bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17861/4/chapter...
TRANSCRIPT
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau pemegangnya untuk
memperbanyak atau menggandakan hasil karya ciptaannya yang tumbuh
bersamaan dengan lahirnya suatu ciptaan. Pencipta berhak pula atas manfaat
ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut, baik dibidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra.
Pelanggaran Hak Cipta itu dihukum sebagaimana yang tercantum menurut
Pasal 44 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 72 undang-undang
No. 19 Tahun 2002, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau member izin untuk itu, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000- (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 17, yang
menyebutkan bahwa pemerintah melarang pengumuman setiap ciptaan
Universitas Sumatera Utara
xi
yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah dibidang pertanahan
dan keamanan. Negara, kesusilaan dan ketertiban umum dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
4. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 19,20, Pasal 49
ayat 3 yang merumuskan bahwa untuk memperbanyak atau
mengumumkan potret seseorang harus terlebih dahulu mendapat izin dari
orang yang dipotret atau dalam jangka waktu 10 tahun setelah yang
dipotret meninggal dunia, harus mendapat izin dari ahli warisnya dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling
banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
Dengan begitu menurut undang-undang hak cipta undang-undang No.12
Tahun 1997 Junto (J.o) undang-undang No.19 Tahun 2002 bahwa pelanggar hak
cipta itu dihukum dengan pidana penjara ataupun denda.
Meskipun telah mempunyai Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta (beberapa kali direvisi) dan pemberlakuannya tentang hak Cipta pun
telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003, semestinya mampu membuat para
pembajak jera, namun pada kenyataannya pelanggaran HKI masih saja terjadi
bahkan cenderung kearah yang semakin memprihatinkan. Peringkat Pembajakan
di Indonesia, khususnya pembajakan hak cipta, menempati urutan ketiga terbesar
didunia. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya keras dari pelaku usaha dan
pemerintah memerangi pembajakan hak cipta. “Benar atau tidak, menurut hasil
Universitas Sumatera Utara
xii
kajian lembaga Internasional, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar didunia
dalam pembajakan Hak Cipta,” kata kepala sub direktorat Hukum Direktorat Hak
Cipta Departemen Kehakiman Hak Asasi Manusia Ansari Sinungan di Jakarta,
hari Kamis (5/2)1
Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan,mengingat Bangsa Indonesia
adalah salah satu penandatanganan perjanjian TRIPs
.
2
Kendala utama yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan
Hak akan kekayaan Intelektual ini adalah masalah penegakan hukum , disamping
masalah-masalah lain seperti kesadaran masyarakat terhadap HKI itu sendiri dan
keadaan ekonomi bangsa yang secara tidak langsung turut menyumbang bagi
terjadinya pelanggaran itu. Akibat dari maraknya pembajakan atas Hak Cipta ini,
Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah merupakan suatu kemungkinan yang
akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Adapun persetujuan TRIPs
mengidentifikasikan instrumen-instrumen hak dan kekayaan intelektual (HKI) dan
mencoba mengharmonisasikannya pada tingkat global menyangkut komponen :
yaitu perjanjian hak-hak
milik intelektual berkaitan dengan perdangangan dalam Badan Perdagangan
Internasional.
1 (Kompas Cyber Media, 6 Februari 2004) 2 TRIPs adalah hasil persetujuan WTO dalam hal perlindungan hak kekayaan intelektual (Agrrement on trade related aspect of intellectual property rights) yang diatur dalam prinsip minimum standard. Namun perlindungan dalam prsetujuan ini adalah Patent, Copyright, TradeMarks, Industrial Design, Layout Design of Integrated Circuit, Undisclosed Information dan Geographical Indication. Prinsip dasar yang diatur dalam berbagai Konfernsi Nasional. Perstujuan TRIPs memberikan jangka waktu minimum perlindungan berbeda-beda untuk setiap hak kekayaan intelektual, misalnya hak penyiaran diberikan waktu selama 20 tahun dihitung dari akhir tahun kalender dari penyiaran dilakukan dan sebagainya. Situs Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia , Selasa 30 Januari 2007
Universitas Sumatera Utara
xiii
Hak Cipta (Copy rights), Merk dagang (Trade Marks), Paten (Patent), Desain
Produk Industri ( Industrial design), Indikasi Geografi (Geographical Indication),
Desain Tata Letak (Topography), Sirkuit Terpadu / Layout Desain (Topography
of Integrated Sircuits) dan perlindungan informasi yang dirahasiakan (Protection
on Un disclosed Information). HKI merupakan bagian hukum yang berkaitan
dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha
kreatif.
Skripsi ini dilatarbelakangi bahwa hukum menganggap karya cipta sebagai
suatu kekayaan, sehingga keberadaannya dilindungi oleh Undang-undang No. 19
tahun 2002 tentang Hak Cipta. Format MP3 (Motion Picture Experts Group-1
layer III) merupakan beberapa hasil aplikasi dari tekhnologi didunia musik untuk
menghasilkan sebuah format penyimpanan data. Format ini ditujukan untuk
mengecilkan ukuran berkas lagu dalam format digital dengan mengorbankan
sedikit kualitas. Format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III)
berkaitan dengan Hak Cipta, oleh karenanya dilindungi oleh Undang-undang Hak
Cipta.
B. Perumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang dari skripsi ini, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :
- Bagaimana tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan
format MP3 (Motion Picture Experts layer III)?
Universitas Sumatera Utara
xiv
- Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab dan dampak apakah yang
timbul dari tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan
format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III ?
- Bagaimana perlindungan hukum kepada pemegang Hak Cipta serta
bagaimana upaya hukumnya atas praktik pembajakan dengan format MP3
(Motion Picture Experts layer III) menurut undang-undang no.19 tahun
2002 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu
dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)
b. Untuk mengetahui sebab dan akibat yang timbul dari tindak pidana atas
praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture
Experts layer III)
c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang
hak cipta serta bagaimana upaya hukumnya atas praktik pembajakan lagu
dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) menurut
Undang-undang No.19 Tahun 2002
2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat praktis
Universitas Sumatera Utara
xv
1. Skripsi ini bermanfaat untuk Para Penegak Hukum supaya
penanganan perkara tindak pidana hak cipta ini lebih
ditingkatkan.
2. Dan bermanfaat juga untuk masyarakat supaya dapat menyadari
bahwa tindak pidana atas praktik penggandaan lagu dan musik
dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah
tindakan illegal dan merugikan orang lain sehingga masyarakat
tidak menggunakan atau melakukan pembajakan lagu dan musik
dalam format MP3 (Motion Picture Experts layer III) tersebut.
b. Manfaat Teoritis
1.Skripsi ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk
pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin
mengetahui dan memperdalam tentang masalah tindak pidana
atas praktik penggandaan lagu dan musik dengan format MP3
(Motion Picture Experts layer III)
2. Skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syaratnya untuk mencapai gelar sarjana hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan
kewajiban bagi setiap mahasiswa untuk menyelesaikan
pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
xvi
D. Keaslian Penulisan
Ide dan usaha penulisan skripsi ini adalah berasal dari penulis sendiri.
Sepanjang pengamatan penulis, tidak ditemukan tulisan lain, baik skripsi maupun
karangan ilmiah lain yang memiliki kesamaan materi dengan skripsi ini. Baik
judul yang sama , isi, tata redaksi, format penulisan atau dengan kata lain “Tulisan
yang persis sama dengan tulisan” meskipun beberapa karangan ilmiah membahas
masalah tindak pidana pelanggaran hak cipta, akan tetapi terdapat perbedaan yang
jelas dengan skripsi ini. Dimana dalam proses pembuatan skripsi ini penulis
memulainya dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan
penggandaan lagu dan musik kedalam format MP3 (Motion Picture Experts layer
III) kemudian penulis merangkainya sendiri, menjadi suatu karya tulis ilmiah yang
disebut dengan skripsi. Oleh karena itu penulis dapat menyatakan bahwa skripsi
ini adalah karya asli penulis.
E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2002 pasal 1 angka 1 bahwa Hak
Cipta sebagai hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1. Pengertian Hak Cipta
Hak yang berkaitan dengan hak cipta adalah terjemahan dari
“Neighbouring rights”. Neighbouring rights berbeda dengan hak cipta, kalau
Universitas Sumatera Utara
xvii
dilihat dari subjek yang mendapat perlindungan. Maksud dan tujuan
perlindungannya adalah sama, oleh karena itu diatur didalam Undang-undang Hak
Cipta. Terdapat 3 macam “Neighbouring rights” ini meliputi :
a. Hak Pelaku pertunjukkan terhadap penampilannya
Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang
menampilakan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan,
mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, film, tari sastra, karya seni
lainya. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang No. 12 Tahun 1997
Junto (J.o) Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 19 Tahun 2002
b. Hak Prosedur rekaman terhadap rekaman yang dihasilkannya
Prosedur rekaman suara adalah orang atau badan yang pertama kali
merekam atau memiliki prakarsa untuk membiayai kegiatan perekam suara untuk
bunyi, baik dari suatu pertunjukkan maupun suara atau bunyi lainnya. Hal ini
diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o)
Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 19 Tahun 2002.
c. Hak Organisasi penyiaran terhadap program radio dan televisi
Lembaga penyiaran adalah organisasi penyelenggaraan sistem, baik
lembaga penyiaran pemerintah maupun swasta yang berbentuk badan hukum yang
melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan dengan atau
tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lainnya. Hal ini diatur dalam
Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 1 angka 12
Universitas Sumatera Utara
xviii
Undang –undang No. 19 Tahun 2002. Pelaku memiliki hak khusus untuk
memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat,
memperbanyak, dan menyiarkan rekaman suara dan atau gambar dari
pertunjukannya.Hal ini diatur dalam Pasal 43c ayat 1 Undang-undang No. 12
Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 49 ayat 1 Undang-undang No. 19 Tahun
2002.Prosedur rekaman suara memiliki hak khusus untuk member izin atau
melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak,
menyiarkan pula karya siarannya melalui transmisi atau tanpa kabel atau melalui
sistem elektromagnetik lainnya.Hal ini diatur dalam Pasal 43c ayat 3 Undang-
undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 49 ayat 3 Undang-undang No. 19
Tahun 2002.
Dari ketiga macam hak ini terlihat ada 3 subjek yang menjadi pemegang
hak yaitu seniman atau pelaku pertunjukkan, produser rekaman, dan lembaga
penyiaran. Mereka ini bukan pencipta yang menghasilkan ciptaan yang dilindungi
hak cipta, tetapi pihak yang mengkomunikasikan atau mendistribusikan suatu
ciptaan tertentu sehingga dapat dinikmati atau digunakan oleh para pengguna
(users) hak cipta.
Kedudukan mereka adalah sebagai perantara yang dengan kemampuan
profesionalnya memberikan perantaraan itu, mereka telah memberikan konstribusi
tertentu yang bernilai, sehingga layak mendapatkan perlindungan hukum
sebagaiman pencipta sendiri. Karya intelektualita mereka berupa penampilan dari
para artis, aktor, dan musisi yang dapat diwujudkan dalam materi tertentu yang
dapat disimpan dan digunakan berulang-ulang. Demikian juga melalui perekaman
Universitas Sumatera Utara
xix
dan penyiaran radio dan televisi, suatu ciptaan yang dihasilkan pencipta dapat
diproduksi dan disimpan dalam berbagai cara dan bentuk sebagai hasil kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga mereka yang terlibat dalam proses
pembuatannya yang perlu mendapatkan perlindungan hukum, untuk mencegah
terjadinya perbanyakan tanpa izin.
Selain itu hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta juga dikenal
maksudnya dengan penggunaan hasil ciptaan oleh pihak lain, yang harus
dilakukan dengan persetujuan pemilik hak cipta, diantara hak-hak tersebut adalah:
1. Hak untuk membawa salinan atau membuat reproduksi hasil karya
2. Untuk mendistribusikan hasil karya hak untuk menyewa salinan hasil karya
3. Hak untuk membuat rekaman suara atau gambar
4. Hak untuk mempertunjukkan kepada publik
5. Hak untuk menerjemahkan hasil karya
6. Hak untuk menyadur
7. Hak untuk membuat copy kedalam karya audio visual
Hak Cipta diberikan kepada pencipta suatu karya, meskipun dalam hal
tertentu hak cipta dapat diberikan kepada pihak pemberi karya yang timbul segera
setelah hasil karya tersebut dibuat, demikian pula perlindungan terhadap hak cipta
dimulai setelah hak cipta itu didapat.3
3 Eddy Damlan, Hukum hak cipta menuntut beberapa konvensi internasional, Undang-undang Hak Cipta 1997 dan perlindungannya terhadap buku serta perjanjian penerbitannya. (Bandung:alumni, 1999), hal 62
Universitas Sumatera Utara
xx
a. Hak eksklusif
2. Klasifikasi Hak Cipta
Secara umum hak cipta dapat diklasifikasikan berbeda yaitu :
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak
cipta adalah hak untuk :
- Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk pada umumnya salinan elektronik)
- Mengimpor dan mengekspor ciptaan
- Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)
- Menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum
- Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain
Yang dimaksud dengan “Hak eksklusif” dalam hal ini adalah bahwa hanya
pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut tanpa
persetujuan pemegang hak cipta. Konsep tersebut yang berlaku di Indonesia. Di
Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk “Kegiatan menerjemahkan,
megadaptasi, mengaransemenkan, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan,
meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, dan
mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun”. Selain itu
dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula “Hak terkait”, yang berkaitan
dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku
karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman suara
dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi kegiatan
Universitas Sumatera Utara
xxi
seni yang dilakukan, direkam atau disiarkan oleh mereka masing-masing
(Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Pasal 1 butir 9-12 dan bab VIII). Sebagai
contoh seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman
suara nyanyiannya.
Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan,
misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (Undang-undang No. 19
Tahun 2002 Pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengijinkan pihak lain
melakukan hak eksklusif tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu
(Undang-undang No. 19 Tahun 2002 bab V)
b. Hak Ekonomi
Hak ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara
komersial suatu ciptaan dan behubungan dengan perlindungan kebutuhan
ekonomi pencipta misalnya hak untuk mendapatkan pembayaran royalti atas
penggunaan (pengumuman dan perbanyakan) karya cipta yang dilindungi. Suatu
ciptaan merupakan hasil karya intelektual yang diperoleh melalui pengorbanan
waktu, tenaga, dan dana. Dilihat dari aspek ekonomi pengorbanan tersebut
merupakan suatu investasi yang perlu dikelola secara komersial untuk
mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh keuntungan. Semakin
bermutu suatu ciptaan semakin tinggi pula potensi nilai komersialnya.4
4Sanusi Bintang, Hukum hak cipta (Bandung;Citra Aditya Bakti, 1998) hal 4-5
Universitas Sumatera Utara
xxii
Hak ekonomi ini menurut komandan verkade terdiri dari komponen
sebagai berikut :5
a. Hak reproduksi (menerbitkan atau memperbanyak)
b. Hak eksekusi (memainkan atau mempertunjukkan)
c. Hak adaptasi (memindahkan atau mengalihkan)
d. Hak interprestasi (menerjemahkan atau mengalihbahasakan)
Djumhana mengklasifikasikan hak ekonomi itu lebih terinci lagi meliputi
dibawah ini:
a. Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right) yaitu hak untuk menggandakan ciptaan
b. Hak adaptasi (adaption right) hak untuk menggandakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari satu bahasa kebahasa lain, isi novel diubah menjadi skenario film.
c. Hak distribusi (distribution right) yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan.
d. Hak pertunjukkan (public performance right) yaitu hak untuk mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukkan atau penampilan oleh pemilik, dramawan, seniman, peragawati.
e. Hak penyiaran (broadcasting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang.
f. Hak program kabel (Cable casting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel misalnya siaran televisi pelanggan yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel
g. Droit de suitc yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan
h. Hak pinjaman masyarakat (public lending right) yaitu hak pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat.6
5ibid hal 4
Universitas Sumatera Utara
xxiii
Penggunaan hak ekonomi seperti diatas semakin luas dengan
diperkenalkannya hak sewa (rental right) dan hak-hak yang berkaitan dengan hak
cipta. Menyangkut karya cipta musik dan lagu, terdapat dua macam hak ekonomi
yaitu hak mekanis (mechanical right) yang berhubungan dengan produksi ulang
lagu atau musik dalam bentuk kaset, compact disc, laser disc, video compact disc,
dan lain-lain; dan hak mengumumkan (performing right) yang berkaitan dengan
memperdengarkan sebuah musik atau lagu misalnya menyanyikan, memutar kaset
atau compact disc player ditempat umum untuk kepentingan komersial.7
Hak moral itu diberikan semata-mata untuk menjaga nama baik atau
reputasi pencipta sebagai wujud dan pengakuan terhadap hasil karya
intelektualitas seseorang.
c. Hak Moral
Hak moral ini merupakan manisfestasi dari adanya pengakuan manusia
terhadap hasil karya orang lain yang sifatnya non ekonomi. Hak moral berkaitan
dengan perlindungan kepentingan nama baik dari pencipta.
8
6 abdulkadir Muhammad, kajian hukum ekonomi intelektual (Bandung; Citra aditya bakti,2001) hal 20-21
Seorang pelukis, misalnya yang melukiskan suatu
objek tertentu , belum tentu maksudnya untuk diperjualbelikan atau mendapat
keuntungan ekonomi bagi dirinya, tetapi mugkin untuk penyaluran minat, bakat
dan kemampuan dibidang seni atau untuk penyampaian isi hati atau pendapat.
Kepada pelukis yang bersangkutan hukum memberikan perlindungan hak cipta,
7 Sanusi Bintang, Op cit hal 98 8Ibid hal 6
Universitas Sumatera Utara
xxiv
antara lain mengakui hak moralnya lazimnya penghargaan moral diberikan
masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu
ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral
ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau
wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu apabila ada orang yang
melanggarnya.9
Hak moral diatur dalam undang-undang hak cipta dan Konvensi Berne.
Dalam Pasal 24 Undang-undang hak cipta ditentukan bahwa :
10
1. Pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya
a. Tidak diperbolehkan mengadakan perubahan suatu ciptaan kecuali dengan persetujuan pencipta atau ahli warisnya
b. Dalam hal pencipta telah menyerahkan hak ciptanya kepada orang lain, selama penciptanya masih hidup diperlukan persetujuannya untuk mengadakan perubahan termasuk dan apabila pencipta telah meninggal dunia izin dari ahli warisnya
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.
3. Pencipta tetap berlaku mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.
Didalam Konvensi Berne ditentukan bahwa setiap negara peserta wajib
memberikan pencipta :
1. Hak untuk menuntuk kepemilikan
2. Hak untuk melawan segala bentuk pemutarbalikkan, atau perubahan lainnya atau tindakan penghinaan dalam hubungannya dengan ciptaan yang dapat merugikan nama baik atau reputasi pencipta.11
9 Ibid hal 8 10 Pasal 24 Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002
Universitas Sumatera Utara
xxv
3. Pengertian Tindak Pidana Hak Cipta
Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sebuah karya cipta musik atau lagu,
terutama sekali musik dan lagu-lagu yang ternyata sangat disenangi dan digemari
oleh masyarakat sehingga sangat laku dipasaran, menimbulkan keinginan bagi
orang-orang tertentu untuk dapat ikut mengeksploitasi musik atau lagu tersebut
dan digandakan dengan menggunakan format MP3(Motion Picture Experts layer
III). Hal ini dapat menimbulkan keuntungan bagi karya cipta musik atau lagu
tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut sering kali diwujudkan dengan
cara-cara yang melanggar hukum atau dengan cara illegal. Untuk mengerti lebih
jauh lagi mengenai tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu dan
musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III), maka akan
membahas terlebih dahulu tentang pengertian tindak pidana itu. Ada beberapa
pendapat sarjana yang mengemukakan arti dari tindak pidana tersebut itu :
Menurut Wirjiono Projodikora tindak pidana yaitu “suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana”.
Pengertian tindak pidana
12
Menurut Moeljadno tindak pidana adalah “perbuatan yang diancam dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut”.
13
1. Perbuatan
Tindak pidana ini memiliki unsur-unsur yaitu :
11 Sanusi Bintang, Opcit hal 7 12 Sudarto, Hukum pidana I, (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990) hal 4 13 S.R. Sianturi asas-asas hukum pidana di Indonesia dan penerapannya, (Jakarta, 1982), hal 20
Universitas Sumatera Utara
xxvi
2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang
3. Bersifat melawan hukum
Menurut Stanley Rubenstein, sekitar tahun 1740 tercatat pertama kali
orang yang menggunakan istilah “copyright”. Di Inggris pemakaian istilah hak
cipta (copyright) pertama kali berkembang untuk menggambarkan konsep guna
melindungi penerbit dari tindakan penggandaan buku oleh pihak lain yang tidak
mempunyai hak untuk menerbitkannya. Perlindungan buku tidak diberikan kepada
pencipta (auther), melainkan diberikan kepada pihak penerbit. Perlindungan
tersebut dimaksudkan untuk memberikan jaminan atau investasi penerbit dalam
membiayai cetakan suatu karya. Hal ini sesuai dengan landasan penekanan sistem
hak cipta dalam “common law system” yang mengacu pada segi ekonomi.
Pengertian Hak cipta
Pengertian hak cipta asal mulanya menggambarkan hal untuk
menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta. Istilah copyright (hak cipta)
tidak jelas siapa yang memakainya. Tidak ada satupun perundang-undangan yang
secara jelas menggunakannya pertama kali.
14
“Hak cipta adalah hak milik yang melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain. Pada hakikatnya, hak cipta
Menurut David Bainbridge :
14 Muhammad Djumhana dan Djuboedillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teori, dan praktiknya di Indonesia ) (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) hal 47-48
Universitas Sumatera Utara
xxvii
adalah hak yang dimiliki pencipta untuk mengeksploitasi dengan berbagai cara karya cipta yang dihasilkannya.15
Tindak pidana hak cipta yaitu suatu kegiatan perbuatan, kebanyakan,
penyiaran, pengedaran tanpa izin dari pencipta maupun penerima hak dari
penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta.
Pengertian tindak pidana hak cipta
16
1. Pembajakan karya rekaman musik atau lagu
Didalam masyarakat perwujudan dan pelanggaran terhadap hak-hak
pencipta akan timbul dalam berbagai bentuk, sebagaimana dapat dijabarkan
berikut ini :
Pembajakan atas rekaman musik atau lagu merupakan perbuatan kejahatan
yang timbul seiring dengan adanya industri musik baik nasional maupun
internasional.
Dalam industri musik di Indonesia pembajakan yang terjadi tidak hanya
atas karya rekaman musik dalam negri tetapi juga meliputi karya rekaman asing.
Sehubungan dengan karya rekaman yang beredar di masyarakat, tidak hanya
karya rekaman produksi nasional tetapi beredar pula karya rekaman asing. Ada
tiga macam bentuk pembajakan atas karya rekaman suara yang dikenal dalam
15 Beinbridge, david, 1999, Intellectual Property, Forth Edition , Financial; Times, Pitmen publishing, England. 16 Leden Marpaung, Tindak pidana terhadap hak atas kekayaan intelektual, (Jakarta; Sinar Gafika, 1995), hal 65
Universitas Sumatera Utara
xxviii
industry musik internasional yaitu ; Counterfeit, piracy,boat ledging17
a. Counterfeit
,berikut ini
akan diuraikan masing-masing bentuk pembajakan tersebut :
Adalah bentuk pembajakan dengan melakukan penggadaan ulang suatu
album karya rekaman, dalam bentuk sama sekali mirip dengan aslinya
baik dalam kemasan album, ilustri cover maupun susunan lagunya.
Kualitas dari album bajakan ini tentu saja tidak terjamin. Counterfeit
lebih dikenal sebagai album rekaman aspal (asli atau palsu).
b. Piracy
Adalah bentuk pembajakan karya rekaman yang dilakukan dengan
menggunakan berbagai lagu dari yang sedang populer, dikenal dengan
istilah “seleksi” atau ketikan. Bentuk pembajakan ini paling ditakuti
dalam industri musik karena dapat mematikan kesempatan penjualan
dari beberapa album rekaman secara bersamaan.
c. Boat ledging
Adalah bentuk pembajakan yang dilakukan dengan cara merekam
langsung suatu pertunjukkan musik dari seorang penyanyi. Dan album
rekaman ini digandakan lalu dijual sebagai album khusus dari
penyanyi tersebut.
17 Runtung, Diktat Kuliah HAKI-I (hak Cipta, Paten, Merek) (Fakultas Hukum USU, 2003) hal 28
Universitas Sumatera Utara
xxix
2. Peniruan karya cipta musik
Perbuatan ini dikaitkan sebagai pelanggaran hak cipta apabila karya cipta
yang diciptakan oleh seorang pencipta mempunyai kemiripan yang hampir
seratus persen sama dengan hasil karya musik atau lagu pencipta lainnya,
baik notasi, melodi dasar, irama, atau warna musiknya.
3. Pengumuman suatu karya cipta secara tidak sah
Pengumuman suatu karya cipta secara tidak sah terjadi apabila pengguna
lagu dalam melakukan kegiatan usahanya yang menggunakan karya cipta
lagu untuk tujuan komersial dilakukan tanpa adanya izin dari pencipta
atau pemegang hak cipta dan pengguna dapat bebas dari kewajiban
membayar royalti.
Tindak Pidana atas praktik pembajakan karya musik atau lagu dalam
bentuk format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah suatu kegiatan yang
digunakan untuk mengkompresi file-file musik sehingga didapatkan file musik
digital yang mirip kualitas musik asli dengan ukuran file yang kecil tanpa izin dari
pencipta maupun penerima hal dari penjualan barang hasil dari pelanggaran hak
cipta. Beberapa bentuk pelanggaran hak cipta musik atau lagu dalam praktik
pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer
III) termasuk pelanggaran undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi dapat mempermudah atas
suatu karya dalam melaksanakan reproduksi hasil karya musik. Karya musik yang
dipasarkan oleh suatu perusahaan rekaman merupakan proses yang resmi yang
Universitas Sumatera Utara
xxx
dilindungi undang-undang. Kejahatan yang dihadapi di masyarakat adalah dari
berbagai macam hasil karya musik tersebut dapat diperbanyak dengan mudah dan
mendapatkan suatu hasil karya musik sehingga dengan biaya murah dapat
memperoleh suatu karya musik yang disukainya, dengan modal suatu server atau
sebuah komputer dapat memperbanyak suatu ciptaan musik tanpa harus
membayar izin kepada yang punya hak.
Dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai suatu penadah hasil dari suatu
kejahatan yang berusaha mendapatkan keuntungan yang bersifat komersial dapat
dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.
Menurut L.J Taylor, yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari
sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri.
4. Ciptaan yang dilindungi undang-undang hak cipta
18
18 L.J. Taylor, Copyright for Librarians, Cetakan Pertama, East Sussex : Tamarisk Books Hstings, 1980
Konsep dasar hukum hak
cipta seperti itu dianut didalam peraturan perundang-undangan hak cipta di
Indonesia sebagaimana dapat kita simak dalam penjelasan pasal 12 ayat 3 undang-
undang hak cipta No. 19 Tahun 2002.Dengan demikian, yang dilindungi adalah
sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan bukan masih merupakan
gagasan. Bentuk nyata ciptaan tersebut bisa terwujud khas dalam bidang
kesusasteraan, seni maupun ilmu pengetahuan. Konvensi Internasional hak cipta
1952 Universal Copyright Convention (UCC), pada pasal 1, menentukan yang
dilindunginya yaitu bidang kesusasteraan, ilmu pengetahuan (Scientific), dan
Universitas Sumatera Utara
xxxi
pekerjaan seni (artistic work) termasuk karya tulis, musik, drama, sinematographi,
lukisan, pahatan, dan patung.
Hukum Indonesia secara jelas mengatur ciptaan yang dilindungi, yang
selengkapnya diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Hak Cipta No.19 tahun 2002,
yaitu :19
a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang sejenis dengan itu
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi,Pewayangan, dan pantonim.
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.
g. Arsitektur
h. Peta
i. Seni batik
j. Fotografi
k. Sinematografi,dan
l. Terjemahan, tafsir, bunga rampai dan karya lainnya dari hasil pengalihwujud.
Dalam Undang-undang Hak Cipta juga disertakan pengertian dan
penjelasan dari berbagai jenis ciptaan yang telah disebutkan di atas, di antaranya
sebagai berikut :
19 Ibid,Pasal 12
Universitas Sumatera Utara
xxxii
a. Susunan perwajahan karya tulis atau typhographical arrangement yaitu
aspek seni atau estetika pada susunan dan bentuk penulisan karya tulis. Hal ini
antara lain mencakup format, hiasan, warna dan susunan atau tata letak huruf
yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang khas.
b. Ciptaan lain yang sejenis, yaitu ciptaan-ciptaan yang belum disebutkan,
tetapi dapt disamakan dengan ciptaan seperti ceramah,kuliah dan pidato.
c. Alat peraga adalah ciptaan yang berbenuk dua ataupun tiga dimensi yang
berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur,biologi,atau ilmu pengetahuan
lain.
d. Lagu atau musik diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun
terdiri atas unsur lagu atau melodi; syair atau lirik, dan aransemennya,
termasuk notasi.
e. Gambar, antara lain meliputi: motif,diagram, sketsa, logo, dan bentuk huruf
indah, dimana gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan desain industri.
Kolase diartikan sebagai komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan
(misalnya dari kain,kertas dan kayu) yang ditempelkan pada permukaan
gambar.
f. Arsitektur, antara lain meliputi: seni gambar bangunan dan seni gambar
miniatur, dan seni gambar market bangunan.
Universitas Sumatera Utara
xxxiii
g. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau buatan manusia
yang berada diats ataupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu.
h. Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam undang-undang ini
sebagai bentuk ciptaan tersendiri.Karya-karya tersebut memperoleh
perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif,gambar,
maupun komposisi warnanya. Pengertian seni batik juga diterapkan pada
karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang
terdapat diberbagai daerah, seperti seni songket,ikat, dan lain-lain yang
dewasa ini terus dikembangkan.
i. Karya sinematografi yaitu ciptaan yang merupakan media komunikasi
masa gambar bergerak (moving images) antara lain film dokumenter, film
iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film
kartun.Karya ini dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video,
cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan
di bioskop, dilayar lebar, ditayangkan televisi, atau media lainnya.
j. Bunga rampai, meliputi ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kumpulan
berbagai karya tulis pilihan, himpunan lagu-lagu pilihan yang direkam dalam
satu kaset, cakram optik, atau media lainnya,serta komposisi dari berbagai
karya tari pilihan.
k. Database, diartikan sebagai kompilasi data dalam bentuk apapun yang
dapat dibaca oleh mesin (komputer) atau dalam bentuk lain, dimana karena
Universitas Sumatera Utara
xxxiv
alasan pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi
intelektual. Perlindungan terhadap database diberikan dengan tidak
mengurangi hak pencipta lain yang ciptaannya dimasukkan dalam database
tersebut.
l. Pengalihwujudan adalah perubahan bentuk, misalnya dari bentuk patung
menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, atau film dan lain-lain.
Apabila kita melihat lebih seksama jenis-jenis ciptaan diatas, maka
nampak bahwa ciptaan yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta terbagi
dalam dua jenis yaitu ciptaan yang bersifat asli (orisinal) yang diatur dalam pasal
29 ayat (1) dan ciptaan bersifat derivatif (hasil dari perkembangan tekhnologi)
yang diatur dalam pasal 30 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta. Penggelompokkan
ini berkaitan erat dengan jangka waktu perlindungan yang diberikan, misalnya
pada karya cipta orisinal yang terdiri atas :20
a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya
b. Drama atau drama musikal, tari dan koreografi
c. Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, seni patung
d. Seni batik
e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
f. Arsitektur
g. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya
h. Alat peraga
i. Peta, dan
j. Terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai 20 Ibid, Pasal 29 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
xxxv
Jangka waktu perlindungan hukum yang diberikan terhadap karya-karya
tersebut adalah selama hidup pencipta dan akan terus berlangsung untuk jangka
waktu 50 (lima puluh) tahun setekah penciptanya meninggal dunia.
sedangkan ciptaan yang bersifat turunan atau derivatif adalah seperti yang
dimuat dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta, yaitu :21
a. Program Komputer
b. Sinematografi
c. Fotografi
d. Database, dan
e. Karya hasil pengalihwujudan
Perlindungan hukum yang diberikan adalah selama 50 (lima puluh) tahun
sejak pertama kali karya tersebut diterbitkan.
Di Jerman, Amerika serikat, dan Inggris dalam undang-undangnya
ditentukan secara jelas bidang karya cipta yang dilindunginya. Sedangkan di Italia
hal tersebut tidak ditentukan secara jelas.22
a. Kelompok yang disebut sebagai work yang meliputi kesusasteraan
(original literary work), drama (original dramatic work) , dan music
(original musical work), pekerjaan artistik (original artistic work)
Di Inggris bidang yang dilindungi,
menurut undang-undang hak cipta 1988, dibedakan kedalam 2 (dua) golongan,
yaitu :
21 Ibid, Pasal 30 ayat (1) 22 W.R Cornish, Intellectual Property, Cetakan kedua, London:Sweet & Maxwel, 1989:57
Universitas Sumatera Utara
xxxvi
b. Kelompok yang disebut sebagai subjek matter, yaitu tipografi, rekaman
suara, film, penyiaran, serta program kabel (cable program). Perbedaan ini
didasarkan atas syarat orisinalitas sebuah ciptaan. Ciptaan yang
dikelompokkan sebagai “work” harus memenuhi syarat orisinalitas,
sedangkan dalam kelompok kedua tidak disyaratkan memenuhi
orisinalitas.
Perbedaan ini didasarkan atas syarat orisinalitas sebuah ciptaan. Ciptaan
yang dikelompokkan “Work” harus memenuhi syarat orisinalitas sedangkan
kelompok kedua tidak disyaratkan memenuhi orisinalitas. Secara garis besarnya
bidang yang dilindungi hak cipta dapat digolonggkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Meliputi pekerjaan yang ditentukan dalam Konvensi Berne, yaitu bidang
kesusasteraan, literary, pekerjaan artistik (artistic work), termasuk pula
drama, musik dan drama musikal .
b. Kategori yang muncul belakangan karena perkembangan tekhnologi yaitu
seperti sinematografi, fotografi, rekaman suara, penyiaran (broadcasting)
baik radio maupun televisi.
c. Kelompok yang berhubungan dengan komputer yaitu mengenai program
komputer. Di Prancis program komputer ini mulain dilindungi pada tahun
1985, di Inggris diatur didalam Copyright Amandement Computert
Software Copyright Act 1980, dan Di Indonesia diatur didalam undang-
undang hak cipta tahun 1987.
Universitas Sumatera Utara
xxxvii
Hampir semua hasil karya yang merupakan ciptaan yang dilindungi
undang-undang maka sekilas tampak bahwa seluruhnya dilindungi, tetapi
sebenarnya ada bidang karya yang tidak termasuk bidang yang dilindungi hak
cipta, yaitu diantaranya :23
a. Judul, baik judul buku, film, majalah, lukisan, Koran, lagu, atau yang sejenisnya.
b. Ide dan informasi tidak merupakan bagian yang dilindungi hak cipta karena keduanya belum berwujud dalam bentuk materi
c. Sinopsis, ringkasan tidak merupakan ciptaan yang dilindungi hak cipta dan hal tersebut tidak merupakan pelanggaran atas ciptaan asli.
d. Plot (alur isi cerita) sebab plot disamakan dengan ide
e. Slogan iklan karena disamakan dengan judul
f. Nama samaran (fictitious name), hanya nama samaran ini bila ada yang menggunakannya secara tidak sah dapat dilakukan gugatan dibawah aksi passing off
g. Karakter peran, seperti Mickey Mouse, atau James Bond
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat
deskriptis analistis, menelaah dan menganalisa perundang-undangan
khususnya Undang-undang No. 29 tahun 2002 tentang hak cipta
2. Metode Pengumpulan Data
23 J. M. Cavendish, A Handbook of Copyright in British Publishing in Practise. Cetakan kedua, London, Cassel, 1984 : 82-83
Universitas Sumatera Utara
xxxviii
Penelitian kepustakaan (liberty research) yaitu dengan melakukan
penelitian terhadap berbagai literatur seperti : buku-buku, undang-undang
khususnya undang-undang hak cipta, pendapat sarjana, bahan perkuliahan,
arikel dan juga bahan yang diperoleh dari media internet, yang bertujuan
untuk memperoleh atau mencari konsepsi, teori-teori, bahan-bahan yang
berkenaan dengan tindak pidana hak cipta
3. Analisa Data
Analisa data yang dipergunakan dalam penelitan adalah dengan cara
analisis kualitatif. Dalam hal ini pemaparan kembali dengan kalimat yang
sistematis yang memberikan gambaran secara jelas, jawaban atas
permasalahan dalam skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang
berjudul “Analisis Yuridis Mengenai Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta
atas Praktik Pembajakan Lagu dan Musik dengan Format MP3 (Motion Picture
Experts layer III)” dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika
penulisan sebagai gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan, penulis terlebih dahulu
menguraikan tentang gambaran umum atas
keseluruhan skripsi ataupun konsepsi umum dari
Universitas Sumatera Utara
xxxix
skripsi, baik berupa : latar belakang skripsi;
permasalahan; manfaat penulisan; tinjauan
kepustakaan; metode penulisan; serta sistematika
penulisan
BAB II :TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)
Selanjutnya untuk bab II, terdiri dari tiga (3) sub
bab. Dimana pada sub bab pertama membahas
pemahaman mengenai MP3 (Motion Picture
Experts layer III), kedua membahas mengenai jenis
tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan
dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer
III), ketiga membahas sanksi pidana terhadap
tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan
lagu dan musik dengan format MP3 (Motion
Picture Experts layer III)
BAB III : FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK DARI TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)
Selanjutnya untuk bab III, terdiri dari 2 (dua) sub
bab. Dimana pada sub bab pertama membahas
mengenai faktor penyebab tindak pidana atas
Universitas Sumatera Utara
xl
praktik pembajakan lagu dan musik dengan format
MP3(Motion Picture Experts layer III) , kedua
membahas dampak tindak pidana atas praktik
pembajakan lagu dan musik dengan format MP3
(Motion Picture Experts layer III)
BAB IV :PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMEGANG HAK CIPTA SERTA UPAYA HUKUM ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)
Selanjutnya untuk bab IV, terdiri dari 2 (dua) sub
bab. Dimana sub bab pertama membahas
perlindungan hukum kepada pemegang hak cipta
menurut undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang
hak cipta, bab kedua membahas mengenai upaya
hukum tindak pidana hak cipta atas praktik
penggandaan lagu dan musik dengan format MP3
(Motion Picture Experts layer III) menurut
undang-undang no. 19 tahun 2002
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara