anak, lingkungannya, dan
kesukaannya, untuk memudahkan dalam menanamkan nilai-nilai Islami dalam diri anak. Selain itu
sesungguhnya masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur, paling panjang dan paling dominan
bagi seorang pendidik untuk menanamkan norma-norma (Islam). Pada fase fitrah kanak-kanak begitu
bersih, lugu, polos, jernih, lembut, dan keleturan tubuh yang belum tercemari, dan jiwa yang masih belum
terkontaminasi.
Salah satu tanggung jawab sekolah yaitu mempersiapkan siswa agar mampu mengembangkan
kepribadian yang selaras antara kecerdasan akal, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sehingga
seimbang antara jasmani dan rohaninya. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
usianya atau yang diharapkan yakni dapat menjadikan sumber daya mansusia yang berkualitas, sehat,
cerdas, dan terampil.
Untuk mencipatakan generasi penerus yang berkualitas, beriman, dan bertaqwa dalam rangka
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di era global, pengembangan potensi keagamaan
anak usai dini dianggap begitu penting. Untuk itu, pendidikan guna mengembangkan keagamaan
(Religiusitas) pada anak usia dini sangatlah penting.
TK Bunda Asuh Nanda adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran untuk anak usia dini.
Meskipun TK Bunda Asuh Nanda bukan pendidikan yang berlembagakan Islam, tetapi TK Bunda Asuh
Nanda memuat berbagai macam kegiatan dan pelajaran tentang nilai-nilai keagamaan baik yang
dilaksanakan didalam kelas maupun diluar kelas. Lokasi TK Bunda Asuh Nanda di Ujungberung Indah
Raya No. 1 Bandung Ujungberung Indah Blok 15 No. 26 Bandung.
Visi dari TK Bunda Asuh Nanda adalah menjadi PAUD unggulan, holistic, instegratif menuju
terwujudnya anak Indonseia yang sehat, cerdas, ceria, berkarakter, berbudaya, beriman dan bertaqwa.
Dari penjabaran diatas penulis ingin meneliti bagaimana pelaksanaan bimbingan agama dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual anak yang ada di TK Bunda Asuh nanda ini. Dalam hal ini TK
Bunda Asuh Nanda yang akan diteliti, dan berdasarkan latang belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini di TK Bunda Asuh Nanda”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Proses Bimbingan Agama dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia
Dini di TK Bunda Asuh Nanda Ujungberung Kota Bandung ?
2. Bagaimana Pelaksanaan Metode Bimbingan Agama dalam Mengembangkan Kecerdasan
Spiritual Anak Usia Dini di TK Bunda Asuh Nanda Ujungberung Kota Bandung ?
3. Apa Media yang digunakan dalam Pelaksaan Bimbingan Agama dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini di TK Bunda Asuh Nanda Ujungberung Kota Bandung ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan pijakan dari setiap kegiatan penulisan, sesuai dengan perumusan masalah yang
sudah dikemukakan di atas, maka peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui Proses Bimbingan Agama dalam Mengembangkan Kecerdasan Anak Usia
Dini
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam Pelaksaan Bimbingan Agama dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini
3. Untuk mengetahui media yang digunakan Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Dapat memberikan wacana kepada para Guru tentang pengembangan keagamaan pada anak usia
dini, dan untuk menambah khasanah keilmuan dan wawasan bagi penyusun khususnya dan pembaca pada
umumya.
2. Secara Praktis
Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
anak usia dini melalui bimbingan agama, dan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan acuan
perbaikan bagi pihak-pihak yang terkait dalam pendidian anak usia dini.
E. Kerangka Berfikir
Pemikiran peneliti berpijak pada teori-teori serta konsep yang mendukung, maka penelitian ini
berpijak dari teori:
Pertama, tentang Bimbingan Keagamaan yang dapat diartikan sebagai usaha pemberian bantuan
kepada seorang yang mengalami kesulitan, baik lahir maupun batin yang menyangkut kehidupan dimasa
kini dan masa mendatang.
Bimbingan sebagai tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
perkumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya agar
individu atau sekumpulan individu dapat mencari kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan Menurut M. Arifin (Amin, 2010: 19) bimbingan agama merupakan segala kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami
kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya
sendiri karena timbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup masa sekarang dan masa depannya.
Manusia yang merupakan makhluk religius, akan tetapi dalam perjalanan hidupnya manusia jauh
dari hakekatnya tersebut. Bahkan dalam kehidupan keagamaan pun kerapkali muncul pula berbagai
masalah yang menimpa dan menyulitkan individu, dalam hal ini setiap individu sangat membutuhkan
bimbingan agama sebagai sarana pencegahan terhadap permasalahan yang akan dihadapinya. Dalam
proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat .
Dengan demikian bimbingan keagamaan islam merupakan proses untuk membantu seseorang
agar : (1) memahami ketentuan dan petunjuk Allah tentang kehidupan beragama (2) menghayati
ketentuan dan petunjuk tersebut (3) mau dan mampu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah untuk
beragama dengan benar dan akan bisa hidup di dunia dan akhirat (Faqih, 2004 : 61-62).
Bimbingan agama dapat diberikan dengan berbagai metode, seperti dalam al-Quran surat an-Nahl
ayat 125 :
ن يى أىحسى لت ه م ب ل اد نىة وىجى ظىة الىسى وع مى ال ة وى لكمى يل رىبكى ب ب سى لى ادع إينى تىد ه م ل لىم ب وى أىع ه ه وى يل ب ل عىن سى لىم بىن ضى وى أىع ن رىبكى ه إ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk” (Depag, 2012: 281).
Adapun proses pemberian bantuan bimbingan agama yakni terhadap diri sendiri (Nafsiyyah),
individu (fardiyyah), atau kelompok kecil (Fiah Qolilah) agar dapat keluar dari berbagai kesulitan untuk
mewujudkan kehidupan pribadi, individu dan kelompok yang salam, hasanah Thoyyibah dan
memperoleh ridho Allah dan dunia akhirat (Arifin, 2009:8).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan merupakan proses pemberian bantuan
terhadap individu atau kelompok agar mampu mengatasi kesulitan-kesulitan rohaniahnya dengan caranya
sendiri dan agar senantiasa dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, sehingga akan timbul
harapan kebahagiaan hidup masa sekarang dan masa depannya.
Tujuan bimbingan agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya, agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.
Fungsi bimbingan agama menurut Aunur Rahim (2002:35) ada 4 yaitu: Pertama, fungsi preventif
adalah mebantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Kedua, fungsi kuratif
adalah membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Ketiga, fungsi
preservative adalah membantu individu agar situasi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikan itu
bertahan lama. Keempat, fungsi development adalah membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya. Jadi, fungsi bimbingan adalah mengarahkan individu supaya terhindar dari
masalah dan berusaha untuk mengembalikan kondisinya untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Metode bimbingan Agama menurut Aunur Rahim Faqih ada dua yaitu: pertama, metode
komunikasi langsung atau disingkat menjadi metode langsung yang meliputi metode individual, dan
metode kelompok. Kedua, metode tidak langsung.
Kedua, berpijak pada teori tentang kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshal Kecerdasan
spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna kehidupan,
nilai-nilai, dan keutuhan diri yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
(Sukidi, 2004:4).
Mujib dan Mudzakir mengungkapkan kecerdasan spiritual merupakan konsep yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-
makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya, kehidupan spiritual disini meliputi hasrat
untuk hidup bermakna yang memotivasi kehidupan manusia untuk senantiasa mencari makna hidup dan
mendambakan hidup bermakna (Abdul Mujib & Mudzakir, 2001:13).
Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas dimensi non-
material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh
setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat
yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi (Sukidi,
2004 : 77).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah
kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna,
nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesame makhluk hidup, karena merasa
sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih
positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan
seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat
kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil
pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi,
mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang
mengerti akan makna hidupnya.
F. Langkah-langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di TK Bunda Asuh Nanda Ujungberung Kota Bandung. Alasan penelitian di
TK Bunda Asuh Nanda karena Penulis tertarik dengan Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual anak usia dini. Selain alasan diatas, yaitu karena lokasi penelitian
tersebut berdekatan dengan kampus, dengan demikian efektivitas penelitian ini memberikan kemudahan
pada penulis.
2. Metode Peneletian
Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah
menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting social, atau hubungan.
Sedangkan metode pendekatan yang digunakan dalam proposal skripsi ini adalah pendekatan kualitatif,
pendekatan kualitatif sering digunakan dalam suatu fenomena social termasuk di dalamnya kajian
terhadap ilmu pendidikan, manajemen dan administrasi bisnis, kebijakan public, pembangunan, atau ilmu
hukum. Pendekatan kualitatif menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di lapangan secara empiris
mengenai pelaksaan bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia dini.
3. Jenis Data
Jenis data merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan. Jenis data dalam
penelitian ini berupa data kualitatif yang berkaitan dengan proses Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan
penulis yaitu.
a. Data tentang pelaksanaan bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak
usia dini
b. Data tentang faktor penghambat pelaksanaan bimbingan agama dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual anak usia dini
c. Data tentang hasil bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia dini.
4. Sumber Data
Data merupakan hasil dari fakta yang telah terjadi di lapangan. Maka sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer dalam peneltian ini adalah bersumber dari TK Bunda Asuh Nanda, alasannya mereka
dipandang mengetahui tentang permasalahan yang dicari.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah sejumlah data yang diperlukan dan memiliki hubungan
dengan masalah yang dibahas oleh penulis, namun berdasarkan literature dalam studi kepustakaan
mendayagunakan berbagai informas atau ilmu pengetahuan yang terdapat dalam buku-buku, artikel,
skripsi, jurnal, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah tekhnik yang digunakan untuk mengamati secara lansung peristiwa atau
kegiatan pelaksanaan bimbingan agama yang sedang dilaksanakan di TK Bunda Asuh Nanda.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu tekhnik pengumpulan data dengan penulis melakukan Tanya jawab dan
wawancara langsung dengan pihak yang diteliti. Adapun wawancara yang dilakukan pada penelitian
ini adalah wawancara secara langsung dengan Guru TK Bunda Asuh Nanda tentang pelaksanaan,
faktor penghambat, dan hasil yang dicapai dari pelaksanaan bimbingan agama dalam megembangkan
kecerdasan spiritual anak usia dini. Untuk kelancaran wawancara ini peneliti menggunakan alat
perekam, catatan, kamera, dan lain sebagainya.
6. Analisis Data
Analisis data dilakukan oleh peneliti agar dapat menarik kesimpulan penelitian secara objektif,
tepat dan benar sehingga hasil penelitian tersebut dapat dipergunakan sebagai acuan pembimbing dalam
menerapkan bimbingan agama bagi peserta didik dalam mengembangkan kecerdasan spiritual. Dalam hal
ini peneliti menganalisis data-data mengenai program keagamaan dan data-data perkembangan peserta
didik anak TK Bunda Asuh Nanda Ujungberung Kota Bandung.
Dalam hal ini peneliti menganalisis data dengan menggunakan analisis kualitatif melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Inventaris data, penggabungan seluruh data baik yang diperoleh dari lapangan maupun dari
kepustakaan, yang ada hubungannya dengan bimbingan agama dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual anak usia dini.
b. Analisis selama di lapangan, yaitu mengklasifikasikan dan menafsirkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara, observasi, dan studi kepustakaan.
c. Display data, runtutan data yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan untuk mempermudah
penarikan kesimpulan dari data berupa tabel, lampiran, dan lain-lain.
d. Interpretasi data, yakni menafsirkan dan menjelaskan data dengan kerangka pemikiran dan teori
yang digunakan pada pembahasan dan kesimpulan.