bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · 2018. 4. 25. · a. latar belakang masalah . fungsi...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi dan peran Kepolisian Republik Indonesia dari masa ke masa
selalu menjadi bahan perbincangan berbagai kalangan, dari praktisi hukum
sampai akademis bahkan masyarakat kebanyakan.1Pada umumnya mereka
berusaha memposisikan secara positif kedudukan, fungsi dan peranan
Kepolisian tersebut. Upaya pembahasan Kepolisian itu dikarenakan adanya
faktor kecintaan dari berbagai pihak kepada lembaga Kepolisian dan
ditaruhnya harapan yang begitu besar, agar fungsinya sebagai aparat
penegak hukum bisa berjalan sebagaimana mestinya, perubahan struktur
Kepolisian secara kelembagaan, mulai dari intitusi sipil, ABRI atau Militer,
sampai dengan berdiri sendiri, merupakan sejarah yang unik.
Seiring dengan perubahan sesuai kebijakan politik itu, maka citra
Kepolisian terus melekat, baik positif maupun negatif.2Sebagai pelaksana
fungsi pemerintahan di bidang penegakan hukum Kepolisian Negara
Republik Indonesia melaksanakan tugas memerangi tingkah laku yang
bervariasi atas ketertiban yang terjadi di masyarakat.
Kepolisian dinegara manapun selalu berada dalam sebuah dilema
kepentingan kekuasaan yang selalu menjadi garda terdepan perbedaan
pendapat antara kekuasaan dengan masyarakatnya.Sistem Kepolisian suatu
1 Soedjono D. SH., Pungli analisa hukum & Kriminologi, Penerbit Sinar Baru Bandung, Cet.II,
Maret 1983 2 Koencaraningrat, Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan Jakarta, PT.
Gramedia, 1974,
1
2
Negara sangat dipengaruhi oleh Sistem Politik serta kontrol social yang
diterapkan.Berdasarkan Penetapan Pemerintah No. 11/S.D Kepolisian
beralih status menjadi Jawatan tersendiri dibawah langsung Perdana
Menteri.Ketetapan Pemerintah tersebut menjadikan kedudukan Polisi
setingkat dengan Departemen dan kedudukan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Kapolri) setingkat dengan Menteri.
Pada dasarnya setiap anggota Polisi yang bertugas dilapangan
dituntut mampu mengambil suatu keputusan secara perorangan dalam
menghadapi situasi yang nyata.Pengambilan keputusan yang dilakukan
Polisi menyangkut masalah ketertiban dan keamanan masyarakat yang erat
kaitannya dengan hak-hak asasi manusia, oleh karena sifat pekerjaannya
itulah, maka polisi sering harus menanggung resiko menjadi sorotan
masyarakat.Sorotan-sorotan yang ditujukan kepada Polisi ada yang bersifat
positif dan bersifat negatif yang berpangkal tolak dari hasil pengambilan
keputusan yang telah dilakukan oleh petugas-petugas Polisi.
Hukum positif di Indonesia mengharuskan kepada warga negaranya
bahwa setiap tindakan harus berdasarkan sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang, sama halnya dengan hukum pidana Indonesia.3Setiap warga
Negara Indonesia dapat dikatakan menyalahi aturan atau tidak dapat
diketahui berdasarkan undang-undang yang berlaku serta adanya kepastian
3 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2008)
3
hukum. Kepastian hukum yang dimaksud mestilah memiliki indikator dalam
setiap perbuatan yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana.
Tindak pidana yang diatur dalam kitab Undang-Undang ukum
Pidana memiliki batasan-batasan tersendiri untuk membedakan antara
tindak pidana yang satu dengan yang lain.4 Hukum pidana harus pula
menjawab kasus-kasus premanisme yang masih ada ditengah-tengah
masyarakat.Salah satu bentuk dari premanisme adalah melakukan delik
pemerasan atau pengancaman.
Delik pengancaman atau pemerasan sebagaimana yang ditegaskan
dalam Kitab Undang-undang Hukum pidana sendiri bertujuan untuk
menanggulangi adanya tindakan yang tidak bertanggungjawab seperti
premanisme.Adapun penjelasan beberapa Pasal di dalam KUHP yang dapat
mengakomodir perbuatan pungutan liar adalahPasal 368 KUHP yang
menyatakan
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang,
yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya
memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena
pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”
Banyaknya modus premanisme harus menjadi perhatian khusus bagi
aparat penegak hukum.Pemerasan dan pengancamanpun adalah hal yang
paling identik dengan bentuk premanisme.DiIndonesia yang termasuk
4Prof Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana:Raja Grafindo Persada
4
dalam struktur hukum adalah struktur institusi-institusi penegakan hukum,
seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.Dari ketiga struktur,
kepolisianlah yang merupakan struktur yang terdepan dan menyentuh secara
langsung lapisan masyarakat.
Momo Kelana5 menyatakan bahwa ternyata hukum kepolisian telah
menunjukkan identitasnya sebagai hukum yang berdiri sendiri (tidak
berpihak ada salah satu sisi kecuali yang kebenaran).Hukum kepolisian
semakin lama semakin kompleks sehingga memerlukan pelajaran tersendiri.
Profesionalisme polisi amat diperlukan dalam menjalankan tugas sebagai
penegak hukum, mengingat modus operandi dan teknik kejahatan semakin
canggih, seiring perkembangan dan kemajuan zaman.6 Apabila polisi tidak
profesional maka proses penegakan hukum akan timpang, akibatnya
keamanan dan ketertiban masyarakat akan senantiasa terancam sebagai
akibat tidak profesionalnya polisi dalam menjalankan tugas. Tugas polisi
disamping sebagai agen penegak hukum dan juga sebagai pemelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat.
Ditangan polisi lah terlebih dahulu mampu mengurai gelapnya kasus
kejahatan.Polisi dituntut mampu menyibak belantara kejahatan di
masyarakat dan menemukan pelakunya.polisi harus melakukan serangkaian
tindakan untuk mencari dan menemukan bukti-bukti guna membuat terang
suatu kejahatan dan menemukan pelakunya. Polri akan terus melakukan
5 Momo Kelanadalam www. hukumonline.co.id
6 Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
5
perubahan dan penataan, baik di bidang pembinaan maupun operasional,
serta pembangunan kekuatan yang sejalan dengan upaya reformasi.
Salah satu perubahan itu adalah perumusan kembali perannya sesuai
Undang-undang No 2 Tahun 2002 yang menetapkan POLRI berperan selaku
rpemelihara, kamtibmas, penegak hukum, pelindung, pengayom, dan
pelayanan masyarakat. Kepolisian dalam rangka mnyelenggarakan tugas
dan wewenangnya harus berasal dari peraturan perundang-undangan, artinya
suatu wewenang yang bersumber dari peraturan perundang-undangan
sehingga disini asas legalitas dijadikan prinsip utama yang menjadi dasar
hukum dalam pelaksanaan tugas dan wewenang kepolisian.Hal ini sangat
penting mengingat Negara kita menganut sistem “civil law system” (Eropa
Kontinental).7
Dengan demikian setiap penyelenggaraan pemerintahan harus
memliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.
Didalam pembahasan wewenang kepolisian ini hanya difokuskan pada
wewenang kepolisian yang diperoleh secara atributif saja, yang mana dari
wewenang yang secara atributif tersebut meliputi wewenang secara umum
dan khusus.
Kriminologi hanya akan membantu mendeskripsi fenomena sosial
tertentu, menggali sebab-sebab timbulnya fenomena tersebut, dengan
mencoba menghimpun faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala tadi.
7 Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007)
6
Kemudian hasil analisa kriminologis ini bisa dimanfaatkan untuk
pelaksanaan kebijaksanaan penanggulangan oleh aparatur yang
bersangkutan, dan di dalam pendekatan dan penganalisaan dikontribusikan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang terkait di dalam kriminologi.Salah
satu kejahatan yang sering terjadi adalah pungli atau pungutan liar.
Pungutan sebagaimana kejahatan-kejahatan yang lain, pada umumnya
merupakan kejahatan terhadap norma-norma hukum yang harus ditafsirkan
atau patut diperhitungkan sebagai perbuatan yang sangat merugikan bagi
pihak korban. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut tanpa adanya
suatu penyelesaian hukum atas tindak pidana tersebut.Oleh karenanya,
setiap tindak pidana yang dilakukan oleh siapapun harus ditindak secara
tegas tanpa memandang status, walaupun pelakunya adalah aparat hukum
sendiri.
Perkembangan jaman sekarang ini membawa pengaruh besar pada
negara Indonesia, hal ini berdampak pada perkembangan perilaku dalam
masyarakat.Persoalan ekonomi dan moral merupakan sebagian contoh
masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini.Kemiskinan,
pengangguran menambah keterpurukan kondisi bangsa ini, yang akhirnya
menimbulkan banyak kejahatan. Faktor ekonomi merupakan masalah yang
sangat sentral saat ini yang dapat menimbulkan kejahatan, karena banyak
7
orang mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan uang, hal ini menyebabkan terjadinya kejahatan.
Berdasarkan data yang diperoleh, premanisme memang masih sering
terjadi. Beberapa contohnya aksi premanisme antara lain preman di terminal
yang memungut pungutan liar dari pengendara bermotor dua, yang bila
ditolak akan berpengaruh terhadap keselamatan pengendara dan
kendaraannya yang melewati terminal dan preman di pasar yang memungut
pungutan liar dari Lapak-lapak kaki lima, yang bila ditolak akan
berpengaruh terhadap dirusaknya lapak yang bersangkutan. Hal ini terjadi
bukan hanya saja karena adanya lokasi strategis untuk mlakukan kejahatan
tersebut, akan tetapi seringnya orang melakukan premanisme di lokasi pasar
ini. Pihak kepolisian sendiri sekarang melakukan upaya – upaya untuk
mengurangi aksi premanisme. Sebagai contohnya, melakukan patroli rutin
supaya kondisi pasar relatif kondusif.
Semakin sempitnya lapangan pekerjaan dan tingginya angka
pengangguran merupakan salah satu contoh kondisi yang membuat
seseorang dapat berfikir singkat untuk mendapatkan uang dengan cara yang
salah. Hal ini menyebabkan preman di Indonesia makin lama makin sukar
diberantas karena ekonomi yang semakin memburuk.Kasus-kasus
premanisme yang akhir-akhir ini menyebabkan masyarakat resah yang
8
terjadi di Indonesia berdampak pula sampai didaerah-daerah pelosok
khususnya di daerah Temanggung.
Berdasarkan Observasi sementara yang dilakukan pada (Januari:
2017) terhadap salah satu petugas kepolisisan yang berada di pasar
Temanggung didapatkan informasi bawasaannya Preman-preman di
Temanggung pada umumnya adalah sebagai pengawas angkutan umum
yang memungut pungutan liar dari sopir-sopir bus dan para preman
kampung yang sering mabuk-mabukan dan judi. Meskipun premanisme
merupakan akibat langsung dari kemiskinan dan pengangguran, tidak berarti
premanisme dibiarkan tumbuh subur dan berkembang.Kepolisian dalam hal
ini berkaitan dengan fungsinya sebagai pengayom masyarakat mempunyai
peran yang sangat besar dalam upaya penanggulangan premanisme dan
diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menyikapi
masalah premanisme yang ada dalam masyarakat.
Hukum pidana mempunyai sifat khusus, terutama dalam hal
sanksinya yang berupa pidana atau nestapa yang harus ditanggung oleh
seseorang.8Pihak kepolisian yang begitu dekat dengan masyarakat
diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menyikapi
fenomena- fenomena preman di masyarakat. Operasi-operasi yang
dilakukan pihak kepolisian terhadap parapelaku preman yang pada
umumnya hanya menangkap kemudian melepaskannya lagi sama sekali
8 Prof Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana:Raja Grafindo Persada
9
tidak mendatangkan manfaat bagi pemberantasan preman. Pemikiran ini
kiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi para pengambil kebijakan
baik di tingkat pusat maupun di daerah.Sehingga harapan kita tentang
kondisi masyarakat yang nyaman, aman, dan tertib dapat tercapai.
Semua ini tentu saja tidak terlepas dari partisipasi masyarakat untuk
membantu pihak kepolisian dalam mengungkap aksi-aksi premanise yang
terjadi di dalam masyarakat.Diharapkan kondisi masyarakat yang nyaman,
aman, dan tertib dapat tercapai. Pungutan liar menjadi salah satu tindak
pidana yang sudah akrab di telinga masyarakat.Praktik pungli tersebut
sesungguhnya merupakan bagian dari pekerjaan rumah yang belum selesai
dari Reformasi Polri.Sejak berpisah dari TNI tujuh tahun lalu, Polri
mencoba menata diri menjadi institusi yang bersih, profesional, dan dicintai
masyarakat.
Peranan polisi pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu Penegakan
Hukum ( Law Enforcement ) dan Menjaga Ketertiban ( Maintenance of
Order ). Adanya dua peranan dalam tugas kepolisian tersebut menimbulkan
adanya konflik sehingga terlihat bahwa kepolisian mengahdapi banyak
sekali kesulitan dan hambatan dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.Secara kelembagaan sebenarnya peranan tersebut bukan
merupakan konflik tetapi timbulnya konflik disebabkan dan muncul karena
10
adanya keinginan publik atau masyarakat yang berbeda dan saling
bertentangan.
Keinginan yang berbeda tersebut menyebabkan adanya ambivalensi
yaitu polisi harus menjadi dua sosok yang berbeda saat melakukan
penegakan hukum dan saat menjaga ketertiban, sedangkan masyarakat
terbalik yaitu saat mengalami kesulitan akan meminta pertolongan polisi
tetapi saat polisi melakukan penegakan hukum kadang merasa terganggung
dan tidak suka terhadap polisi.Adanya keterkaitan antara dua peranan polisi
dengan timbulnya konflik. Karena secara nyata dilapangan sangat dirasakan
dimana saat masyarakat menghadapi permasalahan apapun pasti akan
mengadu dan meminta pertolongan kepada kepolisian tetapi apabila polisi
sedang melakukan penegakan hukum kadang masyarakat akan antipati
terhadap kegiatan kepolisian tersebut contohnya pelaksanaan razia
lalulintas.
Pihak kepolisian harus meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pelaksanaan tugasnyta sehingga masyarakat akan secara sadar mengerti
akan peranan kepolisian yang berbeda. Operasi pungli yang bersasaran
merobah keadaan dan sikap mental, yang berkaitan dengan berbagai faktor,
diharapkan mutlak memerlukan pengertian dan dukungan
masyarakat.Wabah penyakit pungli sudah menjangkiti semua lapisan
masyarakat dan telah membudaya akrab sedemikian rupa menyatu dan
11
mendarah daging kesegenap eselon sehingga sulit untuk
diberantas.Pungutan liar pada hakekatnya adalah interaksi antara petugas
dan masyarakat yang didorong oleh pelbagai kepentingan pribadi.Bertolak
dari paparan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dalam bentuk
Penulisan Hukum atau skripsi yang berjudul ”PERAN KEPOLISIAN
DALAM MENANGGULANGI PUNGUTAN LIAR YANG DISERTAI
ANCAMAN”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka calon peneliti
merumuskan pemasalahan sebagai berikut, yaitu :
a. Bagaimana peran kepolisian dalam menanggulangi pungutan liar yang
disertai ancaman?
b. Apa kendala-kendala yang dihadapi kepolisian dalam menanggulangi
pungutan liar yang disertai ancaman?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :
a. Mengetahui dan menganalisis peran kepolisian menanggulangi
pungutan liar yang disertai ancaman
b. Mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi kepolisian dalam
menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman
12
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat
yang didapat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
1) Merupakan salah satu sarana bagi peneliti untuk mengumpulkan
data sebagai bahan penyusunan Skripsi guna melengkapi
persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
2) Memberi sumbangsih pengetahuan dan pikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
hukum pada khususnya.
3) Mendalami teori-teori yang telah peneliti peroleh selama
menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga serta memberikan landasan untuk
penelitian lebih lanjut
b. Manfaat Praktis
1) Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan
dan mengembangkan kemampuan calon peneliti dalam bidang
hukum sebagai bekal untuk masuk ke dalam instansi atau
13
instansi penegak hukum maupun untuk praktisi hukum yang
senantiasa memperjuangkan hukum di negeri ini agar dapat
ditegakkan.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi
masukan serta tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang
terkait dengan masalah yang diteliti.
3) Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat dan menjadi
bahan pertimbangan bagi kalangan praktisi hukum demi
menciptakan penegakan hukum yang lebih baik.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam proposal ini jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian
yuridis normatif dilengkapi dengan yuridissosiologis untuk
mengetahuiperan kepolisian dan kendala apa yang dihadapi dalam
menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman secara lebih
mendalam.
2. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
peran kepolisian dan kendala apa yang dihadapi dalam
menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman.
14
3. Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer yaitu berupa, Kitab Undang-undag
Hukum Pidana,Undang-undang Kepolisian.
b. Bahan hukum sekunder yaitu hasil penelitian di Polres
Temanggung.
c. Jurnal Penelitian dari penelitian terdahulu.
d. Bahan hukum tersier, Kamus dan Insiklopedi
e. Pengumpulan Bahan Hukum
f. Bahan hukum dikumpulkan secara study kepustakaan.
g. Kasus pungutan liar yang terjadi di Temanggung.
4. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
a. Data primer diperoleh melalui wawancara (in depth interview)
kepada Kapolres Temanggung guna menggali informasi
mengenai perankepolisian dan kendala apa yang dihadapi dalam
menanggulangi pungutan liar yang dinilai ancaman.
b. Data sekunder diperoleh melalui studi kapustakaan.
15
F. Metode Analisis
Metode yang digunakan adalah perspektif dan pendekatan deduktif-
induktif.
G. Sistematika Penulisan
Bab I: Bab ini berisikan uraian orientasi tentang penilaian yang akan
dilakukan meliputi :
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
Bab II : Bab ini berisikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
terhadap permasalah penelitian. Tentang kasus yang dipelajari,
tentang peran kepolisian dan kendala apa yang dihadapi dalam
menanggulangi pungutan liar yang dinilai ancaman.
Bab III : Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan analisis
permasalahan yang diajukan, yang menjadi objek penelitian dan
saran – saran.