bab i pendahuluan satunya yaitu di perkebunan kelapa sawit...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanfaatan tekhnologi dan informasi merupakan hal yang tepat untuk
memberikan informasi yang akurat. Peran tekhnologi Sistem Informasi Geografi
(SIG) dan penginderaan jauh mulai banyak dimanfaatkan kesemua bidang. Salah
satunya yaitu di perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.L). Pemanfaatan
Sistem Informasi Geografi sangat membantu dan memiliki peran yang sangat
penting, mulai dari perencanaan kebun, pengelolaan kebun sampai monitoring
kebun kelapa sawit. Sehingga permasalahan-permasalahan yang terdapat dialam
kebun bisa terselesaikan dengan adanya pemanfaatan teknologi ini.
Kecamatan Ketungau Hulu salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat. Kecamatan ini memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai perkebunan sawit. Terdapat banyak areal kebun di Kecamatan ini. Dalam
penelitian ini hanya mengambil satu lahan perkebunan sawit yang akan dipetakan.
Lokasi perkebunan sawit ini dilihat dari kondisi lahan, totpografi, kondisi kebun
dan taaman yang tertanam. Lahan dengan topografi relatif datar dan jenis tanaman
kelapa sawit yang hanya dalam satu jenis menjadi latar belakang dilakukanya
metode sensus pokok dilokasi ini. Selain kondisi tanaman kelapa sawit dalam jenis
yang sama juga usia tanam yang sama, kondisi kebun yang sudah rapi, dan
pembagian blok kebun jelas. Hal ini akan memudahkan dalam melakukan
pengukuran dan pemetaan luas tanam sawit pada areal kebun ini.
Pemetaan didalam perkebunan sawit salah satunya yaitu pemetaan luas
tanam. Hal ini digunakan untuk memonitoring perkembangan tanam setiap
tahunnya. Pemetaan dapat dilakukan dengan pemanfaatan foto udara atau
pengunaan citra penginderaan jauh. Perusahaan sawit memanfaatkan citra atau foto
udara untuk memetakan dan membuat luas tanam kelapa sawit pada areal kebun
2
Ada juga yang menggunakan metode lain, salah satunya yaitu sensus pokok kelapa
sawit.
Metode yang dapat di gunakan selain memanfaatkan dara penginderaan jauh
yaitu dengan metode sensus pokok kelapa sawit. Sensus pokok kelapa sawit adalah
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan sawit
yang sebenarnya dalam areal atau dalam perkebunan sering di sebut dengan istilah
blok (Iyung Pahan. 2012). Metode ini sering digunakan dalam pengelolaan
perkebunan kelapa sawit untuk memonitoring kondisi dan keadaan tanaman kelapa
sawit. Sensus dilakukan persetiap pokok (tanaman) guna memastikan kondisi
tanaman kelapa sawit dalam keadaan baik atau buruk. Namun, sensus pokok dapat
dimanfaatkan untuk pemetaan luas tanam pada areal yang disensus. Pemanfaatan
metode ini utnuk pemetaan masih tergolong jarang, sehingga keefektifn darimetode
ini belum jelas dan perlu diteliti lebih lanjut. Dalam Prakteknya sekali sensus pokok
terdapat dua hasil yang diperoleh yaitu memonitoring kondisi tanaman sawit dan
pemetaan luas tanam kelapa sawit pada areal kebun yang disensus ini.
Sensus pokok kelapa sawit agar hasilnya dapat digunakan untuk pemetaan
maka dibutuhkan alat bantu berupa Global Positioning System (GPS). Pemanfaatan
GPS untuk menandai titik-titik tanaman kelapa sawit atau titik sensus pada areal
kebun yang disurvei. Dari hasil titik-titik tanaman ini dapat diketahui luas areal
tanam kelapa sawit dengan lebih akurat. Dengan menggunakan metode ini dan
digabungkan dengan proses analisis menggunakan SIG dapat memetakan luas
tanam kelapa sawit.
Hasil sensus pokok diolah agar menghasilkan luas tanam kelapa sawit. Data
yang digunakan memiliki bebrapa variabel dan benayak record. Terkadang
banyaknya data yang diperoleh menjadi permaslahan tersendiri dalam
pengeloalaanya. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah memanfaatkan basis
data dalam pengelolaan dan penyimpanan data. Basis data yang dikendalikan oleh
sistem manajemen basis data adalah satu set catatan data yang berhubungan dan
3
saling menjelaskan. Data yang tersimpan dalam system in akan saling terhubung
dan saling menjelaskan antar data satu dengan lainya. Dengan sistem tersebut data
yang terhimpun dalam suatu basis data dapat menghasilkan informasi yang
berguna.
Tujuan dari penyusunan basis data dari data pemetaan luas tanam kelapa
sawit ini adalah hasil agar mudah untuk disusun, diperbaiki, diurutkan ditelusuri
dan dicetak bila perlu maka perlu basis data yang baik. Penyusunan basis data akan
membantu dalam menorgnisir data yang diolah dari hasil luas tanam kelapa sawit.
Dengan kata lain perlu membuat basis data dari data luas tanam kelapa sawit
dengan tujuan agar data mampu terorganisir dan terstuktur dengan baik sehingga
memudahkan dalam pengolahan yang lebih lanjut.
1.2. Rumusan Masalah
Pengelolaan perkebunan sawit mulai memanfaatkan tekhnologi Sistem
Informasi Geografi (SIG) dengan tujuan agar lebih efektif dan hasil sesuai
harapan atau maksimal. Pemanfaatan teknologi SIG dapat diaplikasikan dalam
perkebunan sawit. Hal ini menunjang kinerja dalam perusahaan yang
memanfaatkan tekhnologi ini.
Metode sensus pokok dilakukan di perkebunan sawit guna memonitoring
keadaan tanamn kelapa sawit yang tertanam di areal kebun. Pemanfaatan metode
ini yang diaplikasikan untuk pemetaan masih jarang digunakan. Metode ini
menitik beratkan di hasil ploting menggunakan Global Positioning System
(GPS) pada setiap pokok (tanaman) kelapa sawit dengan pengolahan
menggunakan SIG untuk menghitung luas tanam dari areal kebun yang
disensus. Guna meningkatkan akurasi karena hal ini yang dibutuhkan dalam
mengetahui luas aktual tanam kelapa sawit.
Data yang dihasilkan dalam pemetaan ini memiliki variabel dan record
yang banyak. Banyaknya data yang dimiliki terkadang menimbulkan
4
permasalahan dalam pengelolaannya. Agar data tersusun dan tersimpan dengan
baik dan rapi maka disusunlah basis data dati data ini. Penyusunan basis data
dari hasil pemetaan luas tanam sawit agar data terorganisir dan terstruktur
dengan baik, sehingga data ini dapat dipahami dan digunakan secara
berkelanjutan. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka rumusan
masalah adalah :
1. Bagaimana metode sensus pokok kelapa sawit dapat digunakan untuk
pemetaan luas tanam pada areal kebun kelapa sawit?
2. Bagaimana peran Sistem Informasi Geografi dalam memetakan luas
tanam kelapa sawit ?
3. Seberapa efektifkan metode sensus pokok untuk memetakan luas tanam
kelapa sawit ?
4. Bagaimana membuat basis data dari hasil luas tanam kelapa sawit?
1.3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dapat
diungkapkan sebagai berikut :
1. Mengetahui peran dari metode sensus pokok kelapa sawit untuk
pemetaan luas tanam pada areal kebun kelapa sawit.
2. Membuat peta luas tanam kelapa sawit dengan metode sensus pokok
kelapa sawit.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan metode sensus pokok
dalam memetakan luas tanam kelapa sawit.
4. Membuat basis data dari hasil luas tanam kelapa sawit
1.4. Kegunaan penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan utama pengujian metode sensus
pokok untuk kajian vegetasi khususnya di perkebunan kelapa sawit, sehingga
harapanya hasil dari penelitian ini dapat berguna, antara lain :
5
1. Sebagai saran pengembangan dalam kajian vegetasi khususnya di dunia
perkebunan kelapa sawit untuk perhitungan dan penentuan luas tanam
kelapa dengan menggunakan metode sensus pokok ini.
2. Sebagai tambahan metode alternatif dalam monitoring dan pemetaan luas
tanam kelapa sawit atau untuk pemetaan dengan obyek lain.
1.5. Tinjauan Pustaka
1.5.1 Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.L) termasuk tumbuhan
kelas Angiospermae, ordo Palmales, famili Arecaceae dan genus Elaeis.
Tanaman ini berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang
mengatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu
Brasil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brasil
dibanding dengan Afrika (Fauzi et al., 2004). Pada kenyataannya, tanaman
kelapa sawit justru hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Indonesia,
Malaysia, Thailand dan Papua Nugini, bahkan mampu memberikan hasil
produksi per hektar yang lebih tinggi. Kelapa sawit dapat tumbuh baik di daerah
tropika basah antara 12˚LU-12˚LS pada suhu optimum sekitar 24˚-28˚C dengan
curah hujan rata-rata 2000-2500 mm/tahun (Fauzi et al., 2004).
1.5.1.1 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagaian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang merupakan alat
perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.
6
Gambar 1.1: Morfologi tanaman kelapa sawit (sumber : www.kelapasawit.com)
1.5.1.2 Bagian vegetatif
a. Akar
Akar tanaman kelapa sawit berbentuk serabut, tidak berbuku, ujungnya
runcing dan berwarna putih atau kekuningan. Perakaran kelapa sawit
sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar
primer, sekunder, tertier dan kuarter. Akar primer (diameter 6-10 mm)
bercabang membentuk akar sekunder (diameter 2-4 mm), akar sekunder
membentuk akar tersier (diameter 0,7-1,2 mm), akar tersier membentuk
akar kuartersier (diameter 0,1-0,3 mm). Akar sekunder, tersier, dan
kuater tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah. Sistem perakaran
paling banyak ditemukan pada kedalaman 0 sampai 20 cm, yaitu pada
lapisan olah tanah (top soil). Akar tanaman kelapa sawit berfungsi
sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain
itu, akar tanaman kelapa sawit juga berfungsi sebagai penyangga
7
berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegakya tanaman pada
ketinggian yang mencapai puluhan meter ketika tanaman sudah berumur
25 tahun.
Gambar 1.2: Perakaran tanaman kelapa sawit
(sumber: www.wulungwursita.com)
b. Batang
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya
tidak mempunyai kambium dan umumya tidak bercabang. Batang
kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman
yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena terlindung oleh
pelepah daun, tinggi batang bertambah 25-75 cm/tahun, tapi jika kondisi
lingkungan yang sesuai maka pertambahan tinggi batang dapat
mencapai 100 cm per tahun dan tinggi maksimum yang ditanam di
perkebunan adalah 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m.
Pertumbuhan batang tergantung pada jeis tanaman, kesuburan lahan,
dan iklim setempat. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua,
namun itu hanya sampai tanaman berusia 11-15 tahun. Semakin tua
tanaman, bekas pelepah daun mulai rontok, kerontokan dimulai dari
bagian tengah batang yang kemudian meluas keatas dan kebawah.
8
Gambar 1.3: Bentuk batang kelapa sawit (sumber:
www.pembibitan.com)
c. Daun
Daun kelapa sawit mirip kelapa, yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar serta membentuk satu
pelepah yang panjangnya mencapai 7,5-9 m. Jumlah anak daun pada
setiap pelepah berkisar antara 250 sampai 400 helai. Daun muda yang
masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun
cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai
tempat berlangsungnya proses fotosintesis dan alat respirasi.
Gambar 1.4: Morfologi daun kelapa sawit ( www.blogs.unpad.ac.id)
Pelepah Daun Bagian daun panjang dan sempit
Urat daun
9
Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun
tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah
pelepah dan anak daunnya lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan
lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Pada
tanaman dewasa ditemukan sekitar 40-50 pelepah. Saat tanaman
berumur sekitar 10-13 tahun dapat ditemukan daun yang luas
permukaanya mencapai 10-15 . Luas permukaan daun akan
berinteraksi dengan tingkat produktivitas tanaman.
1.5.1.3 Bagian generatif
a. Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monocious), artinya
bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-
masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah
dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal
pelepah daun. Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang
berselang seling dengan rangkaian bunga betina, sehingga pembungaan
secara bersamaan sangat jarang terjadi. Umumnya di alam hanya terjadi
penyerbukan silang, sedangkan penyerbukan sendiri secara buatan dapat
dilakukan dengan menggunakan serbuk sari yang diambil dari bunga
jantan dan ditaburkan pada bunga betina. Waktu yang dibutuhkan mulai
dari penyerbukan hingga buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6
bulan.
10
Gambar 1.5: Bunga kelapa sawit (www.kelapasawit.com)
b. Buah
Buah disebut juga frugtus. Pada umunya tanaman kelapa sawit yang
tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta tiap
dipanen pertama kali pada umur sekitar 3,5 tahun sejak penanaman biji
kecambah di pembibitan. Dengan kata lain, tanaman kelapa sawit siap
dipanen pada umur 2,5 tahun sejak penanaman dilapangan.
Buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian
pertama adalah perikarpium yang terdiri dari eksokarpium (kulit buah)
dan mesokarpium (daging buah berserabut), sedangkan bagian yang
kedua adalah biji, terdiri dari endokarpium (tempurung), endosperm
(kernel) dan embrio. Menurut Yahya (1990), buah sawit yang masih
mentah berwarna ungu atau hijau karena mengandung antosianin,
sedangkan mesokarp buah yang masak mengandung 45-60% minyak
(edible) yang berwarna merah-jingga karena mengandung karoten.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan per
tahun. Untuk tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun
menjadi 12-14 tandan per tahun. Pada tahun pertama berat tandan buah
sawit berkisar 3-6 kg per tandan, tetapi semakin tua berat tandan semakin
bertambah yaitu 25-35 kg per tandan. Banyaknya buah yang terdapat
pada satu tandan tergantung pada faktor genetis, umur, lingkungan, dan
teknik budidaya. Jumlah buah per tandan pada tanaman yang cukup tua
mencapai 1600 buah, panjang buah antara 2-5 cm dan berat sekitar 20-30
kg per buah (Fauzi et al., 2004).
11
Gambar 1.6: Buah kelapa sawit (www.daunhijau.com)
1.5.2 Sensus pokok
Sensus pokok adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai keadaan sawit yang sebenarnya dalam areal atau dalam perkebunan
sering di sebut dengan istilah blok (iyung pahan,2010). Adapun tujuan hasil
antara lain :
1. Mengetahui jumlah pokok, termasuk keperluan pokok sisipan yang
masih diperlukan
2. Mengetahui jumlah pokok sakit / abnormal
3. Mengetahui jumlah pokok mati / kosong
4. Untuk pemetaan
5. Mengetahui data parit baik ukuran panjang dan lebarnya
6. Mengetahui jumlah kebutuhan sarana fisik (jalan, jembatan, titi panen,
dll.)
7. Mengetahui jumlah pupuk yang akan di butuhkan
Pengelolaan perkebunan sawit terdapat tahap dalam hal membukan lahan
baru untuk ditanam samapai ke sensus pokok. Tahap awal yaitu pembebasan
lahan Ganti Rugi Tanam Tumbuh (GRTT). Lahan milik masyarakat di ganti rugi
sesuai dengan harga yang ditentukan pemilik lahan tersebut. Setelah lahan
dimiliki sepenuhnya, maka dilakukan lah land cleaning (LC). Yang dimahsut
dengan LC adalah membersihkan permukaan lahan dari tutupan lahan seperti
12
hutan, kebun lain, semak dan lain-lain, agar lahan bersih dan terlihat lapang.
Setelah LC selesai dilakukan pembuatan blok-blok kebun kelapa sawit atau
biasa disebut pemancangan. Dari bukaan lahan yang tidak tertatur menjadi lahan
yang rapi menjadi blok-blok kebun. Tahap berikutnya yaitu penannaman
tanaman kacangan.tanaman ini berguna sebagai musuh alami dari gulma atau
tumbuhan lain yang mengganggu kelapa sawit. Sebelum penanaman kelapa
sawit perlu dialkukan penanaman kacangan. Lama waktu yang dibutuhkan
setalah penanaman kacangan sekitar 4-6 bulan sampai lahan tertutup oleh
tanaman ini baru msuk tahap penanaman bibit kelapa sawit. Tahap berikutnya
adalah penanaman bibit kelapa sawit ke lahan tadi.
Gambar 1.7 : Tahap penanaman kelapa sawit
Sensus pokok Dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Jadi perkebunan
sawit selalu memonitoring keadaan tanaman kelapa sawit di areal kebun. Sensus
TBM di lakukan setidaknya 2x dalam satu tahun setelah tanam. Untuk sensus
pokok TM dilakukan 1x dalam satu tahun. Usia tanam bibit kelapa sawit pada
usia 9-12 bulan.Namun dalam minggu pertama tanam dilakukan pemetaan
13
tanam dan sensus selanjutnya dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman kelapa
sawit tanaman benlum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM)
Sensus ini dapat dilakukan untuk keperluan pemetaan tanaman dan
pemetan luas tanam kelapa sawit pada areal kebun yang tertanaman. Selain
sebagai bahan untuk monitoring tanaman kelapa sawit namun juga dapat
dijadikan sebagai bahan untuk pemetaan luas tanam. Untuk pemetaan luas tanam
dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Pemanfaatan
perangkat GPS untuk menunjukan posisi sebenarnya di lapangan.
Sistem kerja sensus pokok kelapa sawit untuk pemetaan luas tanam
kelapa sawit yaitu dengan menandai setiap tanaman/satu-persatu kelapa sawit di
areal kebun. Dengan menggunakan GPS maka akan memiliki koordinat
sehingga hasil titik pokok ini dapat diolah menggunakan Sistem Informasi
Geografi (SIG). menggabungkan teknologi dengan data spasial ini menghasilkan
output peta luas tanam.
Sensus pokok kelapa dapat menhasilkan peta luas tanam sawit yang
memiliki fungsi untuk memetakan kondisi luas tanam kelapa sawit. Selain hal
ini dari luas tanam yang diperoleh dapat menjadi bahan untuk estimasi prosuksi
kelapa sawit pada lahan ynag dipetakan.
1.5.3 Basis data
Basis data merupakan sekumpulan informasi atau data yang dapat disusun,
diperbaiki, diurutkan, ditelusuri dan dicetak jika perlu. Buku alamat alumni atau
almari arsip merupakan contoh basis data, karena dengan buku alamat dan
almari arsip didalamnya dapat disimpan data atau informasi yang terorganisir
dan terstruktur agar dapat diakses dengan cepat dan mudah.
Pada lemari arsip, data dapat disajikan sesuai urutan yang dikehendaki,
misalnya secara urutan abjad dari nama atau dibagi menurut wilayah. Basis data
bisa jadi hanya terdiri dari satu file, yang didalamnya berisikan nama, alamat,
nomor telepon dan nomor fax dari para pelanggan. Basis data dapat pula terdiri
14
dari beberapa file yang secara bersama-sama berisikan informasi tentang suatu
hal atau hal-hal yang berhubungan (seringkali disebut dengan sistem basis data).
Memasukkan data dalam suatu file basis data, terlebih dahulu pengguna
harus membuat record baru dan memasukkan data ke dalam fields yang berada
dalam record tersebut. Setelah anda membuat beberapa record dalam suatu file,
anda dapat memanipulasinya misal: pengguna dapat mengedit, mengurutkan,
dan mencari beberapa kelompok record yang berisikan data tertentu atau
memperbolehkan pemakaian secara bersama-sama dalam suatu jaringan.
1.5.4 Global Positioning System (GPS)
Global Positioning System (GPS) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan
posisi global yang dimungkinkan dengan beroperasinya satelit penentu posisi
milik negara Amerika Serikat. Asalnya adalah NAVSTAR GPS (Navigation
Satelite Timing and Ranging Global Positioning System), yang kemudian
disingkat GPS merupakan sistem radio navigasi satelit yang dikembangkan oleh
United State Departement of Defense (DoD) untuk keperluan militer dalam
penentuan posisi, kecepatan dan waktu secara teliti dalam segala cuaca pada
sembarang waktu dimuka bumi (darat, laut dan udara). Selanjutnya dengan
persetujuan US Congress, GPS kemudian dikembangkan untuk keperluan non–
militer. Secara Teknis GPS adalah perpaduan satelit dan receiver yang mampu
menunjukkan dan mencatat posisi suatu obyek dimuka bumi secara global.
Secara prinsip, Global Positioning System (GPS) bekerja berdasarkan
sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh satelit-satelit tersebut. Informasi mengenai
posisi satelit, jarak antara satelit dan permukaan bumi, informasi waktu, kelaikan
satelit secara terus-menerus dan simultan dikirimkan kepada penerima sinyal di
bumi, yang selanjutnya diolah menjadi informasi koordinat yang secara global
dapat diketahui oleh setiap orang dengan satuan pengukuran dan sistem
koordinat yang jelas.
Alat receiver GPS genggam menerima sinyal (seperti radio) dari satelit
tersebut dan menggunakan informasi dari sinyal tersebut untuk menghitung
15
lokasi yang pasti dari receiver di permukaan bumi. Dengan menggunakan
receiver GPS, dapat ditemukan lokasi yang tepat dimanapun istilah sistem
koordinat standar. Koordinat-koordinat tersebut dapat membantu untuk
menemukan lokasi pada peta rupabumi yang ada. Ketika berdiri di atas tanah,
sering sekali sukar diketahui secara pasti lokasi anda di peta bahkan jika berdiri
di tengah rawa atau sisi gunung jauh dari landmark yang pasti. Walaupun
merupakan teknologi yang canggih, GPS amat sederhana untuk digunakan.
Aktifkan saja receiver GPS dan tunggulah sampai alat tersebut memperlihatkan
koordinat lokasi (bagian yang lebih sulit adalah mengetahui bagaimana
menggunakan informasi koordinat untuk membuat peta). Untuk mengetahui cara
GPS bekerja memperkirakan akurasi koordinat dari receiver, dan mengatasi
keadaan jika ada sesuatu yang terasa salah.
GPS saat ini telah banyak digunakan dan sangat disukai oleh pelaku
survey dan pemetaan karena sifatnya yang praktis, cakupan yang luas dan
global, penggunaan yang mudah, serta ketelitiannya yang cukup tinggi, terutama
untuk kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kehutanan dan pengelolaan
sumberdaya alam lain. Dalam bidang kehutanan, GPS utamanya sangat
dibutuhkan dalam penentuan titik-titik kontrol pengukuran hutan dan penetapan
batas-batas kawasan hutan.
Penggunaan Global Positioning System (GPS) selalu terintergrasikan
dengan Satelit dan receiver. Hal ini tidak lepas dari akurasi data yang akan
diterima. Sumber kesalahan yang berbeda, yang tidak dapat dikontrol karena
satu atau lain sebab, disebabkan oleh konfigurasi satelit. Ingat bahwa triangulasi
menjadi paling akurat jika titik-titik tempat melakukan triangulasi berada pada
sudut yang lebar satu dengan lainnya relatif ke tempat berdiri. Jika semua satelit
berkelompok di satu tempat di angkasa, perhitungan posisi tidak akan seakurat
jika satelit-satelit tersebut tersebar secara luas. Masing-masing dari 24 satelit
GPS bergerak dalam orbitnya sendiri atau memiliki garis edar mengelilingi
bumi, sehingga satelit-satelit tersebut selalu mengubah konfigurasi di angkasa,
ketika satelit-satelit tersebut dikonfigurasikan sehingga beberapa berada dalam
16
bidang pandang receiver dan tersebar melintasi angkasa, lokasi yang dihitung
akan sangat akurat.
Data geografis juga dapat diperoleh secara manual dengan melakukan
sampling melalui survei lapangan atau pengambilan angket. Data yang
diperoleh umumnya berupa suatu seri titik-titik pengamatan yang kemudian
dapat dijadikan layer SIG. Data-data titik tersebut diinterpolasi dan dirubah
menjadi data luasan dengan berbagai metode interpolasi yang tersedia pada
perangkat lunak SIG.
Survey atau pengukuran titik, track, dan luasan denan GPS yang akan
memodernkan metode survey, informasi yang diperoleh dengan cara ini juga
sangat akurat. Ada banyak jenis dan model receiver GPS yang dijual dengan
bentuk, ukuran, kualitas, dan harga yang berbeda-beda. Mereka bekerja
menurut beberapa prinsipprinsip yang sama.
Akurasi atau ketepatan perlu mendapat perhatian bagi penentuan
koordinat sebuah titik/lokasi. Koordinat posisi ini akan selalu mempunyai
‘faktor kesalahan’, yang lebih dikenal dengan ‘tingkat akurasi’. Misalnya, alat
tersebut menunjukkan sebuah titik koordinat dengan akurasi 3 meter, artinya
posisi sebenarnya bisa berada dimana saja dalam radius 3 meter dari titik
koordinat (lokasi) tersebut. Makin kecil angka akurasi (artinya akurasi makin
tinggi), maka posisi alat akan menjadi semakin tepat..
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian antara lain :
1. Jenis receiver (Geodetic atau Navigasi)
2. Jenis data (pseudorange atau fase pembawa)
3. Metoda penentuan posisi (differensial, absolut, dll)
4. Kondisi ionosfer dan troposfer
5. Efek multipath
6. Ketelitian data (ephemeris dll)
7. Geometri satelit
8. Teknik pemrosesan data
17
Beberapa GPS juga menampilkan informasi tentang status 24 satelit, setiap
model receiver menampilkan informasi ini secara berbeda, umumnya informasi
perihal satelit yang temukan dan menarik adalah :
1. Jumlah satelit
2. Status dan kekuatan sinyal dari setiap satelit yang tampak
3. Posisi setiap satelit dengan azimuth dan sudut diatas horison.
1.5.5 Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang berbasis komputer
yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi
geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis objek-objek dan fenomena karena lokasi geografi merupakan
karakteristik yang penting atau-kritis untuk dianalisis. Oleh karena itu, SIG
merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan dalam
menangani data yang bereferensi geografi, yaitu masukan, manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi cara, serta
keluaran (Aronaff, 1989).
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki
sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. SIG terdiri dari empat
subsistem, yaitu :
a. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan
menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-
sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau
18
mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format
yang dapat digunakan oeh perangkat SIG yang bersangkutan.
b. Data Output
Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan
keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki)
seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy
maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain
sebagainya.
c. Data Management
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-
tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian
rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan
diedit.
d. Data Manipulation & Analisis
Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan
manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi fungsi dan operator
matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
Gambar 1.8 : Ilustrasi uraian Sub-sistem SIG
(Sumber: Eddy Prahasta. 2009)
19
Alasan SIG dibutuhkan adalah karena untuk data spasial
penangananya sangat sulit terutama karena peta dan data statistik cepat
kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyediaan data dan informasi
yang diberikan menjadi tidak akurat. Berikut adalah dua keistimewaan
analisis melalui SIG :
a. Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan suatu proses analisis yang berbasis
pada jarak anatar layer. Dalam analisis ini SIG menggunakan proses
yang disebut dengang buffering. Buffer yaitu membangun lapisan
pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menetukan
dekatnya hubungan antara sifat dan bagian.
Data spasial biasanya terdiri dari berbagai jenis obyek. Jenis
obyek meliputi tititk, garis, dan polygon. Dalam SIG , kita dapat
mengklasifikasikan buffer sebagai operasi buffer titik, operasi buffer
garis dan operasi buffer garis. Buffer adalah daerah memori yang
digunakan untuk menyimpan sementara produksi atau masukan data.
Unit penyangganya adalah titik, garis, dan polygon. Operasi buffer
mengacu penciptaan zona dengan lebar tertentu di sekitar titik, garis
atau area polygon. Hal ini juga disebut sebagai zona jarak tertentu
disekitar cakupan fitur.
Ada dua jenis buffer yaitu buffer lebar konstan dan buffer lebar
variable. Kedua jenis dapat dihasilkan untuk satu set fitur cakupan,
berdasarkan setiap fitur dari nilai atribut. Buffer dapat digunakan
dalam query untuk menentukan entitas yang terjadi baik di dalam
atau di luar zona penyangga yang ditentukan. Penyangga pada tipe
data raster adalah analisis jarak. Dalam situasi praktis, salah satu
kebutuhan beberapa daerah penyangga (titk, garis, dan polygon)
secara bersamaan.
20
Sebagai contoh proses buffer menggunakan obyek point. Point A
adalah unit dasar dari resolusi dalam system SIG. Titik buffer
melibatkan penciptaan polygon melingkar tentang tempat tujuan.
Jari-jari polygon ini melingkar disebut jarak buffer. Dalam skema ini
jarak buffer atau jari-jari lingkaran dapat diperbaiki untuk semua titik
pada lapisan atau pengguna bisa menentukan itu. Jika beberapa titik
di dalam satu layer yang sama dalam proses buffer, kemudian jarak
buffer setiap titik ditentukan dalam table atribut. Jika salah satu
buffer yang multiple point di layer yang sama, maka algoritma buffer
memeriksa tumpang tindih disetiap titik buffer dan menghapus
bagian yang tumpang tindih.
Gambar 1.9: Buffering banyak titik (Sumber: Mandagere.2009)
Jika buffer pada multiple point terdapat titik berpotongan
atau tumpang tindih, maka system mengambil semua polygon
tumpang tindih dan kemudian digabungkan ke dalam satu polygon
atau lebih yang mewakili layer. Proses penghapusan bagian tumpang
tindih melibatkan penggunaan titik potong dan penyederhanaan.
Dalam gambar 2, polygon A,B, dan C menggambarkan semua
delapan bagian pada layer tersebut.
21
Gambar 1.10: menghilangkan overlaps (Sumber: Mandagere.2009)
Hasil proses buffer ini perlu di amati apakah suatu polygon
terletak pada zona buffer datau diluar zona buffer. Untuk tujuan ini,
system secara otomatis mendapatkan informasi pada table atribut sesuai
dengan hasl buffer (di dalam tau di luar) pada satu layer tersebut.
Poligon A termasuk polygon yang masuk dalam zona buffer, sedangkan
untuk obyek b dan c berada pada luar zona buffer.
b. Analisis overlay
Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut
dengan overlay. Secara analisis membutuhkan lebih dari satu layer
yang akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisis secara
visual. Dengan demikian, SIG diharapkan mampu memberikan
kemudaha-kemudahan yang diinginkan yaitu :
1. Penanganan data geosapsial menjadi lebih baik dalam format
baku.
2. Revisi dan pemutahiran data menjadi lebih mudah
3. Data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari,
dianalisis dan direpresentasikan
4. Menjadi produk yang mempunyai nilai tambah
22
5. Kemampuan menukar data geosapsial
6. Penghematan waktu dan biaya
7. Keputusan yang diambil menjadi lebih baik.
Sumber data utama adalah citra penginderaan jauh, peta yang
dapat pula bersumber dari citra penginderaan jauh dan data hasil survey
terestrial, termasuk yang menggunakan alat GPS. Teknologi Global
Positioning System (GPS) memberikan terobosan penting dalam
menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi
dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan
dalam format vektor. Pengumpulan data dengan GPS merupakan
pengganti pemetaan terestrial konvensional menggunakan Teodolit atau
sejenisnya. Sedangkan data turunan dapat berupa hasil analisis geografis,
maupun hasil analisis basis data atribut. Sedangkan luaran dari SIG,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4, sangat beragam, mulai dari
informasi sederhana, peta-peta digital dan cetakannya, sampai buku
laporan. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa SIG adalah basis data
geografis yang terkait dengan data atribut.
1.5.6 Aplikasi ArcGIS 10.1
ArcGIS merupakan suatu perangkat lunak yang diciptakan oleh ESRI yang
digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan perangkat
lunak pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data
gabungan dari tiga perangkat lunak yaitu ArcInfo, ArcView, dan ArcEdit yang
mempunyai kemampuan komplit dalam geoprocessing, modelling, dan scripting
serta mudah diaplikasikan dalam berbagai tipe data. Dekstop ArcGIS terdiri dari
empat modul yaitu Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, Arc Toolbox, dan model
builder.
23
a. Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk diproses,
analisis peta, proses mengedit peta, dan juga dapat digunakan untuk
mendesain secara kartografis.
b. Arc Catalog digunakan untuk menejemen data atau mengatur file-file, jika
dalam Windows fungsinya sama dengan Windows Explorer.
c. Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang
universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat digunakan untuk menampilkan
Google Earth.
d. Model Builder digunakan untuk membuat model builder /diagram alir.
e. Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools-tools tambahan.
Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian kali ini adalah ArcGIS 10.1.
1.5.7 Aplikasi Cadcorp SIS V 6.2
Cadcorp SIS merupakan suatu perangkat lunak yang diciptakan oleh
Computer Aided Development Corporation Ltd. (Cadcorp) yang digunakan
dalam Sistem Informasi Geografi. Perusahaan ini memiliki 4 produk yaitu
Cadcorp Spasial Information Sytem (SIS), Cadcorp GeognoSIS, Cadcorp apSIS,
Cadcorp mSIS. Cadcorp SIS memiliki produk didalamnya yang berhungan
tentang SIG dan data spasial, yaitu Dekstop GIS, Server/web-based GIS,
Developer kits and associated Active X runtime licences.
24
Gambar 1.11: Aplikasi CadCorp SIS v6.2
(sumber: www.cadcorp.com)
Cadcorp SIS telah meluncurkan Cadcorp SIS dalam bebrapa versi, salah
satunya versi 6.2. Cadcorp SIS 6.2 memilki banyak feature dialamnya. Fitur-
fitur guna mendukung pengolahan system informasi spasial dan SIG. Fitur ini
dianataranya untuk mendukung format, pengolahan database Acces,mendukung
data GPS, Terrain analysis , simbologi dan peta, peta navigasi dan user
interface, pemrosesan geometric, geodetic enhancement dan solusi Ordnace
Survey (OS) MaterMap (GB only)
Cadcorp 6.2 produk aplikasi SIG atau pemetaan digital dengan memiliki
keamampuan tinggi yang diluncurkan oleh Cadcorp SIS. Banyak keuntungan
yang terdapat di dalam versi ini, diantaranya :
1. Format Support
a. Format vector :
1. AutoCAD DXF/DWG 2004+ (*.dwg)
2. ESRI ArcIMS Image Service
b. Format raster :
25
1. Bentley Geographics HMR (*.hmr)
2. ESRI ArcIMS Image Service
3. EXIF (Exchangeable Image Format) untuk foto berefebsi dari GPS
c. Database :
1. ESRI ArcSDE
2. ESRI Personal GeoDatabase (*.mdb)
3. Integraph Geomedia Acces Warehouse (*.mdb)
4. Oracle 10g GeoRaster
5. Oracle 10g Network Model
6. PostGIS
Cadcorp SIS 6.2 dapa mengekport data ke formal KML. Format ini yang
mendukung dalam Google Earth.
Keuntungan :
1. Memaksimalkan investasidalam data yang ada dan memungkinkan
interoperabilitas data diseluruh perusahaan
2. Mingintegrasikan jenis data yang berbeda termasuk data dari system
turunan
3. Meningkatkan produktivitas dengan menghindari terjemahan dan
duplikasi
2. Mendukung data GPS
Cadcorp SIS 6.2 didukung dengan GPS tanpa biaya tambahan. Dukungan
perangkat GPS meliputi fungsi sebagai berikut :
1. Koneksi ke GPS
2. Penyimpanan dan memutar log dari GPS NMEA
3. Membangun data dari posisi GPS
4. Memasukan posisi GPS ke perintah apapun
26
5. GPSView Workspace Window tab yang termasuk GPS Skypilot
Keuntungan :
1. Dukungan GPS terigrasi dengan manajemen fasilitas dan asset berbasis
kondisi lapangan dan alur kerja lebih akurat
2. Memanfaatkan penggunaan tablet PC berbasis Add-on GPS
3. Pemrosesan data geometris
Fitur : Buffering
Fasilitas SIG buffering data dengan lebih canggih diperkenalkan dengan
Cadcorp SIS 6.2 memungkinkan pengguna menggunakan fitur ini dengan
mudah untuk memilih dan menampilkan data geomtris dalam berbagai cara,
termasuk:
1. Exterior
membuat area baru yang mencagkup area asli, ditambah penyangga
di sekitar itu.
2. Interior
membuat area baru didalam area asli.
3. Outside
membuat area baru yang hanya mencangkup bagian-bagian dari
Buffer di luar batas aslinya.
4. Inside
membuat area baru yang termasuk bagian-bagian dari sebuah
penyangga disekitar batas wilayah asli yang berada didalam area asli.
5. Doughnut
Membuat area baru yang hanya mencangkup penyangga di kedua sisi
batas wilayah aslinya.
27
Gambar 1.12: Fitur buffer dalam aplikasi Cadcorp SIS 6.2
(sumber: www.cadcorp.com )
4. Geodetic Enhancements
Fitur : Geodetic buffer
Sebuah fungsi geodesi yang ditingkatkan dengan menciptakan penyangga
disekitar geometri (titik, garis, atau area) dengan menggunakan unit liner,
misalnya kilometer dan dalam menghitung itu, dibutuhkan datum geodetic,
seperti WGS84. Hal ini memberikan hasil yang akurat.
Fitur : Great Circle Line
Kemampuan untuk membuat Great Circle Line antara berturut-turut berupa
titik baik dengan mengeklik pada peta atau dengan memasukan koordinat
kedalam dialog. Untuk mendapatkan hsil yang akurat diperlukan datum
geodetic yang tepat.
Keuntungan : pemrosesan geodetik lebih akurat.
1.6 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji metode sensus pokok untuk
memetakan luas tanam kelapa sawit dan membuat basis data luas tanam sawit.
Secara umum penilitian ini lebih fokus pada metode yang digunakan sebagai data
28
primer dan pembuatan basis data difungsikan untuk menyimpan dan menampilkan
data dari peta luas tanam sawit.
Gambar 1.13: Kerangka Pemikiran