bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas Public Relation atau yang juga di kenal dengan sebutan
(humas), pada saat ini tidak hanya berkutat pada praktik-praktik yang
bersifat konvensional, akan tetapi dengan adanya perubahan zaman
,membuat aktivitas PR dituntut harus bisa menyesuaikan diri dengan
perubahan bentuk dan pola komunikasi yang ada di masyarakat, salah
satunya adalah pemanfaatan media sosial (sosmed) / jejaring sosial (Social
Networking Site) yang berbasis internet, dengan tujuan untuk melakukan
berbagai macam rutinitas sehari – hari, baik yang terjadi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok. Bentuk dan pola komunikasi melalui teknologi berbasis
internet pada saat ini telah menjadi (trend center) dikalangan masyarakat.
Media komunikasi tersebut dikenal dengan istilah dunia maya, karena
model tersebut membuat proses komunikasi dua arah yang terjadi bisa
dilakukan secara langsung tanpa harus bertatap muka atau bertemu
langsung.
Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar
yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu
negara ke negara lain diseluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat
bebagai sumber daya informasi, dari yang mulai statis hingga yang
2
dinamis dan interakti. (diakses dari www.litbang.depkes.go.id pada 1
November 2014)
Praktek pemakaianya pada saat ini, dunia maya adalah istilah
komperhensif untuk world, wide, web, internet, milis elektronik,
kelompok-kelompok, dan forum diskusi, ruang ngobrol (chatting),
permainan interaktif multiplayer, dan bahkan email. (Severin dan Tankard,
2005: 446). Media-media tersebut menurut Bungin (2006:72) merupakan
media massa yaitu media komunikasi dan informasi yang dapat melakukan
menyebaran informasi secara masal dan dapat diakses oleh masyarakat
secara umum, selain media massa penyebutan untuk media-media tersebut
adalah media sosial, dimana media tersebut melakukan proses interaksi
terhadap penggunanya sehingga terjadi aktivitas secara dua arah.
Pada umumnya pemanfaatan media sosial berbasis internet, dapat
mempermudah manusia untuk melakukan berbagai macam aktivitas
keseharian tanpa harus bertemu langsung atau bertatap muka, sehingga
dengan bantuan teknologi yang canggih manusia bisa mengatasi
permasalahan jarak, ruang, dan waktu. Selain itu manusia juga dapat
melakukan pencitraan diri, sehingga memungkinkan setiap individu atau
kelompok untuk membangun hubungan sosial, pribadi, bisnis, maupun
hal-hal lain berdasarkan segmentasi tertentu, seperti: hobi, pekerjaan,
kesukaan, ataupun minat terhadap hal tertentu, sehingga hubungan yang
telah terjalin akan dapat bertambah luas dan dapat dilanjutkan dalam
kehidupan sehari-hari yang lebih nyata.
3
Internet memiliki empat segmentasi dasar pengguna internet
sebagai pangsa pasar, yaitu berdasarkan: 1). Demografis, dengan variabel:
usia dan jenis kelamin. 2). Geografis/lokasi, dengan variabel: pekerjaan,
remaja, anak-anak, grub etnik, orang cacat. 3). Psikografis, dengan
variabel: personalitas, nilai, gaya hidup (yang berhubungan dengan
teknologi), tingkah laku, kesukaan, pendapat. 4). Prilaku (behavior),
dengan variabel: penggunaan barang/jasa, dan benefits sought
(berdasarkan keuntungan jika memiliki benda/barang tersebut. (Judi. 2003:
234)
Melihat peluang tersebut, pemanfaatan media sosial berbasis
internet juga dapat diaplikasikan untuk menunjang berbagai kegiatan
pemerintahan, dalam praktiknya di dunia pemerintahan kegiatan tersebut
bertujuan untuk membangun hubungan atau koneksi kepada masyarakat
sebagai konstituenya, dengan tujuan supaya masyarakat bisa berinteraksi
langsung dengan pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan atau program-
program yang akan dibuat atau yang sedang dilaksanakan dapat dikawal,
diawasi, dan juga dikritisi, maka dengan proses tersebut terbangunlah pola
komunikasi dua arah yang berkesinambungan.
Menurut Kementrian Pendayangunan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (2012:8) dalam Pedoman Pemanfaatan media Sosial
di Instansi Pemerintah, menjelaskan bahwa Media sosial adalah media
berbasis internet yang bersifat dua arah (Web2.0) dan terbuka bagi siapa
saja, yang memungkinkan para penggunanya dengan mudah berinteraksi,
4
berpartisipasi, berdiskusi, berkolaborasi, berbagi, serta menciptakan dan
berbagi isi.
Pemanfaatan media sosial untuk aktivitas pemerintah bukan tidak
beralasan, hal ini didasari pada berbagai hasil survei tentang tingginya
angka pemanfaatan media sosial oleh masyarakat Indonesia, sehingga
dirasakan sangat tepat jika praktik kehumasan atau PR dilakukan melalui
media sosial atau jejaring sosial.
Berdasarkan data terbaru menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII), total pengguna internet Indonesia per tahun
2013 mencapai 71.19 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa penetrasi
internet di Indonesia sudah mencapai 28% dari total populasi penduduk
Indonesia yang sebesar 248 juta jiwa. Angka tersebut meningkat sebanyak
13% dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 63 juta pengguna.
(diakses dari www.marketing.co.id pada 1 November 2014)
Pertimbangan pemakaian media berbasis internet dalam aktivitas
pemerintahan tidak hanya karena dilatarbelakangi oleh pengguna internet
di Indonesia yang sangat tinggi, tetapi juga disebabkan oleh beberapa
alasan, seperti: filosofis, sosiologis, politik, maupun historis, geografis,
dan demografi, serta psikologis masyarakat kekinian. Hal ini menyangkut
permasalahan jarak, waktu, dan prilaku masyarakat, serta gaya hidup
masyarakat saat ini. Sehingga pemanfaatan teknologi komunikasi berbasis
internet sekiranya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi
5
dan juga dapat membantu pemerintah untuk mempublikasikan program -
programnya.
Pertimbangan – pertimbangan tersebut merupakan urgensi dari
pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mempermudah kegiatan
masyarakat, sehingga dengan adanya teknologi berbasis internet, informasi
yang diperoleh dapat ditanggapi atau direspon secara cepat oleh
masyarakat, sehingga terjalin sebuah pola komunikasi dua arah yang
berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakatnya. Hal tersebut
sangat besar manfaatnya, mengingat berbagai bentuk kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah harus dikontrol, agar menghasilkan kebijakan yang
baik, oleh karena itu segala bentuk informasi yang diakses oleh
masyarakat dapat dengan optimal diserap dan mendapatkan tanggapan.
Untuk menunjang hal tersebut, kemudian pemerintah melalui Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, membuat
Peraturan Menteri (permen) no 83 tahun 2012 mengenai pemanfaatan
media sosial untuk instansi pemerintah.
Berkenaan dengan peraturan tersebut kemudian secara bertahap
pemerintah mulai menggalakan berbagai aktivitas pemerintahan dengan
berbasis internet, seperti Pemanfaatan dalam bidang kehumasan untuk
pengembangan potensi pariwisata daerah. Salah satunya menggunakan
media website yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Malang, hal
tersebut bertujuan untuk melakukan pengembangan potensi wisata bahari
yang diwilayah Kabupaten Malang, dengan jargon “Aksi Sapta Pesona”
6
yang mengajak masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai sapta pesona,
yaitu: aman, tertib, indah, bersih, sejuk, ramah tamah, dan kenangan.
Aktivitas tersebut berupaya untuk membangun image terhadap masyarakat
baik lokal, regional, maupun global, mengenai potensi serta kekayaan
bahari atau laut yang dimiliki oleh Kabupaten Malang.
Khusus untuk media website yang dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Malang, bertujuan untuk mensosialisasikan program “Aksi
Sapta Pesona” dengan cara menghimbau, mengajak, serta memeberikan
informasi kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam berbagai macam
kegiatan, sehingga dalam website tersebut terpampang program
pengembangan wisata daerah yang sangat variatif, berisikan tampilan
mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan berbagai macam
tampilan foto-foto hasil kegiatan yang dapat menarik perhatian masyarakat
untuk turut serta dalam melestarikan lingkungan.
Penggelolaan website yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Malang tersebut mamang begitu menarik, sehingga menjadi perhatian
masyarakat maupun peneliti, akan tetapi tidak semuanya tahu bahwa
dibalik tampilan website tersebut terdapat berbagai macam proses,
sehingga dapat menghasilkan produk Public Relation yang tepat, akurat,
dan efektif.
Untuk mendalami lebih jauh, maka peneliti tertarik untuk
melakukan kajian mengenai aktifitas Public Relation (PR) di Kabupaten
Malang, dengan mengambil judul: Proses Penggunaan Website
7
Pemerintah dalam menjalankan aktifitas Public Relations untuk Program
Pengembangan Pariwisata Daerah (Studi Pada Website dalam Program “
Aksi Sapta Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang)
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dibuat sebuah rumusan masalah, sebagai
berikut: “Bagaimanakah Proses Penggunaan Website Pemerintah dalam
menjalankan aktifitas Public Relations untuk Program Pengembangan
Pariwisata Daerah (Studi Pada Website dalam Program “ Aksi Sapta
Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang) ?
C. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan rumusan masalah penelitian yang telah dibuat
diatas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, yaitu :
1) Mengetahui pembuatan release untuk website pemerintah, khususnya
dalam Program Pengembangan Pariwisata Daerah (Studi Pada Website
dalam Program “Aksi Sapta Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang).
2) Mengetahui proses penggunaan Website Pemerintah dalam
menjalankan aktifitas Public Relations untuk Program Pengembangan
Pariwisata Daerah (Studi Pada Website dalam Program “Aksi Sapta
Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang).
8
D. Manfaat Penelitian
Selaras dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin
dilakukan, peneliti juga ingin mendapatkan manfaat dari kegiatan ini,
antara lain sebagai berikut:
1) Manfaat Akademis
Diharapkan nantinya penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk
keilmuan di bidang komunikasi Public Relation (humas), khususnya
mengenai pemanfaatan website sehingga hasilnya dapat dijadikan
sebagai referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2) Manfaat Praktis
Diharapkan nantinya akan diperoleh sebuah gambaran bagi pihak
pemerintah dan masyarakat, bagaimana sebenarnya proses pembuatan
release dalam website khususnya yang berkaitan dengan Program “Aksi
Sapta Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi sebagai Inti Public Relation
Pengertian komunikasi dapat dilihat dari etimologi (bahasa) dan
termibologi (istilah). Dari sudut etimologi, menurut Raymond S. Ross
(Deddy Mulyana. 2007: 46) “Komunikasi atau Communications dalam
bahasa Inggris berasal dari kata latin Communis yang berarti membuat
sama. Sedangkan menurut Roudhonah (2007: 7) komunikasi dibagi
menjadi beberapa kata diantaranya “communicare yang berarti
berpartisipasi atau memberi tahukan, Communis Opinion yang berarti
pendapat umum”
“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis
yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi,
sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan
(commonnes) dengan seseorang, yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide
atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha
berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa
hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima
atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama
terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006: 2-3).
Sedangkan secara terminologi ada banyak ahli yang
mendefinisikan diantaranya Colin Cherry (Burhan Bungin. 2006: 254)
komunikasi adalah penggunaan lambang – lambang untuk mencapai
10
kesamaan makna atau berbagai informasi tentang satu obyek atau
kejadian.
“Communication is defined as a two way on going, berhaviour
affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and
transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver)
in order to induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, Andrik.
2003: 198).
Dari beberapa pengertian diatas dapat dirangkum bahwa
komunikasi ialah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan dengan media tertentu untuk membuat pemahaman
yang sama diantara mereka, informasi yang disampaikan dapat
memberikan efek tertentu kepada komunikan, bisa mempengaruhi
kognitif, afektif, dan beharioral – nya, dari definisi tersebut ada beberapa
unsur – unsur penting yang terdapat dalam komunikasi, antara lain sebagai
berikut: Komunikator, pesan, media, penerima, efek .
Komunikasi berfungsi sebagai encoder, yakni sebagai orang
yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada
orang lain, orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang
berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang – lambang
pesan konteks pengertianya sendiri. (Effendy. 1996. 59)
Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi, adalah
suatu informasi yang akan dikirim kepada si penerima. “pesan ini dapat
berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat secara tertulis,
11
seperti: surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat
berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio, dan
sebagainya. Pesan non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan,
ekspresi muka dan nada suara. (Arni Muhammad. 1995: 17 – 18)
Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya: 1). Informatif, yakni
memberikan keterangan – keterangan dan kemudian komunikan dapat
mengambil kesimpulan sendiri. 2). Persuasif, yakni dengan bujukan
untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa
yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap
sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri.
3). Koersif, yakni dengan menggunakan sanksi – sanksi. Bentuknya
terkenal dengan agitasi, yaitu dengan penekanan – penekanan yang
menimbulkan tekanan batin, diantara sesamanya pada kalangan
publik.(Widjaya. 1997: 14)
Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh komunikator
untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan atau
sarana yang digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan
kepada komunikator. Media sendiri bentuk jamak dari kata medium, yang
artinya perantara, penyampai atau penyalur.(Endang Lestari dan Maliki.
2003: 8)
Menurut Gunadi (1998: 71) Penerima adalah orang yang menjadi
sasaran kegiatan komunikasi, penerima pesan biasa bertindak sebagai
pribadi atau orang banyak. penerima tidak hanya pasif menerima
12
informasi namun juga mengolahnya sehingga terdapat kesamaan makna,
“jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan
berbagai macam masalah yang sering sekali menuntut perubahan, apakah
pada sumber, pesan atau saluran. Pengaruh atau efek adalah perbedaan apa
yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan
sesudah menerima pesan, “pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan,
sikap dan tingkah laku seseorang, oleh karena itu, pengaruh bisa juga
diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan sikap
dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. (Hafied
Cangara. 2008: 26-27)
Praktik-praktik dari komunikasi sendiri memiliki berbagai model,
seperti: Jurnalistik, Advertising, Kampanye dan Public Relations.
Menurut Effendy (Shoelhi (2009: 118) menjelaskan bahwa
jurnalisme adalah keterampilan mengelola bahan berita mulai dari
peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada
masyarakat. Sedangkan jika dirunut dari akar katanya, jurnalisme atau
jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek, dalam bahasa Inggris
journalistic atau journalism, bersumber pada kata journal sebagai
terjemahan dari bahasa Latin diurnal, yang berarti “harian” atau “setiap
hari”.
Menurut Dunn dan William (Widyatama, 2008) adalah bentuk
kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan
“membayar ruang” yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang
13
bersifat membujuk (persuasif), kepada konsumen oleh perusahaan,
lembaga non–komersial, maupun pribadi yang berkepentingan.
Propaganda adalah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Saluran atau
media politik ini bermacam-macam seperti media cetak (surat kabar,
tabloid, majalah buku dsb), media elektronik (film, radio, televisi, internet
dsb), media format kecil (leaflet, brosur selebaran, sticker dan bulletin),
media luar ruang (baliho, spanduk, reklame dsb). Selain itu juga ada
saluran komunikasi kelompok (partai politik, organisasi profesi, ikatan
alumni dsb), saluran komunikasi publik (pameran, panggung kesenian,
pasar dsb), saluran komunikasi sosial (pesta perkawinan, pesta sunatan,
pesta rakyat dsb). (Cangara. 2009)
Sedangkan definisi tentang Public Relations (PR) atau kehumasan
sendiri merupakan kegiatan komunikasi yang melibatkan proses
komunikasi antara pihak perusahaan, pemerintah atau organisasi, dengan
publik atau masyarakat, seperti penjelasan dibawah ini.
Ilmu tentang hubungan masyarakat atau Public Relation
sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1700-an, periode dimana public
ralations muncul dalam bentuk aktivitas yang tidak teorganisir dengan
baik. (Rusady Ruslan, 2003: 39). Kemudian baru diawal abad ke-20 Public
Relation yang berperan menghadapi suatu krisis diterapkan. Ivy Ledbetter
Lee menjadi orang pertama yang membuat prinsip dasar bahwa
keterbukaan dalam informasi dan komunikasi timbal balik dua arah
14
dengan khalayak tidak bisa diabaikan oleh pihak manajemen. Prinsip
inilah yang kemudian dikenal sebagai Declaration of Principles (Deklarasi
perinsip-prinsip dasar). Inilah yang sekarang banyak dianut para Public
Relation Officer dalam menanggani krisis yang terjadi. (Rusady Ruslan,
1999: 18).
Di Indonesia orang menyebut PR dengan sebutan Humas, jika
ditelaah lebih lanjut Humas sama dengan PR karena memiliki ruang
lingkup yang sama yaitu berupa kegiatan yang menyangkut baik individu
kedalam, maupun individu keluar dan semua kegiatan diselenggarakan
dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga atau
organisasi. (Widjaja. 1993)
Hubungan Masyarakat (Humas) yang merupakan terjemahan
bebas dari istilah public Relations (PR) terdiri dari semua bentuk
komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan
dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya. (Anggoro.2001)
Cutlip, Center dan Broom (2000) menyatakan bahwa PR
merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara
hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat
yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya. Public Relations
merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisir secara langsung
ditujukan kepada khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan metode tertentu. Defini
PR Menurut Rex Harlow (Setyodarmojo. 2003), berbunyi “ Public
15
Relations adalah proses (rangkaian kegiatan) suatu organisasi untuk
meneliti dan menilai kebutuhan dan keinginan dari kelompok-kelompok
masyarakat yang berkepentingan agar dapat melakukan tindakan-tindakan
dan perlakuan-perlakuan yang sesuai terhadap mereka.
Public Relations adalah usaha yang terencana dan
berkesinambungan untuk membangun dan mempertahankan hubungan
baik serta saling pengertian antara sebuah organisasi dan publiknya
(Gregory, 2004). Menurut Betrand R. Canfield (Yulianita. 2007) Public
Relation adalah falsafah dan fungsi manajemen yang diekspresikan
melalui kebijaksanaan dan kegiatan-kegiatan untuk melayani kepentingan
publik, melakukan kegiatan komunikasi untuk publiknya guna
menciptakan pengertian dan goodwill dari publiknya.
Definisi public relations menurut The Institute of Public Relations
dalam Nova (2011) adalah: “Public Relations merupakan keseluruhan
upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara
suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.
Dalam menjalankan praktek public relations dalam organisasi, ada
kecenderungan praktisi public relations untuk menjalankan fungsi-fungsi
public relations tertentu yang mengarah pada terbentuknya model-model
public relations. (Rachmat Kriyantono, 2009, 295-297)
16
1) Model press agentry
Adalah model komunikasi Humas dimana informasi bergerak satu arah
(one-way communication) dari organisasi kepada publiknya. Ini adalah
bentuk tertua dari public relations. Humas lebih banyak melakukan
propaganda atau kampanye melalui komunikasi satu arah untuk tujuan
publisitas yang menguntungkan secara sepihak, khususnya
menghadapai media masa dan dengan mengabaikan kebenaran
informasi sebagai upaya untuk menutupi unsur-unsur negatif dari
perusahaan. Model ini sama bersinonim dengan promosi dan publisitas.
Kejadian yang dapat dijadikan contoh dari model ini adalah kasus dari
beberapa artis yang sering membuat sensasi, agar di muat oleh
tayangan-tayangan infotainment sehingga namanya tetap berkibar,
meskipun artis tersebut jarang main sinetron atau menghasilkan karya
sendiri.
Dengan melihat penjelasan di atas, maka praktisi public relations yang
mempraktikkan model ini selalu mencari kesempatan agar nama baik
organisasi mereka muncul di media. Mereka tidak banyak melakukan
riset tentang publiknya. Termasuk dalam praktik model ini adalah taktik
propaganda seperti penggunaan nama selebriti dan perangkat yang bisa
memancing perhatian orang; pemberian hadiah gratis, parade, dan
grand opening. Walaupun Press agentry ini dianggap etis, namun juga
dianggap sebagai yang tidak etis. Semakin keras mereka bersuara,
semakin banyak perhatian yang akan mereka peroleh, terlepas mereka
17
salah atau benar sehingga akan semakin baik dalam melakukan
pekerjaan mereka. (Nurudin, 2002: 5).
2) Model public information
Model ini berbeda dengan press agentry, karena tujuan utamanya
adalah untuk memberi tahu publik dan bukan untuk promosi dan
publisitas, namun alur komunikasinya masih tetap satu arah. Sekarang
model ini mewakili praktik public relations di pemerintahan, lembaga
pendidikan, organisasi nirlaba, dan bahkan di beberapa korporasi. Para
praktisi public relations yang bekerja dengan model seperti ini sedikit
sekali melakukan riset terhadap audiensi mereka dalam rangka menguji
kejelasan pesan yang mereka sampaikan. Mereka adalah “jurnalis-di-
rumah” yang menghargai akurasi, tetapi memutuskan sendiri (tanpa
riset) tentang informasi apa yang paling baik dikomunikasikan kepada
publik mereka.
3) Model two-way asymatric
Model ini lebih baik dari model komunikasi yang satu arah.
Komunikasi berperan untuk pengumpulan informasi tentang publik
untuk pengambilan keputusan manajemen. Walau umpan balik dari
publik diperhatikan, namun pesan-pesan komunikasi organisasi lebih
banyak berusah agar publik beradapasi dengan organisasi, bukan
sebaliknya. Malalui model ini Humas membantu organisasi memersuasi
publik untuk berfikir dan berperilaku seperti yang kehendaki organisasi
18
dalam model ini, Humas menggunakan metode ilmiyah (seperti polling,
interview) untuk mengukur sikap publik, sehingga organisasi dapat
men-design program yang bisa mendapatkan dukungan publik. Namun
informasi dari publik tidak digunakan untuk memodifikasi tujuan, misi,
kebijakan, atau prosedur-prosedur yang dilakukan organisasi. Fungsi
komunikasi tidak termasuk memersuasi memajemen untuk mengubah
pemikiran dan tindakan - tindakannya terhadap kebijakan atau isu-isu
tertentu. Sehingga organisasi tetap memosisikan diri di atas publiknya.
Dalam istilah teori per-mainan, organisasi bertindak sebagai “zero zum
game”: your arganization “wins”only if the public or publics “lose”.
(organisasi merasa “menang” hanya jika publik “kalah”). Di sini terjadi
relasi jangka pendek. Praktisi public relations dengan model ini
menggunakan survei, wawancara, dan fokus group untuk mengukur
serta menilai publik sehingga mereka bisa merancang program public
relations yang bisa memperoleh dukungan dari publik kunci. Walaupun
timbal balik (feedback) dari semua itu dipertimbangkan ke dalam proses
pembuatan program, namun organisasi dengan model ini masih lebih
tertarik mengenai bagaimana publik menyesuaikan diri dengan mereka
ketimbang sebaliknya, organisasi yang menyesuaikan dengan
kepentingan publik sebagaimana di atas. Pada model public relations
yang ketiga, yaitu two way asymetric, terdapat pengembangan model
yang menjelaskan bagaimana public relations dilakukan secara lebih
efektif, yaitu dengan adanya temuan tentang dua model pengembangan:
19
model prediktor kultural (the cultural interpreter model) dan model
pengaruh personal (personal influence model). Kedua model ini dapat
dimasukkan ke dalam kategori asimetris karena kedua model ini
memberikan lebih banyak hal untuk dipikirkan dalam memahami public
relations.
4) Two- way Symmetrical Model (Model Simetris Dua Arah)
Dalam model ini, Humas menerapkan komunikasi dua arah timbal
balik, dimana organisasi dan publik berupaya untuk mengadaptasikan
dirinya untuk kepentingan bersama. Terbuka untuk proses negosiasi
sehingga terjadi relasi jangka panjang. Komunikasi berfungsi sebagai
alat negosiasi dan kompromi dalam mewujudkan pemecahan masalah
yang “win-win solution”. Organisasi benar-benar memerhatikan
kepentingan publiknya. Lebih khusus, manajer senior mungkin
mengubah pengetahuannya. Bagaimana dia merasa, dan cara organisasi
bertindak sebagai hasil komunikasi yang simetris. Dalam teori
permainan, organisasi menerapkan “positive sum game”: both your
organization and publics involved can win result of negotiation and
compromise (organisasi dan publik dapat sama-sama “menang” sebagai
hasil negosiasi dan kompromi).
Meskipun di atas dijelaskan bahwa public relations terdapat jalur satu
arah untuk berkomunikasi dengan publik, tetapi sebenarnya, praktek
Humas yang baik harus menggunakan komunikasi dua arah. Humas,
dalam bentuknya yang dijalankan dengan jalur dua arah memiliki
20
beberapa poin sebagai berikut: John Vivian (Tri Wibowo, 2008, 336-
337)
a. Public relations adalah alat yang bisa dipakai publik untuk
menyampaikan keinginan dan kepentingannya kepada institusi
dalam suatu masyarakat. Humas menginterpretasikan dan berbicara
atas nama publik kepada organisasi yang kurang responsif, dan
Humas berbicara atas nama organisasi kepada publik.
b. Public relations adalah alat untuk mencapai penyesuaian bersama
antara institusi dan kelompok, membangun hubungan yang lebih
lancar yang bermanfaat bagi publik.
c. Public relations adalah katup pengaman bagi kebebasan. Dengan
menyediakan saluran akomodasi, Humas menghambat tindak koersi
atau kesewenang-wenangan.
d. Public relations adalah elemen esensial dalam sistem komunikasi
yang memampukan individu untuk mendapatkan informasi tentang
beragam aspek yang mempengaruhi kehidupan mereka.
e. Orang-orang Humas dapat membantu mengaktifkan kesadaran sosial
tentang organisasi tempat di mana mereka bekerja.
Praktisi public relations yang menggunakan model ini melakukan
kegiatannya berdasarkan penelitian dan menggunakan komunikasi untuk
mengelola konflik dan meningkatkan pemahaman (understanding) dengan
publik organisasi. Model ini menekankan pentingnya perubahan prilaku
organisasi untuk merespon tuntutan publik. Sehingga praktisi public
21
relations suatu organisasi agar mau memperhatikan apa yang menjadi
keinginan publik. Beberapa asumsi yang melekat pada model ini adalah
“mengatakan kebenaran”, “menginterpretasikan keinginan klien dan
publik satu sama lain”, dan “pihak manajemen memahami pandangan
karyawan dan masyarakat memahami pandangan pihak manajemen”.
Tujuan utama dari model ini public relations adalah pengertian dan bukan
manipulasi. (Prayudi, 2008: 20-22).
Two-Way Symmetric yaitu model komunikasi yang bertujuan untuk
memperoleh salaing pengertian (mutual understanding). Komunikasi ini
bersifat dua arah yang menenkankan efek-efek yang seimbang. (Gurnig,
1992: 285-325).
Proses pelaksanaan aktivitas PR memerlukan sarana atau media
yang akan digunakan dalam memperlancar kegiatan tersebut, beberapa
media yang digunakan biasanya sebagai berikut.
B. Media Public Relation
Klasifikasi media menurut Kusumastuti (2001) adalah:
1) Media cetak seperti surat kabar harian, tabloid, majalah berita atau
hiburan yang terbitannya secara berkala mingguan, bulanan, dan
tersebar luas di masyarakat. Selain itu, media cetak lain yaitu house
journal.
2) Media elektronik atau broadcasting media seperti stasiun radio maupun
televisi baik miliki pemerintah (TVRI dan RRI) maupun stasiun swasta
22
nasional lainnya seperti Trans TV, RCTI, SCTV, Metro TV, dan
sebaginya termasuk teknologi informasi (internet).
3) Special events termasuk di dalamnya konferensi pers, seminar dan
pameran.
4) Media luar ruangan termasuk di dalamnya spanduk, papan reklame,
poster, merchandise dan sebagainya.
Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran informasi secara dan dapat diakses oleh
masyarakat secara massal pula (Burhan Bungin, 2006:72) Menurut
Ruslan (2008), media massa merupakan prioritas utama sebagai media
publikasi perusahaan untuk menyampaikan pesan atau informasi secara
luas mengenai perusahaan kepada publik sasarannya.
Seiring berjalannya kehidupan manusia dalam hal berkomunikasi,
berdampak pada kemajuan teknologi kemudian hal tersebut memunculkan
berbagai macam bentuk media komunikasi baru, yang memadukan antara
kecangihan teknologi komunikasi dan informasi secara mudah cepat dan
praktis, dari situlah kemudian lahir istilah media baru atau (new Media).
Lahirnya internet juga didasari dari lahirnya serangkaian media
massa. Media massa pertama adalah surat kabar dari abad ke 19.
Pembentukan berikutnya adalah radio kemudian televisi didirikan atas
layanan berita mereka. Dengan demikian publik menjadi terbiasa dengan
berita yang diformat dan dikemas dengan baik balam bentuk cetak, suara
atau video transmisi. Abad ke 20 merupakan munculnya bentuk –bentuk
23
baru komunikasi yang lebih pesat dibandingkan periode sebelumnya
dalam sejarah, internet sebagai media baru yang telah terwujud penduduk
dunia telah menikmati kualitas jangkauan yang luas pilihan hiburan dan
konten informasi. (Berrie Gunters. 2003: 1)
Sedangkan yang disebut media baru adalah media yang berbasis
internet dengan menggunakan komputer atau telpon genggam canggih.
Dua perubahan utama awalnya adalah komunikasi satelit dan pemanfaatan
komputer. Kunci untuk kekuatan komputer yang besar sebagai sebuah
mesin komunikasi terletak pada proses digitalisasi yang memungkinkan
segala bentuk informasi dibawa dengan efisien dan saling berbaur.
(McQuail . 2011: 43)
New media atau media baru disebut juga New Media Digital.
Media digital adalah media yang kontenya berbentu gabungan data, teks,
suara dan berbagai jenis gambar yang disimpan dalam format digital dan
disebarluaskan melalui jejaring berbasis kabel optic broadband satelit
dan sistem gelombang mikro. (Flew. 2008: 2- 3)
Dalam new media theory, McQuail (2000) juga menunjukkan 6
perbedaan antara media lama dan media baru yaitu, (1) media lama
konsepnya satu obyek berbicara pada banyak orang, sementara media baru
bersifat decentralized yang artinya semua memiliki kesempatan berbicara
kepada siapapun, (2) Media lama adalah one way communication,
sementara media baru two way communication yang memungkinkan
adanya feedback dari audiece, (3) media lama dibawah kontrol negara,
24
sementara media baru diluar kontrol negara, bahkan bisa dinikmati
siapapun yang ada didunia tanpa batasan negara, (4) media lama
memproduksi lapisan sosial sementara media baru adalah memproduksi
konsep demokratisasi, (5) media lama memfragmentasi audience
sementara media baru meletakkan audience pada posisi yang sama, (6)
media lama membentuk kebingungan sosial, sementara media baru
berorientasi pada individu.
Konsep dari New Media tersebut kemudian dapat dilihat dari
berbagai bentuk pengembangan media berbasis internet dan telpon
genggam, yang memiliki sebutan sesuai dengan fungsi dari media tersebut,
seperti media sosial (Social Media) ataupun media online (Online Media),
yang kemudian secara konkret melahirkan berbagai bentuk aplikatif ,
seperti: Website, Facebook, Twitter, Whatsup, skype dan lain sebagainya.
Media sosial adalah fitur berbasis website yang dapat membentuk
jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah
komunitas. Pada sosial media kita dapat melakukan berbagai bentuk
pertukaran, kolaborasi dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan visual
maupun audiovisual. Contohnya seperti:Twitter, Facebook, Blog,
Forsquare dan lainya. (Puntoadi. 2011: 1)
C. Website Sebagai Media Public Relation
Menurut Rianto (2007:2), web adalah fasilitas hypertext yang
mampu menampilkan data berupa teks, gambar, suara, animasi dan
multimedia lainnya, dimana diantara data-data tersebut saling terkait dan
25
berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk memudahkan dalam
membaca data tersebut dibutuhkan sebuah browser seperti internet
eksplorer, netscape, opera ataupun mozila firefox.
Pengertian dari portal web adalah sebuah situs yang berfungsi
untuk meletakkan informasi di WWW. Sebuah portal web pastinya akan
menampilkan informasi yang terkolaborasi dengan desain dan beragam
tampilan. (diakses dari http://lintas.me pada 1 November 2014)
Menurut Setiawan (2004:15) merupakan suatu ruang yang dapat
menampung informasi dalam jaringan internet pada sebuah web browser,
dengan menggunakan kemampuan untuk mengolah kode-kode tertentu
secara umum yang dinamakan tag-tag (delimeter) dan kemampuan untuk
meloncat (link) dari halaman satu ke halaman yang lainnya.
Web 2.0 adalah buzzword terbaru di dunia Internet. Berbagai
inovasi dan fitur-fitur baru yang muncul, misalnya dalam melakukan
aktivitas drag and drop, auto complete, chat, dan lain-lain seperti layaknya
aplikasi desktop, bahkan berlaku seperti system operasi, dengan
menggunakan dukungan AJAX atau berbagai plug-in (API) yang ada di
Internet. Perkembangan Web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara
berfikir dalam menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah situs.
Sebagian besar cara berfikir tersebut mengadaptasi gabungan dari
teknologi web yang telah ada saat ini. Ada beberapa prinsip yang
mendasari karakteristik suatu situs merupakan situs yang mempunyai tipe
26
dari Web 2.0. Karakter tersebut antara lain dapat digambarkan sebagai
berikut.
1. Web sebagai platform dimana menjadikan web sebagai tempat bekerja
dimanapun saja.
2. Adanya partisipasi dari pengguna dalam berkolaborasi pengetahuan.
3. Dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan layanan
web atau RSS.
4. Perangkat-lunak tidak lagi terbatas pada perangkat tertentu.
5. Adanya kemajuan inovasi pada antar-muka di sisi pengguna.
6. Web 2.0 sebagai akhir dari siklus peluncuran
Produk perangkat-lunak. Dapat dikatakan bahwa Web 2.0 menyajikan
suatu layanan web yang berpusat pada user (pengguna) di mana
pengguna dimudahkan untuk menggunakan berbagai layanan yang ada.
Pengguna dapat dengan mudah untuk memasukkan data atau
mengambil data dari system dan pengguna dapat memiliki datanya
sendiri pada situs. Jadi pengguna langsung berpartisipasi dalam situs,
pengelola situs lebih bersifat sebagai fasilitator saja. (Yudha Wastu
Firnandha, R. Rizal Isnanto, Aghus Sofwan. 2005)
D. Teori Uses and Gratifcations
Konsep teori ini menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G.
Blumler, dan Michael Gurevitch, adalah meneliti asal mula kebutuhan
secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari
media massa atau sumber – sumber lain, yang membawa pada pola
27
terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain). Dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat – akibat lain, barangkali
termasuk , juga yang tidak kita inginkan. (Rakhmat. 2006: 204)
Gambar 2.1 Elemen – elemen Teori Uses and Gratifications
Sumber: Dari Rakhmat. 2006: 204.
Menurut Bovee dan Arens, Media exposure berkaitan dengan
berapa banyak orang melihat program yang ditayangkan di suatu media.
Biasanya yang menjadi kendala dalam Media exposure adlaah, hanya
sejumlah orang saja dari keseluruhan pemirsa, pendengar, ataupun
pembaca yang berkenaan untuk melihat atau mendengar isi pesan yang
ada. Seringkali seseorang membaca hanya pada satu artikel di majalah dan
kemudian tidak pernah membaca lagi serta melewatkan halaman –
halaman berisi iklan. Demikian pula iklan yang ada di televisi,
kemungkinan yang sering sekali terjadi adalah orang akan merubah
saluran televisi atau meninggalkan ruangan sejenak jika ditengah – tengah
acara yang ditontonnya muncul iklan. Jadi menurut Bovee dan Arens
membandingkan Media exposure untuk suatu publikasi, baik melalui
radio, televisi, atau media lain merupakan pekerjaan yang sangat sulit.
Oleh karena itu, dalam periklanan sangat diperlukan pertimbangan yang
The re are
social and
psycologic
al origins
of
Needs,
Which
generate
Expactation of
the mass media
or other
sources, which
llead to
Differential
patterns of
media
exposure
Resulting in
need
gratifications
And Other
(often
unintended
consequences
28
matang untuk memutuskan yang terbaik dan tepat berdasarkan
pengalaman yang ada untuk mengatasi kendala tersebut. (Rakhmat. 2006:
205)
Terpaan media (Media exposure), menurut Rosengren dapat
dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai
jenis media, isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara
individu kondumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dnegan
media keseluruhan. Sedangkan menurut Sari, dapat dioperasionalkan
menjadi jenis media yang digunakan, frekuensi penggunaan, maupun
durasi penggunaan. (Rakhmat. 2006: 205)
Dapat dikatakan bahwa Uses & Gratifications bukanlah proses
komunikasi linear yang sederhana. Banyak faktor, baik personal maupun
eksternal, yang menentukan kepercayaan dan evaluasi seseorang.
Littlejohn mengatakan bahwa kepercayaan seseorang tentang isi media
dapat dipengaruhi oleh : 1). Budaya dan institusi sosial seseorang,
termasuk media itu sendiri; 2). Keadaan – keadaan sosial seperti
ketersediaan media; 3). Variabel –variabel psikologis tertentu, seperti
introvet – ekstrovet dan dogmatisme. Nilai – nilai sendiri dipengaruhi
oleh: 1). Faktor – faktor kultural dan sosial, 2). Kebutuhan – kebutuhan,
dan 3). Variabel –variabel psikologis. Kepercayaan – kepercayaan dan
nilai – nilai akan menentukan pencarian kepuasaan, yang akhirnya
menentukan prilaku konsumsi terhadap media seseorang. (Rakhmat. 2006:
207)
29
E. Kerangka Pemikiran
Kebutuhan manusia terhadap informasi khususnya yang terkait
dengan potensi daerah seperti pariwisata, membuat manusia mencari dan
memilih media yang cocok atau sesuai dengan ekspektasi dari
kebutuhanya, supaya secara psikologis dan sosial manusia tersebut dapat
terpuaskan. Media website pemerintah merupakan salah satu pilihan yang
tepat, mengingat media website memang banyak memberikan informasi
terkait kebutuhan informasi yang di inginkan khalayak, selain itu website
juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi
antara pemerintah dan juga masyarakat.
Gambar 2.2 Tentang Skema Kerangka Pemikiran
Pemilihan Media Website sebagai solusi dari pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan informasi terkait pariwisata.
Kebutuhan masyarakat terkait informasi mengenai program –
program pemerintah daerah.
Pemilihan masyarakat terhadap media yang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut secara psikologis dan sosial.
Pemanfaatan media website pemerintah Kabupaten Malang oleh
masyarakat.
Terjalinya pola komunikasi antara pemerintah dengan khalayak
dalam hal ini adalah masyarakat
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Tipe Penelitian
Proses penelitian merupakan kegiatan ilmiah, sehingga
memerlukan sebuah metode, metode penelitian biasanya diartikan sebagai
suatu prosedur untuk mengetahui langkah – langkah sistematis yang akan
ditempuh (J. Moeleong, 2005: 27), ataupun metode penelitian ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
penelitian (Usman dan akbar, 2004: 42).
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam – dalamnya. Riset
ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi
atau samplingnya sangat terbatas. Jenis Deskriptif bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis faktual, dan akurat tentang fakta – fakta dan
sifat – sifat populasi atau obyek tertentu. (Rakhmat. 2006: 58 & 69)
Peneliti memilih metode deskriptif kualitatif dikarenakan peneliti
ingin mengetahui fenomena terkait pemanfataan website oleh masyarakat
dengan menjelaskan secara faktual akurat terkait fakta –fakta yang ingin
diteliti.
31
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan terhadap pemanfaatan website yang
dilakukan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Malang dalam rangka
menjalankan program pengembangan pariwisata daerah yang bertajuk
“Aksi Sapta Pesona”
C. Subyek Penelitian
Penelitian ini memerlukan subyek penelitian untuk mempermudah
pengumpulan data, serta melengkapi proses penelitian tahap berikutnya,
jika dijelaskan dapat digambarkan subyek dan obyek sebagai berikut:
Tabel 3.1 Subyek Penelitian
No Subyek Penelitian Keterangan
1 Bagian Humas Pemerintah
Kabupaten Malang.
Dipilih karena lembaga ini
melakukan praktik PR dengan
memanfaatkan media website dalam
kegiatan Pengembangan potensi
pariwisata daerah dalam program :
”Aksi Sapta Pesona Wisata 2013”
2 Dinas Pariwisata
Pemerintah Kabupaten
Malang
Dipilih sumber informan karena
pihak yang melakukan publikasi
melalui media website untuk
program ”Aksi Sapta Pesona Wisata
2013”.
Dalam penelitian ini peneliti mempertimbangkan pemilihan
sampel, atas dasar pemahaman subyek penelitian terhadap website
pemerintah Kabupaten Malang, oleh karena itu peneliti akan
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal
juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang
digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan – pertimbangan
32
tertentu dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk
tujuan tertentu. (Riduwan. 2008. 63)
D. Jenis dan Sumber Data
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah tindakan dan kata-kata, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain (Moleong, 2014). Maka dalam penelitian ini
sumber data diperoleh dari :
1) Data Primer
Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara in depth interview langsung dengan subjek penelitian. Data
tersebut berupa pemanfatan website sebagai salah satu sarana
pelaksanaan aktivitas Publik Relations dalam rangka pengembangan
potensi wisata daerah.
2) Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari sumber tidak langsung, yaitu melalui
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku,
jurnal, skripsi dan artikel dari internet yang bertujuan untuk menambah
dan menguatkan data primer.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, dibagi menjadi dua,
untuk pengumpulan sumber data primer melalui wawancara atau
33
Interview, sedangkan untuk pengumpulan data sekunder peneliti
menggunakan studi literatur atau kajian pustaka.
Pengumpulan data melalui in depth interview dengan khalayak
yang akan dijadikan subjek penelitian. In depth interview digunakan untuk
mendapatkan informasi yang lebih dalam dari subjek. Sebab In Depth
Interview merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan dinyatakan
(Mulyana, 2001).
Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara
dalam (Depth interview) atau wawancara secara intensif (Intensive-
interview) dan kebanyakan takberstruktur. Tujuanya untuk mendapatkan
data kualitatif yang mendalam.Wawancara mendalam adalah suatu cara
mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatp muka
dengan informan agar mendapatkan data elngkap dan mendalam.
(Kriyantono, 2006: 96- 98)
Dengan demikian, wawancara dilakukan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah kepada kedalaman informasi, serta tidak secara
formal terstruktur. Sedangkan untuk data sekunder, peneliti akan
melakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian melalui,
buku, internet dan juga karya-karya ilmiah serta bentuk publikasi lainnya.
34
F. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan merupakan: Proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. (dalam Sugiyono, 2011)
Proses dalam menganalisis hasil penelitian menurut Miles dan
Huberman (Silalahi, 2009: 339), yaitu :
Sebuah kegiatan analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan / verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang
jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum,
selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk
membangun wawasan umum yang disebut ”analisis”.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan
model Miles dan Hubberman. Miles dan Hubberman mengemukakan
bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh” (Sugiyono, 2011).
Analisis data dalam model ini ada tiga, dapat dilihat melalui
bagan dan penjelasan berikut:
35
Gambar 3.1 Model Analisis Data Miles & Huberman
Sumber : diolah dari Sugiyono, 2011
Dalam penelitian ini, ada beberapa langkah untuk menganalisis
data, yang pertama dengan melakukan Reduksi data, yaitu mencatat data
hasil wawancara, secara teliti dan cermat, guna mendapatkan data yang
lengkap, yang kedua dilanjutkan dengan tahap Display data yaitu
merangkai atau menyusun data hasil wawancara sesuai dengan kebutuhan
dan kajian penelitian supaya mudah untuk dipahami, setelah itu langkah
yang terakhir adalah melakukan Analisis data dan penarikan kesimpulan,
yaitu Peneliti melakukan pemaknaan terhadap data hasil wawancara terkait
pemanfaatan media website oleh humas Pemerintah Kabupaten Malang
dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata yang ada di daerah
tersebut.
G. Uji Validitas data
Dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan metode
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data dari berbagai sumber dengan
Pengumpulan data
(Data Colections)
Reduksi Data
(Data Reductions)
Penyajian data
(Data Display)
Kesimpulan
(Conclusion
Drawing)
36
berbagai cara dan berbagai waktu untuk keperluan pengecekan atau
membandingkan data (Sugiyono, 2011).