bab i-viii
DESCRIPTION
evrogTRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.
Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Sepertiga dari populasi dunia
sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55
tahun). Hal ini secara langsung juga berkaitan dengan economic lost yaitu kehilangan
pendapatan rumah tangga. Menurut WHO, seseorang yang menderita TB diperkirakan akan
kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 3 – 4 bulan. Bila meninggal akan kehilangan
pendapatan rumah tangganya sekitar 15 tahun. 1,2
Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia
berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan
dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada
posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China. 3,4
Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian
MDGs. Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu Prevalensi, Mortalitas, Penemuan
kasus dan Keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai
oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan
dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000
penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka
Penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia
telah mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka
ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015 sesuai target RJPMN. Angka
keberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu 91% pada tahun
2009. 3,4
Menurut Prof. Tjandra Yoga, sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya
kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (6 – 8 bulan) menjadi
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa
sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan
adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan
1
TB-MDR (Multi Drugs Resistant=kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah
adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh
menurun, penyakit TB akan muncul. 1,2
Berdasarkan hasil survey tahun 2004, di Jawa Barat angka Prevalensi TB paru sebesar
960 per 100.000 penduduk, sedangkan di kabupaten Karawang, diperkirakan angka penderita
baru setiap tahun bertambah sebesar 2.295 kasus dengan prevalensi 110 per 100.000
penduduk (Program P2PM, P2 TB.Paru.Dinkes Kabupaten Karawang 2009.)
Strategi ini telah diimplementasikan dan diekspansi di Indonesia secara bertahap ke
seluruh unit pelayanan. Berbagai kemajuan telah dicapai, sampai di tahun 2005 strategi
DOTS telah menjangkau 98% Puskesmas, akan tetapi strategi ini belum berjalan dengan baik
di rumah sakit. 5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan permasalahan sebagai berikut :
1. Masih tingginya populasi dunia yang tertular TB dan tingginya economic lost akibat
penyakit TB karena sebagian besar penderitanya merupakan usia produktif.
2. Masih tingginya peringkat Indonesia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak dunia.
3. Pencapaian indikator MDGs tentang TB Indonesia yang perlu dipertahankan.
4. Masih tingginya kasus TB karena masih tingginya angka drop out, ditambah lagi
peningkatan infeksi HIV-AIDS dan tingginya penderita TB laten.
5. Masih tingginya prevalensi TB di Jawa Barat dan Kabupaten Karawang (960 per 100.000
dan 110 per 100.000 penduduk)
6. Masih sulitnya implementasi strategi DOTS di rumah sakit.
7. Belum diketahuinya tingkat keberhasilan Program Penanggulangan Tuberkulosis di
Wilayah Kerja Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 – Agustus 2011.
1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
Menilai tingkat keberhasilan Program Penanggulangan Tuberkulosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 – Agustus 2011.
2
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Diketahuinya proporsi TB BTA positif diantara suspek yang tercatat di wilayah kerja
Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.
2. Diketahuinya proporsi penderita TB paru BTA positif di antara semua penderita TB paru
yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 –
Agustus 2011.
3. Diketahuinya angka penemuan penderita / Case Detection Rate (CDR) di wilayah kerja
Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.
4. Diketahuinya angka kesembuhan / Cure Rate di wilayah kerja Rengasdengklok periode
September 2010 – Agustus 2011.
5. Diketahuinya prosentase jumlah penderita yang mendapat pengobatan TB paru dengan
strategi DOTS di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 –
Agustus 2011.
6. Diketahuinya angka konversi / Convertion Rate di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.
7. Diketahuinya prosentase penderita yang diobati diawasi oleh PMO di wilayah kerja
Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.
8. Diketahuinya prosentase penderita TB paru yang drop out di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.
9. Diketahuinya prosentase penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang
penyakit TB di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 –
Agustus 2011.
10. Diketahuinya ada tidaknya sistem pencatatan dan pelaporan di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.
11. Menentukan permasalahan dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC paru di
Puskesmas Rengasdengklok.
12. Memberikan solusi pemecahan masalah yang ditemukan dengan menggunakan
pendekatan sistem.
3
a.4. Manfaat
a.4.1. Bagi Evaluator
a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
b. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program kesehatan.
c. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah
yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan pengawasan.
a.4.2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
b. Mengamalkan Tri darma Perguruan Tinggi yaiyu Pendidikan, Penelitian dan
Pengabdian kepada masyarakat.
a.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
a. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Penanggulangan
Tuberkulosis di wilayah kerjanya.
b. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.
a.4.4. Bagi Masyarakat
a. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi penderita TBC di
wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.
b. Dengan tercapainya keberhasilan program diharapkan dapat memutuskan rantai
penularan TBC di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.
c. Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Rengasdengklok.
4
BAB II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru didapat dari
pencatatan harian dan laporan bulanan Menggunakan formulir program penanggulangan TB
paru.
Pencatatan :
Formulir daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB 06)
Formulir permohonan laboratorium TBC untuk pemeriksaan dahak (TB 05)
Kartu pengobatan TBC (TB 01)
Kartu identitas penderita (TB 02)
Register kohort pengobatan penderita TB
Formulir rujukan / pindah penderita TB (TB 09)
Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TBC pindahan (TB 10)
Pelaporan :
Formulir Register TB Unit Pelayanan Kesehatan (TB 03)
Register kohort pengobatan penderita
Materi yang di evaluasi dalam P2TB di Puskesmas Rengasdengklok pada periode
September 2010 sampai dengan Agustus 2011 dari hsil laporan program, mengenai :
1. Penemuan tersangka penderita (case finding) TB paru.
2. Penentuan diagnosis TB paru.
3. Pengobatan penderita TB paru dengan menggunakan strategi DOTS.
4. Pengendalian pengobatan di bawah pengawasan PMO (Pengawas Minum Obat).
5. Periksa ulang dahak (follow up) penderita TB paru.
6. Penyuluhan TB paru.
7. Pencatatan dan pelaporan.
5
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, dan intepretasi data program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di
Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011 dengan
menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada program
Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis kemudian dibuat usulan dan saran sebagai
pemecahan masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab dari masing-masing unsur
keluaran pada pendekatan sistem.
6
BAB III
Kerangka Teoritis
3.1. Bagan Sistem
Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
5. Umpan balik (feedback), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
3.2. Tolok Ukur Keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan,
umpan balik, dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
dalam program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) yang tercantum dalam
lampiran I.
7
BAB IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data :
Data sekunder :
- Data Monografi Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok tahun 2010.
- Register TBC Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) periode September 2010 – Agustus
2011 (TB-03)
- Laporan triwulan penemuan dan pengobatan pasien TB Triwulan 3,4 tahun 2010 dan
Triwulan 1,2 tahun 2011.
4.2. Jenis Data
4.2.1.Data Umum
a. Data Geografis
Lokasi
Lokasi Gedung Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok terletak di Jl. Tugu
Proklamasi RT 022 / RW 012, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang.
Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja : 1.575 Ha, yang terdiri dari 6 desa dengan tanah darat seluas
315 Ha dan tanah sawah seluas 1.260 Ha, terdapat 57 buah Posyandu.
Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok:
- Sebelah Utara : Wilayah Puskesmas Jayakerta dan Medangasem
- Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Kalangsari Kec. Rengasdengklok
- Sebelah Barat : Dibatasi Sungai Citarum Kabupaten Bekasi
- Sebelah Timur : Wilayah Puskesmas Kutamukti dan Kutawaluya
b. Data Demografi
1. Jumlah penduduk Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang adalah
76.096 jiwa.
2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki 37.802 jiwa dan jumlah
perempuan 38.294 jiwa.
3. Pasangan Usia Subur (PUS) :15.018 pasang
4. Terdiri dari 6 desa dengan jumlah kepala keluarga 21.340 Kepala Keluarga (KK).
8
5. Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang
adalah pedagang sebanyak 55.086 penduduk (72,39%). Data umum selengkapnya
terdapat pada Lampiran II.
6. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang
yang terbanyak adalah tingkat pendidikan rendah sebanyak 52.164 penduduk
(68,55%). Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.
7. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang antara lain : puskesmas (1),
Rumah Sakit (1), Rumah Bersalin (1), Klinik 24 Jam (2), Praktek bidan (14),
dokter praktek (12), posyandu (57). Data umum selengkapnya terdapat pada
Lampiran II.
4.2.2. Data Khusus
Tabel 1. Masukan dan Proses dari Puskesmas Rengasdengklok Kabupaten Karawang
MASUKAN Data-data yang diperoleh
TenagaDokter umum 3 Orang (merangkap)Perawat 3 Orang (merangkap)Petugas P2M 1 Orang (merangkap)Petugas PMO Puskesmas 1 Orang (merangkap)Petugas PMO dari keluarga penderita TB 1 OrangPetugas pencatatan dan pelaporan 1 Orang (merangkap)Petugas fiksasi sputum 1 OrangKader 3 Orang untuk seluruh wilayah kerja DanaAPBD tingkat II CukupSaranaa. Sarana Medis
Stetoskop 2 buah Tensimeter 1 buah Termometer Tidak ada Timbangan berat badan 1 buah Persediaan OAT per kategori Kategori 1 Cukup Kategori 2 Cukup Kategori 3 Cukup
Alat suntik Cukup Alat-alat laboratorium Cukup
b.Sarana Non Medis Ruang pemeriksaan pasien 3 ruang Ruang laboratorium 1 ruang
9
Ruang tunggu pasien yang terbuka Ada Ruang obat 1 ruang Tempat tidur untuk periksa pasien Tidak ada Lemari penyimpanan obat 2 Buah Bangku Ada Rak obat Ada Alat administrasi
Buku register kunjungan pasien 1 buah Alat tulis Cukup Komputer Ada
Alat penyuluhan Papan tulis Ada Spidol Ada Brosur TB Ada Poster TB Ada
Formulir pendaftaran Ada Kartu pengobatan (TB 01) Ada Kartu identitas penderita (TB 02) Ada Register TB Kabupaten (TB 03) Ada Register laboratorium TBC (TB 04) Ada Formulir lab pemeriksaan dahak (TB 05) Ada Formulir daftar suspek yg diperiksa
dahak SPS (TB 06)Ada
Formulir permohonan OAT AdaMetode1.Penemuan tersangka penderita TB penemuan tersangka dari penderita yang
datang ke Puskesmas Rengasdengklok menunjukkan gejala-gejala yang mendukung diagnosis TBC diperiksa dahak SPS. Serta semua orang yang kontak serumah dengan penderita TBC yang menunjukkan gejala yang sama harus diperiksa dahaknya.)
2.Penentuan diagnosis penderita TB 1.Pemeriksaan sputum SPS secara mikroskopis2.Pemeriksaan Rotgen dada untuk menunjang pemeriksaan sputum3. Rujukan untuk tes Mountoux pada suspek penderita TB anak
3.Pengobatan penderita TB paru Menggunakan strategi DOTS dari WHO sesuai kategori pengobatan Kategori 1: 2HRZE/4H3R3 2HRZE/4HR 2HRZE/6HE
Kategori 2 : 2HRZES/1HRZE/5H3R3E3 HRZES/HRZE/5HRE
Kategori 3 :
10
2HRZ/4H3R3 2HRZ/4HR 2HRZ/6HE
4.Pengawasan pengobatan Dilakukan oleh Petugas puskesmas Rengasdengklok, dan PMO dari keluarga/orang yang disegani pasien
5.Follow up penderita TB Dengan pemeriksaan ulang dahak SPS secara mikroskopis, dengan jadwal : Kategor i 1 : akhir fase intensif, 1
bulan sebelum akhir pengobatan , akhir pengobatan
Kategori 2 : akhir fase intensif setelah sisipan 1 bulan, 1 bulan sebelum akhir pengobatan, akhir pengobatan
Kategori 3 : akhir fase intensif, 1 bulan sebelum akhir pengobatan, akhir pengobatan
6.Penyuluhan Perorangan
Penyuluhan langsung (tanya-jawab, konsultasi) di puskesmas. Materi yang diberikan semua tentang TB.
Kelompok Tidak dilakukan7.Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan Menggunakan formulir TB yang ada di UPK Formulir TB 06 Formulir TB 05 Kartu identitas penderita (TB 02) Kartu pengobatan TB 01
Pelaporan Formulir TB 06,dilaporkan tiap bulan ke puskesmas yang lebih tinggi stratanya
Register kohort pengobatan penderita TB, dilaporkan tiap bulan ke puskesmas yang lebih tinggi stratanya
PROSESPerencanaan1.Penemuan Tersangka penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 di
UPK Rengasdengklok Passive case finding
2.Penentuan diagnosis penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 di UPK Rengasdengklok
Pemeriksaan dahak SPS mikroskopis, Rontgen dada
3.Pengobatan penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.00-14.00 di UPK Rengasdengklok
Menggunakan stategi DOTS (WHO) sesuai kategori
4.Pengendalian pengobatan dibawah pengawasan PMO
Setiap hari kerja, menggunakan PMO Puskesmas dan keluarga penderita yang
11
sudah ditentukan.5.Follow up penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 di
UPK Rengasdengklok Dengan pemeriksaan ulang dahak SPS
sesuai jadwal per kategori6.Penyuluhan
Perorangan
Kelompok
Setiap hari kerja, jam 08.00-14.00 di UPK setempat
1x/bulan,di UPK/pos-pos unit PKM7.Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan
Pelaporan
Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 di UPK Rengasdengklok
Menggunakan formulir TB yang ada di UPK
1x/bulan,ke UPK yang lebih tinggi stratanya
Pengorganisasian Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dalam menjalankan program P2TB, hanya ada pembagian tugas: Kepala Puskesmas : Dr.Hj.Hidayati Ka Subag TU : H.Deden Kusnadi Koordinator Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan : Iwan Syarif Hidayat, AM.K
Pelaksanaan1. Penemuan tersangka penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas
Rengasdengklok, jam 08.00-14.002. Penentuan diagnosis penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas
Rengasdengklok, jam 08.00-14.003. Pengobatan penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas
Rengasdengklok, jam 08.00-14.004. Pengendalian pengobatan dibawah
pengawasan PMO Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas Rengasdengklok, jam 08.00-14.00
5. Follow up penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas Rengasdengklok, jam 08.00-14.00
6. Kunjungan rumah kepada penderita TB yang drop out
Dilakukan
7. Penyuluhan TBC Penyuluhan perorangan
Penyuluhan kelompok
Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas Rengasdengklok, jam 08.00-14.00Tidak dilakukan
8. Pencatatan dan pelaporan Laporan bulanan Laporan triwulan Rapat kerja bulanan
KELUARAN
1. Penemuan penderita TB 6,7,8
12
Proporsi TB BTA positif diantara suspek
Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya di Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 sampai
dengan Agustus 2011. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai
diagnosis pasien, serta kepekaan menentukan kriteria suspek.
= Jumlah pasien BTA positif yang ditemukan x 100%
Jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa
= (18 + 19 + 13 + 21) x 100% = 8,93%
(193 + 181 + 207 + 214)
Angka ini sekitar 6-15%. Bila < 5% kemungkinan disebabkan :
- Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi
kriteria suspek, atau
- Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu)
Bila angka ini > 15% kemungkinan disebabkan :
- Penjaringan terlalu ketat atau
- Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu)
2. Penentuan diagnosis TB 6,7,8
Proporsi penderita TBC paru BTA (+) diantara semua penderita TBC tercatat di
Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.
Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien Tuberkulosis menular diantara
seluruh pasien Tuberkulosis paru yang diobati.
= ∑ penderita TB paru BTA positif (baru + kambuh) x 100 %
∑ penderita TB paru BTA (+) (baru+kambuh)+penderita TB BTA(-)
= 71 x 100 % = 89,87 %
79
Angka ini sebaiknya kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu berarti
mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien
yang menular (pasien BTA positif)
Case Detection Rate (CDR)
13
Adalah prosentase jumlah penderita baru BTA positif yang ditemukan dibanding
jumlah penderita baru BTA positif yang diperkirakan ada di Puskesmas
Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011. Indikator ini
menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.
Perkiraan jumlah tersangka TB paru BTA positif di Indonesia adalah sebesar
130/100.000 penduduk.
= ∑ penderita baru BTA positif yang dilaporkan dlm TB.07 x 100 %
perkiraan Σ penderita baru BTA positif
= (18 + 19 + 13 + 21) x 100 % = 71,77 %
130/100.000 x 76.096
Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal
70%. Namun target yang ditetapkan Dinkes Karawang Barat sebesar 80%.
3. Pengobatan penderita TB 6,7,8
Angka kesembuhan (Cure Rate)
Adalah angka yang menunjukkan prosentase penderita TBC BTA positif yang sembuh
setelah selesai masa pengobatan, diantara penderita TBC BTA positif yang tercatat di
Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.
= ∑penderita baru TB paru BTA(+) yang sembuh x 100%
∑ penderita baru TB paru BTA (+) yang diobati
= 23 x 100 % = 100 %
23
Angka minimal yang harus dicapai menurut Program Penanggulangan Tuberkulosis
Nasional adalah 80%. Namun target yang ditetapkan Dinkes Karawang Barat sebesar
85%
Prosentase penderita mendapat pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas
Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.
= ∑ penderita TB paru yang diobati x 100 %
∑ seluruh penderita TB paru
= 63 x 100 % = 100 %
63
Angka yang harus dicapai adalah 100%.
4. Follow up penderita TB 6,7,8
14
Angka konversi (Conversion Rate)
Adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan
menjadi BTA negative setelah menjalani pengobatan intensif di Puskesmas
Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011. Indikator ini
berguna untuk mengetahui apakah pengawasan langsung minum obat dilakukan dengan
benar.
= ∑ penderita baru TB paru BTA (+) yang konversi x 100 %
∑ penderita baru TB paru BTA (+) yang diobati
= 52 x 100 % = 100 %
52
Angka minimal yang harus dicapai 80%.
5. Pengendalian pengobatan dibawah pengawasan PMO 6,7,8
Prosentase penderita yang diobati diawasi oleh PMO di Puskesmas Rengasdengklok
Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.
= ∑ seluruh penderita TB paru yang diawasi PMO x 100 %
∑ seluruh penderita TB paru yang diobati
= 63 x 100 % = 100 %
63
Angka yang harus dicapai 100%.
Prosentase drop out (DO)
= ∑ penderita DO x 100 %
∑ seluruh penderita TB paru yang diobati
= 0 x 100 % = 0 %
63
Angka yang harus dicapai adalah < 5%.
6. Penyuluhan 6,7,8
Penyuluhan perorangan = 100%.
Penyuluhan kelompok = 0 %.
7. Pencatatan dan pelaporan 6,7,8
100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.
100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.
(Data yang dipakai dalam penghitungan Keluaran terdapat pada Lampiran IV)
LINGKUNGAN
15
1. Fisik
Lokasi : relatif dapat dijangkau oleh pasien
Transportasi : alat transportasi yang ada hanya becak dan ojek, tidak ada
angkutan umum yang langsung lewat di depan puskesmas
Fasilitas kesehatan lain : ada dan dapat dijalin kerja sama yang baik
2. Non fisik
Pendidikan : Mayoritas berpendidikan rendah sebesar 68,55%
(menjadi faktor penghambat)
Sosial Ekonomi : Mayoritas bekerja sebagai pedagang sebesar 72,39%
UMPAN BALIK
a. Pencatatan kegiatan program : setiap hari kerja (Pkl. 08.00 – 14.00)
b. Pelaporan kegiatan program : 12x / tahun
c. Rapat kerja bulanan kegiatan program : 12x / tahun
DAMPAK
1. Langsung :
Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas TB paru : belum dapat dinilai.
Terputusnya rantai penularan penyakit TBC : belum dapat dinilai
2. Tidak langsung :
TB paru tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat : belum dapat dinilai.
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal : belum dapat dinilai.
BAB V16
Pembahasan
Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
(%)
I.KELUARAN1.Case Detection Rate
(CDR)
2. Penyuluhan kelompok
80%
100%
71,77%
0%
(+)(8,23%)
(+)100%
II. MASUKAN1. Tenaga : Kader2. Sarana medis :
termometer3. Sarana non-medis :
Tempat tidur periksa pasien
5 orang / RW
1 buah
1 buah
3 orang / 6 desa
Tidak ada
Tidak ada
(+)
(+)
(+)
III. PROSES1. Pengorganisasian
2. Pelaksanaan : penyuluhan kelompok
Terdapat struktur organisasi tertulis untuk program P2TB
12x/tahun
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dalam menjalankan program P2TB, hanya ada pembagian tugas; penanggungjawab dan koordinator P2M adalah orang yang sama
Tidak dilakukan
(+)
(+)
IV. LINGKUNGAN1. Pendidikan (non-fisik) Tidak menjadi faktor
penghambatMayoritas berpendidikan rendah sebesar 68,55 %
(menjadi faktor penghambat)
(+)
Tabel 2. Variabel, Tolok Ukur, Pencapaian, Masalah
Variabel selain tertera diatas tidak memiliki masalah berdasarkan tolok ukur keberhasilan
BAB VI
17
Perumusan Masalah
6.1. Masalah menurut keluaran (masalah sebenarnya) :
A. Case Detection Rate baru mencapai 71,77% , masih kurang dari target yang ditetapkan
yaitu sebesar 80%. Besar masalah didapat sebesar 8,23%.
B. Penyuluhan kelompok 0% dari target 100%. Besarnya masalah 100%.
6.2. Masalah menurut sistem lainnya (penyebab) :
a. Dari masukan:
Kurangnya tenaga kader untuk mendeteksi penderita TBC di wilayah kerja
Puskesmas.
Terdapat sarana medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu
thermometer.
Terdapat sarana non-medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu
tempat tidur untuk memeriksa pasien.
b. Dari proses:
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis program P2TB. Penanggung jawab dan
koordinator program dipegang oleh satu orang dengan jabatan yang rangkap.
Penyuluhan kelompok sudah direncanakan pada namun belum dilaksanakan
dengan baik.
c. Dari lingkungan:
Nonfisik : Mayoritas penduduk di kecamatan rengasdengklok berpendidikan
rendah
BAB VII
18
Penyelesaian Masalah
Oleh karena dua masalah yang ditemukan, maka prioritas masalah tidak ditentukan.
Masalah :
1. Case Detection Rate baru mencapai 71,77% , masih kurang dari target yang ditetapkan
yaitu sebesar 80%. Besar masalah didapat sebesar 8,23%
Penyebab :
Kurangnya tenaga kader untuk mendeteksi penderita TBC di wilayah kerja
Puskesmas.
Terdapat sarana medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu
thermometer.
Terdapat sarana non-medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu tempat
tidur untuk memeriksa pasien.
Mayoritas penduduk di kecamatan rengasdengklok berpendidikan rendah
Penyelesaian :
Melakukan pembinaan kader dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat
untuk dapat membantu dalam menjaring penderita tersangka TBC. Para kader dilatih
untuk meyakinkan tersangka TBC bahwa penyakitnya bisa disembuhkan dengan
berobat ke Puskesmas dan memberikan semangat kepada penderita TBC untuk
minum obat secara teratur. Juga perlu diadakan program pemberian penghargaan bagi
kader yang aktif sehingga mendorong minat dan semangat para kader untuk terus
memberikan yang terbaik.
Mengajukan permintaan penyediaan sarana : thermometer dan tempat tidur untuk
memeriksa pasien.
2. Penyuluhan kelompok tentang TBC 0% dari target 100%. Besarnya masalah 100%.
Penyebab masalah :
Penanggung jawab dan koordinator program dipegang oleh satu orang dengan
jabatan yang rangkap.
Kurangnya tenaga kesehatan dari Puskesmas yang siap memberikan penyuluhan
kelompok.
Penyelesaian masalah :19
1. Membuat perencanaan yang pasti untuk mengadakan penyuluhan kelompok sesuai
dengan tolok ukur yaitu 1x/bulan.
2. Menambah tenaga kesehatan di Puskesmas yang siap memberikan penyuluhan
tentang TBC.
BAB VIII20
Kesimpulan dan Saran
8.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program TBC yang dilakukan dengan cara pendekatan sistem
di Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang periode September
2010 sampai dengan Agustus 2011 dapat disimpulkan bahwa program ini belum
berhasil dengan baik, karena :
1. Case Detection Rate baru mencapai 71,77% , masih kurang dari target yang
ditetapkan yaitu sebesar 80%.
2. Penyuluhan kelompok tentang TBC 0% dari target 100%. Besarnya masalah
100%.
Masalah tersebut diatas disebabkan :
Kurangnya tenaga kader untuk mendeteksi penderita TBC di wilayah kerja
Puskesmas.
Terdapat sarana medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu
thermometer.
Terdapat sarana non-medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu
tempat tidur untuk memeriksa pasien.
Mayoritas penduduk di kecamatan rengasdengklok berpendidikan rendah
Penanggung jawab dan koordinator program dipegang oleh satu orang dengan
jabatan yang rangkap.
Kurangnya tenaga kesehatan dari Puskesmas yang siap memberikan
penyuluhan kelompok.
8.2. Saran
Agar Program TBC di Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok di periode yang
akan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, dan untuk memperbaiki masalah
yang ada serta agar masalah tersebut tidak terulang kembali, yaitu dengan cara :
Melakukan pembinaan kader dalam rangka meningkatkan peran serta
masyarakat untuk dapat membantu dalam menjaring penderita tersangka TBC.
Mengajukan permintaan penyediaan sarana baik medis maupun non-medis
yang belum lengkap.
21
Membuat perencanaan yang pasti untuk mengadakan penyuluhan kelompok
sesuai dengan tolok ukur yaitu 1x/bulan.
Menambah tenaga kesehatan di Puskesmas yang siap memberikan penyuluhan
tentang TBC.
Melalui penyelesaian masalah tersebut diatas, diharapkan dapat memberikan
dampak yang positif dimana keberhasilan program TBC akan semakin meningkat
sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita TBC serta
memutuskan rantai penularan sehingga TBC tidak lagi menjadi masalah kesehatan di
Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
22
1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI. Info Penyakit : Simposium TB Update 2011. Diunduh dari :
http://www.penyakitmenular.info. 2011.
2. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
TBC Masalah Kesehatan Dunia. Diunduh dari : http://www.bppsdmk.depkes.go.id. 2011.
3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI. Info Penyakit : Pengendalian TB di Indonesia mendekati MDG. Diunduh
dari : http://www.penyakitmenular.info. 2011.
4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI. Info Penyakit : RI Peringkat 5 Dunia Penderita TB Terbanyak. Diunduh
dari : http://www.penyakitmenular.info. 2011.
5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI. Info Penyakit : Peranan Penting Rumah Sakit dalam Penanggulangan TB.
Diunduh dari : http://www.penyakitmenular.info. 2011.
6. Badan Pusat Statistik : Indikator-Indikator. Diunduh dari :
http://mdgs-dev.bps.go.id/main.php?link=ingoal8.
7. Surveilans TB Paru. Diunduh dari : www.undip.ac.id/files/2009/10/surveilans-
tb_paru.pdf
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. 2007.
23