bab i pendahuluan - repository.unigoro.ac.idrepository.unigoro.ac.id/283/1/bab i.pdfbab i...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar tradisional memiliki posisi khusus dalam pemerintahan Di Negara
Indonesia. Karena, keberadaan pasar tradisional menjadi pusat ekonomi
masyarakat. Ketergantungan pedagan kecil pada keberadaan pasar tradisional
membuat pemerintah sebagai regulator perlu melindungi dan memberdayakanya.
Kebijakan-kebijakan telah dibuat, antara lain dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik indonesia (PERMENDAGRI) No 20 tahun 2012 tentang
pengelolaan dan pemberdayaan pasar tradisional. Peraturan tersebut mengatur
tentang berbagai aspek agar pasar tradisioanal tetap dapat di manfaatkan
konsumen sebagai pusat perbalnjaan guna memenuhi kebutuhan. Tujuan
kebijakan ini untuk mewujudkan pasar tradisional yang tertib, teratur, aman, agar
pasar tradisional bersih dan sehat sebagai pelayan masyarakat pengerak roda
perekonomian daerah dan berdaya saing dengan pusat toko dan pasar moderen
seperti yang dituangkan pada Pasal 2 kebijakan tersebut. Dengan adanya
PERMENDAGRI No 20 tahun 2012 menjadi tangung jawab pemerintah untuk
2
mengelola dan meberdayakan mampu berkembang dan tetap menjadi pusat
ekonomi masyarakat.
Pengelolaan pasar tradisional masih belum berkembang. Pengelolan yang
masih tradisional pula yang mengakibatkan sulitnya berkembangnya. Pasar dan
toko moderen yang terus berkembang menuntut pasar tradisional harus bertahan
di dalam persaingan. Kondisi pasar yang kotor, tak tertata dan kumuh
menyebabkan konsumen enggan berbelanjan di pasar tradisional. Pedagang-
pedagang kurang memperhatikan kebersihan dan Penataan daganganya. Maka dari
itu, Peran Pemerintah Kabupaten Tuban sebagai fasilitator perlu melakukan
langkah- langkah untuk memberdayakan pasar tradisional.
Selain PEMENDAGRI No 20 tahun 2012. Sebelum ada nya Peraturan
Presiden No 112 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia No 53 tahun 2008 yang mengatur tentang penataan dan pembinaan
pasar tradisional. Pusat pembelanjaan dan toko moderen. Peraturan tersebut di
buat guna membantu pasar tradisional agar dapat bertahan dan bersaing dengan
perkembangan perekonomian khususnya dalam perdagangan.
Pemerintahan kecamatan Soko menyadari pemberdayaan pasar tradisional
dapat meningkatkan prekonomian masyarakat. Pemerintah Kecamatan soko telah
membuat seperangkat peraturan yaitu memberikan perlindungan terhadap pasar
3
tradisional tentang petunjuk pelaksanaan penglolaan pasar tradisional. Pemerintah
kecamatan soko pun sebelumnya telah mengluarkan kebijakan untuk melindungi
pasar tradisioanal yaitu pembatasan pembangunan ritel ( Toko) serta aturan ketat
pada pendirian toko moderen dari segi lokasi dan jarak dari pasar tradisional.
Dengan penerapan kebijakan tersebut memungkin pasar tradisional dapat semakin
berkembang dan menjadi tujuan utama konsumen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Implementasi kebijakan penglolaan dan pemberdayan pasar
tradisional merupakan hal teknis yang harus dilaksanakan oleh kebijakan
pemerintah relokasi pasar dan pembatasan ritel tidak cukup untuk mengembakan
pasar tradisional. Kondisi pasar yang kurang bersih menunjukan bahwa
penglolaan pasar tidak berjalan dengan baik. Sehinga perlu adanya langkah
selanjutnya untuk menyelesaikan hal tersebut.
Di Kecamatan Soko masalah Pasar belum ada pengaturan yang jelas, baik
dari segi regulasi, letak, dan retribusinya. Selain menimbulkan efek negative
seperti mengganggu lalu lintas, menimbulkan kemacetan lalulintas, Pasar
tradisional Di Kecamatan Soko juga memberikan dampak positif baik secara
ekonomi, sosial maupun budaya. Dilihat dari aspek ekonomi, Pasar-pasar di
beberapa Desa di Kecamatan Soko merupakan potensi yang cukup besar
meningkatkan pendapatan masyarakat, serta menambah sumber pundi-pundi
4
Pendapatan Asli Daerah Kecamatan Soko. Dari aspek sosial, Pasar-pasar di
Kecamatan Soko dapat mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan, serta
diharapkan dapat mengurangi tingkat kejahatan Di Kecamatan Soko. Dari aspek
budaya, Pasar tradisional dapat digunakan sebagai sarana wisata belanja yang
murah dan meriah khususnya untuk kalangan menengah kebawah.
Pemerintah Kecamatan Soko bukan tidak pernah melakukan upaya untuk
mengatasi permasalahan pedagang kecil ini. Mereka dialihkan di beberapa lokasi
di samping pasar agar tidak mengganggu lalu lintas. Akan tetapi upaya ini belum
efektif karena di satu sisi lokasi tersebut belum memadahi. Permasalahan tidak
berhenti sampai di sini saja, ketika Pemerintah Kecamatan Soko memaksa mereka
untuk pindah ke area yang sudah disediakan. Bahkan hal tersebut terjadi berulang-
ulang sebagaimana yang biasa terjadi antara Pemerintah Kecamatan Soko dan
pedagang informal di manapun. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pedagang
Pasar tradisional diantaranya yaitu masalah pengaturan (baik regulasi, retribusi
dan letak) yang belum memenuhi standat Pedagang, mengganggu lalulintas, serta
menimbulkan kesemrawutan. Sampai hari ini, Pemerintah Kecamatan Soko belum
mampu mengatasi dampak negatif dari keberadaan pasar-pasar tradisional di
Kecamatan Soko. Lokasi pasar tradisional di Kecamatan Soko justru malah
bertambah banyaknya pedagang kaki lima. Tentu saja berakibat pada kemacetan
5
yang semakin parah dan kesumpekan di lokasi pasar tersebut. Penataan yang
dilakukan Pemerintah Kecamatan dengan cara dialihkan ke beberapa lokasi belum
maksimal, karena lokasi tersebut kurang memadahi untuk pedagang pasar dan
pedagang kaki lima.
Gambar Kerangka Berfikir
PENATAAN PASAR
PASAR TERTATA
PENGLOLAAN PASAR
PENDAPATAN PASAR
KIOS PASAR
PASAR SEMERAWUT
PARKIR PASAR
PEDAGANG PASAR PEDAGANG KAKI
LIMA
APBD NAIK
6
Setelah dikeluarkannya Perda Nomor 28 Tahun 2009, Pemkab Tuban
yakin bahwa penataan pedagang pasar dan pedagang kaki lima dapat segera
terwujud, dengan adanya. Perda untuk penataan pasar, diharapkan pedagang pasar
tradisional di Kecamatan Soko bisa lebih tertib, lalu lintas kembali lancar dan
tercipta keindahan. Berdasarkan latar belakang di atas maka. “Analisis Kebijakan
Pemerintah Kabupaten Terhadap pasar tradisional dan pedagang kaki lima
(PKL) Dalam peningkatan pendapatan pasar Di Kecamatan Soko Kabupaten
Tuban” merupakan judul yang menarik untuk dikaji oleh peneliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Peran Pemerintah Kecamatan Soko terhadap pengelolaan pasar
tradisional dan pedagang kaki lima dalam peningkatan pendapatan
pasar.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Pemerintah Kecamatan Soko
dalam penataan dan penertiban pedagang pasar dan pedagang kaki lima
(PKL).
1.3 Batasan-batasan Masalah
1. Kebijakan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat tahun 2014
dijelaskan bahwa kebijakan yaitu: 1. Selalu menggunakan akal budinya;
7
pandai; mahir. 2. Pandai bercakap-cakap; petah lidah. Selanjutnya dijelaskan
bahwa kebijakan diartikan sebagai 1. Kepandaian; kemahiran; kebijaksanaan;
2. Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak
(tentang pemerintahan, organisasi dan sebagainya); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip atau garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai
sasaran. Mustopadidjaja dalam Tahir (2014:21) menjelaskan, bahwa istilah
kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya atau kegiatan pemerintah, serta
perilaku negara pada umumnya dan kebijakan tersebut dituangkan dalam
berbagai bentuk peraturan. Anderson Tahir (2014:12), kebijakan yaitu suatu
tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan sesorang pelaku atau
sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Selanjutnya Anderson
dalam Tahir (2014:21) mengklasifikasi kebijakan, policy, menjadi dua:
substantif dan prosedural. Kebijakan substantif yaitu apa yang harus
dilakukan oleh pemerintah sedangkan kebijakan prosedural yaitu siapa dan
bagaimana kebijakan tersebut diselenggarakan. Ini berarti, kebijakan publik
adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan
pejabat-pejabat pemerintah. Nurcholis (2007:263), memberikan definisi
kebijakan sebagai keputusan suatu oragnisasi yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat
dijadikan Kebijakan substantif yaitu apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah sedangkan kebijakan prosedural yaitu siapa dan bagaimana
kebijakan tersebut diselenggarakan pedoman perilaku dalam hal:
8
1. Pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok
sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksanaan kebijakan.
2. Penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik
dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan
kelompok sasaran yang dimaksudkan.
Pengertian kebijakan yang dikutip oleh Jones (1996:47) dalam
pandangan Prof Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt adalah: ”a standing decision
characterized by behavior consistency and repetiveness on the part of both
thoose who make it and those who abide by it”Menurut Jones, bahwa
kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan
pengulangan (repetiveness) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari
mereka yang mematuhi keputusan tersebut. Sekalipun definisi menimbulkan
beberapa pertanyaan atau masalah untuk menilai beberapa pertanyaan atau
masalah untuk menilai berapa lama sebuah keputusan dapat bertahan atau hal
apakah yang membentuk konsistensi dan pengulangan tingkah laku yang
dimaksud serta siapa yang sebenarnya malakukan jumlah pembuat kebijakan
dan pematuh kebijakan tersebut, namun demikian definisi ini telah
memperkenalkan beberapa komponen kebijakan publik. Sementara itu
Nugroho (2003: 7) mengemukakan bahwa kebijakan adalah suatu aturan yang
9
mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh
warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sangsi sesuai dengan bobot
pelanggaran yang dilakukan dan dijatuhkan di depan masyarakat oleh lembaga
yang mempunyai tugas menjatuhkan sangsi. Syafiie (2006:104)
mengemukakan bahwa kebijakan (policy) hendaknya dibedakan dengan
kebijaksanaan (wisdom) karena kebijaksanaan merupakan pengejawantahan
aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat oleh person
pejabat yang berwenang. Untuk itu Syafiie mendefinisikan kebijakan publik
adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan
upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta jadi
penganjur, inovasi dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan
tindakan terarah.
Menurut William Dunn dalam Sahya Anggara (2014:5) menjelaskan
bahwa ada empat ciri pokok masalah kebijakan, yaitu sebagai berikut:
1. Saling kebergantungan. Kebijakan bukan merupakan suatu kesatuan yang
berdiri sendiri, melainkan bagian dari seluruh sistem masalah.
2. Subyektifitas. Kondisi eksternal yang menimbulkan suatu permsalahan
didefinisikan, diklarifikasikan, dijelaskan, dan dievaluasi secara selektif.
10
3. Sifat bantuan. Masalah-masalah kebijakan dipahami, dipertahankan, dan
diubah secara sosial.
4. Dinamika masalah kebijakan. Cara pandang orang terhadap masalah pada
akhirnya akan menentukan solusi yang ditawarkan untuk memecahkan
masalah tersebut.
Empat hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan mengandung
berbagai pertimbangan, terlebih jika menyangkut masyarakat banyak. Artinya
dapat berhubungan dengan prinsip kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, dan
prinsip demokrasi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Irfan Islami dalam Edy Sutrisno
(2009:16), bahwa kebijakan mempunyai beberapa implikasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdananya berupa penetapan
tindakan-tindakan dari Pemerintah.
2. Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi
dilaksanakan dalam bentuk yang nyata.
3. Bahwa kebijakan publik itu, baik untuk melakukan sesuatu itu mempunyai
dan dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu.
11
4. Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan
seluruh anggota masyaraka
2. Pedagang Pasar
Pasar atau market merupakan sebuah tempat bertemunya pembeli dengan
penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli
suatu barang dan jasa atau sumber daya ekonomi dan berbagai faktor produksi
yang lainnya. Pada umumnya, pengertian pasar tidak menunjuk ke sebuah lokasi
ataupun tempat-tempat tertentu, hal ini karena pasar tidak memiliki batas
geografis. Adanya sistem jaringan komunikasi modern dapat meniadakan
hambatan atau batasan-batasan geografis, sehingga dapat memungkinkan penjual
dan pembeli bertransaksi tanpa harus saling melihat wajah satu sama lain.
Pengertian pasar yang kita bahas disini lebih menitik beratkan ke arti
ekonomi yaitu untuk transaksi jual dan beli. Dalam ilmu ekonomi, pengertian
pasar yaitu sebagai besarnya permintaan serta penawaran pada jenis barang atau
jasa tertentu. Pengertian pasar merupakan permintaan serta penawaran secara
keseluruhan untuk jasa dan barang tertentu. Pengertian pasar lebih merujuk
kepada semua aktivitas penawaran dan jasa.
12
Pada prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan
dengan adanya kebebasan dalam bersaing, baik itu untuk pembeli maupun
penjual. Penjual mempunyai kebebasan untuk memutuskan barang atau jasa apa
yang seharusnya untuk diproduksi serta yang akan di distribusikan. Sedangkan
bagi pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan untuk membeli dan memilih
barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya belinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan pasar sangat lah penting bagi
kehidupan. Hal ini karena apabila terdapat kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan
sendiri, dapat memperoleh kebutuhan tersebut di pasar. Para konsumen atau
pembeli datang ke pasar untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhannya dengan
membawa sejumlah uang guna membayar harganya.
1. Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah sebuah profesi yang terjadi akibat
semakin sempitnya lapangan pekerjaan di sektor formal sehingga sebagian
masyarakat beralih ke sektor informal demi kelangsungan hidupnya. Menurut
McGee dan Yeung (1977:25), PKL mempunyai pengertian yang sama dengan
”hawkers”, yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan
13
jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum,
terutama di pinggir jalan dan trotoar.
Sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan aktivitas
ekonomi berskala kecil dan sering mengalami banyak kesulitan untuk menjalin
hubungan secara resmi. Sektor informal yang dimaksud di sini adalah suatu
kegiatan berskala kecil yang bertujuan untuk mendapatkan kesempatan kerja.
Elemen yang umumnya termasuk dalam sektor ini adalah yang berpendidikan
kurang, ketrampilan kurang dan umumnya para pendatang. Pengertian tersebut
sebagai gambaran tentang sektor informal. Hal ini tergantung dari sudut pandang
operasional maupun penelitian (Manning-Tadjuddin, 1996:90-91).
4. Penataan
Penataan adalah kegiatan atau upaya untuk mengatur dan menata dalam
suatu susunan yang sistematis dengan memperhatikan kegunaan, bentuk dan sifat
penataan. Dalam penelitian ini, penataan yang dimaksud tidak hanya melihat
kondisi fisik dari lokasi pedagang pasar dan pedagang kaki lima tetapi juga
penataan dan pengaturan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dalam mengelola
pedagang pasar dan pedagang kaki lima yang ada agar kondisinya lebih baik dan
teratur demi terciptanya ketertiban dan kebersihan dan peningkatan kesejahteraan
pedagang pasar dan pedagang kaki lima.
14
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan
tujuan dari penelitian ini adalah.
1. Mengetahui peran Pemerintah Kecamatan Soko terhadap pengelolaan pasar
dan pedagang kaki lima (PKL) dalam peningkatan pendapatan pasar.
2. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Pemerintah Kecamatan
Soko dalam penataan pedagang pasar dan pedagang kaki lima (PKL).
1.5 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan teori
Analisis Kebijakan Pemerintah Kabupaten Terhadap pasar tradisional dan
pedagang kaki lima (PKL) dalam peningkatan pendapatan pasar Di Kecamatan
Soko Kabupaten Tuban khususnya mengenai kebijakan Pemerintah Kecamatan
Soko dalam penataan pedagang pasar dan pedagang kaki lima.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang kebijakan
Pemerintah terhadap penataan pedagang pasar dan pedagang kaki lima
dalam peningkatan pendapatan agar lebih sejahtera dan tertib, sehingga
peneliti ini dapat mengetahui mengenai implementasi kebijakan
15
Pemerintah kecamatan Soko dalam penataan pedagang pasar dan pedagang
kaki lima.
b. Bagi Pedagang Pasar Dan Pedagang Kaki Lima
Penelitian ini memberikan informasi kepada pedagang pasar dan pedagang
kaki lima mengenai kebijakan Pemerintah Kecamatan dalam penataan
serta memberikan informasi mengenai peraturan-peraturan bagi pedagang
pasar dan Pedagang Kaki lima.
1.6 HIPOTESIS
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang, perumusan masalah yang
diuraikan diatas dan dihubungkan dengan telaah pustaka maka penulis dapat
menarik hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga bahwa peran Pemerintahan Kecamatan Soko terhadap penglolaan
pasar dan pedagang kaki lima dalam meningkatkan pendapatan pasar
belum signifikan.
2. Diduga factor-factor yang mempengaruhi peran Pemerintah Kecamatan
Soko dalam penataan dan penertiban pedagang pasar dan pedagan kaki
lima belum segnifikan.