bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
| 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki milenium ketiga konstelasi politik internasional ternyata tidak
hanya di dominasi oleh aktor-aktor formal saja (negara), namun juga organisasi
internasional. Keberadaanya bukan hanya sebagai aktor komplementer, namun telah
memiliki posisi tawar yang penting. Salah satu organisasi internasional dalam hal ini
adalah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yang keberadaanya bukan hanya sebagai
sebagai forum negara-negara dunia, namun saat ini telah berperan sebagai pembuat
kebijakan internasional yang sangat penting.
Perkembangan dunia yang semakin kompleks membuat peran PBB tidak
hanya berfokus pada upaya mewujudkan perdamaian saja, namun juga berupaya
mendukung penyelesaian berbagai problematika sosial-kemanusiaan yang terjadi di
berbagai negara. Salah satu organisasi PBB yang memiliki peranan penting dalam
menangani masalah ini adalah UNDP (United Nations Development Programme).
UNDP merupakan organisasi program pembangunan yang merupakan bagian
dari struktur Dewan Umum PBB (United Nations General Assembly), yang didirikan
pada 1965. Sebagian besar anggaran operasional dan anggaran bantuan UNDP
disubsidi oleh negara-negara maju yaitu Amerika Serikat sebesar 243 juta US Dollar,
| 2
Inggris sebesar 233 juta US Dollar dan Uni Eropa sebesar 921 juta US Dollar, serta
negara-negara lainnya antara lain Jepang, Belanda, Norwegia dan Swedia.1
Pada tahun 1971, UNDP digabungkan dengan Lembaga bantuan Teknik PBB
(The United Nations Special Fund Technical Expanded Program). Hingga pada tahun
2010— merujuk pada jangkauan akhir karya penelitian ini, UNDP telah memiliki
anggota sebesar 166 negara dunia atau sekitar 92 persen dari jumlah total negara di
dunia. Dalam mekanismenya, UNDP pada umumnya menjalankan kerjasama dengan
pemerintah negara setempat, sekaligus dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
setempat. Sejak dibentuk pada tahun 1965 hingga pada tahun 2007, UNDP memiliki
lima fungsi pokok yaitu : 2
a. Mewujudkan demokrasi dalam suatu negara.
b. Penanggulangan kemiskinan.
c. Membantu suatu negara untuk bangkit dalam keterpurukan.
d. Perluasan energi untuk keseimbangan lingkungan.
e. Penanggulangan HIV/AIDS.
1 “United Nations Development Program : History and Budget”, http://www.undp.org.,
diakses pada tanggal 5 November 2011. 2 Ibid.
| 3
Keberadaan UNDP sebagai organisasi internasional semakin penting dengan
berperan sebagai publisator dua laporan, yang mampu ditujukan sebagai tolok-ukur
bagi kemajuan suatu negara. Kedua laporan ini yaitu :3
a. Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report).
b. Indeks Pembangunan Manusia (Human Index Development).
Kompleksitas berbagai permasalahan yang terjadi di negara-negara dunia,
termasuk Indonesia, mendorong UNDP untuk merumuskan kebijakan sebagai
langkah terobosan strategis, yang dinamakan dengan “Millenium Development
Goals” atau MDGs.4 Program ini merupakan strategi yang direncanakan untuk
diimplementasikan di negara-negara dunia dari tahun 2000-2015.
MDGs berisi tentang delapan butir ketentuan yang diratifikasi pada bulan
September 2000 di Sekretariat PBB di New York Amerika Serikat. Tujuan-tujuan
dari MDGs antara lain yaitu :5
1. Realisasi program pengentasan kelaparan (eradicate extreme poverty and
hunger).
2. Realisasi pendidikan sesuai dengan standar internasional (achieve universal
primary educations).
3 Ibid. 4 Ibid. 5 “Millenium Development Goals”, http://www.developmentgoals.org., diakses pada tanggal 5
November 2011.
| 4
3. Realisasi persamaan gender dan kekuasaan perempuan (promote gender
equality and empower women).
4. Realisasi pengurangan tingkat kematian anak (reduce child mortality). yang
setidaknya mengurangi dua pertiga angka kematian anak di bawah usia lima
tahun.
5. Realisasi program meningkatkan kesejahteraan ibu (improve maternal health).
6. Realisasi program perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit-
penyakit lainnya (combat HIV-AIDS and other diseases).
7. Realisasi program pelesatrian lingkungan (ensure environmental
sustainability).
8. Realisasi program kerjasama internasional (development a global partnership
development).
Hingga pada tahun 2007, UNDP dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang
bernama Kemal Dervis, seorang berkebangsaan Turki yang menjabat sejak 5 Mei
2005. Sebelumnya Dervis menjabat sebagai Menteri Keuangan Turki dan pejabat
senior di Bank Dunia (World Bank). Dalam kinerjanya, UNDP juga membentuk
beberapa duta yang masing-masing sebagai berikut :6
a. Duta Internasional (Global Ambassador), yang didominasi oleh tokoh-tokoh
olahrawagan dan artis dunia, antara lain yaitu Nadine Gordimer, Missako
6 “UNDP : Godwill Ambassador”, http://www.undp.org., diakses pada tanggal 6 November
2011.
| 5
Kono, Ronaldo, Zinedine Zidane, Crown Prince Haakon Magnus of Norway,
Didier Drogba, Maria Sharapova, Angelina Jolie dan Lang-Lang.
b. Duta Regional (Regional Ambassador) yaitu Muna Wassef, Husein Fahmy,
Adel Emmam dan Khaled Abdol Naga.
c. Honorary Human Development Ambassador yaitu Pangeran Basma Bin Talal
dari Yordania.
d. Honorary Advisor on Sport and Debelopment yaitu Syndiely Wade.
e. Youth Emmiseries yaitu Dikembe Mutombo, Baaba Maal dan Maria de
Lurdes Mutola.
Keberadaan duta-duta UNDP tersebut jelas memiliki maksud dan tujuan yang
tertentu karena pada prinsipnya tokoh-tokoh di atas merupakan figur yang berada di
luar spektrum politik internasional. Pembentukan duta internasional oleh UNDP
seperti yang telah diuraikan di atas terdapat indikasi bahwa kebijakan ini memiliki
tujuan atau kepentingan tertentu, bukan sekedar eforia politik semata karena seperti
diketahui bersama pembentukan duta non-struktural merupakan hal yang ‘baru’ yang
belum teruji efektifitas dan akuntabilitasnya. Menurut Jessiah Chruchlow yang
membidangi kajian organisasi internasional dari Universitas Princenton menyatakan
bahwa :
“...perkembangan dunia mengharuskan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) bersama-sama dengan anak organisasinya untuk menjalankan model adaptatif normatif. Apa yang terjadi saat ini berhasil membangun beberapa
| 6
stigma negatif tentang kinerja PBB selama ini. Untuk itu, berbagai kebijakan sebagaimana pembentukan duta-duta diharapkan menjadi solusi sekaligus penyeimbangan penanganan masalah tersebut.”7
Dengan demikian maka dapat difahami bahwa langkah UNDP dalam
mengedepankan fungsi duta internasional sebagai strategi dalam pencapaian MDGs
merupakan bagian dalam menangani tantangan terkini. Masalah-masalah yang
berkaitan dengan dinamika politik internasional menyebabkan peran PBB dipandang
tidak lagi netral atau setidaknya tidak lagi dapat mengakomodasi kepentingan negara-
negara dunia akibat berbagai persoalan, sebagaimana campur-tangan dari aktor-aktor
luar negeri seperti Amerika Serikat dan Sekutunya. Inilah yang menjadikan posisi
duta-duta internasional menjadi begitu penting.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian karya penulisan tesis ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menjawab rumusan masalah dan membuktikan hipotesa tentang
dinamika pelibatan duta-duta internasional untuk mendukung pencapaian
MDGs oleh UNDP.
2. Untuk mengetahui tentang tentang berbagai problematika yang dihadapi oleh
UNDP dalam mendukung pencapain MDGs dalam konteks internasional.
7 Jessiah Chruchlow, “More Effective To Build Adaptation of International Organization”
dalam Richard Win Jones, International Organization Regime, Pinter Press and Publising London, 2004, hal.28.
| 7
3. Untuk mengetahui tentang sejauh mana efektifitas pelibatan duta-duta
internasional di luar struktural UNDP dalam mendukung pencapain MDGs
dalam konteks internasional.
4. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh dalam memperoleh gelar pasca
sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan spesialisasi prodi
Hubngan Internasional pada Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
C. Tinjauan Pustaka (Literature Review)
Kajian tentang peran organisasi internasional di negara-negara dunia ketiga
sebenarnya telah banyak dibahas oleh para akademisi dan praktisi dunia, namun yang
perkembangannya dari tahun ke tahun cenderung statis. Disamping itu, banyak pihak
yang meragukan netralitas dan efektifitas dari peran dan upaya-upaya organisasi
internasional dalam menyelesaikan berbagai problematika yang terjadi di negara
dunia ketiga.
Salah satu tulisan mengenai peran UNDP dikemukakan oleh Geofanny
Stockhorst seorang pakar politik internasional dari Brusell-Belgia yang menyatakan
bahwa perkembangan modernisasi dan dinamika kekinian (current condition)
| 8
menyebabkan UNDP memerlukan gagasan baru dan energi baru. Nantinya ini
ditujukan untuk menyesuaian dengan berbagai permasalahan yang ada.8
Kemudian Stockhorst juga menyatakan bahwa strategi penguatan kultur
organisasi untuk membentuk rezim organisasi yang kuat menjadi penting untuk terus
diupayakan oleh UNDP. Artinya berhasil atau tidak dari program-program yang
dijalankan berasal dari kemampuan manejemen organisasi internasional itu sendiri.
Preposisi lainnya dikemukakan oleh Dianne M. Young dalam tulisannya
”Another Rule of International Organization Regime” yang menyatakan bahwa :
”...UNDP saat ini menjadi organisasi yang memiliki peranan vital
dibandingan dengan organisasi-organisasi PBB lainnya. Saat ini frekuensi perang terbuka semakin menurun dan di saat yang sama masalah-masalah sosial dan ketertinggal pembangunan di beberapa negara dunia ketiga menjadi bagian dari ranah kinerja UNDP. Perlu revitalisasi program-program dan kerangka fungsi UNDP melalui penggalangan anggaran dan solidaritas masyarakat internasional.”9
Menanggapi hal ini penulis dapat mengkritisi bahwa masalah yang juga
berkembang harus terus dihadapi oleh organisasi internasional melalui berbagai
strategi secara empiris dan komprehensif, namun yang terpenting bukan hanya
menyangkut organisasi internasional sendiri, namun juga aktor-aktor lainnya di luar
struktur organisasi. Saat UNDP membentuk duta internasional maka ini tidak lain
8 Geoffany Stockhorst, “ Long Lasting of Role International Organization”, Journal of Public
Policy, Big Fountain Press and Publishing, Brusell, 2004, hal.114. 9 Dianne M. Young and Christhoper Adller, The Four Reformation of UNDP, Palgraff
Publishing, New York, 2004, hal.49.
| 9
untuk mentransformasikan masalah-masalah yang terjadi di dunia untuk
menjadikannya sebagai problematika bersama.
UNDP sendiri merupakan organisasi yang memiliki seting internasional.
Artinya program-program organisasi internasional tidak berlaku bagi negara per-
negara, sedangkan masalah-masalah sosial yang terjadi berbagai negara dunia banyak
yang memiliki perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Disinilah arti
penting duta internasional bagi UNDP dimana sebagian dari mereka yang berasal dari
wilayah-wilayah Asia, Afrika dan lainnya diharapkan dapat mengerti sebenarnya
akan masalah yang terjadi.
Kemudian menanggapi preposisi yang diungkapkan oleh Dianne M. Young
dalam tulisannya ”Another Rule of International Organization Regime” bahwa
masalah-masalah pembangunan negara-negara dunia tidak hanya berorientasi pada
faktor anggaran. Penulis sendiri berpendapat bahwa pelibatan duta-duta internasional
menjadi mampu menjadi stimulus bagi negara-negara dunia ketiga untuk dapat
bangkit dan membangun di wilayahnya masing-masing dengan sikap kemandirian
sekaligus untuk melengkapi berbagai bantuan luar negeri, baik yang dialokasikan
oleh UNDP ataupun organisasi-organisasi donor lainnya. Nantinya ini akan
mendukung kinerja UNDP secara umum sehingga lebih mudah dalam pencapaian
MDGs.
| 10
D. Pokok Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang masalah pada uraian sub-bab sebelumnya,
maka dapat ditarik sebuah pokok permasalahan yaitu :
1. Apa faktor-faktor yang mendorong UNDP dibalik upayanya untuk melibatkan
duta-duta internasional dalam mendukung pencapaian MDGs ?
2. Mengapa strategi pelibatan duta-duta internasional sebagian besar di dominasi
oleh kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit hingga
tokoh-tokoh masyarakat dunia ?
E. Kerangka Dasar Teori
Dalam rangka menjawab pokok permasalahan dan menarik hipotesa, maka
dalam penelitian ini penulis akan didukung oleh beberapa pendekatan teori dan
konsep yang relevan dengan tema yang sedang dibahas, yaitu teori efektifitas
organisasi internasional yang kemudian akan dielaborasi dengan teori kebijakan
publik. Pendekatan ini dipilih karena mampu menjabarkan secara mendalam tentang
dinamika pelibatan duta-duta internasional oleh UNDP dalam mendukung pencapaian
MDGs.
Kemajuan percaturan politik dunia yang semakin kompleks, membuat
lingkungan internasional tidak hanya didominasi oleh aktor-aktor formal negara IGOs
(international government/state organization), namun juga aktor-aktor non-formal
| 11
(international non-government/state organization). Pada umumnya keberadaan aktor
internasional tersebut menjadi representasi dari rezim lingkungan internasional
(international environmental regimes), yang pada umumnya mekanisme dan prinsip
dasarnya mencakup lima aspek yaitu :10
a. Prinsip (princilples).
Aspek ini merupakan bagian dari penting dari efektifitas program organisasi
internasional karena disinilah organisasi dalam bergerak sesuai dengan
kapasitas dan seting pembentukan organisasinya saat pertama kali didirikan.
Pengingkaran terhadap prinsip berarti akan mengarah ke perpecahan atau
kegagalan dari misi sejak awal (comulative cleavages).
b. Norma (norms).
Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi
internasional karena disinilah organisasi internasional harus berorientasi dan
memegang teguh pada norma-norma yang diyakini saat pertama kali dibentuk.
Dengan kata lain aspek norma memiliki makna penting setelah aspek prinsip,
karena dalam menjalankan misi, norma menjadi pegangan bagi para
10 Levy Young and Zurn dalam Oran R. Young and Marc A. Levy, The Effectiveness of
International Environmental Regimes, The MIT Press, Cambridge, Massachusetts, London, 1999, hal.1.
| 12
stakeholder organisasi internasional untuk terus berpegang pada sistem yang
telah digagas oleh organisasi internasional itu sendiri.
c. Aturan (rules).
Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi
internasional karena disinilah organisasi internasional harus dapat
menyeimbangkan kinerjanya dengan berbagai ketentuan yang berkembang.
Pada aspek ini organisasi internasional dituntut dapat menjalankan fungsi
adaptative rule (penyesuaian dengan aturan) yang berkembang untuk
mencapai misi-misinya, antara lain dengan merubah dan menghapus
ketentuan-ketentuan yang dianggap tidak lagi relevan dengan menggantinya
dengan aturan atau gagasan-gagasan baru untuk mendukung efektifitas misi.
d. Prosedur (procedures).
Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi
internasional yang hampir sama dengan aspek aturan. Makna penting prosedur
dalam efektifitas organisasi internasional adalah menyangkut upaya
menyeimbangkan melalui langkah penyejajaran diri (koherenisasi) dengan
entitas-entitas internasional, baik aktor negara ataupun swasta asing.
| 13
e. Program (programme).
Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi
internasional karena disinilah organisasi internasional dapat memainkan
perannya untuk menerapkan solusi-solusi kreatif yang belum pernah ada
sebelumnya. Aspek program berperan penting dalam menentukan
keberhasilan misi organisasi internasional karena aspek ini sangat fleksibel
dan tidak bertentangan dengan aspek-aspek lainnya, misalnya prinsip, norma,
aturan ataupun prosedur.
Jika dikaitkan dengan motivasi UNDP dalam melibatkan duta-duta
internasional maka hal ini tidak lepas dari aspek norma, prosedur dan program. Sejak
dekade 1970-an, UNDP terus menjadi organisasi pembangunan dunia yang
dihadapkan pada berbagai persoalan yang berkembang secara kompleks. Puncaknya
adalah momentum milenium ketiga, dimana kelompok negara-negara dunia ketiga
dihadapkan pada persoalan-persoalan penting yang terangkum dalam MDGs.
Program-program UNDP yang bersifat universal ternyata tidak cukup
mengakomodasi dan menyelesaikan secara efektif berbagai persoalan yang terjadi.
Inilah yang menjadi awal dari pembentukan duta internasional.
Jika dikaitkan dengan aspek norma, prosedur dan aturan maka keberadaan
UNDP dengan program MDGs dihadapkan pada persoalan klasik yaitu tentang
kapasitas dan fleksibilitas kinerja organisasi itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan
| 14
mainstream yang menyangkut posisi UNDP sendiri sebagai bagian dari organisasi
PBB, sedangkan dominasi dan campur-tangan negara-negara Barat, khususnya
Amerika Serikat dan Uni Eropa begitu besar yang membuat kinerja dan peran UNDP
menjadi sangat dilematis.
Ketentuan-ketentuan tersebut harus dapat dijalankan sebagai media untuk
berinteraksi dengan pemerintah ataupun aktor lainnya di sebuah wilayah yang
menjadi obyek isu (problematika) yang mengemuka. Hal inilah yang menjadi cikal
bakal efektifitasi program dari organisasi internasional yang dalam hal ini berarti
UNDP melalui programnya MDGs dalam ikut mendukung penanganan berbagai
problematika sosial yang terjadi di berbagai negara dunia, antara lain akses terhadap
pendidikan dasar, penanganan kelaparan, penegakan demokrasi dan masalah-masalah
lainnya yang terangkum dalam program MDGs.
Menurut Oran R. Young and Marc Levy, definisi dari efektifitas terkait peran
organisasi internasional dalam ikut mendukung penyelesaian problematika di negara-
negara dunia adalah sebagai berikut :
“…Effectiveness is a matter of the contribution that institution make to
solving the problems that motivate actors to invest the time and energy needed to create them. On closer examination, however, effectiveness emerges as an elusive concept. it can mean a number of different things and some of its meanings require difficult normative, scientific and historical judgment”.11
11 Ibid, hal.3.
| 15
Kemudian dalam mencapai efektifitas suatu organisasi internasional secara
umum memerlukan tiga pendekatan utama, masing-masing yaitu :12
a. Level kemampuan penyelesaian masalah.
Ketentuan ini berhubungan dengan seting awal organisasi (setting of
organization). Artinya sebuah organisasi relevansinya berhubungan dengan
tujuan awal saat dibentuk. Suatu organisasi yang bergerak di bidang
keamanan (securityzing organisation) tentunya tidak akan efektif dalam
menjalankan bentuan kemanusiaan, meskipun sama-sama bergerak pada
penanganan konflik karena ini berkaitan kemampuan penyelesaian masalah
yang berhubungan dengan program, fasilitas, kepemimpinan dan lain-lainnya.
b. Level kerjasama dan kolaborasi dengan aktor lain.
Ketentuan ini berkaitan dengan bagaimana sebuah organisasi
internasional dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain. Ini penting
mengingat berbagai permasalahan selalu terdapat berbagai hal yang bersifat
non teknis. Selain itu, organisasi internasional umumnya memiliki program
atau agenda yang berlaku secara universal tidak secara spesifik diterapkan
kepada negara pernegara. Pada akhirnya rezim organisasi internasional perlu
12 George W. Smith and Cristopher Ellen, International Organization : Minimum Risk for
Maxiumum Profit, Quantana Press and Publisher, Otawa, 2002, hal23.
| 16
menjalin kerjasama dengan pihak lain. Masalah yang akan muncul jika
partner-partner kolaborasi tersebut cenderung non-kooperatif.
c. Level pembangunan strategi baru pendahulu masalah.
Ketentuan ini berkaitan dengan bagaimana sebuah organisasi
internasional dapat membangun bentuk-bentuk strategi baru dalam
menyelesaian masalah yang sedang berlangsung. Umumnya problematika
yang muncul di negara-negara dunia ketiga terjadi dalam akumulasi kurun
waktu yang panjang dan bukan muncul secara reaksioner dalam waktu yang
singkat. Dengan kata lain kasus yang terjadi sebenarnya telah menjadi
masalah yang kadaluarsa (out of date) dan tentunya pemerintah negara-negara
yang bersangkutan telah menjalankan berbagai upaya dan kebijakan, namun
tentunya belum dapat berjalan dengan sukses dan efektif. Disinilah kemudian
rezim organisasi internasional dituntut dapat membangun berbagai strategi
dan kebijakan yang moderen dan revolusioner.
Paparan mengenai ketiga pendekatan di atas kemudian terintegrasi dalam
suatu sistem yang masing-masing memiliki keterkaitan dan tujuan akhirnya yaitu
tercapainya efektifitas dan standarisasi penyelesaian masalah organisasi internasional
| 17
itu sendiri.13 Gambaran mengenai alur kerja pendekatan ini dapat dilihat pada skema
1.1. sebagai berikut :
Skema 1.1.
Alur Mekanisme Kebijakan Organisasi Internasional
Penyusunan Strategi Baru
Dalam Penyelesaian Masalah
Sumber : George W. Smith and Cristopher Ellen, International Organization : Minimum Risk for Maxiumum Profit, Quantana Press and Publisher, Otawa, 2002, hal.23.
Skema 1.1. di atas dapat dijelaskan bahwa efektifitas program organisasi
internasional dalam kapasitas penyelesaian masalah ternyata berkaitan dengan waktu,
13 Ibid.
Kapasitas
Penyelesaian Masalah
Rezim Organisasi
Internasional
Tingkatan Kolaborasi
dan Kerjasama Dengan
Aktor Lain
Permasalahan Sosial
| 18
dimana apabila tidak ditangani dengan segara masalah yang berkembang akan
menjadi persoalan yang lebih besar. Kemudian rezim organisasi internasional yang
telah menjalankan kolaborasi dan kerjasama dengan aktor lain akan bersama-sama
bergerak untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam program baru dan
penyesuaian norma-norma yang telah dianggap tidak lagi relevan dengan kondisi
yang terjadi.
Skema di atas dapat dijelaskan bahwa kapasitas penyelesaian masalah menjadi
bagian penting penyelesaian masalah sosial dan ini menjadi bagian integral dari
fungsi organisasi internasional (UNDP). Kemudian tingkatan sejajar selanjutnya
rezim organisasi internasional, dimana ini berhubungan dengan institutional setting
yang membentuk kiprahnya dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial dunia.
Yang terakhir adalah level kolaborasi dan kerjasama terhadap aktor lainnya.
Pada akhirnya peran UNDP tersebut dihadapkan pada masalah-masalah dunia
yang terus berkembang. Apabila dikaitkan dengan skema 1.1. di atas maka ini relevan
karena masalah sosial (social problem) juga berkembang yang diwakili melalui arah
panah ke kanan. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa pembentukan duta-
duta internasional oleh UNDP tidak lain adalah untuk mengejar kemampuan.
Alur instrumentasi mekanisme kebijakan organisasi internasional menurut
Smith dan Ellen menekankan bahwa rezim organisasi internasional harus dapat
membangun konsep ‘adaptative normative’ dan ‘adaptative exection’, dimana kedua
hal ini memang diperlukan untuk menyeimbangkan antara peran dengan masalah-
| 19
masalah yang tidak diperkirakan sebelumnya. Dengan kata lain organisasi
internasional harus kreatif mengembangkan peran secara ‘multi role’, meskipun
sebelumnya ketentuan ini belum ada pada aspek ideologi ataupun prosedural dan
organisasi internasional.
Dalam mengembangkan peran secara ‘multi role’ peran organisasi
internasional yang paling rasional adalah dengan melibatkan aktor lain untuk
memperjuangkan misi dalam konteks diplomasi publik. Ini dikarenakan dengan
upaya tersebut maka organisasi internasional tidak akan mengalami dikotomi dengan
pertentangan mengenai aspek prinsip, norma dan prosedur yang selama ini telah
dijalankanya.
Diplomasi dapat dibedakan menjadi beberapa kategori. Apabila ditinjau
tingkat efektifitasnya maka diplomasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :14
a. Diplomasi lunak (soft power diplomacy) yaitu sebuah diplomasi yang
dijalankan atas dasar kesepahaman, baik dari negara subyek atau obyek untuk
mencapai sebuah tujuan yang saling menguntungkan (win-win solutions).
b. Diplomasi mengikat (hard power diplomacy) yaitu sebuah diplomasi yang
dijalankan melalui paksaan (coercion) yang umumnya dijalankan oleh negara
yang memiliki posisi tawar (bargain position) tinggi terhadap negara-negara
14 W.M Bakker SJ. Filsafat Kebudayaan : Sebuah Pengantar, BPK Gunung Mulia, Jakarta,
1984, hal. 14-39.
| 20
yang memiliki posisi tawar rendah. Umumnya diplomasi mengikat hanya
lebih menguntungkan salah satu pihak saja.
Perkembangan situasi dunia yang tidak menentu belakangan ini baik dalam
tatanan politik maupun dalam dimensi ekonomi telah menimbulkan berbagai krisis
yang membawa dampak cukup serius dalam Hubungan Internasional, hubungan Barat
dan Timur, hubungan negara maju dan Negara berkembang. Keadaan tersebut telah
meminta perhatian masyarakat Internasional bekerja sama untuk menanggulanginya.
Diplomasi tidak selamanya menunjukan hasil yang optimal bagi hubungan antar
negara. Untuk itu perlu dilengkapi antara lain dengan diplomasi kebudayaan.15
Diplomasi publik yang dimaksud adalah suatu cara pelaksanaan diplomasi
yang mempergunakan pendekatan kebudayaan sebagai sarana bantu dalam mencapai
sasaran dan tujuan, baik dalam bidang diplomasi umum maupun diplomasi khusus.
Menjalankan diplomasi publik berarti berusaha dengan sengaja dan terarah
menanamkan, mengembangkan dan memelihara citra suatu negara di luar negeri yaitu
meliputi tiga hal yaitu :16
a. Menanamkan, bila citra yang baik belum ada.
b. Mengembangkan, bila telah ada usaha untuk menumbuhkan citra tersebut.
15 Ibid. 16 Tulus Warsito, Diplomasi kebudayaan : Dalam Strategi Politik Luar Negeri Negara-
negara Sedang Berkembang, Universitas Muhammadiyah Press, Yogyakarta, 1998, hal.4.
| 21
c. Memelihara, apabila di suatu tempat telah lahir suatu citra yang baik
mengenai kebudayaan suatu negara.
Jika dikaitkan dengan teori efektifitas peran organisasi internasional yang
dikemukakan oleh George W. Smith dan Christhoper Ellen maka dapat
dielaborasikan bahwa ketentuan MDGs merupakan sebuah program pencapaian yang
bersifat universal. Artinya program internasional ini sebenarnya bersifat universal,
sehingga penerapannya di negara-negara ataupun di wilayah yang berbeda tentunya
masing-masing memiliki respon yang berbeda. Dengan kata lain, konsep MDGs tidak
mampu menjembatani persoalan-persoalan sosial-politik yang berkembang di negara-
negara dunia ketiga secara spesifik, namun keberadaanya hanya bersifat umum
(general), sehingga dengan pelibatan duta-duta internasional non-strktural oleh
UNDP maka nantinya ini akan menjadi stimulus yang memnculkan ide-ide baru dari
negara-negara berkembang itu sendiri, bukan dari UNDP yang bersifat bottom up.
Apabila dilihat dari delapan butir ketentuan MDGs (lihat sub-bab latar
belakang masalah) maka kesemuanya berhubungan dengan dinamika sosial-politik
yang berkembang di suatu negara. Inilah yang menjadi tolak ukur bahwa bagaimana
efektifitas dari MDGs akan berhubungan dengan kemampuan penyelesaian masalah,
kerjasama dan kolaborasi dengan aktor lain, serta level pembangunan strategi baru
sebagai pendahulu masalah.
Meskipun regionalisme dan internasionalisme telah berkembang secara pesat,
namun pada kelompok negara dunia ketiga, isu mengenai kedaulatan negara-bangsa
| 22
masih menjadi persoalan yang sensitif. Berbagai masalah sosial-politik yang
berkembang membuat peran organisasi internasional, termasuk UNDP akan
dihadapkan pada persoalan tentang kiprah PBB yang dipersepsikan sebagai
perpanjangan tangan negara-negara adikuasa dan berbagai masalah lainnya.
Dengan melibatkan duta-duta internasional sebagian besar didominasi oleh
kalangan muda (kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit
hingga tokoh-tokoh masyarakat dunia) maka ini akan menyebabkan sebuah efek,
’negara kami adalah kamu yang mengerti’. Dengan duta-duta muda maka ini akan
menjadi energi baru karena posisinya dianggap sebagai ”counter hegemonic regime”.
Kolaborasi bagi aktor-aktor lainnya telah menjadi ’kebiasaan’ bagi UNDP dan
pada era milenium ketiga bersamaan dengan berkembangnya globalisasi, organisasi
ini memerlukan strategi baru. Nantinya ini akan menjadi ’new strategy of trouble
shooter’ dalam menangani masalah-masalah sosial yang ada dalam kerangka konsep
pencapaian MDGs.
F. Hipotesis
Melalui pendekatan kerangka dasar pemikiran diatas maka dapat ditarik
hipotesis yaitu :
a. Motivasi yang mendorong UNDP dalam melibatkan duta-duta internasional
untuk mendukung pencapaian MDGs adalah kompleksnya masalah
| 23
pembangunan negara-negara dunia dan lemahnya peran PBB selama ini
karena adanya campur-tangan dari luar organisasi, yaitu kelompok negara
adikuasa yang memiliki kepentingan-kepentingan taktis dan strategis yang
banyak berseberangan dengan kepentingan/aspirasi kelompok negara dunia
ketiga sebagai obyek peran PBB, khususnya UNDP itu sendiri.
b. Alasan tindakan pelibatan duta-duta internasional sebagian besar didominasi
oleh kalangan muda (kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain
artis, atlit hingga tokoh-tokoh masyarakat dunia) ditujukan oleh UNDP
untuk membangun kultur penyelesaian masalah-masalah sosial internasional
sebagai masalah bersama dalam mekanisme diplomasi publik yang
berorientasi pada upaya membangun solidaritas bersama dan membangun
fungsi pemberdayaan negara-negara dunia ketiga, yang pada akhirnya dapat
membangun stimulus dan ide-ide baru yang berasal dari kelompok negara
dunia ketiga itu sendiri.
G. Metodelogi Penelitian
Secara umum metode analisa dalam penelitian ini adalah menggunakan tipe
penelitian eksplanatif, yang dimaksud tipe penelitian eksplanatif adalah memberi
gambaran yang bersifat penjelasan dan perkembangan tentang efektifitas pelibatan
duta-duta internasional oleh UNDP dalam pencapaian MDGs.
| 24
1. Metode Penelitian
Menurut Casel and Simon, metode kualitatif merupakan metode penelitian
ilmu sosial yang berusaha melakukan deskripsi dan interpretasi secara akurat
mengenai makna dari gejala yang terjadi dalam konteks sosial. Metode ini
menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis atau terucapkan. Metode
kualitatif juga berusaha memberikan gambaran menyeluruh tentang situasi yang
sedang dipelajari oleh peneliti.17
2. Strategi Penelitian
Salah satu strategi penelitian yang dikembangkan dalam metode kualitatif
adalah studi kasus. Studi kasus, menurut Noeng Muhadjir adalah usaha menemukan
kebenaran ilmiah secara mendalam dan dalam jangka waktu lama. Studi ini berusaha
menemukan kecenderungan, pola arah dan interaksi banyak faktor yang dapat
memacu atau menghambat perubahan. Studi kasus sangat bermanfaat untuk
memahami suatu kasus secara menyeluruh dan mengetahui prospeknya dimasa
depan.18
Berdasarkan pertimbangan diatas, metode untuk penelitian ini dapat disebut
sebagai metode studi kasus interpretatif. Dalam pengertian, bahwa metode ini akan
17 Catherine Cassel and Gillian Symon (ed), Qualitative Methods in Organizational Research,
Sage Publications, London, 1994, hal.3-4. 18 Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain dan Metode, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1996,
hal.4.
| 25
menekankan pada upaya interpretasi dan bukan kuantifikasi dari data yang
dikumpulkan. Hal ini dikarenakan berbagai kesulitan melakukan wawancara dengan
para pelaku, studi ini lebih berorientasi pada studi kepustakaan yang dilengkapi
dengan wawancara mendalam dengan para ahli.
Dalam kegiatan ini perlu juga ditambahkan bahwa unit analisis dari penelitian
ini adalah institusi politik dan non-politik. Informasi dari individu yang dikumpulkan
berupa pernyataan, catatan dan tulisan dianggap sebagai wakil dari institusi.
Bagaimanapun orang-orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan
biasanya terbatas jumlahnya sehingga mereka dianggap sebagai wakil institusi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dalam studi
kepusatakaan (libraryan research) yaitu dengan mengumpulkan dokumen dan
interview mendalam dengan para ahli. Dokumen berupa teks-teks tertulis dalam
bentuk artikel, buku, berita surat kabar, dan juga dokumen resmi, serta publikasi data
internet (web site).
H. Jangkauan Penelitian
Karya penelitian ini dibatasi pada periode tahun 2001-2010. Dipilih periode
tahun tersebut karena penulis berpendapat mampu merepresentasikan berbagai
| 26
dinamika dan efektifitas realisasi program-program UNDP dalam pencapaian MDGs
di dunia pada bidang pendidikan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa
tahun 2001 merupakan peiode pencanangan pencapaian pembangunan milenium,
sedangkan tahun 2010 merupakan tahun yang merepresentasikan pelibatan UNDP
terhadap kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit hingga
tokoh-tokoh masyarakat dunia. Jangkauan diluar interval tahun tersebut sedikit
dibahas selama masih ada keterkaitan dan relevansi dengan tema yang sedang
dibahas.
I. Sistematika Penulisan
Karya penelitian ini terbagi atas lima bab yang masing-masing akan diuraikan
sebagai berikut :
BAB I yang merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, pokok permasalahan, kerangka dasar
teori, hipotesis, metode penelitian, strategi penelitian dan teknik pengumpulan data,
serta sistematika penulisan.
BAB II membahas tentang profil UNDP, mencakup sejarah dan
perkembangan program MDGs, dan deskripsi duta-duta internasional oleh UNDP,
meliputi duta global, duta regional, serta berbagai duta lainnya dalam mendukung
pencapaian tujuan pembangunan milennium (MDGs).
| 27
BAB III merupakan bab analisa pembuktian hipotesa yang membahas tentang
motivasi atau alasan yang mendorong UNDP dalam melibatkan duta-duta
internasional untuk mendukung pencapaian MDGs adalah kompleksnya masalah
pembangunan negara-negara dunia dan lemahnya peran PBB selama ini karena
adanya campur-tangan dari luar organisasi, yaitu kelompok negara adikuasa.
BAB IV merupakan bab analisa pembuktian hipotesa yang membahas tentang
Alasan tindakan pelibatan duta-duta internasional sebagian besar di dominasi oleh
kalangan muda (kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit
hingga tokoh-tokoh masyarakat dunia) ditujukan oleh UNDP untuk membangun
kultur penyelesaian masalah-masalah sosial internasional sebagai masalah bersama
dalam mekanisme diplomasi publik yang berorientasi pada upaya membangun
solidaritas bersama dan membangun fungsi pemberdayan negara-negara dunia ketiga
atas dasar kemandirian yang ditunjukkan dengan penurunan eskalasi masalah
pembangunan di kelompok negara berkembang dan penemuan ide-ide baru, antara
lain fenomena adaptative normative dan adaptative exection.
BAB V berisi kesimpulan dari uraian analisa pembahasan pada bab-bab
sebelumnya.