bab i pendahuluan - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/38862/3/bab i.pdf1 bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia termasuk dalam Negara berkembang yang corak
kehidupan dan perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, serta kehidupan
rakyatnya masih bergantung pada tanah. Oleh karena itu tanah mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat penting dalam aspek kehidupan dan
penghidupan manusia. Bumi, air, dan ruang angkasa termasuk yang terkandung
didalamnya, sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa memiliki fungsi sangat
penting guna membangun masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan yang
di cita-citakan.1
Ketentuan tersebut juga sesuai dengan pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945 yang menyebutkan :
“Bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya harus
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.2
Menurut pasal 4 ayat (1) UUPA yang disebut tanah adalah permukaan
bumi yang dapat diberikan dan dipunyai oleh orang-orang sendiri, maupun
bersama-sama dengan orang lain serta badan hukum. Dalam pasal 4 ayat (2)
UUPA menjelaskan bahwa hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam pasal 4 ayat
(1) yaitu memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan,
dan air serta ruang yang ada diatasnya diperlukan untuk kepentingan yang
1 Penjelasan Umum atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria 2 Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
2
berhubungan dengan penggunaan tanah dalam batas-batas menurut Undang-
Undang Pokok Agraria dan peraturan yang lebih tinggi.3
Terdapat 3 Tujuan pokok UUPA yaitu sebagai dasar bagi penyusunan
hukum agraria nasional yang merupakan alat untuk membawa kemakmuran,
kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat; sebagai dasar untuk
mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan; dan sebagai
dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi
rakyat.4
Dalam menjamin kepastian hak dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas tanah, UUPA mengatur tentang adanya keharusan untuk
melaksanakan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia, sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 19 UUPA. Hal tersebut dilakukan agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Terjaminnya
kepastian hukum dalam hal mendaftarkan tanah diatur dipasal 19 ayat (1)
UUPA, yang menjelaskan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh
pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia
menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.5
Ketentuan dalam pasal 19 ayat (1) UUPA merupakan ketentuan yang
ditujukan kepada Pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran tanah diseluruh
Indonesia, yang juga merupakan dasar hukum pelaksanaan pendaftaran tanah
untuk memperoleh surat tanda bukti hak atas tanah yang berlaku sebagai alat
3 Ali Achmad Chomzah, 2002, Hukum Pertanahan; Pemberian Hak Atas Tanah Negara,
Sertipikat dan Permasalahan, Jakarta, Prestasi Pustaka, Hal : 111 4 Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, Penerbit
Djambatan, Cetakan keduabelas, Hal : 219 5 Ibid. Hal : 472
3
pembuktian yang kuat. Sehingga dalam menindaklanjuti hal tersebut, maka
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah. Sebelum adanya PP No. 24 Tahun 1997, terkait Pendaftaran tanah diatur
didalam PP No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. PP Nomor 10 Tahun
1961 tentang pendaftaran tanah untuk mengatur pendaftaran tanah yang ada di
Indonesia. Namun PP No. 10 Tahun 1961 tersebut dipandang tidak dapat lagi
sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata pada pembangunan
nasional, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah
tersebut.6
Kemudian terkait dengan tujuan dari prosedur pendaftaran tanah diatur
dalam pasal 3 huruf a Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah yang menjelaskan bahwa dalam hal memberi kepastian
hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,
satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah
membuktikan sebagai pemilik pemegang hak.7 Pendaftaran tanah merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah secara terus menerus
dan diatur berupa pengumpulan data keterangan atau data tertentu yang ada
diwilayah-wilayah tertentu bagi kepentingan rakyat.8
Dalam pendaftaran tanah akan terjadi adanya surat bukti berupa sertifikat
hak atas tanah bagi pemegang hak sebagai bukti yang otentik seperti dijelaskan
6 Dewi Zulkarnain. 2013. Bentuk Penyeleseaian Terhadap Sertifikat Ganda (Overlapping)
Antara Sertifikat Hak Guna Bangunan Dengan Sertifikat Hak Milik Oleh Badan Pertanahan
Nasional Kota Surabaya II, Hal : 3, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” 7 Irawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola, Surabaya
Hal : 157 8 Sediono M.P, Tjondronegoro, 1999, Sosiologi Agraria, Bandung : Yayasan Obor Indonesia,
Hal : 50
4
dalam pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah yang berbunyi sertifikat merupakan surat tanda hak yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.9
Untuk menjamin adanya kepastian hukum dan perlindungan terhadap
pemegang hak sesuai pasal 19 ayat (1) UUPA, maka dilaksanakan pedaftaran
tanah diseluruh wilayah Indonesia yang meliputi :
1. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;
2. Pendaftaraan hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.10
Kegiatan pendaftaran tanah meliputi pemeliharaan dalam pendaftaran
tanah dan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali. Pemeliharaan data
pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan untuk
menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama surat ukur, buku tanah dan sertifikat, dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dikemudian. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan pada saat
pemeliharaan data pendaftaran tanah :
1. Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak;
9 Syarifah Lia Malini Sari dan Lathifah Hanim, Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian
Sengketa Timbulnya Tumpang Tindih Sertifikat Hak Milik (SHM) Atas Tanah (Studi Kasus di
Kantor Pertanahan/Agraria Dan Tata Ruang Kota Pontianak), Jurnal Akta Vol. 4 No. 1 : 33-36, Hal
: 34 10 Benedicta Putri Dumatubun, Pendaftaran Tanah Pertama Kali (Konversi Hak Milik Atas
Tanah Adat) Dalam Rangka Memberikan Jaminan Kepastian Hukum, Ilmu Hukum, Uniiversitas
Atma Jaya Yogyakarta, Hal : 4
5
2. Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.11
Sedangkan untuk pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang belum didaftar
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 dan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997. Objek pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah tanah
negara dari tanah bekas hak milik adat. Kegiatan dan pelaksanaan pendaftaran
tanah untuk pertama kali diatur dalam pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah yang meliputi :
1. Pengumpulan dan pengelolaan data fisik;
2. Pengumpulan dan pengelolaan data yuridis serta pembukuan haknya;
3. Penerbitan sertifikat;
4. Penyajian data fisik dan data yuridis;
5. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.12
Dengan adanya aturan tentang pemberian kepastian dan perlindungan
hukum kepada pemegang hak atas tanah, maka terdapat keinginan dari
pemerintah untuk melakukan pendaftaran tanah diwilayah Indonesia. Menurut
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN)
mengungkapkan sebanyak 126 bidang tanah yang ada di Indonesia belum
memiliki sertifikat. Pada tahun 2016, 40 juta bidang tanah sudah bersertifikat
dan pada tahun 2017, 4,2 juta bidang tanah bersertifikat serta pada tahun 2018
ditargetkan 7 juta bidang tanah akan bersertifikat.13
11 Boedi Harsono, Op.Cit. Hal : 488 12 Ibid. Hal : 487 13 Thomas Mola, Progaram Prioritas, Ini Target Jumlah Sertifikat Tanah,
http://kabar24.bisnis.com, diakses 29 Juni 2018
6
Penerbitan sertifikat hak atas tanah yang dikeluarkan oleh Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berupa sertifikat tanah hak
milik yang melibatkan pihak pemohon, peran pemilik tanah, pamong desa dan
pihak instansi terkait untuk memperoleh penjelasan mengenai surat-surat
sebagai alas hak yang berhubungan dengan permohonan sertifikat, sehingga
penjelasan dari pihak terkait memiliki peluang untuk tidak timbul sertifikat yang
cacat hukum.14
Bentuk-bentuk dari sertifikat yang cacat hukum adalah sertifikat palsu,
sertifikat asli tapi palsu dan sertifikat ganda. Sertifikat palsu dapat terjadi apabila
data pembuatan sertifikat dipalsukan. Sertifikat asli tapi palsu yaitu sertifikat
yang secara formal diterbitkan oleh kantor Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota setempat, tetapi surat-surat
yang digunakan sebagai syarat untuk pendaftaran tanah adalah palsu. Sedangkan
sertifikat ganda adalah sertifikat yang diterbitkan oleh kantor Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang menguraikan satu
bidang tanah yang sama dengan sertifikat yang berlainan datanya.15
Sengketa tanah sangat marak terjadi di Indonesia berdasarkan data Badan
Pertanahan Nasional (BPN), pada tahun 2012 telah terjadi 7196 kasus
pertanahan di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan
14 Ali Achmad Chomzah, 2003, Hukum Peertanahan Seri Hukum Pertanahan III-
Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV-Pengadaan Tanah Instansi
Pemerintah, Jakarta, Pretasi Pusaka, Hal : 18 15 Ali Achmad Chomzah, 2002, Op.Cit. Hal : 136
7
pada tahun 2006, yaitu sebanyak 2810 kasus. Pada tahun 2017 terjadi 659 kasus
pertanahan.16
Terjadinya kasus terkait pertanahan dikarenakan data yang ada pada
sertifikat palsu, asli tapi palsu hingga sertifikat ganda. Kasus tersebut terjadi
dikarenakan data yang ada pada buku tanah atau data yang diberikan asli namun
dokumen yang diberikan tidak asli. Jumlah sertifikat yang cacat hukum cukup
banyak terjadi di masyarakat, sehingga menimbulkan kerawanan dan keributa
hingga gugatan pengadilan. Pemalsuan sertifikat dapat terjadi karena tidak
didasarkan pada alas hak yang benar, seperti surat keterangan yang dipalsukan.17
Sertifikat merupakan akta otentik yang menunjukkan kepemilikan tanah
secara sah, tetapi pada kenyataannya dibebarapa wilayah terdapat sertifikat
ganda yang berdampak pada terjadinya sengketa.18 Permasalahan tersebut
berdasarkan faktor yang muncul dari pihak yang menerbitkan sertifikat tanah,
beberapa diantaranya seperti penerbitan sertifikat tidak dilakukan sesuai dengan
ketentuan didalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok agraria
dan peraturan pelaksanaannya dan kecerobohan atau ketidak telitian petugas
pendaftaran tanah. Dan juga faktor dari pihak yang mengajukan pendaftaran
tanah, seperti adanya surat bukti atau pengakuan hak yang ternyata terbukti
mengandung ketidak benaran, kepalsuan atau tidak berlaku lagi dan sewaktu
dilakukan pengukuran atau penelitian di lapangan, pemohon dengan sengaja
16 Leonardo Refialy, Eko Sudiyono, Adi Setiawan, 2015, Pengamanan Sertifikat Tanah
Digital Menggunakan Digital Signature SHA-512 dan RSA, Jurnal Teknik Informatika da Sistem
Informasi, Vol. 1 No. 3 : 229-233, Universitas Kristen Satya Wacana, Hal : 229 17 Hudi Karno Subowo, 2017, Peyelesaian Sengketa Pada Badan Pertanahan Nasional (BPN),
Hukum Dan Dinamika Masyarakat, Vol. 14 No. 2 : 175-203, Hal : 4 18 M. Hamidi Masykur, Jurnal Hukum Acara Perdata, Surabaya, JHAPER, Vol. 2 No. 1 : 37-
58, Universitas Airlangga, Hal : 45
8
menunjukkan letak tanah dan batas tanah yang salah. Selain itu, bisa juga
disebabkan karena wilayah yang bersangkutan belum tersedia peta pendaftaran
tanah.19
Salah satu contoh sengketa mengenai tanah yang terdapat dikehidupan
masyarakat yaitu terdapatnya sertifikat ganda yang menjadi objek sengketa.
Dalam hal ini terjadi di Kabupaten Sidoarjo, sebidang tanah terdaftar atas 2
sertifikat yaitu sertifikat hak milik dengan SHM No. 632 dan SHM No. 633 atas
nama Mohammad Rifa’i dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 831 atas
nama PT. Inti Lokahita. Diketahui pemilik dari SHGB atas nama PT. Inti
lokahita akan melaksanakan pembangunan dan dihalangi oleh pemilik SHM atas
nama Muhammad Rifa’i. Semua sertifikat tersebut resmi diterbitkan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Sidoarjo.20
Terjadinya sertifikat ganda yang terjadi dilingkungan masyarakat
bukanlah suatu hal yang pantas untuk diacuhkan, karena jika mengingat akibat
hukumnya sangat berdampak pada terjadinya permasalahan hukum dan sosial
dimasyarakat, karena sertifikat ganda berpotensi menimbulkan suatu pertikaian
dan kesenjangan ditengah masyarakat yang kemudian menjadi permasalahan
yang berkepanjangan serta juga menjadi peringatan atas peran Negara.
Melihat fakta yang ada, permasalahan tersebut tidak hanya merugikan
masyarakat, tetapi juga merugikan pemerintah terkait. Tanah yang tidak dalam
konflik sengketa dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemegang hak dari
19 Adrian Sutedi, 2012, Sertifikat Hak Atas Tanah, Jakarta, Sinar Grafika Hal : 30 20 Kartika Inda Siahaaan, Tanggung Jawab Kantor Pertanahan Akibat Dikeluarkannya
Sertifikat Ganda yang Mengandung Cacat Hukum Administrasi (Studi Kasus di Kantor Pertanahan
Kabupaten Sidoarjo), Hal : 4-5, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya
9
sertifikat tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis bermaksud
untuk menulis skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TENTANG
PENYELESAIAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH
OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) (Studi Kasus di
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN)
Sidoarjo).”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang akan diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Prosedur pendaftaran tanah di Sidoarjo untuk pertama kali dan
pemeliharaan data pendaftaran tanah ?
2. Apa yang menjadi akar masalah terjadinya sertifikat ganda di Sidoarjo ?
3. Bagaimana upaya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Sidoarjo dalam hal penyelesaian terhadap adanya masalah sertifikat
ganda hak atas tanah ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Prosedur pendaftaran tanah di Sidoarjo untuk pertama kali dan
pemeliharaan data pendaftaran tanah.
2. Mengetahui akar masalah terjadinya sertifikat ganda di Sidoarjo.
3. Mengetahui upaya Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Sidoarjo dalam hal penyelesaian terhadap adanya masalah sertifikat
ganda hak atas tanah.
10
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, penulis mengharap tugas akhir ini memiliki
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan yang
berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan
khususnya hukum yang mengatur tentang adanya pendaftaran tanah yang
dilakukan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Sidoarjo, akar masalah dari teradinya sertifikat ganda serta
penyelesaian adanya sertifikat ganda yang dilakukan oleh Kemeterian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Sidoarjo.
2. Manfaat Praktis
Dapat mengetahui proses pendaftaran tanah yang dilakukan oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Sidoarjo
baik untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah, mengetahui
akar masalah sertifikat ganda dan memberikan gambaran mengenai
penyelesaian sertifikat ganda yang muncul di Sidoarjo.
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang permasalahan yang diangkat oleh penulis, serta digunakan sebagai
syarat akademik untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) dibidang
Ilmu Hukum.
11
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang konkrit
terkait penyelesaian adanya sertifikat ganda terhadap permasalahan yang
diteliti oleh penulis mengenai segala hal yang berkaitan dengan sertifikat
ganda.
3. Bagi Aparat Penegak Hukum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi aparat
penegak hukum terkait adanya sertifikat ganda, agar dapat melakukan
pencegahan munculnya sertifikat ganda.
F. Metoode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan teliti dan
seksama guna memperoleh kebenaran. Metode penelitian merupakan suatu
kegiatan yang berdasarkan metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan
tujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum dengan,
menganalisisnya.21 Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan
maksimal maka penelitian mempergunakan beberapa metode, diantaranya :
1. Metode pendekatan
Metode pendekatan yang dimaksud adalah tipe pendekatan yang akan
diterapkan dalam rangka menjawab permasalahan dan tujuan peelitian ini.
Dalam penelitian yang berjudul Tinjauan Yuridis Tentang Penyelesaian
Adanya Sertifikat Ganda Hak Atas Tanah Oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN) (Studi Kasus Di Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan
21 Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta
Fakultas Hukum, Hal : 1-2
12
Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sidoarjo) menggunakan Metode
Pendekatan Yuridis Sosiologis, artinya suatu penelitian yang dilakukan untuk
mencari, menafsirkan dan membuat kesimpulan terhadap keadaan yang nyata
di masyarakat atau lingkungan masyarakat.22
2. Lokasi Penelitian
Penelitihan ini dilakukan di Kementerian Agraria Tata Ruang atau Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sidoarjo yang beralamat di Jalan Jaksa
Agung R. Suprapto No. 7 Sidokumpul, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten
Sidoarjo.
3. Jenis Data
Jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh penulis yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari responden
yang telah ditentukan melalui kegiatan wawancara atau interview di
Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN)
Sidoarjo.
b. Data Sekunder
Bahan sekunder diperoleh dari Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan,
22 Rony Haitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia
Indonesia, Hal : 30
13
Peraturan Presiden No 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional,
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian
Kasus Pertanahan, serta diperoleh dengan melakukan penelurusan,
mempelajari dan memahami sumber informasi baik berupa buku, jurnal,
penelitian terdahulu, artikel, pengetahuan yang didapat selama kuliah
maupun situs internet yang relevan dan yang berhubungan dengan
pembahasan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk pengumpulan data yang
dilakukan yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah penulis akan melakukan pencarian data secara langsung
di lokasi penelitian yaitu di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di Sidoarjo untuk menemukan data-data
terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
b. Wawancara
Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka, ketika
seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan yang dirancang
untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian
kepada seseorang responden.23 Wawancara yang digunakan oleh penulis
adalah wawancara secara langsung dengan pihak yang terkait dengan
mengumpulkan data melalui tanya jawab, serta diskusi dengan pihak yang
23 Dr. Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum
Normatif&Empiris, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hal : 82
14
bersangkutan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN) di Sidoarjo.
c. Studi Pustaka
Studi Kepustakaan yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang terdapat dalam
buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal, penelitian
sebelumnya, serta media masa maupun media elektronik yang terkait
dengan penelitian. Kemudian data-data tersebut akan disesuaikan dengan
kebutuhan jenis data.
d. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang dimiliki oleh para pihak, dalam hal ini
berkenaan dengan proses penelitian. Dapat juga dihasilkan dari majalah,
koran, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan dalam
penelitian.
e. Studi Internet
Studi internet yaitu penulis melakukan penelitian dengan cara pencarian
bahan-bahan yang terdapat diberbagai website resmi yang berkaitan
dengan permasalahan didalam penelitian ini.
5. Teknik analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka data akan diolah dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode kualitatif yang
menggambarkan fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual dan akurat.
Melalui metode ini penulis menganalisis objek penelitian dalam bentuk
uraian, pengertian, atau penjelasan. Analisa data secara kualitatif terhadap
15
data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan data sekunder dijabarkan
secara deskriptif dan normatif didasarkan dari kondisi dilapangan terkait
Prosedur pendaftaran tanah di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Sidoarjo untuk pertama kali dan pemeliharaan data
pendaftaran tanah, akar masalah terjadinya sertifikat ganda di Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Sidoarjo serta upaya
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Sidoarjo
dalam hal penyelesaian terhadap adanya masalah sertifikat ganda hak atas
tanah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penulisan hukum, penulis membagi dalam 4 bab dan
masing-masing bab terdiri dari beberapa bab yang bertujuan untuk menunjukkan
hasil penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun sistematika penulisan
hukum ini adalah sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi penulis dalam
memilih judul skripsi. Pada bab I ini yang akan diuraikan adalah Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujauan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab II ini memuat tentang penjelasan teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang digunakan untuk
membantu penulis dalam membahas permasalahan penulis.
16
3. BAB III PEMBAHASAN
Dalam Bab III ini berisikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan dalam permasalahan yang diangkat penulis.
4. BAB IV PENUTUP
Dalam Bab IV berisikan tentang kesimpulan dan saran terkait dengan
permasalahan yang diangkat oleh penulis.