bab i. pendahuluan · ikhtisar eksekutif penerapan perjanjian free trade dalam pembangunan ekonomi...

134
IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar ataupun kecil, akan memberikan dampak terhadap arah kebijakan pembangunan di segala strata dan sektor sampai ke tingkat yang paling bawah, termasuk di dalamnya pembangunan pertanian di daerah. Disamping itu, perubahan struktur dan tuntutan kemasyarakatan akan produk yang berkualitas dan berwawasan lingkungan juga telah berimbas terhadap akuntabilitas arah pembangunan pertanian dan kehutanan. Selain itu, sektor pertanian merupakan sektor strategis yang harus didukung keberlagsungannya sebagai faktor pendorong percepatan pembangunan wilayah pedesaan dan juga merupakan sektor yang memperkuat ketahanan pangan, sebagai bahan baku pengolahan untuk agroindustri pedesaan, membuka kesempatan kerja dan perbaikan pendapatan petani. Jika dilihat dari fungsi, sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Bandung. Menurut World Bank (2008), lima karakteristik yang harus dipenuhi untuk pembangunan pertanian berkelanjutan dalam pembangunan wilayah adalah (1) Established Preconditions; (2) Comprehensive; (3) Differentiated dan kemitraan yang solid; (4) berkelanjutan, sinergitas antara ekonomi, sosial, dan lingkungan; dan (5) Feasible dalam manajemen data, penganggaran, program, kebijakan, dan dampak. Karakteristik tersebut harus menjadi agenda khusus dari hirarki kepemerintahan. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan yang merupakan lembaga teknis di Kabupaten Bandung diarahkan untuk mengkolaborasikan partisipasi masyarakat tani lokal, hirarki kepemerintahan, dan stakeholder pendukung lainnya (seperti lembaga penelitian/ universitas sebagai mediator dan fasilitator transfer teknologi, lembaga financial, dan lembaga lainnya) untuk membentuk manajemen kemitraan dan manajemen rantai pasok. Arah pembangunan pertanian tersebut dirumuskan dalam bentuk visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut yang dijabarkan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan yang perlu dilaksanakan secara bertahap pada periode tahun 2011 sampai dengan 2015. Dalam rangka mengantisipasi kecenderungan perubahan-perubahan yang terus berlangsung pada lingkungan strategis pembangunan pertanian, Dinas Pertanian harus menetapkan visi yang ingin diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2011-2015 dan untuk mewujudkan visi tersebut, perlu disusun misi yang akan ditempuh. Visi pembangunan pertanian dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung adalah Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan. Adapun komposisi APBD Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012, meliputi;

Upload: lelien

Post on 18-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

IKHTISAR EKSEKUTIF

Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar ataupun kecil, akan memberikan dampak terhadap arah kebijakan pembangunan di segala strata dan sektor sampai ke tingkat yang paling bawah, termasuk di dalamnya pembangunan pertanian di daerah. Disamping itu, perubahan struktur dan tuntutan kemasyarakatan akan produk yang berkualitas dan berwawasan lingkungan juga telah berimbas terhadap akuntabilitas arah pembangunan pertanian dan kehutanan. Selain itu, sektor pertanian merupakan sektor strategis yang harus didukung keberlagsungannya sebagai faktor pendorong percepatan pembangunan wilayah pedesaan dan juga merupakan sektor yang memperkuat ketahanan pangan, sebagai bahan baku pengolahan untuk agroindustri

pedesaan, membuka kesempatan kerja dan perbaikan pendapatan petani. Jika dilihat dari fungsi, sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Bandung.

Menurut World Bank (2008), lima karakteristik yang harus dipenuhi untuk pembangunan pertanian berkelanjutan dalam pembangunan wilayah adalah (1) Established Preconditions; (2) Comprehensive; (3) Differentiated dan kemitraan

yang solid; (4) berkelanjutan, sinergitas antara ekonomi, sosial, dan lingkungan; dan (5) Feasible dalam manajemen data, penganggaran, program, kebijakan, dan dampak. Karakteristik tersebut harus menjadi agenda khusus dari hirarki kepemerintahan. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan yang merupakan lembaga teknis di Kabupaten Bandung diarahkan untuk

mengkolaborasikan partisipasi masyarakat tani lokal, hirarki kepemerintahan, dan stakeholder pendukung lainnya (seperti lembaga penelitian/ universitas sebagai mediator dan fasilitator transfer teknologi, lembaga financial, dan lembaga lainnya) untuk membentuk manajemen kemitraan dan manajemen rantai pasok.

Arah pembangunan pertanian tersebut dirumuskan dalam bentuk visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut yang dijabarkan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan yang perlu dilaksanakan secara bertahap pada periode tahun 2011 sampai dengan 2015. Dalam rangka mengantisipasi kecenderungan perubahan-perubahan yang terus berlangsung pada lingkungan strategis pembangunan pertanian, Dinas

Pertanian harus menetapkan visi yang ingin diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2011-2015 dan untuk mewujudkan visi tersebut, perlu disusun misi yang akan ditempuh. Visi pembangunan pertanian dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung adalah “Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan”.

Adapun komposisi APBD Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012, meliputi;

Page 2: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

2

a. Anggaran Pendapatan.

Pada tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar

Rp. 177.320.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Dua Puluh

Ribu Rupiah) dari hasil pengelolaan balai-balai benih. Sampai dengan

bulan Desember 2012, realisasi pendapatan dari 3 balai benih/kebun bibit

tersebut mencapai Rp. 177.985.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta

Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 100,38% dari

target pendapatan yang ditetapkan atau peningkatan 0,38% serta bila

dibandingkan dengan Tahun 2011 terdapat kenaikan Rp15.085.000,-

(Lima Belas Juta Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 9,26%.

b. Anggaran Belanja.

Berdasarkan target sebesar Rp. 16.468.261.603,- anggaran Belanja Aparatur Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2012 mendapatkan alokasi anggaran Belanja sebesar Rp19.896.529.063,- (Sembilan Belas Miliar Delapan Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Lima

Ratus Dua Puluh Sembilan Ribu Enam Puluh Tiga Rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp4.621.660.309,- dan belanja langsung Rp15.274.868.754,-.

Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar Rp14.344.536.754,- yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 8 program dan 21 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Bandung Tahun 2012 sebesar Rp12.474.591.849,-; Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan sebesar Rp1.310.920.000,-, dan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau APBN 2012 sebesar Rp559.024.905,-. Total realisasi anggaran Belanja Langsung Pilihan

sebesar Rp13.632.044.669,- dan terdapat sisa anggaran sebesar Rp712.492.085,-.

1. Peningkatan Kesejahteraan Petani 2. Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan; 3. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan;

4. Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan; 5. Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan; 6. Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan 7. Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 8. Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

Secara umum permasalahan yang menghadang pelaksanaan program/kegiatan adalah (1) kondisi iklim yang kurang menentu beberapa waktu belakangan ini; dan (2) kedekatan wilayah Bandung dengan Kota mendorong tingginya alih fungsi lahan. Meskipun demikian, secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung pada tahun 2012 dapat dikatakan telah berhasil mencapai sasaran kinerja yang telah ditetapkan, baik dilihat dari indikator input, output, outcome, benefit maupun impact. Evaluasi terhadap pelaksanaan 21 kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Page 3: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

3

pada tahun 2012 bahkan mampu menghasilkan efisiensi dari aspek penggunaan anggaran tanpa mengurangi nilai fungsional substansi kegiatan. Keberhasilan pada tingkat kegiatan tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran dari program dan kebijaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung pada tahun 2012, baik dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian, pengembangan agribisnis terpadu, dan pengendalian ketersediaan pangan dalam rangka ketahanan pangan. Meningkatnya geliat usaha agribisnis dan berkembangnya diferensiasi usaha berbasis agribisnis melalui pendekatan kemitraan usaha dalam pembentukan collective efficiency merupakan salah satu dampak positif pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang secara makro ekonomi dapat dilihat dari adanya peningkatan PDRB sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup melalui konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan menunjukan arah yang lebih baik dan terintegrasi dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.

Pembangunan pertanian merupakan aktivitas pembangunan masyarakat seutuhnya yang multistakeholder, maka dari itu peran serta aktif berbagai stakeholder sangat dibutuhkan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan pertanian, baik dari instansi pemerintah lain maupun masyarakat itu sendiri.

DAFTAR ISI

Page 4: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

4

KATA PENGANTAR .................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................. ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ……………………………………………………… iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kegiatan ......................................................... 2

1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan ........................................... 3

1.3. Gambaran Umum SKPD .......................................................... 5

1.3.1. Susunan Organisasi....................................................... 5

1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ................... 9

1.4. Sumberdaya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan ........ 12

1.5. Permasalahan Utama............................................................... 13

1.5.1. Identifikasi Masalah ...................................................... 13

1.5.2. Isu-isu Strategis ............................................................ 20

BAB II. RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis .................................................................. 23

2.1. Visi Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan ....... 23

2.1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah .................. 24

2.1.3. Strategi, Kebijakan dan Penetapan Renja Tahunan 25

2.1.4. Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan

Kinerja Tahunan Pembangunan Pertanian dan

Kehutanan Tahun 2012.......................................... 33

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Gambaran Umum Target dan Realisasi Anggaran .................... 50

3.1.1. Anggaran Pendapatan ................................................... 50

Page 5: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

5

3.1.2. Anggaran Belanja.......................................................... 50

3.2. Analisis Pengukuran Kinerja .................................................... 55

3.2.1. Analisa Pencapaian kinerja Saaran Tahun 2012 ............. 55

3.2.2. Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi Tahun 2012 ......... 85

3.2.3. Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi Tahun 2012 ......... 93

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan ............................................................................ 118

4.2. Saran ..................................................................................... 119

DAFTAR TABEL

Page 6: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

6

No Judul Halaman

3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ....………………................. 19

4.1. Komoditas Unggulan Kabupaten bandung dan Nasional 20

4.2. Sasaran Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura 2011-2015

……………………………………………………….

21

4.3. Sasaran Produksi Komoditas perkebunan Rakyat ....…. 21

4.4 Daftar Pengumpul Data Statistik Tanaman Pangan dan

Hortikultura ……………………....……………….................

31

4.5. Nama Tanaman dan bentuk Hasil Tan. Pangan ............ 32

4.6. Nama Tanaman dan bentuk Hasil Tan.Hortikultura ….. 32

4.7. Faktor Konversi Bahan Makanan Yang Dipakai Untuk

perhitungan Produksi ………………………………………...

43

4.8. Konversi Luas Bersih dari Luas Kotor Bidang Sawah Menurut

Golongan Luas Sawah (%) ....…………………….

46

DAFTAR GAMBAR

Page 7: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

7

No Judul Halaman

1.

2.

3.

Kontribusi Sektor pertanian dalam Pembangunan Wilayah

Lima Target Utama Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

periode 2011-2015 …………….…………….…..

Fungsi Data Statistik dan Informasi bagi Lembaga Pemerintah ……

3

9

10

4. Aliran Data dalam Organisasi Dinas Pertanian .............. 10

DAFTAR LAMPIRAN

Page 8: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

8

No Judul

1.

2.

3.

4.

5.

Pencapaian Luas Tanam Padi Palawija 2011/2012 Terhadap sasaran MT

2011/2012 Jawa Barat

Pencapaian Produksi Sayuran (Tomat, Cabe, Cabe Rawit, Bawang Merah,

Kubis, Kentang) Jawa barat Tahun 2012

Sasaran Tanam (2012/2013), Panen dan Produksi Komoditas Padi dan

Palawija Kabupaten Bandung Tahun 2012

Sasaran Produksi dan Produktivitas komoditas Perkebunan Utama (Cengkeh,

Kopi, Teh, Tembakau) Tahun 2011-2015

Realisasi Tanam (2011/2012), Panen dan Produksi Padi Palawija Kabupaten

Bandung tahun 2012

6. Realisasi Tanam, Panen dan Produksi komoditas Hortikultura (Tomat, Cabe

Besar, Bawang Merah, Kubis, Kentang, Tan. Buah-buahan, Tan. Hias dan tan.

Obat-obatan) Kabupaten Bandung tahun 2012

Page 9: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

9

BAB I. PENDAHULUAN

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN KEHUTANAN

Page 10: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan tahun 2012 diarahkan menjaring kerjasama

dan kemitraan di antara para pelaku yang terlibat dalam pembangunan

pertanian perkebunan, dan kehutanan. Bahwa sebagai salah satu upaya

mengevaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan dan dalam rangka

meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna,

berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dan untuk memantapkan

pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud

pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi

pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance yang

merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

aspirasi masyarakat dan untuk mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa

dan bernegara.

Disamping itu, sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011, bahwa Laporan akuntabilitas kinerja merupakan kewajiban dari setiap instansi pemerintahan pada akhir tahun berlaku sebagai laporan pertanggungjawaban secara sistematik dan

melembaga. Laporan tersebut untuk mengukur seberapa jauh tingkat kinerja dan keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan Instansi Pemerintahan.

Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi. Sedangkan kinerja itu sendiri merupakan hal mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi

dan visi organisasi. Oleh sebab itu, Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi.

Page 11: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

11

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian, Perkebunan,

dan Kehutanan Kabupaten Bandung menyusun laporan akuntabilitas

kinerja (LAKIP) tahun 2012, sebagai upaya pertanggungjawaban

keuangan dan kinerja dinas untuk menilai tingkat keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan organisasi yang terkait dengan pembangunan

pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang tertuang dalam Rencana

Strategis Tahun 2010-2015 dan Renja tahun 2012. Diharapkan Laporan

Akuntabilitas Kinerja tersebut dapat digunakan sebagai barometer Dinas

Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan dalam memprediksi, memproyeksi,

dan conjectures program/kegiatan di tahun-tahun berikutnya, secara

efektif, efisien dan responsif.

1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan

Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Tahun 2012 mempertimbangkan landasan hukum, sebagai berikut:

a. Landasan Idiil Pancasila

b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

c. Landasan Operasional :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara.

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4437).

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Page 12: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

12

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan

Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4124

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004

tentang Rencana Kerja Pemerintah;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

Negara/Lembaga;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.

13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;

15. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman

Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).

16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK

95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

17. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja

dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

18. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011

tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011;

Page 13: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

13

19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004

tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan

Pemerintah di Kabupaten Bandung.

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang

Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah.

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006

tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan

Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi

Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung.

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006

tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung.

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007

tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007

tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung.

25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011

tentang Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.

26. Peraturan Bupati Bandung Nomor 41 Tahun 2011 tentang Rencana

Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Bandung Tahun

2012 beserta perubahannya Nomor 26 Tahun 2012.

27. Surat Edaran Bupati Bandung Nomor 130.04/22/Org tentang

Penetapan Kinerja dan Penyusunan LAKIP SKPD.

1.3. Gambaran Umum SKPD

1.3.1. Susunan Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 tahun 2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang “Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung” dibentuk Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon II dengan susunan unit kerja eselon III terdiri dari : Sekretaris Dinas, Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang Perkebunan dan Bidang Kehutanan. Selain itu terdapat 3 UPTD eselon IV

Page 14: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

ora

n A

kun

tab

ilita

s K

iner

ja 2

012

14

yaitu UPTD Alat Mesin Pertanian dan Proteksi Tanaman, UPTD Benih Tanaman dan UPTD Pengembangan Usaha Tani, seperti terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

Page 15: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

20

12

15

KEPALA

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN

KEHUTANAN

SEKRETARIS DINAS

SUB BAGIAN

PENYUSUNAN PROGRAM

SUB BAGIAN

UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN

KEUANGAN

BIDANG TANAMAN PANGAN

PERTANIAN

BIDANG

HORTIKULTURA

BIDANG

PERKEBUNAN

BIDANG

KEHUTANAN

SEKSI

SARANA DAN PRASARANA

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

SERELIA, KACANG-KACANGAN,

DAN UMBI-UMBIAN

SEKSI

PASCA PANEN, PENGOLAHAN,

DAN PEMASARAN HASIL

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

SAYURAN

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

TAN. HIAS, TAN. BUAH, DAN

TAN. OBAT

SEKSI

PASCA PANEN, PENGOLAHAN,

DAN PEMASARAN HASIL

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

PERKEBUNAN

SEKSI

PASCA PANEN, PENGOLAHAN,

DAN PEMASARAN HASIL

SEKSI

PENGENDALIAN

SEKSI

PENGEMBANGAN DAN

PEMANFAATAN SD HUTAN

SEKSI

REHABILITASI LAHAN DAN

KONSERVASI TANAH

SEKSI

PERLINDUNGAN DAN

PENGENDALIAN HUTAN

UPTD

JAFUNG

Gambar 1.1 struktur organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Page 16: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

20

12

16

KEPALA

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN

KEHUTANAN

KEPALA UPTD

ALSINTAN DAN PENGENDALIAN OPT

KEPALA UPTD

PENGEMBANGAN BENIH

KEPALA UPTD

PENGEMBANGAN USAHA

KEPALA SUB BAGIAN

TATA USAHA

KEPALA SUB BAGIAN

TATA USAHA

KEPALA SUB BAGIAN

TATA USAHA

JAFUNG

Gambar 1.2 struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Page 17: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Tugas pokok Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan berdasarkan Perda Kab. Bandung No. 20 tahun 2007 adalah merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.

Menindaklanjuti Perda tersebut, maka pada tanggal 26 Februari 2008 terbentuk Peraturan Bupati Bandung tahun 5 tahun 2008 tentang “Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Bandung”. Berdasarkan Peraturan Bupati tersebut, tugas pokok kepala dinas pertanian,

perkebunan dan kehutanan adalah memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung-jawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan serta bidang kehutanan.

Adapun tugas pokok dan Fungsi Kesekretariatan: memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan:

a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan

pelayanan kesekretariatan;

b. penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan

penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;

c. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;

d. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan

kerumahtanggaan;

e. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan

ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;

f. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian;

g. penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;

h. penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan

pelaporan pelaksanaan tugas Dinas;

i. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan

tugas Dinas;

j. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan

penyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas;

k. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

l. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya;

n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/ lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan

pelayanan kesekretariatan.

Page 18: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

20

Sedangkan, tugas pokok dan fungsi Bidang-bidang dalam Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan:

1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan

Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah

memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di

bidang pengelolaan pertanian tanaman pangan yang meliputi sarana

dan prasarana, pengembangan produksi serealia, kacang-kacangan

dan umbi-umbian serta pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil.

Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan pertanian

tanaman pangan,

b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan

pertanian tanaman pangan,

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan

tanaman pangan,

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

pertanian tanaman pangan,

e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang

pengelolaan pertanian tanaman pangan,

f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman

pangan,

g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman

pangan, melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang

tugas da fungsinya serta

h) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan

pertanian tanaman pangan.

2. Bidang Hortikultura

Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang

pengelolaan hortikultura yang meliputi pengemangan produksi

sayuran, tanaman hias, buah-buahan dan obat-obatan serta pasca

panen, pengolahan dan pemasaran hasil.

Fungsi Bidang Hortikultura adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan

hortikultura

b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

hortikultura

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan

hortikultura

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

hortikultura

Page 19: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

21

e) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura

f) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura

g) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da

fungsinya serta

i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan

hortikultura

3. Bidang Perkebunan

Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang

pengelolaan perkebunan yang meliputi pengembangan produksi

perkebunan, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta

pengendalian.

Fungsi Bidang Perkebunan adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan

perkebunan

b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan

perkebunan

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan

perkebunan

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

perkebunan

e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang

pengelolaan perkebunan

f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan

g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan

h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da

fungsinya serta

j) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan

perkebunan

4. Bidang Kehutanan

Tugas pokok Kepala Bidang Kehutanan adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang

pengelolaan kehutanan yang meliputi pengembangan dan

pemanfaatan sumberdaya kehutanan, rehabilitasi lahan dan konservasi

tanah serta perlindungan dan pengendalian hutan.

Fungsi Bidang Kehutanan adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan

kehutanan

Page 20: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

22

b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

kehutanan

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan

kehutanan

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

kehutanan

e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang

pengelolaan kehutanan

f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan

g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan

h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da

fungsinya serta

i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang kehutanan.

1.4. Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki sikap mental dan moral yang baik. Tahun 2011, jumlah personil di Dinas Pertanian, perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung berjumlah 81 orang dengan perincian pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sumber daya Aparatur/Petugas Pertanian

No Klasifikasi

berdasarkan Uraian Jumlah Keterangan

1 Tingkat Pendidikan Formal Yang Ditamatkan

S2 10 S1 24 3 CPNS

D3 6 SLTA 32

SLTP 3

2 Pangkat/Jabatan

IV.c

IV.b

1

-

IV.a 6

III.d 10

III.c 6

III.b 19

III.a 13 3 CPNS

II.d 3

II.c 4

II.b II.a

I.b

5 6

1 I.c 1

3 Berdasarkan Jabatan Eselon II.b 1

eselon III.a 1

Page 21: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

23

No Klasifikasi

berdasarkan Uraian Jumlah Keterangan

Eselon III.b 4

Eselon IV.a 18

Eselon IV.b 3

POPT 26 Pegawai Propinsi yg

diperbantukan

1.5. Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang Dihadapi

1.5.1. Identifikasi Masalah

a. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian

Pembangunan pertanian dihadapkan kepada permasalahan permintaan

produk pertanian terutama pangan yang semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya pertambahan penduduk, sementara kapasitas sumberdaya

alam pertanian terutama lahan dan air terbatas dan bahkan semakin

menurun. Luas baku lahan pertanian semakin menurun karena pembukaan

lahan pertanian baru sangat lambat sementara konversi lahan pertanian terus

meningkat. Masalah konversi lahan cukup berat.

Sumber air untuk pertanian semakin langka akibat kerusakan alam,

terutama di daerah aliran sungai (DAS). Sementara itu, kompetisi

pemanfaatan air juga semakin ketat dengan meningkatnya penggunaan air

untuk rumah tangga dan industri. Besarnya tekanan penambahan penduduk

terhadap lahan berakibat pemilikan dan penggarapan semakin terfragmentasi,

sehingga jumlah petani gurem meningkat dengan rataan pemilikan lahan

yang semakin kecil.

Tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang terlibat

pertanian menurun drastis; yang juga berarti bahwa pangsa penduduk yang

tinggal di wilayah pedesaan akan cenderung semakin kecil. Implikasinya

adalah masyarakat yang membutuhkan pangan akan berjumlah lebih banyak

dibandingkan dengan masyarakat yang memproduksi pangan. Hasilnya

adalah tuntutan terhadap ketersediaan dan kontinuitas produksi pangan. Hal

ini dapat menjustifikasi lebih cepatnya laju pertumbuhan industri agro

dibandingkan dengan sektor pertanian. Selain itu, pergeseran pola demografis

menyebabkan munculnya sektor-sektor ekonomi baru dalam rantai pasok

pangan; seperti pada lembaga-lembaga dalam rantai tersebut.

b. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran

Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena lambatnya

diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan teknologi yang

sudah ada (innovation) di tingkat petani. Rendahnya diseminasi teknologi

Page 22: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

24

disebabkan oleh beberapa hal. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi

daerah, sistem penyampaian hasil teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui

proses aplikasi teknologi di area percontohan. Pada era desentralisasi,

kegiatan penyuluhan menjadi kewenangan pemerintah daerah dan

permasalahan pada sistem penyampaian teknologi menjadi lebih kompleks

akibat dorongan fungsi penyuluhan di tingkat lapangan masih kurang

c. Kualitas, Mentalitas, dan Keterampilan Sumberdaya Petani

Rendah

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang

serius dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan

rendah. Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan berjalan lambat.

Tahun 1992, 50 persen tenaga kerja di sektor pertanian tidak tamat SD, 39

persen tamat SD, sedangkan yang tamat SLTP hanya 8 persen (BPS, 1993).

Tahun 2002, yang tidak tamat SD menjadi 35 persen tamat SD 46 persen dan

tamat SLTP 13 persen (BPS, 2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain

dicirikan oleh usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek, mengejar

keuntungan sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis luas. Selain itu

banyak petani menjadi sangat tergantung pada bantuan/pemberian

pemerintah. Keterampilan petani yang rendah terkait dengan rendahnya

pendidikan dan kurang dikembangkannya kearifan lokal (indigenous

knowledge).

Selama ini masalah di atas diatasi melalui peningkatkan kemampuan

SDM petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan

penyuluhan. Untuk mendukung kegiatan tersebut sarana yang digunakan

adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di Daerah seperti Balai

Diklat, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, dan Sekolah Pembangunan

Pertanian.

Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan pendekatan

penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan pelatihan

keterampilan berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya penguatan

kapasitas petani juga perlu dilakukan terutama dalam hal pengembangan

sikap kewirausahaan, kemampuan dalam pemasaran dan manajemen usaha.

Hal ini juga menimbulkan ketergantungan yang sangat besar dari petani

terhadap lembaga-lembaga donor, termasuk institusi pemerintahan.

d. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi

Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh keterpaduan

diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu (industri

agro-input, agro-kimia, agro-otomotif), subsistem budidaya usahatani (on-

Page 23: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

25

farm), subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung

(keuangan, pendidikan, dan transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat

erat namun penanganannya terkait dengan kebijakan berbagai sektor.

Sementara itu, Departemen Pertanian hanya memiliki kewenangan dalam

aspek budidaya/usahatani. Berbagai kebijakan yang terkait dengan produk

pertanian sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir, seperti kasus

penanganan impor produk pertanian (paha ayam, daging illegal, benih kapas

transgenik).

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan persepsi

dan komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam pembangunan

nasional. Apabila disepakati bahwa sektor pertanian merupakan penggerak

utama ekonomi nasioanal maka koordinasi antar instansi menjadi hal yang

sangat penting dalam menyusun kebijakan maupun implementasinya. Untuk

itu perlu perbaikan menejemen pembangunan pertanian dengan mengacu

pada UU dan Peraturan Pemerintah.

e. Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani

Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan

kemampuan dayasaing usaha pertanian adalah adanya kebijakan makro yang

kondusif. Saat ini kebijakan makro ekonomi baik fiskal, moneter,

perdagangan, maupun prioritas dalam pengembangan ekonomi nasional

dinilai belum kondusif bagi keberlanjutan dan kemampuan dayasaing usaha

pertanian.

Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor petanian antara

lain: (1) penerapan pajak ekspor komoditas pertanian yang bertujuan untuk

mendorong industri pengolahan produk pertanian dalam negeri; (2) kredit

perbankan yang disediakan pemerintah, porsi terbesar diserap oleh

pengusaha konglomerat, sisanya adalah untuk koperasi, usaha kecil

menengah termasuk petani; (3) alokasi dana APBD untuk pembangunan

sektor pertanian kurang memadai; (4) beberapa daerah menarik biaya

retribusi yang tinggi termasuk pada komoditas pertanian sehingga

mengurangi dayasaing dan menjadi penghambat dalam investasi di sektor

pertanian; (5) pembangunan sarana dan prasarana lebih besar di perkotaan

dibanding dengan perdesaan; dan (6) liberalisasi perdagangan telah

menyebabkan membanjirnya produk pertanian yang disubsidi berlebih oleh

negara maju membuat petani kita tidak mampu bersaing. Untuk itu

diperlukan: (a) advokasi kebijakan dengan instansi terkait, dan (b) dukungan

legislatif dan stakeholders lainnya.

Page 24: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

26

f. Pesatnya Pertumbuhan Industri Ritel Modern

Laju pertumbuhan industri ritel modern tidak terlepas dari pola perubahan struktur demografis; terutama di negara berkembang. Beberapa alasan yang mendasari pertumbuhan tersebut adalah; (1) Urbanisasi, yang merupakan stimulan utama pertumbuhan; (2) pergeseran pola konsumsi masyarakat pada pangan olahan dan (3) lebih rendahnya harga komoditas

pertanian di ritel modern dibandingkan dengan pasar tradisonal (harga riil). Pada masa 10 tahun mendatang, supermarket diprediksi dapat menguasai lebih dari 75 persen pangsa pasar komoditas ritel; terutama di negara-negara berkembang. Proyeksi ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi

di negara-negara Amerika Latin dan Asia yang memiliki angka pertumbuhan sampai dengan 30 persen per tahun. Faktor utama lainnya sebagai pendorong pertumbuhan industri ritel modern tersebut adalah integrasi perdagangan dunia; terutama flow keuangan dunia (FDI). Semakin terbuka pasar sebuah negara maka semakin besar peluang pertumbuhan ritel modern

ini.

Beberapa tren perubahan fundamental pada sektor pertanian yang disebabkan oleh pertumbuhan supermarket ini adalah; (1) sistem rantai pasok untuk komoditas pertanian yang tersentralisasi ditandai dengan meningkatnya peran teknologi informasi dan manajemen rantai pasok; (2) hilangnya

ketergantungan dan keberadaan spot market ditandai dengan semakin terspesialisasinya pelaku-pelaku dalam sistim rantai pasok pertanian; (3) inovasi bersifat institusional yang bersumber dari top leader firm di dalam industri tersebut; dan (4) standarisasi kualitas dan keamanan produk pertanian yang selalu dinamis.

g. Pergeseran Pola Permintaan Pangan

Pada konteks global, tren perubahan pada pola konsumsi pangan diindikasikan akan dan sedang membawa perubahan di dalam pasar produk-produk pertanian yang memberikan peluang kepada Indonesia beserta wilayah sentra pertaniannya. Salah satu perubahan yang dapat diamati secara empiris ditunjukkan oleh fakta bahwa sektor agro-industri memiliki laju

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian; sektor pertanian menghasilkan bahan baku pangan (unprocessed food) sementara industri agro menghasilkan pangan olahan (processed food). Kondisi ini dapat dijustifikasi dengan melihat bahwa selalu terdapat kecenderungan laju peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Implikasinya adalah belanja

pangan masyarakat juga mengalami peningkatan. Namun, proporsi laju peningkatan per kapita diindikasikan lebih cepat dibandingkan dengan proporsi belanja pangan sehingga terjadi pergeseran pola belanja pangan; dari staple food yang merupakan sumber kalori paling murah ke arah pangan

yang harganya lebih mahal per unit kalori; seperti pada pangan sumber protein serta buah-buahan dan sayuran.

Sebagai bagian dari pergeseran ini, masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak pangan olahan dengan beberapa alasan: (1) rasio pendapatan masyarakat dan biaya pangan menjadi lebih besar karena pangan yang

Page 25: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

27

unprocessed dapat diderivasi menjadi beragam jenis pangan sehingga secara riil menjadi lebih murah; (2) pangan olahan cenderung memiliki kualitas yang seragam dan lebih tahan lama sehingga dapat menghasilkan opportunity cost yang lebih rendah.

h. Tuntutan Keamanan Pangan

Sejalan dengan pergeseran produk pertanian segar kepada produk olahan maka fakta menunjukkan bahwa sisi konsumsi telah memberikan perhatian lebih terhadap proses industrialisasi pertanian terutama di negara berkembang. Konsumen pangan cenderung lebih memprioritaskan kualitas

dan keamanan pangan. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran konsumen terhadap potensi gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh pangan yang dikonsumsi dan kandungan pestisida dalam pangan; dimana proses produksi komoditas olahan berkaitan erat dengan tuntutan efisiensi pada industri yang berimplikasi pada penggunaan input-input modern,

teknologi dan rekayasa biologis; yang diindikasikan akan menimbulkan resiko teknis dalam penggunaanya (technological risks). Tuntutan konsumen atas keamanan pangan sangat jelas terlihat dari fenomena semakin tingginya permintaan pangan yang bersifat organik dan ”bersih”. Selain itu, lembaga-lembaga pemberi sertifikasi tingkat dunia semakin banyak terberntuk dan

keikutsertaan suatu negara dalam perdagangan internasional komoditas pertanian ditentukan oleh lembaga-lembaga tersebut.

i. Prioritas terhadap Lingkungan dan Hutan

(a). Sampah dan Limbah Pertanian

Salah satu komponen yang sangat terkait dengan sektor pertanian di masa depan adalah sampah (organik). Selain menghasilkan manfaat ekonomi, sektor pertanian diindikasikan merupakan sektor yang memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam konteks permasalahan persampahan yang dihadapi oleh banyak wilayah terutama kota besar.

(b). Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan

Hutan menjadi salah isu yang paling penting dalam konteks permasalahan lingkungan global. Kecenderungan terjadinya bencana alam; terutama banjir dan kekeringan, memberikan indikasi tidak lagi berfungsinya hutan sebagai penyangga ekosistem. Paradigma hutan sebagai penghasil

devisa tampaknya tidak lagi menjadi kerangka utama negara-negara penghasil produk hutan mengingat nilai kerusakan infrastruktur dan tingginya biaya mitigasi bencana akibat tidak berfungsinya hutan. Adanya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagai daerah otonom

dalam pelaksanaan pengelolaan hutan menyebabkan terjadinya distorsi kebijakan di tingkat daerah.

Page 26: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

28

j. Kemunculan Industri Biofarmaka

Peran komoditas tanaman obat cenderung semakin meningkat dalam perdagangan local dan internasional. WHO telah secara eksplisit memberikan berbagai advokasi mengenai pemanfaatan tanaman obat dalam program-program kesehatan di Negara-negara berkembang. Fakta menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50 ribu spesies tanaman yang diindikasikan

bermanfaat sebagai tanaman penghasil obat-obatan namun baru sekitar 1000 spesies yang dapat dimanfaatkan secara penuh. Kondisi ini berimplikasi pada sangat besarnya potensi pasar komoditas tanaman obat. Karakteristik produk dan nilai transaksi industri tanaman obat dipaparkan berikut ini.

Pertama (1) adalah fitofarmaka; berupa isolat aktif yang berasal dari tanaman obat. Nilai transaksi jenis produk ini diestimasi mencapai 13.5 milyar dolar dengan pertumbuhan sebesar 6.3 persen per tahun. (2) Ekstrak botani atau herbal; merupakan jenis produk tanaman obat non ekstrak. Beberapa negara tujuan ekspor utama adalah AS, Jerman, Perancis dan negara-negara

Eropa lainnya. Nilai transaksi produk tersebut diestimasi sebesar 35 milyar dolar dengan laju pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun. (3) Nutrasetikal; berupa produk suplemen pada pangan dengan nilai transaksi sebesar 5.5 milyar dolar. (4) Bahan mentah (raw) tanaman obat dengan nilai transaksi mendekati 30 milyar dolar per tahunnya.

Berkaitan dengan karakter industri tanaman obat tersebut, pertumbuhan diciptakan melalui berbagai bentuk bio-partnerships antara industri dan petani. Hubungan ini lebih bersifat sebagai suatu perpaduan yang strategis antara ilmu farmasi modern dan tradisional (indigenous knowledge); yang merupakan domain dari masyarakat tradisional. Kondisi ini menunjukkan

bahwa pembangunan dan pengembangan komoditas tanaman obat dititikberatkan pada eksplorasi lebih jauh pada tanaman obat yang belum termanfaatkan dengan dukungan kesinergian dari indutri-industri farmasi.

k. Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)

Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan konsumen

terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang mengarah pada aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah komoditas pertanian yang diperdagangkan semakin keras disuarakan. Beberapa standar sosial yang harus dipenuhi oleh sebuah produk pertanian sebagai syarat untuk diterima oleh konsumen global berkaitan dengan aspek perdagangan yang

etis dan adil.

Salah satu opsi strategis masa depan yang harus diambil industri pertanan adalah memperluas pangsa pasar. Industri pertanian di India dan Cina telah menginisiasi penggunaan label ethical trade (ETI) dan fair trade (FTI) dengan tujuan merebut pangsa pasar produk pertanian di pasar Eropa. ETI dan FTI merupakan badan sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap suatu produk agar dapat diterima konsumen. Sertifikat dari ETI akan menjamin produsen (pengolah) suatu komoditas telah memenuhi syarat-

Page 27: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

29

syarat dalam menggunakan tenaga kerja sesuai dengan standar yang telah diratifikasi bersama ILO, sementara FT memberikan jaminan bahwa manfaat ekonomi yang terdapat dalam transaksi suatu komoditas (pertanian)

terdistribusi merata pada setiap komponen pasok rantai komoditas tersebut.

1.5.2. Isu-isu Strategis

Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu

strategis dan mendasar yang harus tertangani dalam periode 2011-2015 dan

esensial untuk menunjang terciptanya pembangunan pertanian, perkebunan,

dan kehutanan yang berkelanjutan dan memiliki competititveness dan

comparativeness adalah (1) identifikasi dan penguatan potensi sumberdaya

lokal; (2) menicptakan kemitraan dan konsolidasi yang solid di antara para

pelaku usaha, stakeholders, dan pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan

kuantitas yang konsisten dan berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan

SOP; dan (4) membangun infrastruktur dasar pembangunan pertanian,

perkebunan dan kehutanan. Selain itu, penguatan kelembagaan dinas,

aparatur dan institusi, menjadi isu strategis yang harus secara konsisten

ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan fasilitatori.

Page 28: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

30

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis

2.1.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan

Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Kabupaten Bandung periode 2012-2015 adalah “Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan”

Elemen-elemen yang menjadi jiwa dari visi tersebut adalah;

(a) Mensejahterakan masyarakat yang berarti bahwa prioritas pembangunan pertanian ditempatkan pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya; dan khususnya pada masyarakat pertanian; dimana kemampuan tukar output pertanian yang dihasilkan petani diharapkan selalu meningkat antar waktu.

(b) Pengembangan agribisnis berkelanjutan yang mengandung pengertian bahwa agribisnis merupakan suatu bentuk usahatani yang harus dikembangkan dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya pertanian dari waktu ke waktu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pengambilan keputusannya; yang pada gilirannya memiliki

dampak positif terhadap status kesejahteraan masyarakat pertanian dalam terminologi kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

(c) Berbasis sumberdaya lokal yang artinya memanfaatkan semaksimal mungkin segenap potensi yang dimiliki wilayah yang meliputi beragam

sumberdaya alam, manusia dan kapital serta derajat keterkaitan wilayah yang dimiliki.

(d) Memiliki keunggulan bersaing global yang berarti bahwa output sektor pertanian dihasilkan melalui pola-pola yang terstandarisasi sehingga dapat menjamin keamanan dan kesehatan konsumen sebagai dasar dari

keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar lokal, nasional dan internasional.

Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas

Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban misi

yang harus dilaksanakan, yaitu:

1. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung

dalam perekonomian regional dan nasional.

2. Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang

Page 29: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

31

bersifat lokal dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin

keberlanjutan usaha pertanian.

3. Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui integrasi

wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk pertanian.

4. Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar bebas

melalui pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar.

5. Membangun agribisnis berwawasan lingkungan

2.1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah

Tujuan:

1. Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas

pertanian dan wilayah sentra produksi

2. Menciptakan sistem produksi pertanian yang menghasilkan nilai tambah

dan memiliki keunggulan kompetitif.

3. Menjaga kualitas lingkungan dalam pembangunan pertanian, perkebunan,

dan kehutanan yang berkelanjutan

Secara lebih spesifik, tujuan dari implementasi Rencana Strategis Pembangunan Pertanian jangka lima tahun di Kabupaten Bandung memiliki

sasaran sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat yang mata

pencahariannya berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian

terutama sub-sistem hulu dan produksi yang pada gilirannya juga pada

sub-sistem hilir.

2. Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan

produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal

3. Meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan petani

serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani sehingga

mampu meningkatkan partisipasi dan aksesibilitas terhadap inovasi

teknologi, perkreditan, informasi pasar, dan kelestarian sumberdaya

pertanian

4. Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian

baik produk primer maupun olahan, sehingga mampu berdaya saing di

pasar, khususnya pasar ekspor melalui pengembangan agribisnis dalam

aglomerasi ekonomi pertanian.

5. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi pada pembangunan

pertanian, pengembangan agribisnis, dan informasi pasar

6. Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas

lingkungan hutan dan lahan

Page 30: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

32

Rencana Strategis ini setelah disepakati oleh semua stakeholder harus merupakan

pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di sektor pertanian selama

sepuluh tahun kedepan. Setiap lima tahun dokumen rencana strategis harus ditinjau kembali

dan kemudian direvisi apabila diperlukan. Pedoman ini setelah disahkan akan menjadi

dokumen arahan bagi penyusunan rencana pembangunan tahunan dengan target dan

sasaran pembangunan yang lebih terarah, efektif, dan efisien. Selanjutnya, Rencana Strategis

juga harus dijadikan sebagai bahan evaluasi setiap tahun, merupakan masukan bagi

perbaikan program tahun berikutnya.

2.1.3. Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja Lima

Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun

2010-2015

Kerangka migrasi strategi pembangunan pertanian menunjukkan proses penetapan dan perubahan strategi pembangunan antar waktu. Dalam hal ini, migrasi strategi pembangunan pertanian ditetapkan dalam jangka

waktu 5 tahun dengan harapan bahwa strategi-strategi yang terpilih pada setiap jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan migrasi tersebut. Kelebihan dari arsitektur strategi ini adalah sifatnya yang sensitif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis pada sektor pertanian dan

perkebunan.

Berdasarkan strategic foresight dan identifikasi kesenjangan sektor pertanian di Kabupaten Bandung, proses pembangunan pertanian dapat dibagi menjadi tiga jangka waktu dalam tiga dimensi pembangunan; yaitu dimensi produk, pasar dan institusional. Secara umum, pengembangan

subsektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan diarahkan pada terciptanya komoditas dan produk yang memiliki standar global. Pencapaian standar tersebut ditujukan untuk memperbesar peluang pasar produk tersebut; meskipun mungkin pada faktanya produk tersebut belum dapat menembus pasar global tetapi barriers to entry terhadap pasar internasional

telah dapat dieliminasi. Pencapaian standar tersebut dapat dicapai dengan mengikuti pola produksi komoditas dan proses pembentukan produk yang juga terstandarisasi internasional; beberapa diantaranya adalah good agricultural practices dan good manufacturing practices yang telah diratifikasi pada tingkat internasional. Sementara untuk subsektor kehutanan, strategi-

strategi yang disusun diarahkan untuk menciptakan kawasan hutan yang berkelanjutan; dimana implikasinya adalah harus adanya perubahan pola produksi, dari produksi fisik (kayu dan non-kayu) menjadi produksi barang dan jasa lingkungan (dalam hal ini adalah ekowisata). Di samping itu, hutan

dapat memberikan nilai perlindungan exsitu dan insitu.

Dalam jangka pendek, strategi-strategi yang disusun untuk setiap dimensi bersifat penentuan dan identifikasi komponen pengembangan untuk masing-masing subsektor. Strategi identifikasi sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk strategi berikutnya; atau untuk perubahan (dan migrasi) strategi

pada jangka waktu berikutnya. Pada subsektor tanaman pangan, penentuan komoditas pertanian yang akan menjadi fokus pengembangan dan pemetaan

Page 31: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

33

pelaku usaha dalam komoditas tersebut (beserta stakeholders-nya) dirasakan sangat relevan sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Selain dari komoditas, wilayah dimana komoditas tersebut dapat dikembangkan juga

menjadi dasar dari pengembangan komoditas. Sebagai justifikasi, pengembangan suatu komoditas memerlukan keterkaitan antara aspek spasial dengan jaringan usahatani komoditas tersebut. Keunggulan komoditas dapat dicapai dengan memanfaatkan dampak tumpahan (spillover effect) yang cenderung terjadi pada wilayah-wilayah sentra produksi pertanian yang

berkelompok membentuk cluster. Cluster sentra produksi berbagai komoditas pertanian yang terbentuk secara alami di Kabupaten Bandung.

Pada subsektor perkebunan, inventarisasi teknologi produksi dan upaya penerapannya menjadi komponen yang cukup penting mengingat

permasalahan yang dihadapi bermuara pada sisi produksi dan pengolahan hasil. Sementara pada subsektor kehutanan, komponen-komponen kelembagaan merupakan komponen penting karena permasalahan yang dihadapi adalah mengenai konflik pemanfaatan sumberdaya alam dan penanganan lahan dan air.

Strategi identifikasi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan upaya-upaya mengembangkan pola produksi yang konvergen pada konsep good agricultural practices (GAP). GAP harus dijadikan dasar pada proses pembangunan pertanian karena konsep ini memuat pola produksi yang bersifat holistik dan dapat diterapkan secara spesifik pada setiap jenis sistem

agroekologis. Pengadopsian konsep ini dapat dilakukan setelah wilayah dan komoditas utama telah teridentifikasi. Selanjutnya diperlukan proses penerjemahan prinsip-prinsip GAP tersebut sesuai dengan karakteristik wilayah dan komoditas yang bersangkutan.

Strategi jangka pendek juga akan diwarnai dengan upaya-upaya

mengembangkan mekanisme supply chain (SCM) pada setiap komoditas. SCM merujuk pada kegiatan manajerial (koordinasi) antar pelaku dan lembaga yang terlibat dalam sektor pertanian (produksi, distribusi dan pemasaran) dengan tujuan mengahasilkan produk yang diminta oleh konsumen. Yang

menjadi penekanan pada mekanisme ini adalah proses kolaborasi perencanaan dan keterkaitan antar pelaku usahatani tersebut. Strategi ini sangat relevan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung yang berfungsi sebagai fasilitator pembangunan pertanian.

Di dalam dimensi pasar, competitive intelligence (CI) menjadi kunci

dari strategi-strategi jangka pendek. Strategi CI mencakup proses-proses yang berkaitan dengan mengumpulkan, menganalis, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh berkaitan dengan komoditas dan produk. Dalam operasionalisasinya, CI dapat dilakukan dengan membentuk jaringan formal dengan stakeholders yang terlibat dalam sektor pertanian. Dalam konteks ini,

CI lebih ditekankan kepada penggalian informasi mengenai pasar komoditas dan produk pertanian. Pada gilirannya, informasi-informasi yang diperoleh akan diterjemahkan sebagai input dalam melakukan penyesuaian rencana strategis ketika pasar pertanian mengalami dinamika. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung terntunya berkaitan dengan

Page 32: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

34

kekuatan dan kelemahan sektor pertanian serta peluang-peluang yang dapat dieksploitasi. Kerangka keterkaitan strategi dan migrasi stretegi disajikan pada Gambar 10.

Sebagai hasil dari jangka pendek, terdapat beberapa komponen dasar strategi yang harus diterapkan. Pada jangka menengah diharapkan telah terciptanya arah menuju pola produksi komoditas dan pasar yang bersifat kontrak (contract based). Sebagai justifikasi, pasar yang bersifat kontrak akan memberikan peluang yang lebih besar terhadap usahatani berskala kecil

untuk dapat berpartisipasi dalam pasar. Meskipun begitu, pola ini memerlukan jaringan usaha yang relatif telah terbangun; dimana usaha-usaha untuk membangun jaringan tersebut telah diinisiasi pada strategi jangka pendek. Selanjutnya, lingkungan yang dapat mendorong usahatani kecil untuk dapat

memenuhi standar dalam pola kontrak harus dikembangkan.

Page 33: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

35

Gambar 2.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

PA

SA

RK

ELE

MB

AG

AA

NP

RO

DU

K

5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya

(penekanan pada good manufacturing

practices, HACCP dan sistim traceability).

6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk

pengembangan komoditas menjadi produk

derivatif;.

1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi.

2 Penentuan fokus pengembangan komoditas.

3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang

tersedia pada tingkat nasional dan internasional.

4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan

terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral

Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya;

good agricultural practices, good pesticide practices).

6 Penetrasi pasar nasional untuk

komoditas terfokus beserta

produk dan produk derivatifnya.

Pemanfaatan peluang pasar

global (extenderization).

12 Pemanfaatan kekuatan

kolaborasi dan SCNM untuk

menciptakan co-innovation pada

produk. Pengembangan sistem

inovasi agribisnis.

13 Proses regenerasi dan suksesi

pada generasi muda

agripreneur.

7 Pengembangan industri

pertanian di sektor hilir.

7 Pemetaan cluster komoditas dan produk.

8 Pengembangan sistem informasi cluster.

9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate

social responsibility untuk pembentukan

cluster.

10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang

pembentukan aliansi strategis antar pelaku

usaha dan stakeholders. Pengembangan

biopartnership pada industri agrofarmaka.

11 Pengembangan collaborative decision making.

4 Transformasi perilaku pasar yang informal

(open negotiation based) menjadi formal

(contract based).

5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche

market dan pasar industri).

1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan

perilaku pasar.

2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar.

3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar

(penekanan pada pasar ritel moderen).

1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani

berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai).

2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian.

3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan

pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian.

4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan

merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan.

5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk.

6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan

perkebunan. Pengembangan supply chain and network

management (SCNM).

Page 34: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

36

Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah adanya standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka pendek, upaya-upaya standarisasi telah diinisiasi salah satunya melalui strategi adopsi

konsep GAP; dan pada jangka menengah dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi konsep traceability. Konsep ini merujuk pada kelengkapan informasi pada setiap tahap produksi komoditas pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa preferensi konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat; dimana perhatian konsumen terhadap proses

produksi akan semakin besar pada masa mendatang. Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian transgenik dan bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen terhadap produsen. Sejalan dengan konsep traceability, secara paralel konsep HACCP (hazard analysis and critical control points) harus dapat diterapkan. HACCP merupakan suatu pendekatan yang sistematik terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap produksi pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat bahwa selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap akhir produksi.

Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus diwarnai dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan usaha (collaborative decision making) diantara pelaku pada sektor pertanian untuk menjamin efektivitias dari serangkaian strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan keputusan usahatani secara kolaboratif merupakan

strategi lanjutan dari strategi SCM; dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan lembaga dalam sektor pertanian yang bersifat partnership. Konsekuensi dari bentuk hubungan tersebut adalah adanya kontrak formal mengenai distribusi profit dan loss yang dialami dalam rantai produksi tersebut.

Dalam jangka panjang merupakan pengembangan dari strategi-strategi yang telah disusun pada jangka pendek. Dalam jangka menengah, strategi-strategi akan mengalami perubahan (penyesuaian) terhadap tujuan yang akan dicapai pada jangka panjang. Dari sekian banyak opsi strategi,

pembentukan integral chain care (ICC) pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan perlu mendapatkan prioritas karena ICC merupakan koridor utama dalam pencapaian target pengembangan. Pada subsektor perkebunan, pembentukan aliansi strategis dengan asosiasi-asosiasi perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan posisi tawar dari produk yang dihasilkan. Di antara

beberapa dimensi pembangunan dalam kerangka migrasi strategi, dimensi kelembagaan tampaknya belum menjadi perhatian utama. Paradigma baru dalam pembangunan pertanian menyaratkan keseluruhan dimensi mendapatkan proporsi pengembangan yang seimbang. Pembangunan pertanian di dalam dimensi kelembagaan melalui aktivitas-aktivitas yang

bersifat co-innovation, collaborative decision making dan beragam skema yang mengambil bentuk biopartnerships diharapkan akan menjamin tercapainya target pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Berkaitan dengan subsektor kehutanan, perencanaan dapat diterjemahkan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan dan kegiatan

Page 35: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

37

yang berkesinambungan dalam menentukan alternatif pemanfaatan dan konservasi sumberdaya hutan dengan tujuan tertentu pada jangka menengah dan jangka panjang. Dalam konteks perencanaan strategis ini,

pengembangan subsektor kehutanan diarahkan pada pemanfaatan hutan yang tidak bersifat eksploitatif sebagai altenatif dari pemanfaatan yang konvensional. Pada jangka pendek, strategi-strategi pengembangan kehutanan diarahkan pada upaya-upaya mengidentifikasi manfaat lain dari hutan dalam menghasilkan barang dan jasa lingkungan. Sebelumnya, telah

dikemukakan bahwa dari sekian alternatif pemanfaatan hutan maka ekowisata (ecotourism) menawarkan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Dalam konteks ini, peran utama dari Dinas adalah sebagai koordinator dan negoisator mengingat bahwa hutan adalah sebuah barang

publik yang hingga saat ini selalu menghadapi masalah-masalah hak properti dan hak pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi dari barang publik, terdapat banyak pelaku ekonomi yang sangat berkepentingan dalam memanfaatkan hutan; dan tidak jarang menimbulkan konflik sumberdaya. Fungsi negoisator menjadi sangat relevan dengan banyaknya pelaku ekonomi yang terlibat

tersebut.

Pada jangka menengah, strategi pengembangan beralih pada aspek penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan ekowisata. Selain dari anggaran belanja pemerintah, penyediaan infrastruktur tersebut dapat dilakukan melalui pihak swasata yang distimulasi dengan pemberian insentif

fiskal. Dalam pengembangannya, peranan masing-masing stakeholder dalam subsektor kehutanan menjadi sangat krusial. Keberhasilan pengelolaan hutan tentunya sangat bergantung pada komitmen dan partisipasi stakeholder. Selain itu, pendidikan informal yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam harus telah disosialisikan; terutama ditujukan pada masyarakat yang

berhubungan langsung dengan hutan. Pada jangka panjang, strategi-strategi diarahkan kepada pengintegrasian ekowisata di Kabupaten Bandung pada jaringan keparawisataan nasional dan internasional. Kegiatan-kegiatan promosi menjadi kunci bagi terlaksananya strategi ini. Selain itu, objek

ekowisata tersebut telah terhubung dengan upaya-upaya konservasi lainnya yang mengarah pada proteksi wilayah yang bersangkutan.

Page 36: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

38

Gambar 2.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kab. Bandung Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

PA

SA

RK

ELE

MB

AG

AA

NP

RO

DU

K

1 Identifikasi pasar barang dan

jasa lingkungan; menyusun

target pasar. Penyusunan paket-

paket produksi barang dan jasa

lingkungan.

2 Pemenuhan kebutuhan

infrastruktur minimal dengan

memanfaatkan jaringan dengan

swasta.

3 Inisiasi pengintegrasian objek

hutan ke dalam jaringan

kepariwisataan nasional dan

internasional.

1 Pemetaan stakeholders

kehutanan; terutama masyarakat

sekitar hutan. Pembentukan

komunitas hutan. Inisiasi

pembentukan jaringan bisnis

dan pendidikan.

2 Pembakuan mekanisme sharing

manfaat dan tanggung jawab

dengan stakeholders.

Pengembangan sistim

pendidikan lingkungan.

3 Pemberlakuan audit sosial

terhadap stakeholders.

Pemanfaatan kekuatan

kolaborasi untuk

menciptakan co-innovation

pada produk lingkungan.

1 Inventarisasi detil mengenai

interaksi antara hutan dengan

objek lainnya (aspek tekno-

sosio-ekonomi).

2 Adopsi dan pembakuan standar

mengenai pengelolaan hutan

sesuai konvensi internasional.

3 Konvergensi sistim pertanian

dengan produk dan jasa

lingkungan.

Page 37: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

39

Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan Periode 2015

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA

TAHUN 2015 Meningkatkan swasembada

pangan lokal melalui peningkatan

produktivitas lahan dan

komoditas pangan unggulan lokal

1. Jumlah produksi komoditas

tanaman pangan unggulan:

- Padi (ton) 536.347

- Jagung (Ton) 53.386

- Ubi Kayu (Ton) 57.580

2. Jumlah produktivitas komoditas

tanaman pangan:

- Padi (kui/ha) 63,01

- Jagung (kui/ha) 64,15

- Ubi Kayu (kui/ha) 113,00

3. Prosentase kehilangan/kerusakan

hasil tanaman pangan 0,2 – 5%

4. Proporsi serangan OPT terhadap

luas tanam:

- Padi

- Jagung

11%

7%

1. Jumlah perluasan tanam yang telah

menerapkan teknologi

a. Padi

- SL-PTT

- SRI

b. SL-PTT Jagung

12.000 ha

5.000 ha

6.250 ha

2. Prosentase luas tanam yang telah

menerapkan teknologi:

a. Penggunaan Pupuk Berimbang

b. Penggunaan Benih Berlabel

- Padi

- Jagung

70%

65%

60%

Meningkatkan

keunggulan komparatif

dan kompetitif produk

pertanian melalui

pengembangan

agribisnis dalam

aglomerasi ekonomi

pertanian

1. Jumlah produksi komoditas

unggulan:

- Sayuran (ton)

- Buah-buahan (ton)

- Biofarmaka (ton)

- Tan. Hias (tangkai)

- Kopi (ton)

- Teh (ton)

- Cengkeh (ton)

1.091.180

594.473

894.960

397.543

4.407

3.495

124

2. Jumlah kelompok tani yang telah

memiliki registrasi kebun

a. Hortikultura

55 kelompok

Page 38: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

40

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA

TAHUN 2015 b. Perkebunan 10 kelompok

3. Jumlah kelompok usaha rumah

kemasan dan UPH:

a. Hortikultura

b. Perkebunan

5 kelompok

7 kelompok Mengembangkan usaha ekonomi

produktif dalam upaya stabilitas

kualitas lingkungan hutan dan

lahan

1. Jumlah usaha agribisnis hasil non-

kayu:

- Jamur

- Lebah Madu

- Ulat Sutera

5 unit

5 kel

4 kel 2. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu 1 kelompok 3. Penanaman lahan kritis 22.906 ha

2.1.4. Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja

Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2012 Sejalan dengan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten

Bandung yang telah ditentukan sebelumnya, diperlukan beragam kebijakan strategis untuk

mendukung pencapaian tujuan dan sasaran dari pembangunan sektor pertanian. Secara garis

besar, strategi, kebijakan dan program yang disusun untuk meningkatkan kesejahteraan

petani pada tahun 2012 bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani

melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian,

pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang

ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petani, (2) semakin

kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya

produktif; dan (4) meningkatnya kualitas infrastruktur pertanian.

(a). Kebijakan yang berdasarkan strategi Produksi

Kerangka kebijakan yang termasuk di dalam dimensi produk dibentuk berdasarkan target pencapaian kinerja pertanian yang berkaitan dengan sisi

produksi pertanian. Dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif komoditas dan produk pertanian, maka secara spesifik target jangka panjang yang akan dicapai adalah memperoleh komoditas yang telah mendapatkan standarisasi internasional dan bersifat terdiferensiasi.

Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan

Komoditas Kabupaten Bandung

Pangan Non Pangan

Tanaman Pangan Padi, Jagung, dan Ubi kayu

Hortikultura Cabe, Bawang merah, Kentang, Kubis, Tomat,

Tanaman hias

Page 39: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

41

Stroberi, Alpukat, Jambu, Biofarmaka

Perkebunan Kopi, Teh Cengkeh, Tembakau

Diantara berbagai opsi kebijakan di dalam dimensi pengembangan

produk, kebijakan penetapan standar mutu produksi tampaknya belum mendapatkan prioritas. Sesuai dengan target yang akan dicapai, penetapan standar mutu produksi berfungsi sebagai benchmark dan indikator kinerja produksi komoditas dan produk pertanian. Penetapan standar mutu ini merupakan akumulasi dari beberapa komponen yang dapat dijadikan acuan

dalam merencanakan program pengembangan yang lebih spesifik.

Di dalam subsektor kehutanan, kebijakan pengadopsian dan penetapan kerangka pengolahan dan pemanfaatan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi hutan ditujukan untuk menciptakan produk dan jasa lingkungan yang dapat digunakan sebagai patokan dalam setiap jangka waktu

pembangunan. Kebijakan ini mencakup beberapa komponen pengembangan; (1) pengkajian mengenai berbagai manfaat hutan yang kemudian dapat disosialisasikan kepada setiap stakeholders; (2) pengadopsian standar internasional mengenai kegiatan pemanfaatan hutan; dan (3) penetapan regulasi sebagai koridor terlaksananya kebijakan tersebut.

(b). Kebijakan yang berdasarkan strategi Pasar

Pencapaian utama pembangunan dalam dimensi pasar adalah menciptakan peluang dan keikutsertaan komoditas dan produk pertanian di

pasar global. Kebijakan-kebijakan yang dapat memayungi proses pencapaian tersebut disajikan berikut ini.

Kebijakan Rencana Tindakan

Penetapan mekanisme yang berkaitan dengan riset pasar (identifikasi peluang pasar)

Pengembangan market-competitive

intelligence

Pengembangan inovasi pertanian

spesifik lokasi

Pengembangan alternatif sistim transaksi (pembiayaan, pengalihan resiko dan penjaminan)

Pengembangan pola contract farming.

Peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar

Advokasi dan pendampingan dengan

tujuan meperkuat aspek legal usaha

pertanian

Beberapa dari kebijakan di atas yang belum mendapatkan prioritas

adalah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan riset pasar dan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi. Riset pasar sangat dibutuhkan untuk tetap menjamin kedinamisan strategi dan keberlanjutan keunggulan komoditas dan produksi pertanian yang dihasilkan. Mengingat perilaku pasar

Page 40: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

42

(sisi permintaan) yang selalu berubah, maka dibutuhkan strategi yang juga dituntut untuk selalu dapat beradaptasi dengan perubahan. Dalam hal ini, riset pasar merupakan bahan bakar utama bagi upaya-upaya adaptasi yang

harus dilakukan.

Kebijakan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar juga sangat penting untuk diprioritaskan. Kebijakan ini ditujukan untuk mengantisipasi kecenderungan terjadinya kegagalan pasar yang kerap terjadi pada sektor pertanian. Selain itu, fungsi fasilitasi tentunya sangat dibutuhkan

untuk mengintegrasikan usahatani berskala kecil (tradisional) kepada alternatif-alternatif sistim transaksi moderen yang sedang mengalami pertumbuhan pesat pada saat ini.

Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai:

pengembangan manajemen resiko usahatani dan penciptaan iklim investasi usaha yang kondusif. Untuk itu, pemerintah daerah perlu menunjukan political will yang kuat dalam menunjang para pelaku agribisnis dengan dibuatnya program-program yang spesifik. Kebijakan dan program yang berkaitan dengan pengembangan pemasaran dilaksanakan melalui program

pemasaran hasil produk pertanian/perkebunan.

(c). Kebijakan yang berdasarkan strategi kelembagaan

Pada jangka panjang, pembangunan pertanian dalam dimensi institusional ditujukan pada terciptanya sistem cluster pada sektor pertanian.

Selanjutnya cluster akan berperan sebagai media dasar dalam mengembangkan kolaborasi antar stakeholders dalam rantai produksi komoditas. Kerangka kebijakan pendukung pencapaian tersebut disajikan pada matriks kebijakan selanjutnya.

Kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali fungsi

pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh kebutuhan sektoral, dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki kelembagaan pemerintah dalam sektor pertanian. Langkah tersebut diharapkan akan berdampak pada koordinasi yang baik diantara para pengambil dan pelaksana

kebijakan pengembangan pertanian. Selain itu, peningkatan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian diharapkan menjadi akselerator terbentuknya proses kolaborasi tersebut.

Selanjutnya, kebijakan harus didukung pula dengan kebijakan pengembangan sistem koordinasi usahatani. Keragaan usahatani memerlukan

dukungan yang bersifat lintas fungsional, administrasi dan disiplin disertai dengan penggunaan teknologi (teknik) di bidang manajemen yang akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja sektor pertanian di Kabupaten Bandung.

Kebijakan Rencana Tindakan

Penataan fungsi tugas pemerintah yang didasari

oleh kebutuhan spesifik

Pendidikan dan pelatihan teknis SDM

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan

Page 41: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

43

Kebijakan Rencana Tindakan

Peningkatan profesionalisme SDM

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan

Penetapan mekanisme keterkaitan lembaga peneltian dengan pelaku sektor

pertanian dan pasar

Peningkatan koordinasi dengan

lembaga penelitian (nasional dan

internasional) dan perguruan tinggi

(perencanaan kolaboratif)

Pengembangan sistem koordinasi dan komunikasi pertanian (E-Government)

Pengembangan lembaga pertanian di

pedesaan

Penyebaran informasi mengenai

program pembangunan pertanian

(partisipatif)

Peningkatan peran pengawasan

partisipatif program pembangunan

pertanian

Penciptaan proses pengambilan

keputusan yang bersifat kolaboratif

Mendorong berfungsinya cluster-cluster

komoditas pertanian

Pemberdayaan masyarakat kehutanan

Peningkatan partisipasi masyarakat

dalam perumusan kebijakan dan

program pemanfaatan hutan

Peningkatan kewirausahaan

masyarakat kehutanan melalui

pendidikan informal

Masih berkaitan dengan dimensi institusional, permberdayaan

masyarakat dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dan kehutanan merupakan komponen yang paling relevan mengingat konflik sumberdaya yang sering timbul di kedua subsektor ini. Pada subsektor perkebunan, peningkatan kapasitas pekebun-pekebun berskala kecil dan buruh perkebunan dapat dilakukan melalui optimasi penggunaan isu corporate social responsibility pada perusahaan perkebunan berskala besar; termasuk di dalamnya perusahaan perkebunan milik pemerintah.

Di dalam sub sektor kehutanan, optimasi pemanfaatan hutan dapat dilakukan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama masyarakat pinggiran hutan. Dengan rekayasa kelembagaan, diharapkan

masyarakat menjadi aktif dalam melakukan kegiatan konservasi serta mengalihkan ekstraksi sumberdaya hutan menjadi bentuk-bentuk jasa lingkungan. Rekayasa kelembagaan tersebut dapat diinisiasi dengan mengidentifikasi hukum adat atau norma yang berlaku lokal. Selanjutnya, penentuan pengelolaan hutan dapat diformulasikan bersama-sama seluruh

Page 42: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

44

stakeholders primer; sementara peningkatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan melalui beragam bentuk pendampingan dan advokasi.

(d) Kebijakan yang berdasarkan Pengelolaan Lingkungan

Target pencapaian pembangunan pertanian dan kehutanan berkelanjutan sebagaimana diuraikan di atas akan sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim yang telah menjadi isu global dan sangat berdampak terhadap kelangsungan pembangunan di masa yang akan datang. Perlu upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap

sumberdaya dan sistem produksi pertanian serta terhadap sosial ekonomi petani dan juga peningkatan kualitas lingkungan, terutama kualitas lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk menyiapkan antisipasinya diperlukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan iklim, inventarisasi dan delineasi

wilayah yang terkena dampak, serta penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan. Kebijakan ini tahun 2012, dilaksanakan melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Pembangunan pertanian didesain dengan mencermati perkembangan lingkungan global sebagai respon terhadap pembangunan yang menyeluruh di bidang lain di dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, perkembangan teknologi termasuk di dalamnya bioteknologi, serta perkembangan pasar domestik dan pasar dunia merupakan faktor yang

mendorong tumbuh kembangnya pertanian modern sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian modern yang dimaksud adalah pembangunan pertanian melalui pembangunan agribisnis dan agroindustri dengan penguatan pola kemitraan usaha tani dari industri hulu sampai industri hilir.

Di dalam memandang perencanaan pembangunan pertanian sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani, pembangunan harus diarahkan agar penduduk desa yang relatif miskin dapat menikmati buah dari kemajuan pembangunan nasional dan dapat memberdayakan dirinya sendiri untuk

berpartisipasi secara penuh di dalam proses pembangunan. Pemberdayaan itu juga diarhakan ke dalam suatu proses di mana rakyat dapat bergerak untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia yang disiapkan untuk memperbaiki kualitas hidup secara bertahap.

Saat ini terdapat kecenderungan dan perubahan paradigma untuk

mendesain pembangunan pertanian atas dasar perubahan dan perkembangan teknologi dan mekanisme pasar. Perubahan ini mendorong keseluruhan sektor ikut harus mampu mengubah arah dan strategi pembangunan termasuk di sektor pertanian.

Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi sumberdaya domestik, serta

peluang yang dimiliki, maka dapat dibuat arah pembangunan pertanian pada

masa datang di Kabupaten Bandung dengan tetap memperhatikan pola

perubahan yang terjadi di sepanjang proses kegiatan agribisnis melalui

program kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.

Page 43: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

45

Setiap program/kegiatan yang direncanakan ditujukan untuk mencapai

Rencana Kerja Lima Tahunan yang dievaluasi setiap tahun. Lebih lanjut,

untuk mencapai sasaran lima tahunan tersebut, perlu ditetapkan Rencana

Kerja Tahunan. Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari

Rencana Kinerja Lima Tahunan. Strategis pencapaian sasaran dan tujuan

tahunan dirancang ke dalam program/kegiatan tahunan. Pada tahun 2012,

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menyusun Rencana Tindak ke

dalam 8 program dan 22 kegiatan. Berikut Rencana Kerja Tahunan (RKT)

Tahun 2012, antara lain (tabel 2.3):

Page 44: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

46

Tabel 2.3. Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2012

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

PROGRAM/KEGIATAN

Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui

peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan

lokal

1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)

498.076

1. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija 2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil 3. Pengembangan Diversifikasi Pangan

4. Pengembangan Perbenihan/Pembibitan 5. Penyusunan Database Produk Pangan 6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi

Tepat Guna Pertanian/Perkebunan 7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Teknologi

Pertanian/Perkebunan Tepat Guna

- Jagung (Ton) 51.954

- Ubi Kayu (Ton) 52.186

2. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha) 61,85 - Jagung (kui/ha) 63,00 - Ubi Kayu (kui/ha) 110,65

3. Prosentase kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan

0,2 – 5%

4. Proporsi serangan OPT terhadap luas

tanam: - Padi - Jagung

15% 10%

5. Jumlah perluasan tanam yang telah menerapkan teknologi c. Padi

- SL-PTT

- SRI d. SL-PTT Jagung

1.500 ha

334 ha 1.250 ha

6. Prosentase luas tanam yang telah menerapkan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang

b. Penggunaan Benih Berlabel

61,11%

Page 45: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Lap

oran

Aku

nta

bili

tas

Kin

erja

201

2

47

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

PROGRAM/KEGIATAN

60,00%

Meningkatkan keunggulan komparatif dan

kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi

pertanian

1. Jumlah produksi komoditas unggulan: - Sayuran (ton) - Buah-buahan (ton) - Biofarmaka (ton)

- Tan. Hias (tangkai) - Kopi (ton) - Teh (ton) - Cengkeh (ton)

1.060.004 574.281

859.830 388.369

4.064 3.261

116

1. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian

2. Peningkatan Mutu, Produksi dan Produktivitas Produk Pertanian/Perkebunan

3. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Atas Hasil Produk Pertanian/Perkebunan

4. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/ Perkebunan 5. Pembangunan Pusat-pusat penampungan hasil

produk Pertanian/Perkebunan

6. Penyusunan database produk pangan 7. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering 8. Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi

Pertanian/Perkebunan 9. Pengembangan bibit unggul pertanian/ perkebunan

2. Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebun

a. Hortikultura b. Perkebunan

9 kelompok - kelompok

3. Jumlah kelompok usaha rumah kemasan dan UPH:

a. Hortikultura b. Perkebunan

2 kelompok 2 kelompok

Mengembangkan

usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan

1. Jumlah usaha agribisnis hasil non-kayu:

- Jamur - Lebah Madu - Ulat Sutera

1 unit 1 kel 1 kel

1. Pengembangan hasil hutan non kayu

2. Pembuatan benih/bibit kehutanan 3. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam

Rehabilitasi Hutan dan Lahan 2. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu -

3. Penanaman lahan kritis 4.415 ha

Page 46: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Kabupaten

Bandung adalah meningkatkan produktivitas usahatani tanaman pangan melalui pola kemitraan dan meningkatkan ketahanan pangan di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya produktivitas tanaman komoditas pertanian unggulan per hektar dalam satu kali tanam, berkembangnya usahatani padi dan palawija dengan pola kemitraan, dan tersedianya

pangan yang cukup dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan dan pangan olahan. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian ini, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mengajukan beberapa strategi perencanaan

pembangunan melalui kegiatan: 1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan;

2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian;

3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija;

4. Pengembangan Diversifikasi Pangan

5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering;

6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan;

7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan;

8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian /

Perkebunan;

Dengan upaya ini diharapkan mampu mencapai ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani dan gizi masyarakat yang seimbang sebagai prasyarat dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, juga meningkatkan usahatani pertanian dengan pola kemitraan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan indeks daya beli dan indeks kesehatan

masyarakat, terutama masyarakat tani di pedesaan. Adapun teknis pelaksanaan, sebagai berikut:

a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran

Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui

potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi

pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis

pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai

kelembagaan dan budaya lokal.

1) Seleksi peserta dan jenis usaha

Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan

penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta.

Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha

untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan

Page 47: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya menentukan

kegiatan selanjutnya.

2) Pelatihan Teknis Agribisnis

Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang

pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi

dan potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan

praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini

akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil

bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan

kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha.

b. Pemberian bantuan

Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi

atau kombinasi keduanya. Sebaiknya bantuan tersebut diberikan

secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan

produksi/pengolahan pangan/pertanian.

c. Pendampingan/pembinaan

Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan

pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan

teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan

selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan

pangan/pertanian sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam

proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit

dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada

dinas/instansi teknis terkait.

d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya

Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap

diberikan selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus

dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya

menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan

dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan

pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas

sesuai dengan bidangnya.

Adapun sasaran dari program peningkatan ketahanan pangan direncanakan tersebar di 31 kecamatan yang merupakan daerah sentra komoditas padi, palawija, dan hortikultura.

Sedangkan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah:

1. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan.

Page 48: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

2. Berkembangnya kegiatan perbenihan tanaman Pangan, hortikultura

dan perkebunan.

3. Berkembangnya daerah sentra produksi tanaman pangan,

hortikultura dan perkebunan.

4. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian

organik.

5. Berkembangnya usahatani organik di pedesaan.

Kegiatan agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu: subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi

pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat mesin pertanian, dan lain-lain); subsistem usahatani (on-farm agribusiness); subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness). Keberhasilan pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem agribisnis sangat tergantung pada tingkat kehandalan dari setiap komponen yang

menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan uluran dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsistem dalam sistem

agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumberdaya lingkungan serta sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan pengembangan sistem agribisnis tersebut, yang direncanakan tersebar di Kabupaten Bandung (31 kecamatan).

Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini, antara lain adalah :

1. Mendorong terbentuknya usaha agribisnis baru sebagai usaha

diversifikasi pangan;

2. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan standar-standar mutu

produk dan teknologi pengolahan hasil; dan

3. Terfasilitasi alat mesin pengolahan pasca panen hasil pertanian dan

sarana prasarana agribisnis.

Kegiatan Pengembangan sistem informasi manajemen pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:

- Terkumpul, terolah, dan teranalisanya data primer komoditas

Pertanian serta peramalan produksi pertanian

- Teridentifikasinya data potensi wilayah dan agroekosistem

- Berkembangnya manajemen database pertanian

- Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian yang tepat

sasaran.

Page 49: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian

tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2012, sebagai berikut:

Tabel 2.4. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2012

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target

1. Penyusunan Database potensi produk pangan daerah;

a. Tersusunnya database

potensi pengembangan

pertanian berbasis tanaman

pangan, hortikultura,

perkebunan;

- Luas Tanam - Luas Panen - Produksi - Produktivitas

b. Tersusunnya sasaran intensifikasi tanaman pangan dan hortikultura

4 dokumen 12 bulan

1 dokumen

2. Penanganan Pasca Panen dan

Pengolahan Hasil Pertanian

a. Terlaksananya sosialisasi

penerapan teknologi

pengolahan dan penanganan

pasca penen

b. Terlaksananya pelatihan

internal control system;

c. Terlaksananya temu usaha

padi organik;

d. Pelatihan penanganan dan

pengolahan hasil

e. Menurunnya jumlah

kehilangan hasil (lossis)

untuk komoditas serealia

dan palawija (terutama

komoditas padi;

f. Memfasilitasi stimulan alat

dan mesin pasca panen dan

pengolahan hasil;

40 orang

20 orang 20 orang 75 orang/ 3

kecamatan 0,2-5%

9 paket

3. Pengembangan a. Target Pencapaian hasil

Page 50: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target

Intensifikasi Tanaman Padi,

Palawija

produksi dan komoditas terutama padi dan palawija,

yaitu ; Padi Jagung

b. Target pencapaian produktivitas - Padi - Jagung

c. Penerapan teknologi pemupukan berimbang dan pengadaan benih padi

palawija; d. Penerapan teknologi

budidaya padi dengan metode System Rice Intensification (SRI) atau “pengelolaan tanaman terpadu /PTT”

e. Terlaksananya SLPTT; f. Terlaksananya sosialisasi

SLPTT g. Terlaksananya sosialisasi

dan bimbingan teknis SOP GAP Padi

h. Terlaksananya bimbingan

teknis penerapan SOP GAP Jagung

i. Terlaksananya bimbingan teknis pupuk berimbang

j. Terlaksananya pengembangan kelompok pengelola UPPO

498.076 ton 51.954 ton

61,85 kuin/ha 63,00 kuin/ha

168 hektar

10 kelompok 1.550 orang

60 orang 110 orang

100 orang

6 kelompok

4. Pengembangan diversifikasi pangan

a. Terlaksananya bimbingan

teknis SOP GAP Ubi kayu

b. Terlaksananya

pengembangan ubi kayu

45 orang

1 kecamatan

5. Pengembangan Pertanian pada Lahan

Kering

a. Target pencapaian produksi: - buah-buahan

- tanaman hias

b. Berkembangnya kelompok usaha hortikultura organik

c. Berkembangnya penangkaran

574.281 ton

388.369 tgk 1 kelompok

Page 51: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target benih stroberi

d. Berkembangnya penangkaran benih kentang

e. Berkembangnya kelompok usaha dan kel. Wanita tani

f. Terlaksananya pengembangan kelompok pengelola UPPO

1 kelompok

1 kelompok 5 kelompok 1 kelompok

6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan

a. Terlaksananya pemurnian

benih bersertifikat spesifikasi

lokalita;

b. Terfasilitasinya benih padi

cadangan daerah

1 varietas

11.500 kg

7. Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Pertanian/ Perkebunan

a. Target pencapaian produksi

komoditas perkebunan: - Kopi - Teh - Cengkeh

b. Terlaksananya penilaian

perkebunan bagi PBS dan PTP

c. Terlaksananya forum kemitraan bisnis antar para pelaku usaha perkebunan

d. Terlaksananya penyusunan simakit

e. Terlaksananya rapat koordinasi gangguan usaha

perkebunan f. Terlaksananya sosialisasi IBK

dan pengendalian OPT Perkebunan

4.064 ton 3.261 ton 116 ton 17 perusahaan

50 orang

1 paket 50 orang 50 orang

8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan mutu Produk Perkebunan

a. Berkembangnya budidaya tembakau rendah nikotin;

b. Berkembangnya industri pengolahan tembakau rakyat

15 hektar 4 kelompok

2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/

Perkebunan

Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis

Page 52: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

pada berbagai komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul

Adjid, D (2001), pasar adalah suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor pertanian. Stabilitas dan mekanisme pasar

termasuk ke dalam sasaran utama dalam menciptakan masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung.

Salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis adalah penataan

jaringan pemasaran guna meningkatkan posisi tawar petani dan Program peningkatan pemasaran bertujuan untuk mengembangkan dan menata jaringan pemasaran komoditas pertanian. Hal ini dirasakan perlu karena salah satu penyebab rendahnya nilai jual produk pertanian di tingkat petani di Kabupaten Bandung disebabkan oleh ketidakteraturan dan panjangnya

jalur pemasaran komoditas pertanian. Kegiatan-kegiatan ini direncanakan tersebar di 31 kecamatan di

Kabupaten Bandung. Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Mendorong terbentuknya rumah kemasan hasil pertanian serta

mendorong meningkat nya permintaan konsumen;

2. Mengembangkan pusat-pusat penampungan Komoditas Pertanian

skala kecil di pedesaan;

3. Terlaksananya promosi produk hasil pertanian; dan

4. Tertatanya/teraturnya jalur pemasaran komoditas pertanian.

5. Meningkatnya kesadaran serta pengetahuan petani akan produk

bermutu/unggulan pertanian serta teknologi terbaru beserta

penerapannya dalam bidang pertanian.

Pada tahun 2012, program peningkatan pemasaran hasil produksi

pertanian/perkebunan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi, dan merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas hortikultura dan tanaman pangan di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:

Tabel 2.5. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Kinerja

1. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi

Pertanian/Perkebunan;

a. Penyusunan database pelaku usaha agribisnis hortikultura;

b. Terlaksananya usaha

promosi produk

1 dokumen 2 kali

Page 53: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Kegiatan Sasaran Kegiatan Kinerja

unggulan hortikultura; c. Fasilitasi jaringan

kerjasama antara petani hortikultura dengan pelaku pasar melalui kegiatan temu investasi;

1 kali

2. Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan

unggul daerah

a. Terlaksananya pameran tingkat kabupaten

b. Terlaksananya pameran tingkat propinsi Jawa Barat

c. Terlaksananya pameran tingkat nasional (PF2N)

d. Terlaksananya festival stroberi

4 kali 1 kali

1 kali 1 kali

3. Pembangunan pusat-pusat penampungan

hasil produksi

a. berkembangnya kelompok usaha rumah

kemasan

4 kelompok

3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemberdayan sumberdaya pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman

pangan, hortikultura dan perkebunan adalah: a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan

kelompok tani tentang inovasi teknologi pertanian.

b. Mencukupi kebutuhan air yang terus meningkat dalam waktu, ruang,

jumlah serta mutu yang tepat sebagai akibat dari meningkatnya

jumlah penduduk dan pembangunan di segala bidang (industri,

pertanian, pariwisata dan lain-lain). Sedangkan ketersediaan air

relatif tetap dan bahkan pada daerah-daerah tertentu sumber daya

airnya cenderung menurun.

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui penerapan teknologi

hemat air.

d. Kelangkaan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau yang

telah menyebabkan beberapa areal pertanian (terutama lahan

sawah) di Kabupaten Bandung mengalami kekeringan.

e. Mencukupi kebutuhan alat mesin pertanian untuk kegiatan produksi

dan pengolahan hasil.

f. Mencukupi ketersediaan sarana produksi berupa pupuk, obat-obatan

dan pestisida.

Page 54: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, adalah

Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/ Perkebunan. Kegiatan Pengembangan Ketersediaan sarana prasarana pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:

- Terfasilitasinya dan terpeliharanya alat mesin pertanian pengolahan

produksi;

- Terbinanya dan berkembangnya pelayanan jasa alat mesin

pertanian;

- Terencananya kebutuhan pupuk, obat-obatan, dan pestisida;

Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pengairan hemat;

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi

tanaman unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah, kubis, alpukat, kopi, dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2012, sebagai berikut:

Tabel 2.6. Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Kinerja

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana

Teknologi Pertanian/Perkebunan;

a. Berkembangnya unit pelayanan jasa alsintan

(UPJA center) b. Terkendalinya serangan

OPT c. Terlaksananya forum

komunikasi revitalisasi

UPJA center; d. Terlaksananya

pengembangan desa PHT e. Penguatan brigade

proteksi tanaman f. Terlaksananya bimbingan

teknis perlindungan tanaman

1 kelompok

Minimal 95% 1 kali

1 desa 31 kecamatan

1 kali

2. Pemeliharaan rutin/ berkala sarana prasarana tek.

a. Terlaksananya pembangunan jaringan irigasi;

314 hektar

Page 55: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Kegiatan Sasaran Kegiatan Kinerja

pertanian/ perkebunan tepat guna.

b. Terlaksananya pembangunan jalan

usaha tani c. Pembangunan jaringan

irigasi air permukaan d. Terfasilitasinya

pembangunan rumah

kompos

1 km

4 lokasi 1 unit

4. Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan

Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan

diarahkan dalam pemenuhan: a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran

Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui

potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi

pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis

pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai

kelembagaan dan budaya lokal.

1) Seleksi peserta dan jenis usaha

Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan

penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta.

Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha

untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan

ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya menentukan

kegiatan selanjutnya.

2) Pelatihan Teknis Agribisnis

Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang

pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi

dan potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan

praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini

akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil

bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan

kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha.

b. Pemberian bantuan

Page 56: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi

atau kombinasi keduanya. Sebaiknya bantuan tersebut diberikan

secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan

produksi/pengolahan.

c. Pendampingan/pembinaan

Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan

pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan

teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan

selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan

hortikultura dan perkebunan sampai dengan pemasarannya. Apabila

dalam proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit

dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada

dinas/instansi teknis terkait.

d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya

Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap

diberikan selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus

dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya

menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan

dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan

pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas

sesuai dengan bidangnya.

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan digulirkan untuk meningkatkan optimalisasi produktivitas komoditas unggulan dan indeks pertanaman lahan sawah dan lahan kering Kabupaten Bandung.

Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, sebagai berikut: 1. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan;

2. Penyediaan sarana produksi pertanian dan perkebunan; dan 3. Peningkatan/Rehabilitasi saluran Irigasi.

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk mencapai sasaran:

- Meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian/perkebunan

unggulan Kabupaten Bandung yaitu dari tanaman hortikultura;

sayuran 1.060.004 ton; buah-buahan 574.281 ton; tanaman hias

388.369 tangkai; obat-obatan 859.830 ton; tanaman perkebunan;

teh 3.277 ton, kopi 4.087 ton, dan cengkeh 117 ton.

- (1) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis hortikultura

4 kelompok (2) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis

Page 57: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

komoditas kopi 3 kelompok; teh 2 kelompok; dan cengkeh 1

kelompok;

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2012, sebagai berikut:

Tabel 2.7. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi Pertanian/

Perkebunan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

1. Penyediaan Sarana Produksi

Pertanian dan Perkebunan;

a. Tercapainya produksi komoditas perkebunan; - Kopi - Teh - Cengkeh

b. Berkembangnya kelompok usaha agribisnis perkebunan - Kopi - Teh - Cengkeh

c. Berkembangnya penangkar benih komoditas perkebunan

d. Terfasilitasi sarana produksi perkebunan: - Benih kopi - Bibit kopi - Bibit teh - Bibit cengkeh

e. Berkembangnya kelompok usaha UPPO

f. Terbentuknya MPIG kopi java preanger Kabupaten

Bandung

4.064 ton 3.261 ton 116 ton

3 kelompok 2 kelompok 1 kelompok 1 kelompok

315.000 biji 32.000 pohon

11.250 pohon 9.000 pohon 1 kelompok 1 kelompok

2. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/ Perkebunan.

a. Tercapainya produksi komoditas hortikultura; - Sayuran - Buah-buahan - Tanaman hias

- Tanaman obat-obatan

b. Terlaksananya registrasi lahan kebun

c. Pengembangan sayuran

1.060.004 ton 574.281 ton 388.369 tangkai

859.830 ton 1,5% (2 kelompok)

Page 58: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

eksklusif paprika

d. Pengembangan agribisnis biofarmaka

e. Pengembangan kawasan buah-buahan

f. Berkembangnya kelompok

perbenihan kentang

1 kelompok

1 kelompok 100 hektar

1 kelompok

5. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan

Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan merupakan salah satu kebijakan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk memberikan alternatif usaha bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan, selain langkah tindak vegetatif. Pada tahun

2012, program ini ditujukan untuk: (1) pengembangan agribisnis jamur dan (2) pengembangan agribisnis lebah madu.

Tabel 2.8. Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Pengembangan hasil hutan non kayu

a. Berkembangnya agribisnis jamur

b. Berkembangnya agribisnis lebah madu

c. Terlaksananya penyusunan database pelaku usaha HHR dan HHBK

1 kelompok 1 kelompok 1 dokumen

6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk:

a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis;

b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan

melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRLK) melalui

Page 59: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

pemberdayaan masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan

peran aktif masyarakat;

c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Adapun sasaran yang diharapkan, adalah: a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman

pada lahan kritis seluas 4.415 hektar;

b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis;

c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari.

Tabel 2.9. Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Kegiatan Sasaran Kegiatan

1. Pembuatan

bibit/benih unggul

a. Pengembangan pembibitan hutan tanaman

untuk tanaman kayu-kayuan. Rehabilitasi Hutan

dan Lahan melalui; P2WKKS, TMMD, Lomba

Desa dan PKK serta Lomba Sekolah Sehat (UKS)

a. Fasilitasi sarana dan prasarana Pembuatan

Hutan Rakyat dan Hutan Kota;

b. Pelatihan dan bimbingan teknis pengelolaan

hasil hutan dalam pendukungan rehabilitasi

serta konservasi hutan dan lahan Serta

c. Penanaman lahan kritis seluas 4.415 hektar dan

ruang terbuka hijau seluas 0,5 hektar;

d. Tersusunnya pedoman rencana teknik lapangan

rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RTL-

RLKT)

2. Pembinaan

Pengendalian dan

Pengawasan GRHL

3. Peningkatan Peran

Serta Masyarakat

Dalam Rehabilitasi

Hutan dan Lahan

Page 60: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Gambaran Umum Target dan Realisasi Anggaran

3.1.1. Anggaran Pendapatan

Pada Tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar

Rp. 177.320.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Dua Puluh

Ribu Rupiah) dari hasil pengelolaan balai-balai benih. Sampai dengan bulan

Desember 2012, realisasi pendapatan dari 3 balai benih/kebun bibit

tersebut mencapai Rp. 177.985.000,- (Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta

Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 100,38% dari target

pendapatan yang ditetapkan atau peningkatan 0,38% serta bila

dibandingkan dengan Tahun 2011 terdapat kenaikan Rp15.085.000,- (Lima

Belas Juta Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau 9,26%.

Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya tahun

2012 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2012

No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi

(Rp) (%)

1 Balai Benih Padi Jelekong 115.785.000

115.785.000 100,00

2 Balai Benih Padi

Solokanjeruk

40.110.000 40.775.000 101,66

3 Balai Benih Buah Batu 21.425.000 21.425.000 100,00 J u m l a h 177.320.000 177.985.000 100,38

3.1.2. Anggaran Belanja

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2012

mendapatkan alokasi anggaran Belanja sebesar Rp19.896.529.063,-

(Sembilan Belas Miliar Delapan Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Lima Ratus

Dua Puluh Sembilan Ribu Enam Puluh Tiga Rupiah), yang terdiri dari

belanja tidak langsung Rp4.621.660.309,- dan belanja langsung

Rp15.274.868.754,-.

1. Belanja Tidak Langsung (BTL)

Page 61: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai

gaji pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian

mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp4.621.660.309,- atau 23,22% dari

total anggaran belanja. Dari target tersebut, terealisasi sebesar

Rp4.464.268.774,- (Empat Miliar Empat Ratus Enam Puluh Empat Juta Dua

Ratus Enam Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Tujuh Puluh Empat Rupiah)

atau 96,59 persen.

Tabel 3.2 Target dan realisasi Belanja Tidak Langsung

No Belanja Target (Rp) Realisasi

(Rp) (%)

1 Gaji dan Tunjangan 3.685.894.000

3.541.603.977

96,09

2 Tambahan Penghasilan PNS

935.766.309 922.664.797 98,60

J u m l a h 4.621.660.309 4.464.268.774 96,59

2. Belanja Langsung

Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung

peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada

tahun 2012, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp15.274.868.754,-

dan terealisasi sebesar Rp14.518.356.830,- atau 95,05% dari target yang

telah ditetapkan, yang terdiri dari belanja langsung SKPD Rp886.312.161,-

atau 95,27% dan belanja langsung urusan pilihan Rp13.632.044.669,- atau

95,03%. Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja SKPD Dinas

Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2012.

Tabel 3.2. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Tahun 2012

No. URAIAN TARGET

TA.2012 (Rp) REALISASI

TA.2012 (Rp) %

SISA ANGGARAN

I. BELANJA SKPD 903.332.000 886.312.161 95,27 44.019.000

1. Pelayanan

Administrasi Perkantoran

431.053.000 411.693.811 95,51 19.359.189

2. Peningkatan

Sarana dan Prasarana Aparatur

432.355.000 407.974.800 94,36 24.380.200

3. Peningkatan

Disiplin Aparatur

24.265.000 23.984.550 98,84 280.450

4. Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Kinerja Dan

42.659.000 42.659.000 100,00 -

Page 62: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Keuangan

Belanja Langsung Pilihan

Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar

Rp14.344.536.754,- yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 6

program dan 20 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber dari APBD

Kabupaten Bandung Tahun 2012 sebesar Rp12.474.591.849,-; Dana Alokasi

Khusus (DAK) bidang Kehutanan sebesar Rp1.310.920.000,-, dan Dana

Bagi Hasil Cukai Tembakau APBN 2012 sebesar Rp559.024.905,-. Total

realisasi anggaran Belanja Langsung Pilihan sebesar Rp13.632.044.669,-

dan terdapat sisa anggaran sebesar Rp712.492.085,-. Perincian belanja

dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Page 63: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

53

Tabel 3.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Tahun 2012

Program dan Kegiatan Target

Anggaran (Rp)

Realisasi Anggaran

(Rp)

Prosentase

(%)

Sisa Anggaran

(Rp) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

1. Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis 281.000.000 281.000.000 100,00 -

Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pert./Perkebunan 5.124.466.905 4.904.117.730 95,70 220.349.175

1. Penyusunan Data Base Potensi Produk Pangan 404.000.000 403.301.000 99,83 699.000

2. Penanganan Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil Pertanian 402.000.000 393.882.500 97,98 8.117.500

3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija 1.401.875.000 1.388.322.325 99,03 13.552.675

4. Pengembangan Diversifikasi Tanaman 86.400.000 83.871.000 97,07 2.529.000

5. Pengembangan Pertanian Pada Lahan Kering 1.284.135.000 1.249.196.690 97,28 34.938.310

6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan 350.000.000 348.284.650 99,51 1.715.350

7. Penelitian dan Peng. Sumber daya Pertanian/Perkebunan 637.032.000 632.153.650 99,23 4.878.350

8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan/Pertanian 559.024.905 405.105.915 72,47 153.918.990

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/perkebunan. 1.034.300.000 1.027.442.650 99,34 6.857.350

1. Penelitian Dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/perkebunan. 75.000.000 75.000.000 100,00 -

2. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/perkebunan Unggulan Daerah 625.000.000 620.991.450 99,36 4.008.550

3. Pembangunan Pusat-Pusat Penampungan Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan 334.300.000 331.451.200 99,15 2.848.800

Program Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan 1.943.650.000 1.818.502.250 93,56 125.147.750

1. Pengadaan Sarana & Prasarana Tehnologi Pert./Perkebunan 1.285.525.000 1.161.417.500 90,35 124.107.500

2. Pemeliharaan Rutin/Berkala sarana dan prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan 658.125.000 657.084.750 99,84 1.040.250

Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 2.162.700.000 2.111.288.150 97,62 51.411.850

1. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan 1.157.400.000 1.124.418.500 97,15 32.981.500

2. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan 1.005.300.000 986.869.650 98,17 18.430.350

Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan 300.000.000 297.422.050 98,17 2.577.950

1. Pengembangan hasil hutan non kayu 300.000.000 297.422.050 98,17 2.577.950

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 3.433.803.000 3.127.655.589 91,08 306.147.911

1. Pembuatan Benih/Bibit tanaman Kehutanan 230.000.000 216.369.250 94,07 13.630.750

2. Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan GRLK 1.528.775.000 1.308.608.839 85,60 220.166.161

3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan 1.675.028.500 1.602.677.500 95,68 72.351.000

Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan 64.616.349 64.616.250 100,00 99

Page 64: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

54

1. Sosialisasi Pencegahan dan Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan 64.616.349 64.616.250 100,00 99

Page 65: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

55

3.2. Analisis Pengukuran Kinerja

Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung maka

perlu dilakukan pengukuran kinerja. Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten dilakukan terhadap:

(a) Tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian

target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang

telah ditetapkan berdasarkan Rencana kerja tahunan dan rencana strategis

lima tahunan.

(b) Kinerja kegiatan , yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana

tingkat capaian) dari setiap kelompok indikator kinerja kegiatan, dan

langkah-langkah kegiatan.

Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian yang

sistematik didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa masukan,

keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari

proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran dan

hasil.

3.2.1. Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2012

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian

di Kabupaten Bandung tahun 2012, yang telah ditetapkan dalam Indikator

kinerja utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan

beberapa langkah rencana tindak tahun 2012 ke dalam 8 program dan 22

kegiatan. Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan tersebut,

indikator kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis.

Sasaran Strategis 1

Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan

produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal

Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah

meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan

komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah

perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga,

Page 66: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

56

terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan. Keadaan ini dicirikan

antara lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang

terjangkau oleh daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi

konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas

pangan, baik produk segar maupun produk olahan.

Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah

tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai

usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu,

peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi

teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga

teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti

yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada,

baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan

pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan

dengan tahun 2012 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan,

ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan

pada tahun 2012 ini.

Tabel 3.3 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2012

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALISASI %

Meningkatkan swasembada

pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan

komoditas pangan unggulan lokal

5. Jumlah produksi komoditas tanaman

pangan unggulan: - Padi (ton)

498.076

552.096

110,83

- Jagung (Ton) 51.954 50.687 97,56 - Ubi Kayu (Ton)

52.186 120.923 231,72

6. Jumlah produktivitas komoditas tanaman

pangan: - Padi (kui/ha)

61,85

63,66

102,9

3 - Jagung (kui/ha)

58,10

59,03 101,6

0 - Ubi Kayu (kui/ha)

110,65 183,55 165,8

8

Page 67: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

57

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALISASI %

7. Prosentase

kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan

0,2 – 5%

0,4%

100,00

8. Proporsi serangan OPT terhadap luas tanam: - Padi

- Jagung

15%

10%

13%

11%

115,38

90,91

9. Jumlah perluasan tanam yang telah menerapkan teknologi

e. Padi - SL-PTT (ha) - SRI (ha)

f. SL-PTT Jagung (ha)

1.500

334

1.250

16.000

1.000

1.350

996,67

299,40

108,00

10. Prosentase luas tanam yang telah menerapkan teknologi: c. Penggunaan Pupuk

Berimbang d. Penggunaan Benih

Berlabel

61,11%

60,00%

62,92%

68,32%

102,94

113,87

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang

diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami

pertumbuhan positif dan melebihi target kinerja yang telah ditetapkan.

Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai Desember 2012 ini mencapai

552.029 ton GKG atau dengan peningkatan Produksi sebesar 110,83% dari

target atau mencapai 116,07% dari tahun 2011 dengan produktivitas

sebesar 63,66 kuintal/hektar. Pencapaian ini melebihi target yang telah

ditetapkan yang disebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis

dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi serta penurunan

persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan

hasil.

Page 68: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

58

Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 87.862 ton (Jagung

pipilan kering dan jagung yang dipanen muda/basah/sayur). Jagung Pipilan

keringnya sebesar 50.687 ton. Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua

bentuk produk yang jagung dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan

kering. Pada tahun 2012, petani lebih menginginkan panen muda karena

dari sisi ekonomi lebih cepat pergulirannya.

Dalam Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa peningkatan padi di Kabupaten

Bandung tahun 2012 ini terjadi dalam peningkatan produksi dan

produktivitas per satuan luas bila dibandingkan dengan realisasi MT.

2010/2011 dan MT. 2011 dan target tahun 2012. Hal ini dikarenakan kondisi

iklim pada MT. 2012 lebih bersahabat untuk membudidayakan padi/

tanaman pangan lainnya, walaupun pada beberapa titik sentra produksi

mengalami puso akibat kekeringan. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman

padi. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi

jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif.

Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap

pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa

diminimalisasi melalui peningkatan IP dan produktivitas komoditas,

disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi

Tanaman).

Tabel 3.4. Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2012

No Uraian Komoditi Realisasi

2011 (Ha)

Target 2012 (Ha)

Realisasi 2012 (Ha)

Perkembangan Realisasi Thdp

Target 2012

% thdp 2011

A PADI

1 Padi Sawah

Luas Tanam (ha) 74.171 75.770 78.969 104,22 106,47

Luas panen (ha) 71.055 73.607 78.029 106,01 109,81

Produksi (ton) 450.652 477.848 518.032 108,41 114,95

Produktivitas (kwt/ha) 63,50 64,92 66,39 102,27 104,55

2 Padi Gogo

Luas Tanam (ha) 7.137 5.956 7.950 133,48 111,39

Luas panen (ha) 6.231 5.377 7.885 146,64 126,54

Produksi (ton) 22.337 20.228 33.997 168,07 152,20

Produktivitas (kwt/ha) 35,85 37,62 43,12 114,62 120,28

JUMLAH PADI

Luas Tanam (ha) 81.308 81.726 86.919 106,35 106,90

Luas panen (ha) 77.286 78.984 85.914 108,77 111,16

Produksi (ton) 472.989 498.076 552.029 110,83 116,71

Page 69: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

59

No Uraian Komoditi Realisasi

2011 (Ha)

Target

2012 (Ha)

Realisasi 2012 (Ha)

Perkembangan

Realisasi Thdp Target 2012

% thdp 2011

Produktivitas (kwt/ha) 61,20 63,06 63,66 100,95 104,02

B PALAWIJA

1 Jagung

Luas Tanam (ha) 11.931 12.911 13.101 101,48 109,81

Luas panen (ha) 9.115 10.329 8.587 83,13 94,21

Produksi (ton) 51.039 51.954 50.687 97,56 99,31

Produktivitas (kwt/ha) 55,99 58,10 59,03 101,60 105,43

2 Kedelai

Luas Tanam (ha) 4 185 48 25,95 1.200,00

Luas panen (ha) 64 175 44 25,15 68,75

Produksi (ton) 95 273 67 24,73 70,53

Produktivitas (kwt/ha) 14,84 15,03 15,34 102,06 103,37

3 Kacang Tanah

Luas Tanam (ha) 1.297 2.145 1.673 77,98 128,99

Luas panen (ha) 1.308 2.038 1.655 81,21 126,53

Produksi (ton) 2.202 3.018 2.853 94,53 129,56

Produktivitas (kwt/ha) 16,83 14,81 17,24 116,41 102,44

5 Ubi Kayu

Luas Tanam (ha) 6.674 6.483 6.540 100,88 97,99

Luas panen (ha) 7.565 6.159 6.588 106,97 87,09

Produksi (ton) 144.990 118.013 120.923 102,47 83,40

Produktivitas (kwt/ha) 191,66 110,65 183,55 165,88 95,77

6 Ubi Jalar

Luas Tanam (ha) 1.965 2.140 1.737 81,17 88,40

Luas panen (ha) 2.618 2.033 1.820 89,52 69,52

Produksi (ton) 37.692 26.501 26.503 100,01 70,31

Produktivitas (kwt/ha) 143,97 130,35 145,62 111,71 101,15

JUMLAH PALAWIJA

Luas Tanam (ha) 21.871 23.864 23.099 96,79 105,61

Luas panen (ha) 20.670 20.734 18.694 90,16 90,44

Produksi (ton) 236.018 213.867 201.032 94,00 85,18

Produktivitas (kwt/ha) 114,18 103,15 107,54 104,26 94,18 Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2012

Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal

melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan

lokal” untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan adalah

1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana

produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida,

benih serta sarana dan prasarana lainnya.

2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.

3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi

teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan

Page 70: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

60

Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan

pupuk berimbang.

4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.

5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.

Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas

pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam

pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di

Kabupaten Bandung. Grafik Indeks Pertanaman (IP) dibawah menunjukkan

adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009, 1,98 di tahun 2011

menjadi 2,01 pada Tahun 2012 dan produktivitas padi meningkat dari 55,63

kuintal/ha di tahun 2005 menjadi 61,20 kuintal/ha di tahun 2011 dan 63,66

kuintal/ha pada Tahun 2012.

Gambar 3.1 perkembangan produktivitas padi Kabupaten Bandung

55,36000

61,2000

63,66000

050

052

054

056

058

060

062

064

066

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pro

du

ktiv

itas

(K

uin

/ha)

Page 71: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

61

Gambar 3.2 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung

Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana

produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta

sarana dan prasarana lainnya

1. Pupuk

Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan

pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun

meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan

tetapi pada tahun 2012 ini penggunaan pupuk kimia mulai dikurangi dengan

tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan kata lain

untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara sedikit demi

sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi

maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan

unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa

membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman. Cara yang

ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali

penggunaan pupuk organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos

maupun buatan pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun

dengan cara melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk an

1,92

1,971,98

2,01

1,86

1,88

1,9

1,92

1,94

1,96

1,98

2

2,02

2009 2010 2011 2012

Ind

eks

Pe

rtan

aman

(IP

)

Page 72: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

62

organik dan pupuk organik. Realisasi penyaluran pupuk tahun 2012 dapat

dilihat pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Realisasi Penyaluran Pupuk Pada Tahun 2012

No Jenis Sarana Produksi

Realisasi

Tahun 2011 (Ton)

Sasaran Tahun 2012

Realisasi Tahun 2012

Perbandingan Realisasi terhadap

Target 2012

1 Urea 39.489 41.000 26.289,20 64,12

2 SP- 36 (Superphos) 5.445 7.500 3.638,00 48,51

3 ZA 5.885 7.000 5.152,00 73,60

4 NPK Kujang 2.018 3.500 1.725,00 49,29

5 NPK Ponska 11.660 15.000 12.014,00 80,09

6 Petro Organik 1.310 3.500 1.076,00 30,74 Sumber: Bidang Pangan dan Hortikultura DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012

Lebih lanjut, sebagai upaya penerapan pupuk organik,

pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah

kompos menjadi prioritas. Disamping mensosialisasikan penggunaan kembali

pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan melalui pemanfaatan

kembali limbah peternakan dan pertanian, juga memberikan alternatif usaha

bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis. Langkah strategis yang

telah dilakukan sampai dengan Tahun 2012, adalah:

1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-alat

pengolahan pupuk organik.

2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi

pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.

3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten

Bandung (KP3)

Fasilitasi pengembangan unit pengolahan pupuk organik dialokasikan dari

anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian Tahun 2012

pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sarana dan Prasarana dan APBD

Kabupaten Bandung Tahun 2012.

Tabel 3.6 Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik

No Jenis Sarana Volume Lokasi 1. Rumah Kompos 4 unit Solokanjeruk, Paseh,

Bojongsoang, Pameumpeuk

2. Alat Pengolahan Pupuk Organik 12 unit Paseh, Bojongsoang, Pasirjambu,

Pameumpeuk, Solokanjeruk,

Rancabali dan Cangkuang

Sumber: Bidang Teknis Distanbunhut, 2012

Page 73: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

63

Melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik,

Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung

Papakmanggu Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil

menyalurkan pupuk organik kurang lebih 7.000 Ton/tahun. Penyaluran

produk pupuk organik tersebut tersebar dari Kabupaten Bandung,

Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang, juga telah bekerjasama

dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai pasar/pengguna produk.

Gambar 3.2 Unit Pengolahan Pupuk Organik KUEP Taruna Mukti

2. Pengelolaan Benih

Kegiatan pada tahun 2012 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan hanya membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam

melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar

benih. Selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

di Solokan Jeruk dan Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian

Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau

penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada Tahun 2012, telah

dapat menyalurkan benih padi sebanyak 421,25 Ton dan 20,25 Ton benih

jagung, yang terdiri dari: 35 Ton dari APBD Kabupaten Bandung sebagai

Page 74: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

64

Cadangan Benih Daerah (CBD) stimulan bencana alam dan pengembangan

untuk 1.400 hektar dan dari BLBU dan CBN sebanyak 262,5 Ton untuk SL-

PTT padi non hibrida; 93,75 Ton SL-PTT padi lading; 30 Ton untuk SL-PTT

padi Hibrida; dan 20,25 Ton untuk SL-PTT Jagung.

Lebih lanjut, pada Tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan telah melakukan penjajakan kerjasama dengan BATAN untuk

melakukan pelepasan varietas padi lokal Kabupaten Bandung, yakni varietas

Jembar. Kerjasama tersebut di mulai dengan uji multi lokasi dan uji adaptasi

di beberapa titik di Kabupaten Bandung dan beberapa titik di luar Kabupaten

Bandung, yang langkah selanjutnya akan dilaksanakan pada Tahun 2013.

Disamping itu pula dalam upaya mengejar penyerapan teknologi pertanian,

UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk

disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan

menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak

ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah

Varietas Ciherang (60%), Sintanur (3%), Mekongga (17%), IR-64 (10%)

dan benih Lokal sebanyak 10%.

3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian

Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian

ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan

mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan

kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara

manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator.

Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun

dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun

demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus

dikembangkan karena semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan

terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan

alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan

kualitas produk pertanian. Pada tahun 2011 ini jumlah alat mesin pertanian

yang diberikan ke tingkat petani mengalami sedikit penurunan seperti pada

tahun 2012, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun sebelumnya

masih ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan untuk

pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut.

Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat

berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani,

Page 75: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

65

pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus

bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis

pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para

generasi muda agar tidak merasa minder dalam bergumul dengan lumpur

dan bercinta dengan tanah dan terus bekerja pada sektor pertanian dalam

merajut masa depan keluarga.

Pada tahun 2012, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat

mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan mengembangkan Unit Pelayanan Jasa Alsintan yang bertujuan

untuk mengelola dan memelihara alat dan mesin pertanian yang telah ada di

lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan

alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal

tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi

petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya

dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan

mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA.

Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka

penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya

pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan

pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya

intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara individu yang kurang

menguntungkan.

Tabel 3.7. Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani

Kabupaten Bandung Tahun 2011 dan Tahun 2012

No Jenis Alsintan

Tahun 2011 (Unit) Tahun 2012 (Unit)

Total

Yang

dapat

digunakan

Rusak Total Yang dapat

digunakan Rusak

1 Alat Pengolahan Lahan 456 402 54 593 539 54

2 Alat Pemupukan 243 135 108 243 135 108

3 Alat Pemberantasan OPT 46.472 45.669 803 46.556 45.753 803

4 Pompa Air 425 411 14 571 533 38

5 Sabit Bergerigi 219 194 25 998 987 11

6 Alat Pengolah Padi 1.700 1.664 143 1.726 1.519 207

7 Alat Pengolah Jagung 18 18 0 18 18 0

8 Alat Pengolah Non Jagung 154 135 19 154 135 19

9 Perajang 3 3 0 3 3 0

10 Grader 409 363 46 409 363 46

Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT; Statistik DISTANBUNHUT Kab. Bandung 2012.

Page 76: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

66

Pada Tahun 2012, pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas

Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah memberikan stimulan berupa

alat mesin pertanian kepada kelompok tani sebagai langkah dalam

pengembangan UPJA, berupa alat dan mesin baik pada sub sistem on-farm

maupun sub sistem pasca panen dan pengolahan hasil. Hal tersebut

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha kelompok

tani. Stimulan alat dan mesin tersebut berupa:

1. Traktor sebanyak 89 unit, terdiri dari 13 unit berasal dari APBD

Kabupaten Bandung; 26 unit dari APBD Provinsi Jawa Barat; dan 50

unit dari APBN Kementerian Pertanian.

2. Alat pengendalian OPT berupa hand sprayer, emposan, dan power

sprayer sebanyak 92 unit yang berasal dari APBD Kabupaten

Bandung.

3. Alat dan mesin perbengkelan pertanian sebanyak 2 paket.

Lebih lanjut, pengembangan UPJA di Kabupaten telah dilaksanakan di

Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay. Kedua UPJA center tersebut

diharapkan dapat memberikan efek positif untuk menjawab kebutuhan

masyarakat tani akan alat dan mesin pertanian.

4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah

pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan

seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani

bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi

kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan

bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi

Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten Bandung

pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara

cepat, tepat, dan akurat.

Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas

sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi

pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan

OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT

(POPT) dinas dan para petani di desa dan kecamatan se-Kabupaten

Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera ditangani secara cepat

dan tepat dengan memotong jalur koordinasi/birokrasi. Teknologi

pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips

Barrier System; (3) Agen hayati.

Page 77: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

67

Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan

BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk

mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade

proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari

serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan

puso. Berikut stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian OPT, yang

berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:

Tabel 3.8 Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2012

No Sarana Volume

1. Sarana pengendali agen hayati

a. Trichogaamma sp

b. metharizium sp

c. Beauveria sp

900 pias

800 bungkus

800 bungkus

2. Teknologi trip barrier system 40 paket

3. Obat-obatan pengendalian OPT

a. Rodentisida anti oagulan

b. Insektisida

c. Fungisida

d. Rodentisida/pengasapan

300 kg

300 kg

250 kg

40 kg Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT

Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian

1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan

Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya

ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan

diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan

Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa

tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat

usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan

tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian

urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan

Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan

pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan

jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi

tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian.

Page 78: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

68

Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung

dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara

jumlah volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari

periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi

ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu

fluktuasi tinggi, Sedang dan Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki

oleh Kabupaten Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah hujan.

Untuk pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan

pengambilan utama berupa bendungan, embung dan bangunan irigasi-

irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain untuk

mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik.

Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang

ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung

No

Lokasi Nama

Sungai/

DAM

Volume

(Juta m3) Kecamatan Desa

1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947

- Buninagara - Leuwikuya 97,4462

2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -

3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745

4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326

5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567

- Banyusari -

Kiarawuyeuh

8,7039

- Juntigirang - Juntihilir 6,5847

- Banyusari - Baros 2,1192

6 Majalaya - Wangisagara -

Wangisagara

63,8793

7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105

8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452

9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848

10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125

16 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811

Page 79: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

69

Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan

dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada

melalui JIDES dan JITUT, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim

kemarau dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur

pantek serta embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini

adalah untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi

dampak bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya pemeliharaan saluran

irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung,

APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN.

Pada Tahun 2012, ada beberapa kegiatan pengelolaan air irigasi

tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni

kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Rehabilitasi Jaringan

Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT), pembangunan embung; dan revitalisasi

kelembagaan pengelolaan air irigasi - P3A mitra cai -.

a. Alokasi anggaran dari APBD Kabupaten Bandung

1. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES) seluas 25 hektar di Kecamatan

Solokanjeruk; 2. Rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT) seluas 60 hektar di

Kecamatan Cileunyi; 3. Pembangunan jaringan irigasi air permukaan, berupa rumah pompa

sebanyak 6 unit di Kecamatan Bojongsoang, Solokanjeruk, Baleendah,

Cikancung, Ciparay, dan Rancaekek; 4. Stimulan pompa air sebanyak 23 unit; 5. Revitalisasi P3A Mitra Cai.

b. Alokasi anggaran dari APBD provinsi Jawa Barat

Revitalisasi kelembagaan pengelola air irigasi menjadi prioritas utama.

c. Alokasi anggaran dari APBN Kementerian Pertanian

1. Rehabilitasi jaringan irigasi seluas 1.000 hektar di Kecamatan

Cangkuang, Kutawaringin, Pameungpeuk, Rancaekek, Cicalengka,

Solokanjeruk, Majalaya, Ciparay, Paseh, Cikancung, Nagreg, Ibun,

Baleendah, Bojongsoang, Pacet, Katapang, Pasirjambu, Cimaung,

Cileunyi.

2. Pengelolaan Lahan

Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan

bagi pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan,

sehingga dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan berproduktif.

Page 80: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

70

Lebih lanjut, pengotimalisasi lahan tersebut termasuk pembangunan

infrastruktur dasar – jalan, optimalisasi, konservasi –.

Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang

dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk menjaga

dan mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah strategis yang

dilakukan bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN Kementerian

Pertanian, yang meliputi:

i. Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani

Pada Tahun 2012, rehabilitasi jalan usaha tani dilakukan di

Kecamatan Pacet sebanyak 1 km

ii. Optimalisasi lahan tidak produktif, yang dilaksanakan seluas 500 hektar dengan mengembangkan budidaya pertanian tanaman pangan alternatif, seperti ubi kayu

Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi

budidaya tanaman

Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa pada tahun 2012

penerapan teknologi budidaya pertanian terutama padi dan palawija melalui

metode PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) mengalami kenaikan dalam

skala presentase di tingkat petani terutama dalam hal pemupukan

berimbang, begitupun dalam hal penggunaan benih bermutu, namun

demikian ternyata penggunaan benih bermutu pun terkadang hasilnya tidak

signifikan ini dimungkinkan karena benih tersebut tidak sesuai dengan iklim

mikro di tempat/lahan para petani itu berada. Penerapan teknologi pertanian

tanaman pangan melalui metode PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) di

tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Penerapan Teknologi di Tingkat Petani thn 2011-2012

No Metode Teknologi Penerapan Tahun

2011 (Ha)

Penerapan Tahun

2012 (Ha)

Perkembangan Tahun 2012

thdp 2011

1 Pupuk Berimbang 11.650 22.637 194,31 2 Benih

Bermutu/Berlabel 12.433

24.477 196,87

3 Penerapan SRI 700 1.000

142,86

4 S L P T T 15.200 16.600 109,21

Page 81: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

71

Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012

Berdasarkan data Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa desiminasi teknologi

khususnya pada peningkatan produktivitas tanaman pangan dapat dikatakan

telah menyebar hampir ke seluruh kawasan/lahan pertanian terutama lahan

sawah di Kabupaten Bandung. Hal ini terbukti penggunaan pupuk berimbang

dan benih bermutu/berlabel meningkat dari luas lahan sawah yang telah

menerapkan teknologi pupuk berimbang 11.650 hektar menjadi 22.637

hektar pada tahun 2012 atau 62,92% dari total luas lahan sawah di

Kabupaten Bandung dan 12.433 hektar luas lahan sawah yang menerapkan

teknologi benih bermutu/berlabel menjadi 24.477 hektar pada Tahun 2012

atau 68,31% dari total luas lahan sawah.

Lebih lanjut, 16.600 hektar atau 46,14% dari total luas lahan sawah

telah mengikuti dan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT). SL-PTT tersebut termasuk didalamnya SL-PTT padi sawah non

hibrida, padi sawah hibrida, padi ladang, dan SL-PTT jagung. 1.000 hektar

juga telah menerapkan teknologi System Rice of Intensification (SRI) yang

merupakan cikal bakal pengembangan padi organik di Kabupaten Bandung.

Pada Tahun 2012, Penerapan SRI fokus pengembangan pertanian di

Kecamatan Bojongsoang, Ciparay, Baleendah, Banjaran, dan Solokanjeruk,

yang memberikan dampak positif bagi petani. Petani secara antusias

mengembangkan pertanian padi organik. Jumlah kelompok tani yang telah

mendapat sertifikasi organik dari Inofice sebanyak 2 kelompok di Kecamatan

Ciparay dan Bojongsoang. Salah satu diantaranya telah mendapatkan

kerjasama dengan eksportir PT. Amazing Farm dan PT. Sarinah Agro Mandiri

dalam hal pemasaran, yaitu Kelompok Tani “Organik Sarinah” Kecamatan

Ciparay dengan produksi rata-rata 11,44 kuintal/ha GKP. Lebih lanjut, untuk

meningkatkan keberdayaan kelembagaan pertanian organik di Kabupaten

Bandung, khususnya di wilayah Kecamatan Ciparay dibentuk “Asosiasi

Organik”. Penerapan SRI tersebut dari sisi harga produk mengalami

peningkatan. Dari semula harga jual gabah sebesar + Rp3.500 per kg

dengan konvensional menjadi + Rp5.000/kg dan dalam bentuk beras

kemasan dijual + Rp15.000/kg.

Page 82: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

72

Gambar 3.2 pengembangan pertanian organik Kelompok tani Sarinah

Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada

tahun 2012 untuk komoditas padi dan jagung memperlihatkan

perkembangan yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat

dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan

serta pengolahan pasca panennya. Berdasarkan data yang ada, tingkat

kehilangan hasil komoditas padi pada tahun 2011 dalam penanganan pasca

panen mencapai 11,15% dan pada tahun 2012 ini menurun 0,75% menjadi

10,75%. Sedangkan pada komoditas jagung angka kehilangan hasil tahun

2010 sebesar 4,20% menurun menjadi 4,17% pada tahun 2011 (turun

0,03%), ditunjukkan pada Tabel 3.11. Nilai-nilai penurunan kehilangan hasil

tersebut diukur pada kelompok tani yang mendapatkan intervensi bantuan.

Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya

penggunaan alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat kesadaran

petani dan ketrampilan petani yang semakin meningkat sejalan dengan

Page 83: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

73

upaya pembinaan yang cukup intensif dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bandung.

Tabel 3.11 Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung

Tahun 2010, 2011, dan 2012.

No

Komponen

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Padi Jagun

g Padi

Jagung

Padi Jagun

g

1 Panen 2,42 0,29 2,35 0,29 0,58 0,27

2 Perontokan 3,91 2,77 3,35 2,76 3,33 2,76

3 Pengeringan 2,83 0,72 3,03 0,71 3,83 0,70

4 Pengilingan 2,36 0,42 2,42 0,41 3,01 0,41

JUMLAH 11,52 4,20 11,1

5 4,17

10,75

4,14

Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012

Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Bandung yang didukung

oleh anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian dan APBD

Provinsi Jawa Barat telah memberikan stimulan barang dan peningkatan

keterampilan dan pengetahuan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil

sebagai upaya dalam pengembangan dan pemberdayaan kelompok-

kelompok pengolahan hasil berbasis komoditas tanaman pangan, berupa:

1. Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 2 paket di Kecamatan Ciparay dan

Rancaekek;

2. 2 unit power thresher multiguna di Kecamatan Nagreg dan

Cikancung;

3. Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 18 unit di

Kecamatan Ciparay, Cimaung, Bojongsoang, Cangkuang, dan

Margaasih;

4. Combine harvester sebanyak 2 unit di Kecamatan Kutawaringin dan

Ciparay;

5. Mesin pengering vertical sebanyak 1 unit di Kecamatan Bojongsoang.

Sasaran Strategis 2

Page 84: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

74

Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk

pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi

ekonomi pertanian

Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-

kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan

perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan

perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan

tertentu. Pengembangan Kawasan Pertanian menekankan transformasi

desa-desa dengan memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam

lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan

lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah.

Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah

menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan

perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan

didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang

memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RTRW

Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki peluang komparatif dan kompetitif.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis

2 seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta

yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan

pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila

dibandingkan dengan tahun 2012 maupun terhadap sasaran/target yang

telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam

pelaksanaan kegiatan pada tahun 2012 ini.

Tabel 3.12 pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2012

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

Kinerja Realisasi %

Meningkatkan keunggulan komparatif dan

kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian

4. Jumlah produksi komoditas unggulan: - Sayuran (ton)

- Buah-buahan (ton)* - Biofarmaka (ton)* - Tan. Hias (tangkai) - Kopi (ton) - Teh (ton) - Cengkeh (ton)

1.060.004

574.281 859.830 388.369

4.064

3.261

116

783.488

184.842 399.729 1.070.4

48

6.362 3.124

62

73,91

32,18

46,49

275,63

156,54

95,80

53,45

Page 85: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

75

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja

Realisasi %

5. Jumlah kelompok tani

yang telah memiliki registrasi kebun

a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel)

9

-

11

-

122,22

100,00

6. Jumlah kelompok usaha

rumah kemasan dan UPH:

a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel)

2

2

8

7

400

350

Keterangan: *) data sampai dengan triwulan II (Juni 2012)

Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan

Perkebunan

Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya

komoditas hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten

Bandung tahun 2012 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan walaupun

menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan alam yang

cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain iklim tersebut

membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan

komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu

menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga

dan terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan internal diantaranya adalah

peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan

produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang

penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan dengan isu-isu

tentang kaidah-kaidah konservasi.

Berikut diantaranya peningkatan produksi dari komoditas hortikultura

dan perkebunan antara lain; kentang dari 110.793 ton menjadi 131.007 ton,

bawang merah dari 20.887 ton menjadi 39.222 ton, produksi tomat dari

94.124 ton menjadi 94.486 ton, strawberry produksinya naik 429,9%, dari

35.342 ton menjadi 151.959 ton serta produksi tanaman perkebunan rakyat

yaitu; teh 15.708,50 ton naik 100,07% (bahan mentah) dari tahun 2011,

Page 86: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

76

kopi mencapai 25.449,76 ton naik 136%, serta tembakau naik sebesar

123% dari tahun 2011.

Sayuran

Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah

kentang, tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut

mengalami peningkatan dalam hal produksi dan produktivitas. Disamping

itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang

dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel,

industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran

eksklusif jepang. Komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan,

Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.

Perkembangan yang cukup signifikan adalah pada komoditas stroberi

dengan jumlah produksi sebanyak 151.959 ton dari luas areal 451 hektar.

Komoditas stroberi tersebar di 3 kecamatan – Pasirjambu, Ciwidey, dan

Rancabali –. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Bandung

mendeklarasikan da menetapkan sebagai “kabupaten stroberi” dengan

memecahkan rekor muri. Melalui penetapan ini, memberikan komitmen dari

pemerintah untuk mengembangkan komoditas unggul lokal.

Tabel 3.12 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2012

No Uraian Komoditi Realisasi

2010 Realisasi

2011 Realisasi

2012

Perkembangan Realisasi Th.2012

thdp Th.2011

1 Bawang Merah

Luas Tanam (ha) 2.098 2.827 3.116 110,22

Luas panen (ha) 2.378 1.799 3.265 181,49

Produksi (ton) 26.990 20.887 39.222 187,79

Produktivitas (kwt/ha) 113,98 116,10 120,13 103,47

2 Kentang

Luas Tanam (ha) 4.834 6.527 6.711 102,82

Luas panen (ha) 5.606 5.346 7.036 131,61

Produksi (ton) 114.919 110.793 131.007 118,24

Produktivitas (kwt/ha) 204,99 207,25 186,19 89,84

3 Kubis

Luas Tanam (ha) 4.424 5.394 5.266 97,63

Luas panen (ha) 4.424 4.592 5.242 114,16

Produksi (ton) 102.747 109.326 125.606 114,89

Produktivitas (kwt/ha) 232,2 238,08 239,61 100,65

4 Cabe

Luas Tanam (ha) 711 787 226 28,72

Page 87: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

77

No Uraian Komoditi Realisasi

2010 Realisasi

2011 Realisasi

2012

Perkembangan Realisasi Th.2012

thdp Th.2011

Luas panen (ha) 969 740 691 93,38

Produksi (ton) 20.684 20.682 20.376 98,52

Produktivitas (kwt/ha) 213,58 87,74 294,88 336,07

5 Tomat

Luas Tanam (ha) 1.344 1.295 1.174 90,66

Luas panen (ha) 1.499 1.339 1.097 81,93

Produksi (ton) 86.960 94.124 94.486 100,38

Produktivitas (kwt/ha) 580,12 702,95 861,31 580,12

6 Bawang Daun

Luas Tanam (ha) 2.764 3.147 3.549 112,77

Luas panen (ha) 2.696 2.969 3.512 118,29

Produksi (ton) 38.479 49.570 54.115 109,17

Produktivitas (kwt/ha) 142,73 166,96 154,09 92,29

7 Kembang Kol Luas Tanam (ha) 294 466 512 109,87

Luas panen (ha) 289 418 511 122,25

Produksi (ton) 5.419 8.091 9.958 123,08

Produktivitas (kwt/ha) 187,51 193,56 194,88 100,68

8 Petsai/Sawi/Sosin

Luas Tanam (ha) 2.788 3.128 3.176 101,53

Luas panen (ha) 2.787 3.015 3.218 106,73

Produksi (ton) 55.536 61.396 67.581 110,07

Produktivitas (kwt/ha) 199,27 203,63 210,01 103,13

9 Wortel

Luas Tanam (ha) 1.566 2.131 1.745 81,89

Luas panen (ha) 1.457 2.006 1.796 89,53

Produksi (ton) 31.738 42.524 40.316 94,81

Produktivitas (kwt/ha) 217,83 211,99 224,48 105,89

10 Lobak

Luas Tanam (ha) 365 376 306 81,38

Luas panen (ha) 345 360 313 86,94

Produksi (ton) 7.525 8.027 7.228 90,05

Produktivitas (kwt/ha) 218,12 222,96 230,91 103,57

11 Kacang Merah

Luas Tanam (ha) 1.877 1.547 1.690 109,24

Luas panen (ha) 2.609 1.191 1.538 129,14

Produksi (ton) 23.797 10.835 9.833 90,75

Produktivitas (kwt/ha) 91,21 90,97 63,93 70,27

12 Kacang Panjang

Luas Tanam (ha) 180 179 119 66,48

Luas panen (ha) 603 139 156 112,23

Produksi (ton) 4.744 2.786 3.620 129,92

Produktivitas (kwt/ha) 78,67 117,59 232,03 197,32

13 Jamur

Luas Tanam (m2) 6.415 8.971 11.413 127,22

Luas panen (m2) 5.172 8.689 20.205 232,54

Produksi (ku) 28.014 15.643 29.530 188,77

Produktivitas (kg/m2) 10,16 18,00 14,62 81,18

14 Terung

Luas Tanam (ha) 117 173 160 92,49

Luas panen (ha) 99 143 186 130,07

Produksi (ton) 2.442 4.673 4.964 106,23

Produktivitas (kwt/ha) 246,66 135,05 266,89 197,62

Page 88: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

78

No Uraian Komoditi Realisasi

2010 Realisasi

2011 Realisasi

2012

Perkembangan Realisasi Th.2012

thdp Th.2011

15 Buncis

Luas Tanam (ha) 478 696 850 122,13

Luas panen (ha) 546 639 789 123,47

Produksi (ton) 11.287 14.857 18.279 123,04

Produktivitas (kwt/ha) 206,72 128,27 231,68 180,62

16 Ketimun

Luas Tanam (ha) 544 561 460 82,00

Luas panen (ha) 456 524 538 102,67

Produksi (ton) 12.885 24.388 18.164 74,48

Produktivitas (kwt/ha) 282,51 207,80 337,62 162,47

17 Labu Siam

Luas Tanam (ha) 21 55 87 158,18

Luas panen (ha) 353 62 69 111,29

Produksi (ton) 52.306 66.493 60.089 90,37

Produktivitas (kwt/ha) 1481,75 10.724,68 8.708,49 81,20

18 Kangkung

Luas Tanam (ha) 193 266 260 97,74

Luas panen (ha) 224 242 255 105,37

Produksi (ton) 2.752 9.092 9.495 104,44

Produktivitas (kwt/ha) 122,9 135,91 372,37 273,98

19 Bayam

Luas Tanam (ha) 106 153 259 169,28

Luas panen (ha) 120 128 267 208,59

Produksi (ton) 793 1.250 2.953 236,29

Produktivitas (kwt/ha) 66,08 97,64 110,61 113,28

20 Seledri

Luas Tanam (ha) 1.624 1.560 1.516 97,18

Luas panen (ha) 1.866 1.596 1.441 90,29

Produksi (ton) 35.501 30.479 28.516 93,56

Produktivitas (kwt/ha) 190,25 190,97 197,89 103,62

21 Cabe Rawit

Luas Tanam (ha) 377 432 282 65,28

Luas panen (ha) 324 424 324 76,42

Produksi (ton) 6.619 11.943 8.150 68,24 Produktivitas (kwt/ha) 67,61 68,45 251,54 367,48

Jumlah Sayuran

Luas Tanam (ha) 33.120 40.671 42.877 105,42

Luas panen (ha) 34.822 36.361 52.449 144,25

Produksi (ton) 672.137 1.060.004 783.488 73,91

Produktivitas (kwt/ha) 19,30 19,74 19,94 101,10

22 Strowberry**)

Luas Tanam (ha) 156 172 148 86,05

Luas panen (ha) 1.764 188 141 75,00

Produksi (ton) 27.949 35.342 151.959 429,97

Produktivitas (kwt/ha) 158,44 179,93 10.777,21 5.989,81 Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2012

Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim

Page 89: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

79

Buah-buahan

Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat, durian

dan strawberry di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 umumnya dapat

melampaui target serta memperlihatkan realisasi yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan tahun 2011, tetapi ada juga yang tidak bisa

melampaui realisasi tahun 2011, ini disebabkan oleh kondisi alam yang

cukup kering sehingga dalam proses pembungaan dan pembuahan tanaman

banyak yang gugur karena evavotranspirasi dari tanaman itu sendiri cukup

tinggi, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua dan tidak

produktif lagi serta tanaman muda sebagai penggatinya belum produktif

menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi, dapat

dilihat pada Tabel 3.13 di bawah ini.

Tabel 3.13 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten

Bandung Tahun 2012 *)

No Komoditi

Produksi ( Kuintal ) Persen Realisasi

Produksi 2012 Thdp 2011

Realisasi Tahun

2010

Realisasi Tahun

2011

Realisasi Tahun 2012

1 Alpukat 93.734 78.576 32.982 41,97

2 Belimbing 3.149 3.236 1.533 47,37

3 Duku/Langsat 283 140 321 229,29

4 Durian 8.672 12.067 5.647 46,80

5 Jambu Biji 15.926 25.458 11.016 43,27

6 Jambu Air 3.179 10.384 3.217 30,98

7 Jeruk Besar 3.277 9.833 4.991 50,76

8 Mangga 6.942 27.508 10.674 38,80

9 Manggis 92 118 316 267,80

10 Nangka/Campedak 49.705 34.810 22.605 64,94

11 Nenas 29 18 3 16,67

12 Pepaya 9.270 9.981 4.107 41,15

13 Pisang 292.095 150.041 63.028 42,01

14 Rambutan 1.485 4.975 4.598 92,42

15 Salak 376 249 147 59,04

16 Sawo 3.674 3.453 2.080 60,24

17 Sirsak 3.221 3.957 2.260 57,11

18 Sukun 16.351 25.847 8.688 33,61

19 Melinjo 5.912 7.321 2.060 28,14

20 Petai 15.502 20.086 4.569 22,75

JUMLAH 532.874 574.281 184.842 32,18

Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012

*) Data sampai dengan s.d Triwulan II

Tanaman Hias dan Obat-obatan

Page 90: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

80

Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti

Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera, serta komoditas tanaman obat di

Kabupaten Bandung tahun 2012 yaitu diantaranya jahe, lengkuas, kencur,

kunyit umumnya memperlihatkan realisasi produksi yang sedikit menurun

dibanding target dan realisasi tahun 2011 ini dikarenakan cuaca yang cukup

panas sehingga tidak mendukung terhadap pertumbuhan tanaman

dikarenakan porositas, struktur serta agregat tanah menjadi lebih besar dan

solid/keras terutama untuk perkembangan tanaman obat-obatan yang

kebanyakan berbentuk rimpang. Realisasi produksi tanaman hias tersaji

pada tabel 3.14.

Tabel 3.14 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun

2012

No Komoditas Luas Tanam

(m2) Target

Realisasi Produksi 2012

(Tangkai)

Perkemb realisasi

thd Target (%)

1 Anggrek 4.300 57.545 117.115 203,52

2 Anthurium Bunga 140 3.614 4.640 128,39

3 Gladiul 201 6.040 1.532 25,36

4 Helicania 700 6.360 4.221 66,37

5 Krisan 12.063 1.200 860.237 71.686,42

6 Mawar 1.538 10.825 23.257 214.85

7 Melati 114 1.148 2.075 180,75

8 Palem 146 358 8.952 2.500,56

9 Sedap Malem 1.331 260.554 40.624 15,59

10 Gerbera 268 14.138 4.689 33,17

11 Anyelir 85 29.737 3.106 10,44

12 Dracaena 30 - - -

Jumlah 20.916 388.369 1.070.448 Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012

Tabel 3.15 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2012 *)

No

Komoditas Luas Tanam Baru (m2)

Produksi (Kg) Perkemb Realisasi Produksi

Thd Target (%)

Target Realisas

i

1 Jahe 33.953 232.006 75.700 32,628

2 Lengkuas 8.892 51.381 25.213 49,071

3 Kencur 6.881 58.826 17.436 29,640

4 Kunyit 8.925 141.030 33.510 23,761

5 Lempuyang 342 1.710 865 50,585

6 Temulawak 2.170 53.008 5.600 10,564

7 Temu Ireng 750 952 275 28,887

Page 91: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

81

8 Kaji Beling 263 884 292 33,032

9 Kapulaga 6.047 5.700 12.294 215,684

10 Sambiloto 118 284 146 51,408

11 Mengkudu/Pace

1 12.751 13.275 104,109

Jumlah 68.342 558.532 184.606 33,052 Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012 (Datas.d Triwulan II)

*) Data sampai dengan s.d Triwulan II

Tanaman Perkebunan

Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru komoditas

(Replanting) perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam rangka

optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, agar supaya

terjadi peningkatan produksi komoditas perkebunan, terutama produksi

tanaman perkebunan unggulan Kabupaten Bandung. Pencapaian produksi

tanaman Perkebunan unggulan (Perkebunan Rakyat) tahun 2012 di

Kabupaten Bandung adalah diantaranya sebagai berikut:

- Teh : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 15.708,5 ton meningkat 11,50 ton dari tahun 2011 yang hanya 15.697 ton, serta hasil olahan mencapai 3,142 ton.

- Kopi : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 25.449,76 ton, dan Hasil Olahan mencapai 6.362,44 ton. Perbandingan produksi bahan mentah dengan tahun 2011 adalah mencapai 136 %.

- Cengkeh : Jumlah produksi bahan mentah mencapai 248,18 ton dan hasil olahan 62,05 ton dan perbandingan hasil bahan mentah antara 2012 dengan 2011 mencapai 123,65 %.

- Tembakau

: Jumlah produksi bahan mentah mencapai 6.603,36 ton dan hasil olahan 1.320,67 ton dan perbandingan bahan mentah antara 2012 dengan 2011 mencapai 123 %.

Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2012

Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan

Perkebunan

Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi,

pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi

sasaran dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Pengembangan agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan

kelembagaan petani. Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga

terjalin kerjasama/kemitraan bisnis di antara para pelaku usaha dalam satu

Page 92: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

82

kesatuan system agribisnis, di mulai dari sistem off-farm hulu, on-farm, on-

farm hilir dan pasar.

Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan agribisnis

hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktor-faktor yang

mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi. Pengembangan pupuk

organik (UPPO), pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi, dan

pengembangan dan penyediaan sarana produksi benih menjadi fokus utama

pada sub sistem off-farm hulu. Pada Tahun 2012, kegiatan yang menunjang

peningkatan kapasitas sub sistem off-farm hulu dialokasikan dari anggaran

yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat,

dan APBN Kementerian Pertanian.

1. Alokasi Anggaran APBD Kabupaten Bandung

a. Pembangunan embung 4 unit, di Kecamatan Cimenyan,

Pangalengan, Pasirjambu, dan Kertasari;

b. Fasilitasi bibit hortikultura: sayuran, buah-buahan, tanaman hias,

dan biofarmaka (jahe) dan komoditas perkebunan: kopi, teh, dan

cengkeh di Kecamatan Cikancung, Kutawaringin, Soreang, Pacet,

Kertasari, Ciwidey, Cimaung, Cilengkrang, Cimenyan, Pasirjambu,

Pangalengan, Rancabali, Arjasari, Cicalengka, dan Paseh;

c. Pengembangan jaringan irigasi;

d. Pembangunan/rehabilitasi jalan produksi dan jalan usaha tani;

e. Pengembangan rumah kompos/ unit pengolahan pupuk organik

2. Alokasi Anggaran APBN Kementerian Pertanian

a. Konservasi lahan

b. Optimalisasi lahan

Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan

perkebunan tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil

mengembangkan unit-unit pasca panen dan pengolahan hasil dalam bentuk

rumah kemasan (packing house) pada komoditas hortikultura dan UPH pada

komoditas perkebunan. Kelompok-kelompok tersebut telah

bekerjasama/berkemitraan dengan perusahaan, ekportir, dan industry

pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok usaha Jaya Alam Lestari

Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat organik untuk produk

hortikulturan – sayuran – organik. Pengembangan keberdayaan

kelembagaan pemasaran hasil hortikultura dan perkebunan dialokasikan

dalam anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN

Kementerian Pertanian Tahun 2012.

Page 93: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

83

Sasaran Strategis 3

Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas

kualitas lingkungan hutan dan lahan

Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan

melalui 2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2)

pendekatan ekonomi dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan.

Kedua mekanisme tersebut saling berkesinambungan dan ketergantungan

satu dengan yang lainnya.

Tabel 3.16. pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2012

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Kinerja

Realisasi %

Mengembangkan usaha ekonomi

produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan

4. Jumlah usaha agribisnis hasil non-

kayu: - Jamur - Lebah Madu - Ulat Sutera

1 unit

1 kel

1 kel

1 unit

2 kel

1 kel

100,00

200,00

100,00

5. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu

- - -

6. Penanaman lahan kritis (hektar)

4.415 6.097 138,10

Pengelolaan Lahan Kritis

Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan

kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-

lahan kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah

mengakibatkan terjadinya lahan-lahan kritis di Kabupaten Bandung.

Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini telah menyebabkan

rusaknya keseimbangan, daya dukung serta daya tampung lingkungan terutama

pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan fungsi sebagai

Page 94: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

84

daerah resapan air. Kondisi yang sama, dan dengan ditambah banyaknya

pemukiman pendudukpun terjadi di daerah sepanjang aliran sungai (DAS),

keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab atau

faktor yang mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandung

seperti banjir, longsor, kekeringan serta makin tingginya kualitas pencemaran

yang terjadi di beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik pencemaran

dari rumah tangga maupun industri.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian Perkebunan

dan Kehutanan pada tahun 2011 dan tahun 2012 ini telah melakukan upaya-

upaya untuk mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten Bandung melalui

penanaman komoditas tanaman tahunan produktif seperti buah-buahan dan

kayu-kayuan, baik melalui kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Propinsi

maupun APBN TA. 2012. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan Dinas

Pertanian Perkebunan dan Kehutanan dan berhasil menanami lahan kritis

serta tegalan seluas 6.096,67 Ha.

Tabel 3.17 Luas Hutan dan Lahan Kritis yang Direhabilitasi

NO LUAS HUTAN DAN

LAHAN KRITIS YANG DIREHABILITASI

2010 (Ha)

2011 (Ha)

2012 (Ha)

1 Soreang

160,00

200,91

55,00

2 Pasirjambu 113,00

547,25

150,00

3 Ciwidey 50,00

356,82

52,50

4 Nagreg 125,00

97,15

298,50

5 Rancabali 160,00

230,00

-

6 Margaasih -

-

-

7 Bojongsoang -

77,27

-

8 Dayeuhkolot -

11,81

-

9 Banjaran 285,00

- 205,00

10 Pameungpeuk - 25,00

Page 95: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

85

NO LUAS HUTAN DAN

LAHAN KRITIS YANG DIREHABILITASI

2010 (Ha)

2011 (Ha)

2012 (Ha)

-

11 Pangalengan 505,00

306,82

230,00

12 Katapang -

38,35

-

13 Majalaya - 2,27 -

14 Ciparay 55,00

256,82

30,00

15 Pacet

445,00

716,77

250,00

16 Kertasari

25,00

212,50

75,45

17 Cicalengka 200,00

203,41

248,18

18 Cikancung 100,00

305,19

252,00

19 Rancaekek 1,00

-

-

20 Paseh 125,00

160,23

200,00

21 Ibun 135,00 2,27 302,00

22 Cileunyi 225,00

484,30

25,00

23 Cimenyan 185,00

297,05

-

24 Cilengkrang 235,00

169,32

52,50

25 Margahayu

1,00

-

-

26 Baleendah

70,00

198,56

75,00

27 Arjasari

470,00

446,89

212,36

28 Cimaung 285,00

207,73

215,00

29 Solokan Jeruk -

-

-

30 Cangkuang 131,00

422,50

172,95

Page 96: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

86

NO LUAS HUTAN DAN

LAHAN KRITIS YANG DIREHABILITASI

2010 (Ha)

2011 (Ha)

2012 (Ha)

31 Kutawaringin 81,00

108,64

300,00

32 Tersebar di Kab. Bandug 147,73

2.670,23

JUMLAH 4.167,00

6.208,56

6.096,67

Sumber: Bidang Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung 2012

Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat diakui

cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM ITB

(2001) menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang diakibatkan

oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi

tanah dan air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan

peruntukannya di Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga

menyebabkan tingkat erosi yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar

mulai dari kategori sedang sampai dengan berat.

Peningkatan Produksi Komoditas Kehutanan

Produksi tanaman kayu-kayuan (Hutan Rakyat) pada tahun

2010/2011 di Kabupaten Bandung dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.19 Produksi Kayu-kayuan di Kabupaten Bandung

No Komoditas

PRODUKSI

Asal Kayu Rubah Betuk Perbandingan 2010 (M3)

2011 (M3)

2010 (M3)

2011 (M3)

2011 (M3)

2012/11 (%)

1 Jati 75,76 5,52

- 5,52 100,00

2 Maesopsi 1.419,83

- -

- -

3 Rasamala - 41,7

- 29,04 -

4 Pinus 20,55 29,19 -

29,19 79,60

272,70

5 Suren - -

-

- -

6 Kayu Putih 95,53 10,72 -

10,72 -

7 Garmelia 14,43 - - -

Page 97: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

87

-

8 Saninten 55,87 34,22

- 26,49 -

9 Angrit -

9,93 -

7,47 -

10 Silver Oaks

- 1696,79

- 1.248,78 -

11 Mani'i -

75,95 -

11,69 -

12 Rincam

- 139,25

- 96,61 -

JUMLAH 1.681,97 2.043,27 - 1.465,51 272,70

Sumber : Bidang Kehutanan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2012

Hutan, khususnya hutan rakyat merupakan salah satu sumberdaya alam

yang dimiliki Kabupaten Bandung dan peranannya sangat penting, baik dilihat

dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan hidup. Secara

keseluruhan realisasi produksi kayu hutan rakyat di Kabupaten Bandung

mencapai 272,70 m3 (Tabel 4.18), terjadi penurunan bila dibandingkan

dengan tahun 2011. Hal ini dimungkinkan karena umur tebang kayu hutan

tersebut belum mencukupi untuk dipanen/ditebang.

4. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun

Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah satunya

diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan masyarakat/petani dan

juga diharapkan dapat mengurangi jumlah perambah dan penjarah hutan

serta mencegah terjadinya kembali aktivitas perambahan hutan. Upaya ini

dilakukan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Kontribusi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung

dalam mendukung PHBM di antaranya dilaksanakan melalui:

- Penyediaan bibit Kopi;

- Pemberian bantuan peralatan pengolahan Kopi;

- Penyediaan bibit kayu-kayuan; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe,

Manglid, Maesopsi, Campoleh, Petai, Sukun, Nangka, Gamelina,

Mangga dan Mahoni Uganda.

- Terfasilitasinya budidaya jamur tiram

- Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan

untuk usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2

kelompok tani dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu.

Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara tidak

langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para

Page 98: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

88

perambah itu umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem

hutan, kemudian dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai

gangguan terhadap sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan

dapat diminimalisir dan yang paling utama adalah mampu meningkatkan

pendapatan serta kesejahteraan petani/masyarakat disekitar hutan.

3.2.2. Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi Tahun 2012

Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura)

perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten

Bandung khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat

melalui perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti

kontribusinya dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan

perdagangan, disamping itu perkembangan sektor pertanian juga dapat

dilihat dari kontribusinya dalam pembangunan ekonomi, ketahanan pangan,

dan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Bandung.

Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun

2010 dan 2011, secara nyata memberikan konstribusi terhadap Produk

Domestik Regional (PDRB) pada tahun 2011 mencapai Rp 3.452.210,59 juta

bila dibandingkan dengan realisasi pencapaian PDRB sektor pertanian pada

tahun 2010 sebesar Rp. 3.007.028,13 juta (berdasarkan harga berlaku).

Tabel 3.20. PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2011 dan 2012 Berdasarkan

Harga Berlaku dan Konstan

No Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan (%)

Distribusi Persentase PDRB (%)

2010 2011 2012 2010 2011 2012

A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan

Kehutanan) 1 Pertanian 6,66 5,38 5,23 7,37 7,33 7,88

2 Pertambangan dan Penggalian 4,87 3,00 0,00 1,30 1,27 1,20

3 Industri pengolahan 5,24 5,19 5,40 60,61 60,18 57,67

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,32 8,21 12,53 1,82 1,86 1,67

5 Bangunan/Kontruksi 7,17 8,10 5,04 1,75 1,79 1,66

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,21 7,88 8,86 15,99 16,28 18,32

7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,78 7,62 7,90 4,11 4,17 4,16

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,26 7,15 9,09 2,18 2,21 1,98

9 Jasa-jasa 5,6 6,99 5,05 4,86 4,91 5,46

PDRB 5,88 5,94 6,15 100 100 100 Sumber : Produk Domestik regional Bruto semesteran Kabupaten bandung 2012, BPS Kabupaten Bandung (Angka sangat Sementara).

PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung tahun 2012 mengalami

peningkatan dari tahun 2011 dan 2010 dan kontribusi PDRB Pertanian

Page 99: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

89

terhadap PDRB Kabupaten Bandung sebesar 7,88 dan meningkat 0,55 bila

dibandingkan dengan Tahun 2011. Sampai saat ini, penyumbang terbesar

terhadap PDRB tahun 2011 (harga berlaku) sektor pertanian di Kabupaten

Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh produksi

perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi kehutanan, dan

PDRB Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan dan Sektor Pertanian masih tetap menempati posisi ketiga

terbesar dibawah Sektor Industri Pengolahan serta Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran.

Sektor Pertanian dalam Struktur Ekonomi Kabupaten

Bandung Tahun 2012

Hasil Sensus Pertanian 2003 (BPS Kabupaten Bandung) menunjukkan

bahwa sektor pertanian merupakan sumber matapencaharian dari 535.120

Rumah Tangga atau 52,2 % dari total jumlah Rumah Tangga di Kabupaten

Bandung sebesar 1.024.871, sisanya 47,8 % didominasi oleh kegiatan

industri, buruh dan perdagangan. Informasi ini menunjukkan peran dominan

kegiatan pertanian dalam struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan

pertumbuhan perkonomian daerah.

535.120 489.751 Pertanian 52,2%

Non-Pertanian 47,8%

Sumber Sensus Pertanian 2003

Gambar 3.3. Struktur Ekonomi Rumah Tangga Pertanian

Pengguna Lahan 285.916

Bukan Pengguna Lahan 3.793

Petani Pemilik Lahan 245.411

Pertanian Non-Pertanian

Page 100: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

90

Sejalan dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian pada tahun

2011, yang ditandai dengan naiknya LPE sektor pertanian, penting pula

dilihat struktur mata pencaharian penduduk berdasarkan lapangan usaha,

dan berdasarkan data dari BPS (suseda 2008), sektor pertanian mampu

menyerap/menyediakan lapangan kerja bagi 20,66 % penduduk Kabupaten

Bandung. Selain berperan dalam memberikan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat, sektor pertanian pun terbukti relatif paling tahan terhadap krisis

dibandingkan dengan sektor lainnya.

Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor

pertanian masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi

core bisnis di Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun

merupakan sektor yang cukup stategis yang harus didukung

keberlangsungannya sebagai faktor pendorong paling utama dalam

percepatan pembangunan perdesaan.

Tabel 3.21 Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Bandung 2006-2008 diatas

usia 10 tahun dan Persentasenya pada tahun 2008.

Sektor Lapangan Usaha 2006 2007 2008 Persen Penduduk

PERTANIAN 697.709 268.273 239.004 20,66

NON-PERTANIAN 1.169.604 957.878 917.659

1. Pertambangan dan Penggalian *) *) *) *)

2. Industri 416.793 329.017 313.234 27,08

3. Listrik, Gas dan Air *) *) *) *)

4. Konstruksi *) *) *) *)

Page 101: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

91

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang pertanian

adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sector pertanian terhadap

PDRB Kabupaten Bandung yang ditandai dengan meningkat, menurun atau

tetap sebagai hubungan timbal balik antara nilai PDRB dengan konstribusi

kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Pada Tahun 2011

terjadi kondisi iklim yang ekstrem seigga curah hujan menjadi sangat sedikit

juga masih terjadinya fluktuasi harga minyak mentah dunia dan bencana

alam yang tak diduga-duga sehingga secara tidak langsung mempengaruhi

pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan ternyata LPE Kabupaten

Bandung secara keseluruhan pada tahun 2007 sampai tahun 2011 terus

mengalami peningkatan.

Tabel 3.22. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung Tahun

2007-2012

No Tahun

PDRB (juta Rupiah)

(atas dasar harga

berlaku)

Laju Pertumbuhan

Ekonomi (%)

1 2007 2.465.321,20 2,51

2 2008 2.728.755,88 3,97

3 2009 3.013.007,10 5,31

4 2010 3.471.661,92 5,88

5. Perdagangan 300.656 239.246 225.667 19,51

6. Angkutan dan Komunikasi *) *) *) *)

7. Keuangan *) *) *) *)

8. Jasa 169.703 266.650 118.094 10,21

9. Lainnya 282.452 122.965 260.664 22,54

TOTAL 1.867.258 1.918.295 1.156.663 100 Sumber : BPS Kabupaten Bandung 2008, Keterangan : *) data tidak tersedia.

Page 102: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

92

5 2011 3.978.936,25 5,94

6 2012 6,15

Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor,

sektor pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok utama

komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi

daerah perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang

dan Bekasi, serta pasar lokal baik di Kota Bandung, ataupun di Kabupaten

Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri.

Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung

memasok kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang

Jakarta. Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran

Kabupaten Bandung dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke

pasar Kota Bandung dan sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung

dan Bandung Barat, khusus untuk komoditas kentang, Kabupaten bandung

merupakan penghasil produklsi tertinggi di Jawa Barat, yaitu mencapai 70%

dan sisanya sebesar 30% untuk tingkat Nasional. Sedangkan sebagian dari

komoditas Perkebunan (sepert teh, kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran

dan buah-buahan) baik yang berasal dari perkebunan Negara, perkebunan

besar swasta dan perkebunan rakyat merupakan komoditas yang sebagian

di ekspor.

Pendapatan Petani

Sesuai dengan AKU APBD kabupaten bandung tahun 2011,

pelaksanaan kegiatan pembangunan bidang pertanian salah satunya

diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani.

Berdasarkan hasil survey terhadap usahatani beberapa komoditas

pertanian, menunjukkan rata-rata pendapatan bersih usaha tani di

Kabupaten Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan

dengan tahun 2010. Meningkatnya produktivitas serta harga jual komoditas

pertanian pada tahun 2011 merupakan salah satu dari beberapa faktor yang

telah mempengaruhi/menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan para

petani/pengusaha bidang pertanian di Kabupaten Bandung.

Tabel 3.23 Pendapatan Rata-rata Usahatani beberapa Komoditas Pertanian di

Kabupaten Bandung Tahun 2012

Page 103: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

93

Komoditas

Pendapatan Usaha

Tani/Musim/Hektar

(Rp)

Pendapatan per

Bulan/Hektar (Rp)

Padi Sawah 10.500.000 3.500.000

Jagung 10.800.000 3.600.000

Kacang Tanah 3.900.000 1.300.000

Ubi Kayu 25.000.000 2.083.333

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan bersih

usahatani padi sawah tahun 2012 mencapai Rp. 10.500.000,- per musim atau

kurang lebih Rp. 3.500.000,- per bulan per hektar (3 kali panen dalam satu

tahun) dan bila dilihat rata-rata kepemilikan lahan sebesar 0,3 hektar, maka

rata-rata pendapatan petani di Kabupaten Bandung tahun 2011 sebesar Rp.

1.050.000,- per bulan per kapita.

Petani

a. Rumah Tangga Petani (RTP)

Petani dan keluarga tani perlu mengetahui dan meyakini adanya

kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki penghidupan dan

kehidupan, serta berkeinginan untuk itu, maka mereka perlu menerapkan

teknologi baru untuk hasil produksi yang tinggi dan bermutu,

mengorganisasikan dan mengelola serta memanfaatkan perkembangan dari

permintaan usaha taninya secara lebih efektif juga efesien, dan

memanfaatkan perkembangan dari permintaan dan harga pasar untuk

keuntungan yang lebih besar. Secara umum pembinaan penyuluh pertanian

diarahkan untuk memantapkan kemampuan, peranan dan peran serta petani

beserta keluarganya sebagai upaya mencapai pertanian yang tangguh.

b. Kelompok Tani dan Gapoktan

Kelompok tani merupakan kumpulan orang-orang yang bergerak

dalam bidang pertanian yang terikat secara informal dalam satu wilayah

kelompok yang bekerja samaatas dasar saling percaya, saling asah dan

saling asuh untuk keberhasilan usaha taninya yang diketuai oleh seorang

kontak tani dan berperan sebagai uit produksi, wahana kerjasama dan kelas

Page 104: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

94

belajar. Peranan Kelompok tani dalam pelaksanaan prongam pembangunan

pertanian semakin penting dan strategis, sehingga pembinaannya perlu lebih

diarahkan dan diintensifkan.

Berdasarkan jenisnya, kelompok tani di Kab. Bandung tahun 2011

dibagi menjadi tiga yaitu Tani Dewasa sebanyak (terbagi dalam kelas

pemula, lanjut, madya dan utama), Wanita Tani dan Pemuda Tani.

Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi dalam

mengelola usaha taninya, kelompok tani bergabung menjadi Gabungan

Kelompok Tani (GAPOKTAN). Selain itu, beberapa petani atau Kelompok

Tani juga saling bergabung membentuk Asosiasi atau Paguyuban dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan, meningkat kuantitas dan kualitas

produk serta meningkatkan pemasaran baik di tingkat lokal, regional

ataupun eksport ke mancanegara. Asosiasi tersebut dapat dikelompokkan

menjadi Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) dan Asosiasi

Pedagang Komoditi Agro (APKA).

c. Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengunaan air

di tingkat Kelompok Tani maka diharapkan adanya peran serta aktif dari

organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan

pengaturan air ditingkat usahatani, yaitu dalam pengelolaan air irigasi dan

pemeliharaan jaringan irigasi tersier dan pedesaan yang sasarannya adalah

terlaksananya pemberian air yang optimal untuk setiap jenis tanaman guna

menunjang peningkatan produksi pangan. Selain tujuan tersebut P3A Mitra

Cai juga diharapkan dapat menunjang pelaksanaan Iuran Pelayanan Air

Irigasi (IPAIR) dalam rangka menggerakan partisipasi mesyarakat petani

pemakai air dalam pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi.

Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai dillihat

dari segi kuantitas cukup menggembirakan, tetapi bila ditinjau dari

aktivitasnya masih perlu pembinaan karena aktivitasnya belum seperti yang

diharapkan.

Tabel 3.24 Perkembangan dan Kondisi P3A Mitra Cai Tahun di Kabupaten

Bandung Tahun 2012

No Kecamatan

Jml Des

a

Jml P3A

(Unit)

Luas Areal (Ha)

Jumlah P3A Menurut Kondisinya Berbad

an Hukum SB SD

B BB SK

Bupati

1 Soreang 10 4 1.900

- 4 1 4 -

Page 105: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

95

2 Pasirjambu 10 6 210

- 2 4 2 -

3 Ciwidey 7 9 1.573

- 9 - 8 -

4 Nagreg 6 3 461

- - 3 - -

5 Rancabali 5 2 460

- - 2 - 1

6 Margaasih 6 2 318

- 2 - 2 -

7 Bojongsoang 6 - 1.339

- - - - -

8 Dayeuhkolot 6 - 160

- - - - -

9 Banjaran 11 21 1.642

- 17 4 17 -

10 Pameungpeuk

6 15 1.746

- 15 - 15 -

11 Pangalengan 13 3 517

- 3 - 3 -

12 Katapang 7 11 987

1 9 2 8 3

13 Majalaya 11 11 1.285

1 4 7 5 1

14 Ciparay 14 20 2.669

2 14 6 12 1

15 Pacet 13 24 1.783

- 3 21 3 1

16 Kertasari 7 2 360

- 1 1 1 -

17 Cicalengka 12 11 1.116

- 6 5 6 4

18 Cikancung 9 7 912

- 2 5 2 -

19 Rancaekek 13 16 3.100

- 2 14 2 -

20 Paseh 12 10 1.581

- - 10 - -

21 Ibun 12 14 1.147

- 1 13 1 -

22 Cileunyi 6 3 1.000

- - 3 - -

Page 106: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

96

23 Cimenyan 9 2 224

- - 2 - -

24 Cilengkrang 6 1 234

- - 1 - -

25 Margahayu 5 - 69

- - - - -

26 Baleendah 8 14 1.292

- - 14 - -

27 Arjasari 11 9 1.613

- - 9 - -

28 Cimaung 10 10 2.445

- - 10 - 1

29 Solokan Jeruk

7 8 1.767

- - 8 - -

30 Cangkuang 7 - 1.803

- - - - -

31 Kutawaringin

11 6 499

6 6 -

JUMLAH 277* 244 36.212

4 100 145 97 12

Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2011

Keterangan : - SB; Sudah Berkembang, SDB; Sedang Berkembang, BB; Belum Berkembang

- * 277 = 267 Desa dan 9 Kelurahan

Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA)

Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsin dimulai Tahun 2010 Yang

dilaksanakan di 3 Kecamatan, sampai Tahun 2010 telah berkembang hingga

9 Kecamatan. Pengembangan sentra penumbuhan Usaha Pelayanan Jasa

Alsin merupakan salah satu alternative dalam rangka meningkatkan

efektivitas dan evisiensi usahatani dan memasyarakatkan penggunaan alat

panen dan pasca panen. Kondisi saat ini di Kabupaten Bandung telah

terbentuk sebanyak 13 Kelompok UPJA dengan rincian dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 3.25 Kelompok UPJA Sesuai Jenis Alat Tahun 2009/2010

No Kecamatan Traktor

Tangan

Power

Thresher

Pompa

Air Dryer

Rice Miling Unit

Jumlah Alsin (Unit)

Jumlah UPJA (Kelp)

1 Soreang 2 1 1 - - 4 1

2 Bojongsoang - - 1 - - 1 1

3 Banjaran 1 - - 1 - 2 1

4 Ciparay 2 1 3 - - 6 2

5 Baleendah 1 1 1 - - 3 1

JUMLAH 6 3 6 1 16 5

Page 107: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

97

Sumber: Bid.Tan.Pangan dan UPTD Alsin Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2009

i. Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi Tahun 2012

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

1. Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar

281.000.000,- (Dua ratus delapan puluh satu juta rupiah) dan sampai dengan

triwulan IV terealisasi sebesar Rp 281.000.000,- atau 100.00 % dari target

anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

b. Pelaksanaan kegiatan, meliputi:

1. Terlaksananya Sekolah Lapang GAP Buah-buahan

2. Terlaksananya Sekolah Lapang Penanganan Hama Terpadu Sayuran

3. Terlaksananya Sekolah Lapang GAP Bunga Potong

4. Terlaksananya Sekolah Lapang GAP Tanaman Biofarmaka

5. Terlaksananya Pelaihan Teknologi Pembuatan Kompos

6. Terlaksananya Pelatihan Pengolahan dan Pemanfaatan Potensi Hasil

Pertanian Rakyat

7. Terlaksananya kursus Pertanian Terpadu Hortikultura

8. Terlaksananya Pelatihan Budidaya Jamur

9. Terlaksananya Forum Kemitraan Hortikultura 2012

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:

(1) Meningkatnya Kemampuan Petani Terhadap Teknik Budidaya Buah-

buahan Yang Baik

(2) Meningkatnya Kemampuan Petani Terhadap Penguasaan

Pengendaliah Hama Terpadu

(3) Meningkatnya Kemampuan Petani Terhadap Teknik BudidayaBunga

Potong Yang Baik

Page 108: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

98

(4) Meningkatnya Kemampuan Petani Terhadap Teknik Budidaya

Biofarmaka Yang Baik

(5) Meningkatnya Kemampuan Petani Dalam Penguasan Teknologi

Pengolahan Kompos

(6) Meningkatnya Kemampuan Petani Dalam Memanfaatkan Budidaya

Potensi Lokal

(7) Meningkatnya Petani Yang Menerapkan Budidaya Ramah Lingkungan

(8) Meningkatnya Kemampan Petani Dalam Teknik dan Teknologi

Budidaya Jamur

(9) Berkembangnya Akses Pasar Petani

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan Pelatihan Petani dan Pelaku

Agribisnis Meningkatnya pemahaman masyarakat petani Hortikultura tentang

agribisnis serta Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman

Hortikultura

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

404.000.000,- (Empat ratus empat juta ribu rupiah) dan sampai dengan triwulan

IV terealisasi sebesar Rp. 403.301.000,- atau 99.82% dari target anggaran yang

digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatannya

adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Petunjuk Teknis;

b. Pelaksanaan kegiatan, meliputi:

1. Terkumpulnya data Potensi Produksi Pangan, Kebun, Hortikultura dan

Tanaman Hutan serta data Bencana Alam dan OPT

2. Terlaksananya penyusunan laporan potensi Produksi Pangan, Kebun,

Hortikultura, Tanaman Hutan dan organisme pengganggu tanaman (OPT)

tahunan, semesteran, triwulan dan bulanan tingkat Kecamatan maupun

Kabupaten

3. Terlaksananya kegiatan sinkronisasi dan apresiasi data statistik pertanian

4. Terlaksananya penyusunan rencana detail pembangunan pertanian

Kabupaten Bandung .

Page 109: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

99

5. Penyusunan Blue print Pengolahan Database

6. Terfasilitasinya petugas pengumpul data statistik pertanian tingkat

kecamatan

7. Pemutahiran integritas data base pertanian, perkebunan dan kehutanan

8. Termonitornya kegiatan pembangunan pertanian Kabupaten Bandung

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:

(1) Tersajinya Data Laporan Tahunan, Semesteran, Triwulanan dan Bulanan,

Perkembangan Luas Areal Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Tingkat

Kecamatan maupun Tingkat Kabupaten secara komputerisasi

(2) Meningkatnya pemahaman petugas pengumpul data dalam penyusunan

statistik pertanian (SP)

(3) Tersusunnya dokumen rencana detail pembangunan pertanian Kabupaten

Bandung

(4) Tersajinya Data Program Pembangunan Pertanian

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan penyusunan database potensi

produk pangan daerah, adalah sebagai berikut:

(1) Lebih lancarnya kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian

(2) Membimbing dan melatih petugas statistik tingkat kecamatan

(terutama yang baru) mengenai pengumpulan dan pengolahan data

statistik pertanian seperti pengisian format data statistik pertanian SP

I, SP II, SP III dan SP IV secara rutin serta SP Va, SP Vb, dan SP Vc

dalam periode tahunan;

(3) Menetapkan angka sasaran luas tanam, luas panen, produksi, dan

produktivitas kecamatan setiap bulan untuk masing-masing

kecamatan;

(4) Menyeragamkan komitmen prosedur pengumpulan antara petugas

dilapangan dengan petugas tingkat kabupaten.

(5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas kinerja petugas

pengumpul data statistik pertanian tingkat kecamatan;

(6) Tersusunnya laporan kegiatan pembangunan pertanian, yaitu laporan

bulanan, laporan triwulanan, laporan tahunan dan rencana kinerja;

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam mendukungan dan

penyediaan informasi pembangunan pertanian dapat tersedia, tersaji, dan

Page 110: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

100

diinformasikan secara akurat dan tepat waktu serta dalam Pengembangan Usaha

Tani di Kab. Bandung.

2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

402.000.000,- (Empat ratus dua juta ribu rupiah), dan sampai dengan triwulan

IV terealisasi sebesar Rp. 393.882.500,- atau 97.98% dari target anggaran, yang

digunakan untuk membiayai kegiatan. Langkah/proses kegiatannya adalah,

sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya sosialisasi penerapan teknologi pengolahan dan

penanganan pasca panen (GHP & GMP)

2. Terlaksananya pengadaan alat mesin pasca panen

3. Terlaksananya pengadaan alat pengolahan hasil

4. Terlaksananya pertemuan untuk penyusunan dokumen sistem mutu

5. Terlaksananya pelatihan internal Controll System

6. Terlaksananya temu usaha padi organik

7. Terlaksananya penumbuhan grup panen

8. Terlaksananya pelatihan petani dan pelaku agribisnis di Kec. Majalaya

9. Terlaksananya pelatihan penanganan pasca panen di Kec. Pasirjambu

10. Terlaksannya pelatihan pengolahan hasil di Kec. Cileunyi

11. Terlaksananya pengumpulan data lossiss

12. Terlaksananya pencatatan analisa usaha tani

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan penanganan pasca panen dan

pengolahan hasil pertanian, adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatnya pengetahuan petani dalam pengolahan hasil

(2) Tersedianya data lossiss padi

(3) Terbentuknya grup pasca panen Kabupaten Bandung

(4) Meningkatnya pengetahuan petani dalam penerapan teknoloi pasca

panen

Page 111: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

101

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan penanganan pasca panen dan

pengolahan hasil pertanian, sebagai berikut:

(1) Meningkatnya kesempatan petani/pelaku usaha dalam bermitra dengan

para pemasok dalam dan luar negeri;

(2) Meningkatnya daya saing petani/pelaku usaha dalam memasarkan

produk-produk hasil olahannya;

(3) Meningkatnya kualitas produk pertanian segar dan olahan komoditi padi,

palawija, dan tanaman hortikultura.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat - Meningkatnya kualitas dan jenis olahan

hasil tanaman pangan, dan menurnnya kehilangan hasil padi pada saat panen

dan pasca panen menjadi 0,4%.

Adapun dampaknya dengan pelaksanaan kegiatan ini dapat

meningkatnya nilai tambah komoditas tanaman pangan 25% dari target, serta

meningkatnya produktivitas padi sebesar 2.46 kw/ha.

3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi Palawija

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

1.401.875.000,- (Satu milyar empat ratus satu juta delapan ratus tujuh puluh

lima ribu rupiah), dan sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp.

1.388.322.325,- atau 99.03% dari target anggaran yang digunakan untuk

membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya Bimbingan Teknis Budidaya Padi Organik dalam Polybag

2. Terlaksananya Sosialisasi SLPTT

3. Meningkatnya Kinerja sistem pemenuhan input produksi

4. Terlaksananya Peningkatan mutu dan produktivitas produk padi organik

untuk penyesuaian standar kualitas

5. Terfasilitasinya sarana produksi untuk penerapan SRI berupa pupuk cair

organik dan kompas

6. Terlaksananya Pengembangan Agribisnis Potensi Lokal

7. Terlaksananya pengadaan Pencacah Pupuk Organik

Page 112: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

102

8. Terlaksananya Pengadaan Mesin Granul Pupuk Organik

9. Terlaksananya Pengadaan Rumah Kompos

10. Terlaksananya Pengadaan Mesin Pengayak

11. Kunjungan Hari pangan sedunia

12. Stimulan lahan pertanian abadi

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengembangan intensifikasi tanaman

padi palawija, adalah:

(1) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas dalam

Agribisnis padi organik (75 orang) .

(2) Terlaksananya Sosialisasi SLPTT sebanyak (1.550 orang petani).

(3) Terlaksananya Penerapan Teknologi budidaya.

(4) Meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil produk Terlaksananya Pelatihan

penerapan teknologi pupuk berimbang (60 orang petani).

(5) Terlaksananya Teknologi pemupukansesuai dengan GT (50 orang petani)

(6) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam pembuatan

pupuk organik . (50 orang petani).

(7) Meningkatnya penerapan Teknologi budidaya jagung (110 orang petani

jagung)

(8) Terlaksananya Koordinasi dan sinergitas program.

(9) Terlaksananya intensif bagi lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Adapun hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan pengembangan

intensifikasi tanaman padi dan palawija, adalah:

(1) Terlaksananya Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

(2) Meningkatnya Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas

ekonomi masyarakat terutama kelompok tani padi dan palawija antara lain:

- Penerapan Teknologi pertanian di tingkat Petani mendorong

peningkatan Produksi mencapai 2-5%.

4. Pengembangan Diversifikasi Tanaman

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

86.400.000,- (Delapan puluh enam juta empat ratus ribu rupiah), dan sampai

Page 113: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

103

dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 83.871.000,- atau 97,07 % dari target

anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

a. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Berkembangnya diversifikasi pangan untuk tanaman umbi-umbian dan

kacang-kacangan yang tepat dan berkelanjutan termasuk untuk bahan

bakar nabati

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Diversifikasi

Tanaman, adalah:

(1) Terlaksananya peningkatan mutu dan produktivitas produk untuk

penyusunan standar kualitas dan keamanan pangan

(2) Terlaksananya bimbingan dan pendampingan pengembangan agribisnis

ubi kayu

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas

ekonomi masyarakat terutama kelompok tani ubi kayu, Pemingkatan Produk

Ubikayu 5 %.

5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

1.284.135.000,- (Satu milyar dua ratus delapan puluh empat juta seratus tiga

puluh lima ribu rupiah), dan sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp.

1.249.196.690,- atau 97.27% dari target anggaran yang digunakan untuk

membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, berlokasi di Kecamatan Pangalengan, Pasirjambu,

Rancabali, Kertasari, Soreang , Cimaung , Banjaran, Kutawaringin, Cileunyi

yang meliputi:

1. Tersedianya Benih Strawberry Bermutu

2. Tersedianya Benih G3 Bersertifikat

Page 114: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

104

3. Tersedianya Benih Sayuran Dataran Rendah

4. Pengembangan sayur organik

5. Tersedianya Pupuk Kompos

6. Tersedianya Sarana Pengolahan Kompos

7. Tersedianya Embung Untuk Sarana Pengairan di Lahan Kering

8. Tersedianya Alat pengolahan Jamur dan Buah

9. Terfasilitasinya Pengembangan Sayuran Organik

10. Terfasilitasinya Pengembangan Hortikultural Organik

11. Terfasilitasinya Sarana Pengairan di Lahan Pertanian Organik

12. Terlaksananya pengembangan Penangkaran buah

13. Terlaksananya Pembangunan green House ( permanen).

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengembangan pertanian pada lahan

kering, adalah sebagai berikut:

(1) Berkembangnya Penangkar Strawberry

(2) Berkembangnya Petani Penangkar Kentang Bersertifikat

(3) Berkembangnya Petani Organik di Dataran Rendah

(4) Berkembangnya Petani Organik Hortikultura

(5) Berkembangnya Teknologi Pengolahan Pupuk Organik

(6) Meningkatnya Perluasan Areal Tanam di Lahan Kering

(7) Bertambahnya Nilai Produk Petani Melalui Peningkatan Teknologi

(8) Terfasilitasinya Pengembangan Sayuran Organik

(9) Terfasilitasinya Pengembangan Hortikultura Organik

(10) Terfasilitasinya Sarana Pengairan di Lahan Pertanian Organik

Adapun hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan pengembangan

pertanian pada lahan kering, adalah:

1) Meningkatnya Ketersediaan Sumber Daya Air Melalui Sarana Irigasi

Sprinkler pada Lahan Kering Hortikultura.

2) Meningkatnya Ketersediaan Sumber Daya Air Melalui Sarana Irigasi Tetes

pada Lahan Kering Hortikultura.

3) Meningkatnya Produktivitas Penyediaan Pupuk Organik & Kompos.

4) Meningkatnya Ketersediaan Air pada Musim Kemarau Pada Lahan Kering.

5) Terpeliharanya Lahan/Infrastruktur Pertanian.

6) Terpeliharanya Pagar Hidup serta dapat memudahkan pembersihan lahan

dari semak/alang-alang.

Page 115: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

105

7) Tersedianya Air di dalam Embung

8) Meningkatnya produksi dan produktivitas sayuran.

9) Meningkatnya pemberdayaan petani sayuran.

6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan.

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

350.000.000,- (Tiga ratus lima pulih ribu rupiah), dan sampai dengan triwulan IV

terealisasi sebesar Rp. 348.248.650,- atau 93.79 % dari target anggaran yang

digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatannya,

sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

a. Pelaksanaan kegiatan, berlokasi di Kecamatan Soreang, Kutawaringin,

Banjaran, Pameungpeuk, Baleendah, Ciparay, Bojong soang dan Solokanjeruk,

yang meliputi:

1. Terlaksananya pengadaan Benih Padi VUB Kelas SS (Label Ungu) dan

Benih Padi Hibrtida.

2. Terlaksananya sertifikasi benih unggul dan bersertifikat

3. Tersedianya Bantuan Benih Bencana Alam

4. Tersosialisasinya Benih Padi Hibrida

5. Terlaksananya Pengadaan Power Tresher/Perontok Padi

6. Terlaksananya Pengadaan Pompa Air 2 inch

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan.

d. Evalusi dan Pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Perbenihan dan

Pembibitan pertanian/perkebunan, adalah terlaksananya pengembangan

benih/bibit pertanian/perkebunan, dan hasil yang didapat dari kegiatan

Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan pertanian/perkebunan tersebut,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Terlaksananya penangkaran benih padi berlabel

2) Berkembangnya area pertanaman padi organik

Page 116: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

106

7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/

Perkebunan.

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

637.032.000,- (Enam ratus tiga puluh tujuh juta tiga puluh dua ribu rupiah), dan

sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 632.153.650,- atau 99.23 %

dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun

langkah/proses kegiatannya, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan berlokasi di 4 Kecamatan yaitu di Kecamatan Soreang,

Cikancung, Pangalengan dan Cileunyi yang meliputi:

1. Terlaksananya Sosialisasi Keg. Simakit (Lap. OPT)

2. Terlaksananya Sosialisasi Keg. SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian

Hama Terpadu)

3. Terlaksananya Penilaian Kebun

4. Terlaksananya Koordinasi Gangguan Usaha Perkebunan (GUP)

5. Terlaksananya Adopsi Kopi Organik

6. Terlaksananya Sosialisasi Indikator Blok Kinerja (IBK) dan Pengendalian

OPT Kab. Bandung

7. Terlaksananya Kegiatan Penilaian Usaha Perkebunan Tahun 2012 di

Kabupaten Bandung

8. Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan Penilaian Usaha Perkebunan

c. Monitoring, Evalusi dan Pelaporan.

d. Evalusi dan Pelaporan

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Pertanian / Perkebunan, adalah terlaksananya pengembangan

Meningkatnya PSK Petani kebun dalam menangani OPT di Lapangan

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menghijaukan daerahnya

dengan komoditi Perkebunan yang ramah lingkungan

Meningkatnya kesejahteraan dan Pendapatan Petan

Tersajinya data laporan Penilaian Usaha Perkebunan di Kabupaten

Bandung

Meningkatnya kesadaran pelaku perkebunan untuk memenuhi standar

baku teknis usaha perkebunan dalam memaksimalkan kinerja

Page 117: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

107

perkebunan dan memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan perundangan

yang berlaku

Meningkatnya pemahaman masyarakat petani kebun tentang agribisnis

perkebunan

8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan

dan Produk Pertanian.

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar

Rp.559.024.905,- (Lima ratus lima puluh sembilan juta dua puluh empat ribu

sembilan ratus lima rupiah), dan sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar

Rp. 405.105.915,- atau 72.47 % dari target anggaran yang digunakan untuk

membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan berlokasi di Kec. Pacet, Paseh, Arjasari, Ibun,

Cicalengka, Cikancung, Soreang, Ciwidey Nagreg,

Kutawaringin,Cimaung,Pasirjambu,Cileunyi, yang meliputi:

1. Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan DBHC

2. Terlaksananya Kegiatan Evaluasi DBHC

3. Terlaksananya Kegiatan Budidaya Tembakau

4. Terlaksananya Kegiatan Pengendalian OPT Tembakau

5. Terlaksananya Peningkatan Kualitas Tembakau melalui sistem GAP

6. Terlaksananya pengadaan bibit tembakau:

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan.

d. Evalusi dan Pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan laporan berkala kondisi ketahanan

pangan daerah, adalah :

(1) Meningkatnya pemahaman Petani Tembakau dalam melaksanakan

kegiatan DBHC di Lapangan

(2) Meningkatnya PSK Petani dalam menangani /Mengendaliakan OPT di

Lapangan Meningkatnya Pemasaran Produksi Tanaman Perkebunan.

(3) Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menghijaukan daerahnya

dengan komoditi Perkebunan Meningkatnya Kualitas Hasil tembakau

Page 118: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

108

(4) Meningkatnya Kualitas Hasil tembakau

(5) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/

Perkebunan

1. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi

Pertanian/Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

75.000.000,- (Tujuh puluh lima juta rupiah)), dan sampai dengan triwulan IV

terealisasi sebesar Rp.75.000.000,- atau 100.00 % dari target anggaran yang

digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya Kegiatan Temu Usaha Bidang Hortikultura, Padi Palawija,

Perkebunan dan Kehutanan

2. Teridentifikasinya Pelaku Usaha Bidang Hortikultura, Padi Palawija,

Perkebunan dan Kehutanan

3. Terfasilitasinya Petugas Duta Promo Prodak Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah:

(1) Terjadinya Kemitraan Antara Petani Dengan Para Pelaku Usaha

(2) Tersedianya database pelaku – pelaku usaha bidang Hortikultura, Padi

Palawija, Perkebunan dan Kehutanan

(3) Terbentuknya Pencitraan Prodak Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah pedoman dan acuan

arah kebijakan dalam pengembangan dan pembangunan komoditas unggulan

pertanian di Kabupaten Bandung dan penguatan lembaga perbenihan komoditas

pertanian unggul, Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam

Page 119: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

109

penguasaan teknologi pasca panen yaitu dalam pengolahan serta pemasaran

hasilnya.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam pendukungan dan

penyediaan informasi pembangunan pertanian, sehingga segala data tentang

pertanian dapat tersedia secara cepat, akurat dan tepat, yang pada akhirnya

dapat meningkatkan keakuratan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program

serta kegiatan pembangunan pertanian yang akuntabel. Selain itu kegiatan ini

juga dapat bermanfaat dalam peningkatan kapasitas produksi dan pemasaran

sebesar ±2%, dalam perkembangan kegiatan usaha agribisnis serta terciptanya

masyarakat tani yang mampu bersinergi, berintergrasi dan berkemitraan dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat tani, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis usaha agribisnis

local unggulan.

2. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/perkebunan Unggulan

Daerah

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

625.000.000,- (Enam ratus dua puluh lima ribu rupiah), dan sampai dengan

triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 620.991.450- atau 99.36 % dari target

anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan berlokasi di 11 Kecamatan yaitu Kecamatan Baleendah,

Solokanjeruk, Bojongsoang, Pangalengan, Cimaung, Ciwidey, Rancabali,

Soreang, Pasirjambu dan Nagreg, yang meliputi:

1. Terlaksananya Kegiatan Promosi Produk Pertanian melalui Kegiatan

Pameran

2. Terlaksananya Kegiatan Promosi dan terpasarkannya prodak pertanian

melalui pasar tani

3. Terlaksananya Kegiatan Gelar festival Strawberry dan buah-buahan

unggulan Daerah Tingkat Provinsi Jawa Barat

4. Terlaksananya Kegiatan Pameran Tingkat Nasional (Pekan Flori Nasional)

PF2N dan Internasional Flower Festival

Page 120: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

110

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah:

(1) Terpromosikannya produk komoditas unggulan lokal

3. Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi Hasil

Pertanian/ Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

334.300.000,- (Tiga ratus tiga puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah), dan

sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 331.451.200,- atau 99.15 %

dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun

langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

c. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan berlokasi di Kecamatan Pasirjambu, Pangalengan,

Arjasari, Cimaung, Kertasari yang meliputi:

1. Terfasilitasinya secara usaha Rumah Kemasan dan fasilitas sarana

rumah kemasan

2. Terfasilitasinya sarana penempuhan hasil pertanian (Freezer)

3. Terfasilitasinya sarana pengolahan produk segar

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan.

- Tersedianya sarana/prasarana untuk kebutuhan packinghouse

- Tersedianya fasilitas teknologi penyimpanan benih bermutu

- Terfasilitasinya timbangan duduk untuk sarana pemasaran hasil stroberi

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pembangunan Pusat-pusat

Penampungan Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan, adalah:

(1) Meningkatnya nilai jual dan mutu produk hortikultura

(2) Meningkatnya nilai tambah dan berkurangnya resiko kerusakan

produk hortikultura

Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

Page 121: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

111

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi

Pertanian/Perkebunan Tepat Guna

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

1.285.525.000,- (Satu milyar dua ratus delapan puluh lima juta lima ratus dua

puluh lima ribu rupiah), sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp.

1.161.417.500,- atau 90.35 % dari target anggaran yang digunakan untuk

membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

c. Pelaksanaan kegiatan, meliputi:

1. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Agen Hayati

2. Terlaksananya Pengembangan Desa PHT

3. Terlaksananya forum Komunikasi Revitalisasi UPJA Center

4. Terlaksananya Bimtek Perlindungan Tanaman dalam Rangka

Pengamanan Produksi Hasil Pertanian

5. Terlaksananya Bimtek Forum Komunikasi Tingkat Desa

6. Terlaksananya Bimtek Teknologi Tepat Guna

7. Tersedianya Bahan Obat-obatan

8. Terlaksananya alat penunjang alat-alat pengolah pertanian

- Brigade Proteksi Tanaman

- Pengembangan Pertanian Organik

- Pengadaan Alat UPJA

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

1. Terlaksananya kerjasama antara petugas dengan kelompok tani dalam

manajemen pengelolaan alat mesin pertanian.

2. Terlaksananya Pengadaan alat-alat penunjang pengolahan Pertanian:

-Brigade Proteksi Tanaman ;

a) Hand Sprayer 70 unit.

b) Emposan Tikus 20 unit

c) Power Sprayer sebanyak 2 unit,

-Pengembangan Pertanian Organiki ;

Alat Pencacah Organik (APO) 2 unit.

Page 122: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

112

-Pengadaan Alat UPJA

a) Traktor 9 unit;

b) Power treser 2 unit;

c) Alat perbengkelan;

d) Mesin parut ubi kayu;

e) Mesin pompa air 11 unit;

Percepatan dan antisipasi lahan

- Pompa Air 2” sebanyak 2.

- Pompa Air 3” sebanyak 10 unit.

- Traktor sebanyak 4 unit.

3. Terlaksananya pengadaan Bahan obat-obatan pertanian yaitu :

- Rodentisida 300 kg.;

- Insektisida 300 liter.;

- Fungisida 250 kg.;

- Rodentisida / pengasapan 40 dus;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan Rutin/berkala sarana

dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna, sebagai berikut:

(1) Meningkatnya penerapan teknologi pertanian tepat guna (SLPHT dan

SLPTT) dan Berkembangnya Desa PHT

(2) Terlaksananya pengembangan desa PHT

(3) Terlaksananya revitalisasi UPJA Center Kabupaten Bandung

(4) Meningkatnya produksi pertanian

(5) Berkembangnya Petani Organik, maupun petani kopi

(6) Terlindunginya Tanaman dalam Rangka Pengamanan Produksi Hasil

Pertanian

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana dan

prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna, adalah meningkatnya

pengetahuan dan keterampilan kelompok tani serta terpenuhinya kebutuhan alat

Page 123: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

113

dan mesin pertanian bagi petani sehingga diharapkan mampu mempermudah

dan meningkatkan hasil produksi dan produktivitas pertanian.

2. Pemeliharaan Rutin Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi

Pertanian/Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

658.125.000,- (Enam ratus lima puluh delapan juta seratus dua puluh lima ribu

rupiah), dan sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 657.084.750,-

atau 99.84 % dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.

Adapun langkah/proses kegiatannya, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya Pemeliharaan Jaringan Irigasi Desa, Jaringan Tingkat

Usaha tani dan Jalan Usaha Tani

2. Terlaksananya Rapat Koordinasi KP3

3. Terlaksananya pembangunan rumah pompa

4. Terlaksananya Pembangunan Rumah Kompos

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan meliputi;

1. Terlaksananya pengembangan jalan usaha tani sepanjang 1 KM di

kecamatan Pacet

2. Terlaksananya Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani

(JITUT), dengan cakupan luas areal 60 ha yang dilaksanakan di

Kecamatan Cileunyi di dua lokasi;

3. Terlaksananya Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES), dengan luas

areal 25 ha di Kecamatan Solokanjeruk.

4. Terlaksananya pembangunan rumah pompa (2 unit), Kecamatan

Bojongsoang, Solokanjeruk;

5. Terlaksananya Pengadaan dan Pengembangan Rumah Kompos

sebanyak 1 unit yang dilaksanakan di Kecamatan Solokanjeruk.

Page 124: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

114

6. Terlaksananya Antisipasi kekeringan : Irigasi air permukaan (Rumah

pompa) 4 lokasi di Kecamatan Baleendahn cikancung, ciparay dan

Rancaekek.

d. Evaluasi dan pelaporan.

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan rutin/berkala sarana

prasarana teknologi pertanian/perkebunan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

- Meningkatnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi sarana

dan prasarana pertanian dalam peningkatan produksi tanaman

pangan.

- Meningkatnya fungsi sarana dan prasarana pertanian di lahan

beririgasi.

- Tervisualisasinya kelembagaan petani di 31 Kecamatan Kabupaten

Bandung.

- Tersajinya Materi Workshop Usaha Tani (WISMP).

- Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan petani dalam

Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pertanian khususnya Tanaman

Pangan.

Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

1. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

1.157.400.000,- (Satu milyar seratus lima puluh tujuh juta empat ratus ribu

rupiah) untuk membiayai kegiatan di Bidang Perkebunan, dan sampai dengan

triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 1.124.418.500,- atau 97.15 % dari target

anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CP/CL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis.

- Pelaksanaan kegiatan, dilaksanakan di Kecamatan Pangalengan, Pasirjambu,

Ciwidey, Cilengkrang, Pacet, Cikancung, Ibun dan Paseh yang meliputi:

1. Terlaksananya pengadaan bibit kopi, Teh, dan Cengkeh

Page 125: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

115

2. Terlaksananya Pengadaan benih kopi

3. Terlaksananya pengawasan dan pemantauan fluktuasi harga komoditas

perkebunan di tingkat petani, pasar

4. Terlaksananya kegiatan pembinaan Penangka Perkebunan di Kab.

Bandung

5. Tersedianya sarana prasarana pasca panen

6. Terlaksananya Pembuatan rumah kompos

7. Terlaksananya Peningkatan Produktifitas lahan perkebunan rakyat

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

1. Terlaksananya kegiatan pembuatan jalan produksi di sekitar kawasan

perkebunan sepanjang 1 km.

2. Terlaksananya Pembuatan Rumah kompos sebanyak 1 unit.

3. Terlaksananya Pengadaan Penunjang Alat-alat Pengembangan Agribisnis

Kopi

d. Evaluasi dan pelaporan.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas

ekonomi masyarakat kelompok tani:

- Meningkatnya pemahaman masyarakat petani kebun tentang agribisnis

perkebunan.

- Berkembangnya agribisnis kopi, teh, dan cengkeh;

- Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan;

2. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/ Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

1.005.300.000,- (Satu milyar lima juta tiga ratus ribu rupiah), dan sampai

dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 986.869.650,- atau 98.17 % dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan terutama di bidang

hortikultura. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CP/CL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis.

b.Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya Pendampingan Pemanfaatan Pekarangan

Page 126: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

116

2. Terlaksananya Pengadaan Bibit Tanaman Buah-buahan, Toga dan Warun

Hidup

3. Terlaksananya Pengadaan Bibit Tanaman Strawberry

4. Terlaksananya Bantuan Bibit Paprika

5. Terlaksananya Bantuan Benih Jamur

6. Terlaksananya Fasilitas Pengembangan Budidaya Tanaman Hias Bonsai

7. Terlaksananya Pembangunan Irigasi Springkel

8. Terlaksananya Pembangunan Embung di Kawasan DAS Hulu

9. Terlaksananya Pembangunan Green House Tanaman Hias Bonsai

10. Terlaksananya pembangunan Green House Sederhana Pembenihan

Kentang

11. Terlaksananya pengadaan Sarana Pengairan Pertanian Organik ;

12. Terlaksanya Pengadaan Sarana Pengolahan Pupuk Organik ;

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Bibit Unggul

Pertanian/Perkebunan, adalah:

(1) Berkembangnya Pemanfaatan Pekarangan Untuk Meningkatkan Potensi

Lokal;

(2) Berkembangnya Budidaya Buah-buahan Potensi Lokal dan

Terdukungnya Pertanian Ramah Lingkungan di Kawasan DAS Hulu;

(3) Terdukungnya Peningkatan Produktivitas Hortikultura Berbasis

Agrowisata;

(4) Berkembangnya Budidaya Paprika Yang Ramah Lingkungan dan Aman

Konsumsi

(5) Berkembangnya Sentra Budidaya Jamur dan Peningkatan Taraf Hidup

Petani.

(6) Meningkatnya Potensi Agrowisata melalui Pengembangan Tanaman Hias

Bonsai.

(7) Meningkatnya luas tanam di musim kemarau dan efisiensi penggunaan

sumber daya air untuk pertanian.

(8) Meningkatnya luas tanam di musim kemarau & termanfaatkannya

sumber daya air di kawasan DAS Hulu.

(9) Berkembangnya kebun percontohan bonsai.

Page 127: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

117

(10)Berkembangnya penangkaran benih kentang bermutu dan bersertifikat;

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), dan sampai dengan triwulan IV terealisasi

sebesar Rp. 297.422.050,- atau 99,14 % dari target anggaran yang digunakan

untuk membiayai kegiatan terutama di bidang Kehutanan . Adapun

langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CP/CL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya Budidaya Aneka Usaha Kehutanan Non Kayu meliputi:

- Budidaya Lebah Madu.

- Budidya Jamur

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu

adalah:

(1) Meningkatnya pendapatan masyarakat pedesaan dan sekitar hutan serta

terciptanya kondisi sumber daya alam yang lestari

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

1. Pembuatan Benih / Bibit Tanaman Hutan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan

DAU sebesar Rp. 230.000.000,- (Dua ratus tiga puluh juta ribu rupiah), dan

sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 216.369.250 atau 94.07 %

dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun

langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

Page 128: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

118

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi;

1. Tersedianya kebun bibit tanaman untuk penghijauan ;

2. Tersedianya kebun bibit rakyat untuk mengurangi luasan lahan kritis;

3. Berkembangnya Bibit kayu;

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pembuatan Benih / Bibit Tanaman

Hutan, adalah:

(1) Ketersediaan bibit tanaman kehutanan untuk membantu berbagai

kebutuhan bibit guna kegiatan penghijauan & RHL oleh masyarakat

berbagai upaya perbaikan lingkungan

2. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi

Hutan dan Lahan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan

DAU Rp. 217.855.000 + DAK Rp. 1.310.920.000 ,- = Rp. 1.528.775.000,(satu

milyar lima ratus dua puluh delapan juta tujuh ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)

dan sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp. 1308.608.839,- atau

85.60 % dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.

Adapun langkah/ proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CP/CL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi

1. Terlaksananya pembatan Hutan Rakyat

2. Terlaksananya Pengadaan bibit kayu-kayuan dan MPTS

3. Terfasilitasinya sarana produksitanaman kehutanan

4. Terlaksananya pembuatan bangunan koservasi (sipil)

5. Terlaksanya Pemeliharaan HR DAK Tahun 2011

6. Terlaksanya Penghijauan Lingkungan

7. Terfasilitasinya Sararana prasarana Penyuluh

8. Terfasilitasinya Sarana prasarana Pengamanan Hutan:

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Page 129: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

119

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pembinaan Pengendalian dan

Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, adalah:

(1) Terlaksananya pengembangan Hutan Rakyat

(2) Menurunnya luas lahan kritis dan terkendalinya bencana

Adapun manfaat utama yang didapat dari kegiatan Pembinaan

Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

tersebut adalah tersedianya bibit tanaman sekaligus terlaksananya penanaman

lahan kritis dan juga mampu menggerakan serta meningkatnya aktivitas

masyarakat di sekitar hutan dan kebun dalam menjaga kelestarian serta

konservasi hutan rakyat seluas 200 hektar.

3. Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Rehabiltasi Hutan

dan Lahan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan

1.602.677.500,- (Satu milyar enam ratus dua juta enam ratus tujuh puluh tujuh

ribu lima ratus rupiah), dan sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar Rp.

1.602.677.500,- atau 95.68 % dari target anggaran yang digunakan untuk

membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CPCL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

(1) Terlaksananya kegiatan pembuatan hutan rakyat silvikultur intensif;

(2) Terlaksananya pembangunan Model Desa Konservasi;

(3) Terfasilitasinya sarana data statistik dan pemetaan kegiatan;

(4) Terlaksananya rapat koordinasi pengendalian lahan kritis dan banjir;

(5) Bintek HHK & MDK;

(6) Terlaksananya penanaman Kakija;

(7) Terlaksananya Perlindungan Mata Air;

(8) Terlaksananya Pembibitan Green school;

(9) Terlaksanaya dukungan thd lomba-lomba;

(10) Peringatan Hari tanam Nasional;

Page 130: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

120

d. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan, dan monitoring kegiatan;

e. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Peran Serta Masyarakat dalam

Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah:

(1) Bertamabhnya Ruang Terbuka Hijau dengan penanaman pohon tanaman

keras

(2) Berkurangnya lahan kritis

(3) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan

Manfaat dari kegiatan peningkatan pranserta masyarakat dalam

Rehabilitasi hutan dan lahan adalah berkuranya/dapat dioptimalkanya kembali

lahan kritis seluas 250 ha, dan bertambahnya ruang terbuka hijau seluas 0,5 ha

serta memiliki data serta peta hutan/lahan yang akurat.

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

Sosialisasi Pencegahan Dan Dampak Kebakaran Hutan Dan Lahan

Pada Tahun Anggaran 2012 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan

DAU sebesar Rp. 64.616.349,- (Enam puluh empat juta enam ratus enam belas

ribu tiga ratus empat puluh sembilan rupiah), dan sampai dengan triwulan IV

terealisasi sebesar Rp. 64.616.349 atau 100.00 % dari target anggaran yang

digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan persiapan

kegiatan;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b.Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

- Terlaksananya Sosialisasi Pencegahan Dan Dampak Kebakaran Hutan

Dan Lahan

c. Sosialisasi, koordinasi, dan konsultasi

d. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan , dan monitoring kegiatan;

e. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Pencegahan Dan

Dampak Kebakaran Hutan Dan Lahan agar masyarakat (kelompok tani)

mengenai upaya-upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan pada

wilayah desa yang berbatasan dengan kawasan hutan, masyarakat dapat

Page 131: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

121

memahami upaya-upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta

mampu mengidentifikasi penyebab kebakaran hutan dan lahan.

Page 132: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

122

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah disajikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

secara keseluruhan baik kinerja kegiatan maupun kinerja pencapaian sasaran

dalam pelaksanaan kegiatan pada APBD, APBD I, APBD II maupun APBN di

Kabupaten Bandung yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan pada tahun 2012 dapat dikatakan telah memperlihatkan kinerja /

hasil yang cukup baik dan maksimal sesuai dengan rencana tingkat capaian

(target) yang telah ditetapkan, baik pada indikator input, output, outcome,

benefit maupun impact. Demikian pula halnya dengan kinerja pencapaian

sasaran pembangunan pertanian yang umumnya telah mampu memenuhi

bahkan melebihi sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana strategis

dan arah kebijakan umum.

Keberhasilan tersebut memberikan dampak positif terhadap laju

pertumbuhan usaha agribisnis di Kabupaten Bandung ini dapat dilihat dari

meningkatnya produksi serta produktivitas padi sebesar 110,83 % dari target

2012 dan 116,71 % dari tahun 2011 (produksi 2011 = 472.989 ton, menjadi

552.029 ton pada Tahun 2012), sedangkan realisasi produktivitas jagung naik

101,60 % dari target yang ditetapkan pada tahun 2012. (target 58,10 ku/ha

dengan realisasi mencapai 59,03 ku/ha pada tahun 2012) dan 105,43 % dari

tahun 2011. Kemudian Lima komoditas utama sayuran di kabupaten

Bandung yaitu kentang, tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima

komoditas tersebut (kecuali cabe yang mengalami penurunan dalam luas

tanam sehingga mempengaruhi produksi. Namun produktivitasnya

meningkat) mengalami peningkatan dalam hal produksi dan produktivitas.

Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif

yang dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar

(ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran

Page 133: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

123

eksklusif jepang. Komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan,

Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.

Komoditas yang perkembangannya cukup besar dan signifikan adalah

komoditas stroberi dengan jumlah produksi sebanyak 151.959 ton dari luas

areal 451 hektar. Penghasil terbesar stroberi tersebar di tiga kecamatan

yaitu Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali (Pacira), dan pada

tahun 2012 bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Bandung, Pemerintah

Kabupaten Bandung mendeklarasikan dan menetapkan sebagai

“kabupaten stroberi”’ dengan memecahkan rekor muri meminum jus

stroberi terbanyak. Melalui penetapan ini, memberikan komitmen dari

pemerintah untuk mengembangkan komoditas unggul lokal, tanaman

perkebunan rakyat yaitu; teh 3.142 ton naik 100,07% (olahan) dari tahun

2011, kopi mencapai 25,450 ton bahan mentah dan olahannya 6.362 ton

naik 135,68% dari tahun 2011 (olahan) dan 135,68% dari tahun 2011

(bahan mentah), serta kembali terehabilitasinya lahan kritis seluas 6.096,67

Hektar pada tahun 2012 ini, kemudian tingkat kehilangan hasil komoditas

padi yang pada tahun 2011 tingkat kehilangan hasil mencapai 11,15% dan

pada tahun 2012 ini menurun 0,04% menjadi 11,11%.

Namun demikian, tercatat juga beberapa kekurang berhasilan dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun

2012 ini, di antaranya adalah masih adanya beberapa komoditas pertanian yang

belum mampu mencapai produksi sesuai dengan target yang ditentukan. Kondisi

tersebut sebagian besar diakibatkan oleh keadaan alam yang berfluktuasi sacara

ekstreem dan belum mampu kita tangani serta memanipulasinya secara baik.

Selain itu kondisi petani yang umumnya memiliki lahan usahatani yang

sempit dan permodalan yang minim, mengakibatkan produktivitas, efisiensi dan

pendapatannya sulit untuk dtingkatkan secara maksimal. Kondisi ini diperkirakan

akan menjadi masalah serius di masa yang akan datang mengingat alih fungsi

lahan pertanian menjadi non-pertanian terutama oleh pemukiman penduduk

Page 134: BAB I. PENDAHULUAN · IKHTISAR EKSEKUTIF Penerapan perjanjian Free Trade dalam pembangunan ekonomi wilayah serta peluncuran target MDGs 2015 dalam upaya pengentasan kemiskinan, besar

Din

as P

erta

nia

n P

erke

bun

an d

an

Keh

uta

nan

124

sampai saat ini terus berlangsung dan sulit dihindarkan. Penerapan Teknologi

pertanianpun belum optimal terutama teknologi unggul tepat guna, spesifik

lokasi, efisien dan ramah lingkungan, baik pada tahapan pra produksi, produksi,

pengamanan hasil, maupun pasca panen. Paket teknologi yang diterapkan

sebagian besar masih bersifat rekomendasi umum.

4.2 Saran

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan kegiatan

pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung di tahun-tahun mendatang

masih perlu difokuskan pada upaya-upaya untuk:

a. Lebih meningkatkan akses para petani ataupun Kelompok Tani dalam

kepemilikan sarana produksi.

b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan SDM pertanian, baik

petugas maupun petani melalui upaya-upaya pembinaan dan bimbingan

teknis, penyuluhan pertanian, serta pengembangan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan.

c. Memperkuat kelembagaan tani dan usahatani melalui upaya-upaya

fasilitasi, baik pada subsistem hilir, produksi maupun off-farm.

d. Adanya dukungan dari semua pihak terkait, terutama pemerintahan dalam

memfasilitasi serta menjalankan kebijakan-kebijakan yang berhubungan

dan mendukung keberhasilan program-program yang dilakukan dan

dilaksanakan agar mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat diteruskan

secara berkesinambungan ditahun-tahun selanjutnya.