bab i1 hemofilia (1)
DESCRIPTION
hemofiliaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemofilia telah ditemukan sejak lama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan
para rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-
laki tidak harus dikhitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat
dikhitan. Selain itu, seorang dokter asal Arab, Albucasis, yang hidup pada abad
ke-12 menulis tentang sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal
setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil.
Pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal Philadelphia
menulis sebuah laporan mengenai perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga
tertentu saja. Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya pada
pria.
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh
Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica,
istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun
1928.
Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab timbulnya
hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari penderita
hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari
Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan
darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam
darah.
1
Biologi molekuler adalah bidang ilmu yang mempelajari organisme pada
tingkat molekul. Paradigma yang dianut dalam biologi molekuler adalah bahwa
setiap organisme terdiri dari sel, dan sel terdiri dari sejumlah besar molekul,
sehingga baik struktur maupun fungsinya yang ditunjukkan oleh suatu
organisme, termasuk fungsi-fungsi yang menunjukkan bahwa organisme
ditentukan oleh molekul-molekul tersebut. Oleh karena itu, dewasa ini para
dokter dituntut untuk dapat mendalami suatu penyakit sampai pada tingkat
molekuler. Dengan menganut biologi molekuler, kita dapat mengetahui
penyakit yang pada dasarnya terjadi karena adanya perubahan dalam molekul-
molekul yang terdapat dalam tubuh kita. Begitu pula dalam kasus hemofilia.
Walaupun Hemofilia telah dikenal lama di ilmu dunia kedokteran, namun
baru pada tahun 1965, diagnosis melalui laboratorium baru diperkenalkan oleh
Kho Lien Kheng. Diagnosis laboratorium yang diperkenalkannya menggunakan
Thromboplastin Generation Test (TGT), selain pemeriksaan waktu perdarahan
dan masa waktu pembekuan darah. Pada saat itu pemberian darah lengkap segar
merupakan satu-satunya cara pengobatan yang tersedia di rumah sakit. Produksi
Cryopresipitate yang dipakai sebagai terapi utama hemofilia
diJakartadiperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun 1975.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Apakah definisi hemofilia?
2. Bagaimanakah etiologi hemofilia?
3. Apasajakahmanifestasi klinis hemofilia?
4. Bagaimanakah patofisiologi hemofilia?
5. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang hemofilia?
6. Bagaimanakah penatalaksaan dan pencegahan hemofilia?
7. Bagaimanakah pengkajian pada pasien hemophilia?
2
8. Apasajakah diagnosa keperawatan pada pasien hemophilia?
9. Apasajakah intervensi pada pasien hemophilia?
10. Bagaimanakah implementasi pada pasien hemophilia?
11. Bagaimanakah evaluasi pada pasien hemophilia?
12. Bagaimanakah contoh asuhan keperawatan pada pasien hemophilia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan
keperawatan padapasien hemophilia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasisiwa memahami tentang definisi hemofilia.
b. Mahasiswa memahami tentang etiologi hemofilia.
c. Mahasiswa memahami tentangmanifestasi klinis hemofilia.
d. Mahasiswa memahami tentang patofisiologi hemofilia.
e. Mahasiswa memahami tentang pemeriksaan penunjang hemofilia.
f. Mahasiswa memahami tentang penatalaksaan dan pencegahan
hemofilia.
g. Mahasiswa memahami tentang pengkajian pada pasien hemophilia.
h. Mahasiswa memahami tentang diagnosa keperawatan pada pasien
hemophilia.
i. Mahasiswa memahami tentangintervensi pada pasien hemophilia.
j. Mahasiswa memahami tentangimplementasi pada pasien hemophilia.
k. Mahasiswa memahami tentangevaluasi pada pasien hemophilia.
l. Mahasiswa memahami tentangcontoh asuhan keperawatan pada pasien
hemophilia.
3
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR HEMOFILIA
2.1.1 Definisi
Hemofilia adalah kelompok gangguan perdarahan yang diturunkan dengan
karakteristik defisiensi faktor pembekuan darah. Dengan kata lain, Hemofilia
adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh) atau
dari pihak ibu. Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan
secara six-linked recessive yaitu :
1. Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defisiensi atau disfungsi faktor
pembekuan VIII (F VIIIc)
2. Hemofilia B (penyakit Christmas) akibat defisiensi atau disfungsi
faktor F IX (factor Christmas)
Bentuk klasik paling banyak ditemukan. Sedangkan hemofilia C
merupakan penyakit perdarahan akibat kekurangan factor XI yang diturunkan
secara autosomal recessive pada kromosom 4q32q35. Hemofilia
diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, atau berat, bergantung pada tingkat
faktor yang dihasilkan tubuh.
Faktor VIII dan IX adalah protein plasma yang merupakan komponen
yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan
untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemophilia
berat terjadi jika konsentrasi faktor VIII dan IX plasma kurang dari 1%.
Hemophilia sedang terjadi bila konsentrasi plasma antara 1% sampai 5%, dan
hemophilia ringan terjadi bila konsentrasi plasma antara 5% sampai 25% dari
kadar normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan hebatnya
5
defisiensi faktor VIII dan IX. Hemophilia berat ditandai perdarahan kambuhan,
timbul spontan atau setelah trauma yang relative ringan. Tempat perdarahan
paling umum adalah di dalam persendian lutut , siku, pergelangan kaki bahu,
dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena adalah fleksor lengan bawah,
dan gastroknemius. Karena kemajuan dalam bidang pengobatan, hamper semua
pasien hemophilia diperkirakan dapat hidup normal.
2.1.2 Etiologi
1. Hemofilia adalah gangguan resesif terkait gen-X, yang diturunkan
oleh perempuan dan ditemukan secara dominan pada laki-laki.
2. Hemofilia juga dapat disebabkan oleh mutasi gen.
3. Faktor congenital
Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis
faktor pembekuan darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul
kebiruan pada kulit atau perdarahan spontan atau perdarahan yang
berlebihan setelah suatu trauma.
Pengobatan : dengan memberikan plasma normal atau konsetrat faktor
yang kurang atau bila perlu diberikan transfusi darah.
4. Faktor didapat.
Biasanya disebabkan oleh defisiensi faktor II ( protombin ) yang
terdapat pada keadaan berikut :
Neonatus, karena fungsi hati belum sempurna sehingga pembekuan
faktor darah khususnya faktor II mengalami gangguan.
Pengobatan : umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan atau dapat
diberikan.
Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik. Mutasi gen yang melibatkan
kode untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala
perdarahan timbul karena pembekuan darah terganggu.
6
Proses pembekuan darah melibatkan serangkaian mekanisme yang
kompleks, biasanya melibatkan 13 protein yang berbeda disebut I dengan XIII
dan ditulis dengan angka Romawi. Jika lapisan pembuluh darah menjadi rusak,
trombosit direkrut ke daerah luka untuk membentuk plug awal. Bahan kimia ini
rilis diaktifkan platelet yang memulai kaskade pembekuan darah, mengaktifkan
serangkaian 13 protein yang dikenal sebagai faktor pembekuan. Pada akhirnya,
terbentuk fibrin, protein yang crosslinks dengan dirinya sendiri untuk
membentuk sebuah mesh yang membentuk bekuan darah terakhir.
Hemofilia A disebabkan oleh gen yang defek yang terdapat pada
kromosom X. Hemofilia B (juga disebut Penyakit Natal ) hasil dari kekurangan
faktor IX karena mutasi pada gen yang sesuai. Hemofilia C adalah hemofilia
yang disebabkan karena kekurangan faktor XI diwariskan sebagai penyakit
resesif autosom tidak lengkap yang mengenai pria dan wanita. Kondisi ini lebih
jarang daripada hemofilia A dan B dan biasanya menyebabkan gejala ringan.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Masa Bayi (untuk Didiagnosis)
1. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
2. Ekimosis subkutan di atas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4
bulan)
3. Hematoma besar setelah infeksi
4. Perdarahan dari mukosa oral
5. Perdarahan jaringan lunak
Episode Perdarahan (selama Rentang Hidup)
1 Gejala awal – nyeri
2 Setelah nyeri-bengkak , hangat dan penurunan mobilitas
7
3 Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-
biruan (pendarahan dibawah kulit)
4 Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat
berhenti.
5 Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku
tangan maupun lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang
hebat.
6 Perdarahan di kepala. Tanda-tandanya: sakit kepala hebat, muntah
berulang kali, mengantuk terus, bingung, tak dapat mengenali orang
atau benda di sekitarnya, penglihatannya kabur atau ganda, keluar
cairan dari hidung atau telinga, terasa lemah pada tangan, kaki, dan
wajah.
7 Perdarahan di tenggorokan. Tanda-tanda: sulit bernapas atau menelan,
bengkak.
8 Perdarahan di perut. Tanda-tanda: muntah darah, terdapat darah pada
feses, sakit perut tak kunjung sembuh, penderita tampak pucat dan
lemah.
9 Perdarahan di paha. Tanda-tanda: nyeri di daerah paha atau agak ke
bawahnya, mati rasa di daerah paha atau tidak mampu mengangkat
kaki.
Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan segera
melakukan tes darah untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya.
Pengobatan penderita hemofilia berupa Recombinant Factor VIII (Hemofilia
A)yang diberikan kepada pasien hemofili berupa suntikan maupun tranfusi.
Hemofilia adalah penyakit yang tidak populer dan tidak mudah
didiagnosis. Karena itulah para penderita hemofilia diharapkan mengenakan
gelang atau kalung penanda hemofilia dan selalu membawa keterangan medis
dirinya. Hal ini terkait dengan penanganan medis, jika penderita hemofilia
8
terpaksa harus menjalani perawatan di rumah sakit atau mengalami kecelakaan.
Yang paling penting, penderita hemofilia tidak boleh mendapat suntikan
kedalam otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan.
2.1.4 Patofisiologi
Penyakit Hemofilia merupakan penyakit yang bersifat herediter.Pada
penyakit ini terjadi gangguan pada gen yang mengeksplesikanfactor pembekuan
darah,sehingga bila terjadi luka,luka tersebut sukar menutup.
Pada orang normal, proses pembekuan darah dapat melalui 4 cara yaitu:
1. Spasme pembuluh darah
2. Pembentukan sumbat dari trombosit atau pratelet
3. Pembekuan darah
4. Terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk
menutup lubang pada pembuluh darah secara permanen.
Hemofilia merupakan penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen
resesif x-linked dari pihak ibu. Faktor VIII (Hemofilia A) dan faktor IX
(Hemofilia B) adalah protein plasma yang merupakan komponen yang
diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk
pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cidera.
Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX
plasma kurang dari 1 %. Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma 1 % - 5 %.
Hemofilia ringan apabila konsentrasi plasma 5 % - 25 % dari kadar normal.
Manifestasi klinis yang muncul tergantung pada umur anak dan deficiensi
faktor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai dengan perdarahan kambuhan,
timbul spontan atau setelah trauma yang relatif ringan.Tempat perdarahan yang
paling umum di dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan
9
pangkal paha. Otot yang tersering terkena adalah flexar lengan bawah, gastrak
nemius, & iliopsoas.
1. Pada hemofilia A, terdapat defisiensi atau defek pada faktor VIII
(faktor antihemofilik [AHF, antihemophilic faktor]), yang penting
untuk pembentukan tromboplastin.
2. Pada hemofilia B, terdapat defek atau defisiensi fsktor IX.
3. Malfungsi faktor pembekuan menyebabkan perdarahan abnormal
akibat ketidakmampuan membentuk bekuan fibrin.
10
(PATHWAY)
11
Kerusakan darah atau berkontrak dengan kolagen
XII
HMW Kinogen, prekalikren
XI
Hemofilia
Tanpa IX IX tidak teraktivasi
Tanpa VIII
Ca++
Trombin tidak terbentukFasfolipid Trombosit
perdarahan
Jaringan dan sendi
XII teraktivasi
XI teraktivasi
Sintesa energi terganggu
Mobilitas terganggu
Risiko cedera
Nyeri
Resiko Syok
Ketidakmampuan Koping Keluarga
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. Uji Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)
a. Jumlah trombosit (normal).
b. Masa protrombin (normal).
c. Masa trompoplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan
faktor koagulasi intrinsik).
d. Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan
trombosit dalam kapiler).
e. Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan
diagnostik).
f. Masa pembekuan trompin.
2. Biapsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan
untuk pemeriksaan patologi dan kultur
3. Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin)
2.1.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan Hemofilia menganjurkan pemberian infus profilaktik yang
dimulai pada usia 1 hingga 2 tahun. Pada anak-anak yang mengalami
defisiensi berat untuk mencegah penyakit sendi kronis.
b. Pemberian DDAVP ( 1-deamino 8-D- arginin vasopressin) secara
intravena (IV) dapat memproduksi peningkatan tingkat aktivitas faktor
VIII tiga sampai enam kali lipat
c. Asam amino Karpuoat. Obat ini dapat memperlambat bekuan darah
yang sedang terbentuk dan dapat digunakan setelah pembedahan mulut
pasien dewasa hemophilia.
12
2. Penatalaksanaa Keperawatan
a. Sekarang sudah tersedia konsentrasi di semua bagian darah, Kosentrat
diberikan apabila pasien mengalami perdarahan aktif atau sebagai
upaya pencegahan sebelum pembuatan gigi/ pembedahan pasien. Dan
kekurangan harus diajarkan bagaimana memberikan konsentrat di
rumah, setiap kali ada tanda perdarahan.
b. Tatalaksana umum yang perlu dihindari adalah trauma, Keluarga dapat
mengawasi anak dengan ketat saat belajar berjalan, saat anak semakin
besar, perkenalan dengan aktivitas fisik yang tidak beresiko, trauma
c. Kebersihan mulut sangat penting sebagai upaya pencegahan karena
pencabutan gigi akan sangat membahayakan
d. Bidai dan alat ortopedi lamanya sangat berguna bagi pasien yang
mengalami perdarahan otot dan sendi.
Penatalaksanaan bagi penderita hemofilia meliputi berbagai macam
hal,hal yang harus dihindari misalnya:aspirin,obat anti radang nonsteroid,obat
pengencer darah,asetaminophen.Pemberian tranfusi rutin berupa kriopresipitat-
AHF(anti hemofili factor) untuk hemofilia A dan plasma beku segaruntuk
penderita hemofilia B. Selain itu yang harus diperhatikan adalah menjaga bobot
tubuh tetap sehat ,mencegah olahraga seperti sepak bola,bela diri, tinju, gulat,
balap motor dan basket.
Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun
transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa
pengobatan yang baik, hanya sedikit penderita yang mampu bertahan hingga
usia dewasa. Karena itulah kebanyakan penderita hemofilia meninggal dunia
pada usia kanak-kanak atau balita.
Hindari Gerakan Penuh Benturan. Meski sebaiknya tidak mengalami luka
berdarah, bukan berarti anak hemofilia harus berdiam diri. Banyak hal bisa
13
mereka lakukan. Yang penting, mereka juga menjaga diri, antara lain dengan
kiat-kiat berikut:
1. Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang
2. Rutin berolahraga, tapi pilih yang bermanfaat untuk menguatkan otot dan
melindungi persendian. Anak Anda boleh berenang, jalan kaki, atau
bersepeda santai. Jangan memilihkan olahraga keras dan penuh benturan
3. Sikat gigi dengan sikat yang lembut, setiap kali usai makan
4. Periksakan gigi dan gusi tiap 6 bulan atau setahun sekali ke dokter
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HEMOFILIA
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien, meliputi : nama, umur (, jenis kelamin (biasanya pada anak
laki-laki dan wanita sebagai carier), agama, suku/bangsa, alamat, tgl. MRS,
dan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Tanyakan keluhan pasien masuk rumah sakit. Nyeri pada sendi,
adanya oedem pada sendi, sendi terasa hangat, akibat perdarahan
jaringan lunak dan hemoragi pada sendi.
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Kaji anak terhadap perilaku verbal dan non verbal yang
mengindikasi nyeri.
2) Kaji tempat terkait untuk menilai luasnya perdarahan dan luasnya
kerusakan sensoris, saraf, dan motoris
3) Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan
c. Riwayat penyakit dahulu
14
Tanyakan apakah klien pernah mengalami perdarahan yang tidak
henti-hentinya serta apakah klien mempunyai penyakit menular atau
menurun seperti, hipertensi, TBC.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada kerabat yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien. Biasanya Keluarga klien ada yang menderita
hemofili pada laki-laki atau carrier pada wanita.
e. Activity Daily Life (ADL)
1) Pola Nutrisi : Anoreksia
2) Pola Eliminasi : Hematuria, feses hitam
3) Pola personal hygiene : Kurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan dini.
4) Pola aktivitas : Kelemahan dan adanya pengawasan ketat
dalam beraktivitas
5) Pola istirahat tidur : Kebutuhan untuk tidur terganggu karena nyeri.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
1) Suhu : normal (36,5oC – 37,5oC)
2) Nadi : takikardi (>110x/menit)
3) RR : normal/meningkat (>28x/menit)
4) TD : normal (120/80 mmHg)
d. Head to toe
1) Wajah : wajah mengekspresikan nyeri
2) Rambut : hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata
3) Mata : gangguan penglihatan, ketidaksamaan pupil
4) Mulut : mukosa mulut kering, perdarahan mukosa mulut
15
5) Hidung : epitaksis
6) Thorak/ dada :
a) Jantung
Inspeksi : adanya tarikan intercostanalis
Palpasi :adanya pembesaran jantung (kardiomegali)
Perkusi : suara jantung pekak paru sonor.
Auskultasi : tidak ada BJ tambahan.
b) Abdomen:
Inspeksi : adanya distensi abdomen
Palpasi : terdapat hepatomegali
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus meningkat
c) Anus dan genetalia : hematuria, eliminasi urin menurun,
feses berwarna hitam
d) Ekstremitas : hemartrosis memar khususnya pada
ekstremitas bawah
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan cairan b.d factor resiko kehilangan cairan melalui rute
abnormal (perdarahan)
2. Resiko cedera b.d perdarahan dan factor trauma
3. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
4. Hambatan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan jaringan
lain
5. Ketidakmampuan koping keluarga b.d anak menderita penyakit serius
6. Kelelahan berhubungan dengan anemia ditandai dengan lelah, kurang
energi atau tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik sesuai tingkat
biasanya, dan peningkatan kebutuhan istirahat
16
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
Resiko kekurangan cairan
b.d factor resiko
kehilangan cairan melalui
rute abnormal
(perdarahan)
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status :
Food and Fluid
Intake
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama….. defisit
volume cairan teratasi
dengan kriteria hasil:
Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan BB,
BJ urine normal,
Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
NIC :
Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor hasil lab yang
sesuai dengan retensi
cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin,
albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap
15menit – 1 jam
Kolaborasi pemberian
cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
(50 – 100cc/jam)
17
yang berlebihan
Orientasi terhadap
waktu dan tempat
baik
Jumlah dan irama
pernapasan dalam
batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
pH urin dalam batas
normal
Intake oral dan
intravena adekuat
Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
Resiko cedera b.d
perdarahan dan factor
trauma
NOC :
Risk Kontrol
Immune status
Safety Behavior
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama…. Klien tidak
mengalami injury dengan
kriterian hasil:
Klien terbebas dari
NIC : Environment
Management (Manajemen
lingkungan)
Sediakan lingkungan
yang aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien
dan riwayat penyakit
18
cedera
Klien mampu
menjelaskan
cara/metode
untukmencegah
injury/cedera
Klien mampu
menjelaskan factor
risiko dari
lingkungan/perilaku
personal
Mampu
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegah injury
Menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
terdahulu pasien
Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan)
Memasang side rail
tempat tidur
Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan
yang cukup
Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
19
penyakit.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut b.d
perdarahan
dalam jaringan
dan sendi
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama ….
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
20
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
intervensi
Dorong penggunaan
keterampilan manajemen
nyeri (misalnya: teknik
relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi),
tertawa, musik, dan
sentuhan terapeutik.
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Diagnosa
Keperawatan/
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
21
Masalah KolaborasiGangguan mobilitas
fisik b.d efek
perdarahan pada
sendi dan jaringan
lain
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama….gangguan mobilitas
fisik teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan
alat Bantu untuk mobilisasi
(walker)
NIC :
Exercise therapy :
ambulation
Monitoring vital sign
sebelm/sesudah
latihan dan lihat
respon pasien saat
latihan
Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
22
sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakmampuan
koping keluarga b.d
anak menderita
penyakit serius
NOC
a. Family Coping, Disable
b. Parenting, Impaired
c. Therapeutic Regimen
Management, Ineffective
d. Violence : Other Directed,
Risk for
Kriteria hasil :
a. Hubungan pemberi Asuhan
pasien : interaksi dan
NIC
Coping Enhanchement
a. Bantu keluarga dalam
mengenal masalah
(misalnya
penatalaksanaan
konflik kekerasan,
kekerasan seksual)
b. Dorong partisipasi
keluarga dalam semua
23
hubungan yang positif
antara pemberi dan
penerima asuhan
b. Performa pemberi asuhan
perawatan
langsung :penyediaan
perawatan kesehatan dan
perawatan personal yang
tepat kepada anggota
keluarga oleh pemberi
perawatan keluarga
c. Kesejahteraan pemberi
asuhan : derajat persepsi
positif mengenai status
kesehatan dan kondisi
kehidupan pemberi
perawatan primer
d. Potensial ketahanan
Pemberi Asuhan : faktor
yang meningkatkan
kontinuitas perawatan oleh
pemberi perawatan
keluaarga dalam periode
waktu yang lama
e. Koping keluarga : tindakan
keluarga untuk mengelola
stressor yang membebani
sumber-sumber keluarga
f. Normalisasi keluarga :
pertemuan kelompok
c. Dorong keluarga
untuk memperlihatkan
kekhawatiran dan
untuk membantu
merencanakan
perawatan
pascahospitalisas
d. Bantu memotivasi
keluarga untuk
berubah membantu
pasien beradaptasi
dengan persepsi
stressor,perubahan,
atau ancaman yang
mengganggu
pemenuhan tuntutan
dan peran hidup
e. Dukungan emosi :
memberikan
penenangan,
penerimaan, dan
dorongan selama
periode stress
b. Memfasilitasi
partisipasi keluarga
dalam perawatan
emosi dan fisik pasien
c. Dukungan keluarga :
24
kapasitas system keluarga
dalam mempertahankan
rutinitas dan
mengembangkan strategi
untuk mengoptimalkan
fungsi jika ada anggota
keluarga yang sakit kronis
atau mengalami
ketunandayaan
g. Mampu mengatasi masalah
keluarga
h. Mencari bantuan keluarga
jika perlu
i. Mencapai stabilitas
finansial untuk memenuhi
kebutuhan anggota
keluarga
j. Mampu menyelesaikan
konflik tanpa kekerasan
k. Memperlihatkan
fleksibilitas peran
l. Mengungkapkan
peningkatan kemampuan
untuk melakukan koping
terhadap perubahan dalam
struktur dan dinamika
keluarga
m. Mengungkapkan perasaan
yang tidak terselesaikan
meningkatkan nilai,
minat dan tujuan
keluarga
d. Panduan Sistem
Kesehatan :
memfasilitasi lokal
pasien dan penggunaan
pelayanan kesehatan
yang sesuai
e. Mendorong pasien ikut
dalam aktivitas social
dan komunitas
f. Mendorong pasien
mencari dorongan
spiritual, jika
diperlukan
g. Bantu anggota
keluarga dalam
mengklarifikasi apa
yang mereka harapkan
dan butuhkan satu
sama lain
Caregiver Support
h. Menyediakan
informasi penting,
advokasi, dan
dukungan yang
dibutuhkan untuk
memfasilitasi
25
n. Identifikasi gaya koping
yang bertentangan
o. Partisipasi dalam
pengembangan dan
implementasi rencana
perawatan.
perawatan primer
pasien selain dari
professional kesehatan
Family Support
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
Kelelahan berhubungan
dengan anemia ditandai
dengan lelah, kurang
energi atau tidak mampu
mempertahankan aktivitas
fisik sesuai tingkat
biasanya, dan peningkatan
kebutuhan istirahat.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan kelelahan
pasien dapat diatasi,
dengan kriteria hasil:
NOC Label: Activity
Tolerance
Pasien tidak merasa
lelah
Pasien mampu
beraktivitas secara
normal seperti
biasanya
Kebutuhan istirahat
normal
NIC Label: Energy
Management
1. Kaji pola tidur dan catat
perubahan dalam prose
berpikir/perilaku.
2. Rencanakan perawatan
untuk menyediakan fase
istirahat. Atur aktivitas
pada waktu pasien sangat
berenergi. Ikutsertakan
pasien/orang terdekat
pada saat penyusunan
rencana.
3. Bantu memenuhi
26
kebutuhan perawatan
pribadi, pertahankan
tempat tidur dalam posisi
rendah dan tempat lalu
lalang bebas dari
perabotan; bantu dengan
ambulansi.
4. Pantau respon psikologis
terhadap aktivitas,
misalnya perubahan TD,
frekuensi pernapasan atau
jantung.
5. Dorong masukan nutrisi.
6. Kolaborasi pemberian O2
tambahan sesuai petunjuk.
Rujuk pada terapi
fisik/okupasi
2.2.4 Implementasi
Dalam pembuatan asuhan keperawatan, implementasi merujuk kepada
intervensi
2.2.5 Evaluasi
Dalam pebuatan asuhan keperawatan, evaluasi merujuk kepada intervensi
2.3 CONTOH KASUSASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HEMOFILIA
27
Asuhan Keperawatan pada Klien An. “R” dengan Hemofilia A di Ruang Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya
1. Pengkajian ( 20 Agustus 2006, pukul 08.00 WIB )
a. Biodata klien
Nama: An. “R”, umur: 12 th, jenis kelamin: Laki-laki, agama: Islam, suku/
bangsa: Jawa/ Indonesia, alamat: Desa Ganggang – Balopanggang -
Gresik, tanggal MRS: 18 Agustus 2006 pukul 12.30 WIB, ruang: Anak,
no. reg: 10630470, dx medis: Hemofilia A Pro Sirkumsisi
b. Biodata penanggung jawab
Nama: Ny. “S”,umur: 36 th, jenis kelamin: perempuan, pendidikan: SD
(tamat), pekerjaan: -, penghasilan: -, alamat: Desa Ganggang –
Balopanggang - Gresik, agama: Islam, suku/ bangsa: Jawa/ Indonesia,
hubungan dengan klien: Ibu kandung.
c. Keluhan utama
Nyeri.
d. Riwayat penyakit sekarang
Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari
yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri
bertambah bila dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu klien mengatakan klien sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit
saat berumur 5 tahun selama 13 hari karena penyakit yang sama. saat itu
klien habis cabut gigi, perdarahan terus-menerus tidak berhenti. klien di
diagnosa Hemofilia sejak umur 2 tahun.
f. Riwayat penyakit keluarga
Ibu klien mengatakan tidak tahu apakah bapaknya menderita hemofilia.
dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit menular
28
seperti TBC dan Hepatitis, penyakit menahun seperti Hipertensi dan
Diabetes.
g. Riwayat antenatal, natal, post natal
1) Riwayat antenatal
Selama hamil, ibu sehat,periksa ke bidan desa mendapat pil penambah
darah,ibu minum jamu.
2) Riwayat natal
Ibu klien mengatakan bahwa klien lahir spontan di tolong bidan,
langsung menangis, umur kehamilan 9 bulan, BB : 3900 gram, PB :
lupa.AS : 8-9.
3) Riwayat post natal
Ibu klien mengatakan tidak terjadi perdarahan berlebih, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi, tidak sesak dan tidak biru.
4) Riwayat tumbang
Sekarang An. “R” berumur 12 th tidak sekolah sejak umur 11,5
tahun(saat kelas V SD), sehari-harinya dia bermain dengan teman-
temannya di sekitar rumahnya.
5) Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi: BCG 1x, Polio
3x, DPT 3x, Campak 1x, TT 1x.
h. Riwayat psiko, sosial, spiritual
1) Psiko : klien mengatakan tidak takut kalau nanti dikhitan.
2) Sosial : selama masuk Rumah Sakit klien ditunggu ibunya.
3) Spiritual : klien berkeyakinan dan berdo’a bahwa penyakitnya bisa
disembuhkan.
i. ADL ( Activity daily life )
1) Pola nutrisi
Sebelum MRS :
29
Klien makan 3x sehari habis 1 piring sedang dengan komposisi nasi,
lauk, sayur, dan minum air putih + 8 gelas.
Selama MRS :
Klien makan 3x sehari diet nasi TKTP habis ¾ porsi dengan
komposisi nasi, lauk, sayur dan pepaya dan minum air putih
aqua + 1500 ml/hr minum susu 3x 200 cc /hr.
2) Pola aktivitas
Sebelum MRS : klien dirumah tinggal bersama ibunya kadang-kadang
bermain disekitar rumah dengan pengawasan.ibunya takut klien
terluka waktu bermain.
Selama MRS : klien istirahat di tempat tidur, kadang-kadang duduk,
turun dari tempat tidur hanya saat BAB/ BAK. jalan pincang.sebagian
kebutuhannya dibantuibunya
3) Pola istirahat tidur
Sebelum MRS : klien tidur pukul 21.00-05.00 dan tidur siang+ 2 jam
pukul 13.00-15.00.
Selama MRS : klien tidur pukul 22.00-05.00 dan tidur siang+ 1 jam
pukul 11.00-12.00.
4) Pola eliminasi
Sebelum MRS : klien BAK + 4x /hari, jernih, bau khas dan BAB 1x
sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning tengguli, bau khas.
Selama MRS : klien BAK + 4x /hari, + 1200 cc,warna kuning jernih,
bau khas dan BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, sedikit,
warna kuning tengguli, bau khas.
5) Pola personal hygiene
Sebelum MRS : klien dimandi 3x sehari menggunakan sabun mandi
dan sikat gigi, memekai shampoo 3 hari sekali, ganti baju 1x sehari
sore hari setelah mandi.
30
Selama sakit : klien mandi 2x sehari pagi dan sore, menggunakan
sabun mandi dan sikat gigi, ganti baju sore hari.
j. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan keadaan umum
Kesadaran: compos mentis, GCS: 4-5-6, TD : 110/60 mmHg, nadi: 96
x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu : 37 0C/ axila, BB sebelum sakit: 40 kg.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Rambut : hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata, tidak rontok.
b) Wajah : simetris, tidak ada finger print maupun kelainan kulit,
menyeringai menahan nyeri.
c) Mata : konjungtiva merah muda,sklera putih, terdapat gambaran
halus pembuluh darah.
d) Hidung : pernafasan spontan, tidak ada polip maupun sekret.
e) Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada carries.
f) Telinga : bersih tidak terdapat serumen.
g) Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid maupun
bendungan vena jugularis.
h) Thorax
I : tidak terdapat kelainan kulit, gerakan dada simetris, bentuk
dada bulat datar.tidak terdapat tarikan intra costae.
P : vokal fremitus sama kanan dan kiri.
P : suara jantung pekak, suara paru sonor.
A : suara nafas lapang paru vesikular, tidak terdengar suara nafas
tambahan, suara jantung lup dup S1 S2 tunggal.
i) Abdomen
I : tidak terdapat kelainan kulit, bulat datar.
A : peristaltik usus + 16 x/mnt.
31
P : hepar tidak teraba, tidak terdapat pembesaran Lien
P : suara abdomen timpani.
j) Ekstremitas
Atas: kanan: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem.
kiri : pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem,
terpasang fenflon
Bawah: kanan: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem,
Nyeri pada lutut, lutut tidak bis ditekuk sejak 2
tahun yang lalu
kiri : pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem
k) Genetalia
Tidak dikaji.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium (18 – 08 – 2006)
PT : 11,4 kontrol 11,9 14-18 detik (perbedaan kontrol=2 detik)
APTT: 31,3 kontrol 32,5 27-39 detik (perbedaan kontrol=2 detik)
b) Pemeriksaan laboratorium (21 – 08 – 2006)
DL: Hb : 14,4 g/dl
Hct : 37,1 %
Plt : 3,3 x 103 /µL
WBC : 5,9 x 103 /µL
RBC : 4,95 x 106 /µL
c) Pemeriksaan laboratorium (22 – 08 – 2006)
PT : 18,9 kontrol 18,5 14-18 detik (perbedaan kontrol=2 detik)
APTT: 32,7 kontrol 32,2 27-39 detik (perbedaan kontrol=2 detik)
· DL: Hb : 13,9 g/dl
Hct : 37,1 %
GDA : 100%
32
Eritrosit : 3.400/000
Leokosit : 8600
Glukosa acak : 72 mg/dl (<120 mg/dl)
Urea N : 8,2 mg/dl (10-20 mg/dl)
d) Pemeriksaan laboratorium (24 – 08 – 2006)
HB : 14,0 g/dl
Leokosit : 8600
k. Terapi (oloeh : dr. Luca.P tanggal: 20/08/2006)
1) KOATE 3 vial/ hari/ IV
2) Diet TKTP Nasi 3x sehari
Susu3x 200 cc
2. Analisa Data
Nama : An “R” No. Reg : 10630470
Umur : 12 th. Ruang : Anak
NO Tanda dan gejala Penyebab Masalah Ttd.
1 2 3 4 5
1. S : Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri bertambah bila dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat
O: - wajah menyeringai menahan nyeri
- jalan pincang
Reflek spasme otot sekunder kontraktur
Rasa nyaman
( nyeri )
33
3. Diagnosa Keperawatan
Nama : An “A” No. Reg :105180040Umur : 12 th. Ruang : Menular Anak
NO Dx KEPERAWATANTGL
DITEMUKAN
TGL
TERATASITTD
1. Nyeri b/d Reflek spasme otot sekunder kontraktur ditandai dengan:
Ds : Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri bertambah bila dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat
Do: - wajah menyeringai menahan nyeri
- jalan pincang
20-08-2006 21-08-06
4. Intervensi
Nama :An“A” No Reg : 105180040
Umur : 12 tahun Ruang : Menular Anak
34
35
NO TGL/JAM Dx. KEP. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. 20-09-05
07.30
Nyeri b/d inflamsi dari tulang vertebrae (Dx I)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang/ hilang dengan kriteria:
Klien mengungkapkan kembali penyebab nyeri dan cara mengatasinya.
Klien bersedia tidak menekan daerah yang nyeri.
Klien tidak menekan daerah yang nyeri.
Klien mengatakan benjolan di punggungnya tidak nyeri lagi.
RR: < 24 x/mnt
N : < 94 x/mnt
- Jelaskan pada klien penyebab nyeri dan cara mengatasi.
- Ajarkan teknik distraksi.
- Anjurkan anak untuk tidak menekan benjolan.
- Pantau TTV tiap 8 jam
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik bila perlu.
- Informasi yang adekuat meningkatkan kooperatif klien dan keluarga terhadap tindakan medis dan keperawatan.
- Mengurangi benjolan dapat menekan syaraf sehingga timbul nyeri.
- Penekanan benjolan dapat menekan syaraf sehingga timbul nyeri.
- Deteksi dini perkembangan keadaan umum klien
- Analgesik menekan syaraf nyeri.
2. 26-09-05
07.30
Konstipasi b/d penurunan peristaltik sekunder
(Dx II)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan konstipasi teratasi dengan kriteria:
Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab konstipasi dan cara mengatasi.
Klien bersedia minum air minimal 2 lt /hr
Klien minum air minimal 2 lt /hr.
Klien mengatakan sudah BAB
- Jelaskan pada klien penyebab konstipasi dan cara mengatasi.
- Anjurkan klien minum air minimal 2 lt /hr.
- Anjurkan klien tidak dalam posisi yang sama dalam waktu yang lama.
- Anjurkan klien banyak makan sayur dan buah.
- Pantau peristaltik
- Informasi adekuat meningkatkan kooperatif klien terhadap tindakan medis keperawatan.
- Cairan dapat melunakkan feces sehingga mudah dikeluarkan.
- Imobilisasi dapat menurunkan peristaltik.
- Sayur dan buah mengandung serat sehingga feces mudah dikeluarkan.
- Deteksi dini adanya penurunan peristaltik.
5. Implementasi
Nama : An “A” No. Reg : 105180040Umur : 12 th. Ruang : Menular AnakNo No Dx Jam / Tgl Implementasi TTD
36
1.
2.
Nyeri
(Dx I)
Konstipasi
(Dx II)
20-09-05
07.45
07.50
07.55
12.00
07.40
07.45
07.50
Menjelaskan pada klien bahwa nyeri terasa jika benjolan ditekan dan diatasi dengan menjaganya agar tidak terkena sentuhan.
- Anak mendengar dan mengangguk.
Mengajarkan klien untuk teknik distraksi.
- Anak banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game.
Menganjurkan anak untuk tidak menekan benjolan.
Anak mengatakan “ya” dan akan berusaha tidak menekannya.
Memantau TTV.
N : 100 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S : 365 0C/ axila
Menjelaskan pada anak penyebab konstipasi dan diatasi dengan banyak minum (minimal 2lt / hr)
Anak mengatakan bersedia minum minimal 2 lt /hr.
Menganjurkan anak banyak makan sayur dan buah.
- Sayur dan buah selalu dihabiskan.
Menganjurkan anak tidak dalam posisi yang sama dalam waktu lama.
- Anak mengatakan sering bergerak kadang miring/ duduk.
Memantau peristaltik usus
37
3. Resiko gangguan mobilitas fisik
(Dx III)
08.00
08.05
08.10
08.15
09.00
- Peristaltik usus + 10 x/mnt.
Menjelaskan pada klien terhadap penyebab gangguan mobilitas fisik dan cara mengatasi
Anak mendengar dan menganggukkan kepala
Menganjurkan anak untuk menjaga benjolan agar tidak terkena trauma.
Anak mengatakan nyaman dengan posisi terlentang dan kadang-kadang miring.
Menganjurkan anak tidur dalam posisi yang nyaman atau terserah pada anak asalkan anak tidak merasakan sakit pada benjolannya.
Terdapat benjolan dari VT12 - VL1.
Melaksanakan program terapi dengan pemberian:
Streptomycyin 500 mg IM
INH 250 mg po
VH B6 10 mg po
Rifampisin 250 mg po
PZA 500 mg po
Obat masuk dan tidak ada reaksi
6. Evaluasi
Nama : An “A” No. Reg : 105180040Umur : 12 th. Ruang : Menular Anak
38
No Dx Kep. Jam/Tgl Catatan Perkembangan Ttd 1
2
Nyeri
(Dx I)
Konstipasi
(Dx II)
21-09-05
07.00
27-09-05
08.00
S : Klien bersedia tidak menekan daerah yang nyeri.
O: Klien tidak menekan daerah yang nyeri.
Klien mengatakan benjolan di punggungnya tidak nyeri lagi.
Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab nyeri dan cara mengatasi.
RR : 90 x/mnt
Nadi : 100 x/mnt
A :Tujuan tercapai.
P :Hentikan intervensi.
S : Klien bersedia minum air minimal 2 lt/ hr.
- O : Klien minum air minimal 2 lt /hr.
Klien telah menghabiskan semua buah dan sayur yang diberikan.
Klien BAB 1x /hr lembek, berbentuk.
Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab konstipasi dan cara mengatasi.
Tidak teraba skubala.
Peristaltik usus + 10 x/mnt.
39
A :Tujuan tercapai.
P :Hentikan intervensi.
3 Resiko gangguan mobilitas fisik
(Dx III)
29-09-05
07.00
S : Klien bersedia melindungi benjolannya dari trauma.
O :Klien mengatakan melindungi benjolannya dari trauma.
Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab gangguan mobilitas fisik dan cara mengatasi.
Benjolan tidak membesar.
A :Tujuan tercapai, gangguan mobilitas fisik tidak terjadi.
P : Pertahankan intervensi sesuai advis dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
40
Hemofilia adalah kelompok gangguan perdarahan yang diturunkan dengan
karakteristik defisiensi faktor pembekuan darah. Dengan kata lain, Hemofilia
adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh) atau
dari pihak ibu. Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan
secara six-linked recessive yaitu :Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat
defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan VIII (F VIIIc). Hemofilia B
(penyakit Christmas) akibat defisiensi atau disfungsi faktor F IX (factor
Christmas)
Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik. Mutasi gen yang melibatkan
kode untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala
perdarahan timbul karena pembekuan darah terganggu. Jika lapisan pembuluh
darah menjadi rusak, trombosit direkrut ke daerah luka untuk membentuk plug
awal. Bahan kimia ini rilis diaktifkan platelet yang memulai kaskade
pembekuan darah, mengaktifkan serangkaian 13 protein yang dikenal sebagai
faktor pembekuan. Pada akhirnya, terbentuk fibrin, protein yang crosslinks
dengan dirinya sendiri untuk membentuk sebuah mesh yang membentuk bekuan
darah terakhir.
Manifestasi klinisnya, perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
Ekimosis subkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang (saat berumur 3 – 4
bulan).Hematoma besara setelah infeksi.Perdarahan dari mukosa
oral.Perdarahan jaringan lunak.Gejala awal, yaitu nyeri.Setelah nyeri, yaitu
bengkak, hangat dan penurunan mobilitas. Sekuela jangka panjang. Perdarahan
berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
Pemeriksaan penunjang untuk penderita hemophilia antara lain Uji
Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah). Biapsi hati (kadang-kadang)
digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin). Penatalaksanaan bagi
41
penderita hemofilia meliputi berbagai macam hal,hal yang harus dihindari
misalnya: aspirin,obat anti radang nonsteroid,obat pengencer
darah,asetaminophen.Pemberian tranfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF(anti
hemofili factor) untuk hemofilia A dan plasma beku segaruntuk penderita
hemofilia B. Selain itu yang harus diperhatikan adalah menjaga bobot tubuh
tetap sehat ,mencegah olahraga seperti sepak bola,bela diri, tinju, gulat, balap
motor dan basket.
Untuk askep pada pasien hemophilia pengkajian dapat dilakukan secara
anamnesa. Diagnosa yang sering muncul anatara lainresiko kekurangan cairan
b.d factor resiko kehilangan cairan melalui rute abnormal (perdarahan). Resiko
cedera b.d perdarahan dan factor trauma. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan
dan sendi. Hambatan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan
jaringan lain. Ketidakmampuan koping keluarga b.d anak menderita penyakit
serius. Kelelahan berhubungan dengan anemia ditandai dengan lelah, kurang
energi atau tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik sesuai tingkat
biasanya, dan peningkatan kebutuhan istirahat. Perencanaan, implementasi dan
evaluasi dapat disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang dirumuskan
pada bayi baru lahir.
3.2 Saran
Hendaknya para tenaga kesehatan khususnya perawat dapat mengerti maupun
memahami tentang penyakit hemofilia sehingga selain mampu untuk melakukan
tindakan keperawatan kepada pasien, juga mampu mengerti mengenai asuhan
keperawatan pada anak dengan hemofilia.
DAFTAR PUSTAKA
42
Apiliana, Gita dkk.2013.MAKALAH SISTEM IMUN & HEMATOLOGI II: Konsep
Asuhan Keperawatan Pada Klien denganHemofilia. Available:
https://www.scribd.com/doc/246724887/Konsep-Asuhan-Keperawatan-Pada-
Pasien-Dengan-Hemofilia. Diakses pada 7 Oktober 2015 pukul 14.00 WITA
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Handayani, W., & Haribowo, A. S. (2008). In Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Hematologi (p. 119). Jakarta: Salemba Medika.
Herlin, Elsa. 2015. ASKEP HEMOFILIA.
http://elsaherlindanrs.blogspot.co.id/2015/03/askep-hemofilia.html. Diakses
pada Kamis, 1 Oktober 2015 pukul 17.00 WITA.
Hillary, Jenica. 2012. BAB I PENDAHULUAN.
https://www.academia.edu/7006766/BAB_I_PENDAHULUAN. Diakses
pada Kamis, 1 Oktober 2015 pukul 17.00 WITA.
Huda, Amin.2013.Aplikasi Asuha Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakara:MediAction
Saputra, Hendra. 2014.LPHEMOFILIA.
https://www.academia.edu/13294261/LP_HEMOFILIA. Diakses pada Sabtu,
3 Oktober 2015 pukul 08.00 WITA.
Sirait, Khaidir Fadli. 2014. ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA PADA ANAK .
http://khaidirfadlisirait.blogspot.co.id/p/blog-page_67.html. Diakses pada
Sabtu, 3 Oktober 2015 pukul 08.00 WITA.
43