bab i.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah merupakan suatu bagian yang sangat menentukan dalam perencanaan
suatu konstruksi, karena menentukan kestabilan konstruksi tersebut. Kekuatan tanah
tersebut tidak sama antara satu tempat dengan satu tempat yang lain, sehingga hal ini
mengharuskan para perencana untuk memperhatikan kondisi tanah sebagai suatu
elemen kestabilan konstruksi yang sangat menentukan keadaan konstruksi pada masa
penggunaannya.
Untuk menentukan kondisi tanah yang akan digunakan sebagai tempat
dibangunnya suatu konstruksi, tidak cukup dilakukan perhitungan tanpa suatu
pemeriksaan yang mendalam atau spesifik. Terutama untuk mengetahui parameter-
parameter dari sifat fisis dan mekanis dari tanah tersebut. Jadi diperlukan pengujian
atau percobaan yang dilakukan secara ilmiah yakni melalui pengujian laboratorium.
Kekuatan suatu tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat komplek
dari parameter-parameter yang didapatkan dari suatu pemeriksaan yang mendalam.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah tersebut, yang meliputi
sifat fisis dan mekanis tanah.
Dalam hal ini, sampel tanah yang dipergunakan dalam praktikum Mekanika
Tanah II berasal dari D3 Teknik Sipil, Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota
Madya Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Daerah ini berjarak ± 10
km dari pusat kota Banda Aceh.
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisis dan sifat-sifat mekanis
dari suatu tanah, sehingga dapat direncanakan jenis konstruksi yang cocok untuk
didirikan suatu konstruksi pada permukaan tanah tersebut.
Lingkup pekerjaan pemeriksaan terhadap tanah meliputi pengukuran sifat-sifat
fisis dan sifat-sifat mekanis tanah yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.
Percobaan untuk mengetahui sifat-sifat fisis tanah meliputi :
Pengukuran batas cair (liquid limit)
Pengukuran batas plastis (plastic limit)
Pengukuran kerapatan massa (specific gravity)
Pengukuran distribusi butiran tanah (grain size analysis)
Percobaan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis tanah meliputi :
Percobaan kuat geser langsung (direct shear test)
Percobaan tekan silinder bebas (unconfined test)
Percobaan konsolidasi
Dengan melakukan pemeriksaan terhadap sifat fisis dam sifat mekanis tanah
diharapkan tujuan dari Praktikum Mekanika Tanah II dapat tercapai. Semua
pemeriksaan terhadap sifat fisis dan sifat mekanis tanah akan dijelaskan pada bab
berikutnya dengan jelas dan dilengkapi data hasil pengolahan masing-masing
pemeriksaan terhadap sifat fisis dan mekanis tanah. Pemeriksaan terhadap tanah ini
dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik, Universitas Syiah
Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
BAB II
PEKERJAAN LAPANGAN
Untuk mengetahui sifat-sifat tertentu yang dikandung oleh tanah maka
diperlukan pemeriksaan terhadap tanah tersebut. Dalam hal ini perlu diketahui
beberapa hal yang berhubungan dengan pengambilan sampel tanah yang diteliti.
2.1 Keadaan Alam Lokasi Sampel Tanah
Tanah yang dipergunakan dalam praktikum ini berasal dari D3 Teknik Sipil,
Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Madya Banda Aceh, Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Daerah ini berjarak ± 10 km dari pusat kota Banda Aceh. Sampel
tanah pada percobaan ini mempunyai karakteristik bertekstur lunak dan berwarna
agak kuning kecoklat-coklatan.
Keadaan permukaan tanah di lokasi pengambilan sampel tanah tersebut
cenderung rata/datar, juga terdapat benjolan pada permukaan tanah tersebut dan tidak
mudah tergenang air hujan sebab permukaan tanah ditumbuhi rerumputan.
Pengambilan sampel dekat dengan tempat perkuliahan. Lapisan permukaan tanah
sampel berwarna hitam keabu-abuan.
2.2 Cara Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah untuk praktikum dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengambilan sampel tanah untuk pengukuran fisis yaitu tanah terganggu (Disturbed
Sample) dan pengambilan sampel tanah untuk pengukuran mekanis yaitu untuk tanah
tidak terganggu (Undisturbed Sample).
2.2.1. Cara Pengambilan Sampel Tanah untuk Pengukuran Sifat Fisis
Sampel tanah yang akan digunakan untuk pengukuran sifat fisis diambil satu
hari sebelum praktikum dimulai yaitu pada tanggal 2 Oktober 2011. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan alat bantu sederhana berupa cangkul dan
sekop. Mula-mula tanah digali dengan kedalaman sekitar 15 cm guna membuang
lapisan humus dan akar rerumputan yang tidak diinginkan pada tanah tersebut.
Sampel yang diambil sebanyak kurang lebih 5 kg dan kemudian dimasukkan ke
dalam kantong plastik untuk mengurangi penguapan air dan diikat erat.
2.2.2 Cara Pengambilan Sampel Tanah Untuk Pengukuran Sifat Mekanis
Pengambilan sampel tanah untuk pengukuran sifat mekanis tanah perlu
diperhatikan agar tanah tetap terlindungi dari pengaruh cuaca dan getaran/goncangan
sehingga tanah tersebut diharapkan tidak mengalami gangguan. Oleh karena itu,
sampel tanah ini disebut tanah tak terganggu (Undisturbed sample).
Sampel tanah tak terganggu diambil pada tanggal 14 Oktober 2010 dengan
menggunakan tabung baja yang terbuka sisi atas dan bawah dengan diameter 7,3 cm
(diameter dalam 7,07 cm; diameter luar 7,53 cm), dan panjang tabung 44,5 cm yang
telah disediakan oleh pihak laboratorium. Pengambilan dilakukan dengan menggali
tanah kira-kira 30 cm. Sebelum silinder ditancapkan ke permukaan tanah, bagian
dalam silinder diolesi sedikit dengan oli atau pelumas lainnya sampai merata yang
bertujuan untuk mempermudah keluarnya sampel tanah dari dalam tabung. Setelah
ditancapkan ke permukaan tanah yang telah diratakan sebelumnya, di atas silinder
kemudian ditaruh sebilah papan yang lebarnya kurang lebih sama dengan diameter
silinder yang selanjutnya digunakan sebagai landasan pukul, dengan cara memukul
berkali-kali pada bagian atas papan, tabung tersebut perlahan-lahan masuk ke dalam
tanah sehingga tabung terbenam seluruhnya. Setelah penuh berisi, untuk mengangkat
tabung tersebut, tanah di sekitar tabung digali hingga tabung dapat terangkat. Apabila
sampel tanah didapat bertekstur keras, tanah tersebut direndam terlebih dahulu
selama kurang lebih 24 jam. Cara perendaman tabung yaitu tabung didirikan dalam
bejana yang telah berisi air kira-kira setengah bejana, dan di bawah tabung diganjal
dengan lidi, hal ini bertujuan agar air dapat diserap oleh bagian tanah tabung.
2.3 Cara Pengangkutan Sampel Tanah
Sampel tanah terganggu (Undisturbed sample) yang diambil dari lokasi
pengambilan dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibawa ke Laboratorium
Mekanika Tanah untuk mendapatkan kadar air pada sample tanah tersebut tanpa
adanya perlakuan khusus untuk melindungi struktur aslinya sehingga tanah bebas
terjadi tekanan dan pemadatan.
Sedangkan tanah tidak yang terganggu (Disturbed sample) yang berada
dalam tabung dibawa dalam keadaan menggantung sehingga tidak mempengaruhi
tabung yang berisi tanah dari goncangan dan tekanan yang dapat merubah struktur
asli tanah,dibawa ke salah satu rumah praktikan,keesokan harinya di bawa ke
laboratorium mekanika tanah guna dilakukan perendaman selama 24 jam. Keesokan
harinya benda uji dikeluarkan dari tabung dengan alat extruder yaitu alat untuk
mengeluarkan benda uji dari tabung. Setelah di keluarkan dari tabung benda uji
tersebut dilakukan percobaan.
BAB III
PEKERJAAN LABORATORIUM
Pekerjaan laboratorium meliputi pengumpulan dan perhitungan data
dilakukan dari kerja praktikum berupa pemeriksaan dan percobaan yang dikerjakan di
laboraorium, sedangkan perhitungan data dapat dilakukan di laboratorium dan diluar
dengan formulir kerja yang sama.
3.1 Pengukuran Kerapatan Massa (Specific Grafity)
Pengukuran kerapatan massa (specific grafity) bertujuan untuk mengetahui
kerapatan massa butir tanah atau untuk menentukan berat jenis dari suatu sampel
tanah.
Sebelum pengukuran berat jenis tanah dilakukan sebagai langkah awal adalah
mengovenkan tanah 100 gram selama lebih kurang 24 jam pada suhu 1050 Celcius.
Tanah yang telah kering diambil 3 bagian sampel tanah berat masing-masing lebih
kurang 25 gram dengan menggunakan alat bantu labu ukur sebanyak 3 buah yang
berukuran 100 cc, kemudian labu ukur ditimbang bersama tanah di dalamnya,
sebelumnya labu ukur telah ditimbang beratnya dalam keadaan kosong. Setelah labu
ukur bersama tanah ditimbang kemudian dimasukkan air suling kedalam labu tersebut
sebanyak 2/3 bagian atau sampai tanah dalam labu ukur terendam dan kemudian
dimasukkan air suling kedalam sangkup vakum selama lebih kurang 7 menit, pada
tekanan minimum uap air pada temperatur kerja, sehingga udara yang ada pada pori
tanah dan air habis keluar. Selanjutnya labu ukur dikeluarkan dari sangkup vakum
dan kemudian ditambah air sampai batas yang bergaris, kemudian temperatur air
dalam tabung diukur dengan menggunakan Termometer dan setelah itu labu ukur
yang telah diisi air tadi ditimbamg. Selanjutnya dilakukan percobaan kalibrasi dengan
memasukkan air kedalam labu ukur yang masih kosong dan kemudian ditimbang
beratnya dan diukur suhunya. Dari hasil perhitungan data pada percobaan ini nilai
kerapatan massa yang diperoleh adalah 2,755 gram/cm³. Untuk lebih jelasnya hasil
dari pengukuran kerapatan massa ini dapat dilihat pada formulir nomor 101/01/02
yang terlampir
3.2 Pengukuran Batas Cair dan Plastis.
Pengukuran batas cair bertujuan untuk menentukan kadar air pada suatu
keadaan tanah yang cendrung menunjukkan sifat seperti benda alir. Batas tersebut
ditentukan menurut cara yang dikemukakan oleh Angka Atterberg yang berguna
untuk menentukan kepekaan tanah terhadap air.
Pengukuran batas plastis bertujuan untuk mengetahui kadar air batas terhadap
suatu tanah sehingga memperlihatkan sifat plastis. Batas tersebut ditentukan menurut
cara yang dikemukakan oleh Angka Atterberg yang merupakan pasangan angka
dengan batas cair.
3.2.1 Pengukuran Batas Cair (Liquid Limit)
Pengukuran batas cair (liquid limit) bertujuan untuk menentukan kadar air
pada satu keadaan tanah yang cenderung menunjukkan sifat seperti benda alir.
Sampel yang telah diambil dari lokasi contoh tanah dikeringkan diudara. Setelah itu
dimasukkan kedalam oven kemudian ditumbuk dalam lumpang dengan menggunakan
alu karet yang bertujuan untuk memisahkan butiran tanah satu sama lainnya dan
kemudian diayak dengan saringan no.40 sebanyak 200 gram, lalu sebagian dari tanah
itu ditumpahkan ke atas plat kaca. Kemudian diberikan air sedikit demi sedikit dan
diaduk dengan spatula hingga campuran menjadi adonan yang lembut. Setelah itu
ketinggian mangkuk Casagrande diatur setinggi 1 cm dari landasan. Kemudian tanah
yang telah diaduk dimasukkan ke dalam mangkuk Casagrande, permukaannya
diratakan dan dibuat dengan grooving tool. Pemberian air diatur sedemikian rupa
sehingga tercapai 3x diatas 25 pukulan dan 3x dibawah 25 pukulan, misalnya 8, 16,
23, 28, 35, 40 (angka-angka ini sekedar contoh). Pada masing-masing pukulan, lalu
tanah harus merata pada ½ inchi atau 13 mm. Dalam pekerjaan ini digunakan 6 buah
bejana timbang yang telah diisikan adonan tanah yang diambil tadi bagian tengah
mangkuk Casagrande kira-kira sebesar ibu jari. Setelah ditimbang dimasukkan
kedalam oven pada suhu 1050 Celcius selama lebih kurang 24 jam, Lalu setelah 24
jam dikeluarkan dari oven terlebih dahulu didinginkan selanjutnya ditimbang
kembali.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data berat sampel basah total adalah
191,160 gram. Kadar air rata-rata dari sampel sebesar 38,108 %.
Hasil perhitungan dari percobaan ini digambarkan dalam grafik hubungan
antar kadar air dan jumlah pukulan. Dari grafik hubungan antara kadar air dan jumlah
pukulan diperoleh perpotongan garis adalah x = log 25 dengan garis yang mendekati
keenam buah titik. Dengan menggunakan regresi linear diperoleh angka Liquid Limit
(LL) sebesar 38,20%. Hasil pengukuran dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada formulir nomor 100/02/01 yang terlampir
3.2.2 Pengukuran Batas Plastis (Plastic Limit)
Pengukuran batas plastis (plastis limit) bertujuan untuk menentukan kadar air
batas terhadap suatu keadaan tanah yang memperlihatkan sifat plastis. Sampel yang
dipergunakan dalam percobaan batas plastis dipersiapkan bersama-sama dengan
percobaan batas cair. Tanah yang telah diayak dengan saringan no. 40 sekitar 100
gram ditumbuk pada plat kaca dan diberi sedikit air kemudian diaduk sehingga
menjadi adonan yang kalis dan dapat diulenin. Lalu diambil sebesar ibu jari sehingga
membentuk batang memanjang yang meretak pada saat berdiameter 3 mm, pada
keadaan tersebut tanah telah mencapai batas plastis.
Pada pengukuran batas plastis ini digunakan 3 buah bejana timbangan.
Masing-masing bejana dimasukkan tanah yang sudah retak tadi, kemudian ditimbang
dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050 Celcius selama lebih kurang 24 jam
kemudian ditimbang lagi.
Berdasarkan perhitungan data dari pengukuran yang diperoleh data berat
sampel basah adalah 46,16 gram. Sedangkan angka Plastic Limit (PL) sebesar 19,54
%. Dari selisih harga batas cair dengan batas plastis diperoleh harga indeks (PI)
sebesar 18,66%.
Hasil pengukuran dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada formulir nomor
100/02/01 yang terlampir.
3.3 Pengukuran Pembagian Butir (Grain Size Analisys)
Praktikum pembagian butir bertujuan untuk menentukan perbandingan berat
kelompok butir yang sama ukurannya. Penetapan ukuran butir didasarkan pada
anggapan bahwa butir-butir tersebut bulat seperti bola sehingga ukuran butir tertulis
sebagai diameternya. Pengukuran pembagian butir ini dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu analisis saringan basah (Hydrometer) dan analisis saringan kering.
3.3.1 Analisa Saringan Basah (Analisys Hydrometer)
Pada pengukuran analisa saringan basah ini merupakan lanjutan dari
pengukuran analisa saringan kering, sampel yang digunakan adalah tanah yang telah
kering di oven dan telah dihaluskan dengan menggunakan alu karet sehingga dapat
melewati saringan no. 10.
Sampel yang lewat no. 10 tersebut direndam dalam larutan NaPO3 (100 cc)
sebanyak kira-kira 60 gram dalam gelas ukur selama 24 jam. Selanjutnya rendaman
sampel tanah tersebut diaduk dengan menggunakan mixer selam 15 menit. Kemudian
sampel tanah yang telah diaduk dimasukkan kedalam gelas ukur 1000 cc dan
ditambahkan air sampai batas 1000 cc, pengukuran dilakukan setelah air dan tanah
telah tercampur rata. Kemudian dilakukan pembacaan hidrymeter , Pembacaan
hydrometer terhadap suspensi dilakukan berturut-turut dengan selang waktu ¼, ½, ¾,
1, 2, 3, 4, 8, 16, 30, 45, 60, 120, 240, 480, 960, dan 1440 menit. Pengukuran
dilakukan dengan mengaduk larutan suspensi tanah terlebih dahulu dan menjalankan
stopwatch serta mencelup hydrometer ke dalam suspensi pada waktu yang sama.
Selanjutnya dilakukan juga pembacaan terhadap cairan pembanding suhunya. Hasil
pengukuran, perhitungan dan grafik dicantumkan pada formulir perhitungan dengan
nomor : 105/03/02 sampai 105/07/02.
3.3.2 Analisa Saringan Kering (Dry Sieve Analysis).
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan perbandingan berat masing-
masing ukuran butiran yang sama ukuran dan bentuknya tidak mengarah ke bentuk
bulat/bola. Besarnya ukuran butiran ditulis dalam diameter. Pengukuran pembagian
butir yang menggunakan analisa saringan kering diawali dengan mengovenkan
sampel tanah selama 24 jam. Tanah yang telah kering dioven tersebut kemudian
direndam sebanyak 60 gram dalam air selama 24 jam. Setelah direndam tanah
tersebut dicuci dengan menggunakan saringan no. 200, agar semua butiran yang
berukuran kecil atau lewat saringan no. 200 dapat dipisahkan dengan butiran tanah
yang tidak lewat saringan no.200 Pencucian ini dilakukan sampai air yang digunakan
kelihatan jernih. Kemudian tanah yang tidak lewat saringan diovenkan kembali
selama 24 jam. Setelah pengovenan, butiran-butiran tanah dipisahkan dengan
menggunakan saringan yang berukuran berturut-turut yaitu no. #4, no. #10, no. #20,
no. #40, no. #60, no. #80, no. #100, no. #140, no. #200, yang bertujuan untuk
mengetahui berat masing-masing butiran.
Dari hasil penyaringan diketahui bahwa butiran tanah terbesar yaitu yang
tertinggal di atas saringan no. #10 yang berdiameter 2,00 mm seberat 0,29 gram atau
seberat 0,48 % dari sampel tanah, sedangkan sampel tanah yang tetinggal diatas
saringan no.#200 seberat 2,61 gram atau 4,35 % yang berdiameter 0.0074 mm,
sisanya adalah butiran tanah yang lewat saringan yang berdiameter lebih kecil dari
0,074 mm yaitu seberat 39,65 gram atau 66,08 % dari sampel tanah.
Data selengkapnya mengenai analisa saringan kering dapat dilihat pada formulir
no. 105/05/02 dan untuk lebih jelasnya tentang diameter tanah dilampirkan dalam
formulir no. 105/07/02, yang merupakan bentuk grafik gabungan antara analisa
saringan kering dan analisa saringan basah.
3.5 Percobaan Tekan Silinder Bebas (Unconfined Test)
Percobaan tekan silinder bebas (Unconfined Test) bertujuan untuk
menentukan kuat elemen tanah yang berbentuk silinder dalam melawan suatu tekanan
atau menahan beban tekanan menurut arah sumbu memanjang. Sampel yang
digunakan pada percobaan merupakan sampel tanah yang tidak terganggu yang
digunakan untuk menghitung sifat mekanis tanah. Sampel ini diambil dengan
menggunakan tube sepanjang lebih kurang 30 cm dan berdiameter 8,25 cm. Jika
tanah berstektur keras sebelim percobaan tanah di rendam selama 24 sebelum
melakukan percobaan
Selanjutnya sampel dikeluarkan dengan menggunakan extruder, kemudian
tanah didongkrak dari arah dasar secara perlahan-lahan sehingga tidak terjadi
pemadatan tanah. Setelah sampel tanah tersebut dikeluarkan dari dalam tube,
selanjutnya sampel tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama lebih
kurang sepanjang 15 cm digunakan untuk percobaan prisma bebas dan selebihnya
digunakan untuk pecobaan kuat geser langsung.
Selanjutnya sampel tanah dibentuk dibentuk silinder dengan menggunakan
trimmer sehingga berdiameter rata-rata 5,54 cm, kemudian sampel tanah tersebut
gergaji dengan wire saw setinggi dua kali diameter sehingga sampel tanah memiliki
tinngi 11,08 luas penampang 2,093cm2 cm serta bervolume 266,95 cm3
Percobaan selanjutnya adalah dengan melakukan percobaan dengan
alat Compression Machine. Pengukuran pembebanan dilakukan dengan melakukan
proving ring dengan konstanta 0.4082 Kg/dial, dialnya berskala 0,023 cm/inch. Untuk
pemadatan diukur dengan dial berskala 0,023 cm/inch, dan hasil perhitungan
diperoleh kecepatan pemadatan rata-rata 44 berskala/menit. Berdasarkan harga ini
dapat diketahui harga kecepatan pemadatan untuk selang waktu 15 menit. Pembacaan
dihentikan apabila angka dial proving ring menurun atau menunjukkan angka yang
sama sebanyak tiga kali berturut-turut. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada formulir
no. 106/01/02 dan 106/02/02, grafik dicantumkan pada formulir perhitungan dengan
nomor : 106/03/02.
3.6 Percobaan Geser Langsung (Direct Shear Test)
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan harga sudut geser (Φ) dan harga
kohesi (c) dari suatu elemen tanah. Persiapan bahan dan cara pengambilan sampel
tanah untuk percobaan Direct Shear sama dengan yang dilakukan pada percobaan
Unconfined test yaitu sampel tanah tidak terganggu.
Dalam percobaan Direct Shear menggunakan Cutting Ring dan plat kaca.
Untuk Cutting Ring dilakukan pengukuran tinggi, diameter dan ditimbang beratnya
bersama dengan plat kaca. Cutting ring ditancapkan diatas tanah sedalam cutting
ringserata diratakan dengan Sampel tanah sisa dipotong dengan menggunakan Wire
Saw,
Untuk mengukur kadar air sampel tanah yang belum mengalami pembebanan maka
diambil sisa tanah dan dimasukkan dalam container serta timbang berat basahnya,
kemudian dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suh 1050 Celcius dan
ditimbang berat keringnya.
Sampel tanah yang telah dimasukkan kedalam Cutting Ring yang dialasi kaca,
ditimbang beratnya. Dalam percobaan ini benda uji dibuat sebanyak tiga sampel
untuk 3 kali percobaan .
Selanjutnya sampel tanah dimasukkan kedalam mesin Direct Shear merk ELE
dengan angka kalibrasi 1,5975, lalu semua sekrup penyetel dan pengukur diatur serta
diberi pembebanan 0,509 kg, 1,536 kg dan yang terakhir adalah 3,590 kg untuk
masing-masing test. Sedangkan tegangan normal pada alat (σn) masing-masing
sebesar 0,301 kg/cm², 0,626 kg/cm², dan 1,277 kg/cm². Mesin dijalankan bersamaan
dengan stopwatch dan dilakukan pembacaan terhadap dial gerakan vertikal,
horizontal dan beban geser(proving ring). Saat pembacaan dial beban geser(proving
ring) tidak bertambah lagi (tetap) atau menurun, maka mesin dihentikan dan benda uji
dikeluarkan untuk diambil dan dibelah menjadi dua bagian, kemudian ditempatkan
kedalam dua container serta ditimbang beratnya. Selanjutnya sampel tanah
dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050 Celcius dan setelah
dikeluarkan dari oven lalu ditimbang berat keringnya.
Pengukuran dilakukan dengan tiga sampel pada pembebanan yang berbeda-
beda. Hasil perhitungan dan pengukuran terdapat pada formulir 111/01/02 sampai
dengan 111/05/02.
3.7 Percobaan Konsolidasi
Tujuan percobaan konsolidasi adalah untuk menentukan hubungan perubahan
volume tanah, beban static yang bekerja padanya dan waktu yang diperlukan untuk
perubahan itu.
Persiapan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel tanah
tidak terganggu. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan tube.
Selanjutnya sampel tanah kemudian dikeluarkan dari tube dengan menggunakan
Extruder,
Dalam percobaan konsolidasi menggunakan Cutting Ring dan plat kaca.
Untuk Cutting Ring dilakukan pengukuran tinggi, diameter dan ditimbang berat
kosong bersama dengan plat kaca. lalu tanahyang telah dikeluarkan dari tube
diambil sebagian dan dimasukkan ke dalam Cutting Ring dan diratakan dengan Wire
Saw. Sampel tanah beserta Cutting Ring ditimbang sebelum mengalami tekanan
Untuk mengukur kadar air sampel tanah yang belum mengalami tekanan maka
diambil sisa tanah dan dimasukkan dalam container serta timbang berat basahnya,
kemudian dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suh 1050 Celcius dan
ditimbang berat keringnya.
Selanjutnya disiapkan stopwatch dan formulir yang telah diisi dengan waktu
pembacaan dial. Benda uji dimasukkan kedalam sel konsolidasi dan diberi
pembebanan dengan berat 0,159 kg, 0,318 kg, 0,636 kg, 1,272 kg, 2,544 kg dan 5,088
kg. Sedangkan jangka waktu pembacaan dial (dalam menit ) yaitu pada menit-menit :
0,25; 1 ; 2,25 ; 4 ; 6,25 ; 9 ; 12,25 ; 16 ; 25 ; 36 ; 49 ; 64 ; 81 ; 100 ; 121 ; 144 ; 169 ;
196; 225; 256 dan 289 menit.
Pembacaan dial dihentikan pada saat tidak terjadi lagi kenaikan atau tiga kali
pembacaan bernilai sama (tetap). Sesudah selesai pengujian, benda uji yang
mengalami pembebanan terlebih dahulu digambar untuk mengetahui berapa sudut
keretakannya, lalu setelah itu ditimbang berat basahnya. Setelah itu kemudian
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1050 Celcius dan ditimbang berat keringnya.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan disebutkan data dan hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis
maupun sifat mekanis serta klasifikasi tanah yang akan diperiksa. Dengan demikian
dapat diuraikan secara ringkas sifat-sifat teknis dan kemungkinan pemanfaatan tanah
tersebut dalam bidang Teknik Sipil.
4.1 Pengukuran Sifat Fisis
Pengukuran sifat fisis tanah dilakukan pada sampel tanah yang diambil secara
biasa. Pengukuran sifat fisis ini bertujuan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan untuk menentukan klasifikasi tanah yang diuji, yang sangat membantu
dalam perencanaan dan pekerjaan Teknik Sipil.
4.1.1 Pengukuran Kerapatan Massa
Kerapatan massa (massa density) mempunyai dimensi gr/cm³. Besaran g
disini bukan besaran gaya yang merupakan angka ukur dari sebuah timbangan. Hasil
perhitungan kerapatan massa terdapat pada formulir no: 101/01/02. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan flaks dan air sebagai media pengukur volume. Jadi
dilakukan kalibrasi terhadap perubahan temperatur yang menyebabkan pemuaian
untuk mengetahui hubungan dengan temperatur dan volume flaks yang dipakai.
Kerapatan massa atau massa jenis diperoleh dengan membagi berat tanah
dengan volume yang dipakai. Massa jenis tanah diperlukan untuk menentuan berat
tanah bila diketahui volumenya atau sebaliknya. Hasil perhitungan akhir dari
perhitungan kerapatan massa didapat harga rata-rata 2,962 gr/cm³.
Di lain pihak, berat jenis (specific gravity) tanpa dimensi karena angka berat
jenis merupakan perbandingan kerapatan massa suatu sampel tanah pada suhu 00C
terhadap kerapatan massa air pada suhu 40 Celcius.
Nilai pengukuran berat jenis terhadap 3 (tiga) sampel yang diuji didapatkan
berdasarkan rumus :
Berat Jenis (Specific Grafity)
Gs= JsJw
=
2 ,9621
= 2,962
Dimana :
Js = massa jenis tanah rata-rata (gr/cm3)
Jw = kerapatan massa air (dipakai 1 gr/cm3)
Gs = berat jenis
4.1.2 Batas Cair dan Batas Plastis
Dari pengukuran secara langsung di laboratorium dapat ditentukan kadar air
untuk tiap-tiap jumlah ketukan dengan tinggi jatuh yang sama dan kadar air untuk
setiap golongan tanah dengan diameter 3 mm dan mengalami retak-retak (batas
plastis). Kadar air merupakan hasil bagi angka pori dan berat tanah kering. Hubungan
kadar air dengan jumlah ketukan digambarkan dalam suatu grafik semi logaritma
pada formulir no 100/02/01 dari grafik ini ditentukan nilai batas cair melalui ketukan
ke-25. Harga kadar air ini diperoleh dengan cara interpolasi linier. Pada grafik
tersebut jumlah ketukan diletakkan pada sumbu X dengan skala logaritma dan kadar
air pada Y dengan skala linier.
Pengukuran batas plastis (PL) pada tiga buah sampel diperoleh rata-rata
sebesar 20,431%. Sedangkan batas cair (LL) diperoleh rata-rata sebesar 42,15%. Dari
selisih batas cair dan batas plastis diperoleh indeks plastis (PI) sebesar 21,719%.
Harga-harga LL, PL dan PI sangat berpengaruh dan menentukan pada
pengklasifikasian tanah, baik menurut sistem AASHTO maupun menurut sistem
USCS.
4.1.3 Pembagian Butiran
Pengukuran pembagian butir dilakukan dengan 2 cara yaitu analisa saringan
kering dan analisa hidrometer. Namun, pada praktikum ini analisa hydrometer
terlebih dahulu yang dilakukan kemudian analisa kering. Pada analisa hidrometer
hasil perhitungannya dapat dilihat pada formulir no 105/04/02. Untuk menentukan
diameter butiran diperlukan harga kedalaman titik hidrometer. Harga tersebut
diperoleh dari tabel titik berat hidrometer. Sedangkan analisa kering hasil
perhitungannya dapat dilihat pada formulir no 105/05/02. Seluruh perhitungan yang
terdapat pada lampiran no.105/05/02 diperoleh dari pengukuran berat butiran tanah
untuk masing-masing kelompok saringan. Persen bagian diperoleh dari hasil bagi
berat fraksi yang tertahan di atas masing-masing saringan dengan berat seluruh
sampel dikalikan dengan 100%. Persen semua merupakan hasil bagi jumlah berat
fraksi di atas masing-masing saringan dengan berat seluruh sampel pada kelompok
saringan tersebut dikalikan 100%. Persen di atas adalah hasil bagi jumlah berat fraksi
di atas saringan dengan berat seluruh sampel dikalikan dengan 100%, sedangkan
persen lolos adalah 100% dikurangi % di atas.
Material yang tertinggal di atas saringan no.10 disebut bagian kerikil,
sedangkan material yang lewat saringan no.10 disebut bagian pasir, lanau (silt) dan
lempung (clay). Untuk memisahkan bagian pasir dengan clay dan silt dapat dilihat
dari hasil penyaringan dengan saringan no.200.
Berdasarkan perhitungan pada percobaan pembagian butiran ini didapat grafik
analisis butiran. Hal ini dapat dilihat pada lampiran no.105/07/02.
4.2 Pengukuran Sifat Mekanis
Pengukuran sifat mekanis tanah dilakukan pada sampel tanah tidak terganggu.
Pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan nilai koefisien kohesi (c) dan sudut
geser (Φ), sehingga dapat digunakan untuk menentukan kekuatan daya dukung yang
dapat diterima dari konstruksi bangunan di atasnya dengan menggunakan rumus :
S = c + σ tan Φ
Dimana :
S = Kuat geser tanah
σ = Tegangan normal pada bidang geser
Φ = Sudut geser
c = Koefisien kohesi
4.2.1 Percobaan kuat Tekan Silinder
Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan parameter kuat geser dengan
pembebanan aksial tekan. Dari hasil percobaan tersebut diperoleh tegangan
maksimum 2,91 kg/cm². Tegangan maksimum diambil dari tegangan sebelum sampel
retak atau pecah. Nilai sudut kehancuran 50° dan sudut geser (Φ) 90˚ - 50˚ = 40˚
4.2.2 Percobaan Geser Langsung
Percobaan geser langsung (Direct Shear Test) merupakan percobaan seperti
menggunting, yang tujuannya dilakukan untuk mendapatkan sudut geser dan
koefisien kohesi (c). pengukuran didasarkan pada persamaan Coulomb :
S = c + σ tan Φ
Dimana :
S = Kuat geser tanah
σ = Tegangan normal pada bidang geser
Φ = Sudut geser
c = Koefisien kohesi
Data percobaan ini dapat dilihat pada lampiran no.111/01/02, serta
perhitungannya pada lampiran no.111/02/02.
Nilai % ø didapat dari hasil kali dial horizontal dengan 0,01 dan dibagikan
dengan diameter sampel dalam satuan mm, lalu hasilnya dikalikan dengan 100% .
Sedangkan % h diperoleh dari hasil kali dial vertikal dengan 0,01 dan dibagikan
dengan tinggi sampel dalam satuan mm, lalu hasilnya dikalikan dengan 100% .
Besar pembebanan (kg) merupakan perkalian angka dial proving ring dan
kalibrasinya sebesar 1,5975 Koreksi luas tampang (cor. area) dapat dicari dengan
menggunakan persamaan:
cor. area =
Luas tampang mula− mula100 / (100−%φ)
Tegangan geser diperoleh dari hasil bagi besar pembebanan dan luas tampang.
Dari grafik hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser dari tiga buah
percobaan diperoleh harga koefisien kohesi (c) = 0,69 kg/cm² dan sudut geser (Φ)
sebesar 7º.
4.2.3 Percobaan Konsolidasi
Percobaan konsolidasi merupakan penurunan yang terjadi pada arah vertikal,
sehingga tidak terdapat aliran naik atau pergerakan tanah latural. Hal ini terjadi dalam
pengujian di laboratorium dan umumnya juga berlaku di lapangan.
Karakteristik-karakteristik konsolidasi suatu tanah adalah indeks tekanan (Cc)
dan koefisien konsolidasi (Cv). Indeks tekanan berhubungan dengan besarnya
konsolidasi atau penurunan yang terjadi. Data yang diperoleh dari pengujian
konsolidasi disajikan dalam bentuk pembacaan dial atau penurunan. Dari grafik
hubungan antara pembacaan dial dengan log waktu didapatkan harga t 50 dan dari
grafik hubungan antara pembebanan dengan akar waktu didapatkan harga t 90. Harga
ini digunakan untuk mencari nilai koefisien konsolidasi (Cv). Dengan diketahuinya
nilai koefisien konsolidasi (Cv) ini maka waktu konsolidasi di lapangan dapat
diperhitungkan.
4.3 Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengenalan secara sifat mengenai
sifat-sifat umum tanah. Tanah dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesi dan tidak
kohesi ataupun tanah berbutir kasar dan berbutir halus. Berdasarkan hasil perhitungan
sifat-sifat fisis, maka secara umum tanah dapat diklasifikasikan ke dalam dua sistem
yaitu sebagai berikut :
a. United Soil Clasifiation System (USCS),dan
b. American Association of State Highway and Transroetation Officials (AASHTO).
Berdasarkan pengukuran sifat - sifat fisis diperoleh hasil sebagai berikut:
Batas cair (LL) = 38,200 %
Batas plastis (PL) = 19,54 %
Indeks plastisitas (PI) = 18,66 %
Lolos saringan no.200 = 70,97 %
4.3.1 Sistem Klasifikasi Tanah USCS
Sistem klasifikasi tanah USCS mengelompokkan tanah dalam dua kelompok
besar yaitu :
1. Tanah yang berbutir kasar, apabila kurang dari 50 % akan tertahan pada
saringan no. 200.
2. Tanah yang bebutir halus, apabila lebih dari 50 % lolos dari saringan no. 200.
Tanah berbutir kasar dapat berubah salah satu dari :
1. Kerikil apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan pada saringan no. 4.
2. Pasir apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada pada ukuran saringan no.
4 dan no. 200.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka menurut sistem
“ USCS “,dengan memperhatikan tabel 1.6 halaman 57 pada buku yang sama
(Mekanika Tanah I), dimana contoh tanah yang lolos saringan nomor 200 lebih dari
50 % yaitu 70,97 % , batas cairnya (LL = 38,200 %), batas plastisnya (PL = 19,50
%) dan indeks plastisnya (PI = 18,66 %) maka tanah termasuk kelompok CL
(Lempung anorganik dengan plastisitas rendah). ( Lempung berlanau, kurus dengan
sebagian kecil kerikil).
4.3.2 Klasifikasi Menurut Sistem AASHTO
Berdasarkan hasil praktikum didapat :
Observasi tanah adalah coklat kekelabuan dan sedikit berbau.
Js = 2,755 gr/cm3
LL = 38,200 %
PL = 19,54 %
PI = 18,66 %
Lolos # 40 = 99,28 %
Lolos # 100 = 85,51 %
Lolos # 200 = 70,97 %
Berdasarkan tabel 1.7 hal 45 buku Mekanika Tanah I oleh Hary Christady
Hardiyatmo, diperoleh :
Berdasarkan persentase material yang lolos saringan no. 200 yaitu
70,97% (lebih dari 35% ) , tanah termasuk kelompok-kelompok A-4,
A-5, A-6 dan A-7.
Berdasarkan nilai batas cair (Liquid Limit) yaitu 38,200 % (lebih kecil
dari 41 % ) tanah termasuk kelompok A-4 dan A-6.
Berdasarkan nilai indeks plastisitas (Plastic Index) yaitu 18,66 % (lebih
besar dari 11%) tanah termasuk kelompok A-7.
Berdasarkan nilai batas Plastis (Plastic Limit) yaitu 19,54 % (lebih kecil
dari 30%), tanah termasuk kelompok A-7-6.
Untuk menentukan tingkatan relatif dari bahan dalam suatu sub kelompok
maka ditentukan indeks kelompok (GI) yang merupakan fungsi dari persentase tanah
yang lolos saringan no. #200 dan batas Atterberg. Berdasarkan buku “Mekanika
Tanah I” jilid 1 oleh Braja M. Das Indeks kelompok (GI) dapat diperoleh persamaan:
GI = ( F-35 )[ 0,2 + 0,005 ( LL - 40 )] + 0,01 ( F – 15 ) ( PI – 10 )
Dimana :
F = Persentase yang lolos saringan no. #200.
LL = Persentase batas cair (LL).
PI = Persentase indeks plastisitas (PI).
GI = ( F-35 )[ 0,2 + 0,005 ( LL - 40 )] + 0,01 ( F – 15 ) ( PI – 10 )
= (70,97 -35) [0,2+0,005(42,15–40)] + 0,01(70,97 –15)( 18,66 – 10)
= 15,008
Indeks kelompok diperoleh dengan menggunakan gambar grafik dengan
pembacaan angka pada perpotongan grafik IP dengan persen lolos saringan no.200
dan pembacaan angka perpotongan grafik LL dengan persen lolos saringan no.200
angka yang diperoleh dijumlahkan sehingga menghasilkan indeks kelompok (IG)
yaitu 15, maka tanah diklasifikasikan sebagai A-7-6 (15).
4.4 Sifat-Sifat Kemungkinan Pemakaian pada Konstruksi
Jenis tanah yang diperiksa merupakan lempung anorganik dengan plastisitas
rendah. Berdasarkan sifat-sifat fisis dan mekanis tersebut, maka tanah tersebut cocok
digunakan untuk pembangunan (rumah, pertokoan dan perkantoran). Pemakaian
untuk pembangunan bangunan lain seperti gedung, perlu diusahakan pondasi yang
maksimal agar kekuatan geser tanah tidak banyak mengalami perubahan baik dalam
jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang setelah bangunan tersebut
didirikan.
Dan juga jenis tanah yang diperoleh adalah tanah yang berkualitas sedang
sampai buruk yang tidak cocok untuk pembangunan jalan dengan perkerasan yang
mengakibatkan antara lain rendahnya daya dukung dan kuat geser serta fungsi nilai
batas cair dan indeks plastisitas sehingga termasuk sukar dipadatkan. Pemanfaatan
tanah tersebut adalah untuk pekerjaan pondasi seperti bangunan, bendungan dan
konstruksi yang sejenis, atau pembangunan jalan tanpa perkerasan. Hal ini
dimungkinkan bila tekanan dan bebas geser terhadapnya tidak melebihi
kemampuannya.
Sesuai dengan klasifikasi sistem “ AASHTO “ dimana contoh tanah yang diperiksa
merupakan tanah berlempung. Menurut buku Perkerasan Jalan Raya karangan S.
Sukirman, tanah tersebut tidak dapat dipakai dalam pembangunan jalan bila
dibandingkan dengan kelompok tanah lainnya. Kualitas buruknya juga terlihat dari
daya dukung tanah yang kecil padahal tekanan terhadap permukaan jalan atau tanah
dasar bukan saja dari beban jalan, tetapi juga beban dari benda yang melalui jalan.
Oleh karena itu tanah tersebut harus dicampurkan dengan bahan-bahan lain untuk
meningkatkan daya dukung tanahnya. Meskipun demikian tanah tersebut dapat
dimanfaatkan untuk jalan perkerasan dan harus ditambah lapisan kerikil secara
periodik untuk stabilitas jalan.
Menurut sistem “ USCS “ tanah ini termasuk jenis lempung berlanau. Tanah
ini mempunyai batas cair yang cukup tinggi dan kurang baik untuk pembangunan
jalan karena sukar dipadatkan. Tanah ini lebih sesuai jika digunakan untuk
pembangunan bendungan, tanggul dan sebagainya karena lebih bersifat plastis. Tetapi
contoh tanah tersebut mungkin masih bisa dipakai dengan syarat tekanan terhadapnya
tidak mencapai 1,21 kg/cm² dan beban gesernya tidak melebihi beban geser contoh
tanah tersebut. Apabila diperlukan kekuatan yang lebih besar lagi, maka tanah itu
harus dicampurkan dengan bahan-bahan lain agar indeks plastisnya menjadi kecil.
Adapun beberapa prosedur untuk menstabilisasikan (mengurangi perubahan
volume) pada tanah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tanah tersebut ditambah bahan pencampur seperti gamping yang terhidrasi.
Biasanya indeks plastisnya akan lebih kecil dari 20 % sampai 40 %.
2. Tanah tersebut dipadatkan pada keadaan lebih basah dari optimum (3 %
sampai dengan 4 %) hingga didapatkan struktur lempung yang terdispensi dan
pada saat yang sama dihasilkan kerapatan kering yang rendah.
Terlepas dari semua itu, memang dapat diketahui bahwa dengan nilai batas
cair yang hampir termasuk tinggi pada contoh tanah yang diperiksa, maka sifat
teknisnya memang buruk, dimana daya dukungnya (kekuatan) rendah. Oleh karena
itu untuk dapat dimanfaatkan dalam konstruksi-konstruksi teknik sipil masih
diperlukan peningkatan kualitas dengan berbagai cara yang beberapa diantaranya
telah disebutkan.
4.5 Data Hasil Praktikum
Berdasarkan perhitungan (pengolahan) data hasil pemeriksaan sifat fisis dan
sifat mekanis terhadap contoh tanah, maka diperoleh parameter-parameter
sebagaimana tujuan tiap-tiap praktikum. Adapun hasil-hasil pemeriksaan sifat-sifat
tanah tersebut adalah :
Tabel 4.5.1 Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis
NO URAIAN NILAI
1
2
3
4
5
Berat Jenis Tanah (Js)
Batas Cair (LL)
Batas Plastis (PL)
Indeks Plastis (PI)
Lolos # no.200
2,755 kg/cm²
38,200 %
19,54 %
18,66 %
70,97, %
Selanjutnya untuk data hasil pemerikasaan sifat-sifat mekanis dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.5.2 Hasil Pemeriksaan Sifat Mekanis
N
OPERCOBAAN KEADAAN SAMPEL NILAI
1. Direct Shear
Kadar Air
Berat Volume Basah
Berat Volume Kering
21,093%
2.164 gram/cm³
1,778 gram/cm³
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada formulir-formulir yang dilampirkan pada
laporan ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tanah yang diteliti pada praktikum Mekanika Tanah ini diklasifikasikan :
Berdasarkan AASHTO, tanah termasuk kelompok A-7-6 (15).
Bardasarkan USCS, tanah termasuk kelompok CL (Lempung anorganik
dengan plastisitas rendah)
2. Faktor yang mempengaruhi hasil praktikum antara lain adalah praktikan,
instrument, suhu, pengembalian sampel tanah, ketelitian praktikum dan cara
pengangkutan tanah. Konstanta-konstanta yang diperoleh dari hasil praktikum
disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil praktikum.
3. Contoh tanah yang diperiksa dipakai dalam pekerjaan pondasi seperti
pembangunan, dan jalan tanpa perkerasan.
4. Hasil pemeriksaan terhadap sampel tanah adalah :
Kerapatan massa = 2,755 gr/cm³
Batas Cair (LL) = 38,200 %
Batas Plastis (PL) = 19,54 %
Indeks Plastis (PI) = 18,66 %
Lolos saringan no.200 = 70,97 %
Untuk Percobaan Tekan Silinder Bebas :
Sudut kehancuran = 50º
Sudut geser (Φ) = 40º
Untuk Percobaan Geser Langsung :
kohesi (c) = 0,69 kg/cm²
sudut geser (Φ) = 7º
5.2 SARAN-SARAN
1. Untuk mempermudah didalam melakukan praktikum dimasa yang akan
datang, sangat baik Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala setidaknya menyediakan lebih banyak lagi alat-alat
yang digunakan dalam praktikum.
2. Mahasiswa hendaknya dapat menguasai cara menggunakan alat praktikum
sebelum masuk kedalam laboratorium.
3. Kami harapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih teliti dalam
melaksanakan praktikum ini dan jangan menyepelekannya.
4. Dan kami harapkan kepada mahasiswa yang melakukan praktikum ini agar
melihat alat-alat praktikum dan mempelajari agar bisa digunakan oleh
masing-masing mahasiswa.
5. Mahasiswa yang melaksanakan praktikum harus mengikuti petunjuk laboran
di Laboratorium.
6. Setelah selesai melakukan praktikum diharapkan kepada mahasiswa agar
material yang telah diuji dikembalikan pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E, 1993, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknik Tanah, edisi ke-II, Penerbit
Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Ir. Muhammad Ali Ismail, M. Eng 1997, Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah dan
Cara Menulis Laporan, Penerbit Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh, Indonesia.
Christady, Hary. 2006. Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press. Jakarta.
Indonesia.