bab i pendahuluan - uksw · 2017. 7. 14. · adanya buruh migran perempuan ini tak lepas dari peran...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka
ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut
untuk bekerja. Baik pekerjaan yang di usahakan sendiri maupun bekerja pada
orang lain. Pekerjaan yang diusahakan sendiri maksudnya adalah bekerja atas
usaha modal dan tanggung jawab sendiri. Sedangkan bekerja pada orang lain
maksudnya adalah bekerja dengan bergantung pada orang lain, yang memberi
perintah dan mengutusnya, karena ia harus tunduk dan patuh pada orang lain
yang memberikan pekerjaan tersebut.1
Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ditandai dengan tumbuhnya
industri-industri baru yang menimbulkan banyak peluang bagi angkatan kerja
pria maupun wanita. Sebagian besar lapangan kerja di perusahaan pada
tingkat organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan keterampilan yang
khusus lebih banyak memberi peluang bagi tenaga kerja wanita. Tuntutan
ekonomi yang mendesak dan berkurangnya peluang serta penghasilan di
bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan
adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri di negara sendiri.
1 H.Zainal Askin.dkk, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada, jakarta, 2012,
hal.1.
Kedua, nilai upah buruh yang terlalu kecil didalam Negeri. Dari
berbagai survey tentang masalah tenaga kerja menyebutkan bahwa upah buruh
yang ada di Indonesia merupakan upah yang paling murah jika dibandingkan
oleh Negara-negara Asia lainnya. Dengan upah yang tergolong sangat kecil
jelas tidak akan dapat mencukupi kebutuhan keluarga dalam keseharian.
Apalagi mengingat hampir semua harga barang-barang kebutuhan pokok
selalu naik setiap tahunnya. Di satu pihak penghasilan buruh tetap. Sementara
harga kebutuhan meningkat. Akibatnya, tuntutan pengeluaran yang besar
untuk mencukupi kebutuhan keluarga sudah tidak sebanding lagi dengan
penghasilan yang diraih.
Dengan adanya informasi kerja di Luar Negeri dengan gaji yang besar
sebagai Buruh Migran telah memberikan daya tarik yang kuat bagi Tenaga
Kerja Wanita untuk beralih pekerjaan dari Pekerja Tradisional menjadi
Pekerja Modern sebagai Buruh Migran. Definisi Buruh Migran atau Pekerja
Migran atau lebih sering di artikan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang bekerja di Luar Negeri, arti umumnya adalah orang yang bermigrasi atau
berpindah dari wilayah kelahiran atau lokasi tinggal yang bersifat tetap untuk
keperluan bekerja. Guna keperluan bekerja tersebut, pekerja Migran akan
menetap di tempat bekerja tersebut dalam kurun waktu tertentu.2 Disamping
faktor penarik yang ada di Luar Negeri yang menjanjikan upah yang lebih
tinggi daripada di Indonesia, maka faktor yang paling berpengaruh adalah
2 Definisi Buruh Migran, Diakses dari http://buruhmigran.or.id/2012/09/20/apa-definisi-
buruh-migran, pada hari jumat, 12 juni 2015, pukul 02.00 WIB.
faktor pendorong yang ada di dalam Negeri, yaitu belum terpenuhinya salah
satu Hak dasar warga Negara yang paling penting yaitu pekerjaan seperti yang
telah disebutkan dalam UU 1945 pasal (27) ayat 2. Bekerja di Luar Negeri
menjadi pilihan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Adanya Buruh Migran Perempuan ini tak lepas dari peran PPTKIS
(Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) untuk Merekrut,
Mendidik, Dan Menempatkan Pekerja Buruh Migran sesuai ke Ahlian, Bakat,
dan minat Calon Pekerja Buruh Migran ke Negara tujuan dengan syarat
bahwa PPTKIS sudah memiliki: 1. izin tertulis berupa surat ijin pelaksana
penempatan tenaga kerja indonesia (SIPPTKI) dari menteri, 2. Memiliki surat
izin pengerahan (SIP) dalam perekrutan dari menteri, 3. Mendapat persetujuan
dari instansi yang bertanggung jawan dibidang ketenagakerjaan dalam
menyampaikan informasi perekrutan, untuk menciptakan tenaga kerja yang
profesional dalam bekerja di Luar Negeri.
Arus migrasi terbanyak Buruh Migran perempuan Indonesia
khususnya Kabupaten Semarang adalah ke Hong kong, Taiwan, Singapura,
dan Malaysia sebagai kawasan Asia Pasifik yang sangat membutuhkan tenaga
kerja Informal (Pembantu rumah tangga, Perawat manusia lanjut usia,
Pengasuh anak, dan Pekerja taman) di bandingkan tenaga Formal.
Agar tercipta jaminan kehidupan keamanan, ketentraman,
kenyamanan, serta kesejahteran bagi pekerja perempuan di dalam Negeri
sendiri maupun di Luar Negeri maka di perlukan Hukum yang mengatur.3
Hukum merupakan sekumpulan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pihak
yang berwenang, dengan tujuan mengatur kehidupan bermasyarakat dan
terdapat sanksi. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan Hukum Ketenagakerjaan adalah seluruh
peraturan-peraturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang, mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,
dan sesudah masa kerja.4 Karena setiap manusia itu lahir merdeka dan
ditakdirkan hidup merdeka yang harus mendapat jaminan dan perlindungan
Hukum dari Negara, terutama Hak atas hidup, bebas dari perbudakan dan
perhambaan, Hak untuk bekerja, Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan
yang sama, Hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat buruh dan Hak atas
standar hidup yang pantas.5
Demi terciptanya Payung Hukum untuk Buruh Migran khususnya
Perempuan dan agar terciptanya tenaga kerja yang Profesional dan legal,
maka Pemerintah Daerah melimpahkan wewenangnya kepada instansi/ Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Trasmigrasi di tingkat Daerah khususnya Kabupaten
Semarang untuk berperan melayani, mengawasi, mendidik dan menangani
3 Ana Sabhana Azmy, Negara Dan Buruh Migran Perempuan (Menelaah Kebijakan
Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010), Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2012, h.66 4 Diakses dari http://lauretta15lawsource.blogspot.com/2013/06/definisi-dasar-hukum-
ketenagakerjaan.html, pada hari Sabtu, tanggal 23 mei 2015, pukul 20.00 WIB. 5 Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan (Hukum Perburuhan), Restu Agung, Jakarta, 2009,
h.1.
berbagai permasalahan ketenagakerjaan dalam melindungi Hak-hak pekerja
perempuan di dalam Negeri maupun di Luar Negeri sebagai Buruh Migran
Indonesia, melalui Peraturan Bupati Kabupaten Semarang No 90 Tahun 2011
tentang Tugas poko, fungsi , dan Rincian Tugas Dinas Daerah Kabupaten
Semarang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang dalam
melayani dan melindungi Buruh Migran memiliki Tugas Pokok :
a) Melaksanakan penyuluhan, pendaftaran dan seleksi calon tenaga kerja indonesia (TKI), serta pengawasan pelaksanaan rekrutmen calon tenaga kerja indonesia (TKI);
b) Fasilitasi pelaksanaan perjanjian kerjasama bilateral dan multilateral penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) di kabupaten semarang;
c) Menerbitkan rekomendasi izin pendiriian kantor cabang perusahaan pengerah tenaga kerja indonesia swasta (PPTKIS) di kabupaten semarang;
d) Menerbitkan rekomendasi paspor tenaga kerja indonesia (TKI) di kabupaten semarang berdasarkan asal/alamat calon tenaga kerja indonesia (TKI);
e) Menyebarluaskan sistem informasi penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) dan pengawasan penyetoran dana perlindungan tenaga kerja indonesia (TKI) di kabupaten semarang;
f) Memfasilitasi penelitian dan pengesahan perjanjian, serta sosialisasi terhadap substansi perjanjian kerja penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) ke luar negeri di kabupaten semarang;
g) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan monitoring penempatan maupun perlindungan tenaga kerja indonesia (TKI);
h) Menerbitkan rekomendasi perizinan tempat penampungan di kabupaten semarang;
i) Memfasilitasi kepulangan tenaga kerja indonesia (TKI) j) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
seksi perluasan kerja dan penempatan tenaga kerja;
k) Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan seksi perluasan kerja dan penempatan tenaga kerja;6
Selain itu bentuk-bentuk perlindungan, berupa sifat peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang berkaitan dengan perlindungan
Pekerja Wanita di atur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”), terutama yang terdapat dalam Bab
10 ( X ) yang mengatur mengenai Perlindungan, Pengupahan, dan
Kesejahteraan, Serta Peraturan Mentri No 3 tahun 1989, dan Keputusan
Mentri No 224 tahun 2003. Secara khusus pekerja perempuan juga memiliki
perlindungan Hukum. Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Wanita diatur
dalam Pasal (76) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang dapat dikelompokan
menjadi tiga (3) kategori kebijakan, yaitu yang di arahkan pada perlindungan:
1. Fungsi reproduksi, seperti istirahat haid, melahirkan/gugur kandungan
kesempatan menyusui anak (kebijakan yang bersifat protective)
2. Peningkatan kedudukan dan peran serta pekerjaan wanita, seperti
larangan PHK pada wanita karena menikah atau hamil (kebijakan yang
bersifat corrective)
3. Kesetaraan hak dan kewajiban (gender) antara pekerja laki-laki dan
wanita (kebijakan yang bersifat non-discriminative).7
Sendangkan keseriusan pemerintah dalam merlindungi buruh Migran
Indonesia dapat dilihat melalui kebijakan pemerintah yang tercermin dalam,
6 Peraturan Bupati Semarang Nomor 90 Tahun 2011 tentang Tugas pokok, Fungsi, dan
Rincian tugas Dinas Daerah Kabupaten Semarang. 7 Drs. Mohd. Syaufii Syamsuddin, “Norma perlindungan dalam Hubungan industrial,”
Sarana Bhakti Persada, Jakarta, 2004, h.81.
Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, dengan adanya Peraturan ini di
harapkan agar terpenuhinya perlindungan Hak-hak para pekerja migran
indonesia seperti yang di atur dalam Pasal (8) Undang-Undang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang menyatakan
bahwa setiap calon TKI/TKW memiliki Hak dan Kesempatan yang sama
untuk:
1) Bekerja di luar negeri 2) Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar
negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri 3) Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam
penempatan di luar negeri 4) Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya
serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya
5) Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan
6) MEmperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang di peroleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan
7) Memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di luar negeri
8) Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal, 8
Yang kemudian di jabarkan lebih lanjut dalam:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No
PER05/MEN/III/ 2005 tentang Ketentuan Sanksi Administratif
8 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
dan Tata Cara Penjatuhan sanksi Dalam Pelaksanaan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri.
2. Permen Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No PER-
14/MEN/X/ 2010 tentang Pelaksanaan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No PER-
20/MEN/X/2007 tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 29 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan
Kesehatan Calon TKI
5. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
05/MEN/III/ 2009 tentang Pelaksanaan Penyiapan Calon TKI
Untuk Bekerja Di Luae Negeri.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Nomor PER-
16 /MEN/VIII/ 2009 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Izin
Pengerahan Calon Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri
Bagi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Trasmigrasi Nomor PER-
17/MEN/VII/ 2009 tentang Penyelenggaraan Pembekalan
Akhir Pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar
Negeri.
8. Peraturan Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 7
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemberian Elektronik Kartu
Tenaga Kerja Luar Negeri Kepada TKI
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER-18/MEN/VIII/ 2009 tentang Bentuk, Persyaratan, dan
Tata Cara Memperoleh Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri.9
Tujuan perlindungan terhadap Tenaga Kerja antara lain di maksudkan
untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan
serta perlakuan tanpa diskriminasi untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja
dan keluarganya, dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha. Selain itu, perlindungan ditunjukan pula untuk meningkatkan harkat,
martabat, dan harga diri tenaga kerja, guna mewujudkan masyarakat sejahtera
lahir dan batin. Dengan terpenuhinya Hak-hak dan perlindungan dasar bagi
semua tenaga kerja, pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi
yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha.
Namun pada kenyataanya, masih banyak perusahaan besar yang belum
memenuhi Hak pekerja perempuan seperti menyediakan angkutan khusus bagi
pekerja yang pulang larut malam dan memberikan makanan minuman bergizi.
Serta permasalahan Buruh Migran perempuan yang terus menerus ada di
setiap tahun permasalahan dari dalam Negeri sendiri, di tempat pekerjaan,
samapai kepulangan ke Negeri asal selalu ada masalah yang muncul di
9 Zaeni Asyhadie, HUKUM KERJA (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja), PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.225-226.
antaranya adanya Pencaloan, Perdagangan manusia, Kondisi di tempat
Penampungan, Penempatan kerja, Posisi tawar yang rendah, Diskriminasi.
Sedangkan permasalahan di Luar Negeri: Tidak di gaji, Penahanan dokumen
oleh majikan, Penganiayaan, Meninggal dunia, Pemerkosaan, Jeratan hukum,
Pendeportasian bahkan Penelantaran. Hal ini kerap terjadi kepada Pekerja
Indonesia khususnya para Pekerja Buruh Migran Perempuan yang di
karenakan latar belakang meraka yang kwalitas jenjang Pendidikanya yang
rendah hanya SMP, SMA bahkan terkadang ada pula SD serta
berkembangnya pandangan ideologi partiarki di masyarakat yang selalu
mengagap bahwa wanita itu adalah mahluk yang lemah, tak bertanggung
jawab dan lain-lain. Hal ini di sebabkan minimnya informasi yang diterima
oleh masyarakat Desa mengenai kebijakan-kebijakan Pemerintah yang
melindungi hak – hak Pekerja Buruh Migran di dalam Negeri maupun di Luar
Negeri sehingga mereka tidak tau tindakan yang akan mereka ambil jika
memperoleh suatu permasalahan, Kesempatan ini banyak di manfaatkan oleh
Opnum-opnum tertentu untuk mengeruk keuntungan besar yang
mengakibatkan permasalahan Buruh Migran tak kunjung usai.
Sebagai contoh dapat dilihat dari banyaknya Calon Buruh Migran
Perempuan di Kabupaten Semarang yang proses perekruttanya menjadi Buruh
Miggran sebagian besar melalui jasa Sponsor/Calo, Sponsor adalah individu
yang bertindak sebagai perantara bagi Calon Buruh Migran yang berhubungan
dengan PPTKIS. Ada spongsor yang mendapatkan surat tugas dari PPTKIS
ada juga yang tidak menggunakan surat, sponsor di lapangan memungut
bayaran atas jasanya kepada Buruh Migran Indonesia dan PPTKIS.
Pencalooan ini sering terjadi pada Calon Buruh Migran kususnya di tempat-
tempat pelosok Desa di Kabupaten Semarang karena latar belakang SDM
yang rendah dan minimnya informasi yang masuk dari Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Trasmigrasi di pelosok Desa mengakibatkan banyaknya
Calo/sponsor yang masuk Merekrut Tenaga kerja secara langsung, yang
berdampak rawan pemerasan menimpa calon Buruh Migran dan belum ada
Sertifikasi Kopentensi kerja10 untuk Buruh Migran Perempuan yang bekerja
di sektor informal dari Kabupaten Semarang jelas hal ini akan
menguntungkan pihak PPTKIS dan merugikan Buruh Migran karena
Sertifikasi kompetensi kerja merupakan tanda bukti bahwa telah lulus uji
kopetensi kerja dan layak bekerja sebagai Buruh Migran yang Profesional
sesuai minat bakat dan kemampuan sesuai standart yang telah di tentukan, hal
ini di atur dalam Pasal (22) tentang pelatihan dan pendidikan kerja
PER.14/MEN/X/2010.
Minimnya pengalaman dan tingkat pengetahuan mengakibatkan
mereka yang menjadi calon Buruh Migran tidak sadar atas Hukum yang
berlaku, tidak mengetahui informasi apa yang menjadi kewajiban dan Hak-
hak Pekerja perempuan seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang
Ketenaga kerjaan yang wajib di penuhi oleh perusahaan. Sekalipun dalam
keadaan demikian mereka tetap saja menaati segala ketentuan pemberi kerja
10
kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
yang telah diberikan tanpa mencoba untuk melawan karena mereka merasa
posisi mereka berada dalam posisi yang lemah. Dalam kedudukan yang
demikian ini sulit diharapkan mereka akan mampu melakukan bargaining
power menghadapi pemberi kerja.11
Masalah ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan,
antara kepentingan tenaga kerja dengan kepentingan pengusaha, pemerintah,
dan kepentingan masyarakat. Meskipun sudah ada berbagai macam aturan
mengenai ketenagakerjaan yang telah dibuat oleh pemerintah, diharapkan
bahwa setiap aturan ini dapat diberlakukan dengan lebih tegas dan dijalankan
secara maksimal agar dapat menciptakan suatu kesejahteraan dan kestabilan
dalam bidang perekonomian. Harus dipahami bahwa kesejahteraan
pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang
bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.12
Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan ke dalam
Skripsi dengan judul “PERAN DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI KABUPATEN SEMARANG DALAM
11
Abdul Rachmad Budiono, Hukum Perburuhan Indonesia, cet.1, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,1995, h.6.
12
Pasal 1 ayat 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
MELAKUKAN PERLINDUNGAN TERHADAP BURUH MIGRAN
PEREMPUAN”.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran yang sudah di lakukan oleh Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi dalam melakukan perlindungan terhadap
Buruh Migran Perempuan ?
2. Hambatan apa saja yang di temui Dinas Sosial tenaga Kerja dan
Trasmigrasi dalam melakukan perlindungan terhadap Buruh Migran
Perempuan ?
B. TUJUAN PENELITIAN
Dalam suatu kegiatan penelitian pada dasarnya memiliki suatu tujuan tertentu
yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh
penulis adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui Peran Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Semarang dalam melakukan perlindungan terhadap Buruh
Migran Perempuan.
2. Untuk mengetahui hambatan yang di temui Dinas Sosial Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Semarang dalam melakukan
perlindungan terhadap Buruh Migran Perempuan.
3. Untuk mengetahui penyelesaian permasalahan Buruh Migran
Perempuan yang di lakukan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Semarang.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan penggambaran ilmu
hukum yang berkaitan dengan Hukum ketanagakerjaan dan Hukum
perlindungan perempuan.
2. Manfaat Praktis
Memberikan masukan bagi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dalam rangka melakukan perlindungan terhadap Buruh
Migran Perempuan.
3. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-
penelitian sejenis untuk tahap berikutnya
D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah
penelitian eksploratoris (menjelajah), karena penelitian ini merupakan
penelitian awal.13
2. Jenis Pedekatan
Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
pendekatan Yuridis Sosiologis. Penelitian ini hanya bertujuan untuk
menggambarkan penerapan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004
tentang Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Luar
Negeri beserta peraturan lain yang terkait dengan perlindungan TKI.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Adalah data yang di peroleh secara langsung dari Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, PPTKIS, dan Buruh
Migran Perempuan.
Adapun respondennya adalah sebagai berikut :
1) Pegawai Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Semarang bagian Pengawasan, Pembekalan
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.3, Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRES), Jakarta, 1986
serta perlindungan atau jaminan yang diberikan kepada
Buruh Migran.
2) PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Swasta) dalam hal penyelenggaraan pelatihan
kerja sebagai pembekalan dan pengiriman tenaga kerja
ke Luar Negeri.
3) Mantan/ Calon Buruh Migran Perempuan, dalam hal
sebagai peserta pelatihan kerja atau Tenaga Kerja
Wanita yang pernah bekerja di Luar Negeri, yang
memiliki pengalaman kerja di Luar Negeri baik dalam
kerja maupun perlindungan yang diberikan.
4) BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) dalam hal
instansi penyelesaian kasus – kasus Buruh Migran di
tingkat Provinsi.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Arsip – arsip, Buku – buku
yang berkaitan dengan permasalahan Tenaga Kerja Wanita
baik yang menyangkut mengenai pembekalan dan Hak Tenaga
Kerja ataupun permasalaham Gender dalam ketenagakerjaan
yang disebut sebagai data pendukung.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan
beserta pedoman buku-buku lainnya yang menunjang
penelitian.
b. Wawancara
Wawancara dimaksud untuk memperoleh keterangan,
pendirian, pendapat, secara lisan dari seseorang (yang lazim
disebut dengan responden) dengan berbicara langsung (face to
face) dengan orang tersebut.14 Wawancara ini ditujukan kepada
Pegawai Dinas Sosial Tenaga kerja dan Transmigrasi Bagian
Pengawasan Buruh Migran di Kabupaten Semarang dan serta
mantan Buruh migran Perempuan.
5. Unit Amatan
Peraturan-peraturan yang terkait dengan ketenagakerjaan, seperti ;
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
b. Undang-Undang No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri serta
peraturan lainya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
14
Suyanto dan Sutinah (Metode penelitian sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan), Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, h. 55-56 dan 69.
c. Peraturan Bupati Semarang Nomor 90 Tahun 2011 tentang
Tugas pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas Dinas Daerah
Kabupaten Semarang.
d. Pegawai bagian Pengawas Buruh Migran Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang
e. PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Swasta)
6. Unit Analisis
Unit Analisis dalam penelitian ini yaitu Perlindungan Hukum
oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang
Terhadap Buruh Migran Perempuan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I : Pada Bab ini berisikan uraian orientasi tentang penelitian
yang akan dilakukan. Meliputi :
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat penelitian
e. Metode Penelitian
2. BAB II : Pada Bab ini berisikan,
a. Kerangka Teoretis
b. Hasil Penelitian, dan
c. Analisis
3. BAB III : Bab ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran penulis.