bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/40951/2/bab i.pdf · pelatihan dan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tingginya angka gelandangan di Indonesia yang terlepas dari
penyebab mereka menggelandang, salah satu kota dengan jumlah gelandangan
terbanyak adalah kota Malang (Koran Jawa Pos, 8 Oktober 2016). Dinas Sosial
Kota Malang mencatat setidaknya jumlah gelandangan di Kota Malang masih
cukup besar dan membutuhkan penanganan yang lebih intensif.
Fenomena di lapangan menunjukan bahwa Gelandangan di Kota Malang
bervariasi jika dilihat dari usianya. Mulai anak-anak, remaja, dewasa paruh baya,
hingga tua atau lanjut usia juga ada. Begitu juga aktifitas yang dilakukan
gelandangan pun bermacam-macam, namun sebagian besar dari hal-hal tersebut
menjadikan masyarakat setempat menjadi kurang nyaman. Seperti misalnya, Tidur
di trotoar / emperan toko ketika malam, ketika toko sudah tutup, kemudian makan
dan minum di sana pula. Menjadi sangat mengganggu kenyamanan ketika sebagian
besar dari gelandangan-gelandangan itu buang air kecil disekitar trotoar atau
emperan toko juga.
Sektor kebersihan juga, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya,
kemudian ada juga yang iseng merubah bahkan merusak fasilitas umum maupun
pribadi (pemilik ruko) dengan mengubah fungsi atau menambah fungsi benda itu,
seperti mewarnai tembok, dan memindahkan tempat sampah.
Aktifitas gelandangan tersebut mengakibatkan fasilitas umum / sosial tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya difungsikan, misalkan trotoar yang tidak bisa
digunakan oleh pejalan kaki sebagaimana seharusnya karena digunakan
2
gelandangan untuk tidur. Kegelisahan lain adalah terkait juga kenyamanan
penduduk sekitar yang semakin berkurang karena rasa aman terhadap resiko
kejahatan yang semakin besar. Mengingat gelandangan tersebut tidak jelas siapa
dan berasal dari mana, sehingga keindahan, ketertiban, kaamanan, serta kebersihan
kota menjadi memprihatinkan.
Pemerintah Kota Malang sudah melakukan beberapa hal untuk mengatasi
atau menekan angka gelandangan di Kota Malang. Diantaranya adalah memberikan
pelatihan dan keterampilan untuk mereka supaya mampu bersaing lagi di dunia
kerja. Hal ini dilakukan karena menurut EJ (salah satu subjek penelitian) sebagian
pokok permasalahan bahwa penyebab mereka menjadi gelandangan adalah karena
faktor ekonomi.
Setelah diberi bekal dengan pelatihan dan keterampilan, pemerintah Kota
Malang melalui Dinas Sosial memilah gelandangan yang terjaring. Jika mereka
penduduk kota Malang maka mereka akan didampingi, dan jika tidak memiliki
tempat tinggal maka akan dibantu oleh Dinas Sosial, namun jika bukan asli
penduduk kota Malang, maka yang bersangkutan akan dikembalikan ke daerah
asalnya masing-masing.
Hal ini dilakukan karena memang realitas yang terjadi di Kota Malang
adalah salah satu kota dengan sirkulasi penduduk yang cukup besar, seperti yang
dilansir oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada laporan
tahunan 2017 setidaknya pendatang yang masuk setiap harinya mencapai 61 orang.
Pemerintah Kota Malang selain upaya responsif yang dilakukan,
pemerintah juga melakukan upaya represif atau pemberian hukuman bagi mereka
yang tetap menggelandang di Kota Malang. Melalui Peraturan Daerah Kota Malang
3
No. 2 Tahun 2012 tentang Ketertiban Umum dan Lingkungan, yang intinya adalah
terdapat ancaman kurungan maksimal 3 bulan dan/atau denda 10 juta rupiah bagi
mereka yang menggaggu ketertiban umum dengan mengelandang.
Negara dalam hal ini pemerintah Kota Malang sebenarnya tidak tinggal
diam, negara melalui alatnya sudah berusaha untuk mengatasi permasalahan ini.
Namun yang selanjutnya menjadi kegelisahan adalah : a). Mengapa jumlah
gelandangan di kota Malang terus meningkat dari tahun ke tahun? Ketika
pemerintah kota sudah menggunakan strategi mereka untuk menekan angka
gelandangan tersebut. b). Apa strategi pemerintah kota kurang tepat? Sanksi yang
diberikan kurang tegas? Reward / ganjaran yang diberikan kurang bermanfaat? c).
Pemahaman realitas kehidupan gelandangan yang dipahami masyarakat pada
umumnya termasuk pemerintah pengambil kebijakan tidak sama dengan realitas
kehidupan gelandangan yang sebenarnya? Sehingga strategi yang diberikan tidak
mampu menjawab permasalahan yang ada dan juga tidak mampu memberikan
kebutuhan yang sebenarnya yang dibutuhkan oleh para gelandangan ini.
Adanya sebuah penelitian tentu diawali dengan adanya sebuah kegelisahan.
Kegelisahan yang muncul karena adanya suatu permasalahan. Permasalahan yang
muncul karena adanya akibat yang telah atau yang akan dirasakan dampak
buruknya nya. Perasaan gelisah dan cemas inilah yang menjadikan alasan untuk
mencari tahu bagaimana cara mengatasinya. Oleh karena itu penelitian hadir
sebagai alat untuk menemukan cara itu untuk mendapatkan suatu solusi yang
nantinya diharapkan mampu mengatasi masalah yang ada. Artinya yang menjadi
pertanyaan pada dasarnya adalah : a). Benarkah mereka menjadi gelandangan
karena keterbatasan ekonomi / miskin? Sehingga membutuhkan bantuan ekonomi?.
4
b). Benarkah mereka menjadi gelandangan karena tidak mempunyai keahlian?
Sehingga membutuhkan pelatihan?. c). Benarkah mereka menjadi gelandangan
karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak? Sehingga membutuhkan rumah
susun?
Untuk itu terlihat betapa pentingnya penelitian tentang permasalahan ini,
sehingga pelaksanaan penelitian terkait “Realitas Kehidupan Sosial
Gelandangan Dalam Ranah Publik” ini harus segera dilakukan agar dapat
menjadi bahan berfikir kepada seluruh masyarakat pemangku kepentingan
khususnya kepada pemerintah Kota Malang selaku pengambil kebijakan supaya
segera mengatasi permasalahan sosial terkait keberadaan gelandangan di Kota
Malang dan kemudian juga mampu menekan angka gelandangan di Kota Malang.
Selain itu juga hal ini merupakan bentuk kewajiban dari keikutsertaan masyarakat
dalam menjaga keteriban umum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dapat dilihat dari latar belakang diatas,
maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu “Bagaimana realitas
kehidupan sosial gelandangan dalam ranah publik?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan secara rinci
realitas kehidupan sosial gelandangan dan dalam ranah publik. Pemahaman
terhadap realitas tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
ilmu pengetahuan yaitu memberikan gambaran tentang konsep realitas
kehidupan gelandangan dalam kehidupan keluarga pada khususnya dan dalam
5
masyarakat pada umumnya serta dapat menjadi acuan untuk mengatasi
masalah gelandangan di Kota Malang, serta di kota-kota lainnya di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan diperoleh dikelompokkan menjadi teoritis
dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam ranah Sosiologi, dalam kajian Sosiologi Perkotaan. Secara
teoritis penelitian ini dapat menunjukan indikator-indikator daripada realitas
gelandangan di Indonesia khususnya di Kota Malang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis dapat dilihat dan dirasakan oleh pemangku
kepentingan, sehingga dalam konteks sosial masyarakat dan keberlangsungkan
kehidupan masyarakat akan lebih terasa dampaknya.
a. Bagi Jurusan Sosiologi
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan tambahan bahan bacaan
di jurusan sehingga dapat dijadikan referensi pendukung untuk civitas
akademika Universitas Muhammadiyah Malang khususnya jurusan Sosiologi.
Hasil penelitian juga dapat dijadikan bahan kepustakaan terkait dengan
beberapa kajian sosiologi seperti Sosiologi Kependudukan, Sosiologi
Perkotaan dan Sosiologi Pembangunan.
b. Bagi Pemerintah Kota Malang
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau bahan
pertimbangan kepada pemerintah Kota Malang agar dapat mengatasi
6
permasalahan kependudukan khususnya terkait gelandangan. Paramater yang
diungkap dari penelitian ini, pemerintah sebagai eksekutor serta konseptor
kebijakan akan lebih jelas melihat fakta dan masalah yang ada sehingga
tentunya akan menjadikan lebih tepatnya kebijkan-kebijkan yang diambil guna
menjadi alat atau solusi dari masalah sosial di Kota Malang.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Tentunya penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi manfaat kepada
peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat menjadi stimulus untuk peneliti di
lingkungan perguruan tinggi dan juga peneliti pada umumnya. Temuan
penelitian akan menambah wawasan dan juga pandangan peneliti selanjutnya
baik sebagai bahan perbandingan maupun bahan pertimbangan dalam
melaksanakan penelitian dengan tema serupa.
E. Definisi Konsep
1. Realitas Sosial
Realitas sosial adalah kenyataan atau fakta yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini terkait dengan kestabilan dalam keadaan normal
atau keadaan tidak normal yang terjadi dalam pola-pola hubungan di
masyarakat (lecture.ub.ac.id)
Menurut Emile Durkheim, Realitas sosial adalah cara bertindak, apakah
tetap atau tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi
seorang individu (Durkheim, Émile,; D.,, Halls, W. 2014). Hal itu bisa berarti
bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan perasaan yang berada
di luar individu dan koersif dan dibentuk sebagai pola dalam masyarakat.
7
Berger & Luckmann dalam Veeger K.J. (1985) berpandangan bahwa
kenyataan atau realitas dibangun secara sosial dalam pengertian individu-
individu dalam masyarakat itulah yang membangun masyarakat Maka
pengalaman individu tidak terpisahkan dengan masyarakatnya. Berger
memandang manusia sebagai pencipta kenyataan sosial yang objketif melalui
tiga momen dialektis yang stimultan yaitu :
a. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia
kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini
merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu
dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk
manusia.
b. Objektifikasi, adalah hasil yang telah dicapai, baik mental maupun
fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu berupa
realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu
sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada diluar dan berlainan dari
manusia yang menghasilkannya (hadir dalam wujud yang nyata).
Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjketif perorangan.
Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.
Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai realitas yang objektif, atau
proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan
atau mengalami proses institusionalisasi.
c. Internalisasi, lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke
dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari
8
dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai
gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal
bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari
masyarakat.
Sehingga realitas sosial dapat disimpulkan seperti berikut, yaitu fakta
atau kenyataan yang sebenarnya, tanpa melalui proses pemaknaan. Artinya
realitas sosial adalah suatu keadaan yang telah terjadi dan/atau yang terjadi
pada saat itu. Gabungan dari pengetahuan sesuatu dan kemampuan individu
dalam menafsirkan pengetahuan tentang sesuatu tersebut.
2. Gelandangan
Gelandangan sebagaimana dalam KBBI adalah orang yang
bergelandangan; orang yang tidak tentu tempat kediaman dan pekerjaannya.
Gelandangan adalah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan dengan
alasan tertentu mengharuskan tinggal difasilitas umum (Hanggoro, 2018 : 7).
Sedangkan yang dinyatakan oleh Humaidi, Gelandangan adalah berasal dari
gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana (Humaidy, 2003 :
37).
Menurut Muthalib dan Sudjarwo dalam Iqbali (2005) diberikan tiga
gambaran umum dari gelandangan, yaitu :
a. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakatnya;
b. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai;
c. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan
dan keterasingan.
9
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat 11 Peraturan Daerah Kota Malang No. 9
Tahun 2013 tentang gelandangan, anak jalanan dan pengemis, gelandangan
adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai
tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup
mengembara di tempat-tempat umum.
Gelandangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang
secara sadar tidak menetap dalam suatu lokasi tempat tinggalnya yang layak
seperti halnya rumah akan tetapi lebih memilih untuk tinggal dan/atau tidur
ditempat fasilitas umum.
Artinya gelandangan yang dimaksud adalah orang yang tidak sedang
menempati tempat tinggalnya secara pribadi, namun dalam hal bertempat
tinggal dia memilih menempati fasilitas umum seperti trotoar, halte, emperan
toko, serta dibawah jembatan.
Secara sederhana, gelandangan yang hendak diteliti disini adalah orang
yang secara sadar, sengaja, dan terencana menggunakan fasilitas umum yang
tidak sesuai dengan pokok fungsinya, dalam kasus ini adalah orang yang tidur
di trotoar atau emperan toko, terlepas dari pekerjaan dia apa, dan memiliki
rumah tinggal atau tidak.
3. Ranah Domestik dan Publik
Ranah domestik mencakup aspek kesejahteraan keluarga, kesehatan
hubungan keluarga yang simetris. Ranah publik adalah menyangkut aspek
terkait bidang iptek, ekonomi, ketenagakerjaan, politik, sosial, dan ketahanan
nasional (Yanggo, H.T. 1996).
10
Ranah domestik yang dimaksud adalah lingkungan internal keluarga
subjek penelitian, dengan kata lain dilihat dari latar belakang personal, pola
hubungan subjek penelitian dengan keluarganya. Sedangkan ranah publik
adalah lingkungan eksternal daripada subjek penelitian, dengan kata lain pola
hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosial masyarakatnya atau ruang
publik atau khalayak umum masyarakat.
F. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan penelitian adalah merupakan bentuk
aktifitas ilmiah untuk mengamati, melihat, mencari, menggali, data dan
informasi secara ilmiah (Koentjaraningkrat, 1991 : 7-8).
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini yang dilakukan adalah melalui
penelitian kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-
angka atau stastitik, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,
cacatatan observasi lapangan, rekaman audio dialog, rekaman video
wawancara, dokumen-dokumen pribadi dan resmi lainnya. Pendekatan
kualitatif ingin menunjukan realitas empirik dibalik fenomena yang secara
mendalam rinci dan tuntas.
Tujuan penggunaan pendekatan kualitaif dalam penelitian ini adalah
untuk mencocokkan antara teori yang berlaku dengan realita yang ada dengan
menggunakan metode deskriptif (Moloeng, 2004 : 131). Penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan
11
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya (Moloeng,
2004 : 132).
Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan,
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.
Peneliti mengunakan pendekatan kualitatif ini dengan pertimbangan
yang kurang lebih serupa dengan seperti apa yang diungkapkan oleh Lexy
Moloeng (2004 : 138)., yaitu :
a. Kualitatif akan lebih mudah disesuaikan apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda;
b. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden;
c. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
2. Jenis Penelitian
Penelitian yang mengangkat tentang realitas kehidupan gelandangan di
kota Malang ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif berjenis fenomenologi. Fenomenologi adalah sudut pandang
penelitian folklor dari sisi fenomena yang ada. Realitas menjadi dasar
penelitian (Endraswara, 2009 : 91).
Fenomenologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif
Alfred Schutz, yang mana pada dasarnya fenomenologi yang lebih
12
menekankan kepada intersubjektivitas. Fenomenologi artinya memandang
bahwa pemahaman atas tindakan, ucapan, dan interaksi, merupakan
persyaratan bagi eksistensisosial apapun (Sobur, 2013 : 62).
Metode tersebut dinilai peniliti sebagai metode yang paling tepat
dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Pendiskriptifan makna yang
berhubungan dengan gelandangan memang dinilai paling sesuai agar
mendapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,
dalam hal ini beserta alamat jalan dan dimana kotanya. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil lokasi di Pasar Besar Kota Malang. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara porposive, yaitu pemilihan lokasi secara sengaja dengan
berbagai pertimbangan tertentu. Salah satu pertimbangan dipilihnya lokasi
tersebut adalah jumlah gelandangan yang paling besar dibandingkan dengan
lokasi-lokasi lainnya di Kota Malang. Situasi tersebut karena tempat
berkumpul dan beraktifitasnya gelandangan-gelandangan ini di lingkungan
pasar, dan pasar besar adalah pasar dengam bedak, los/emper, pkl paling
banyak daripada pasar yang lainnya, khususnya di Kecamatan Klojen, Kota
Malang (Kecamatan Klojen dalam Angka).
4. Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian merupakan bagian yang penting dalam
sebuah penelitian. Tepat tidaknya cara menentukan subjek juga mentukan tepat
tidaknya data yang diperoleh. Menurut Becker (1970), dalam menyiapkan
13
penelitian lapangan, setelah memutuskan lokasi dan waktu penelitian, peneliti
harus menentukan informan yang akan diteliti.
Dalam penentuan subjek penelitian ada yang dapat ditentukan karena
dapat didefinikan dengan jelas informan yang akan diteliti, namun juga ada
kondisi dimana informan tidak dapat dengan jelas didefinikan diawal
penentuan siapa informan yang akan ditelili. Terkait penelitian yang akan
dilakukan peneliti yaitu tentang realitas kehidupan gelandangan, peneliti tidak
langsung dapat menentukan diawal siapa informan-informan yang dapat
menjadi representasi data gelandangan-gelandangan yang lain dalam
memberikan data.
Untuk mengatasi situasi seperti ini, peneliti mengunakan teknik
sampling snowball. Teknik snowball adalah suatu metode untuk
mengidentifikasi, memilih, dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau
rantai hubungan yang menerus. Peneliti menyajikan suatu jaringan melalui
gambar lingkaran-lingkaran yang dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-
garis. Neuman (2003) mengungkapkan bahwa setiap lingkaran mewakili satu
respon dan atau kasus, dan garis-garis tersebut menunjukan hubungan antar
responden atau kasus.
Langkah awal dalam penelitian ini yang dilakukan peneliti adalah
mendatangi salah satu informan dengan kriteria dapat dimasukan dengan
definisi gelandangan, dari dia peneliti mendapatkan realitas pertama dari
realitas kehidupan seorang gelandangan dalam ranah publik, yang mana
kemudian dari informasi awal informan pertama, bergulir kepada informan
yang kedua dan seterusnya hingga tidak ditemukan informasi yang baru.
14
Teknik ini dipilih dengan alasan informasi awal peneliti terbatas terkait
realitas kehidupan gelandangan, namun pada akhirnya informasi bisa
berkembang luas dan mendalam.
5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dikempokkan ke dalam dua
klasifikasi, yaitu terdisi dari data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data Primer menurut S. Nasution (1964 : 34) adalah data yang dapat
diperoleh langsung dari lapangan atau lokasi penelitian. Artinya data primer
atau data utama diperoleh dengan cara mengamati dan mencermati setiap kata
atau tindakan dari subjek penelian di lokasi penelitian. Data tersebut digunakan
peneliti untuk mendapatkan informasi langsung tentang realitas sosial
gelandangan dalam ranah publik yaitu dengan cara wawancara langsung
kepada gelandangan di Pasar Besar Kota Malang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang digunakan untuk mendukung
daripada data primer. Data sekunder diperoleh peneliti dari sumber bacaan.
Seperti buku, majalah, buletin, publikasi, hasil-hasil penelitian atau studi,
dokumen resmi maupun tidak, hasil survey, studi histories, dan sebagainya.
Data sekunder yang juga peneliti gunakan adalah informasi dari BPS dan Dinas
Sosial Kota Malang terkait obyek penelitian. Peneliti mengunakan data
sekunder ini selain untuk mendukung, juga untuk memperkuat penemuan serta
untuk melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan gelandangan.
15
6. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Rachmad, bahwa penelitian di samping mengunakan metode
yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan.
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara
teknik pengumpulan data yang diperoleh dari kutipan langsung orang-orang
tentang pengalaman, pendapat, persaan, serta pengetahuannya (Suyanto, dkk.,
2005 : 186). Percakapan yang dilakuan adalah bebas atau tidak tersyruktur.
Dengan kata lain tidak ada susunan pertanyaan sebelum melakukan
wawancara, sehingga proses wawancara atau dialog dengan subye penelitian
bersifat cair dan mengalir sesuai dengan situasi dan kondisi di lokasi penelitian.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang mendalam.
Artinya adalah dengan proses memperoleh keterangan dari informan dengan
sangat dekat, dimana peneliti dan informan terlibat dalam kehidupan sosial, ciri
utama wawancara mendalam adalah keterlibatan peneliti dalam kehidupan
informan (Bungin, 2010 : 108).
b. Observasi / Pengamatan
Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,
meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra (Arikunto, 2002 : 133), sedangkan observasi menurut S.
Margono dalam Zuriah (2009 : 173) diartikan sebagai pengamatan dan
pencataan secara sistematis terhadap gejala yang tampak dalam obyek
penelitian. Observasi dapat dilaksanakan dengan langsung maupun tidak
langsung.
16
Penelitian ini menggunakan observasi langsung. Artinya peneliti
berada bersama dengan obyek yang diteliti dalam suatu peristiwa tersebut.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas
gelandangan, meliputi pola makan, pola istirahat, dengan melakukan
pengamatan langsung ke lapangan serta ikut serta berpola kehidupan seperti
mereka. Artinya peneliti mengenalkan diri peneliti bukan sebagai peneliti,
melainkan memerankan peran sebagai gelandangan sehingga peneliti ikut serta
dan mengalami aktivitas selayaknya subjek penelitian.
c. Dokumentasi
Berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode
dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang
sudah ada (Riyanto, 1996 : 83). Dokumen bisa berbentuk tulisan, catatan
harian, gambar foto, dan sejarah kehidupan (Sugiono : 2012). Dokumentasi
yang diperoleh dalam penelitian ini yakni berupa foto, video, dan rekaman
wawancara dengan informasi selama proses wawancara begitu juga observasi.
Dokumentasi yang diperoleh adalah foto aktifitas gelandangan
kemudian dokumen tersebut yang kemudian peneliti kumpulkan dan kemudian
kembangkan untuk meneliti lebih seksama terkait data-data yang diperoleh
baik secara primer maupun sekunder yang mana kemudian peneliti telaah lebih
dalam.
7. Teknik Analisa Data
Suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna
untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian menggunakan
17
metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial
yang bersifat unik atau komplek. Padanya terdapat regularitas atau pola
tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman) (Bungin, 2003 : 53).
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan
ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, 2004 : 103).
Metode kualitaif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati (Moleong, 2004 : 3).
Proses analisis data terhadap komponen-komponen utama yang harus
benar-benar dipahami. Komponen tersebut adalah reduksi data, Kajian dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk menganalisis berbagai data yang
sudah ada digunakan metode deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk
menggambarkan data yang sudah diperoleh melaui proses analitik yang
mendalam dan selanjutnya diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut
atau dalam bahasa berbentuk naratif. Analisis data dilakukan secara induktif,
yaitu mulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan,
mempelajari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data.
Menurut Miles dan Huberman (1992) tahapan analisis data sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Penelitian mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
hasil observasi dan wawancara di lapangan.
b. Reduksi Data
18
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.
c. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart, atau
grafis, sehingga data dapat dikuasai.
d. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi
Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi dari
data tersebut berusaha diambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan
keputusan, didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan
jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
Proses analisis data ini merupakan runtutan yang terstruktur dan
tersistematis yang mana saling berhubungan satu dengan yang lain. Setelah
melakukan proses pengumpulan data melalui wawancara, observasi, kemudian
juga dokumentasi tentu akan terkumpul banyak data. Setelah itu karena data
yang terkumpul banyak, maka dilakukan proses reduksi data, yang mana
19
memilah dan memilih data yang penting, perlu, dan yang tidak atau hanya
pendukung data.
Setelah data yang terkumpul direduksi, kemudian data-data tersebut
disajikan kembali dengan susunan yang tentu lebih mencerminkan hasil yang
diharapkan. Terakhir yaitu proses pengambilan keputusan atau verifikasi, yang
artinya adalah mengambil keputusan terkait data yang disajikan yang kemudian
diverifikasi.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan
diatas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan
menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik
kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang
menggambar dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul
dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi
yang diteliti pasa saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir (2003 : 16) bahwa
tujuan deksriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
8. Uji Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data (Moleong, 1991 : 175) maka
peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan data, yaitu :
a. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebility). Teknik ini
dapat dilakukan dengan jalan:
20
1) Keikutsertaan peneliti sebagai instrument (alat) tidak hanya
dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan
keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
2) Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-
ciri dan unsur-unsur dari penelitian dan situasi yang sangat
relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan
demikian maka keikutsertaan menyediakan lingkup, sedangkan
ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
3) Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber
lainnya.
4) Kecukupan referensial yakni bahan-bahan yang tercatat dan
terekam dapat digunakan sebagai patokan untu menguji atau
menilai sewaktu-waktu diadakan analisis dan interpretasi data.
b. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian
rinci.
Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian
dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan
konteks lokasi penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan
21
secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar
mereka dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.
c. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara
auditing ketergantungan.
Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi
dengan catatan pelaksanaan keseluruhan poses dan hasil penelitian.
Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi
tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar
dapat persetujuan antara auditor dan auditi terlebih dahulu.
Agar data yang diperoleh benar-benar obyetif maka dalam
penelitian ini dilakukan pemeriksaan data menggunakan metode
trianggulasi. Teknik trianggulasi yang dipakai adalah teknik
trianggulasi sumber. Sebagaimana yang diungkapkan Moelong (1991
: 178) teknik trianggulasi adalah pemeriksaan melalui sumber-sumber
lainnya.
Trianggulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan
sebagai berikut :
1) Membandingkan data pengamatan dengan data hasil
wawancara;
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi;
3) Membanding apa dikatakan sewaktu diteliti dengan sepanjang
waktu;
22
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang;
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
9. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
Menyusun proposal penelitian, konsultasi dengan dosen
pembimbing, mengurus surat-menyurat kepada lembaga yang terkait
sesuai dengan data yang diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, peneliti mengumpulkan data
dengan cara :
a) Wawancara
b) Observasi
c) Dokumentasi
d) Menelaah teori-teori yang relevan
2) Mengidentifikasi data
Data yang telah terkumpul melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi, diidentifikasi untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
c. Tahap Akhir Penelitian
1) Menyajikan data dalam bentuk diskripsi.
2) Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.