bab iaaaddd

Upload: siti-ida-farida

Post on 03-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini Hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia (Anonim, 2013). Prevalensi hipertensi di negara berkembang sekitar 80% penduduk mengidap hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 pada umur 18 tahun adalah 25,8%. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan (Anonim,2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan 39,6%, terendah di Papua Barat 20,1% (Rahajeng,2009). Pravalensi hipertensi di Provinsi Bali berdasarkan proporsi kasus hipertensi yang telah di diagnosis oleh tenaga kesehatan dan /atau minum obat hipertensi sebanyak 19,6% (Riskesdas, 2007).

Menurut data JNC 7, hampir 1 milyar penduduk dunia menderita hipertensi. Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun pasien mulai sering merasa nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun (TjaydanRaharja, 2008). Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal (Depkes, 2006).

Hipertensi dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi (Nafrialdi,2007). American Heart Association melaporkan 69% dari penderita serangan jantung, 77% dari penderita stroke dan 74% dari penderita gagal jantung mengidap hipertensi (Anonim, 2010).Penyebab penyakit hipertensi komplikasi dengan jantung ini adalah tekanan darah tinggi yang berlangsung kronis, namun penyebab tekanan darah tinggi dapat beragam. Esensial hipertensi menyumbang 90% dari kasus hipertensi pada orang dewasa, hipertensi sekunder berjumlah 10%.Hipertensi tak terkontrol dan berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam struktur miokard, pembuluh darah koroner, dan sistem konduksi jantung. Perubahan ini pada gilirannya dapat menyebabkan perkembangan hipertrofi ventrikel kiri (LVH), penyakit arteri koroner (CAD), berbagai penyakit sistem konduksi, serta disfungsi sistolik dan diastolik dari miokardium, yang bermanifestasi klinis sebagai angina atau infark miokard, aritmia jantung ( terutama fibrilasi atrium), dan gagal jantung kongestif (CHF). Dengan demikian, penyakit jantung hipertensi adalah istilah yang diterapkan secara umum untuk penyakit jantung, seperti LVH, penyakit arteri koroner, aritmia jantung, dan CHF, yang disebabkan oleh efek langsung atau tidak langsung dari hipertensi (Said, 2011).Pengobatan hipertensi dengan penyakit komplikasi menggunakan obat dengan jumlah yang banyak. Banyaknya jumlah obat akan meningkatkan terjadinya polifarmasi, interaksi obat, efek samping dari penggunaan obat tersebut dan juga menurunkan kepatuhan pasien untuk meminum obat. () Secara umum terapi rasional merupakan terapi yang; tepat indikasi, tepat dosis, tepat penderita, tepat obat dan waspada efek samping (Wahyuni, 2012)

Menurut WHO (2012), penggunaan obat yang rasional dikatakan apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dewasa ini, pemerintah telah melakukan banyak intervensi untuk merasionalkan penggunaan obat pada segala tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia (Sari, 2011). Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar tentunya harus turut program pemerintah dalam melaksanakan pengobatan yang rasional kepada pasien. Di samping merupakan rumah sakit pemerintah terbesar di Bali, rumah sakit ini juga menjadi rujukan rumah sakit kabupaten.