bab i pendahuluan a. latar...

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik guna memenuhi kebutuhan penduduk. Dengan diberikannya fasilitas publik yang semakin berkembang bertujuan untuk memudahkan aksesibilitas masyarakat tanpa terkecuali. Namun hal ini membuat semakin terabaikannya hak penyandang disabilitas untuk memperoleh kemandirian dalam menggunakan fasilitas publik salah satunya transportasi kereta api. Transportasi adalah sarana pengangkutan pemindahan barang maupun orang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan salah satu jenis transportasi di Indonesia adalah kereta api. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api 1 . Kereta api sendiri adalah salah satu transportasi yang banyak diminati oleh masyarakat karena harga tiket yang murah dan efisiensi waktu pada saat menggunakan transportasi tersebut. Pengelolah jasa transportasi adalah pemerintah dan pihak swasta yang dikelolah oleh PT.KAI. PT Kereta Api Indonesia adalah badan usaha milik Negara (BUMN) yang menyelenggarakan usaha perkeretaapian di Indonesia. Kereta api didirikan 1 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

Upload: others

Post on 05-Nov-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi

pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik guna memenuhi kebutuhan penduduk.

Dengan diberikannya fasilitas publik yang semakin berkembang bertujuan untuk

memudahkan aksesibilitas masyarakat tanpa terkecuali. Namun hal ini membuat

semakin terabaikannya hak penyandang disabilitas untuk memperoleh kemandirian

dalam menggunakan fasilitas publik salah satunya transportasi kereta api.

Transportasi adalah sarana pengangkutan pemindahan barang maupun orang

dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan salah satu jenis transportasi di

Indonesia adalah kereta api. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga

gerak baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian

lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan

perjalanan kereta api1. Kereta api sendiri adalah salah satu transportasi yang banyak

diminati oleh masyarakat karena harga tiket yang murah dan efisiensi waktu pada saat

menggunakan transportasi tersebut. Pengelolah jasa transportasi adalah pemerintah

dan pihak swasta yang dikelolah oleh PT.KAI.

PT Kereta Api Indonesia adalah badan usaha milik Negara (BUMN) yang

menyelenggarakan usaha perkeretaapian di Indonesia. Kereta api didirikan

1 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

2

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 Tentang Pengalihan Bentuk

Perusahaan Umum Menjadi Persero. Menurut H.M.N Purwosutjipto mengatakan

pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim

yang dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan

barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan selamat2.

Perlindungan hukum menurut Soetjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum

adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan

kekuasaan untuk bertindak dalam kepentingan tersebut. Selanjutnya dikemukakan

bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah

memberikan pengayoman kepada masyarakat. Perlindungan hukum terhadap masyara

kat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum3.

Seiring dengan perkembangan teknologi kereta api saat ini sudah dilengkapi

dengan beberapa fasilitas yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi setiap

penumpangnya. Namun dengan bertambahnya fasilitas yang diberikan oleh kereta api

tentunya fasilitas tersebut harus seimbang dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh

pengguna jasa transportasi tersebut. Akan tetapi hal tersebut belum berarti bagi kaum

disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api pasalnya di dalam transportasi kereta api

belum tersedia fasilitas untuk memenuhi kebutuhan kaum disabilitas tersebut

misalnya tangga yang landai pada saat naik dan turun penumpang, belum adanya

papan informasi untuk penyandang disabilitas.

2 Purwosutjipto.1995.Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia.Jakarta.Penerbit

Djambatan.Hal.2

3 Soetjipto Raharjo.1983.Permasalahan Hukum Di Indonesia.Bandung.Penerbit alumni.Hal.121

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

3

Dalam merumuskan prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya

adalah Pancasila sebagai ideologi konsepsi Negara. Konsepsi bersumber pada konsep

rule of law. Dengan menggunakan konsepsi barat sebagai kerangka berfikir dengan

landasan hukum pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip

pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia4.

Di dalam Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang

Perkeretaapian telah dijelaskan bahwa perkeretaapian wajib memberikan fasilitas

khusus bagi disabilitas bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut :

“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan failitas khusus dan

kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang

sakit dan orang lanjut usia”. Walaupun sudah menjadi aturan baku yang tertulis bukan

berarti aturan ini berhasil dalam hal dilaksanakannya dari suatu aturan tersebut. Hal

ini terbukti dari pengalaman pribadi yang pada saat itu menggunakan jasa transportasi

kereta api dari Surabaya menuju Malang dimana fasilitas yang ada dalam kereta

maupun stasiun belum nampak adanya fasilitas khusus untuk memenuhi hak

disabilitas.

Contoh seperti ini merupakan suatu bentuk kurangnya keefektifan aturan yang

dibuat sehingga dalam pelaksanaannya masih banyak pengabaian yang terjadi.

Menurut Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum

ditentukan oleh 5 (lima) faktor yaitu :

4 Philipus M Hadjon.1987.Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.Surabaya.Penerbit Bina

Ilmu.Hal.38

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

4

Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum pihak yang membuat dan

yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan

hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia dalam pergaulan5.

Tanpa adanya pemenuhan hak sama saja dengan melakukan diskriminasi

terhadap penyandang disabilitas karena tidak terpenuhinya kebutuhan yang khusus

untuk disediakan kepada penyandang disabilitas pada ruang publik seperti stasiun dan

kereta api. Di stasiun Kota Baru Malang sendiri terlihat tidak ada fasilitas yang

seharusnya diberikan kepada penumpang disabilitas. Tentunya hal ini tidak sesuai

dengan Pancasila sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perlindungan hukum terhadap penyandang disabilitas Di Kota Malang masih terlihat

kurang untuk infrastruktur yang memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas itu

sendiri. Penyandang disabilitas juga termasuk warga Negara Indonesia yang berhak

memperoleh kesetaraan tanpa ada pembeda dengan yang lainnya hal ini juga tertuang

dalam pasal 28H butir 2 Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang

berbunyi ”setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan

keadilan”. Undang Undang Dasar sudah menuliskan apa yang menjadi hak asasi

manusia itu sendiri.

5 Soerjono Soekamto.2008.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta.Penerbit PT

Raja Grafindo Persada.Hal.8

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

5

Dalam Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan

Convention on the rights of Person With Disabilities ( konvensi mengenai hak

disabilitas) konvensi tersebut bertujuan untuk memajukan, melindungi, dan menjamin

kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas serta

penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak

terpisahkan. Konvensi ini menegaskan bahwa Negara mempunyai kewajiban

merealisasikan hak yang termuat dalam konvensi antara lain menjamin partisipasi

penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan.

Semakin pesat perkembangan pembangunan fasilitas yang diberikan juga

memberikan dampak semakin terabaikannya hak hak khusus bagi penyandang

disabilitas karena yang terfikirkan untuk dipenuhi haknya hanya penumpang yang

lain saja. Dalam hal ini pemerintah dan perusahaan pengelolah perkeretaapian harus

memperhatikan apa saja yang menjadi kepentingan sosial untuk melayani masyarakat

dengan memberikan hak masyarakat tidak terkecuali hak penyandang disabilitas.

Dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Disabilitas

telah dijelaskan bahwa “hak keadilan dan perlindungan hukum untuk disabilitas

meliputi hak: atas perlakuan yang sama di hadapan hukum, diakui sebagai subjek

hukum, memiliki dan mewarisi harta bergerak atau tidak bergerak, mengendalikan

masalah keuangan atau menunjuk orang untuk mewakili kepentingannya dalam

urusan keuangan, memperoleh akses terhadap pelayanan jasa perbankan dan non

perbankan, memperoleh aksesibilitas dalam pelayanan peradilan, atas segala

perlindungan dari tekanan, kekerasan, penganiayaan, diskriminasi, dan atau

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

6

perampasan hak milik, memilih dan menunjuk orang untuk mewakili segala

kepentingan dalam hal keperdataan di dalam dan luar pengadilan, dilindungi hak

kekayaan intelektualnya”.

Dalam Pasal 87 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang

Penyelenggara Kereta Api telah memberikan penjelasan bahwa “stasiun penumpang

sebagaimana dimaksud dalam pasal 86 ayat (1) huruf a paling sedikit dilengkapi

dengan fasilitas keselamatan, keamanan, kenyamanan, naik turun penumpang,

penyandang cacat, kesehatan, fasilitas umum, pembuangan sampah, fasilitas

informasi”.Hal ini merupakan tujuan dari perkereta apian dalam penyelenggaraannya.

Akan tetapi yang ditujukan belum terlaksana secara maksimal.

Dalam butir penjelasan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 tahun 2015

Tentang Standart Pelayanan Minimum Kereta Api menyebutkan bahwa fasilitas pada

penumpang disabilitas berfungsi untuk memudahkan para penumpang disabilitas

yang meliputi penyandang disabilitas, wanita hamil, orang sakit dan lansia untuk

menggunakan angkutan kereta api. Sedikitnya untuk kereta api antar kota minimal 4

tempat duduk dalam 1 kereta, untuk kereta api perkotaan minimal 12 tempat duduk

dalam 1 kereta. Yang diatur hanya mengenai tempat duduknya saja dalam kereta api

sedangkan untuk toilet, tangga landai belum tersedia untuk memenuhi standart

pelayanan tersebut guna memberikan perlindungan hukum bagi penyandang

disabilitas.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dalam Pasal 2 disebutkan bahwa

“Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam deklarasi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

7

ini dengan tidak ada pengecualian apa pun seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis

kelamin, bahasa, agama, politik, atau pandangan lain, asal usul kebangsaan atau

kemasyarakatan , hak milik, kelahiran maupun kedudukan lain”.

Dalam pasal 89 Peraturan Daerah Kota Malang nomor 2 tahun 2014 Tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Disabilitas disebutkan bahwa setiap pengadaan

sarana dan prasarana umum yang diselenggarakan pemerintah daerah atau masyarakat

wajib menyediakan aksesibilitas. Walaupun sudah ada Peraturan Daerah Kota

Malang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang

Disabilitas yang mengatur secara khusus penyandang disabilitas di Kota Malang,

tetapi belum ada ketegasan dalam hal penerapan dari aturan tersebut. Hal ini menjadi

penyebab masih kurangnya terpenuhi hak penyandang disabilitas dalam hal fasilitas

yang ada di ruang publik yang tersedia. Hak hak penyandang disabilitas merupakan

hak yang harus dipenuhi kebutuhannya secara khusus untuk menjamin bahwa tidak

ada rasa driskiminasi terhadap penyandang disabilitas karena ada fasilitas yang

memudahkan untuk melakukan aktifitas yang sama dengan yang lain. Berdasarkan

paparan diatas, penulis tertarik untuk membahas hal tersebut dalam bentuk karya

ilmiah skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Penyandang

Disabilitas Sebagai Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aksesibilitas untuk penyandang disabilitas pada transportasi kereta

api Di Kota Malang ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor

23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian ?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

8

2. Bagaimana bentuk tanggung jawab penyelenggara kereta api Di Kota Malang

dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas

pada transportasi kereta api ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui, menjelaskan, mendeskripsikan aksesibilitas penyandang

disabilitas pada transportasi kereta api.

2. Untuk mengetahui, menjelaskan, mendeskripsikan bentuk tanggung jawab

penyelenggara kereta api dalam memberikan perlindungan hukum terhadap

hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

D. Manfaat penelitian

1. Memberikan pengetahuan mengenai perlindungan hukum terhadap hak

penyandang disabbilitas sebagai pengguna jasa kereta api.

2. Memberikan pengetahuan terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas

sebagai pengguna jasa kereta api untuk memperoleh kesetaraan dalam

bermasyarakat

3. Mengetahui aturan hukum yang baku untuk melindungi penyandang

disabilitas dalam transportasi kereta api.

E. Kegunaan penelitian

1. Mengetahui akan kewajiban penyedia jasa transportasi kereta api terhadap

pemenuhan hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi

kereta api.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

9

2. Untuk memberikan pengetahuan masyarakat terhadap kesetaraan hak bagi

kaum penyandang disabilitas.

3. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap hak penyandang

disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api

F. Metode penelitian

a). Metode Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Penelitian yuridis

sosiologis yaitu melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat. Oleh

karena itu penulis melakukan penelitian tentang perlindungan hukum terhadap

hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

b) . Lokasi penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DAOPS VIII wilayah

Jatim. Lokasi tersebut dipilih karena dari lokasi tersebut akan mendapatkan

informasi mengenai penelitian terhadap penyandang disabilitas sebagai pengguna

jasa kereta api. Namun dalam hal ini lokasi penelitian tidak ke seluruh stasiun

kereta api di wilayah DAOPS 8 Jatim, tetapi sebagai sampel dipilih stasiun Kota

Baru di Kota Malang.

c) . Jenis data

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu DAOP VIII WIL

JATIM. Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah dengan cara

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

10

observasi,wawancara atau pendapat dari sumber informasi dari stasiun Kota

Baru di Kota malang sebagai lokasi penelitian tersebut serta dokumen yang

mendukung kelengkapan data penelitian lainnya.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari website ilmiah, jurnal ilmiah

hukum, hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian

mengenai perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai

pengguna jasa transportasi kereta api.

c. Data tersier

Jenis data mengenai pengertian baku atau istilah yang digunakan dalam

penelitian tersebut yang diperoleh dari kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

d. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Mengamati secara langsung bagaimana ketersediaan fasilitas yang diterapkan

dalam menjamin hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api.

Dengan melihat secara langsung maka penulis akan mengetahui bagaimana

bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap hak penyandang

disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api.

b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data berupa Tanya jawab kepada pihak

dari narasumber terkait yaitu dari pihak DAOPS VIII dan Penyandang

Disabilitas. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi lebih

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

11

mendalam secara langsung dari pihak yang dinilai berkompeten dalam

memberikan penjelasan mengenai pemenuhan hak penyandang disabilitas

sebagai pengguna jasa kereta api dan juga dari pihak penyandang disabilitas

mengenai hak yang diberikan untuk menjamin kemudahan aktifitas yang

dilakukan sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara pengambilan

foto, struktur organisasi dan profil mengenai objek peneltian yang diperoleh

untuk menunjang penelitian tersebut.

d. Studi pustaka

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari bahan penulisan melalui

buku,literatur yang menunjang penelitian tersebut.

d). Teknik analisa data

Setelah data hasil penelitian terkumpul maka yang dilakukan selanjutnya

adalah melakukan analisa terhadap data penelitian tersebut. Metode yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu metode analisis data yang

dikelompokkan data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitasnya

lalu dihubungkan dengan teori hukum, asas dan kaidah hukum yang diperoleh

dari studi pustaka. Penulis tidak menggunakan angka dan tidak dilakukan

pengukuran sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

12

G. Rencana sistematika penulisan

Penelitian ini terdiri dari empat bab dimana dalam setiap bab terdapat

pembahasan dari penelitian ini. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran awal penelitian yang berisikan

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan tentang perlindungan hukum terhadap hak

penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api ditinjau dari

Pasal 131 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan mengenai bahan dari penelitian yaitu teori

efektifitas hukum, perlindungan hukum, keadilan sosial, doktrin, pendapat ahli,dan

kajian keilmuan hukum lainnya untuk memberikan dasar dari bahasan penelitian

tersebut. Tinjauan dari bab ini adalah yuridis sosiologis dimana penulis melihat

secara langsung di masyarakat mengenai perlindungan hukum yang diberikan

terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh melalui

teknik pengumpulan data yang dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian tersebut.

Dalam bab ini dijelaskan hasil penelitian yang memberikan hasil dari penelitian

mengenai perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai

pengguna jasa transportasi kereta api.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/36219/2/jiptummpp-gdl-yalawanaan-47616-2-babi.pdf · diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang

13

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran untuk instansi

yang berwenang dalam memberikan perlindungan hukum dan memenuhi fasilitas

terhadap penyandang disabilitas untuk memudahkana kemandirian dari aktifitasnya.

Saran juga ditujukan untuk masyarakat agar lebih mengutamakan hak penyandang

disabilitas pada saat menggunakan jasa transportasi kereta api.