bab i pendahuluan - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/bab i e.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia itu sama dihadapan Sang Pencipta,
akan tetapi yang menjadi penentu ialah diri manusia itu sendiri,
manusia sebenarnya hidup dalam keadaan tidak berdaya jauh dari ilmu
pengetahuan maka hal yang paling penting bagaimana manusia itu
mencari jati dirinya sendiri, apakah akan menjadi orang yang berguna
di lingkungannya ataukah malah sebaliknya. Untuk merubah perilaku
yang baik tentu adalah pendidikan, dengan pendidikan kita bisa
mendapatkan kehidupan yang layak.
Dampak dari anak yang putus sekolah yaitu: wawasan/ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh anak sangat minim, bisa menyebabkan
banyaknya pengangguran di masa mendatang, masa depan anak tidak
jelas, di masa mendatang anak ini cenderung berpikiran lebih
mementingkan adat/budaya dari pada pendidikan.1 Menciptakan
pengangguran, menimbulkan kenakalan remaja, anak menjadi
pengemis.2
Alternatif/solusi yang digunakan peneliti yaitu melalui
pendekatan konseling individual, karena konseling individual sebagai
pendekatan yang efektif, dimana tidak ada campur tangan dalam
perselisihan antara dua pihak berbeda dengan konseling kelompok,
1 Awan Tag, Dampak Dari Anak Yang Putus Sekolah, di akses dari
https://imeducation.wordpress.com/, pada tanggal 13 Agustus 2016 pukul 19.45. 2 Mutiara Farah, Faktor Penyebab Putus Sekolah dan Dampak Negatifnya
Bagi Anak, di akses dari http://docplayer.info/, pada tanggal 24 Agustus 2016 pukul
09.21.
2
sehingga responden atau klien bebas mengekspresikan diri, pengalaman
dan perasaan tanpa ada rasa canggung ketika mengungkapkan segala
permasalahannya.
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan
khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan
seorang konseli. Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat
ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai
petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan
keterampilan psikologi.3 Konseling bertujuan untuk mengadakan
interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan
mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk
mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.
Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan
merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang
konselor pusat pendidikan.
Maka dari itu, permasalahan ini harus ada layanan konseling
baik secara individu maupun kelompok. Perlu kita ketahui bahwa
layanan konseling secara individu ialah hubungan timbal balik antara
dua individu, dimana yang seorang ialah (konselor) berusaha
membantu yang lain (klien) untuk mencapai atau mewujudkan
pemahaman tentang dirinya sendiri dalam kaitannya dengan masalah
atau kesulitan yang dihadapinya pada saat ini dan pada waktu
mendatang.
3 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan & Konseling,
(Bandung: Redaksi Refika, 2012), P. 10.
3
Batasan konseling menekankan hubungan timbal balik.
Intensitas dan kedalaman dari hubungan dengan hakikat masalah yang
hidapi oleh klien merupakan faktor penentu dalam proses konseling.
Seorang konselor harus menjaga hubungan yang proaktif untuk
dapat menarik perhatian seseorang. Betapa sangat bermanfaat bagi
konselor untuk terlibat dalam perilaku proaktif dan proses komunikasi
remaja guna menyatu dengan klien dengan suatu cara yang akan
bermanfaat secara terapeutik. Namun bahkan ketika menggunakan
strategi yang paling efektif dalam menangani klien, tidak dipungkiri
bahwa terkadang energi dan ketertarikan mereka dalam proses
konseling akan sangat berkurang, jika proses konseling memang
ditujukan untuk mencapai hasil yang memuaskan, seorang konselor
perlu bersikap perhatian mengenali berbagai perubahan yang terjadi.4
Studi kasus yang akan saya teliti yaitu di Desa Tanjung Jaya.
Desa Tanjung Jaya merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Dilihat dari segi
mobilitas sumber daya manusia dan sumber daya alam yang cukup,
maka Desa Tanjung Jaya dapat dikategorikan sebagai desa yang
potensial, ini tercermin dari manusia dan sumber daya alam serta usaha
lainnya.
Dari uraian permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Layanan Konseling Individual
Pada Remaja Putus Sekolah Di Kampung Cikadu Indah”
4 Kathryn Geldar dan David Geldar, Konseling Remaja, (Yogyakarta:
Pustaka Palajar, 2011), P.15.
4
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, agar pembahasan
dalam penelitian ini terarah dan tidak terlalu melebar. maka penulis
merumuskan masalah penelitian yang akan di fokuskan adalah sebagai
berikut:
1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan remaja putus sekolah ?
2. Bagaimana penerapan konseling individual pada remaja putus
sekolah?
3. Bagaimana hasil kegiatan konseling individual pada remaja
putus sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini diarahkan kepada faktor yang
menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan
masalah tersebut diatas maka secara khusus tujuan penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan remaja
putus sekolah
2. Untuk mengetahui penerapan konseling individual pada remaja
putus sekolah
3. Untuk mengetahu hasil kegiatan konseling individual pada
remaja putus sekolah
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan masukan kepada para orang tua yang anaknya
putus sekolah, agar menjadi lebih giat memotivasi anak dalam
pendidikan.
5
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
rekan–rekan untuk lebih peka terhadap permasalahan remaja
yang ada di lingkungan masing–masing.
E. Telaah Pustaka
Judul skripsi yang bertemakan bimbingan pada remaja putus
sekolah sudah pernah diteliti sebelumnya yaitu:
Novia Itariyani, dalam skripsinya yang berjudul ”Pembinaan
Moral Pada Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sekolah”
mengungkapkan faktor penyebab remaja putus sekolah, penyebab yang
paling dominan adalah ketidakmampuan orang tua untuk
menyekolahkan anak-anaknya sebagai akibat kondisi sosial ekonomi
keluarganya. Selain itu, akibat orang tua atau keluarga yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan anaknya dengan berbagai alasan menjadikan
anak-anak mereka terlantar.
Adapun pelaksanaan pembinaan moral pada remaja putus
sekolah, dengan menggunakan teknik bimbingan sosial, yaitu salah satu
jenis pelayanan dan rehabilitasi sosial di Balai Rehabilitasi Sosial yang
merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan membantu Penerima
Manfaat mengenal nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dan
dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Bimbingan sosial terdiri dari program rehabilitasi perilaku dan
rehabilitasi sosial psikologis.
Selanjutnya teknik bimbingan keterampilan kerja, yaitu
Bimbingan Keterampilan Kerja disebut juga program Rehabilitasi
Karya. Rehabilitasi karya merupakan bagian dari proses rehabilitasi
sosial yang berusaha semaksimal mungkin untuk mengupayakan agar
6
penerima manfaat dapat memiliki keterampilan kerja dan menjadi
manusia produktif, mampu menolong dirinya sendiri, dan dapat
berpartisipasi dalam pembangunan. Program Rehabilitasi Karya yang
diberikan berupa keterampilan kerja tingkat dasar, meliputi: otomotif
roda dua, otomotif roda empat, las, tata rias, dan menjahit. 5
Adapun perbedaannya dengan penelitian saya, yaitu jelas sangat
berbeda sekali, teknik yang saya lakukan terhadap remaja putus sekolah
dengan memberikan layanan konseling individual.
Friska Winati Sianturi, dalam jurnalnya yang berjudul
“Efektifitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Anak Remaja Putus
Sekolah di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa”
mengatakan bahwa dalam mewujudkan tujuan dari berdirinya PSAR
Tanjung Morawa dalam Mempersiapkan dan membantu anak putus
sekolah terlantar dengan memberikan kesempatan dan kemudahan agar
dapat mengembangkan potensi dan kemauannya baik jasmani, rohani
maupun sosialnya serta menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan
kerja dalam rangka memberikan bekal untuk kehidupan dan
penghidupan masa depan secara wajar sehingga dapat mengurangi
angka pengangguran.
Pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial di PSAR
Tanjung Morawa sudah efektif, karena apa yang menjadi tujuan dari
kegiatan pelayanan sosial dan pembinaan tersebut dapat dicapai dengan
baik sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini
terbukti karena adanya perubahan atau perkembangan positif yang
5 Novia Itariyani, Pembinaan Moral Pada Remaja Putus Sekolah di Balai
Rehabilitasi Sekolah, (Semarang: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang,2013), http://lib.unnes.ac.id. diakses pada hari selasa tanggal 8 maret 2016
jam 11.33.
7
dialami oleh warga binaan setelah mereka mengikuti atau menerima
pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial. Mereka
mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat
dijadikan bekal setelah keluar dari panti, seperti menjahit, bordir, salon
dan automotif.
Dengan keterampilan yang mereka punya mereka bisa hidup
mandiri, membuka usaha sendiri atau bekerja dengan orang lain
sehingga mereka bisa menghidupi kehidupan mereka dengan
penghasilan mereka sendiri dan bisa mengurangi dampak
pengangguran yang dapat menjadi maslah sosial, serta melalui
bimbingan sosial mereka diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik
di lingkungan sosial mereka nantinya.6
Persamaannya dengan penelitian yang saya teliti yaitu saling
memberikan dukungan dan bimbingan. Akan tetapi, yang menjadi
perbedaannya yaitu dalam penggunaan tekniknya.
Aniq Isyatur Rodliyah, dalam skripsinya yang berjudul
“Penerapan Konseling Individual Dalam Mengembangkan Perilaku
Moral Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Denanyar Jombang”
mengungkapkan Pelaksanaan konseling individual di MAN Denanyar
jombang sudah sangat baik, dan bimbingan konseling mempunyai
peran penting, yaitu dengan penanaman nilai dan norma yang kuat pada
setiap individu, pelaksanaan peraturan yang konsisten, dan
menciptakan yang kuat dan teguh. Dengan demikian peserta didik akan
6 Friska Winati Sianturi, Efektifitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi
Anak Remaja Putus Sekolah di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung
Morawa, (Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara,
2012), http://repository.usu.ac.id. diakses pada hari kamis tanggal 07 april 2016 jam
11.55.
8
mempunyai pola pikir, pola perilaku, dan pola interaksi yang sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya.
Program bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam bentuk
jenis bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
karir, bimbingan belajar, bimbingan akhlak. Adapun pengembangan
moral di MAN Denanyar Jombang, yaitu dengan cara sholat Dhuha
setiap pagi dan selesai sholat membaca asmaul husna, Istighosah setiap
awal bulan dan akhir bulan.
Konsep penerapan konseling individual dalam mengembangkan
perilaku moral di MAN Denanyar Jombang, untuk melakukan
pengembangan madrasah ini memerlukan proses yang melahirkan etos
gerakan, manajemen dan financial. Semua kekuatan itu dapat
bersumber dari faktor internal ataupun dari faktor eksternal lembaga.
Atas dasar pertimbangan itu strategi yang dikembangkan MAN
Denanyar adalah bagaimana mengembangkan moral siswa sumber daya
manusia secara menyeluruh yaitu menyentuh berbagai aspek meliputi:
a. Pengembangan aspek material melalui peningkatan
kesejahteraan hidup dan tersedianya sarana dan prasarana yang
layak.
b. Pengembangan aspek moral spiritual melalui penciptaan
suasana keagamaan dan mentradisikan budaya serta amalan
keagamaan dalam lingkungan madrasah.
c. Pengembangan kopetensi dan profesional yang berupaya
meningkatkan kualitas intelektual, keahlian, dan ketrampilan
sumber daya manusia.
d. Pengembangan program pembelajaran yang melengkapi
pengajaran pada kegiatan kokurikuler, dan ekstra kurikuler.
9
e. Pengembangan silaturahmi dan kerja sama sebagai upaya untuk
menyatukan berbagai kekuatan dan potensi agar dapat
digunakan dengan maksimal untuk menuju arah dan cita–cita
pengembangan madrasah.7
Dilihat dari judul diatas teknik yang digunakan sama dengan
teknik yang akan peneliti teliti. Adapun perbedaannya dapat dilihat dari
permasalahan, masalah yang akan peneliti teliti yaitu mengenai remaja
putus sekolah.
Nor Asih, dalam skripsinya yang berjudul “Keefektifan Layanan
Konseling Individual Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Peserta Didik Kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya”
mengungapkan bahwa masalah-masalah yang timbul akibat gangguan
konsentrasi belajar:
a. Terjadinya hambatan di dalam semua kegiatan sehari-hari
khususnya kegiatan hidup yang utama. Misalnya, terhambatnya
pencapaian prestasi yang maksimal yang baik bagi seorang
pekerja.
b. Dari sisi keagamaan, gangguan konsentrasi akan menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan untuk menjalankan ibadah
dengan
khususk.
c. Jika seseorang yang mengalami gangguan konsentrasi
menjalani
7 Aniq Isyatur Rodliyah, Penerapan Konseling Individual Dalam
Mengembangkan Perilaku Moral Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Denanyar
Jombang (Surabaya: Fakultas Tarbiyah Jurusan Kepenidikan Islam, Institut Agama
Islam Negeri Sunan Ampel, 2009), http://digilib.uinsby.ac.id. diakses pada hari senin
tanggal 1 agustus 2016 jam 21.20.
10
latihan spiritual, seperti mediasi,yoga, bela diri tenaga dalam,
latihan pernapasan, dan telepati, kemungkinan besar ia akan
mengalami kegagalan. Bahkan lebih dari itu, ia tidak dapat
merasakan sensasi apapun setelah mengikuti latihan spiritual.
Upaya untuk meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik
dapat diterapkan melalui layanan konseling individu dengan
menggunakan teknik-teknik konseling.8
Dari uraian diatas terdapat persamaan yaitu menggunakan
layanan konseling individual. Adapun perbedaannya yaitu tujuan
permasalahannya untuk meningkatkan konsentrasi belajar.
F. Kerangka Pemikiran
1. Pengertian Konseling Individual
Layanan konseling perorangan (Individual) yaitu pada
bagian ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam
hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam
hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan
pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien sendiri.
Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang
paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien.9
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang
diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling
dilaksanakan melalui wawancara (konseling) langsung dengan
8 Nor Asih, Keefektifan Layanan Konseling Individual Dalam Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya,
(Palangka Raya: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, 2015), www.umpalangkaraya.ac.id. diakses pada hari
senin tanggal 1 agustus 2016 jam 21.31. 9 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta:PT.Asdi Mahasatya, 2004) , P.288.
11
individu. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan
yang mengalami kesulitan kejiwaan, melainkan hanya mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan dan
kehidupan sosial.
Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan
dinamis, individu merasa diterima dan di mengerti oleh konselor.
Dalam hubungan tersebut konselor menerima individu secara
pribadi dan tidak memberikan penilaian individu (konseli)
merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau
mendengarkan keluahan dan curahan perasaannya.10
Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual
yaitu: Menghampiri klien (attending), empati, refleksi, eksplorasi,
menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan,
bertanya tertutup, dorongan minimal, interpretasi, mengarahkan,
menyimpulkan sementara, memimpin, memfokus, diam, mengambil
inisiatif, memberi nasihat, memberi informasi, dan menyimpulkan.
Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga
tahapan yaitu tahap awal konseling, tahap pertengahan (tahap
kerja), dan tahap akhir konseling.
1. Tahap awal konseling
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor
hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi
masalah klien. Adapum yang dilakukan oleh konselor dalam
proses konseling tahap awal itu adalah sebagai berikut.
10
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai
Latar Kehidupan,. (Bandung: PT.Refika Aditama, 2006), P. 22.
12
a) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien
yang mengalami masalah.
b) Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
c) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi
masalah.
d) Menegosiasikan kontrak.
2. Tahap pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati
pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan
pada: penjelajahan masalah yang dialami klien, dan bantuan apa
yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa
yang telah dijelajah tentang masalah klien.
Adapun tujuan pada tahap pertengahan ini sebagai
berikut.
a) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian
klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
b) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
3. Tahap akhir konseling
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan
sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Klien dapat
melakukan keputusan tersebut karena klien sejak awal
berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan
tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
a) Terjadinya transfer of learning pada diri klien;
b) Melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu
mengatasi masalahnya; dan
13
c) Mengakhiri hubungan konseling.11
Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang,
dimana yang seorang yaitu klien yang dibantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya.12
Kemudian Pendidikan adalah proses yang esensial, ini adalah
sesuatu yang terjadi didalam diri individu ia dapat menyesuaikan
diri. Jika lingkungan fisiknya demikian kemungkinan hal itu
disebabkan ia belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya.13
2. Pengertian Remaja
Remaja dalam arti umum ialah masa pubertas, dimana masa
ini lebih cenderung kepada keingin tahuan seseorang kepada banyak
hal tidak memikirkan mana yang positif atau negative. Dalam
pengertian lain remaja merupakan peralihan masa kanak – kanak ke
masa dewasa atau lebih dikenal ABG, masa ini terjadi ketika berusia
antara 15 sampai 18 tahun.
Masa muda merupakan periode yang ditandai dari pubertas
sampai dengan masa pertengahan (paruh baya) disebut dengan masa
muda (youth). Anak muda mencoba bertahan untuk mencapai
11
Achma Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan & Konseling,
P...,11-15. 12
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006), P. 7. 13
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), P. 18-19.
14
kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya, mendapatkan
pasangan, membangun keluarga, dan mencari tempat di dunia ini.14
Adapun batas usia remaja menurut Hukum, PBB dan Agama
yaitu:
Remaja Menurut Hukum, dalam hubungannya dengan hukum,
tampaknya hanya Undang-undang perkawinan saja yang
mengenal konsep remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia
minimal untuk perkawinan menurut undang-undang disebutkan
16 tahun untuk wanita, dan 19 tahun untuk pria (pasal 37
Undang-Undang No: 1/1974 tentang perkawinan). Walaupun
undang-undang tidak menganggap mereka yang di atas 16 tahun
(untuk wanita) dan 19 tahun (untuk laki-laki) sebagai bukan
anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dapat dianggap sebagai
dewasa penuh, waktu antara 16 dan 19 tahun sampai 21 tahun ini
dapat disejajarkan dengan pengertian-pengertian remaja dalam
ilmu-ilmu sosial lain.
Remaja Menurut PBB, PBB adalah oraganisasi yang dibawahi
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bertugas di bagian
kesehatan. Menurut PBB remaja adalah individu yang memiliki
usia antara 10-20 tahun. PBB menyatakan batasan usia tersebut
baik wanita maupun laki-laki walaupun definisi tersebut
didasarkan pada usia kesuburan wanita. PBB membagi kurung
14
Jess Feist dan Gregory J.Feist, Teori Kepribadian, (Jakarta: Salemba
humanika, 2011), P. 143.
15
usia remaja dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun,
dan remaja akhir 15-20 tahun.15
Remaja Menurut Agama, didalam buku Islam, usia remaja
ditandai dengan suatu peristiwa biologis. Untuk kaum pria,
ditamdai dengan sebuah mimpi yang biasa disebut dengan
mimpi basah. Sedangkan untuk kaum wanita, ditandai dengan
menstruasi. Biasanya peristiwa ini dapat dirasakan atau dialami
oleh pria pada usia 15 sampai 20 tahun dan wanita 9 sampai 19
tahun.16
Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh
lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat inherent
lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat memengaruhi gaya hidup (life style).17
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Desmita dalam bukunya,
memang untuk mengukur masa remaja tidaklah mudah, karena masa
remaja berakhir dan masa remaja tumbuh menjadi seorang dewasa
tidak dapat ditetapkan secara pasti, kemudian pada abad ke – 19
muncul konsep baru yaitu Adolesen sebagai suatu periode kehidupan
tertentu yang berbeda dari masa anak – anak dan masa dewasa,
terlepas daripada itu semua dapat ditentukan akhir masa remaja,
namun istiah dewasa ini disebut “Adolesen”, yang telah digunakan
secara luas untuk menunjukan suatu tahap perkembangan antara
15
https://conselorcomunity.wordpress.com/2010/12/11/remaja/. (diakses
pada 13 Agustus 2016) 16
http://anzar-asmadi.blogspot.co.id/2012/12/. (diakses pada 13 Agustus
2016) 17
Mamat Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), P. 63.
16
masa anak – anak dan masa dewasa yang ditandai dengan perubahan
fisik secara umum serta perkembangan kognitif dan sosial.
Batasan usia remaja yang dignakan secara umum oleh para
ahli ialah antara 12 sampai 21 tahun. Rentan usia ini dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu, 12 sampai 15 tahun ialah masa remaja
awal, 15 sampai 18 tahun ialah masa remaja pertengahan dan usia 18
sampai 21 tahun sebagai masa remaja berakhir.18
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap
ke 4 responden, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan remaja
putus sekolah diantaranya: Keadaan ekonomi orang tua, pengaruh
teman, faktor lingkungan keluarga, kurangnya minat anak untuk
sekolah. Hal ini yang menyebabkan mereka berhenti sekolah.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi
ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek.19
Dalam
penelitian dengan metode kualitatif meliputi prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata yang tertulis
dari orang–orang dan atau perilaku yang diamati. Menurut Kirk
dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara pundamental
18
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), P.189-208. 19
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2012), P.3.
17
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang–orang tersebut dalam
bahasanya dan peristilahannya. 20
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan indera sehingga tidak hanya dengan
pengamatan menggunakan mata. Mendengarkan, mencium,
mengecap, dan meraba termasuk bentuk observasi.21
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan observasi langsung
yakni peneliti mengadakan pengamatan terhadap remaja
putus sekolah terkait masalah yang akan diteliti.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara
mendalam (Indepth Interview), wawancara mendalam adalah
proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara peneliti dengan responden secara
bergantian. Dalam wawancara mendalam ini dilakukan berkali-
kali dan membutuhkan waktu yang lama dengan responden di
lokasi penelitian.22
Wawancara dilakukan kepada 4 responden remaja putus
sekolah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
mereka putus sekolah. Selain itu peneliti juga mewawancarai
20
Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif – Kualitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), P. 175. 21
Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: C.V Andi
Offset, 2010), P. 192. 22 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alpabeta,
2008), P. 218-219.
18
orang terdekat responden baik teman maupun keluarga
responden mmasing-masing yang mempunyai hubungan
langsung terkait masalah yang akan di bahas.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kampung Cikadu Indah, Desa
Tanjung jaya Kecamatan Panimbang. Pandeglang – Banten.
Adapun waktu yang peneliti lakukan kurang lebih selama 4
bulan. periode Agustus – November tahun 2016.
1. Subjek Penelitian
Adapun penelitian ini yang menjadi subjek ialah 4 orang
remaja putra yang mengalami putus sekolah di tingkat Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
2. Teknik Pengolahan Data
Mengolah data berarti menyaring data yang telah
diperoleh untuk menghasilkan susunan masalah yang benar
setelah data terkumpul kemudian penulis menggunakan cara-
cara dalam pengolahan data tersebut dan mengklasifikasikan
permasalahannya menurut jenis dan batasan permasalahan itu
sendiri.23
3. Pengumpulan Data
Setelah data terkumpul, kemudian peneliti mengolah
data dengan menggunakan induktif yakni mengumpulkan data
khusus yang diambil kemudian deskripsikan dalam bentuk
kesimpulan secara umum.
23
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2010), P. 5.
19
H. Sistematika Skripsi
Dalam penelitian ini peneliti membagi dalam lima bab dan
masing-masing bab terdiri atas beberapa sub-sub, dengan rincian
sebagai berikut:
Bab Pertama pendahuluan, dalam bab ini menguraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, telaah pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab Kedua merupakan gambaran umum tentang objek yang
akan di teliti yang meliputi: sejarah desa tanjung jaya, visi dan misi
desa tanjung jaya, dan struktur organisasi desa tanjung jaya.
Bab Ketiga gambaran remaja putus sekolah, dalam bab ini
menguraikan tentang kondisi remaja putus sekolah, faktor penyebab
remaja putus sekolah dan profil responden.
Bab Keempat penerapan konseling individual terhadap remaja
putus sekolah, dalam bab ini menguraikan penerapan konseling
individual terhadap remaja putus sekolah, analisis hasil kegiatan dan
indikator keberhasilan proses konseling.
Bab Kelima penutup, dalam bab ini menguraikan kesimpulan
dan saran.