bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan 26 urusan
wajib, 8 urusan pilihan dan melaksanakan tugas pembantuan serta tugas umum
pemerintahan. Secara umum penyelenggaraan pemerintahan tersebut berjalan
dengan baik. Berbagai target program kegiatan yang ditetapkan dapat terlaksana.
Namun demikian penyelenggaraan pemerintahan ini mengalami berbagai
permasalahan eksternal dan internal.
Pergantian kepemimpinan daerah terjadi pada bulan Agustus 2010. Proses
pemilihan kepala daerah dilaksanakan pada bulan Mei 2010 yang menempatkan
Drs. H. Sri Purnomo, MSi dan Yuni Satia Rahayu, S.S., M.Hum sebagai Bupati
dan Wakil Bupati. Pada tahun ini pula penyelenggaraan pemerintahan di
Kabupaten Sleman diwarnai dengan terjadinya berbagai bencana seperti angin
puting beliung, Erupsi Merapi dan banjir lahar dingin.
Bencana erupsi Merapi yang terjadi pada triwulan terakhir banyak berpengaruh
pada kehidupan masyarakat terutama di wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem,
Turi dan Tempel. Selain menelan korban jiwa, rumah dan harta, sebagian lahan
pertanian dan hutan di wilayah Kecamatan Cangkringan dan Pakem mengalami
kerusakan parah. Sarana prasarana dan fasilitas umum serta fasilitas sosial di
wilayah tersebut juga banyak mengalami kerusakan.
Erupsi Merapi mengharuskan masyarakat yang bermukim sampai dengan radius
15 kilometer dari puncak Merapi mengungsi. Upaya evakuasi dan
penanggulangan bencana erupsi Merapi dilakukan lintas sektoral dengan
melibatkan semua elemen masyarakat. Penyaluran bantuan, relokasi pengungsi
dan rehabilitasi masyarakat dilakukan secara komprehensif dengan tetap
memperhatikan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan di wilayah
Kecamatan Cangkringan, Turi, Pakem dan Tempel dilakukan menyesuaikan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
2
dengan keadaan. Kantor kecamatan, desa, puskesmas dan sekolah-sekolah
dipindahkan ke daerah-daerah yang masih memungkinkan dan berada di daerah
aman. Beberapa program dan kegiatan yang sudah disusun pada awal tahun
menjadi tidak mungkin dilaksanakan karena adanya erupsi ini. Upaya yang
dilaksanakan adalah penjadwalan ulang atas berbagai program dan kegiatan.
A. Dasar Hukum
Dasar hukum pembentukan Kabupaten Sleman adalah Undang–Undang
Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam
lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta Jo Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1950.
Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
tahun anggaran 2010 adalah :
1. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan
Perwakilan Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
B. Gambaran Umum Daerah
1. Kondisi Geografis
a. Batas Administrasi Daerah
Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara 110o12’57” dan
110o32’48” Bujur Timur, 7o32’28” dan 7o50’11” Lintang Selatan. Wilayah
Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
3
berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY dan
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah selatan
berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Gunung Kidul, Provinsi DIY.
b. Luas Wilayah
Kabupaten Sleman memiliki wilayah seluas 57.482 Ha (574,82 Km2) atau
sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (3.185,80
Km2) dengan jarak terjauh utara–selatan 32 Km, timur–barat 35 Km.
Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk
segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara. Secara
administratif terdiri dari 17 wilayah kecamatan, 86 desa dan 1.212
padukuhan.
Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman
No Kecamatan Banyaknya
Luas (Ha) Desa Padukuhan
1. Kecamatan Moyudan 4 65 2.762 2. Kecamatan Godean 7 77 2.684
3. Kecamatan Minggir 5 68 2.727 4. Kecamatan Gamping 5 59 2.925 5. Kecamatan Seyegan 5 67 2.663 6. Kecamatan Turi 4 54 4.309
7. Kecamatan Tempel 8 98 3.249 8. Kecamatan Sleman 6 83 3.132 9. Kecamatan Ngaglik 5 87 3.852 10 Kecamatan Mlati 5 74 2.852
11. Kecamatan Depok 3 58 3.555 12. Kecamatan Cangkringan 5 73 4.799 13. Kecamatan Pakem 5 61 4.384
14. Kecamatan Ngemplak 5 82 3.571 15. Kecamatan Kalasan 4 80 3.584 16. Kecamatan Berbah 4 58 2.299 17. Kecamatan Prambanan 6 68 4.135
Jumlah 86 1.212 57.482 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman
c. Topografi
Wilayah Kabupaten Sleman di bagian selatan datar, kecuali daerah
perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di
Kecamatan Gamping. Keadaan tanah semakin ke utara kondisinya
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
4
makin miring bahkan di sekitar Lereng Merapi terjal. Erupsi Merapi
pada akhir Oktober dan awal November 2010, telah merubah bentuk
dan fungsi lahan 30 dusun di Kecamatan Cangkringan menjadi
hamparan material.
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara <100 sampai
dengan >1000 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi di atas 1000
m berada di Kecamatan Pakem, Turi dan Cangkringan, sedangkan
daerah terendah (<100 m) berada di Kecamatan Minggir, Moyudan,
Godean, Gamping, Berbah dan Prambanan. Data selengkapnya
sebagaimana tabel 1.2. berikut:
Tabel 1.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman
No Kecamatan < 100 m (Ha) 100-499 m (Ha) 500-999 m (Ha) > 1000 M (Ha) Jumlah (Ha)
1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762 2. Minggir 357 2.370 - - 2.727 3. Godean 209 2.475 - - 2.684
4. Seyegan - 2.663 - - 2.633 5. Tempel - 3.172 77 - 3.249 6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925 7. Mlati - 2.852 - - 2.852
8. Sleman - 3.132 - - 3.132 9. Turi - 2.076 2.155 78 4.039
10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384
11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852 12. Depok - 3.555 - - 3.555 13. Kalasan - 3.584 - - 3.584 14. Berbah 1.447 852 - - 2.299
15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135 16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571 17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799
Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482
Sumber : Kantor Pertanahan/Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
d. Karakteristik Wilayah
1) Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten
Sleman terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu :
a) Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang
menghubungkan Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan
Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak Gunung Merapi.
Wilayah ini kaya sumberdaya air dan ekowisata yang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
5
berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya.
Di daerah Lereng Merapi tersebut, terdapat kurang lebih 100
sumber mata air yang mengalir ke sungai–sungai utama yaitu
Sungai Boyong, Kuning, Gendol, Krasak dan anak-anak sungai
yang mengalir ke arah selatan serta bermuara di Samudera
Indonesia. Keberadaan Gunung Merapi merupakan aset wisata
maupun sumberdaya alam galian C, namun diperlukan
antisipasi yang memadai untuk mengurangi dampak negatif
jika terjadi erupsi.
b) Kawasan timur, meliputi Kecamatan Prambanan, Kalasan dan
Berbah. Di wilayah ini terdapat banyak peninggalan purbakala
(candi) yang merupakan pusat wisata budaya. Kondisi lahan
kering, memiliki cadangan bahan batu putih yang cukup
banyak.
c) Kawasan tengah, yaitu wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta
yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak,
Depok, dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan,
perdagangan, dan jasa.
d) Kawasan barat, meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan,
dan Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah
dengan irigasi yang baik dan sumber bahan baku untuk
kegiatan industri kerajinan mendong, bambu dan gerabah.
2) Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur
ekonomi menghubungkan Kabupaten Sleman dengan kota-kota
pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, Jakarta). Keberadaan
Kabupaten Sleman pada persimpangan jalur ekonomi merupakan
posisi yang sangat strategis untuk meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat. Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan,
Kalasan, Depok, Mlati, Sleman, Tempel dan Gamping. Selain itu,
wilayah Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping dilalui jalan lingkar
yang merupakan jalan arteri, sehingga menjadikan wilayah tersebut
cepat berkembang dan mengalami perubahan dari wilayah pertanian
menjadi wilayah industri, perdagangan dan jasa.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
6
3) Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat
dibedakan fungsi kota sebagai berikut:
a) Wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta meliputi Kecamatan
Depok, Gamping, sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati.
b) Wilayah sub-urban yaitu wilayah perbatasan antara desa dan
kota meliputi Kecamatan Godean, Sleman dan Ngaglik yang
berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di wilayah
kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi.
c) Wilayah dengan fungsi khusus atau daerah penyangga (buffer
zone) meliputi Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan,
yang merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya.
e. Sumber daya Alam
Potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah Sleman meliputi
sumber daya alam non hayati yaitu air, lahan, udara dan mineral/bahan
galian. Sumber daya alam hayati terdiri dari hutan, flora dan fauna.
Sumber daya air di Kabupaten Sleman terdiri dari air tanah, dan air
permukaan (sungai dan mata air). Jumlah mata air di Kabupaten
Sleman pada tahun 2010 sejumlah 182 buah. Debit mata air pada
musim kemarau berkisar antara 0,5 sampai dengan 200 liter/detik,
sedangkan pada musim penghujan berkisar antara 1 sampai dengan
265 liter/detik. Debit tertinggi terdapat di mata air Umbul Wadon Desa
Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Mata air Umbul Wadon selain
digunakan untuk sumber air minum PDAM Kabupaten Sleman, juga
digunakan oleh PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta, serta dimanfaatkan
untuk irigasi oleh masyarakat di sekitar Umbul Wadon. Akibat erupsi
Merapi, sebagian sumber mata air di sekitar hulu Kali Kuning, Kali
Gendol dan Kali Boyong tertimbun material vulkanik erupsi Merapi. Hal
ini mengganggu pasokan dan distribusi air minum PDAM Sleman serta
masyarakat petani ikan di sepanjang wilayah sungai tersebut.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
7
Di Kabupaten Sleman terdapat 5 sungai besar yang berhulu di Gunung
Merapi. Kelima sungai tersebut adalah Kali Gendol, Kali Opak, Kali
Boyong, Kali Krasak dan Kali Kuning. Sistem sungai di Kabupaten
Sleman mempunyai pola radial paralel yang terbagi dalam 2 subsistem
yaitu subsistem Sungai Progro dan subsistem Sungai Opak. Semua
sungai tersebut merupakan sungai perenial, yang disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi, sifat tanah yang permeabel dan akifer tebal, sehingga
aliran dasar (base flow) pada sungai-sungai tersebut cukup besar.
Sumber daya mineral/bahan galian di Kabupaten Sleman terdiri dari
batu kapur, breksi batu apung, andesit, tanah liat pais dan kerikil.
Potensi mineral/bahan galian di Kabupaten di antaranya batu kapur
yang berada di wilayah Kecamatan Gamping. Breksi Batu Apung berada
di Kecamatan Prambanan dan Berbah, Batu Andhesit tersebar di
wilayah Kecamatan Godean, Seyegan, Pakem dan Prambanan. Mineral
berupa tanah liat tersebar di wilayah Kecamatan Godean, Seyegan,
Sleman, Tempel, Gamping, Prambanan dan Berbah. Erupsi Merapi
mengeluarkan banyak materi vulkanik berupa pasir dan batu. Material ini
terbawa oleh aliran air sungai yang berhulu di Gunung Merapi dan
ditambang di aliran Kali Kuning, Gendol, Opak, Boyong dan Krasak
yang berada di wilayah Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Kalasan,
Pakem, Ngaglik dan Tempel.
Sumber daya hutan di Kabupaten Sleman menurut fungsinya terbagi
menjadi hutan lindung, cagar alam dan taman wisata alam. Sejak tahun
2007 semua kawasan fungsi hutan berubah menjadi Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM) seluas 1.729,91 ha. Erupsi Merapi pada
penghujung tahun menyebabkan rusaknya hutan sepanjang hulu Kali
Kuning di wilayah Kecamatan Pakem dan sepanjang hulu Kali Opak dan
Gendol di wilayah Kecamatan Cangkringan. Kerusakan parah hutan
lereng Merapi ini sangat terlihat di wilayah Desa Kepuharjo dan
Glagaharjo Cangkringan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
8
f. Jumlah bangunan
Banyaknya rumah tinggal yang dihuni oleh masyarakat adalah:
Tabel 1.3. Jumlah Rumah tinggal yang dihuni di Kabupaten Sleman Tahun 2010*)
No Kecamatan Jumlah rumah tinggal yang dihuni Keterangan
1 Moyudan 8.021
2 Minggir 8.085
3 Seyegan 11.194
4 Godean 14.364
5 Gamping 22.504
6 Mlati 22.504
7 Depok 32.940
8 Berbah 12.668
9 Prambanan 12.968
10 Kalasan 18.882
11 Ngemplak 14.526
12 Ngaglik 23.588
13 Sleman 15.596
14 Tempel 12.582
15 Turi 8.422
16 Pakem 8.680
17 Cangkringan 7.450
Jumlah 254.542
Sumber : BPS Kabupaten Sleman (Angka Sementara Hasil SP 2010) *) kondisi sebelum erupsi Merapi
Jumlah rumah tinggal tersebut tercatat sebelum terjadi erupsi merapi
Oktober-November 2010. Setelah erupsi Merapi, banyak rumah tinggal
di wilayah Kecamatan Cangkringan yang rusak berat dan tidak bisa lagi
dihuni.
2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.116.957 jiwa.
Penduduk laki-laki berjumlah 554.960 jiwa (49,68%), perempuan 561.997
jiwa (50,32%) dan rata-rata kepadatan penduduk 1.943 jiwa per km2.
Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan
Depok sebesar 3.660 jiwa per km2 dan Mlati sebesar 3.398 jiwa per km2.
Kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang berbatasan langsung
dengan wilayah Kota Yogyakarta. Kecamatan yang memiliki kepadatan
penduduk rendah adalah Cangkringan sebesar 691 jiwa per km2 dan Turi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
9
sebesar 868 jiwa per km2, selengkapnya seperti pada tabel 1.4 berikut:
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan
Rasio Seks Tahun 2010
No Kecamatan Luas
(km2)
Jenis Kelamin Jumlah Kepadatan
Laki – laki Perempuan
1 Moyudan 27,62 18.324 19.261 37.585 1.361
2 Minggir 27,27 18.909 19.937 38.846 1.424
3 Seyegan 26,63 26.324 27.172 53.496 2.009
4 Godean 26,84 37.195 37.783 74.978 2.794
5 Gamping 29,25 46.798 46.941 93.739 3.205
6 Mlati 28,52 48.205 48.711 96.916 3.398
7 Depok 35,55 65.473 64.623 130.096 3.660
8 Berbah 22,99 24.952 25.387 50.339 2.190
9 Prambanan 41,35 32.748 30.163 62.911 1.521
10 Kalasan 35,84 35.948 36.430 72.378 2.019
11 Ngemplak 35,71 30.022 31.132 61.154 1.713
12 Ngaglik 38,52 48.967 49.484 98.451 2.556
13 Sleman 31,32 33.981 34.910 68.891 2.200
14 Tempel 32,49 32.544 33.513 66.057 2.033
15 Turi 43,09 19.644 20.289 39.933 927
16 Pakem 43,84 18.677 19.361 38.038 868
17 Cangkringan 47,99 16.249 16.900 33.149 691
Jumlah 57.482 554.960 561.997 1.116.957 1.943
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Pada tahun 2010 registrasi penduduk yang lahir sebanyak 6.762 jiwa,
penduduk yang meninggal sebanyak 3.081 jiwa, penduduk yang datang
sebanyak 14.056 jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak 8.536 jiwa
seperti tampak pada grafik1 berikut:
Grafik 1. Mutasi Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2009 dan 2010
10.967
6.7624.806
3.081
17.840
14.056
11.507
8.536
0
5000
10000
15000
20000
Lahir Mati Datang Pergi
2009
2010
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Penduduk Kabupaten Sleman sebagian besar berada pada rentang usia
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
10
produktif 15-60 tahun. Struktur penduduk Kabupaten Sleman terlihat dalam
tabel berikut:
Tabel 1.5. Struktur Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2010
No Struktur Usia (tahun) Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Total
1. 0 - 4 45.553 42.325 87.878
2. 5 – 9 41.664 39.463 81.127
3. 10 – 14 39.527 37.305 76.833
4. 15 – 19 49.654 49.059 98.714
5. 20 – 24 64.594 57.136 121.730
6. 25 – 29 50.741 47.919 98.660
7. 30 - 34 45.738 45.617 91.355
8. 35 – 39 42.504 42.708 85.212
9. 40 – 44 40.724 42.118 82.842
10. 45 – 49 32.978 35.641 68.619
11. 50 – 54 29.411 31.076 60.487
12. 55 – 59 22.747 22.749 45.495
13. 60 – 64 15.244 17.699 32.943
14. 65 – 69 14.197 15.460 29.657
15. 70 – 74 10.606 12.848 23.453
16. 75 ke atas 13.396 18.555 31.951
Total 559.279 557.678 1.116.957
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Pada tahun 2010 sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Sleman
sebagian besar bergerak di sektor jasa yakni sebanyak 34,57% dan sektor
pertanian sebanyak 24,39%. Terjadi kecenderungan perubahan dominasi
mata pencaharian penduduk mengarah pada sektor jasa, tidak lagi pada
sektor perdagangan sebagaimana tahun 2009. Kondisi ini memperlihatkan
bahwa dinamika ekonomi penduduk Kabupaten Sleman semakin menguat
ke arah sektor tersier. Secara rinci struktur mata pencaharian penduduk
Kabupaten Sleman tergambar dalam tabel 1.6.
Tabel 1.6. Proporsi Penduduk Kab. Sleman yang Bekerja Per Lapangan Usaha (%) Tahun 2010
No Sektor Tahun
2008 (%) 2009(%) 2010(%)
1 2 3 4 5
1 Pertanian 18,44 20,31 24,39
2 Pertambangan & Penggalian 0,61 0,67 3,33
3 Industri 15,48 12,83 8,05
4 Listrik, Gas & Air 0,07 0,30 2,20
5 Bangunan 7,08 7,77 8,01
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
11
1 2 3 4 5
6 Perdagangan 27,07 26,36 12,10
7 Angkutan dan Komunikasi 4,25 3,42 4,00
8 Keuangan 3,75 3,43 3,35
9 Jasa-jasa 23,31 24,90 34,57
Jumlah 100,00 100,00 100
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman.
Grafik 2. Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Tahun 2010
24,39
3,33
8,052,2
8,0112,14
3,35
34,57
Pertanian Pertambangan & PenggalianIndustri Listrik, Gas & AirBangunan PerdaganganAngkutan dan Komunikasi KeuanganJasa-jasa
Sumber: BPS Kabupaten Sleman
Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang cukup besar secara langsung
mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Hal ini terlihat dengan semakin
meningkatnya penduduk yang tidak bekerja yang mencapai 14,03%, yang
pada tahun 2009 jumlahnya sebesar 10,77%.
Tabel 1.7. Jumlah Angkatan Kerja
No Uraian Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
1 Bekerja 380.780 422.490 415.295
2 Tidak Bekerja 44.558 45.534 58.295
3 Jumlah 425.338 468.024 473.590
Persentase tidak bekerja 10,48 9,73 12,31
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
3. Kondisi Sosial
a. Pendidikan
Masyarakat Sleman sebagian besar berpendidikan SLTA keatas.
Komposisi pendidikan masyarakat Sleman terlihat dalam Tabel 1.8
sebagai berikut:
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
12
Tabel 1.8. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pada Tahun 2010
No. Pendidikan tertinggi Laki - laki Perempuan Jumlah %
1 Tidak/belum punya ijazah 34.351 66.776 101.127 11,61
2 SD/MI 64.693 70.187 134.881 15,48
3 SMP 67.287 84.157 151.444 17,38
4 SMU 120.704 95.810 216.514 24,85
5 SMK 67.852 52.517 120.370 13,82
6 Diploma I/II 1.999 6.570 8.569 0,98
7 Diploma III 17.034 14.549 31.583 3,63
8 D IV/S1 45.779 40.295 86.075 9,88
9 S2/S3 12.837 7.722 20.558 2,36
Jumlah 432.536 438.584 871.120 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Sleman ** Angka sementara
Sampai dengan tahun 2010 angka melek huruf mencapai 95,46% atau
meningkat 2,42 % dibandingkan tahun sebelumnya. Angka putus
sekolah SD/MI tahun 2010 sama dengan kondisi tahun 2009 yakni
sebesar 0,04%, demikian juga angka putus sekolah SMP/MTs sama
dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 0,12%. Angka Partisipasi
Kasar (APK) SD/MI pada tahun 2010 mencapai 116,42%, SMP/MTs
sebesar 115,48%, SMA/SMK/MA sebesar 77,17%. Angka Partisipasi
Murni (APM) pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 100,73%, SMP/MTs
sebesar 81,71% dan SMA/SMK/MA sebesar 54,03%.
b. Kesehatan
Tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari indikator rata-rata usia
harapan hidup penduduk, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran
hidup, angka kematian ibu melahirkan, dan status gizi masyarakat.
Pada tahun 2010, rata-rata usia harapan hidup sebesar 74,74 tahun,
lebih tinggi jika dibanding usia harapan hidup tingkat Provinsi DIY yaitu
74 tahun ataupun nasional sebesar 70,6 tahun. Usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yakni 76,93 tahun sedangkan
laki-laki 72,62 tahun.
Angka Kematian Bayi (AKB) dapat dipertahankan di bawah 10 per
1.000 kelahiran hidup, yaitu pada tahun 2010 sebesar 5,78 per 1.000
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
13
kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkan pada tahun 2010
adalah 13 ibu dari 11.591 kelahiran hidup sehingga dapat diprediksi AKI
di Kabupaten Sleman adalah 112,2 ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Untuk status gizi buruk balita pada tahun 2010 sebesar 0,66%.
Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan secara langsung
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dalam
pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2009,
nilai IPM Kabupaten Sleman mencapai 77,70 atau meningkat
dibandingkan tahun 2008 sebesar 77,24. Nilai IPM tahun 2009 untuk
komponen kesehatan mencapai 82,90, komponen pendidikan mencapai
84,08 serta komponen pendapatan mencapai 66,12. Secara nacional
nilai IPM tersebut menempatkan Kabupaten Sleman pada peringkat 14
untuk tingkat kabupaten dan kota.
c. Kemiskinan
Di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 terdapat 57.979 KK yang masuk
kategori miskin atau 14,82 % dari keseluruhan KK. Jika dibandingkan
dengan kondisi tahun 2009 angka tersebut menurun 11% atau 7.178
KK. Sebaran Keluarga Miskin di Kabupaten Sleman terlihat sebagai
berikut:
Tabel 1.9. Jumlah KK Miskin Tahun 2009-2010
No Kecamatan KK MiskinTahun 2009 KK Miskin Tahun 2010 Keterangan
1 2 3 4 5
1. Moyudan 2.307 2.068 Turun 10,4 %
2. Godean 4.578 4.047 Turun 11,6%
3. Minggir 3.522 3.190 Turun 9,4%
4. Gamping 4.087 3.990 Turun 2,4%
5. Seyegan 4.385 4.027 Turun 8,2%
6. Turi 2.662 2.518 Turun 5,4%
7. Tempel 5.454 4.908 Turun 10%
8. Sleman 7.030 6.521 Turun 7,2%
9. Ngaglik 3.354 3.305 Turun 1,5%
10 Mlati 4.450 3.981 Turun 10,5%
11. Depok 2.013 1.802 Turun 10,5%
12. Cangkringan 3.030 2.728 Turun 10% 13. Pakem 1.635 1.348 Turun 17,6%
14. Ngemplak 3.727 3.194 Turun 14,3%
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
14
1 2 3 4 5 15. Kalasan 53.130 3.564 Turun 30,5%
16. Berbah 3.648 3.287 Turun 9,9%
17. Prambanan 4.145 3.501 Turun 15,5%
Jumlah 65.157 57.979
Sumber: Dinas Nakersos
Kondisi jumlah keluarga miskin tersebut dimungkinkan meningkat
setelah terjadi erupsi Merapi. Terdapat 2.613 KK di wilayah Kecamatan
Cangkringan kehilangan rumah tinggal karena tertimbun material erupsi
dan terkena terjangan awan panas.
4. Kondisi Ekonomi
a. Potensi Unggulan Daerah
Produk unggulan daerah merupakan suatu produk yang dihasilkan atau
potensial dikembangkan dalam suatu wilayah (berdasarkan Surat
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Depdagri Nomor 671/2413,
tanggal 4 November 1998). Melalui produk unggulan daerah dapat
tergambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan
nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan
kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan memiliki
prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya serta
memiliki daya saing yang tinggi. Beberapa potensi yang dimiliki wilayah
Kabupaten Sleman yang telah berkembang maupun potensial untuk
dikembangkan, antara lain:
1) Pertanian: Salak Pondoh
Tanaman salak pondoh dominan berkembang di wilayah lereng
Gunung Merapi meliputi Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem,
dengan produksi mencapai 56.554 ton atau turun 2.045 ton (3,49%)
dibanding tahun 2009 yang mencapai 58.599 ton. Penurunan
produksi tersebut sebagai akibat bencana erupsi Merapi tahun 2010
yang bertepatan dengan masa menjelang panen raya salak pondoh.
Sebanyak 4.392.919 rumpun salak rusak, padahal produktivitas per
rumpunnya rata-rata 12,86 kg, sedangkan untuk dapat berproduksi
kembali secara normal diperkirakan memerlukan waktu sekitar dua
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
15
tahun. Salak pondoh yang dihasilkan oleh masyarakat Sleman, tahun
2010 sudah memasuki pasar ekspor ke China sebanyak 3.852 ton,
dan sebagian besar dilakukan sendiri oleh kelompok tani yang
bekerjasama dengan ekspotir. Pengembangan salak pondoh yang
telah menggunakan SOP Good Agricultural Practices dalam
budidayanya sebanyak 1.504.975 ha.
2) Peternakan: domba, kambing, sapi potong dan sapi perah.
Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang cukup pesat
perkembangannya dan mampu memberikan nilai tambah bagi usaha
masyarakat. Populasi domba pada tahun 2010 sebanyak 64.853
ekor turun 9,45%, kambing sebanyak 31.837 ekor turun 11,94%
dan sapi potong sebanyak 47.909 ekor turun 12,77% dari tahun
sebelumnya. Penurunan ini antara lain disebabkan bencana erupsi
Merapi tahun 2010 yang mengakibatkan kematian 235 ekor sapi
potong, 180 ekor kambing dan 2.233 ekor sapi perah. Dari budidaya
hewan ternak tersebut telah dihasilkan kulit domba sebanyak 4.697
lembar, kambing 3.265 lembar, kulit sapi 4.184 lembar dan daging
sebanyak 21.348,857 ton dan susu 4.597,59 ton, hasil tersebut
menurun 1,55% dibanding tahun 2009.
3) Perikanan: budidaya ikan
Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi,
pembibitan maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan
kebutuhan ikan konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Provinsi DIY.
Pada tahun 2010 produksi ikan konsumsi sebesar 14.574,68 ton
atau meningkat 17,29% dan mampu memenuhi 60-70% dari total
kebutuhan Provinsi DIY. Produksi benih ikan sebanyak 785.857.500
ribu ekor benih atau meningkat 100,42% dan memberikan kontribusi
pemenuhan kebutuhan di DIY sebesar 77%-99%. Benih ikan yang
dominan dikembangkan adalah Ikan Nila dan benih Ikan Lele.
Bahkan budidaya pembibitan ikan dimulai dengan mengembangkan
induk ikan unggul yakni induk Lele Sangkuriang dengan induk Nila
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
16
Nirwana. Angka ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman
merupakan penghasil benih ikan terbesar dan juga penghasil benih
ikan unggul.
Peningkatan produksi ikan konsumsi juga telah meningkatkan tingkat
konsumsi ikan masyarakat Sleman. Jika pada tahun 2009 tingkat
konsumsi ikan hanya 25,95 kg/kapita/tahun, pada tahun 2010
menjadi 26,73 kg/kapita/tahun. Pemerintah Kabupaten Sleman juga
berhasil memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan
kebutuhan ikan hias di DIY sebesar 50%-75%. Produksi ikan hias
pada tahun 2010 sebanyak 11.445.500 ekor atau meningkat 20,47%
dari tahun sebelumnya.
Budidaya Udang Galah terdapat di Kecamatan Minggir, Godean,
Mlati, Ngemplak dan Berbah. Pembenihan maupun pembesaran
dilakukan untuk mencukupi kebutuhan lokal juga untuk dipasarkan
ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. Budidaya Udang
Galah juga dikembangkan untuk mendukung wisata pedesaan.
Peningkatan produktivitas bidang perikanan ini untuk waktu
mendatang diperkirakan turun karena sebanyak 82 usaha
pembenihan rakyat, 75 kelompok pembudidaya ikan konsumsi dan 1
kelompok pembudidaya ikan hias terkena dampak erupsi.
4) Perindustrian: potensi industri kerajinan
Usaha kerajinan masyarakat mampu menjadi kontributor andalan
pada produk domestik regional bruto. Bahkan di tengah kondisi krisis
perekonomian dunia ternyata nilai ekspor produk kerajinan
Kabupaten Sleman ke manca negara mengalami peningkatan
sebesar 6,05% jika dibandingkan dengan relisasi ekspor tahun 2009
yang nilainya sejumlah US$ 43.851.293,33. Kenaikan tersebut salah
satunya karena promosi aneka produk kerajinan yang terus
dilakukan melalui berbagai event pameran, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Selain itu juga didukung dengan adanya
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
17
kemauan belajar dan kemampuan para pengusaha mengantisipasi
kebutuhan pasar ekspor terhadap produk yang diinginkan. Hal lain
yang tak kalah pentingnya dalam mendongkrak ekspor Sleman
adalah kejelian para eksportir/pengusaha melihat peluang pasar baru
pada negara-negara tujuan ekspor seperti Turki, Malaysia,
Singapura dan Korea.
Produk kerajinan Kabupaten Sleman yang cukup potensial
diantaranya pakaian jadi, sarung tangan dan meubel kayu.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Sleman realisasi ekspor (yang berdokumen
ekspor resmi) di Kabupaten Sleman selama bulan Januari 2010
sampai dengan Desember tahun 2010 nilainya mencapai US$
46.505.525,79. Adapun volume ekspor mencapai 3.475.581,35 kg
dengan jenis komoditi yang diekspor sebanyak 38 jenis.
Eksportir yang melakukan kegiatan ekspor dari Kabupaten Sleman
selama tahun 2010 sebanyak 43 eksportir, dengan negara tujuan
ekspor (NTE) yang tersebar ke 49 negara.
Tiga besar usaha kerajinan yang memiliki potensi untuk
dikembangkan antara lain:
a) Pakaian jadi
Seperti tahun 2009, pada tahun 2010 produk pakaian jadi masih
menjadi primadona ekspor Sleman ke manca negara. Pada
tahun 2010 nilai ekspor pakaian jadi mencapai US $
24.130.665,17 atau meningkat sebesar 1,85 % dari tahun 2009
yang besarnya mencapai US$ 23.691.655,54. Produk pakaian
jadi Sleman diantaranya diekspor ke Amerika Serikat, Inggris,
Spanyol, Turki dan Italia.
b) Sarung tangan
Nilai ekspor tahun 2010 mencapai US $ 16.557.420,88 atau naik
sebesar 17,79 % dari tahun 2009 sebesar US $ 23.691.655,54.
Produk sarung tangan Sleman diantaranya diekspor ke Amerika
Serikat, Jepang, Korea, Inggris, Malaysia dan Australia
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
18
c) Meubel kayu
Ekspor meubel kayu masih menjadi tiga besar komoditi ekspor
Sleman ke manca negara. Pada tahun 2010 ekspor meubel kayu
Sleman mencapai US $ 3.390.978,07. Nilai ekspor tersebut turun
sebesar 3,68 % dari tahun 2009 yang besarnya mencapai US $
3.520.789.80. Negara tujuan produk ekspor meubel kayu
Kabupaten Sleman di antaranya ke Amerika Serikat, Jepang,
Korea, Inggris, Perancis, Spanyol, Malaysia, Australia dan Turki.
5) Potensi Wisata
Daya tarik wisata Sleman merupakan perpaduan antara karakter
alam yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Untuk menunjang
kegiatan wisata telah tersedia fasilitas hotel, rumah makan, restoran,
bandara dan sarana prasarana transportasi yang menjangkau
seluruh wilayah Kabupaten Sleman serta berbagai tempat hiburan.
Potensi wisata yang diandalkan meliputi:
a) Wisata Pedesaan
Pada tahun 2010 terdapat 35 desa wisata dari sebelumnya 38
desa wisata pada tahun 2009. Desa-desa wisata tersebut
dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Selain desa wisata
yang mengandalkan alam, budaya dan kesenian beberapa desa
wisata juga menawarkan keunikan yang dimilikinya. Beberapa
Desa Wisata Budaya seperti Brayut, dan Tanjung serta Desa
Wisata Fauna Kethingan sampai saat ini masih menjalankan
kegiatan dan menjaring wisatawan untuk berkunjung dan
beraktivitas.
b) Wisata Budaya
Sleman memiliki cukup banyak potensi seni dan budaya yang
masih berkembang di masyarakat dan masih dilaksanakan
secara rutin hingga saat ini. Setidaknya terdapat 10 upacara
adat, 36 merti dusun dan 13 lembaga budaya. Keberadaan
potensi tersebut menyebar di berbagai wilayah kecamatan di
Kabupaten Sleman. Masyarakat Sleman memiliki antusiasme
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
19
dan kesadaran yang tinggi dalam mengembangkan budaya lokal
sehingga mampu menjadi obyek wisata budaya. Oleh karena itu
sangatlah tepat konsep “Kecamatan sebagai Pusat Pelestarian
dan Pengembangan Budaya” dikembangkan di 17 kecamatan se
Kabupaten Sleman. Pada umumnya berbagai upacara adat dan
merti dusun dilaksanakan pada Bulan Suro, Sapar dan Ruwah
dalam penanggalan Jawa.
c) Wisata Alam
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di
dunia. Bagi Kabupaten Sleman dan bahkan Provinsi DIY,
keberadaan Gunung Merapi menjadi ikon kepariwisataan daerah.
Kondisi alam yang sejuk dan panorama yang alami di lereng
Gunung Merapi menjadi daya tarik unggulan. Fasilitas yang
tersedia saat ini diantaranya camping ground, taman rekreasi
anak, Tlogo Putri, kereta kelinci, flying fox serta fasilitas
akomodasi berupa hotel dan pondok wisata. Hal ini mampu
menjadikan kawasan Kaliurang sebagai kawasan wisata yang
representatif. Bahkan beberapa hotel di kawasan ini juga sudah
dilengkapi dengan fasilitas untuk meeting, incentive, conference,
dan exhibition (MICE) dalam skala kecil dan menengah maupun
sarana olah raga.
Selain itu, erupsi Merapi yang terjadi pada penghujung tahun
2010 justru membuka peluang baru untuk wisata tracking yang
sebelumnya belum dikelola secara optimal. Lereng Merapi
memiliki 3 alternatif wisata tracking, yaitu tracking Bukit
Pronojiwo, tracking Bukit Gandok – Kalikuning, dan tracking Goa
Jepang di Bukit Plawangan. Selain itu, kondisi pasca erupsi
Gunung Merapi di kawasan utara Kecamatan Cangkringan juga
memberikan peluang baru untuk pengembangan volcano tour
yang mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat sekitarnya.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
20
d) Wisata Pendidikan
Sebagai bagian dari Provinsi DIY yang merupakan ‘Kota
Pendidikan”, Sleman memiliki 45 perguruan tinggi negeri dan
swasta. Perguruan tinggi-perguruan tinggi besar di Kabupaten
Sleman seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas
Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY), Universitas Pembangunan Nasional (UPN)
Veteran dan Universitas Sanata Darma (USD) dapat difungsikan
sebagai wisata pendidikan. Selain itu keberadaan museum di
Kabupaten Sleman juga menjadi salah satu potensi wisata
pendidikan di Kabupaten Sleman. Beberapa museum yang
berlokasi di Kabupaten Sleman di antaranya Museum Gunung
Api Merapi, Museum Affandi, Museum Pendidikan UNY, Museum
Geologi UPN, Museum Budaya Ullen Sentanu berlokasi di
Kabupaten Sleman.
e) Wisata Sejarah Kepurbakalaan
Pada tahun 2010 di Sleman terdapat 72 candi, 116 situs, 33
tetenger/museum perjuangan, 3 peninggalan pesanggrahan, 414
rumah tradisional, 4 makam untuk ziarah dan 2 masjid pathok
nagari.
f) Wisata Kuliner
Sampai dengan tahun 2010 terdapat 51 restoran dengan
perincian 7 klasifikasi Talam Selaka dan 44 Talam Gangsa dan
204 rumah makan dengan perincian 44 kelas A, 72 kelas B, dan
88 kelas C.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir
mengalami kenaikan rata-rata 10,39 % per tahun yaitu dari Rp 8,89
trilliun pada tahun 2006 menjadi Rp13,19 trilliun pada tahun 2010.
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami
kenaikan rata-rata 4,58% per tahun yaitu dari Rp5,31 trilliun pada tahun
2006 menjadi Rp6,35 trilliun di tahun 2010.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
21
Tabel 1.10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)
No PDRB 2006 2007 2008 2009* 2010**
1. ADHB 8.898.867 9.972.193 11.446.071 12.503.760 12.094.832
2. ADHK 5.309.059 5.553.580 5.836.246 6.089.557 5.822.968
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara.
**) = angka sangat sementara.
c. Struktur Perekonomian Daerah
Selama periode tahun 2006-2010, kontribusi sektor primer cenderung
terus mengalami penurunan yaitu dari 17,78% pada tahun 2006
menjadi 16,48% tahun 2010, kontribusi sektor sekunder mengalami
fluktuasi yaitu dari 27,75% pada tahun 2006 menjadi 27,25% pada
tahun 2009 dan 27,32% pada tahun 2010 sedangkan kontribusi sektor
tersier mengalami kenaikan yaitu dari 54,49% pada tahun 2006
menjadi 56,2% pada tahun 2010.
Tabel 1.11. Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010
No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)
2006 2007 2008 2009* 2010**
1. Primer 17,78 17,22 17,43 16,94 16,48
a. Pertanian 17,42 16,63 16,91 16,47 15,95
b. Pertambangan& Penggalian
0,36 0,59 0,52 0,47 0,53
2. Sekunder 27,75 27,77 27,40 27,25 27,32
c. Industri Pengolahan 16,45 16,04 15,49 15,11 14,82
d. Listrik, Gas & Air Bersih 0,86 0,90 0,90 0,92 0,93
e. Bangunan 10,45 10,83 11,01 11,22 11,57
3. Tersier 54,47 55,01 55,17 55,79 56,2
a. Perdag., Hotel & Rest. 21,21 21,69 21,87 22,29 22,51
b. Pengangkutan dan Komunikasi
5,66 5,80 5,81 5,92 6,05
c. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan
10,16 10,21 10,25 10,35 10,37
d. Jasa-jasa 17,44 17,31 17,24 17,23 17,27
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *)= angka sementara.
**) = angka sangat sementara
Empat sektor pendukung utama perekonomian di Kabupaten Sleman
selama periode tahun 2006-2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
22
d. PDRB Perkapita
PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun
meningkat rata-rata per tahun 8,48%. Pada tahun 2006 pendapatan
perkapita sebesar Rp8.763.123,00 pada tahun 2010 meningkat
menjadi Rp12.094.832,00. Demikian juga PDRB perkapita menurut
harga konstan (ADHK 2000) meningkat rata-rata per tahun 2,09% yaitu
dari Rp 5.240.006,00 pada tahun 2006 menjadi Rp 5.822.968,00 pada
tahun 2010. Tabel 1.12. Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Sleman Tahun 2006 - 2010
Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan (%)
ADHB ADHK ADHB ADHK
2006 8.763.123 5.240.006 - -
2007 9.712.226 5.408.803 10,83 3,22
2008 11.003.510 5.612.311 13,30 3,76
2009*) 11.868.036 5.789.440 7,86 3,16
2010**) 12.094.832 5.822.968 1,91 0,58
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara.
**) = angka sangat sementara.
e. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 tumbuh 4,50% sedangkan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 4,61% dan pada tahun
2010 turun menjadi 4,11%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terlihat pada grafik 3 sebagai
berikut:
Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006-2010
4,5 4,615,13
4,534,11
0
1
2
3
4
5
6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 tertinggi terjadi pada sektor
bangunan sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
23
pertambangan. Data pertumbuhan ekonomi persektor secara rinci
sebagaimana tabel 1.13 berikut.
Tabel 1.13. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010
No
Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)
2006 2007 2008 2009 2010*)
1. Pertanian 4,04 -0,13 6,94 1,75 0,80
2. Pertambangan 0,71 74,6 -7,96 -4,84 6,40
3. Industri Pengolahan 2,67 2,02 1,52 1,93 2,08
4. Listrik, Gas, dan Air 2,33 10,48 5,15 6,21 5,29
5. Bangunan 10,97 8,42 6,86 6,51 7,34
6. Perdagangan, Hotel & Rest 5,11 4,15 6,97 5,99 5,14
7. Pengangkutan 5,43 7,16 7,06 5,40 6,33
8. Keuangan 6,03 3,17 5,10 5,47 4,33
9. Jasa 2,95 3,61 3,81 4,70 4,33
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. :*) = angka sementara.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, Kabupaten
Sleman membuka diri untuk penanaman investasi. Potensi investasi di
Kabupaten Sleman terdiri dari berbagai sektor/bidang. Potensi investasi
di bidang pertanian meliputi komoditas hasil pertanian, peternakan,
perkebunan dan perikanan. Bidang pariwisata antara lain meliputi
usaha wisata alam, wisata candi, museum, wisata olahraga, wisata
pendidikan, wisata budaya, dan wisata agro. Bidang industri meliputi
industri pengemasan, industri pengolahan dan industri pengolahan
bahan galian golongan C.
Investasi yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di Kabupaten
Sleman adalah investasi non PMA-PMDN. Jumlah unit usaha dari
investasi tersebut pada tahun 2009 sebanyak 29.222 dengan nilai
investasi Rp2.289.736.900.000,00 dan jumlah tenaga kerja 228.268
orang. Pada tahun 2010 jumlah unit usaha meningkat menjadi 30.179
dengan nilai investasi Rp2.502.314.551.780,00 atau meningkat sebesar
9.28 % dengan jumlah tenaga kerja 234.508 orang.
f. Inflasi
Pada tahun 2010 tingkat inflasi di Kabupaten Sleman mencapai 7,46.
Hal tersebut salah satunya dikarenakan krisis ekonomi global.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
24
Perkembangan tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Sleman dalam
kurun waktu tahun 2006 – 2010 tergambar dalam grafik 4 berikut:
Grafik 4.Tingkat Inflasi di Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010
10,88
7,62
10,34
4,1
7,46
0
5
10
15
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.
Berdasarkan kelompok pengeluaran tingkat inflasi tahun 2010 tertinggi
terjadi pada bahan makanan. Pada tahun 2006 dan 2007 inflasi
tertinggi juga terjadi pada kelompok bahan makanan. Sedangkan pada
tahun 2008 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adapun pada tahun 2009
inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang. Secara rinci kondisi
inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran yang terjadi di Kabupaten
Sleman pada tahun 2006-2010 sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 1.14. Inflasi Kabupaten Sleman Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2006 - 2010
No Kelompok Pengeluaran Tingkat Inflasi (%)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Bahan Makanan 16,86 11,12 10,30 5,14 22,02
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
13,38 3,35 7,91 7,31 6,50
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
11,72 5,13 18,90 5,80 6,23
4 Sandang 10,27 5,37 9,18 11,22 5,71
5 Kesehatan 4,02 5,84 4,75 6,16 0,60
6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga
11,04 11,08 5,50 -3,52 3,63
7 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
1,92 1,92 4,86 -1,99 2,26
Umum 10,88 7,62 10,34 4,10 7,46
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.