bab i.doc

16
BAB I LANDASAN TEORI 1. 1 Definisi Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah ( Tucker, 1998 : 633 ). Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan ( Mansjoer, 2000; 82 ). Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan ( Brunner dan Suddarth, 2000 : 496 ). Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes. 1. 2 Klasifikasi Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi: 1) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat. 2) Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut

Upload: rensa-rizki

Post on 07-Feb-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I.doc

BAB I

LANDASAN TEORI

  1. 1          Definisi

Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan

biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, biasanya

terjadi pada ekstrimitas bawah ( Tucker, 1998 : 633 ).

Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan

( Mansjoer, 2000; 82 ).

Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan ( Brunner dan

Suddarth, 2000 : 496 ).

Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus,

streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.

  1. 2          Klasifikasi

Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:

1)      Selulitis Sirkumskripta Serous Akut

Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas

batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius.

Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.

2)      Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut

Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut

juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika

terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran

infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.

3)      Selulitis Difus Akut

Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:

a)      Ludwig’s Angina

b)      Selulitis yang berasal dari inframylohyoid

c)      Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal

Page 2: BAB I.doc

d)     Selulitis Fasialis Difus

e)      Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya

f)       Selulitis Kronis

Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya

virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis

sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.

g)      Selulitis Difus yang Sering Dijumpai

Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s .

Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental

dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco

& Gray, 1999 ; Topazian, 2002).

Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/

unilateral disebut Pseudophlegmon.

  1. 3          Etiologi

Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif

anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium (Berini, et al, 1999). Infeksi

odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik

bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis ( Peterson,2003 ).

Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis

dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi

yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum yang

tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila / mandibula, laserasi

mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral malignancy.

Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher ( 1999 ; 634 ) adalah bakteri streptokokus

grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

  1. 4          Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer ( 2000 : 82 ) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik pada

kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus

Page 3: BAB I.doc

subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya,

Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.

  1. 5          Patofisiologi

Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu :

Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit

atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah

gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak

adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua

ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat,

nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan

oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang

terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses

lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan.

Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh

campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus

menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini

dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi

mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat

rendah

  1. 7          Pemeriksaan Lab

a)      Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofil dan

peningkatan laju sedimentasi eritrosit ( Tucker, 1998 : 633 ).

b)      Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan, menunjukkan

adanya organisme campuran ( Issebacher 1999 : 634 )

c)      Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).

  1. 8          Penatalaksanaan

Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses. Pemberian

antibiotik intravena seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan, infeksi

Page 4: BAB I.doc

ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik, antipretik. Posisi

dan imobilisasi ekstrimitas, Bergantian kompres lembab hangat ( Long, 1996 : 670 ).

  1. 9          Terapi

Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.

Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).

Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).

Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan

antibiotik jika :

a)      penderita berusia lanjut

b)      selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya

c)      demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan

dikompresdingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Terapi rawat jalan dengan injeksi ceftriakson (rocephin) memberi perlindungan 24 jam

dan dpt menjadi pilihan bagi beberapa pasien selulitis.

1. 10          Faktor Resiko Terjadinya Selulitis

a)      Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, gigitan manusia.

b)      Luka di kulit

c)      Riwayat penyakit pembuluh darah perifer, diabetes

d)     Baru menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi

e)      Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid

1. 11          Pencegahan

Jika memiliki luka,

1)      Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air

2)      Oleskan antibiotic

3)      Tutupi luka dengan perban

4)      Sering-sering mengganti perban tersebut

5)      Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi

Page 5: BAB I.doc

Jika kulit masih normal,

1)      Lembabkan kulit secara teratur

2)      Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati

3)      Lindungi tangan dan kaki

4)      Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

1. 12          Komplikasi

1)      Bakteremia

2)      Nanah atau local Abscess

3)      Superinfeksi oleh bakteri gram negative

4)      Lymphangitis

5)      Trombophlebitis

6)      Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.

1. 13          Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.

2)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor sirkulasi dan edema.

3)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi menyebabkan

penatalaksanaan perawatan dirumah.

4)      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan glukoneogenesis.

1. 14          Rencana Keperawatan

1)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang

atau hilang.

Kriteria hasil :

1.      pasien menampakkan ketenangan

2.      ekspresi muka rileks

3.      ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.

Intervensi :

1)      Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri

Page 6: BAB I.doc

R/ mengetahui berat nyeri yang dialami pasien.

2)      Jelaskan pada pasien tentang sebab sebab timbulnya nyeri

R/ pemahaman pesien tentang penyebab nyeri yg terjadi akan mengurangi ketegangan pasien.

3)      Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan

R/ obat obatan analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

4)      Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah penekanan dan

kelelahan

R/ posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi

seoptimal mungkin.

5)      Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi, relaksasi dan

distraksi

R/ teknik relaksasi dsan distraksi bisa mengurangi rasanyeri yang dirasakan pasien.

2)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor sirkulasi dan edema.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan menunjukkan

regenerasi jaringan.

Kriteria hasil :

1.      Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut,

2.      kulit bersih,

3.      kering dan area sekitar bebas dari edema,

Intervensi :

1)      Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan

R/ pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam

menentukan tindakan selanjutnya.

2)      Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan mobilitasasi

R/ sirkulasi yang lancar bisa mempercepat proses penyembuhan luka..

3)      Pertahankan teknik aseptic

R/ dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

4)      Gunakan kompres dan balutan

R/ kompres dan balutan bisa mengurangi kontaminasi dari luar.

Page 7: BAB I.doc

5)      Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan

R/ indikasi dini terhadap komlikasi infeksi.

3)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi menyebabkan

penatalaksanaan perawatan dirumah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien mengerti

tentang perawatan dirumah

Kriteria hasil :

1.      Melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan: tindakan kewaspadaan aseptic

yang tepat.

2.      Mengekspresikan pemahaman perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal

obat.

Intervensi :

1)      Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya teknik

aseptic

R/ agar keluarga dapat melkukan perawatan secara aseptik di rumah sehingga luka bisa sembuh.

2)      Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong

R/ peningkatan perilaku yang adiktif pada pasien.

3)      Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter

R/ deteksi dini terhadap kegawatan dan penanganan yang sesuai.

4)      Tekankan pentingnya diet nutrisi

R/ nutrisi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan luka.

4)      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan glukoneogenesis.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam nutrisi dapat terpenuhi

secara adekuat.

Kriteria hasil :

1.      Mencerna jumlah kalori / nutrient yang tepat

2.      Menunjukkan tingkat energi biasanya

3.      Mendemonstrasikan BB stabil atau penambahan kearah rentang biasanya / yang diinginkan

dengan nilai laboratorium normal.

Page 8: BAB I.doc

Intervensi :

1)      Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang

dapat dihabiskan pasien

R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik

2)      Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan

makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan puasa sesuai indikasi

R/ Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas /

fungsi lambung (distensi / ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi

3)      Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan etnik / cultural

R/ Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama

ini dapat diupayakan setelah pulang

4)      Observasi tanda-tanda hipoglikemia

R/ Karena metabolisme karbohidrat mulaai terjadi (gula darah akan berkurang, dan sementara

tetap diberikan insulin, maka hipoglikemia dapat terjadi)

5)      Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan (finger stick)

R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat

6)      Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, Ph dan HCO3

R Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terap insulin terkontrol

7)      Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten

R/ Insulin regular memiliki awitan cepat dangan karenanya dengan cepat pula dapat membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel

8)      Lakukan konsultasi dengan ahli diet

R/ Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien

1. 15          Evaluasi

1)        Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.

2)        Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur.

3)        Integritas kulit normal

4)        Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal.

5)        Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2.

Page 9: BAB I.doc

6)        Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks.

7)        Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.

Page 10: BAB I.doc

DAFTAR PUSTAKA

Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4, (p337-50).

Brunner dan Suddarth. (2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;Jakarta

Isselbacher, (1997), A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford

Long, (1995), Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore

Mansjoer. (2000).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.

Tucker. (1988). Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta 

Patofisiologi Selulitis Bakteri, Jamur, Luka, dllInfeksi Jaringan SubkutanSelulitis

Page 11: BAB I.doc
Page 12: BAB I.doc