bab i pendahuluan(1)

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian Influenza atau Flu burung adalah penyakit menular padaspesies unggas yang disebabkan virus influenza tipe A dengan berbagai subtipe. Burung liar/migratory waterfowl merupakan reservoir alamiah virus avian influenza di dalam saluran cernanya dan tidak menimbulkan gejala penyakit. Lain halnya dengan burung peliharaan, ternak domestik termasuk ayam dan kalkun sangat rentan terhadap virus ini sampai menimbulkan kematian. Gejala penyakit bervariasi dari ringan sampai berat. Bila virus avian influenza yang patogenitasnya rendah berulang kali menginfeksi ternak, maka ia akan bermutasi menjadi sangat patogen dan dapat menular ke manusia yang kemudian menyebabkan epidemi flu burung.( Kumala, 2005) Sebelumnya virus avian influenza hanya menyerang kelompok unggas. Baru pertama kali pada tahun 1997 di Hong Kong terjadi wabah flu burung yang disebabkan virus avianinfluenza H5N1 yang patogen. Ketika itu telah terjadi penularan virus H5N1 dari spesies unggas ke manusia. Wabah flu burung tersebut menyebabkan enam penderita meninggal dari 18 kasus flu burung.(6-8) Kini virus H5N1 terbukti dapat menginfeksi babi, harimau, macan tutul dan kucing. Pada akhir tahun 2003 sampai awal tahun 2004, wabah flu burung yang disebabkan virus H5N1 kembali merebak di 1

Upload: dynna-amalia

Post on 16-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Avian Influenza atau Flu burung adalah penyakit menular padaspesies unggas yang disebabkan virus influenza tipe A dengan berbagai subtipe. Burung liar/migratory waterfowl merupakan reservoir alamiah virus avian influenza di dalam saluran cernanya dan tidak menimbulkan gejala penyakit. Lain halnya dengan burung peliharaan, ternak domestik termasuk ayam dan kalkun sangat rentan terhadap virus ini sampai menimbulkan kematian. Gejala penyakit bervariasi dari ringan sampai berat. Bila virus avian influenza yang patogenitasnya rendah berulang kali menginfeksi ternak, maka ia akan bermutasi menjadi sangat patogen dan dapat menular ke manusia yang kemudian menyebabkan epidemi flu burung.( Kumala, 2005)Sebelumnya virus avian influenza hanya menyerang kelompok unggas. Baru pertama kali pada tahun 1997 di Hong Kong terjadi wabah flu burung yang disebabkan virus avianinfluenza H5N1 yang patogen. Ketika itu telah terjadi penularan virus H5N1 dari spesies unggas ke manusia. Wabah flu burung tersebut menyebabkan enam penderita meninggal dari 18 kasus flu burung.(6-8) Kini virus H5N1 terbukti dapat menginfeksi babi, harimau, macan tutul dan kucing.Pada akhir tahun 2003 sampai awal tahun 2004, wabah flu burung yang disebabkan virus H5N1 kembali merebak di berbagai negara Asia meliputi Korea Selatan, Jepang, China, Vietnam, Thailand, Kamboja dan Laos.(13-15) Sedikitnya 100 juta ternak ayam telah dimusnahkan untuk menghentikan penularan. Wabah ini telah menginfeksi 35 orang dan mengakibatkan 24 penderita meninggal dunia.(15) Kemudian wabah flu burung dengan cepat menjalar ke beberapa negara Asia Tenggara lainnya termasuk Indonesia.Menurut laporan terakhir WHO, awal November 2005, data kumulatif kasus avian influenza A (H5N1) yaitu 122 kasus, dengan 62 penderita meninggal. Prevalensi tertinggi flu burung terjadi di Vietnam, terdapat 91 kasus, meninggal 41 penderita; disusul Thailand 20 kasus, meninggal 13 penderita; Indonesia 7 kasus, meninggal 4 penderita dan Kamboja terdapat 4 kasus yang keseluruhannya meninggal dunia.

1.2 Rumusan masalah1. Bagaimana perkembangan penyakit Avian Influenza (AI) di Indonesia sampai tahun 2014 ditinjau dari distribusi dan epidemiologi?2. Bagaimana distribusi penyakit Avian Influenza di Indonesia?3. Bagaimana Epidemiologi penyakit Avian Influenza di Indonesia

1.3 Manfaat Penulisan1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan penyakit Avian Influenza (AI) di Indonesia sampai tahun 2014 ditinjau dari distribusi dan epidemiologi.2. Mahasiswa dapat mengetahui distribusi penyakit Avian Influenza di Indonesia3. Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi penyakit Avian Influenza di Indonesia

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Distribusi Penyakit AIAvian influenza merupakan penyakit unggas menular yang disebabkan oleh virus Influenza type A. Penyakit ini di identifikasi di Itali lebih kurang seratus tahun yang lalu kini telah menyebar keseluruh dunia (Sudarisman. 2007).Kasus AI di Hongkong pada tahun 1997 disebabkan oleh virus H5N1. Sama halnya AI yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 2003 yang menyerang unggas terutama ayam ras. Bahkan penyakit ini cepat menyebar dan hingga kini telah menyerang ayam kampung yang nota bene penanggulangannya sudah sangat rumit. Hal ini disebabkan oleh ayam kampung yang system pemeliharaannya masih tradisional dan sulit terjangkau oleh teknologi yang kini berkembang.(Sudarisman. 2007)Kejadian flu burung (AI) pada unggas ternyata telah menyerang manusia, tidak hanya di Hongkong, tetapi juga di Vietnam dan bahkan Indonesia yang kini telah menduduki peringkat pertama dalam jumlah kematian dan kasus pada manusia. (WHO, 2006) Hal inilah yang menghawatirkan, bahkan lembaga internasional begitu sibuknya memberikan bantuan pada Indonesia agar penyakit ini tidak menjadi pandemic, seperti halnya pandemic yang pernah terjadi di Italia.(Sudarisman. 2007)Kasus flu burung yang disebabkan oleh H5N1 pertama kali kejadiannya adalah di Hongkong pada tahun 1997 yang mana kasusnya terjadi pada orang yang kontak dengan hewan/unggas yang dijajakan di pasar hewan (live bird market). Ada 17 orang yang terinfeksi dari 18 orang yang diuji. Enam dari 18 orang yang menderita terjadi fatal dan mematikan. Kejadian ini berulang di Hongkong pada tahun 2003, tepatnya di bulan Februari. Dua kasus terjadi pada manusia termasuk diantaranya meninggal dunia.(Sudarisman. 2007)Hasil sequencing dan karakterisasi antigenic kasus di Hongkong, menunjukkan ada perbedaan antara kasus pada tahun 1997 dengan kasus pada tahun 2003. Hal ini mengindikasi bahwa adanya mutasi virus mulai tahun 1997 sampai tahun 2003. Kejadian di Indonesia mulai terjadi pada tahun 2003 dan hingga tahun 2007 masih sering terjadi. H5N1 merupakan virus flu burung di Indonesia yang sangat pathogen (highly pathogenic). Kasus pada ayam terjadi sangat sederhana yang terlihat berupa angka kematian yang tinggi dan tiba-tiba kemudian dapat disertai depresi dan demam. Hewan yang terinfeksi memperlihatkan konjungtivitis, mata berair, sinusitis dan bengkak pada jengger dan pial dengan kepala terlihat biru legam.(Sudarisman. 2007)Di Indonesia, Avian influenza yang mewabah sejak pertengahan tahun 2003. Selain menyerang unggas, virus AI juga menginfeksi manusia, sehingga membuat Indonesia menjadikan satu-satunya negara dengan angka kejadian dan kematian tertinggi di dunia. Jenis hewan yang tertular adalah ayam layer di peternakan komersial. Penyebaran secara cepat terutama melalui perdagangan unggas. Dari bulan Agustus 2003 sampai Februari 2004 terjadi wabah penyakit unggas yang menyebabkan kematian unggas sebesar 6,4% dari populasi unggas di wilayah seluruh Propinsi yang ada di Pulau Jawa, Propinsi Kalimantan Selatan, Propinsi Bali, Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Lampung. Spesies unggas tertular yang dilaporkan adalah ayam petelur (layer), ayam pedaging (broiler), ayam buras, itik, entok, angsa, burung unta, burung puyuh, burung merpati, burung merak putih, burung perkutut.(Widarni, 2008)Padabulan April 2005 dilaporkan meningkat secara sporadis dan lebih banyak menyerang ayam buras dan burung puyuh di beberapa daerah tertular di P. Jawa, Sumatera Utara, dan Kaltimantan Timur, hingga akhir bulan Juli 2005, terjadi di 21 propinsi, 136 kabupaten/kota. Sementara itu berdasarkan laporan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, di Kabupaten Tapanuli Utara masih terdapat kasus kematian pada ayam buras sejumlah 200 ekor, sedangkan di Kota Jambi dan Kabupaten Batanghari jumlah kematian unggas pada bulan Juli 2005 sebanyak 233 ekor. Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, Riau, Kep. Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, dilaporkan masih terdapat kasus kematian unggas hinnga bulan Desember 2005. (Widarni, 2008)

2.2 Epidemiologi Avian Influenza (AI)Pedoman untuk pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan AI telah ditetapkan oleh OIE dan WHO dan dapat digunakan sebagai acuan dalam program pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan AI di seluruh dunia. Pemerintah Indonesia melalui SK Dirjen Bina Produksi Peternakan No. 17/Kpts/PD.640/F/02.04 juga telah menetapkan langkah-langkah strategis untuk pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan AI. Dalam rangka mengeradikasi dan menurunkan penyebaran virus HPAI di Indonesia, pemerintah melalui Direktorat Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian, menetapkan 9 langkah strategis pengendalian penyakit AI, yaitu :1. Biosecurity2. Vaksinasi3. Depopulasi selektif4. Pengendalian lalu lintas unggas, produk, dan limbahnya5. Survilence dan penelusuran6. Pengisian kandang kembali7. Stamping out di daerah tertular baru8. Peningkatan kesadaran masyarakat9. Monitoring dan evaluasiVaksinasi sebagai salah satu cara pengendalian AI telah dilakukan pemerintah sejak Agustus 2004 dengan melakukan vaksinasi massal beberapa jenis unggas, seperti ayam ras, ayam buras, puyuh, dan itik dengan menggunakan vaksin autogenus. Setahun setelah program vaksinasi ini dilakukan, pada Juli 2005 dilaporkan kematian manusia yang pertama kali terinfeksi virus AI subtipe H5N1 di Indonesia (Sedyaningsih et al. 2007). Jumlah kasus kematian akibat infeksi AI pada manusia bertambah setiap tahun dan sampai saat ini, AI masih merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian mengingat korban meninggal akibat infeksi virus ini terus bertambah. Sampai Maret 2012, dilaporkan 155 orang meninggal dunia akibat infeksi virus AI (WHO 2012).Laporan perkembangan kasus penyakit Avian Influenza (AI) pada unggas di Indonesia berdasarkan hasil Uji Cepat (Rapid Test) positif yang dilaporkan Tim PDSR (Participatory Disease Surveillance and Response) melalui SMS Gateway dan surveilans investigasi BBV/BV sampai dengan kasus per 31 Agustus 2014 sebagai berikut :

1. Kasus AI pada unggas selama bulan 31 Agustus 2014 (1- 31 Agustus 2014)a. Jumlah kasus AI sebanyak 10 kasus di 10 desa pada 8 Kab/kota di 4 Provinsi, yakni:i. Jawa Barat 5 Kasus (Indramayu/3 kasus, Bekasi/1 kasus dan Sukabumi/ 1 kasus);ii. Jawa Tengah 2 Kasus (Purworejo/1 kasus dan Magelang/ 1 kasus);iii. Banten 2 Kasus (Tangerang/1 kasus dan Lebak/1 kasus),iv. Lampung 1 kasus (Lampung Utara/1 kasus),

b. Menyebabkan kematian unggas sebanyak 2.147 ekor, terdiri dari 50 ekor ayam kampung dan 2.097 ekor itik.c. Khusus berkaitan perkembangan meningkatnya kematian itik akibat kasus AI berikut hasil rekapitulasi jumlah kematian itik sejak bulan September 2012 s/d 31 Agustus 2014 sebanyak 372.926 ekor di 119 kab/kota pada 20 provinsi yakni: (sumber data SMS Gateway, Laporan Dinas Peternakan Provinsi dan BBV/BPPV, Rekapitulasi data s/d 31 Maret 2014).

2. Keterkaitan dengan Kasus Flu Burung pada manusia dalam bulanAgustus 2014. Tidak ada kasus (Sumber data : Kemenkes)3. Perkembangan kasus AI pada unggas tahun 2006 s/d 2014 Sejak terjadinya wabah AI pada unggas di Indonesia yang dideklarasi pada bulan Januari 2004, kasus secara bertahap menurun cukup signifikan setiap tahun yakni th. 2007 = 2.751 kasus, th. 2008 = 1.413 kasus, th 2009 = 2293 kasus, th.2010 = 1502 kasus, th. 2011 = 1.411 kasus, th. 2012 = 546 kasus th. 2013 = 470 kasus dan th. 2014 = 269 kasus

4. Surveilans virus AI pada pasar unggas hidupGuna mengetahui dinamika prevalensi virus AI pada berbagai sektor perunggasan di wilayah risiko tinggi AI, maka dilakukan surveilans virus AI melalui pengambilan sampel lingkungan dalam pasar tradisional yangdiawakili oleh 260 pasar tradisional di wilayah Jabodetabek dan selanjutnya dilakukan uji lab untuk matrix influensa A dan PCR H5. Hasil surveilans menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi pada musim hujan dan kenaikan prevalensi pada tahun 2013 yang perlu diwaspadai.

5. Surveilans identifikasi virus AI A/H7N9Dalam rangka antisipasi masuk dan menyebarnya virus AI A/H7N9 dari Cina atau negara tertular lainnya ke Indonesia, maka telah dilakukan pengambilan dan pengujian 864 sampel lingkungan di pasar unggas hidup terdiri dari Jabodetabek (534), Medan (148), Surabaya (146), Rawakepiting (36), hasilnya 33,7 % positif (+) matrix Influenza A, dan semua (100 %).

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanAvian Influenza atau Flu burung adalah penyakit menular padaspesies unggas yang disebabkan virus influenza tipe A dengan berbagai subtipe. Burung liar/migratory waterfowl merupakan reservoir alamiah virus avian influenza di dalam saluran cernanya dan tidak menimbulkan gejala penyakit. Lain halnya dengan burung peliharaan, ternak domestik termasuk ayam dan kalkun sangat rentan terhadap virus ini sampai menimbulkan kematian. Gejala penyakit bervariasi dari ringan sampai berat. Bila virus avian influenza yang patogenitasnya rendah berulang kali menginfeksi ternak, maka ia akan bermutasi menjadi sangat patogen dan dapat menular ke manusia yang kemudian menyebabkan epidemi flu burung. Kasus AI disebabkan oleh virus H5N1 yang menyerang unggas terutama ayam ras. Bahkan penyakit ini cepat menyebar dan hingga kini telah menyerang ayam kampung yang nota bene penanggulangannya sudah sangat rumit. Hal ini disebabkan oleh ayam kampung yang system pemeliharaannya masih tradisional dan sulit terjangkau oleh teknologi yang kini berkembang.

3.2 SaranPenyakit AI atau flu burung harus mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah agar dapat mengurangi atau dapat mencegah wabah AI yang memiliki angka mortalitas yang sangat tinggi baik bagi manusia dan unggas.

9