bab i pendahuluan - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/skripsi_bab_i.pdf · kota surakarta...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan wilayah merupakan bagian penting dalam penjabaran
pembangunan nasional. Pembangunan dengan pendekatan sektoral dan
wilayah harus diperhatikan untuk tercapainya pembangunan wilayah yang
sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi dan permasalahan pembangunan.
Keberhasilan pembangunan wilayah dalam mencapai sasaran pemerataan
pembangunan tidak akan lepas dari terkoordinasinya dan keterpaduan antar
sektor, sektor dengan wilayah, dan dukungan masyarakat dimana
komunikasi berjalan efektif dan efisien. (Aditya, 2007)
Kota merupakan wilayah yang memiliki perkembangan dinamis dan
kekhasan baik dari segi fisik kota maupun segi sosial ekonomi.
Pembangunan perkotaan merupakan kegiatan pembangunan sektoral yang
dilaksanakan pemerintah dengan dukungan masyarakat, dimana
penyelenggaraan dan pengendalian pembangunan menjadi tugas serta
tanggung jawab pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan pembangunan kota
membawa dampak positif dan negatif yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kota. Faktor-faktor potensial pertumbuhan suatu kota dapat
dipengaruhi oleh dinamika perkembangan penduduk. (Aditya, 2007)
Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota
Solo. Kota Surakarta merupakan salah satu pusat perekonomian di kawasan
Solo Raya yang meliputi wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri serta terletak pada kawasan segitiga
emas Jawa Tengah yang lebih dikenal dengan sebutan Joglosemar
(Jogjakarta, Solo, dan Semarang). Kota Surakarta merupakan salah satu kota
budaya dan kota tujuan wisata nasional serta kota pendidikan khususnya di
Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Kota Surakarta memiliki peranan
besar di Jawa Tengah sebagai kota pendukung ibukota propinsi di Kota
2
Semarang. Perekonomian kota Surakarta memiliki peranan penting
dalam bidang perdagangan. Namun kota Surakarta juga memiliki peranan
penting dalam bidang kebudayaan dan pariwisata. Peningkatan dan
perbaikan fasilitas sarana prasarana perdagangan harus terus dilakukan
karena memiliki peranan yang cukup penting. Tabel 1.1 menunjukan
struktur ekonomi Surakarta atas dasar harga berlaku dari tahun 2004 sampai
dengan 2008 dengan interval periode setiap dua tahun.
Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2004 – 2008 Atas Dasar
Harga Berlaku. (persen)
Sektor Tahun 2004
(%)
Tahun 2006
(%)
Tahun 2008
(%)
1. Pertanian 0,07 0,06 0,06
2. Pertambangan 0,05 0,04 0,04
3. Industri 28,10 25,11 23,27
4. Listrik, Gas & Air 2,70 2,69 2,57
5. Bangunan 12,68 13,07 14,44
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 22,96 24,35 25,12
7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,83 11,78 11,20
8. Keuangan 11,14 11,26 10,93
9. Jasa-Jasa 11,48 11,64 12,38
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber: PDRB Kota Surakarta Tahun 2008
Tahun 2004 menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Surakarta
menunjukkan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan masing-masing
merupakan penyumbang PDRB terbesar yaitu untuk sektor industri sebesar
28,10% dan sektor perdagangan sebesar 22,96%. Dalam kurun waktu 2
tahun berikutnya yaitu di tahun 2006 penyumbang PDRB terbesar masih
tetap oleh sektor industri dan perdagangan, walaupun sektor industri
mengalami penurunan sebesar 3,01% sehingga menjadi 25,11% namun juga
diimbangi dengan naiknya sektor perdagangan sebesar 1,39% sehingga
mengalami kenaikan mencapai 24,35%. Pada tahun 2008 untuk
penyumbang PDRB yang utama tetap pada sektor industri dengan
3
penurunan menjadi 23,27% dan sektor perdagangan terus mengalami
kenaikan hingga 25,11%. Dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun
penyumbang PDRB terbesar yaitu sektor industri dan sektor perdagangan.
Pada tabel struktur ekonomi Surakarta tahun 2004 – 2008 dapat
dilihat bahwa terjadi pergeseran struktur ekonomi pada masing-masing
sektor. Apabila diperhatikan dari tabel ekonomi Surakarta tahun 2004 –
2008, pergeseran struktur ekonomi dari tahun ke tahun secara signifikan
ditunjukkan pada sektor industri yang mengalami penurunan dan sektor
perdagangan yang mengalami kenaikan. Kenaikan sektor perdagangan dapat
dimungkinkan dari penurunan sektor industri.
Salah satu bentuk peningkatan dan perbaikan fasilitas sarana
prasarana untuk menunjang kegiatan perdagangan dan perekonomian antara
lain dengan melakukan renovasi terhadap pasar tradisional dan termasuk
didalamnya pasar yang hanya memperjualbelikan barang dagangan utama
menurut jenisnya dengan melakukan perbaikan serta peningkatkan sarana
prasarana baik fasilitas maupun utilitas, penataan pertumbuhan dan
pembangunan beberapa pasar modern sesuai dengan kebutuhan sebagai
pendukung pembangunan kota, disertai dengan pengendalian pembangunan
dan pertumbuhannya.
Pertumbuhan peningkatan pembangunan pasar modern oleh
beberapa pihak dikhawatirkan mengancam keberadaan pasar tradisional.
Dalam beberapa tahun terakhir ini di Kota Surakarta dan sekitarnya terdapat
kurang lebih 3 mall atau Plaza (Plaza Singosaren, Solo Grand Mall, Solo
Square, dan Palur Plaza), lebih dari 5 hypermart dan supermarket (Lotte
Mart, Carefoure, Hypermart, Assalam Hypermart, Super Indo dan Sami
Luwes), dan 2 trade centre (Pusat Grosir Solo dan Beteng Trade Center),
serta sebuah mall (Solo Paragon) yang hampir selesai pembangunannya dan
terletak di tengah kota. Pasar tradisional dan pasar modern sebenarnya
memiliki konsumen dan terdapat beberapa komoditi yang berbeda. Pasar
tradisional memiliki konsumen yang beragam yaitu dari berbagai
kalangan ekonomi atas hingga bawah, sedangkan pasar modern tidak semua
4
konsumen ekonomi bawah dapat menjangkau. Pasar tradisional dan
pasar modern sebenarnya bisa saling melengkapi, karena yang ada pada
pasar tradisional belum tentu dapat ditemui di pasar modern dan begitu
pula sebaliknya. Namun terdapat beberapa pasar yang memperjualkan
barang dagangan menurut jenisnya dan termasuk dalam pasar tradisional.
Daerah pusat kegiatan (DPK) atau Central Business District (CBD)
merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik dalam sesuatu
kota sehingga pada zone ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial
ekonomi budaya dan politik. Tinjauan morfologi kota ditekankan pada
bentuk fisikal dari lingkungan kekotaan yang dapat diamati dari
kenampakan kota secara fisik dari lingkungan kekotaan dan dapat diamati
dari kenampakan kota secara fisik yang tercermin pada sistem jalan, blok
bangunan baik hunian ataupun perdagangan/industri maupun bangunan
individual (Herbert,1973 dalam Hadi Sabari Yunus, 1999). Analisis
morfologi kota ditunjukkan pada areal yang secara fisik menunjukkan
kemampuan kekotaan. Dalam pendekatan ”fixation line concept” yang
dikemukakan oleh Conzen (1960) (dalam Hadi Sabari Yunus, 1999) analisis
morfologi kota berdasarkan pada areal yang secara fisik menunjukan
kenampakan kota (townscape). Dari waktu ke waktu bentuk fisik kota selalu
mengalami perubahan, sementara batas administrasi kota relatif sama untuk
periode waktu yang lama. Penentuan batas administrasi kota relatif sama
untuk periode waktu yang lama dimana agar dapat memudahkan
memecahkan permasalahan kota baik persoalan politik, sosial, ekonomi,
budaya, teknologi dan fisik yang timbul. Kota Surakarta berada pada posisi
dimana sebagian besar batas fisik kekotaan berada diluar batas administrasi
kota (Under bounded city) yang akhirnya dapat memunculkan beberapa
permasalahan tentang pengaturan wilayah. Wewenang pemerintah kota
dalam merencanakan ruang wilayahnya hanya terbatas pada daerah yang
terletak didalam batas administrasi pemerintah kota. Sementara untuk daerah
kekotaan yang terletak diluar batas administrasi perkotaan menjadi
wewenang pemerintah daerah lain.(Hadi Sabari Yunus, 1999)
5
Pendekatan batas perkotaan yang menjadi pilihan dalam mengidentifikasi
dan menganalisis pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern
menggunakan pendekatan morfologi kota dan bukan secara administrasi
kota. Hal ini didasarkan pada beberapa letak hypermart yang berada pada
wilayah yang berbatasan langsung dengan batas administrasi Kota Surakarta
dimana kenampakan fisik kota sudah terlihat pada daerah tersebut sehingga
pendekatan secara morfologi menjadi acuannya.
Alasan yang mendasari terpilihnya penelitian pola persebaran pasar
tradisional dan pasar modern diteliti untuk mendapatkan gambaran ataupun
mengenai persebaran pasar. Letak persebaran pasar tradisional dan pasar
modern dapat saling memiliki pengaruh. Perkembangan pasar modern yang
tidak terkendali dalam pendiriannya dan tidak memperhatikan lokasi dapat
mempengaruhi kondisi perdagangan ataupun perekonomian pasar tradisional
yang ada di sekitar, bahkan dapat mematikan pasar tradisional yang
berdekatan dengan pasar modern. Pembangunan pasar modern biasanya
berada di kawasan central business district (CBD), sedangkan pasar
tradisonal terbentuk sebelum ada kawasan central business district (CBD),
atau pembangunannya tidak memperhatikan dan berada di tempat yang
bukan merupakan kawasan central business district (CBD.
Pemanfaatan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam
penelitian ini untuk menentukan pola persebaran dan pembuatan Peta
Persebaran Lokasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Surakarta.
Hasil penelitian dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
untuk mengetahui pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern di
Kota Surakarta. Dengan mengetahui lokasi persebaran pasar tradisional
dan pasar modern selanjutnya dapat dilakukan analisis sebagai bahan
evaluasi dan perencanan dalam perkembangan pasar tradisional dan
pertumbuhan pasar modern di Kota Surakarta dan sekitarnya.
6
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota
Surakarta.
2. Bagaimana persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota
Surakarta berasosiasi terhadap central bussinese district (CBD).
Dengan identifikasi permasalahan diatas maka peneliti bermaksud mengkaji
permasalahan tersebut ke dalam penelitian berjudul “Analisis Pola
Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Surakarta
dangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasar permasalahan di atas maka penelitian tersebut bertujuan untuk:
1. Mengetahui pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern di Kota
Surakarta.
2. Mengetahui asosiasi persebaran pasar tradisional dan pasar modern di
Kota Surakarta terhadap central business district (CBD).
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian nantinya dapat sebagai sumber informasi lokasi
pasar tradisional dan pasar modern di Kota Surakarta. Dari penelitian
ini dapat juga diketahui pola persebaran lokasi pasar tradisional dan
pasar modern di Kota Surakarta. Dalam perkembangan pembangunan kota
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan sumber pemikiran dalam
pengendalian, pertumbuhan, perkembangan dan penyusunan serta
kebijakan dalam penataan ruang di Kota Surakarta.
7
1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1. Telaah Pustaka
a. Perkembangan Kota
Kota dipandang sebagai suatu obyek studi dimana
didalamnya terdapat masyarakat manusia yang sangat komplek, telah
mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia
dengan lingkungannya, sehingga tercipta pola keteraturan daripada
penggunaan lahan. Masyarakat manusia terorganisir ke dalam 2
tingkat yaitu: natural/biotic level dan novel/cultural level (Park, 1936
dalam Hadi Sabari Yunus, 1999). Pada tingkat natural/biotis, proses-
proses ekologis yang terjadi pada masyarakat manusia mirip dengan
apa yang terjadi pada masyarakat tumbuh-tumbuhan/binatang,
dimana membutuhkan tempat tinggal dan mengembangkan
keturunan serta membutuhkan tempat mencari makan. Pada tingkat
novel, proses interaksi semakin kompleks dimana manusia
dipandang ssebagai makhluk berbudaya dan beragama yang
mempunyai kekuatan mencipta, berkarsa, berkarya, yang selalu
berkembang baik dalam hubungan individu atau manusia lain dengan
lingkungannya maupun Tuhannya (Hadi Sabari Yunus, 1999).
Kota selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhannya
dari waktu ke waktu. Perkembangan menyangkut aspek-aspek
politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik. Khusus
mengenai aspek yang berkaitan langsung dengan penggunaan lahan
kekotaan maupun penggunaan lahan kedesaan adalah perkembangan
fisik terutama pada arealnya. Eksistensi sebuah kota dapat ditinjau
dalam berbagai matra diantaranya morphology settlement dan legal
articulation yang paling banyak berkaitan secara langsung dengan
ekspresi ruangan kota. Matra morfologi permukiman menyoroti
eksistensi keruangan kekotaan pada bentuk-bentuk wujud daripada
ciri-ciri karakteristik kota. Tinjauan terhadap morfologi kota
ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal dari lingkungan kekotaan dan
8
dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal yang tercermin
pada sistem jalan-jalan, blok-blok bangunan, baik daerah hunian
ataupun bukan dan bangunan-bangunan individual (Herbert 1973
dalam Hadi Sabari Yunus). Ada 3 unsur morfologi kota yaitu: unsur-
unsur penggunaan lahan, pola-pola jalan, tipe-tipe bangunan
(Smailes, 1955 dalam Hadi Sabari Yunus).
Suatu kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris
dimana masing-masing zona ini mencerminkan penggunaan lahan
yang berbeda, pernyataan tersebut merupakan bagian dari teori
konsentris yang dikemukakan Burgess (Hadi Sabari Yunus, 1999).
Pada daerah perkotaan terdiri atas 5 zona melingkar berlapis-lapis
yang terdiri dari: (1) Daerah pusat kegiatan, (2) Zona peralihan, (3)
Zona permukiman pekerja, (4) Zone permukiman yang lebih baik,
dan (5) Zona para penglaju.
Variabel ketinggian bangunan manjadi perhatian yang cukup
besar bagi negara maju, karena menyangkut hak seseorang untuk
menikmati sinar matahari (sumberdaya hak semua orang), hak
seseorang untuk menikmati keindahan alam dari tempat tertentu
batas kepadatan bangunan, kepadatan penghuni dan pemanfaatan
lahan dengan aksesibilitas fisik yang tinggi, yang merupakan teori
ketinggian bangunan yang dikemukakan oleh Bergel, 1955 (dalam
Hadi Sabari Yunus, 1999).
Kecenderungan pembentukan sektor-sektor terjadi bukan
secara kebetulan tetapi terlihat adanya asosiasi keruangan yang kuat
dengan variabel dan kunci perletakan sektor ini terlihat pada lokasi
dimana terdapat kecenderungan penduduk untuk bertempat tinggal
pada daerah yang dianggap nyaman dalam arti yang luas, merupakan
teori sektor yang dikemukakan oleh Hoyt (dalam Hadi Sabari Yunus,
1999).
Teori Poros menekankan peranan transportasi dalam
mempengaruhi struktur keruangan kota, merupakan ide
9
penyempurnaan teori konsentris yang dikemukakan oleh
Babcock,1932 (dalam Hadi Sabari Yunus, 1999). Faktor utama yang
mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang
menghubungkan CBD dengan daerah luarnya. Keberadaan poros
transportasi akan mempunyai perkembangan fisik yang berbeda
dengan daerah-daerah diantara jalur-jalur transportasi.
Teori Pusat Kegiatan Banyak yang dikemukakan oleh C.D.
Haris dan F.L. Ullmann, 1945 (dalam Hadi Sabari Yunus), tidak lagi
menunjukkan tingkat generalisasi yang cukup besar sebagaimana
teori-teori sebelumnya tetapi lebih mendekati pada kenyataan. Kota-
kota besar tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang sederhana,
yang hanya ditandai oleh satu pusat kegiatan saja namun terbentuk
sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut
terus menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu
sama lain dalam suatu sistem perkotaan. Lokasi zona-zona
keruangan yang terbentuk tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh
faktor jarak dari CBD serta membentuk persebaran zona-zona ruang
yang teratur, namun berasosiasi dengan sejumlah faktor dan
pengaruh faktor-faktor ini akan menghasilkan pola-pola keruangan
yang khas.
Fungsi kota sebagai pusat perkembangan perdagangan
dan jasa sebagai dasar perkembangan pusat-pusat perbelanjaan
dalam suatu pusat distrik bisnis adalah merupakan bentuk utama
dari kelompok pengembang utama (Koller dan Amstrong,
2001). Hadi Sabari Yunus (2001) menjelaskan bahwa Central
Busnisses District (CBD) atau Daerah Pusat Kegiatan (DPK),
merupakan daerah pusat segala kegiatan kota antara lain politik,
ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Dalam perkembangan kota
peranan ekonomi sangat penting terutama yang berkaitan dengan
perdagangan dimana terjadi perputaran atau sirkulasi transaksi yang
berkaitan dengan peningkatan pendapatan. Faktor lain yang menjadi
10
bagian adalah industri dimana semakin berkembangnya suatu
industri maka dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu kota selain
perdagangan. Dalam kaitannya dengan perdagangan peranan pasar
sebagai tempat untuk bertransaksi atau terjadinya jual beli sangat
diperlukan untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi dalam
mendukung perkembangan kota. Semakin besar suatu kota akan
tumbuh juga pasar yang merupakan bagian dari pasar modern
diantaranya pusat-pusat perbelanjaan, mall, plaza, supermarket atau
swalayan dan hypermarket. Kota yang memiliki perkembangan pesat
akan semakin banyak bertumbuhnya pasar-pasar modern yang dapat
mematikan keberadaan pasar tradisional.
b. Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Pasar merupakan tempat dimana bertemunya penjual dan
pembeli dalam melakukan transaksi baik menjual maupun membeli
barang. Pasar tradisional merupakan tempat bertransaksi secara
langsung antara penjual dan pembeli, dimana dapat terjadi interaksi
langsung dengan adanya tawar menawar atau kesepakatan harga
antara penjual dan pembeli. Biasanya penjual memiliki kios-kios,
gerai, los, lapak-lapak atau dasaran terbuka untuk menggelar
dagangannya. Biasanya yang dijual para pedagang adalah kebutuhan
sehari-hari diantaranya seperti bahan makanan, berupa ikan, buah,
sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa
dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-
barang lainnya.
Perdagangan eceran atau sering disebut perdagangan retail,
adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan
untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga.
Perdagangan eceran atau perdagangan retail yang termasuk
didalamnya adalah pasar modern dan toko modern. Keduanya
memiliki dasar yang berbeda dalam perkembangannya. Adanya pasar
modern dianggap dapat mematikan pasar tradisional dan toko
11
modern-pun juga dapat mematikan warung-warung kelontong atau
warung-warung kecil. Pasar modern sendiri terdiri atas mall, plaza,
hypermarket (pusat grosir), pasar swalayan (supermarket) dan trade
center. Pasar modern sebenarnya tidak banyak berbeda dari pasar
tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga
yang tercantum dalam barang, berada dalam bangunan dan
pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan
makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang
lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kota jumlah
pasar tradisional cenderung tetap dan tidak berubah bahkan
dibeberapa daerah mulai tergeser oleh pasar modern, bahkan pasar
tradisional sudah mulai sepi atau mati ditinggalkan pembelinya.
Namun berbeda dengan perkembangan pasar modern yang mengikuti
pertumbuhan kota. Semakin pesat perkembangan suatu kota maka
akan muncul atau tumbuh pasar-pasar modern, dimana jika
keberadaannya tidak terkendali dan tidak memperhatikan lokasi
dalam pendiriannya maka akan dapat menenggelamkan peranan
pasar tradisional bahkan mematikan. Lokasi-lokasi pasar modern
biasanya terletak pada wilayah pusat kota atau mendekati bahkan
berada di daerah pusat kegiatan atau central bussiness district
(CBD). Pasar modern diantara yang termasuk didalamnya yaitu
mall, plaza, supermarket atau trade center dan untuk hypermarket
biasanya berada dipinggiran kota mendekati permukiman daerah
pinggiran atau daerah pusat kegiatan yang berada dipinggiran sekitar
wilayah kota. Namun lokasi-lokasi tempat berdirinya pasar-pasar
modern juga memperhatikan kondisi kemudahan aksesibilitas dan
keterjangkauan, konektifitas yang kaitannya dengan transportasi
serta arah perkembangan kota.
12
c. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis adalah seperangkat sistem
berbasis komputer untuk menyimpan dan mengelola informasi,
memanipulasi, menganalisis data yang mempunyai rujukan
kebumian yang kompleks dan penting bagi manusia (Danoedoro,
1990). Sistem informasi geografi tersusun atas berbagai
komponen yang saling terkait dan terkoordinasi. Sistem informasi
geografis terbagi dalam dua jenis yaitu berbasis vektor dan berbasis
raster. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sistem informasi
geografis berbasis vektor. Untuk memeperoleh hasil pola persebaran
pada penelitian tersebut dalam pengolahannya juga melalui
perangkat sistem informasi geografis.
13
2. Penelitian Sebelumnya
Laily Martiana Puspita (2007), judul penelitian “Analisis
Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima dan Pengaruhnya Terhadap
Tingkat Pendapatan di Kota Surakarta”, bertujuan mengetahui
persebaran dan pengaruh lokasi terhadap pendapatan pedagang kaki lima
di kota Surakarta serta karakteristik demografi, sosial, dan ekonominya.
Hasil penelitian yaitu persebaran dan pengaruh lokasi terhadap tingkat
pendapatan pedagang kaki lima di kota Surakarta serta faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatannya.
Aditya Sigid Nugraha (2007), judul penelitian “Penggunaan
Sisitem Informasi Geografi (SIG) Untuk Pemetaan Persebaran Pasar
Tradisional (Pasar) dan Pasar Modern (Pusat Perbelanjaan) Kota
Surakarta”, bertujuan untuk mengetahui lokasi dan pola persebaran pasar
tradisional dan pasar modern di kota Surakarta, serta menampilkan peta
persebaran lokasi pasar tradisional maupun pasar modern dengan
menggunakan tehnik visualisasi. Hasil penelitian terdiri dari data lokasi
dan koordinat letak posisi pasar, peta persebaran pasar tradisional dan
pasar modern, tabel pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern.
Susana Yuliawati (2009), judul penelitian “Analisis Sebaran
Fasilitas Pendidikan Dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri
Tahun 2007”, bertujuan menganalisis dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pola persebaran fasilitas pendidikan dasar serta
mengetahui asal murid pada masing-masing sekolah di kecamatan
Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitiannya yaitu pola sebaran
fasilitas sekolah mempunyai pola acak dengan nilai aksesibilitas
terhadap fasilitas pendidikan dasar di kecamatan Jatisrono kabupaten
Wonogiri.
14
Tabel 1.2. Telaah Penelitian Sebelumnya
Judul Tujuan Metode Hasil A
dity
a S
igid
Nu
graha
(20
11)
Ana
lisis
Pol
a P
ers
eba
ran
Pa
sar
Tra
disi
ona
l da
n P
asa
r M
ode
rn d
i Kot
a S
ura
kart
a
De
nga
n A
plik
asi
Sis
item
In
form
asi
Ge
ogra
fis (
SIG
)
Me
nge
tahu
i Lok
asi
da
n P
ola
P
ers
eba
ran
Pa
sar
Tra
disi
ona
l da
n P
asa
r M
ode
rn
di
Kot
a S
ura
kart
a
se
rta
me
nga
nalis
is le
bih
lanj
ut
pola
pe
rse
bara
n ke
dua
nya
.
Sur
vei L
apa
nga
n d
an
A
nalis
is P
eta
Ana
lisis
pol
a pe
rse
bara
n pa
sar
tra
disi
ona
l da
n pa
sar
mod
ern
di k
ota
Sur
aka
rta
se
rta
ana
lisis
ass
osia
si
pers
eba
ran
pasa
r m
ode
rn
terh
ada
p C
BD
.
Su
sana
Yul
iaw
ati (2
009)
Ana
lisis
Se
bara
n F
asi
litas
P
end
idik
an
Da
sar
di
Ke
cam
ata
n Ja
tisro
no
Ka
bupa
ten
Won
ogiri
Ta
hun
2007
Me
nga
nalis
is p
ola
se
bara
n da
n m
eng
eta
hui f
akt
or-f
akt
or
yang
me
mpe
nga
ruhi
pol
a pe
rse
bara
n fa
silit
as
pend
idik
an
dasa
r se
rta
m
eng
eta
hui a
sal m
urid
pa
da
ma
sing
-ma
sing
se
kola
h di
ke
cam
ata
n Ja
tisro
no
Ka
bupa
ten
Won
ogiri
Ana
lisis
da
ta s
eku
nde
r da
n a
nalis
is p
eta
Pol
a s
eba
ran
fasi
lita
s se
kola
h m
em
puny
ai p
ola
aca
k, u
ntuk
ni
lai a
kse
sibi
lita
s tin
ggi 8
0%,
seda
ng 9
,30%
da
n re
nda
h 4,
65%
te
rha
dap
fasi
lita
s pe
ndid
ika
n da
sar
di
keca
ma
tan
Jatis
rono
ka
bupa
ten
Won
ogiri
.
Adi
tya
Sig
id N
ugra
ha
(20
11)
Pe
nggu
naa
n S
iste
m
Info
rma
si G
eog
rafi
untu
k P
em
eta
an
Pa
sar
Tra
disi
ona
l
dan
Pa
sar
Mod
ern
di
K
ota
Sur
aka
rta
Me
nget
ahu
i lok
asi
da
n po
la
pers
seba
ran
pasa
r tr
adi
sion
al d
an
pasa
r m
odrn
se
rta
me
nam
pilk
an
pers
eba
ran
loka
si p
asa
r tr
adi
sion
al d
eng
an
me
nggu
naka
n te
hnik
vi
sua
lisa
si
Obs
erv
asi
da
n A
nalis
is d
ata
Da
ta L
oka
si d
an
koor
dina
t, se
rta
peta
pe
rse
bara
n P
asa
r T
radi
sion
al d
an
Pa
sar
Mod
ern
di K
ota
Sur
aka
rta,
da
n ta
bel p
ola
pe
rse
bara
n pa
sar
tra
disi
ona
l da
n
pa
sar
mod
ern
.
Laily
Mar
tiana
Pu
spita
(20
07)
Ana
lisis
Pe
rse
bara
n Lo
kasi
P
eda
gang
Ka
ki L
ima
da
n P
eng
aru
hnya
Te
rha
dap
Tin
gka
t P
end
apa
tan
di
K
ota
Sur
aka
rta
Me
nget
ahu
i ka
rakt
eris
tik
dem
ogra
fi, s
osia
l, da
n e
kono
mi p
eda
gang
ka
ki li
ma
bese
rta
hub
unga
nnya
de
nga
n pe
nda
pata
n se
rta
me
nge
tahu
i pe
rse
bara
n lo
kasi
pe
daga
ng
kaki
lim
a se
rta
peng
aru
h lo
kasi
nya
terh
ada
p pe
nda
pata
n.
Obs
erv
asi
da
n a
nalis
is d
ata
se
kund
er
Pe
rse
bara
n lo
kasi
pe
daga
ng,
dist
ribus
i da
n fa
ktor
-fa
ktor
ya
ng m
empe
nga
ruhi
pe
nda
pata
n se
rta
pe
nga
ruh
loka
si t
erh
ada
p tin
gka
t pe
nda
pata
n pe
daga
ng k
aki
lim
a d
i kot
a S
ura
kart
a.
15
1.6. Kerangka Penelitian
Kegiatan perekonomian memiliki tiga sistem pokok yaitu
produksi, distribusi dan konsumsi barang atau jasa. Ketiga sistem
pokok kegiatan perekonomian memiliki keterkaitan terbentuknya
aktivitas perdagangan, dimana pasar tradisional atau pasar modern
(pusat perbelanjaan) menjadi sarana aktifitas perdagangan. Pertumbuhan
dan perkembangan pasar tradisional memiliki kecenderungan tetap atau
tidak berubah sehingga batasan wilayah kota yang digunakan hanya batasan
secara administrasi. Berbeda dengan pertumbuhan dan perkembangan pasar
modern yang cukup signifikan yang tidak hanya terjadi didalam Kota
Surakarta tetapi hingga ke sekitarnya, dalam hal ini menggunakan batasan
wilayah kota secara morfologi. Pertumbuhan dan perkembangan pasar
modern diharapkan dapat menjadi faktor pendukung bagi keberadaan
pasar tradisional.
Gambar 1.1. Diagram Alir Pemikiran
Kota Surakarta
Pasar Modern Pasar Tradisional
Pola Persebaran Morfologi
Mengelompok
Acak
Seragam
Variabel berpengaruh: - Aksesibilitas dan Konektifitas - Letak atau Lokasi - Arah Perkembangan Kota
Asosiasi Central Bussines District (CBD) terhadap Pola Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Klasifikasi CBD : Daerah pusat kegiatan kota yang meliputi politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi.
16
1.7. Metode Penelitian
1. Deskripsi Daerah Penelitian
Daerah yang dijadikan penelitian adalah Kota Surakarta. Daerah
penelitian secara struktur keruangan kota mencakup wilayah kota secara
administrasi untuk pasar tradisional dan wilayah kota secara morfologi
untuk pasar modern. Kota Surakarta merupakan wilayah yang potensial
terutama perdagangan dan merupakan salah satu kota percontohan.
2. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari narasumber atau objek yang
ditelitii atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer
sangat berperan dalam mendukung tujuan yang telah digariskan
dalam penelitian. Penentuan titik koordinat dilapangan dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System) merupakan bagian
perolehan data primer. Perolehan data koordinat pasar tradisional dan
pasar modern akan diplotkan ke dalam peta untuk memperoleh
persebarannya.
b. Data Sekunder
Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri
walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli,
data sekunder dapat diperoleh dari instansi-instansi dan
perpustakaan. Data yang termasuk didalamnya antara lain Peta
Teknik Kota Surakarta 1:50.000 (2005), data Daftar Pasar dikota
Surakarta dan Citra Satelit Quickird (2006)
c. Survei
Pelaksanaan survei dilakukan ke beberapa titik lokasi penelitian
yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Selain pengamatan ke
beberapa titik lokasi penelitian, survei dilakukan untuk memperoleh
data atau posisi koordinat dengan menggunakan alat berupa GPS
(Global Positioning System).
17
d. Literatur
Telaah pustaka dengan menggunakan dokumen-dokumen,
literatur-literatur, dan catatan lain yang dianggap relevan dengan
permasalahan daerah penelitian.
3. Bahan dan Alat
a. Bahan yang digunakan
- Peta Dasar Teknik Kota Surakarta 1:50.000 tahun 2005
- Daftar Pasar Kota Surakarta
- Citra Satelit Kota Surakarta Quickbird tahun 2004
b. Alat-alat yang digunakan
- Seperangkat komputer
- Netbook
- Printer
- GPS (Global Positioning System)
- Software Office
- Software Sistem Informasi Geografi
- Tahap Penelitian
c. Tahap Persiapan
- Menyiapkan data acuan dengan mengumpulkan bahan-bahan
pustaka yang relevan untuk pencapaian tujuan penelitian. Jenis
data berupa skripsi, makalah dan buku-buku.
- Menyiapkan data yang berupa Peta Dasar daerah Kota Surakarta
dalam bentuk digital dan data daftar pasar di Kota Surakarta
serta data pusat perbelanjaan dengan pembatasan penelitian
pada mal, plaza, trade center, dan hypermarket serta pasar
swalayan.
- Menyiapkan data citra satelit quickbird tahun 2006 untuk
menentukan letak daerah pusat kegiatan atau central business
district (CBD) dengan memperhatikan pola persebaran pasar.
- Mengumpulkan data sekunder yang relevan dengan penelitian
dari instasi terkait, website atau survei lapangan.
18
d. Tahap Pelaksanaan
- Observasi dan Survei Lapangan
Rekapitulasi data observasi dan survei lapangan akan
ditabulasikan. Data daftar pasar ditabulasikan dan diadakan
observasi serta survei lapangan. Data observasi dan survei lapangan
berupa data titik koordinat lokasi penelitian yang diperoleh dari
hasil penentuan posisi melalui alat Global Positioning System
(GPS). Setelah memperoleh hasil dari observasi dan survei lapangan
data hasil lapangan akan ditabulasikan untuk dilakukan pengolahan
data dengan data peta yang telah disiapkan.
Untuk mempersiapkan dalam menentukan analisis asosiasi persebaran
pasar terhadap central business district (CBD) perlu mempersiapkan
data atau peta penggunaan lahan dan perlu dilakukannya survey
lapangan penggunaan lahan disekitar wilayah pasar tradisional maupun
pasar modern.
- Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian menggunakan perangkat lunak sistem
informasi geografis dengan pemrosesan sederhana, yaitu dengan
melakukan proses integrasi data grafis dan data atribut dalam bentuk
data tabuler. Data berupa peta digital yang merupakan data grafis
dan data koordinat obyek penelitian yang berasal dari survey
lapangan, digunakan sebagai data atribut, yang nantinya dimasukkan
ke dalam data tabuler. Pengolahan data dari data grafis dan data tabuler
dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografi. Hasil
pengolahan data tersebut berupa Peta Pola Persebaran Pasar, yang
kemudian dapat digunakan sebagai analisis pola persebarannya.
Setelah dilakukan analisis pola persebaran pasar dilanjutkan dengan
analisis persebaran pasar berdasarkan asosiasinya terhadap central
business district (CBD) dengan sebelumnya menentukan daerah pusat
kegiatan atau yang menjadi central business district (CBD).
19
1
√2p
1.8. Metode Analisis Lokasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern
1. Analisis Tetangga Terdekat
Unit analisis dalam penelitian berdasarkan batasan morfologi kota. Salah
satu cara untuk mengukur pola persebaran dapat menggunakan model
analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) yaitu menghitung
besarnya parameter tetangga terdekat (T) dengan menggunakan rumus
berikut (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1979) :
Dimana :
T : Indeks penyebaran tetangga terdekat.
Ju : Jarak rata-rata antara satu titik dengan titik tetangga terdekat.
Jh : Jarak rata-rata diperoleh apabila semua titik mempunyai pola
random (acak), yang di hitung dengan rumus :
p : Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu jumlah titik
(N) dibagi luas wilayah dalam kilometer persegi (A).
Apabila nilai T < 0,7 maka berpola mengelompok.
0,7 ≤ T ≤ 1,4 maka berpola acak.
T ≥ 1,4 maka berpola seragam.
Dapat ditunjukkan dalam continuum sebagai berikut :
Gambar 1.2. Continuum nilai nearest neighbour statistic T
(Bintarto dalam Su Ritohardoyo, 1978).
Namun dalam penelitian ini, analisis tetangga terdekat menggunakan
cara komputer yaitu otomasi kartografi dengan software ArcView GIS.
Langkah-langkah dalam otomasi kartografi adalah dengan membuat
script untuk menentukan besarnya skala T. Untuk Ju pengukuran didapat
2,15 1,4 1,0 0,7 0
Ju
Jh
Mengelompok Seragam Acak
Jh =
T =
20
dari rata-rata jarak terdekat antar pasar berdasarkan unit analisis
wilayahnya yang berdasarkan otomasi dengan software ArcView GIS.
2. Asosiasi Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern dengan Central
Busniesse District (CBD)
Analisis keruangan dengan mempelajari letak lokasi pasar tradisonal
dan pasar modern dari pola persebarannya. Pola persebaran pasar
tradisional dan pasar modern nantinya dapat menentukan letak Central
Business District (CBD) ataupun sebaliknya. Analisis dilakukan antara
letak pasar tradisional dan pasar modern dengan Central Bussiness
District (CBD) yang telah diketahui dari pola persebaran pasar
tradisional maupun pasar modern disekitarnya. Analisis asosiasi antara
persebaran pasar tradisional dan pasar modern terhadap Central Business
District (CBD) dengan pemanfaatkan citra satelit Quickbird tahun 2004.
Menentukan dan melakukan deliniasi terhadap beberapa Central
Business District (CBD) di wilayah kota Surakarta pada citra satelit
Quickbird tahun 2004, yang nantinya dapat dilakukan analisis assosiasi
pola persebaran pasar tradisional maupun pasar modern terhadap Central
Business District (CBD).
21
1.9. Batasan Operasional
1. Aksesibilitas, merupakan tingkat kemudahan yang memungkinkan untuk
menjangkau suatu tempat tertentu dari tempat lain diukur dengan
jarak fisik, jarak waktu dan jarak ekonomi,jarak fisik diukur dengan
menggunakan kilometer (km), jarak waktu diukur dengan besarnya
ongkos atau biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan orang atau
barang dari suatu tempat tertentu ke tempat lain (Bintarto, 1979).
2. Pasar, merupakan sarana atau tempat untuk melakukan transaksi jual beli
antara para pedagang dengan para konsumen.
3. Pasar modern (pusat perbelanjaan), merupakan suatu grup bisnis eceran
yang direncanakan, dibangun, dimiliki, dan dikelola sebagai unit.
(Koller dan Armstrong, 2001). Dalam penelitian ini yang termasuk
dalam kajian pasar modern yaitu: Mall, Plaza, Hypermart, Pusat
Perbelanjaan dan Supermarket.
4. Pasar tradisional, merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi jual beli secara langsung dan
biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-
kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual
maupun suatu pengelola pasar, dengan barang dagangan sayuran taupun
kebutuhan sehari-hari dan termasuk didalamnya memperjualbelikan
barang dagangan utama menurut jenis barangnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar dan Ensiklopedi Indonesia )
5. Perdagangan, merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan
penjualan dan pembelian antara para produsen dan para konsumennya.
6. Daerah Pusat Kegiatan atau Central Bussinese District (CBD),
merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik dalam
sesuatu kota sehingga pada zone ini terdapat bangunan utama untuk
kegiatan sosial ekonomi budaya politik. (Hadi Sabari Yunus, 1999)
7. Morfologi Kota, terdapat tiga indikator yang perlu diperhatikan
diantaranya indikator kekhasan penggunaan lahan, kekhasan pola
bangunan dan fungsinya serta kekhasan pola sirkulasi (Smailes, 1981).
22
Suatu kota didefinisikan sebagai daerah tertentu dengan karakteristik
pemanfaatan lahan non pertanian, pemanfaatan lahan yang sebagian
besar tertutup bangunan baik bersifat residensial maupun non residensial
(secara umum tutupan bangunan, lebih besar dari tutupan vegetasi),
kepadatan bangunan terutama perumahan yang tinggi, pola jaringan
jalan yang kompleks, dalam satuan permukiman yang kompak
(contigous) dan relatif lebih besar dari satuan permukiman kedesaan
sekitarnya dimana daerah yang bersangkutan sudah atau mulai terjamah
fasilitas kota. (Hadi Sabari Yunus, 2005)
8. Peta, merupakan gambaran dua atau tiga dimensi kenampakan-
kenampakan muka bumi ke dalam suatu bidang datar dengan
proyeksinya.
9. Sistem Informasi Geografis, merupakan seperangkat sistem berbasis
komputer untuk menyimpan dan mengelola informasi, memanipulasi
dan menganalisis data yang mempunyai rujukan kebumian yang
kompleks dan penting bagi manusia (Danoedoro, 1990).
23
Peta Dasar Tehnik Kota Surakarta Skala 1:50.000
Data Daftar Pasar dan Pusat Perbelanjaan di Kota Surakata
Data Koordinat Pasar Tradisional di Kota Surakarta
Data Koordinat Pasar Modern di Kota Surakarta
Citra Satelit Quickbird/Ikonos Kota Surakarta
Peta Persebaran Pasar Tradisional di Kota Surakata
Peta Persebaran Pasar Modern di Kota Surakata
Pola Persebaran Pasar Modern di Kota Surakata
Analisis Asosiasi Sebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern terhadap Central Bussiness District (CBD)
Pola Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Surakata
Pola Persebaran Pasar Tradisional di Kota Surakata
Gambar 1.3. Diagram Alir Penelitian
Keterangan:
: Data : Proses : Hasil
Observasi dan Survei Lapangan
Pengolahan Data
Analisis Tetangga Terdekat
Deliniasi Central Business District (CBD)
Morfologi Kota