bab i pendahuluanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131764/potongan/s2... · struktur organisasi...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka membangun strategi dalam sebuah organisasi, hal pertama yang
harus dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin adalah mengembangkan
pemahaman mendalam tentang situasi organisasi saat ini. Terdapat dua aspek situasi
organisasi yang penting yaitu lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan
eksternal yaitu terkait dengan kondisi persaingan industri dimana organisasi
beroperasi. Lingkungan internal berhubungan dengan kemampuan sumber daya dan
organisasi perusahaan (Thompson, Peteraf, Gamble, dan Strickland, 2016:45)
1.1 Lingkungan Eksternal
Faktor eksternal akan mempengaruhi pilihan arah dan tindakan organisasi,
struktur organisasi dan proses internalnya. Faktor tersebut berasal dari luar organisasi
yang selanjutnya dianalisa tentang peluang, ancaman dan kendala yang dihadapi
organisasi (Thompson et al, 2016:46).
1.1.1 Kondisi di Indonesia
Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap
negara, termasuk Indonesia. Perlu adanya penanganan serius untuk mengatasi
masalah pengangguran dan tenaga kerja di Indonesia. Menurut BKKBN, Indonesia
akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020, yaitu jumlah usia angkatan
kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, dan terdapat 30 persen penduduk
yang tidak produktif (usia 14 tahun kebawah dan usia diatas 65 tahun) yang akan
2
terjadi pada tahun 2020-2010 (Burhani, 2016). Jumlah penduduk yang banyak
disertai dengan pertumbuhan yang cepat memberi makna bahwa Indonesia memiliki
potensi sumber daya manusia yang cukup besar. Dalam rangka menghadapi bonus
demografi, pemerintah Indonesia memiliki fokus utama yaitu meningkatkan kualitas
pekerjaan karena 60 persen kompetensi tenaga kerja nasional adalah lulusan SD-
SMP. Kompetensi tenaga kerja lulusan SD-SMP berkonsekuensi terserap hanya
diindustri padat karya (Kusumawardhani, 2017)
Dengan adanya hal tersebut, kualitas lulusan dituntut memiliki kemampuan
kemandirian yang tangguh agar dapat menghadapi tantangan, ancaman, hambatan
yang diakibatkan terjadinya perubahan. Kecenderungan terjadinya perubahan tidak
dapat dihindari semua pihak, sehingga dituntut untuk lebih memfokuskan diri pada
penyusunan rencana strategik dengan visi yang jauh kedepan agar siap menghadapi
setiap perubahan. Realita yang ada, banyak lulusan pendidikan yang tidak mampu
mengisi lowongan pekerjaan karena ketidakcocokan antara kemampuan yang
dimiliki dengan kemampuan yang dibutuhkan di dunia kerja. Penyerapan tenaga
kerja oleh instansi pemerintah maupun swasta yang sangat terbatas, akan memberi
dampak jumlah tingkat pengangguran akan meningkat setiap tahunnya (Mulyani,
2011).
Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
No Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Tidak/belum pernah sekolah
126,972 112,435 134,040 124,303 94,293
2 Tidak/belum tamat SD
601,753 523,400 610,574 603,194 557,418
3 SD 1,418,683 1,421,873 1,374,822 1,320,392 1,218,954 4 SLTP 1,736,670 1,821,429 1,693,203 1,650,387 1,313,815
3
Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Lanjutan)
5 SLTA Umum/SMU 2,043,697 1,874,799 1,893,509 1,762,411 1,546,699
6 SLTA Kejuruan/SMK 1,018,465 864,649 847,365 1,174,366 1,348,327
7 Akademi/Diploma 258,385 197,270 195,258 254,312 249,362
8 Universitas 553,206 425,042 398,298 565,402 695,304
Total 7,757,831 7,240,897 7,147,069 7,454,767 7,024,172 Sumber : Data BPS
Pertumbuhan penduduk Indonesia tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan
kerja. Pengangguran terdidik di Indonesia jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit.
Berdasarkan Tabel 1.1 mengenai jumlah pengangguran terbuka di Indonesia
menunjukkan bahwa masih tingginya tingkat pengangguran terbuka terutama
pengangguran yang berasal dari tamatan satuan pendidikan dasar dan menengah
yaitu tamatan SD, SLTP, SLTA serta SLTA Kejuruan/SMK. Berdasarkan laporan
Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran memang mengalami penurunan
jika dibandingkan tahun 2012. Namun meskipun mengalami penurunan, tetapi dapat
terlihat bahwa pergerakannya sangat lambat. Sehingga apabila masalah
pengangguran ini tidak segera diselesaikan akan menimbulkan masalah-masalah lain
(efek multiplier) yang sangat kompleks. Oleh karena itu, perlu ada tindakan serius
dari pemerintah agar tingkat pengangguran terbuka dapat menurun setiap tahunnya.
Tingginya angka pengangguran terbuka dipengaruhi oleh kualitas ketenagakerjaan
di Indonesia yang masih rendah dari sisi kualifikasi dan kompetensi. Pembangunan
Sumber Daya Manusia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Indeks
pembangunan sumber daya manusia (Human Development Index) yang dikeluarkan
oleh United Nations Development Programme, Indonesia menempati urutan ke 110
dari 187 negara. Menurut catatan mereka, Indonesia masuk ke dalam teori medium
4
human development (Sofia, 2015)
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi tingginya angka pengangguran yaitu
kesadaran masyarakat terhadap wirausaha yang cenderung masih kurang. Jika
dibandingkan, rasio wirausaha dengan jumlah penduduk Indonesia, hanya terdapat
sekitar 3,1 persen wirausaha di Indonesia. Rasio ini terhitung lebih kecil jika
dibandingkan Malaysia yaitu 5 persen, Singapura sebesar 7 persen serta Tiongkok 10
persen (Humas Kementerian Koperasi, 2017). Kemudian dengan adanya
pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diperlukan lulusan peserta didik
yang berorientasi bukan hanya sebagai pencari kerja namun dapat dan siap menjadi
pencipta kerja (Sofia,2015).
Dalam rangka mencetak insan entrepreneur yang hebat tidak bisa dilakukan secara
instan, tetapi harus melalui proses pendidikan yang panjang dan tersistematis.
Seharusnya pola pendidikan di Indonesia harus diubah dari pola pendidikan yang
bertujuan mencetak tenaga kerja menjadi pola pendidikan yang bertujuan mencetak
insan yang berpikir kreatif dan mandiri. Dalam hal ini diperlukan pengembangan tipe
sekolah yang dapat mendidik siswanya berpikir mencipta (Barnawi dan Muh. Arifin,
2016:15)
Oleh karena itu, hal penting yang perlu ditanamkan sejak dini yaitu pendidikan
yang berwawasan kewirausahaan yaitu dengan menerapkan pripsip-prinsip dan
metodologi kearah pembentukan kecakapan hidup melalui kurikulum terintegrasi
yang dikembangkan sekolah. Alternatif yang bisa dilakukan yaitu melalui pendidikan
karakter terpadu yang memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan
informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal disekolah. Selain itu juga
5
dengan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dalam pembelajaran pada setiap
mata pelajaran. Hal tersebut ditujukan agar pembelajaran yang berwawasan
pendidikan kewirausahaan tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat (Mulyani, 2011)
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia dan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Selain itu, dalam agenda Nawacita No. 8 dijelaskan bahwa
dibutuhkan penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan
pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental.
Berlandaskan UU serta agenda Nawacita tersebut menjadikan Konsep Dasar
Penguatan Pendidikan Karakter oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penguatan pendidikan karakter sebenarnya sudah ada pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang tertuang pada Buku I Agenda
Pembangunan Nasional. Penguatan pendidikan karakter ini difokuskan pada anak-
anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai
moral, akhlak dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter
yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran.
Sistem desentralisasi sudah tertuang dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang
6
otonomi daerah dan diubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah. Terdapatnya keputusan terkait dengan otonomi daerah tersebut ditujukan
untuk menciptakan kemandirian daerah. Adanya sistem desentralisasi tersebut
berpengaruh kepada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi
kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Melalui kebebasan pengelolaan
pendidikan diharapkan sekolah dapat menemukan strategi pengelolaan pendidikan
yang lebih baik agak menghasilkan output yang berkualitas dari sisi akademik
(bidang ilmu) dan non akademik yaitu kemandirian untuk mampu bekerja dikantor
dan membuka usaha/lapangan kerja sendiri. Lulusan peserta didik diharapkan pula
memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi.
Berlandaskan Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional
Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan mengamanatkan upaya untuk
mengembangkan program kewirausahaan kepada masyarakat luas yang melibatkan
instansi pemerintah, dunia usaha , dan kelompok tertentu secara terkoordinasi dan
terpadu. Integrasi pendidikan kewirausahaan yang dilakukan merupakan momentum
untuk revitalisasi kebijakan ini, mengingat jumlah terbesar pengangguran terbuka
dari tamatan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
1.1.2 Kondisi di DKI Jakarta
DKI Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia menjadi sorotan utama terkait masalah
sosial yang dimilikinya, salah satunya adalah angka pengangguran. Tabel berikut ini
merupakan tingkat pengangguran di DKI Jakarta.
7
Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 TPT (%) 9,67 8,63 8,47 7,23 6,12 5,36
Sumber : Data BPS
Gambar 1.1 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta
Sumber : Data BPS
Berdasarkan Tabel 1.2, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta
cenderung menurun setiap tahunnya. Meskipun menurun secara keseluruhan, namun
persentase tersebut masih cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas
pendidikan belum dapat menyiapkan peserta didik dengan baik untuk menghadapi
dunia kerja dan dunia usaha.
Tingginya tingkat angkatan kerja di DKI Jakarta menjadi salah satu faktor masih
tingginya angka pengangguran. Dalam rangka menangani masalah ini diperlukan
pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan peserta didik yang kreatif, inovatif
dan mampu berkompetisi dengan yang lain. Selain itu juga perlu adanya
pemberdayaan masyarakat melalui keahlian-keahlian agar mereka dapat masuk
dalam industri kreatif untuk berwirausaha.
Wijaya Kusuma sebagai salah satu sekolah swasta di Jakarta Timur memiliki
beberapa pesaing sekolah lain pada segmen yang sama yang berada di wilayah
Jakarta Timur. Perilaku konsumen terhadap akses pendidikan ini cenderung mencari
9.67 8.63 8.47 7.23 6.12 5.36
0
5
10
15
2012 2013 2014 2015 2016 2017
8
sekolah lokal terutama yang ada disekeliling wilayah Jakarta Timur. Berdasarkan
Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa keunggulan dari sekolah pesaing salah satunya berada
pada jalinan kerjasama dengan pihak industri dan juga sarana prasarana yang baik.
Dari ketiga pesaing dibawah ini belum ada sekolah yang memiliki karakteristik
tersendiri.
Tabel 1.3 Sekolah Swasta Pesaing di Jakarta Timur
No Nama Sekolah Lokasi Keunggulan dan Kelemahan Biaya Pendidikan 1 Sekolah Widya
Manggala (SMP-SMA-SMK)
Jalan Mujahidin No 17, Ciracas
( +) Terakreditasi A, kurikulum ktsp, sistem belajar fullday untuk SMP, memiliki 2 program keahlian SMK (akuntansi dan adm. perkantoran)
(-) Luas sekolah kecil dan belum
memiliki lapangan upacara sehingga harus menyewa lapangan milik warga
setempat
Biaya Formulir Rp 150.000,
Biaya Pendaftaran Rp1.400.000, Biaya SPP Rp
180.000
2 Sekolah Budhi
Warman 2 (SMP-SMA-SMK)
Jalan Raya Bogor, Kalisari, Pekayon,
Jakarta Timur
(+) Terakreditasi A, kapasitas siswa besar karena memiliki dua gedung
sekolah, mampu bekerja sama dengan pelaku industri, memiliki 4 program
keahlian (multimedia,pemasaran,akuntansi,
adm. perkantoran) (-) Biaya pendidikan lebih mahal
Biaya SPP Rp320.000
3 Sekolah Bina Dharma (SMP-
SMA-SMK)
Jl. Raya Ciracas No.39,
RT.6/RW.11, Klp. Dua Wetan,
Ciracas, Kota Jakarta Timur,DKI
Jakarta 13730, Indonesia
(+) Terakreditasi A, menggunakan kurikulum k13, menawarkan banyak ekstrakurikuler., memiliki 2 program
keahlia (akuntansi dan adm perkantoran)
(-) Biaya pendidikan lebih mahal
Biaya Formulir Rp 100.000,
Biaya SPP Rp 420.00, Biaya
Pendaftaran Rp 3.520.000
Sumber : Data diolah
1.1.3 Tantangan Pendidikan di Indonesia
Dalam menghadapi perubahan kearah global dan munculnya pasar bebas ASEAN
(MEA) berdampak pada tingginya permintaan terhadap sekolah berkualitas yang
9
mampu untuk membentuk karakter siswa dan lulusan yang siap bekerja dan siap
untuk berwirausaha. Tingginya permintaan tersebut didorong karena adanya daya
saing yang tinggi terutama dalam mencari pekerjaan.
Indonesia sebagai salah satu negara ASEAN memiliki beberapa tantangan
pendidikan yang harus diwaspadai. Berdasarkan data BPS, proyeksi jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2035 sebesar 305,652 juta jiwa. Adanya peningkatan
jumlah penduduk tersebut diiringi dengan peningkatan penduduk yang berusia
produktif. Isu akan bonus demografi ini harus didukung oleh kebijakan pemerintah
seperti penyediaan lapangan kerja, peningkatan kualitas SDM dan pelayanan
kesehatan yang memadai yang ditujukan untuk merespon bonus demografi (Burhani,
2016).
Tantangan yang yang terpenting mengenai kebijakan pendidikan untuk proses
pembangunan nasional yang tentunya memiliki efek jangka panjang berkelanjutan.
Tantangan kedua yaitu, pemerintah harus dengan sigap merespon perubahan yang
terjadi pada tingkat regional terutama pada kompetisi regional terkait kualitas
pendidikan yang sangat ketat dengan negara ASEAN lainnya. Tantangan ketiga yaitu
terkait dengan kualitas guru yang baik. Berdasarkan data Kemendikbud terkait
kualitas guru yang telah dijelaskan pada bagian kondisi pendidikan di Indonesia,
masih banyak guru yang belum lolos kualifikasi sarjana/diploma 4. Pemerintah
sebaiknya mendorong agar guru dapat meningkatkan kemampuan akademik yang
dimilikinya terkait dengan pengembangan metodologi pembelajaran, penggunaan
teknologi atau media pembelajaran dan pengayaan dari berbagai sumber
pembelajaran yang menarik (Hidayat, 2014).
10
1.2 Lingkungan Internal
1.2.1 Profil Sekolah
Yayasan Pendidikan Wijaya Kusuma merupakan salah satu penyelenggara
pendidikan tingkat dasar dan menengah yaitu SMP, SMA dan SMK di wilayah
Jakarta Timur. Sekolah Wijaya Kusuma berlokasi di Jalan Mujahidin nomor 17A,
Kampung Rambutan Ciracas, Jakarta Timur. Sekolah Wijaya Kusuma didirikan oleh
Bapak H. Imam Slamet dan Bapak Fachrudin. Sekolah ini didirikan diatas tanah
seluas 1501 m2 milik Bapak H. Imam Slamet dan Bapak Fachrudin yang telah
dihibahkan kepada Yayasan Wijaya Kusuma. Alasan dibuatnya sekolah ini pada
tahun 1970an yaitu untuk meningkatkan tingkat pendidikan di wilayah Jakarta Timur
khususnya karena saat itu jumlah sekolah masih sangat terbatas.
SMP Kuntum Wijaya Kusuma didirikan tahun 1977, dan SMA Wijaya Kusuma
didirikan tahun 1983 dengan membuka jurusan IPA dan IPS, serta SMK Karya
Wijaya Kusuma didirikan tahun 1990 dengan membuka kompetensi keahlian
administrasi perkantoran dan akuntansi.
Gambar 1.2 Gedung Sekolah Wijaya Kusuma
Yayasan Pendidikan Wijaya Kusuma sudah berbadan hukum karena telah
11
memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor C-
1495HT0102TH2006. Sekolah ini telah memiliki izin operasional penyelenggaraan
pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk SMP, SMA
dan SMK. Selain itu, Sekolah Wijaya Kusuma juga telah mendapatkan akreditasi
dari BAN-S/M yaitu SMK Karya Wijaya Kusuma dengan akreditasi A nilai 87,00
untuk program keahlian Akuntansi dan nilai 86,00 untuk program Administrasi
Perkantoran. Kemudian SMA Wijaya Kusuma dengan akreditasi A nilai 91,00.
Akreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional juga telah dikeluarkan untuk
SMP Wijaya Kusuma dengan nilai akreditasi B nilai 77,61. Yayasan ini juga telah
memiliki izin sebagai badan sosial nomor 013.31.75.08.1005.12301 yang telah
dikeluarkan oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Timur.
1.2.2 Fasilitas Sekolah
Sekolah Wijaya Kusuma saat ini memiliki gedung dua tingkat dengan total kelas
sebanyak 20 kelas yang memiliki kapasitas 40 orang per kelas.. Fasilitas lain yang
dimiliki sekolah ini yaitu perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium IPA,
ruang praktek administrasi perkantoran dan akuntansi, laboratorium multimedia,
UKS, musola, lapangan olahraga dan juga kantin sekolah.. Segmentasi Sekolah
Wijaya Kusuma adalah menengah kebawah (middle low). Dari total siswa sebanyak
1122 siswa pada tahun ajaran 2016/2017, 354 siswa diantaranya mendapat KJP yaitu
sekitar 31.5% siswa kurang mampu. Saat ini, Sekolah Wijaya Kusuma menggunakan
kurikulum 2013 (K-13) untuk SMP, SMA, dan SMK. Kurikulum ini menitikberatkan
pada pengajaran yang berpusat pada siswa (student center).
12
Keunggulan dari sekolah ini yaitu terletak ditempat yang strategis dan mudah
dijangkau. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang ditetapkan Sekolah
Wijaya Kusuma sangat terjangkau jika dibandingkan sekolah swasta lain diwilayah
Jakarta Timur. Biaya pendidikan untuk SMP yaitu SPP sebesar Rp 220.000 perbulan,
SMA dan SMK biaya SPPnya sebesar Rp 270.000 dan uang pangkal sebesar Rp
1.100.000.
Kelemahannya yaitu keterbatasan luas area sekolah yang dimiliki karena
meningkatnya kuantitas siswa setiap tahunnya yang tidak seimbang dengan kapasitas
yang dimiliki. Selain itu, dikarenakan kapasitas kelas yang tidak mencukupi seluruh
siswa, maka sekolah menerapkan dua sistem belajar, yaitu sekolah pagi pukul 07.00
WIB – 12.00 WIB dan sore pukul 12.30 WIB – 17.30 WIB. Kemudian, kelemahan
yang terakhir yaitu sektor pendidikan cenderung bergantung kepada regulasi
pemerintah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa faktor ekternal dan faktor internal, Sekolah Wijaya Kusuma
mempunyai peluang meningkatkan kualitas sekolah dan hasil keluaran peserta didik.
Menurut fakta bahwa masih banyaknya lulusan yang belum memenuhi kualifikasi
yang disyaratkan oleh sektor pengguna dan tidak siap pula untuk menjadi wirausaha.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sekolah kelas menengah kebawah berbasis
kewirausahaan yang memiliki kualitas hasil didikan yang siap kerja dan siap
berwirausaha.
Sekolah ini belum memiliki gambaran terkait model bisnis sosial dari Sekolah
13
Wijaya Kusuma untuk menghadapi perubahan lingkungan dan menentukan kebijakan
strategi kedepannya. Pihak Yayasan memerlukan gambaran tentang kelemahan dan
kekuatan Sekolah Wijaya Kusuma. Sekolah ini membutuhkan model bisnis baru
yang ditujukan untuk pedoman dalam mengembangkan bisnis dengan tujuan sosial.
Evaluasi kinerja manajemen dan model bisnis yang baru diharapkan dapat dijadikan
pengembangan untuk dapat diterapkan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, pertanyaan penelitian yang dapat diangkat
yaitu:
a. Bagaimanakah gambaran model bisnis Sekolah Wijaya Kusuma saat ini?
b. Bagaimanakah model bisnis yang tepat agar sekolah mampu meningkatkan
kualitas, lulusan peserta didik yang berkarakter agar dapat mentransformasikan
lingkungan?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan dan mengevaluasi model bisnis
Sekolah Wijaya Kusuma yang sedang dijalankan saat ini. Kemudian memodifikasi
model bisnis lama menjadi model bisnis baru dengan kinerja yang lebih baik untuk
organisasi dan masyarakat serta memiliki dampak yang luas bagi lingkungan sosial.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu menjadi panduan bagi Yayasan untuk
dapat mengembangkan Sekolah Wijaya Kusuma baik dari sisi system amanajemen
maupun konsep sekolah yang digunakan. Selain itu, hasil penelitian ini juga
diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan sekolah swasta lain dalam hal sistem
14
pendidikan dan usaha penyediaan sekolah berbasis kewirausahaan yang terjangkau
sejalan dengan misi sosial yaitu memutus rantai kemiskinan dengan kewirausahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis untuk akademisi agar dapat
melanjutkan pengembangan sekolah swasta dengan misi social agar mampu merentas
kemiskinan.
1.7 Sistematika Penulisan
Berikut ini merupakan sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas:
A. Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan serta manfaat penulisan tesis.
Latar belakang terdiri atas lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal
terdiri atas kondisi kemiskinan, pendidikan dan kebijakan di DKI Jakarta.
Lingkungan internal menjelaskan tentang Sekolah Wijaya Kusuma sebagai fokus
penelitian. Permasalahan dalam mengembangkan Sekolah Wijaya Kusuma
digunakan sebagai dasar pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ditujukan
sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi. Manfaat penelitian dapat digunakan
oleh Yayasan Wijaya Kusuma, lembaga pemerintah, sekolah swasta dan nirlaba,
akademisi dan juga peneliti lain.
B. Bab 2 Landasan Teori
Bab ini menjelaskan mengenai dasar teori model bisnis, kanvas model bisnis,
bisnis sosial dan juga pendidikan. Landasan teori diambil dalam produk kebijakan
pemerintah, buku, jurnal serta media publikasi.
C. Bab 3 Metoda Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, metoda pengumpulan data,
15
instrument penelitian serta metoda analisis data. Desain penelitian difokuskan pada
Sekolah Wijaya Kusuma. Metoda pengumpulan data terdiri atas studi literatur,
observasi, serta wawancara.
D. Bab 4 Strategi dan Rencana
Bab ini menjelaskan mengenai model bisnis Sekolah Wijaya Kusuma yang
sedang dijalankan saat ini, evaluasi bisnis serta pengembangan model bisnis baru.
Model bisnis Sekolah Wijaya Kusuma dipaparkan melalui kanvas model bisnis
sosial. Evaluasi dilakukan dengan melihat kebutuhan pendidikan saat ini. Evaluasi
tersebut akan dikembangkan menjadi model bisnis yang baru.
E. Bab 5 Rencana Aksi
Bab ini menjelaskan model bisnis baru hasil pengembangan yang akan
diterapkan. Hasil ini dilengkapi dengan tahapan kegiatan, ukuran kinerja serta
rekomendasi.