bab i pendahuluan latar belakang masalah adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf ·...

39
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemiskinan masih menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Negara Indonesia. Sebagai Negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di setiap lini kehidupan bermasyarakatnya, kemiskinan di Indonesia merupakan permasalahan kompleks yang akhirnya menimbulkan kesenjangan ekonomi dan jurang pemisah yang sangat besar antar strata sosial di masyarakat. Menurut Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat kedalam kelas-kelas sosial secara bertingkat (Soekanto, 2002:228). Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (upper class), menengah (middle class), dan bawah (lower class). Terlebih bagi Indonesia, sebagai sebuah negara berkembang, masalah kemiskinan adalah masalah yang sangat penting dan pokok dalam upaya pembangunannya.Masyarakat miskin sering menderita kekurangan gizi, tingkat kesehatan yang buruk, tingkat buta huruf yang tinggi, lingkungan yang buruk dan ketiadaan akses infrastruktur maupun pelayanan publik yang memadai. Daerah kantong-kantong kemiskinan tersebut menyebar diseluruh wilayah Indonesia dari dusun-dusun di dataran tinggi, masyarakat tepian hutan, desa-desa kecil yang miskin,masyarakat nelayan ataupuin daerah-daerah kumuh di perkotaan.

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemiskinan masih menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Negara

Indonesia. Sebagai Negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di

setiap lini kehidupan bermasyarakatnya, kemiskinan di Indonesia merupakan

permasalahan kompleks yang akhirnya menimbulkan kesenjangan ekonomi dan

jurang pemisah yang sangat besar antar strata sosial di masyarakat. Menurut

Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan

masyarakat kedalam kelas-kelas sosial secara bertingkat (Soekanto, 2002:228).

Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang

terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (upper class), menengah (middle class), dan

bawah (lower class).

Terlebih bagi Indonesia, sebagai sebuah negara berkembang, masalah

kemiskinan adalah masalah yang sangat penting dan pokok dalam upaya

pembangunannya.Masyarakat miskin sering menderita kekurangan gizi, tingkat

kesehatan yang buruk, tingkat buta huruf yang tinggi, lingkungan yang buruk dan

ketiadaan akses infrastruktur maupun pelayanan publik yang memadai. Daerah

kantong-kantong kemiskinan tersebut menyebar diseluruh wilayah Indonesia dari

dusun-dusun di dataran tinggi, masyarakat tepian hutan, desa-desa kecil yang

miskin,masyarakat nelayan ataupuin daerah-daerah kumuh di perkotaan.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

2

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya dalam keadaan kekurangan uang

dan tingkat pendapatan rendah, namun juga banyak hal lain seperti tingkat

kesehatan, pendidikan rendah, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan telah membuat

jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan

membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak ada investasi, kurangnya

akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan

sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus migrasi ke kota, dan

yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan

pangan, sandang dan papan secara terbatas.

Sebut saja pada kasus yang dialami oleh Tasripin, bocah berusia 12 tahun,

dari Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, harus menghidupi

ketiga adiknya. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya bekerja di Kalimantan. Hal

ini menjadi contoh nyata kemiskinan yang terjadi di negara Indonesia.

(http://www.tempo.co.id diakses pada tanggal 04 Maret 2013)

Sadar jika isu kemiskinan mempunyai dampak negatif yang besar atas

pembangunan nasional, maka pemerintah Indonesia pun selalu gencar

mengeluarkan program-program pengentasan kemiskinan. Kesenjangan ekonomi

dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi

dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau

jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan (poverty line), merupakan

dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang, tanpa terkecuali

Indonesia (Tambunan, 2001: 71).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

3

Kemiskinan masih selalu membayangi perkembangan Negara Indonesia.

Hingga Maret 2013, Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2013

sebesar 28,07 juta orang(11,37 persen), dibanding dengan jumlah penduduk

miskin pada September 2012 yang berjumlah 28,59 juta (11,66 persen), jumlah

penduduk miskin berkurang 0,52 juta orang. Selama periode September 2012–

Maret 2013, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,18 juta

orang, sementara di daerah pedesaan berkurang sekitar 0,34juta orang. Walaupun

secara data yang peneliti dapatkan menyatakan bahwa tingkat kemiskinan terus

menerus mengalami penurunan, namun dengan jumlah penduduk Indonesia yang

sangat banyak, angka 28,07 juta bukanlah merupakan angka yang sedikit. Hal

tersebut sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 1.1 Tabel Kemiskinan September 2012-Maret 2013 (sumber: BPS)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

4

Chamber (1987), mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated

concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1. Kemiskinan (proper), 2.

Ketidakberdayaan (powerless), 3. Kerentanan menghadapi situasi darurat (state of

emergency), 4. Ketergantungan (dependence), dan 5. Keterasingan (isolation) baik

secara geografis maupun sosiologis.

Secara ekonomis, kemiskinan menggambarkan keadaan rumah tangga atau

penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup tertentu. Pembatas yang

digunakan sebagai ukuran, walaupun bersikap obyektif namun tetap saja

mengandung kenisbian karena “kebutuhan hidup tertentu” bisa berbeda menurut

ruang, waktu, dan kebiasaan masyarakat. Dua ukuran yang sudah umumdalam

menggambarkan kemiskinanyaitu tingkat kemiskinan (headcount index) dan

jurang kemiskinan (poverty gap index). Kedua ukuran ini menunjukkan berapa

selisih rata-rata tingkat kehidupan penduduk miskin dengan garis kemiskinan

(Arsyad, 1994: 238).

Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara lainnya tentu saja

berpotensi memiliki masalah kemiskinan yang lebih besar. Terutama di daerah

perbatasan, kemiskinan justru akan menimbulkan ketimpangan sosial. Di satu sisi,

masyarakat di daerah perbatasan tentu saja “masih Indonesia” walaupun dalam

kehidupan kesehariannya mereka lebih tergantung pada Negara lain.

Sebut saja daerah Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan

wilayah negara Malaysia, masyarakat di daerah tersebut lebih bergantung dengan

bahan makanan dari negara Malaysia daripada negara Indonesia. Boleh dikatakan

bahwa hampir semua masyarakat di perbatasan Kalimantan Barat -Malaysia

Page 5: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

5

sangat tergantung dengan pasokan bahan makanan dari Malaysia. Tidak hanya

beras, komoditas ternak seperti ayam dan telur juga di datangkan dari Malaysia.

Sangat ironis ketika harga sembako dari Malaysia lebih murah jika dibandingkan

dengan harga sembako dari Indonesia.

Di setiap daerah perbatasan, perilaku ekonomi perbatasan pasti mengikuti

hukum ekonomi. Artinya jika harga-harga dari negara tetangga bisa jauh lebih

murah dibandingkan dengan harga dari negara asal. Masyarakat di daerah

perbatasan pasti membeli semua kebutuhan mereka ke negara tetangga dengan

harga yang lebih murah. Biasanya sudah ada semacam aturan yang mengatur

berapa banyak barang yang mereka beli dan itu berlaku umum dan boleh mereka

lakukan.

Sedangkan jika berbicara tentang film, seperti yang sudah diketahui secara

umum bahwa saat ini, film telah banyak berkembang dan merupakan salah satu

alat atau media untuk menyampaikan suatu pesan. Film merupakan salah satu

media massa yang memiliki kelebihan sebagai media audio visual yang sangat

menarik, sehingga dapat sangat efektif dalam menyampaikan pesan

Secara umum, film dibagi menjadi dua berdasarkan unsur pembentuknya,

yaitu unsur naratif dan unsursinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi

secara berkesinambungan untuk membentuk sebuah film. Dua unsur tersebut

mutlak harus ada didalam sebuah film. Unsur naratif bisa dikatakan sebagai bahan

atau materi yang akan diolah, sedangan unsur sinematik adalah cara atau gaya

untuk mengolahnya, mulai dari teknik pengambilan gambar (kamera, setting,

pencahayaan, dll) hingga teknik editing.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

6

Gambar 1.1 ( Unsur dalam Film)

(sumber: Pratista, 2008: 2)

Unsur naratif berhubungan erat dengan aspek cerita atau tema suatu film.

Setiap tema atau cerita dalam suatu film tidak mungkin lepas dari unsur naratif.

Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, setting,

dan hal lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara

keseluruhan.

Berdasarkan cara berceritanya film dibagi menjadi tiga, yaitu film

dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Film fiksi memiliki unsur naratif yang jelas.

Film eksperimental dan film dokumenter memiliki unsur naratif namun tidak

dominan. Film eksperimental memiliki konsep formalism (abstrak) sedangkan

film dokumenter memiliki konsep realisme (nyata).

Kunci utama film dokumenter terletak dalam penyajian faktanya. Film

Dokumenter berhubungan dengan orang, tokoh, setting, dan lokasi yang nyata.

Film Dokumenter tidak menciptakan suatu kejadian atau peristiwa, namun

merekam peristiwa yang otentik atau sungguh-sungguh terjadi. Struktur bercerita

dalam film dokumenter pada umumnya sederhana dengan tujuan agar

memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang

disajikan (Pratista, 2008: 4).

FILM

Unsur Naratif Unsur Sinematik

Page 7: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

7

Kemiskinan merupakan tema yang cukup sering diangkat dalam film, baik

film fiksi maupun dokumenter. Beberapa film yang mengangkat tema kemiskinan

seperti Batas, Denias, Laskar Pelangi, Alangkah Lucunya Negeri Ini, Identitas,

Jermal, Lukas’s Moment, dan Cerita dari Tapal Batas

Film Cerita dari Tapal Batas adalah film dokumenter yang berbeda

dengan film dokumenter pada umumnya, dimana pada umum nya film

dokumenter memiliki unsur narasif yang sedikit, namun film Cerita dari Tapal

Batas memiiki unsur naratif yang cukup dominanan, unsur naratif di dalam film

ini membantu dan mempermudah sutradara untuk menyampaikan apa yang ingin

dia sampaikan kepada penonton.

Film ini menceritakan keadaan sebenarnya di wilayah Entikong.

Kemiskinan yang dialami oleh warga perbatasan sendiri tergambar dalam film

dokumenter ini. Film yang disutradarai oleh Wisnu Adi ini menceritakan tiga

tokoh yang berbeda yang tinggal di Entikong, Kalimantan Barat perbatasan

Indonesia-Malaysia. Cerita pertama datang dari Ibu Martini yang bekerja sebagai

guru Sekolah dasar wanita yang mengabdi selama delapan tahun yang memilih

bertahan dengan gaji yang tidak sesuai di Desa Badat, Kecamatan Entikong,

Kalimantan Barat dan hanya dibantu oleh seorang tenaga kerja honorer karena

tidak ada lagi guru yang tahan dan mau menetap di desa ini karena fasilitas yang

tidak memadai. Cerita kedua datang dari Bapak Kusnadi, seorang mantri

kesehatan yang kerap menjelajahi lima desa setiap dua minggu sekali, demi

memberikan pelayanan esehatan dan pengobatan bagi masyarakat di beranda

Page 8: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

8

terdepan tanah air tersebut karena di Entikong tidak ada fasilitas kesehatan yang

tersedia. Cerita ketiga datang dari Ella, gadis keturunan Tionghoa yang berniat

untuk merubah keadaan ekonomi keluarganya dan dirinya, namun malah terjebak

keadaan dan akhirnya menjadi korban human traficking.

Menengok film dokumenter yang masuk nominasi Film Dokumenter

Terbaik Festival Film Indonesia 2011 ini, peneliti berusaha melihat lebih dalam

tentang bagaimana rasanya hidup di daerah terluar Indonesia di pelosok

Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Dalam film ini,

masyarakat di perbatasan Indonesia-Malaysia di gambarkan hidup dalam keadaan

miskin. Dengan shot-shot yang bervariasi dan diperkuat dengan extreme close up-

nya, film ini mengungkap secara jelas isu-isu kemiskinan di daerah perbatasan

yang belum diketahui secara detail oleh masyarakat luas dan menggambarkannya

dengan jelas sehingga dapat dengan jelas dipahami. Harapannya, dengan adanya

film dokumenter ini, pemerintah dapat lebih memperhatikan kehidupan

masyarakatnya yang ada di daerah terluar Indonesia, daerah perbatasan, agar

nantinya kesejahteraan masyarakat Indonesia di perbatasan bisa lebih baik

lagi.Dan sampai saat ini, peneliti belum menemukan penelitian tentang isu

kemiskinan dalam film dokumenter.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemiskinan dalam film

dokumenter Cerita dari Tapal Batas. Oleh karena itu, permasalahan yang akan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

9

dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kemiskinan dinarasikan dalam

film dokumenter Cerita dari Tapal Batas?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

bagaimana kemiskinan dinarasikan dalam film dokumenter Cerita dari Tapal

Batas.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian yang peneliti lakukan adalah :

1. Manfaat secara Akademis :

Penellitian ini bermanfaat untuk mengkaji kajian ilmu komunikasi

terutama dalam metode penelitian analisis naratif.

2. Manfaat secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai tema

kemiskinan dalam film dokumenter. Sehingga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi penonton sebagai media edukasi dan menjadi masukan

bagi kalangan praktisi media yang memproduksi film dokumenter.

E. KERANGKA TEORI

1. Konsep Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan kini menjadi kata kunci bagi semua pihak,

baik Indonesia maupun dunia internasional. Di Indonesia, di dalam UUD 1945

sudah dijelaskan secara tegas, di dalam pasal 27 ayat 2 : “ Tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, juga di

dalam pasal 28 ayat 2 : “ Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,

dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

10

Selain itu, di jelaskan lebih lanjut dalam pasal 28 D ayat 2 : “ Setiap orang berhak

untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam

hubungan kerja”. (Waidi, Sudjito, Bahagijo, 2008: 1-2).

Sampai saat ini sangat banyak sekali definisi tentang kemiskinan.

Kemiskinan sendiri di definisikan berbeda-beda dan masih banyak sekali

perdebatan di dalam pemaknaan kemiskinan tersebut. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1976), kemiskinan berasal dari kata miskin yang artinya tidak

berharta benda dan serba kekurangan. Amien Rais (1995: 9) mengatakan bahwa

kemiskinan adalah kondisi deprives terhadap sumber-sumber pemenuhan

kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan

dasar. Suharto (2009:16) menerangkan bahwa kemiskinan pada hakekatnya

menunjuk pada situasi kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang dialami

seseorang, baik akibat ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hidup ataupun

akibat dari ketidakmampuan negara / masyarakat untuk memberikan perlindungan

sosial kepada warganya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

kemiskinan adalah keadaan seseorang atau kelompok yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya baik berupa materi maupun imateri. Secara luas, kemiskinan

dapat didefinisikan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan

kesehatan yang buruk, dan tidak adanya hak untuk memperoleh penghidupan yang

layak. Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu pada garis

kemiskinan (poverty line), konsep yang mengacu pada garis kemiskinan disebut

Page 11: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

11

kemiskinan absolut, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak mengacu pada

garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif.

Kemiskinan itu sendiri memiliki pengertian yang sangat banyak dan luas,

sehingga tidak mudah untuk menentukan tolak ukur dari kemiskinan itu sendiri,

namun paling tidak ada dua jenis kemiskinan yang sudah umum digunakan

sebagai tolak ukurnya. Arsyad (1994) membagi kemiskinan kedalam beberapa

ukuran, yaitu:

a. Kemiskinan absolut

Kemiskinan absolut adalah keadaan dimana pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Kemiskinan absolut merupakan konsep kemiskinan yang mengacu pada besar pendapatan dan kebutuhan, dimana kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan-kebutuhan dasar minimum (sandang, pangan, papan) agar seseorang hidup dengan layak. Bila pendapatan seseorang tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum, maka seseorang dapat dikatakan miskin. Dengan demikian, dalam konsep ini, kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang sebenarnya dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya.

b. Kemiskinan relatif

Kemiskinan relatif adalah keadaan dimana kemiskinan di atas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak antara miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas. Kemiskinan relatif mengatakan, orang yang sudah memiliki pendapat cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak selalu berarti “tidak miskin”.Walaupun tingkat besar pendapatan sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan lingkungan sekitarnya, maka masih dapat dikatakan miskin.

Kemiskinan merupakan masalah yang berkaitan erat dengan masalah

produktivitas, dan tingkat perkembangan masyarakat, tentu saja dua hal tersebut

dipengaruhi oleh kebijakan pembangunan nasional. Selain Arsyad, dalam

bukunya Politik Demokrasi dan Pembangunan, Mas’oed (1997) menjelaskan,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

12

selain dilihat dari jenis kemiskinannya, kemiskinan itu sendiri juga dapat

dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan faktor penyebabnya, apa yang

menyebabkannya, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan (artificial).

a. Kemiskinan alamiah

Kemiskinan alamiah berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.Kemiskinan alamiah terjadi karena faktor-faktor alam.

b. Kemiskinan buatan

Kemiskinan buatan lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata. . Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia.

Kemiskinan memang merupakan permasalahan multidimensional yang

tidak hanya melibatkan ekonomi saja, namun juga sosial, budaya, dan politik.

Oleh karena pentingnya pemahaman tentang konsep kemiskinan ini lah, peneliti

merasa perlu memasukkan konsep kemiskinan kedalam kerangka teori penelitian.

Sehingga makna dari kemiskinan bias sesuai dengan apa yang peneliti ingin

dapatkan dalam penelitian ini.

2. Narasi Media

Dalam narasi media, dikenal ada tiga istilah yang hampir serupa,yaitu

narasi, narator dan naratif. Peneliti merasa perlu untuk menjelaskan sehingga

kedepannya tidak ada salah paham dalam istilah tersebut.

Narasi berasal dari bahasa Latin, kata narre yang artinya membuat tahu.

Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahukan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

13

peristiwa atau sesuatu. Girard Ganette (2007: 22), mengatakan bahwa narasi

adalah representation of events or of a sequence of event (representasi dari sebuah

peristiwa atau rangkaian peristiwa-peristiwa). Narasi sendiri memiliki

karakteristik, struktur dan unsur, dimana tiga hal tersebut berkaitan dan

membentuk sebuah cerita yang runtut sehingga cerita tersebut dapat diterima atau

dicerna.

Narator juga berasal dari kata Latin, yaitu narratus yang berarti

membuat dimengerti. Eriyanto dalam “Analisis Naratif (Dasar-dasar dan

Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media)”menjelaskan bahwa narator

adalah orang atau tokoh yang menceritakan sebuah peristiwa atau kisah. Narator

merupakan bagian penting dari suatu narasi, karena lewat narator-lah peristiwa

atau kisah disajikan kepada khalayak. Dalam perkembangannya, tidak semua

cerita memiliki narator. Dalam cerita yang memiliki narator, cerita dapat dipahami

lewat kata-kata yang disebutkan oleh narator, namun dalam cerita yang tidak

memiliki narator, cerita dapat dipahami melalui perkataan yang dikatakan oleh

karakter atau tokoh dalam cerita tersebut.

Lacey (2000: 109) menjelaskan ada dua jenis narator berdasarkan

hubungannya dengan khalayak dan cerita, yaitu narator dramatis dan narator tidak

dramatis. Narator dramatis adalah narator yang menceritakan pengarang sebagai

bagian dari yang diceritakan, sedangkan narator tidak dramatis adalah narator

yang tidak memiliki keterkaitan dengan cerita. Dalam film dokumenter “Cerita

dari Tapal Batas”, mennggunakan jenis narrator tidak dramatis dimana narrator

tidak memiliki keterkaitan dengan cerita.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

14

Sedangkan naratif adalah cara manusia menceritakan pengalaman-

pengalaman mereka sehingga cerita mereka dapat diterima dengan baik oleh

audience. Naratif adalah cara penalaran dan representasi melalui berbagai macam

media (lisan atau tertulis) seperti surat, novel, sinetron, film (Fulton,2005: 27).

Film merupakan salah satu media narasi, Fulton ( 2005 : 47 ) menjelaskan: “as a naratif medium, film - like others narrative media: epics, novels, drama, opera, and various media considered in this book - has established many interlocking conventions to make it's storytelling comprehensible”.

Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa film adalah salah satu media narasi

yang memiliki rangkaian cerita yang saling terhubung sehingga cerita tersebut

dapat dipahami. Agar narasi dapat dipahami, narasi memiliki tiga hal yang saling

berkaitan , yaitu karakteristik, struktur dan unsur.

a. Karakteristik Narasi

Narasi memiliki tiga karakter. Pertama, memiliki rangkaian

peristiwa. Sebuah narasi memiliki dua peristiwa atau lebih yang mana

peristiwa-peristiwa tersebut saling terangkai.

Kedua, rangkaian tersebut tidaklah acak, namun mengikuti logika

tertentu, urutan atau sebab akibat tertentu sehingga peristiwa-peristiwa

tersebut terangkai secara logis. Dengan konsep tersebut, jika rangkaian

peristiwa-peristiwa tersebut disusun tidak menggunakan logika tertentu

rangkaian tersebut tidak dapat disebut sebagai narasi.

Ketiga, narasi bukanlah memindahkan peristiwa kedalam sebuah

teks cerita. Dalam narasi, selalu terdapat pengurangan atau penambahan

bagian tertentu dari peristiwa, sehingga narasi yang disampaikan sesuai

Page 15: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

15

dengan makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat narasi.

Dalam narasi selalu terdapat proses pemilihan dan penghilangan bagian

tertentu dari peristiwa (Gillespie, 2006: 82).

Dari karakteristik diatas, dapat dijelaskan bahwa film merupakan

media narasi yang terdiri dari banyak peristiwa yang saling terhubung

menjadi gambar bergerak, dimana peristiwa-peristiwa tersebut terhubung

dengan logika tertentu. Karena film memilik keterbatasan waktu, maka

akan ada bagian dalam peristiwa-peristiwa tersebut yang dihilangkan atau

ditambahkan sehingga pesan yang disampaikan sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh si pembuat narasi.

b. Struktur Narasi

Struktur narasi yang saat ini umum digunakan adalah struktur yang

dikemukakan oleh ahli sastra dan budaya asal Bulgaria, Tzvetan Todorov.

Menurut Todorov, narasi memiliki struktur dari awal hingga akhir. Narasi

diawali oleh keteraturan, kondisi yang tertib, keteraturan tersebut berubah

menjadi kekacauan akibat dari tindakan seorang tokoh dan narasi diakhiri

dengan kembalinya keteraturan (Eriyanto, 2013:47).

Gambar 1.2( Struktur Narasi)

(sumber: Eriyanto, 2013:47)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

16

Sedangkan dalam perkembangannya, Nick Lacey mengembangkan

stuktur dari Tzevetan Todorov, dari tiga bagian menjadi lima bagian.

Modifikasi terutama terletak pada bagian antara gangguan ke equilibrium,

yaitu adanya kesadaran akan adanya gangguan dan adanya upaya untuk

menyelesaikan masalah.

Gambar 1.3( Struktur Narasi Modern)

(sumber: Lacey, 2000: 29)

b.1. Kondisi keteraturan

Narasi umumnya diawali dengan keadaan normal, kondisi

keteraturan dan ketertiban. Keteraturan atau ketertiban tempat yang

menjadi setting film tersebut.

b.2. Gangguan terhadap keteraturan

Tahap selanjutnya adalah adanya gangguan dari tokoh dalam cerita

tersebut. Tokoh tersebut merusak keteraturan yang ada.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

17

b.3. Kesadaran akan adanya gangguan

Tahap ini adalah tahap dimana gangguan yang dirasakan semakin

besar dan dampaknya semakin dirasakan. Gangguan mencapai titik puncak

(klimaks).

b.4. Upaya untuk memperbaiki gangguan

Pada tahap ini, sosok pahlawan dikenalkan. Sosok tersebut hadir

untuk memperbaiki kondisi. Dalam tahap ini, upaya untuk memperbaiki

kondisi mulai banyak terlihat.

b.5. Pemulihan menuju keseimbangan

Tahap ini adalah bagian terakhir dari narasi, dimana gangguan bisa

diatasi dan kekacauan yang muncul dapat diselesaikan sehingga

keteraturan tercipta kembali.

Struktur narasi ini di mulai dengan menceritakan keadaan yang normal dan

tertib. Kondisi ini berubah ketika ada gangguan terhadap ketertiban tersebut.

Selanjutnya, gangguan itu mulai dirasakan dan muncul kesadaran akan adanya

gangguan. Tahap selanjutnya adalah adanya upaya untuk memperbaiki keadaan.

Tahap terakhir adalah dimana keseimbangan telah pulih kembali.

c. Unsur Narasi

Eriyanto (2013: 16) menjelaskan, terdapat tiga unsur narasi yaitu

cerita (story), alur (plot), dan waktu (time).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

18

c.1. Cerita (story)

Cerita (story) adalah urutan kronologis dari suatu peristiwa, dimana

peristiwa tersebut bisa ditampilkan dalam teks, bisa juga tidak ditampilkan

dalam teks.

c.2. Alur (plot)

Alur (plot) adalah apa yang ditampilkan secara eksplisit dalam

sebuah teks. Dalam alur (plot), urutan peristiwa bisa dibolak-balik.

c.3. Waktu (time)

Dalam narasi, tidak akan mungkin menampilkan waktu yang

sesungguhnya (dalam realitas dunia nyata) kedalam sebuah teks. Peristiwa

yang terjadi selama puluhan tahun mungkin hanya akan disajikan beberapa

jam saja di dalam film. Ada tiga aspek penting untuk dilihat dalam analisis

waktu, yaitu durasi, urutan peristiwa (order), dan frekuensi peristiwa

(Eriyanto, 2013: 24).

Durasi adalah waktu dari suatu peristiwa. Durasi ada dibagi

menjadi tiga macam. Pertama, durasi cerita, yaitu durasi cerita dari awal

hingga akhir. Kedua, durasi plot yaitu durasi keseluruhan dari alur (plot),

durasi plot biasanya lebih pendek dari durasi cerita. Ketiga, durasi teks,

yaitu durasi dari sebuah teks.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

19

Urutan peristiwa (order) adalah rangkaian peristiwa satu dengan

peristiwa yang lain sehingga membentuk narasi. Ada tiga jenis urutan,

pertama urutan cerita, dalam urutan cerita, peristiwa bersifat kronologis.

Kedua, urutan plot, dalam urutan plot, susunan peristiwa bisa jadi

kronologis bisa jadi tidak. Ketiga, urutan teks yang juga bisa kronologis

maupun tidak kronologis.

Frekuensi mengacu kepada berapa kali suatu peristiwa yang sama

ditampilkan (Herman dan Vervaeck, 2001: 66). Dalam cerita, kategori

frekuensi pasti tidak ada. Karena peristiwa dalam kondisi nyata, pasti

hanya terjadi satu kali, dan tidak mungkin diulang. Tetapi dalam plot atau

teks, mungkin saja peristiwa dihadirkan beberapa kali.

Dalam frekuensi hanya dikenal dua istilah, yaitu frekuensi plot adalah

berapa kali suatu peristiwa ditampilkan dalam sebuah plot. Kedua,

frekuensi teks adalah berapa kali suatu peristiwa ditampilkan dalam

keseluruhan narasi.

3. Film Dokumenter sebagai pengantar Fakta

Film dokumeter pertama kali dikenalkan ke dunia oleh Robert Flaherty

pada tahun 1922 dengan judul Nanook of The North. Film ini dibuat selama lebih

dari satu tahun. Dalam film ini, Robert mendokumentasikan kehidupan suku

eskimo di daerah Hudson Bay. Film ini menceritakan tentang kehidupan suku

eskimo yang diwakili oleh seorang eskimo bernama, Nanook. Kehidupan sehari-

hari mulai dari tidur, berburu, memancing dan lainnya. Kehidupan sebuah suku

Page 20: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

20

yang sama sekali tidak tersentuh oleh teknologi. Pada 4 tahun setelahnya, 1926,

Flaherty kembali melakukan inventory ke daerah Samoa. Dengan cara membuat

film yang sama, Flaherty membuat film Moana. Walaupun tidak seberhasil film

pertamanya, namun Moana-lah yang memperkenalkan istilah documentary

(Nichols, 2001: 3).

Sedangkan di Indonesia, film dokumenter pertamakali masuk pada tahun

1950. David Hanan (2012: 105) dalam buku ”Southeast Asia Independent

Cinema” menjelaskan film dokumenter masuk di Indonesia pada tahun 1950 saat

kunjungan dari Perdana Menteri India Jawahalal Nehru, ke Indonesia. Film

dokumentasi dengan judul “Pandit Nehru Visit Indonesia” ini berdurasi sekitar

satu jam. Film ini menceritakan tentang perjalanannya ke Pulau Jawa dan Bali

yang di dampingi oleh Presiden Indonesia pertama, Soekarno.

Mayoritas pembuat film dokumenter memiliki latar belakang dan alasan

tersendiri mengapa mereka ingin membuat film dokumenter tentang hal tersebut.

Latar belakang dan alasan inilah yang menjadi dorongan utama dari proses

penciptaan film dokumenter tersebut. Pembuat film dokumenter senantiasa

berhadapan dengan realita, kondisi dan peristiwa (Trimarsanto, 2011: 10).

Kunci utama dari film dokumnter adalah bahwa film dokumenter

menyajikan realita atau fakta, bukan menciptakan suatu peristiwa atau kejadian.

Hayward (1996) dalam buku “Key concepts in cinemas studies” menuturkan,

Robert Grierson menjabarkan definisi atau kriteria film dokumenter yaitu karya

film dokumenter merupakan sebuah laporan aktual yang kreatif (creativetreatment

Page 21: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

21

of actuality). Kriteria ini dijabarkan pada saat Robert Grierson mengulas film

Moana karya Robert Flaherty. Empat kriteria yang menerangkan bahwa

dokumenter adalah film nonfiksi adalah :

a) Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa intepretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi latarbelakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya).

b) Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila film dokumenter memiliki intepretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interpretasi imajinatif.

c) Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

d) Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalamdokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

Dokumenter terhubung dengan dunia ini dengan cara

merepresentasikannya atau mewakilinya, dan dokumenter melakukannya dengan

3 cara. Pertama, dokumenter menawarkan kemiripan atau penggambaran yang

dikenali. Kedua, dokumenter mewakili orang lain. Ketiga, dokumenter bisa lebih

dari sekedar mewakili, dokumenter juga bisa menimbulkan argumen-argumen

baru ( Nichols , 2001: 3 ) .

Page 22: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

22

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif dan teknik analisis data dengan cara analisis isi. Penelitian ini

merupakam sebuah riset yang bertujuan menjelaskan fenomena dengan sedalam-

dalamnya. Karena penelitian ini menggunakan penedekatan kualitatif, maka

penelitian ini menekankan pada kedalaman data (kualitas) bukan banyaknya data

(kuantitas). Penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa data-data

tertulis atau lisan dari informan dalam penelitian. Data deskriptif tersebut akan

berupa narasi-narasi kualitatif yang diperoleh dari hasil analisa film dokumenter

Cerita dari Tapal Batas.

Neuman (2000: 123) menjelaskan beberapa karakteristik penelitian

kualitatif, pertama, menangkap dan memenemukan makna setelah peneliti

memahami data. Kedua, ukuran yang dibuat secara ad hoc seringkali spesifik

terhadap pengaturan individu sang peneliti. Ketiga, datanya dalam bentuk kata-

kata atau gambar dari dokumen, observasi, atau transkrip. Kempat, teori bisa

dengan sebab atau tanpa sebab, dan sering kali induktif.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa elemen yang akan

menjadi fokus lain dalam penelitian yaitu story & plot, setting, character &

camera setting. Untuk lebih memperdalam analisa pada penelitian ini, peneliti

akan menggunakan modelGreimas sebagai metode penelitiannya.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

23

2. Tahap-Tahap Penelitian

a. Unit Analisi

Bagian yang akan diteliti adalah tiap-tiap scene yang menarasikan tentang

kemiskinan. Dalam scene tersebut akan diteliti lebih mendalam dengan

menggunakan model aktan, secara detail akan dianalisis untuk melihat bagaimana

cara sutradara menarasikan kemiskinan. Nantinya, setiap scene nya akan diuraikan

kedalam analisis aktan.

Scene sendiri berarti adegan dalam satu segmen pendek dari keseluruhan

cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,

waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif.

b. Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah bagaimana kemiskinan di daerah terluar

perbatasan Indonesia-Malaysia di narasikan dalam film dokumenter Cerita dari

Tapal Batas. Sejauh mana kemiskinan menjadi masalah bagi masyarakat yang

tinggal di daerah perbatasan tersebut.

Beberapa alasan peneliti memilih film dokumenter Cerita dari Tapal Batas

dibandingkan dengan film yang lain antara lain, adalah karena film dokumenter

ini tidak hanya memuat satu kisah saja di dalamnya namun memuat tiga kisah

sekaligus yang masing-masing tokoh dalam kisah nya menarasikan kemiskinan

menurut sudut pandang masing masing dan didukung dengan human interest yang

sangat kuat di masing-masing kisah. Dalam film dokumenter ini, pengambilan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

24

gambar yang dilakukan dengan menggunakan shot yang pas, banyak shot close up

yang semakin menguatkan narasi kemiskinan. Selain itu, peneliti juga didukung

dengan data-data pendukung lainnya yang peneliti butuhkan nantinya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang penelitian ini, peneliti membutuhkan data-data untuk

keperluan penelitian. Peneliti mendapatkan data dari :

a. Dokumentasi

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi dari film

dokementer Cerita dari Tapal Batas, sehingga nantinya akan membantu dalam

mengetahui struktur dalam narasi-narasi kemiskinan dalam film dokumenter

Cerita dari Tapal Batas.

b. Studi Pustaka

Dibantu dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengelompokkan bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan penelitian, baik dari

sumber dokumen maupun buku, koran ataupun majalah, dan tulisan-tulisan dari

situs internet.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari pengamatan yang

dilakukan dengan melihat, mencermati film dokumenter, Cerita dari Tapal Batas.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

25

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh melalui sumber-sumber lain, seperti buku-

buku, jurnal, media internet, serta media lainnya yang menunjang dalam

penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara peneliti untuk mencari dan menata secara

sistematis hasil penelitiannya, baik dari observasi, studi pustaka, ataupun lainnya

untuk meningkatkan pemahaman terhadap kedalaman penelitiannya sehingga data

atau hasil yang telah peneliti peroleh dapat lebih mudah disampaikan dan

diinterpretasikan kepada orang lain. Analisis data memudahkan peneliti untuk

mengemas hasil penelitiannya sehingga hasil dari penelitian dapat lebih berguna

karena lebih mudah dipahami oleh orang lain.

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dimana penelitian ini akan

menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Data deskriptif

tersebut berupa narasi-narasi kualitatif tentang kemiskninan yang diperoleh dari

hasil analisis video film dokumenter Cerita dari Tapal Batas.

Analisis naratif adalah adalah analisa mengenai narasi, baik narasi fiksi

(novel, puisi, cerita rakyat, dongeng, film, komik, musik, dan sebagainya) ataupun

fakta, seperti berita (Eriyanto, 2013:9). Analisis naratif melihat narasi sebagai

sebuah cerita yang mana didalam cerita tersebut terdapat plot, adegan, tokoh, dan

karakter. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam,

maka untuk memperdalam penelitian, peneliti akan menggunakan analisis naratif

Page 26: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

26

model Greimas, dimana model Greimas adalah perkembangan dari model

Vladimir Propp.

a. Model Greimas

Model Greimas atau sering juga disebut model Aktan, adalah salah satu

model dalam analisis naratif. Model ini dikembangkan oleh seorang ahli bahasa

asal Lithuania bernama Algirdas Greimas. Greimas mengembangkan model dari

Vladimir Propp, dalam pengembangannya, Greimas menyederhanakan karakter

dan melihat adanya relasi dari masing-masing karakter. Jika dalam Propp, narasi

di perankan oleh karakter, maka Greimas membuat narasi dikarakterisasikan oleh

peran. Peran dalam Greimas sering disebut sebagai aktan (actant), dimana aktan

tersebut berfungsi mengarahkan jalan cerita.

Peneliti memilih untuk menggunakan model Greimas / Aktan dalam

penelitian ini adalah karena, di dalam model Greimas, karakter tidak hanya selalu

berupa orang atau tokoh, namun bisa juga berupa keadaan atau situasi. Hal ini

berbeda dengan Propp yang mana karakter itu pasti berupa orang atau tokoh. Dan

seperti sudah dijelaskan sebelumnya, karena film dokumenter tidak didominasi

oleh unsur naratif, maka jelas di dalam dokumenter hanya sedikit pengkarakteran

berupa tokoh atau orang, namun akan lebih banyak berupa keadaan atau situasi.

Peneliti merasa model Greimas / Aktan akan membantu mempermudah peneliti

dalam melakukan penelitian.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

27

Tabel 1.2 Model Aktan

No Pembeda Vladimir Propp Algirdas Greimas

1 Karakter Identik dengan orang / tokoh Berupa Aktan, dapat orang /

tokoh, dapat juga berupa

keadaan / situasi

2 Karakter -Penjahat (Vilaain)

-Penderma (Donor)

-Penolong (Helper)

-Putri (Princess) dan Ayah

(Father)

-Pengirim (Dispatcher)

-Pahlawan (Hero)

-Pahlawan Palsu (False Hero)

-Pengirim (Destinator)

-Pendukung (Adjuvant)

-Subyek

-Obyek

-Penerima (Receiver)

-Penghambat (Traitor)

3 Relasi Tidak ada relasi antar karakter Ada relasi antar karakter

(sumber: Eriyanto, 2013:71&96)

Dalam model Greimas atau Aktan, keenam karakter tersebut dapat diurai

dan memiliki relasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut, Pertama, Subyek,

subyek menduduki peran utama sebuah cerita, tokoh utama yang mengarahkan

jalannya cerita. Kedua, Obyek, bisa berupa orang ataupun suasana atau kondisi

yang dicita-citakan. Ketiga, Pengirim (Destinator) merupakan penentu arah,

memberikan aturan atau nilai-nilai dalam sebuah narasi, biasanya pengirim tidak

bertindak secara langsung dan hanya memberikan perintah pada tokoh dalam

narasi. Keempat,Penerima (Receiver), adalah karakter yang berfungsi sebagai

Page 28: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

28

pembawa nilai dari pengirim. Kelima, Pendukung (Adjuvant), karakter ini

membantu subyek dalam dalam usahanya mencapai obyek. Keenam, Penghambat

(Traitor), karakter ini menghambat subyek dalam dalam usahanya mencapai

obyek

Gambar 1.4 (Relasi antar Aktan)

(Sumber Eriyanto, 2013: 96)

Greimas melihat adanya relasi atau keterkaitan antara satu karakter dengan

karakter lainnya, dan secara sederhana bisa dibagi kedalam 3 relasi struktural,

yaitu :

Pertama, relasi struktural antara subyek dan obyek, atau bisa disebut

dengan relasi sumbu hasrat dan keinginan (axix of desire). Obyek adalah tujuan

yang ingin dicapai oleh subyek. Disini, obyek tidak harus selalu berupa orang,

namun bisa jadi keadaan yang diinginkan.

Kedua, relasi antara pengirim (destinator) dengan penerima (receiver), atau

bisa disebut dengan sumbu pengiriman (axis of transmission). Pengirim

memberikan nilai, aturan, atau perintah sehingga obyek bisa dicapai. Sedangkan

penerima adalah manfaat setelah obyek dicapai oleh subyek.

Ketiga, relasi struktural antara pendukung (adjuvant) dan penghambat

(traitor), dimana relasi ini bisa disebut sumbu kekuatan (axis of power).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

29

Pendukung melakukan sesuatu agar subyek bisa mendapatkan obyek. Sedangkan

penghambat melakukan sesuatu agar subyek tidak bisa mendapatkan obyek.

b. Oposisi Segi Empat

Dalam oposisi segi empat, fakta atau realitas bisa dibagi ke dalam empat

sisi (S₁, S₂, S₁, S₂). Hubungan antara S₁ dengan S₂ dan antara S₁ dengan S₂ adalah

hubungan oposisi. Ini seperti oposisi biner dalam gagasan Levi-Strauss. Hubungan

antara S₁ dengan S₂ dan antara S₂ dengan S₁ adalah hubungan kontradiksi.

Sementara hubungan antara S₁ dengan S₁ dan antara S₂ dengan S₂ adalah

hubungan implikasi. (Eriyanto, 2013: 197&198)

Gambar 1.5 Oposisi Segi Empat dari Greimas

S₁ S₂

S₁ S₂

(Sumber : Eriyanto, 2013: 197&198)

Sebagai misal, “cinta” adalah oposisi dari “benci”. Kata “cinta” memiliki

kontradiksi dengan “tidak benci” dan kata “benci” memiliki relaasi kontradiksi

dengan “tidak cinta”. Kata “cinta memiliki implikasi dengan kata “tidak benci”

dan kata “benci” memiliki relasi implikasi dengan “tidak cinta”

: Relasi oposisi (kebalikan) : Relasi kontradiksi : Relasi implikasi

Page 30: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

30

Gambar 1.6 Contoh Oposisi Segi Empat dari Greimas

Cinta Benci

Tidak Benci Tidak Cinta

(Sumber : Eriyanto, 2013:198)

Lewat oposisi segi empat ini kita bisa menjelaskan berbagai latar dan

kondisi masyarakat. Jika kita membaca novel atau menonton film, latar

masyarakatnya bisa kita jelaskan dari berbagai kemungkinan di dalam oposisi segi

empat ini. Dengan kata lain, lewat oposisi segi empat ini segala kemungkinan

oposisi dari berbagai kondisi bisa dijelaskan dengan lebih baik. Lewat oposisi segi

empat ini, kita menafsirkan suatu narasi lebih baik dibandingkan dengan oposisi

biner.

c. Elemen Unsur Naratif

Analisis tekstual dalam penelitian ini menggunakan teks media berupa video film

dokumenter Cerita dari Tapal Batas. Adapun elemen-elemen yang akan digunakan

dalam analisis film tersebut adalah sebagai berikut.pi

c.1 Story & plot

Cerita adalah macam-macam kejadian yang terjadi dalam sebuah naratif.

Mungkin saja suatu cerita terlihat mirip atau memiliki banyak persamaan, namun

cerita tersebut tetaplah sesuatu yang berbeda dilihat dari siapa pemeran cerita

Page 31: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

31

tersebut, waktu dan keadaan yang berbeda, dan banyak hal lain yang berbeda

didalam dasar cerita yang sama.

Sedangkan plot adalah rangkaian peristiwa yang disajikan secara audio

ataupun visual dalam suatu cerita. Sebuah cerita dapat dimanipulasi dari plot

(Pratista, 2008: 34)

c.2 Setting (place & time)

Seting tempat adalah seluruh latar bersama seluruh propertinya. Seting

tempat yang digunakan dalam film umumnya dibuat senyata mungkin dengan

konteksnya. Seting tempat yang sempurna adalah seting yang berhasil membuat

penontonnya yakin bahwa cerita tersebut sungguh-sungguh terjadi pada lokasi dan

waktu sesuai konteksnya (Pratista, 2008: 62).

Sedangkan setting waktu adalah keadaan dimana cerita tersebut

diceritakan. Seting waktu digunakan untuk memberitahukan kepada penonton

tentang informasi waktu, era, musim sesuai dengan cerita. Unsur waktu

keseharian yakni pagi, siang, sore, dan malam mutlak harus dipenuhi untuk

menjelaskan kejadian sebuah cerita (Pratista, 2008: 67).

c.3 Character

Didalam setiap cerita pasti terdapat karakter, yakni orang atau tokoh yang

memiliki sifat atau perilaku tertentu. Karakter tersebut memiliki fungsi masing-

masing dalam cerita. Dengan adanya karakter, akan membuat si pembuat cerita

Page 32: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

32

lebih mudah untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya dan cerita tersebut akan

lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Seorang peneliti dongeng asal Rusia, Vladimir Propp menyusun karakter

yang hampir ditemukan di dalam setiap cerita. Propp menyatakan bahwa dalam

setiap cerita pasti ada karakter dan setiap karakter menempati fungsi tertentu

dalam sebuah cerita. Propp mengkategorikan karakter ke dalam tujuh jenis

karakter, yaitu (Pratista, 2008: 72)

Tabel 1.3 (Pembagian Karakter Vladimir Propp)

No Karakter Deskripsi

1 Penjahat (Villain) Melawan pahlawan

2 Penderma (Donor) Menolong pahlawan dengan kekuatan magis

3 Penolong (Helper) Membantu pahlawan menyelesaikan tugas

4 Putri (Princess) dan

Ayah (Father)

Mencari calon suami

Memberikan tugas

5 Pengirim (Dispatcher) Mengirim pahlawan menjalankan misi

6 Pahlawan (Hero) Mencari sesuatu dan menjalankan misi

7 Pahlawan Palsu (False Hero) Mengklaim sebagai pahlawan

(Sumber: Pratista, 2008:72)

c.4. Camera setting

1) Camera Shots

Jenis-jenis shot pada kamera dipengaruhi oleh jarak. Jarak yang dimaksdut

disini adalah dimensi jarak kamera terhadap obyek dalam framekamera. Ukuran

Page 33: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

33

jarak ini adalah sangat relatif dan yang menjadi tolak ukur adalah proporsi

manusia atau obyek dalam sebuah frame. Thompson dan Bowen ( 2009) dalam

buku “Grammar of the Shot” menjelaskan bahwa secara dasar, dimensi jarak

kamera terhadap obyek dapat dikelompokkan menjadi sembilan, yaitu.

a) Extreme Long Shot (ELS)

ELS merupakan jarak kamera yang paling jauh dari obyeknya.

Wujud manusia nyaris tidak tampak. Shot ini biasanya digunakan untuk

menampilkan panorama yang luas.

b) Very Long Shot (VLS)

VLS merupakan jarak kamera yang cukup Jauh dari obyeknya.

Wujud manusia nampak namun hanya kecil. Shot ini biasanya

digunakan untuk menggambarkan lingkungan sekitar obyek.

c) Long Shot (LS)

Dalam LS, wujud manusia sudah nampak jelas, namun latar

belakang dari obyek tersebut masih sangat dominan. LS biasanya

digunakan sebagai establish, yakni shot pembuka sebelum

digunakannya shot-shot yang lebih dekat.

d) Medium Long Shot (MLS)

Pada jarak ini, memperlihatkan tubuh manusia dari bawah lutut

sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar mulai

nampak seimbang.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

34

e) Medium Shots (MS)

Pada jarak MS, memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke

atas. Gestur dan ekspresi wajah mulai nampak. Sosok manusia muai

dominan dalam frame.

f) Medium Close-Up (MCU)

Pada jarak MCU ini, memperlihatkan bagian tubuh manusia dari

dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi framedan tidak lagi

dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak

MCU.

g) Close-Up (CU)

Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek

kecil lainnya. Biasanya digambarkan kepala manusia dengan masih

menyisakan ruang antara kepala dan batas atas frame. Teknik ini

mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang

mendetail. CU biasanya digunakan dalam shot adegan percakapan atau

dialog yang intim.

h) Big Close-Up (BCU)

Pada jarak ini, wajah manusia terlihat memenuhi frame, bahkan

dahi manusia sedikit terpotong. Pada shot ini, ekspresi wajah atau hal

detail lainnya sudah dapat terlihat jelas, ekspresi marah, senang, susah,

sedih, bahagia, dll.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

35

i) Extreme Close-Up (ECU)

Pada jarak terdekat ini, ECU mampu memperlihatkan lebih

mendetail bagian dari obyek. Contohnya jika obyek adalah wajah

manusia, maka dengan ECU ini, bagian yang dapat tergambarkan

adalah bagian detail dari mata, hidung, telinga, dll.

2) Camera Moving

Pergerakan kamera berfungsi umumnya untuk mengikuti pergerakan

seorang karakter serta obyek. Pergerakan kamera juga sering digunakan untuk

menggambarkan suasana atau situasi sebuah lokasi atau panorama.dalam teknis

sebenarnya, teknik pergerakan kamera sangat bervariasi dan tidak terhitung,

namun secara teknis dapat dikelompokkan menjadi 4 empat, yakni (Pratista, 2008

: 109-110)

a) Pan

Pan adalah pergerakan kamera secara horisontal (kanan dan

kiri)dengan posisi kamera statis atau diam. Pan pada umumnya

digunakan untuk mengikuti pergerakan seorang karakter atau untuk

melakukan reframing (menyeimbangkan kembali komposisi frame

ketika karakter bergerak)

b) Tilt

Tilt adalah pergerakan kamera secara vertikal (atas-bawah dan

bawah-atas) dengan posisi kamera statis atau diam. Tilt sering

Page 36: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

36

digunakan untuk memperlihatkan obyek yang tinggi didepan karakter

(kamera), seperti gedung yang tinggi, patung raksasa, dan lainnya.

c) Tracking

Tracking shotatau Dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat

perubahan posisi kamera secara horisontal. Pergerakan dapat kearah

manapun sejauh masih menyentuh permukaan tanah.pergerakan dapat

bervariasi yakni, maju (track forward), mundur (track backward),

melingkar, serta menyamping (track left/right) dan sering kali

menggunakan rel.

d) Crane shot

Crane Shot adalah merupakan pergerakan kamera akibat perubahan

posisi kamera secara vertikal, horizontal, ataupun kemana saja selama

kamera masih diatas permukaan tanah (melayang). Crane Shot

umumnya menggunakan alat yang bernama crane yang mampu

membawa kamera sekaligus bersama operatornya dan dapat bergerak

naik dan turun beberapa meter.

3) Camera Angle

Sudut kamera adalah sudut pandang kamera terhadap obyek yang berada

dalam frame. Secara umum, sudut kamera dapat dibagi menjadi tiga, yaitu High

Angle, Low Angle, dan Straight Angle.Straight Angle biasanya digunakan dalam

keadaan normal. Sementara High Angle dan Low Angle digunakan ketika obyek

posisinya lebih tinggi atau lebih rendah daripada posisi kamera (Pratista,

2008:106)

Page 37: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

37

1. High Angle

Sudut pengambilan gambar ini membuat sebuah obyek seolah

nampak kecil, lemah, serta terintimidasi. Sudut ini biasanya digunakan

juga untuk memperlihatkan panorama yang luas serta keadaan suatu

tempat yang dijadikan setting.

2. Low Angle

Sudut ini membuat sebuah obyek seolah nampak lebih besar,

dominan, percya diri, serta kuat. Sudut ini seringkali digunakan untuk

memperlihatkan sosok superhero.

3. Straight Angle

Sudut ini merupakan sudut yang normal, biasanya ketinggian

kamera sesuai dengan dada dan sering digunakan dalam acara yang

gambarnya lebih banyak diam / statis.

6. Tahap dan Sistematika Penelitian

Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan tahap-tahap dalam

penelitian sebagai berikut :

a. Peneliti akan akan menonton film Cerita dari Tapal Batas, lalu

menuliskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam film.

b. Peneliti memulai dengan membuat summary / ringkasan mengenai film

tersebut dengan menggunakan elemen-elemen yang akan digunakan

dalam penelitian (story & plot, character, setting, dan camera setting).

Page 38: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

38

c. Selanjutnya, peneliti akan menganalisa masing-masing elemen penelitian

tersebut ditambah dengan menganalisa narasi kemiskinan yang

digunakan dalam film tersebut.

d. Setelahnya, peneliti akan menggunakan analisa dari camera setting

untuk menemukan shot-shot yang akan memperkuat narasi kemiskinan

dalam film tersebut.

e. Tahap terakhir, dengan temuan yang didapat selama penelitian, penenliti

akan mengambil kesimpulan.

Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini yakni terdiri dari empat

bab, yaitu, :

a. BAB I - Pendahuluan

Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metedologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

b. BAB II - Gambaran Umum

Pada bab ini berisi tentang narasi kemiskinan dalam beberapa media dan

beberapa penelitian terdahulu mengenai isu yang serupa yakni kemiskinan.

Kemudian pendeskripsian film yang menjadi obyek penelitian, yaitu Cerita dari

Tapal Batas.

c. BAB III - Penyajian Data dan Pembahasan

Dalam bab ketiga, akan dipaparkan mengenai proses analisis naratif film

Cerita dari Tapal Batas menggunakan struktur dan unsur narasi, model aktan dan

pembahasan mengenai hasil analisis dan temuan penelitian.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH adalah …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39607.pdf · Soekanto, strata sosial atau Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat

39

d. BAB IV - Penutup

Bab terakhir dalam laporan penelitian ini berisi kesimpulan dari hasil

penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.

e. Daftar Pustaka