bab i.docx

11
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Jalan merupakan akses yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya dalam satu daratan. Dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, ditetapkan pengertian jalan adalah suatu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Yang selanjutnya ditetapkan pula pengertian jalan umum yaitu jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Berdasarkan hal tersebut maka dalam undang-undang ini pengertian jalan tidak termasuk jalan khusus, yaitu jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum, antara lain jalan inspeksi pengairan, jalan inspeksi minyak atau gas, jalan perkebunan, jalan pertambangan, jalan kehutanan, jalan komplek bukan untuk umum, jalan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara. Perkerasan jalan adalah bagian utama dari konstruksi jalan raya, kelancaran lalu lintas tergantung dari kondisi perkerasan jalan tersebut. Kelompok BB– SPLIT MASTIC ASPHALT – SMA 14 1 - 1

Upload: vansovian

Post on 16-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Uraian UmumJalan merupakan akses yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya dalam satu daratan. Dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, ditetapkan pengertian jalan adalah suatu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Yang selanjutnya ditetapkan pula pengertian jalan umum yaitu jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.Berdasarkan hal tersebut maka dalam undang-undang ini pengertian jalan tidak termasuk jalan khusus, yaitu jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum, antara lain jalan inspeksi pengairan, jalan inspeksi minyak atau gas, jalan perkebunan, jalan pertambangan, jalan kehutanan, jalan komplek bukan untuk umum, jalan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara.Perkerasan jalan adalah bagian utama dari konstruksi jalan raya, kelancaran lalu lintas tergantung dari kondisi perkerasan jalan tersebut. Bila perkerasannya bermasalah (rusak, berlubang, bergelombang, licin, retak, dsb.) maka kelancaran lalu lintas akan terganggu baik dari segi waktu maupun biaya. Oleh karena itu, perkerasan jalan harus direncanakan sesuai kebutuhan serta kelas jalan berdasarkan jenis moda yang akan melalui.Dalam perancangan perkerasan jalan, diperlukan adanya penggunaan bahan-bahan jalan yang baik dan memenuhi syarat. Untuk itu, sebelum perancangan perkerasan jalan dilaksanakan, perlu diadakan uji laboratorium atas bahan-bahan yang dipakai.Bahan-bahan perkerasan jalan khususnya lapis penutup atau permukaan adalah terdiri dari aspal dan aggregate. Di samping menguji bahan-bahan yang dipakai juga ditentukan dan diuji campuran aspal dan aggregate yang dipakai sebagai permukaan penutup.Praktikum perancangan perkerasan jalan yang diadakan di laboratorium konstruksi jalan Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung yang dilakukan oleh Kelompok BB pada tanggal 8 Desember 13 Maret 2015, bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana menguji bahan-bahan perkerasan jalan seperti aspal dan aggregate, campuran aspal dan aggregate sehingga ilmu pengetahuan yang didapat tidak hanya didasarkan pada teori-teori dari buku, tetapi juga melaksanakan atau mengetahui secara langsung.Sebelum menjelaskan satu persatu cara-cara pengujian dalam Bab I ini, akan dijelaskan secara singkat tetapi terperinci tentang bahan-bahan perkerasan jalan tersebut diatas. Di samping itu, juga akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai benda uji dari campuran dan ditambah dengan tes di laboratorium dalam praktikum perkerasan jalan.

1.2. Aspal (Bitumen)Aspal yang kita kenal sebagai bahan perkerasan jalan adalah hasil dari proses penyulingan (distilasi) vakum dan uap atas minyak mentah (crude oil) penyulingan akan memisahkan minyak mentah menjadi beberapa produk, antara lain : Bensin (Gasoline), minyak tanah (Kerosene), minyak diesel, minyak pelumas dan residu masing-masing produk dapat didaur ulang dengan proses yang sama sehingga menghasilkan beberapa produk minyak. Kemudian penyulingan dilanjutkan dengan metode uap dan vakum dari residu berat akan menghasilkan minyak jenis slow curring dengan grade tinggi atau beberapa jenis aspal semen yang diinginkan dengan berbagai grade penetrasi.Aspal yang dihasilkan dari proses penyulingan minyak mentah meliputi :a. Aspal Semen (Asphalt Cement)Aspal Semen adalah aspal buatan yang berasal dari penyulingan crude oil dan terdiri dari beberapa jenis yang dibedakan oleh sifat-sifat fisisnya seperti kekasaran dan kekentalan yang ditandai dengan angka penetrasi untuk kekerasan dan angka viscositas untuk kekentalan.b. Blown AspalBlown Aspal adalah aspal yang sangat keras yang dibuat dengan meniupkan udara pada residu yang masih cair pada saat proses penyulingan masih berlangsung.c. Cutback AspalUntuk dapat dipakai sebagai bahan perkerasan jalan maka aspal semen harus dicampur dengan bahan pencampur atau solvent. Aspal semen yang telah dicampur dengan solvent disebut dengan cutback aspal, dan tergantung dari jenis solvent yang dipakai di kenal :1. Rapid Curing (RC) cutback aspal adalah campuran antara semen dengan bahan pencampur atau solvent jenis naphta atau bensin yang sangat mudah menguap. Great atau angka kekentalan dari RC cut black aspal ini tergantung dari jumlah presentase bahan pencampurnya.2. Medium Curing (MC) adalah campuran aspal semen dengan solvent yang mempunyai titik bakar sedang seperti kerosene atau minyak tanah. Apabila dicampurkan dengan aggregate, maka kandungan minyak tanah diaspal di dalam aspal cut black tidak begitu cepat menguap seperti bensin pada jenis RC3. Slow Curing adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencampur yang tidak mudah menguap atau mempunyai titik bakar tinggi.d. Aspal emulsiAspal emulsi adalah campuran dari aspal semen, air, dan emulsifier. Sifat-sifat yang dimiliki oleh aspal ada empat, yaitu :1. Consistency, dari kekentalan atau kekerasan2. Durability, atau ketahanan terhadap perubahan suhu.3. Rate of Curing, atau kecepatan curring4. Resistence to water action atau ketahanan terhadap air.Sifat-sifat aspal tersebut diataslah yang akan diuji di dalam praktikum perancangan perkerasan jalan ini. Aspal emulsi biasa didefinisikan sebagai aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga diperoleh partikel aspal yang bermuatan listrik positif (kationik), negatif (anionik) atau tidak bermuatan listrik (nonionik). Jenis-jenisnya adalah:a. Aspal emulsi anionicAspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi anionik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan ion-negatif.

b. Aspal emulsi anionik mengikat cepat (Rapid setting, RS)Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara cepat setelah kontak dengan agregat.

c. Aspal emulsi anionik mengikat lebih cepat (Quick setting, QS)Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara lebih cepat setelah kontak dengan agregat. Meliputi : QS-1h (quick setting-1): Mengikat lebih cepat-1 keras (Pen 40-90).

d. Aspal emulsi jenis mantap sedangAspal emulsi yang butir-butir aspalnya bermuatan listrik positip.

e. Aspal emulsi kationikAspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi jenis kationik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan ion positif.

f. Aspal emulsi kationik mengikat cepat (CRS)Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara cepat setelah kontak dengan agregat.

g. Aspal emulsi kationik mengikat lambat (CSS)Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara lambat setelah kontak dengan agregat.

h. Aspal emulsi kationik mengikat lebih cepat (CQS)Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara lebih cepat setelah kontak dengan agregat.

i. Aspal emulsi kationik mengikat sedang (CMS)Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara sedang setelah kontak dengan agregat.

j. Aspal emulsi mantap cepat (Cationic Rapid Setting - CRS)Aspal emulsi kationik yang partikel aspalnya memisah cepat dari air setelah kontak dengan aggregat.

k. Aspal emulsi mantap cepat (cationic rapid setting, CRS)Aspal emulsi kationik yang partikel aspalnya memisah cepat dari air setelah kontak dengan aggregate aspal emulsi jenis kationik yang partikel aspalnya memisah dengan cepat dari air setelah kontak dengan udara.

1.3. AggregateAggregate adalah bahan yang berasal dari alam atau buatan yang terdiri dari mineral padat, berupa massa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen dan dalam perencanaan jalan raya aggregate digunakan sebagai pengisi pada sebuah campuran perkerasan jalan.Menurut ukuran butirannya, aggregate dibagi :a. Aggregate halus, umumnya terdiri dari lempung (clay) dan Lumpur (silt) Aggregate halus terdiri dari butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukuran butirnya sebagian besar terletak antara 0,07 mm 0,5 mm. Lempung dan Lumpur juga termasuk dalam aggregate halus, untuk lempung mempunyai ukuran butiran lebih kecil dari 0,002 mm. Sedangkan lumpur mempunyai ukuran butiran antara 0,06 mm 0,002 mm Aggregate halus bersifat kekal (tidak pecah dan hancur oleh pengaruh cuaca)b. Aggregate sedang yang berupa pasir. Ukuran butirannya 0,06 mm 5 mmc. Aggregate kasar Besar butirannya antara 5 mm 40 mm Aggregate kasar tidak boleh berpori dan terdiri atas batuan yang keras.Uji aggregate terdiri dari :1. Kekerasan dengan mengguankan mesin L.A. Abration Test.2. Analisa saringan (gradasi)Cara pengetasan aggregate dengan menggunakan L.A. Abration Test adalah sebagai berikut :a. Masukkan aggregate sesuai gradasi dan berat yang ditetapkan, serta bola-bola baja ke dalam mesin. Kemudian diputar dengan kecepatan 30/33 rpm sebanyak 500 kali.b. Benda uji yang hancur akibat putaran alat berupa tumbukan dan gesekan antara aggregate dengan bola-bola baja nilai akhir dinyatakan dalam % yang merupakan hasil perbandingan antara berat benda uji yang tertahan saringan no.12c. Nilai abrasi > 40% menunjukkan aggregate tidak mempunyai kekerasan cukup. Nilai abrasi < 40% baik sebagai bahan lapisan permukaan dan pondasi atas.d. Nilai abrasi < 30% baik sebagai bahan lapis penutup.e. Nilai abrasi < 50% baik digunakan sebagai bahan lapisan lebih bawah

1.4. Benda UjiBenda uji yang dipakai dalam praktikum perancangan perkerasan jalan adalah campuran antara aspal yang telah dites dan aggregate yang telah diketahui spesifikasinya. Kemudian benda uji dicampur menjadi aspal beton atau asphalt concrete. Lapisan aspal beton harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :1. Harus tahan terhadap penurunan akibat beban yang membebaninya.2. Harus tahan terhadap pengaruh lalu lintas maupun cuaca3. Harus tidak licin4. Harus ekonomis.Untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut, faktor-faktor berikut harus diperhatikan dalam membuat campuran aspal beton :a. Gradasi aggregateb. Tipe dan mutu dari aggregatec. Kandungan aspal di dalam campurand. Ketetapan dan mutu dari aspal

Gradasi. Untuk aspal beton, aggregate yang dipakai adalah aggregate bergradasi padat. Tipe Aggregate. Aggregate dari campuran antara kerikil dengan pasir yang berbutir bulat akan menghasilkan campuran yang rendah stabilitasnya. Sedangkan aggregate dari batu pecah dan pasir yang berbutir tajam akan mendapatkan stabilitas yang tinggi. Mutu Aggregate. Butiran aggregate yang lunak akan mudah pecah akibat beban kendaraan sehingga menyebabkan terjadinya lubang-lubang (piting) atau susut (raveli) pada lapisan permukaan. Butiran yang tidak keras akan menjadi lunak apabila basah dan pecah menjadi bagian-bagian kecil.Kelompok BB SPLIT MASTIC ASPHALT SMA 141 - 2