bab ii

90
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1.Kesehatan serta Kesehatan Gigi dan Mulut Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (“Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity ”) (WHO, ....). Ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu (promkes.depkes.go.id, ....): a. Sehat Jasmani Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal. b. Sehat Mental

Upload: indahlaraswati

Post on 02-Aug-2015

1.105 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan blok rural dentistry universitas jenderal soedirman jurusan kedokteran gigi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Kesehatan serta Kesehatan Gigi dan Mulut

Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,

mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan

(“Health is a state of complete physical, mental and social well-being and

not merely the absence of diseases or infirmity”) (WHO, ....). Ada tiga

komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat

yaitu (promkes.depkes.go.id, ....):

a. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat

seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih,

mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak

gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan

seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

b. Sehat Mental

Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama

lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh

yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”. Atribut seorang insan

yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:

1) Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah

menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan

menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.

Page 2: BAB II

2) Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak

mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi

terhadap kebutuhan emosi orang lain.

3) Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah

takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan

masalah secara cerdik dan bijaksana.

c. Kesejahteraan Sosial

Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau

negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan

tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Kesejahteraan sosial dalam

arti yang lebih hakiki adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman

damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Masyarakat

hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta

masyarakat umum dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera.

d. Sehat Spiritual

Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat

oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal

maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu

dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar

terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut

sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan

Page 3: BAB II

definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata

(promkes.depkes.go.id, ....).

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang

dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle,

1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan

eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui

kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku

yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan

penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas

struktural (Pender, 1982).

Sehat/kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan

(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU N0. 23/1992 tentang

Kesehatan).

Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri

(self care resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self

care actions) secara adekuat. Self care resouces mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Self care actions merupakan perilaku yang sesuai

dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual (Paune, 1983).

Page 4: BAB II

2. Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Gigi

1) Struktur Gigi

Manusia merupakan makhluk yang bergigi diphyodont

yaitu mengalami erupsi gigi sebanyak dua kali, yaitu erupsi gigi

sulung (decidui) dan erupsi gigi tetap (permanent). Gigi manusia

terrmasuk dalam gigi heterodont karena terdiri dari bermacam-

macam bentuk dan fungsi. Gigi pada manusia dewasa berjumlah 32

buah dan pada anak berjumlah 20 buah. Secara umum, gigi pada

manusia berfungsi untuk (Harshanur, 1991):

a) Memotong atau memperkecil ukuran bahan makanan pada saat

pengunyahan.

b) Mempertahankan jaringan penyanggah gigi supaya tetap dalam

kondisi yang baik dan terikat erat dalam lengkung gigi serta

membantu dalam perkembangan dan perlindungan dari

jaringan-jaringan penyanggah gigi.

c) Memproduksi dan mempertahankan suara atau bunyi.

d) Estetik.

e) Melindungi jaringan-jaringan penanamnya.

Gigi pada manusia dibagi menjadi 4 macam bentuk dan

fungsinya yaitu (Harshanur, 1991):

a. Gigi incisive

Gigi incisive atau gigi seri berfungsi untuk memotong

atau mengiris makanan.

Page 5: BAB II

b. Gigi caninus

Gigi caninus atau gigi taring berfungsi untuk merobek

makanan.

c. Gigi premolar

Gigi premolar atau gigi geraham kecil berfungsi untuk

merobek dan membantu menggiling makanan.

d. Gigi molar

Gigi molar atau gigi geraham besar berfungsi untuk

mengunyah dan menggiling makanan.

Gigi terdiri dari 2 bagian yaitu mahkota yang dilapisi oleh

email dan akar yang dilapisi oleh sementum dan bertemu pada

garis servikal atau cemento-enamel junction pada leher gigi. Pada

keadaan normal, akar gigi tertutup oleh perlekatan gusi dan yang

nampak di rongga mulut adalah mahkota gigi. Lapisan-lapisan

pada gigi meliputi email, dentin, sementum dan juga terdapat pulpa

yang merupakan bagian penting dari gigi (Harshanur, 1991).

b. Email atau Enamel

Merupakan bagian luar mahkota gigi. Enamel merupakan

jaringan tubuh paling keras karena mengandung 96% bahan

anorganik. Fungsi dari email gigi adalah untuk melindungi mahkota

dari sensitivitas akibat rangsangan panas atau dingin (Harty dan

Ogston, 1995; Harshanur, 1991).

Page 6: BAB II

c. Dentin

Merupakan jaringan keras sensitif yang membentuk sebagian

besar jaringan gigi yang mengelilingi pulpa. Dentin pada mahkota

ditutupi oleh email dan pada akar ditutupi oleh sementum. Dentin

tersusun oleh 70% garam organik dan 30% air ditambah dengan

serabut kolagen. Fungsi dentin adalah melindungi pulpa (Harty dan

Ogston, 1995; Harshanur, 1991).

d. Sementum

Merupakan jaringan yang menyerupai tulang yang tipis dan

keras yang menutupi akar gigi. Sementum berfungsi melindungi

dentin (Harty dan Ogston, 1995; Harshanur, 1991).

e. Pulpa

Merupakan jaringan lunak yang terletak dalam dentin dan

berisi serabut, sel, dan berbagai struktur seperti pembuluh darah, saraf

sensoris dan jaringan limfe. Rongga pulpa terdiri dari (Harty dan

Ogston, 1995; Harshanur, 1991):

1) Tanduk pulpa (pulp horn)

Merupakan ujung ruang pulpa.

2) Ruang pulpa (pulp chamber)

Merupakan ruang pulpa yang terletak di mahkota gigi.

3) Saluran pulpa (pulp canal)

Saluran di akar gigi, kadang-kadang bercabang dan terdapat

saluran tambahan (supplemental pulp canal).

Page 7: BAB II

4) Foramen apikal

Merupakan lubang di akar gigi tempat masuknya jaringan pulpa

ke rongga pulpa.

f. Gigi Geligi Pada Masa Mix Dentition

Gigi susu pertama tumbuh pada umur 6 bulan yaitu gigi

insisivus sentralis bawah dan gigi susu yang terakhir tumbuh adalah

gigi molar kedua atas yaitu pada umur 25-33 bulan. Gigi susu akan

bererupsi lengkap pada umur 2,5 tahun (Bakar, 2012).

Pada usia 6 tahun adalah dimulainya periode gigi campuran

pada anak atau yang disebut juga dengan istilah mix dentition. Periode

ini diawali dengan tumbuhnya gigi molar pertama atau insisivus

sentralis permanen, dan gigi sulung masih banyak yang belum tanggal

dan digantikan oleh gigi tetap penggantinya (Bakar, 2012).

Gusi normal pada anak-anak berwarna pink pucat karena

lapisan keratinnya masih tipis sehingga pembuluh darah dibawahnya

lebih terlihat. Stippling mulai muncul pada usia 3 tahun dan pada

beberapa kasus dapat muncul pada usia antara 5-15 tahun. Gingival

interdental melebar kearah bukolingual dan menyempit kearah

mesiodistal. Kedalaman sulkus gingival pada anak-anak 2,1 mm.

lebar gingival cekat bervariasi kearah anteroposterior, yaitu terlebar

pada daerah insisivus, menyempit mengitari cusp dan melebar lagi

pada area molar (Carranza, 2002).

Keadaaan gusi pada anak sebelum gigi permanen bererupsi

adalah seperi tonjolan yang keras dan berwarna merah muda karena

Page 8: BAB II

terdapat gigi permanen di bawahnya. Jika terjadi premature lost, maka

dapat terbentuk kista erupsi yang berupa pembesaran berwarna

kebiruan pada gusi disekitar gigi yang bererupsi. Pada umumnya,

dimasa gigi campuran, disekitar gigi yang telah erupsi sebagian terjadi

peninggian.

g. Anomali (Kelainan) Bentuk Mahkota

Gigi merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang

juga mengalami proses tumbuh kembang, memiliki fungsi mastikasi

(mengunyah), fonetik dan estetis. Proses tumbuh kembang gigi terbagi

dalam beberapa tahapan, bila terjadi gangguan pada tahap

pembentukan maka akan terjadi anomali (penyimpangan) gigi berupa

kelainan struktur, jumlah, bentuk, ukuran, warna ataupun eksfoliasi

yang dapat dilihat dari mahkota maupun akanya. Anomali mahkota

gigi yang sering terdapat pada anak anak meliputi (Sudiono, 2009):

1) Geminasi yaitu satu benih membelah menjadi dua dan sering

terjadi pada gigi desidui dibandingkan permanen. Geminasi

biasanya menyebabkan terpisahnya mahkota gigi secara

menyeluruh atau sebagian melekat pada satu akar dengan satu

saluran akar.

2) Fusion atau synodontia yaitu dua benih menjadi satu dan sering

tejadi pada gigi desidui. Akar umumnya mempunyai dua saluran

akar, karena satu gigi dibentuk oleh dua benih gigi yang terpisah.

Fusi sulit dibedakan dengan geminasi.

Page 9: BAB II

3) Hutchinson Teeth yaitu bentuk gigi abnormal pada pasien sifilis

kongenital, yaitu bentuk seperti obeng pada insisivus, pegshape

pada kaninus dan mulberry pada molar satu.

4) Enameloma yaitu suatu endapan enamel kecil di sekitar apikal

dentin akibat pertautan sementum dan enamel seperti mutiara.

5) Mikrodonsia merupakan bentuk gigi yang lebih kecil dari ukuran

normal dan sering dijumpai pada gigi insisivus 2 ataupun molar 3.

6) Makrodonsia merupakan bentuk gigi yang lebih besar dari ukuran

normal.

h. Jaringan Lunak Rongga Mulut

1) Struktur Jaringan Lunak Rongga Mulut

2) Variasi normal pada rongga mulut

a) Torus

Variasi normal juga sering kita temui jika menghadapi

seorang pasien, salah satu diantaranya yaitu torus. Torus

merupakan pembengkakan pada rahang yang menonjol dari

mukosa mulut yang tidak berbahaya dan disebabkan oleh

pembentukan tulang normal yang berlebihan, tampak radiopak dan

dapat terjadi di beberapa tempat dari tulang rahang, misalnya saja

di palatum (torus palatinus) dan di mandibula (torus mandibularis).

Umumnya torus menjadi jelas pada saat dewasa dan biasanya

pasien tidak menyadari jika mempunyai kelainan berupa torus ini.

Frekuensi torus diantara wanita dan pria yaitu 2:1 dan torus

biasanya disebabkan karena adanya faktor genetik. Umumnya

Page 10: BAB II

kelainan ini tidak membutuhkan perawatan, tetapi jika dirasa

menganggu maka torus dapat dihilangkan dengan cara di bedah

(Sudiono, 2009).

b) Linea Alba

Linea alba merupakan variasi dari struktur dan penampakan

dari mukosa rongga normal. Lesi ini merupakan bentuk umum dari

hiperkeratosis fisiologis yang merupakan kondisi penebalan epitel

mukosa. Linea alba merupakan garis putih keabuabuan yang terjadi

di sepanjang mukosa bukal dan biasanya merupakan penemuan

lazim yang dihubungkan dengan tekanan, iritasi friksional atau

sucking trauma dari permukaan fasial gigi geligi. Biasanya linea

alba bersifat bilateral dan tidak memiliki tanda-tanda fisiologis,

oleh karena itu lesi ini tidak memerlukan perawatan dan dapat

hilang secara spontan (www.lontarui.com,....).

c) Fordyces Granules

Fordyces granules merupakan salah satu dari variasi pada

struktur dan penampakan dari mukosa rongga mulut. Lesi ini

merupakan suatu kondisi dimana terdapat kelenjar sebasea ektopik

pada mukosa rongga mulut. Variasi normal ini berupa butiran

butiran berwarna putih kekuning kuningan yang kecil, berbatas

jelas dan sedikit terangkat yang dapat terisolasi atau bergabung

menjadi suatu kesatuan. Butiran butiran ini sering terjadi secara

bilateral dan simetris. Biasanya, butiran butiran ini 1-2 mm dan

sering bergabung menjadi satu kesatuan hingga mencapai beberapa

Page 11: BAB II

sentimeter diameternya. Hal ini menyebabkan pasien dapat

merasakan butiran butiran ini dengan lidahnya. Fordyces granules

tidak terlihat atau tidak lazim pada anak anak, tetapi akan

bertambah jumlahnya kira-kira pada masa pubertas dan akan lebih

sering terlihat pada mukosa bukal. Kondisi ini lebih sering terjadi

pada pria daripada wanita seiring bertambahnya usia. Studi di luar

negeri yang dilakukan di India oleh A.L Matheww menunjukkan

bahwa prevalensi pria:wanita yaitu 8,9%:2,48%, studi di Israel

oleh M. Gorsky memperlihatkan prevalensi pria:wanita yaitu

96,6%:93,7% dan studi di Spanyol oleh M.J Garcia-Pola Vallegio

didapatkan prevalensi pria:wanita yaitu 55%:47,2%

(www.lontarui.com,........).

d) Leukoedema

Leukoedema merupakan salah satu dari variasi normal

mukosa rongga mulut yang terlihat sebagai lesi berlipat-lipat dan

berwarna putih sampai putih kebiruan pada mukosa bukal.

Penampakan berwarna putih keabuan pada leukoedema mirip

dengan penampakan lesi awal leukoplakia. Saat area yang terlibat

diregangkan, penampakan berwarna putih ini akan menghilang

atau akan menjadi sulit untuk dilihat. Mukosa yang diregangkan

tersebut kemudian akan terlihat seperti mukosa normal dalam

warna serta teksturnya. Saat mukosa yang diregangkan itu

direlaksasi atau dikembalikan seperti semula, gambaran

sebelumnya akan kembali terlihat (www.lontarui.com, ......).

Page 12: BAB II

i. Masa Pubertas dan Perubahan yang Terjadi dalam Rongga Mulut

Pubertas adalah masa ketika tubuh sedang mengalami

perubahan besar dari struktur tubuh anak-anak menjadi struktur tubuh

orang dewasa. Masa pubertas biasanya terjadi pada usia remaja awal

yaitu antara umur 10-14 tahun. Pada masa itu mereka tidak hanya

terjadi perubahan fisik secara cepat yang ditandai pertumbuhan

menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi juga tejadi perubahan-

perubahan di dalam organ reproduksinya. Perubahan yang terjadi

adalah kematangan organ reproduksi dan tumbuhnya seks sekunder.

Perubahan pada masa pubertas yang terjadi dari masa anak

memasuki masa remaja diatur oleh hormon seks. Pada bagian otak

yaitu hypothalamus sudah mengeluarkan zat yang disebut sebagai

faktor pencetus yang menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon

tersebut bekerja sama dengan kelenjar bawah otak mengendalikan

urutan-urutan rangkaian perubahan dengan mengeluarkan hormon-

hormon tertentu. Hormon tersebut adalah hormon estrogen yang

dominan pada remaja perempuan dan hormon testosteron pada remaja

laki-laki. Hormon estrogen membawa sifat kewanitaan pada seorang

anak perempuan setelah remaja (BKKBN, 2008).

Pada remaja perempuan, hormon dalam tubuh terutama

hormon estrogen dan progesteron mulai berperan aktif sehingga mulai

tumbuh payudara, panggul mulai melebar dan membesar dan akan

mengalami menstruasi. Perubahan lain yang terjadi seperti mulai

tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina. Beberapa dari

Page 13: BAB II

remaja mengalami jerawat pada wajah. Hormon estrogen pada

perempuan mempunyai fungsi merangsang pertumbuhan saluran susu

di payudara sehingga payudara membesar, merangsang pertumbuhan

saluran telur, rongga rahim dan vagina sehingga membesar, membuat

dinding vagina menjadi tebal dan cairan vagina bertambah banyak,

dan mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita.

Hormon progesteron mempunyai fungsi melemaskan otot-otot halus,

meningkatkan produksi zat lemak di kulit dan meningkatkan suhu

badan. Efek progesteron yang terpenting ialah pada rahim. Hormon ini

mempertebal dinding di dalam rahim dan merangsang kelenjar-

kelenjar agar mengeluarkan cairan pemupuk bagi sel telur yang

dibuahi. Hal tersebut untuk melindungi sel telur dibuahi dan

memperkuat kedudukannya di dinding rahim (BKKBN, 2004).

Sama halnya dengan remaja perempuan, hormon testosteron

pada remaja laki-laki akan membantu tumbuhnya bulu-bulu halus

diketiak, kemaluan laki-laki, janggut dan kumis, terjadi perubahan

suara pada remaja laki-laki, tumbuhnya jerawat dan mulai

diproduksinya sperma yang pada waktu tertentu keluar sebagai mimpi

basah. Perubahan fisik lain seperti tubuh bertambah berat dan tinggi,

pundak dan dada bertambah besar dan bidang, penis dan buah zakar

membesar, keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai

berminyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan

kaki bertambah besar, tulang wajah mulai memanjang dan membesar,

tumbuh jakun, dan suara berubah menjadi berat (BKKBN, 2004).

Page 14: BAB II

Remaja yang mengalami pubertas juga akan mengalami

perubahan pada psikologinya. Remaja akan mengalami perubahan

emosi, pikiran, perasaan, dan lingkungan pergaulan. Secara

emosional, remaja bergerak kearah mandiri lepas dari orang tua

mereka yang lebih tua dan membentuk hubungan dan minat dengan

yang baru. Mereka menyesuaikan sikapnya sebagai orang dewasa

karena adanya perubahan pada tubuhnya serta bertambahnya

pengetahuan (Sarwono, 2002).

Pada masa pubertas, keadaan rongga mulut juga akan

mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi lebih sering terjadi

pada bagian jaringan periodontal yang terjadi akibat terjadinya

perubahan hormonal pada masa pubertas terutama pada wanita. Salah

satu faktor presdiposisi dari stomatitis adalah hormon. Hormon pada

kombinasi oral dapat memberikan juga dampak, khususnya hormon

estrogen dan progesteron. Pada masa pramenstruasi akan terjadi

penurunan hormon tersebut yang mengakibatkan terjadi penurunan

aliran darah sehingga suplai darah utamanya daerah perifer menurun

sehingga terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga

mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan

reaksi yang berlebihan terhadap jaringan lunak mulut sehingga rentan

terhadap iritasi lokal dan mudah terjadi stomatitis (Carranza, dkk.,

2002). Fase erupsi gigi dan kebersihan dari rongga mulut juga akan

meningkatkan kerparahan dari penyakit periodontalnya.

Page 15: BAB II

Masa pubertas juga merupakan salah satu faktor predisposisi

dari gingivitis. Pada masa pubertas ini, gingivitis akan mengalami

puncak keparahan dari penyakit. Akumulasi plak yang terjadi akan

dapat memicu kerapahan yang lebih parah apabila dibandingkan

dengan kelompok usia lain. Manifestasi yang terjadi ditandai dengan

peningkatan aliran darah tertama pada bagian interdental yang

menyebabkan peningkatan respon terhadap bakteri yang ada pada plak

dan juga akan menyebabkan perbesaran pada gingival. Pembesaran

gingiva selama pubertas memiliki terkait dengan peradangan kronis.

Kecenderungan kekambuhan relatif lebih besar jika kebersihan

mulutnya buruk. Setelah pubertas, pembesaran akan mengalami

reduksi spontan namun akan hilang jika plak dan kalkulus dalam

rongga mulut dihilangkan. Penyakit periodontal ini akan terjadi pada

pria dan wanita dan akan berakhir setelah pubertas (Carranza, dkk.,

2002).

j. Nutrisi

1) Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta

menghasilkan energi. Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan

tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan

Page 16: BAB II

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan

(Soenarjo, 2000).

Nutrisi atau zat gizi memiliki peranan penting dalam

memelihara kesehatan tubuh pada umumnya, dan kesehatan rongga

mulut pada khususnya. Nutrisi mempengaruhi kesehatan mulut

dalam banyak hal, misalnya berpengaruh pada perkembangan

kranio-wajah, kanker mulut dan penyakit menular mulut.

Nutrisi juga penting peranannya dalam setiap tahap tumbuh

kembang gigi dan dalam menjaga keseimbangan lingkungan mulut

yang dihubungkan dengan kesehatan gigi. Nutrisi untuk

pertumbuhan optimal gigi sama dengan nutrisi yang diperlukan

tubuh karena masa pertumbuhan gigi sejalan dengan masa

pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Nutrisi penting untuk

kalsifikasi optimal gigi sulung, sedangkan nutrisi pada masa balita

dan anak-anak penting untuk pertumbuhan gigi tetap.

Dari uraian diatas maka penting agar setiap orang untuk

mengetahui pengaruh nutrisi pada jaringan mulut. Hal ini membuat

penulis merasa tertarik untuk membuat makalah yang mengangkat

nutrisi dan kaitannya dengan kesehatan jaringan gigi dan mulut.

2) Karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan mineral

Dalam bidang kedokteran gigi, pengetahuan tentang nutrisi

sangat penting karena pada kedokteran gigi belajar mengenai

jaringan lunak dan keras yang sensitif terhadap kebutuhan gizi.

Nutrisi adalah pemasukan, penyerapan, pemakaian dan

Page 17: BAB II

penyimpanan makanan oleh jaringan tubuh. Berdasarkan komposisi

atau penggunaannya dalam tubuh, nutrisi dibagi atas.

a) Protein

Protein adalah komponen organik yang terdiri dari

elemen-elemen seperti nitrogen, karbon, sulfur, fosfat, oksigen

yang membentuk asam amino. Asam amino terdiri dari 2

macam. Asam amino esensial yaitu asam amino yang tidak

dapat disintesisi oleh tubuh tapi terdapat dalam makanan dan

dibutuhkan oleh tubuh. Asam amino non esensial yaitu asam

amino yang bisa disintesis oleh tubuh.

Protein juga mempunyai manfaat terhadap kesehatan

gigi dan mulut, terutama pada masa pertumbuhan jaringan

termasuk perkembangan gigi sejak awal pertumbuhannya.

Selain itu, protein berperan dalam pembentukan antibodi yang

melindungi seluruh jaringan termasuk mukosa mulut dan daerah

sekitarnya terutama dari infeksi bakteri atau virus yang mungkin

menyerang jaringan periodontal serta mencegah terjadinya

penyakit dirongga mulut seperti angular cheilitis.

b) Karbohidrat

Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa

organik yang mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen,

dan pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam

komposisi menghasilkan H2O. Karbohidrat dapat dibentuk dari

beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak, akan

Page 18: BAB II

tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan

yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sediaoetama, 1989).

Karbohidrat berfungsi sebagai sebagai sumber energi,

mempertahankan suhu tubuh, membantu membangun dan

memperbaiki jaringan tubuh. Karbohidrat terbagi dalam

monosakarida (glukosa, fruktosa), disakarida (sukrosa, laktosa,

maltosa), dan polisakarida (selulosa, glikogen, pati).

Fungsi karbohidrat tidak hanya pada sember energi saja

atau tubuh umumnya. Banyak penelitian menyebutkan bahwa

karbohidrat sebagai penyebab timbulnya berbagai penyakit gigi

dan mulut, namun dari fungsinya sebagai katalis dalam proses

metabolisme terhadap zat gizi lain (mineral, vitamin, dan lemak)

dan meningkatkan konsumsi zat gizi lain serta peran sebagai

imunopolisakarida dalam menangkal infeksi, berperan penting

pada masa praerupsi dan pasca erupsi, maka karbohidrat juga

memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulut.

c) Lemak

Lemak atau lipid mengangkut vitamin-vitamin yang larut

dalam lemak yaitu A, D, E, K. Lemak juga merupakan sarana

sirkulasi energi di dalam tubuh dan komponen utama yang

membentuk membran semua jenis sel. Lemak memiliki berbagai

fungsi diantaranya mengatur suhu tubuh, menghasilkan asam

Page 19: BAB II

lemak esensial untuk pembangunan dan perawatan jaringan

tubuh, dan mengangkut vitamin yang larut dalam lemak ke

peredaran darah seluruh tubuh.

Selain lemak berperan sebagai pengangkut vitamin

seluruh peredaran darah, lemak juga memiliki peran dalam

menjaga kesehatan gigi yang mulut. Salah satu jenis lemak

adalah lemak jenuh. Lemak ini memiliki fungsi atau peranan

penting terhadap kesehatan tulang dan gigi. Agar kalsium dapat

bersatu dengan struktur tulang kerangka dan gigi secara efektif,

sedikitnya 50% lemak pada makanan mengandung lemak jenuh.

d) Mineral

Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral

dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral

makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang

menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan

dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari, sedangkan

mineral mikro (Trace ) merupakan mineral yang dibutuhkan

dengan jumlah kurang dari 100 mg/hari dan menyusun lebih

kurang dari 0,01% dari total berat badan. Mineral yang termasuk

di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca),

fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl),

dan natrium (Na). Mineral mikro terdiri dari kromium (Cr),

tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I), besi (Fe), mangan (Mn),

silisium (Si) and seng (Zn) (uny.ac.id,.....).

Page 20: BAB II

Peran atau fungsi dari mineral umumnya menyusun

struktur dasar tulang dan gigi. Berikut fungsi beberapa mineral

yang penting bagi kesehatan gigi dan mulut:

1. Kalsium

Membantu dalam pembentukan serta memperkuat

gigi dan tulang. Kalsium banyak terdapat pada susu, keju,

telur, dan sayuran berwarna hijau tua.

2. Fosfor

Diperlukan untuk perkembangan tulang yang sehat

terutama pada pembentukan dan pertumbuhan rahang, dan

pola erupsi gigi. Fosfor banyak terdapat pada susu, keju,

daging, biji-bijian, telur, dan kacang-kacangan.

3. Magnesium

Mencegah terjadinya hipoplasia enamel dan

membantu dalam proses mineralisasi tulang dan gigi.

Magnesium banyak terdapat pada kacang kedelai, kerang

dan gandum.

4. Besi

Berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan

gusi dan lidah serat jaringan mukosa mulut. Mineral ini

banyak terdapat pada daging, bayam, dan sayuran berwarna

hijau.

Page 21: BAB II

5. Flour

Mempertahankan tulang dan gigi yang kuat

sehingga mencegah terjadinya karies gigi, selain itu flour

juga berfungsi mengatur pH asam-basa dalam rongga

mulut. Flour  banyak terdapat pada teh, brokoli, dagaing

ayam dan air floridasi.

6. Seng

Berperan besar dalam penyembuhan luka pada

mukosa mulut. Seng banyak terdapat pada seafood, hati,

daging, dan sereal gandum.

e) Vitamin

Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di

dalam makanan dalam jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah

yang besar untuk fungsi metabolisme yang normal. Vitamin

dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang larut dalam

lemak adalah Vitamin A, D, E, dan K dan yang larut di dalam

air adalah vitamin B dan C (Dorland, 2006). Fungsi vitamin

terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu:

1. Vitamin A

Vitamin A sangat baik untuk kesehatan gingiva dan

penting juga untuk menjaga selaput lendir mulut dan jaringan

mukosa mulut. Memelihara jaringan epitel, membantu

perkembangan gigi serta pertahanan terhadap infeksi.

Vitamin A banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijau

Page 22: BAB II

atau kuning, buah dengan warna yang mencolok, susu, telur

dan minyak ikan.

2. Vitamin D

Vitamin D berfungsi meningkatkan absorpsi kalsium

dan fosfat yang sangat berperan pada pembentukan dan

pertahanan gigi. Absorpsi ini berlangsung di usus halus.

Vitamin D berperan penting pada pembentukan rahang.

Vitamin ini paling banyak terdapat pada susu, minyak ikan

dan sereal.

3. Vitamin E

Vitamin E berfungsi mencegah pertumbuhan bercak

putih tebal di mulut (leukoplakia), mencegah kanker oral

selain itu vitamin E juga berperan sebagai anti oksidan.

Vitamin E banyak terdapat pada telur, susu, daging, dan

kacang-kacangan.

4. Vitamin K

Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah

dan mencegah terjadinya pendarahan spontan dalam rongga

mulut. Vitamin K banyak terdapat pada sayuran berwarna

hijau.

5. Vitamin C

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh,

yaitu sebagai sintesis kolagen, karena vitamin C mempunyai

kaitan yang sangat penting dalam pembentukan kolagen.

Page 23: BAB II

Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin

menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam

pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein

yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan

ikat, seperti pada tulang rawan, matriks tulang, gigi,

membran kapiler, kulit dan tendon. Maka fungsi vitamin C

dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam penyembuhan

luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan

gusi. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim

prolil hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam

pembentukan hidroksipolin, suatu unsur integral

kolagen.Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang

terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah.

Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan

kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang,

dan gigi (Guyton, 2007).

6. Vitamin B kompleks

Membantu struktur wajah berkembang dengan benar

sehingga wanita hamil perlu mengkonsumsi vitamin ini untuk

perkembangan janinnya. Selain itu, fungsi vitamin B

kompleks adalah mencegah timbulnya rasa sakit, warna

kemerahan dan pendarahan gingival, keretakan dan luka di

sudut mulut dan lidah. Vitamin ini banyak terdapat pada

Page 24: BAB II

kacang-kacangan, ragi, sayuran hijau, hati, susu, beras,

jagung dan lain-lain.

k. Karies Gigi

1) Pengertian

Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang

sering dijumpai dikalangan masyarakat dan yang paling banyak

diderita oleh sebagian besar penduduk indonesia. Salah satu

penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada

masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan

kebersihan gigi dan mulut, hal tersebut dilandasi oleh kurangnya

pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut. Prevalensi penyakit karies gigi di Indonesia cenderung

meningkat. Angka kesakitan gigi (rata-rata DMF-T) juga

cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Sekitar 70% dari

karies yang ditemukan merupakan karies awal. Sedangkan

jangkauan pelayanan belum memadai sehubungan dengan

keadaan geografis Indonesia yang sangat bervariasi. Prevalensi

karies gigi tinggi yaitu 97,5%; pengalaman karies (DMF-T)

mendekati 2,84 pada kelompok usia 12 tahun (kebijaksanaan

nasional DITKES-GI). Target pada tahun 2000, DMF-T <3 pada

kelompok usia 12 tahun); expected insidence 0,3 pertahun per

anak (Sariningrum, 2009).

2) Etiologi

Page 25: BAB II

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras yaitu

email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas suatu

jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan

tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang

kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Bakar, 2012).

Karies terjadi bukan disebabkan karena kejadian saja

seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian

proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun

1960-an oleh Keyes dan Jordan ( cit.Harris and Christen, 1995).

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya

beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada

tiga faktor utama yang memegang peranan, yaitu faktor host atau

tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan

ditambah faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi tiap

faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang

rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan

waktu yang lama.

3) Faktor host atau tuan rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi

sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi

(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan

kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan

terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di

daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu,

Page 26: BAB II

permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah

melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel

merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang

mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air

1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami

mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,

fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel

sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel

mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan

enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang

karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi

susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan

jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu,

secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi

tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya

prevalensi karies pada anak-anak.

4) Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam

menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak

yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang

biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian

menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-

beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif

Page 27: BAB II

merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti

Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,Streptokokus mitis

dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain

itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus

pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus

pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun

demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies

oleh karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik

(resisten terhadap asam).

5) Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi

pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan

kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.

Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk

memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang

menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama

sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya

pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan

protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies

gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat

memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

6) Faktor waktu

Page 28: BAB II

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis

pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau

tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang

menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

7) Patofisiologi

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak

di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri

berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi

asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis

(5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut

menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna

berjalan kearah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai

kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin

terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu

banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah

rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang

makrokopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai

terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri dari

tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan

terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima

(lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat

lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-

cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan

menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam,

Page 29: BAB II

tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu

daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat

dan lapisan lima. Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh

dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak

putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung

pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke

atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur

21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan

individual. Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida,

kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu. Pada anak-

anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini

disebabkan:

a) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama

belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan

mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung

terutama 1 tahun setelah erupsi.

b) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan

karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola

makannya (sering makan makanan kecil).

c) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya

sklerotisasi yang tidak memadai.

d) Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada

anak-anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang

Page 30: BAB II

lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih

besar di dalam mulut.

Terdapat 3 teori mengenai terjadinya karies, yaitu teori

asidogenik (teori kemoparasiter Miller), teori proteolitik, dan teori

proteolisis kelasi.

a) Teori Asidogenik

Miller (1882) menyatakan bahwa kerusakan gigi

adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas 2 tahap, yaitu

dekalsifikasi email sehingga terjadi kerusakan total email dan

dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan

residunya yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh

bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat dapat

mendekalsifikasi dentin, menurut teori ini, karbohidrat,

mikroorganisme, asam dan plak berperan dalam proses

pembentukan karies.

b) Teori Proteolitik

Gottlieb (1944) menyatakan bahwa karies merupakan

suatu proses proteolisis bahan organik dalam jaringan keras

gigi oleh produk bakteri. Dalam teori ini dikatakan

mikroorganisme menginvasi jalan organik seperti lamela

email dan sarung batang email (enamel rod sheat), serta

merusak bagian-bagian organik. Proteolisis juga disertai

pembentukan asam. Pigmentasi kuning merupakan ciri karies

yang disebabkan produksi pigmen oleh bakteri proteolitik.

Page 31: BAB II

Teori proteolitik ini menjelaskan terjadinya karies dentin

dengan email yang masih baik.

Manley dan Hardwick (1951), menggabungkan teori

proteolitik dan teori asidogenik. Menurut mereka teori-teori

tersebut dapat berjalan sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Teori ini menyatakan bahwa bakteri dapat membentuk asam

dari substrat karbohidrat, dan bakteri tertentu dapat merusak

protein jika tidak ada karbohidrat, karena itu terdapat dua tipe

lesi karies. Pada tipe I, bakteri menginvasi lamela email,

menyerang email dan dentin sebelum tampak adanya gejala

klinis karies. Pada tipe II, tidak ada lamela email hanya

terdapat perubahan pada email sebelum terjadi invasi

mikroorganisme. Perubahan email ini terjadi akibat

dekalsifikasi email oleh asam yang dibentuk oleh bakteri

dalam plak gigi di atas email. Lesi awal ini juga disebut

chalky enamel.

c) Teori Proteolisis Kelasi

Teori ini dinyatakan oleh Schatz (1955). Kelasi

adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui ikatan

kovalen koordinat yang menghasilkan suartu kelat. Teori ini

menyatakan bahwa serangan bakteri pada email dimulai oleh

mikroorganisme yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan

protein serta komponen organik lainnya, terutama keratin. Ini

menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat membentuk

Page 32: BAB II

kelat dan larut dengan komponen mineral gigi sehingga

terjadi dekalsifikasi email pada ph netral atau basa.

8) Manifestasi Klinis

Gambaran klinis karies email yaitu :

a) Lesi dini atau lesi bercak putih/coklat (karies insipien)

b) Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami kavitas)

Gejala paling dini karies email secara makroskopik

adalah suatu bercak putih. Bercak putih ini jelas terlihat pada gigi

cabutan yang kering yang tampak sebagai suatu lesi kecil, opak

dan merupakan daerah berwarna putih, terletak sedikit arah

serviks dari titik kontak. Warna tampak berbeda dibandingkan

email di sekitarnya yang masih sehat. Pada tahap ini, deteksi

dengan sonde tidak dapat dilakukan karena email yang

mengelilinginya masih keras dan mengkilap. Kadang-kadang lesi

tampak coklat karena materi yang terserap kedalam pori-porinya.

Baik bercak putih maupun coklat bisa bertahan bertahun-tahun

lamanya karena perkembangan lesi tersebut dapat dicegah. Jika

lesi email sempat berkembang, permukaan yang semula utuh

akan pecah (kavitasi) dan akan terbentuk lubang (kavitas)

(Mansjoer, 1999).

3. Pemeriksaan Penyakit Gigi dan Mulut

Untuk mendiagnosa penyakit gigi dan mulut diperlukan

(repository.usu.ac.id):

a. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesa)

Page 33: BAB II

b. Pemeriksaan Obyektif (Pemeriksaan Klinis)

1) Pemeriksaan Extra Oral (diluar mulut)

Pemeriksaan Extra Oral dilakukan dengan cara

(repository.usu.ac.id):

a) Inspeksi visual

Tindakan ini berfungsi agar operator dapat mengetahui

lokasi, jenis kelainan, jumlah, dan bentuk.

b) Palpasi/perabaan

Tindakan ini berfungsi agar operator dapat mengetahui

konsistensi dari suatu jaringan, adanya rasa sakit/tidak, adanya

fluktuasi/tidak, dapat merasakan keadaan permukaan jaringan

halus/kasar serta suhu jaringan.

Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan ini antara lain

(repository.usu.ac.id):

1) Gambaran Ekstraoral Normal

Merupakan keadaan dimana baik bentuk maupun fungs

ekstraoral meliputi kepala, leher, tungkai, hidung, pipi, dagu,

bibir, TMJ, kelenjar tiroid, kelenjar parotis, kelenjar

submandibula.

2) Bentuk muka

Dari bagian muka dapat terlihat pembengkakan karena

abses gigi, tumor pada mandibula/maxilla, dislokasi dari

mandibula facial paralysis dan sebagainya.

3) Pipi

Page 34: BAB II

Pada pipi maka kita dapat mendeteksi adanya

pembengkakan karena abses gigi, tumor, luka oleh karena trauma.

4) Bibir

Pada bibir maka kita dapat mendeteksi adanya cleft lip

(sumbing, cheiloschisis, herelip), lesi pada bibir mungkin karena

trauma, cheilosis, defisiensi vitamin B komplek disudut mulut,

Fordyce Spot’s suatu pigmentasi yang ditandaidgn bintik-bintik

yg berwarna putih kekuning-kuningan dan permukaannya rata,

tidak sakit.

5)  Leher

Pada kelenjar leher maka kita dapat mendeteksi adanya

keradangan pada kelenjar ini disebut lymphadenitis sering

terdapat dipenderita monocytic, hodgkin’s disease. Gambaran

limfadenopati berupa pembesaran kelenjar limfe yang terjadi

akibat adanya infiltrasi sel leukosit seperti limfosit, sel plasma,

monosit dan histiosit ke dalam kelenjar limfe dan merupakan

proses pertahanan tubuh terhadap radang yang merupakan proses

fisiologis tubuh:

6)  Kelenjar Tiroid

Pada kelenjar tiroid maka kita dapat mendeteksi adanya

pembesaran kelenjar ini disebut goiter.

7) TMJ

Pada TMJ maka kita dapat mendeteksi adanya kelainan

pada sendi rahang dan trismus.

Page 35: BAB II

8) Ulserasi

Ulser adalah luka terbuka dengan hilangnya seluruh epitel

dari permukaan sampai bagian dasar dan dapat mencapai jaringan

di bawahnya. Ulser disebabkan oleh peradangan yang menembus

membran mukosa atau kulit.

Ulser atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau

jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis

jaringan yang sedikit demi sedikit. Ulser atau ulkus meluas

melewati lapisan basal dari epitel dan menuju ke dalam lapisan

dermis. Pembentukan jaringan parut dapat mengikuti

penyembuhan ulser atau ulkus. Ulser atau ulkus dapat diakibatkan

oleh stomatitis aphtosa atau infeksi oleh virus seperti herpes

simpleks, variola (cacar), dan varicella zoster (cacar air dan

shingles)..

9) Luka (vulnus)

Kategori luka (vulnus), ada beberapa jenis

yaitu(repository.usu.ac.id):

a) vulnus incisum (luka sayat), terjadi karena teriris oleh

instrumen yang tajam. Misalnya luka yang terjadi akibat

pembedahan.

b) vulnus contusum (luka memar), terjadi akibat benturan oleh

suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada

jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

c) ekskoriasi (luka lecet atau abrasi), terjadi akibat kulit

Page 36: BAB II

bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda

yang tidak tajam dan hanya mengenai bagian superficial.

d) vulnus punctum (luka tusuk), terjadi akibat adanya trauma

benda tajam, seperti pisau yang masuk kedalam kulit dengan

diameter yang kecil.

e) vulnus laceratum (luka robek), terjadi akibat benda yang

tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.

f) vulnus sclepetorum (luka tembak), yaitu luka yang

menembus organ tubuh akibat tembakan.

g) vulnus morsum, yaitu luka karena gigitan binatang

10) Pemeriksaan Intra Oral (di dalam mulut) yang meliputi

pemeriksaan jaringan lunak mulut dan pemeriksaan gigi geligi.

a) Gigi Karies

Klasifikasi karies, antara lain (repository.usu.ac.id):

1. Menurut lokasi

a. Karies pit dan fissure yaitu karies yang terdapat pada

pit dan fissure gigi.

b. Karies pada permukaan halus yaitu karies yang

terdapat pada permukaan halus gigi.

2. Menurut stuktur jaringan yang terkena

a. Karies superfisialis adalah karies yang mengenai

lapisan email.

b. Karies media adalah karies sudah mengenai lapisan

dentin.

Page 37: BAB II

c. Karies profunda adalah karies yang sudah mengenai

pulpa.

3. Menurut waktu terjadinya

a. Karies primer

Karies primer adalah karies yang terjadi pada

lokasi yang belum pernah terkena karies sebelumnya.

b. Karies sekunder

Karies sekunder karies yang timbul pada lokasi

yang telah memiliki riwayat karies sebelumnya.

4. Menurut tingkat progresifitas

a. Karies akut

Karies akut adalah karies yang berkembang

dan memburuk dengan cepat, misalnya karies rampan.

b. Karies kronis

Karies kronis adalah karies yang berjalan

lambat dengan penampakan warna kecoklatan sampai

hitam.

c. Karies terhenti

Karies terhenti adalah karies yang tidak

berkembang yang disebabkan oleh perubahan dari

lingkungan.

11) Ulserasi

Ulserasi merupakan kondisi terjadi putusnya permukaan

epitelium mukosa rongga mulut yang menyebabkan terbukanya

Page 38: BAB II

ujung saraf yang terletak di lamina propria. Ulser mungkin

merupakan lesi jaringan lunak yang paling sering terjadi dan

dapat bersifat akut maupun kronis. Walaupun kebanyakan ulser

rongga mulut memiliki gambaran klinis yang mirip, akan tetapi

etiologinya bervariasi mulai dari reaktif sampai neoplastik dan

dapat juga merupakan manifestasi oral dari penyakit dermatologis

(repository.usu.ac.id).

12) Erosi

Erosi merupakan kerusakan kulit/ mukosa yang dangkal

oleh karena hilangnya lapisan epitel. erosi memiliki permukaan

yang kasar, basah, sedikit cekung dan biasanya dapat sembuh

tanpa meninggalkan jaringan parut. Erosi bisa ditemukan dari

bulla yang pecah, lichen planus tipe erosif, steven johnson

syndrome (Hamid, 2009).

13) Fistula

Fistula adalah lubang abnormal diantara dua organ

berongga atau dari suatu kavitas ke bagian luar tubuh, misalnya

fistula oro-antral. Fistula juga dapat terbentuk akibat adanya

abses, kista, atau inflamasi di mulut. Fistula dapat terbentuk di

dalam tulang atau jaringan lunak yang memudahkan penyebaran

infeksi ke daerah sekitarnya (repository.usu.ac.id).

14) Abses

Abses adalah daerah jaringan yang didalamnya terdapat

nanah yang terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas

Page 39: BAB II

bakteri yang menyebabkan infeksi. Abses terbentuk jika tidak ada

jalan keluar nanah atau pus sehingga terperangkap dalam jaringan

dan terus membesar. Abses periapikal adalah kumpulan pus yang

terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang disebabkan oleh

infeksi dari pulpa dan atau periodontal (repository.usu.ac.id).

Nanah dari abses dapat dialirkan ke kulit (kutan), mukosa,

jaringan ikat atau tulang, tergantung kepada lokasi gigi yang

terkena. Penyebab abses periapikal adalah tubuh menyerang

infeksi dengan sejumlah besar sel darah putih sehingga

menghasilkan nanah atau pus. Nanah atau pus adalah sekumpulan

sel darah putih dan jaringan yang mati yang terjebak di dalam

jaringan. Nanah dari infeksi gigi pada awalnya dialirkan ke gusi

sehingga gusi yang berada di dekat akar gigi tersebut

membengkak. Gejala abses periapikal yaitu gigi terasa sakit dan

bila mengunyah akan timbul rasa nyeri. Kemungkinan dapat

terjadi demam disertai pembengkakan kelenjar getah bening di

leher. Jika absesnya sangat berat, maka di daerah rahang terjadi

pembengkakan (repository.usu.ac.id).

15) Fisura

Fisura merupakan suatu celah garis pada mukosa dan

sering ditemui pada bibir dan jaringan perioral. Contoh fisura

diantaranya fissured tongue, angular cheilitis, eksfoliatif cheilitis

dan perleche (Hamid, 2009).

16) Cancrum oris (Noma)

Page 40: BAB II

Noma merupakan penyakit infeksi opportunistik yang

jarang dan bersifat progresif. Noma berupa gangren yang merusak

mukosa membran pada oral dan jaringan lain. Penyebab

terjadinya noma yaitu nekrosis jaringan akibat invasi bakteri

anaerob (Fusobacterium necrophorum, Borrelia vincentii,

Staphylococcus aureus dan Prevotella intermedia) (Hamid,

2009).

17) Trauma

Gigi yang terkena trauma atau injury bisa menjadi

beberapa keadaan seperti fraktur, kegoyangan, perubahan posisi,

cedera pada ligamen periodontal dan tulangalveolar, serta trauma

pada jaringan pulpa (repository.usu.ac.id).

18) Gigi yang tidak erupsi

Anodonsia (anodontia) adalah kelainan genetik

(keturunan) berupa tidak tumbuhnya gigi karena tidak adanya

benih gigi. Terdapat 3 macam anodonsia, yaitu complete

anodonsia, hipodonsia dan oligodonsia. Complete anodonsia

adalah kelainan genetik berupa tidak tumbuhnya semua gigi di

dalam rongga mulut. Hipodonsia adalah kelainan genetik yang

biasanya berupa tidak tumbuhnya 1 - 6 gigi di dalam rongga

mulut. Oligodonsiaadalah kelainan genetik berupa tidak

tumbuhnya lebih dari 6 gigi di dalam rongga mulut

(http://repository.ui.ac.id, ....).

19) Impaksi

Page 41: BAB II

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi

normalnya terhalang atau terhambat oleh gigi di dekatnya atau

oleh jaringan patologis (http://repository.ui.ac.id, ....).

20) Keganasan

Keganasan pada rongga mulut merupakan pertumbuhan

yang sangat cepat dan dapat berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya

serta bermetastasis. Penyebabnya yaitu faktor internal (herediter,

faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur,

dan lain-lain). Contohnya adalah neoplasma, melanoma, dll

(http://repository.ui.ac.id, ....).

21) Fluorosis

Fluorosis gigi adalah kerusakan enamel yang secara

kualitatif merupakan hasil dari peningkatan konsentrasi fluor di

sekitar ameloblast selama pembentukan enamel gigi. Gigi

menjadi tidak putih seperti gigi normal, tetapi pucat, buram, atau

gelap. Pada keadaan fluorosis, selain terjadi perubahan warna,

enamel menjadi rapuh (Malau, 2005).

Penggunaan fluor dalam waktu lama selama pembentukan

enamel akan mengakibatkan perubahan-perubahan yaitu

timbulnya garis-garis putih yang kecil pada enamel sampai putih

seperti kapur dan opak. Porositas tersebut menggambarkan

peningkatan celah diantara kristal-kristal enamel yang berisi

protein dan air. Karena sifat optik air yang sangat mirip dengan

enamel, sehingga porositas terkadang sukar diamati. Tetapi, bila

Page 42: BAB II

dikeringkan maka air berada dalam pori-pori dan sebagian akan

digantikan oleh udara. Udara mempunyai sifat optik yang berbeda

dengan enamel sehingga pori-pori tersebut tampak opak. Tingkat

atau derajat opasitas secara langsung menggambarkan derajat

porositas enamel (Malau, 2005).

Fluorosis gigi disebabkan oleh gigi terlalu banyak terpapar

fluorida dalam jangka panjang pada masa pembentukan gigi.

Tingkat keparahan kondisi tergantung pada dosis (berapa

banyak), durasi (berapa lama) dan waktu (bila dikonsumsi)

asupan fluorida. Sumber-sumber fluorida, yaitu air minum dengan

fluorida, fluorida pasta gigi terutama jika tertelan oleh anak-anak

dan resep suplemen diet di tablet atau tetes fluor (terutama jika

diresepkan untuk anak-anak yang sudah minum air berfluorida).

Pemeriksa harus mencatat pola distribusi dari berbagai kelainan

dan memutuskan apakah termasuk salah satu tipe fluorosis.

Menurut Dean (1942), berdasarkan kriteria indeks Dean dengan

pemeriksaan secara visual menggunakan kaca mulut, dibedakan

menjadi dua yaitu ada fluorosis gigi dan tidak ada fluorosis gigi.

Selain itu, Dean juga mengklasifikasikan fluorosis gigi menurut

tingkat keparahannya. Kriteria indeks Dean disajikan dalam

berikut:

Tabel 2.8. Kriteria Fluorosis Gigi dengan Index Dean

No. Kategori Ciri-ciri gigi

Page 43: BAB II

1 0 = Normal Permukaan enamel halus, berkilau dan biasanya berwarna putih susu pucat.

2 1 = Dipertanyakan Enamel menunjukkan sedikit penyimpangan dari translusensi enamel yang normal yang memiliki range dari sedikit bercak putih menuju noda berbintik.

3 2 = Sangat Ringan Kecil, opak, daerah seputih kertas tersebar tidak beraturan pada gigi namun melibatkan kurang dari 25% permukaan labial gigi

4 3 = Ringan Opasitas putih pada enamel gigi lebih meluas daripada kode 2, tetapi menutupi kurang dari 50% permukaan gigi

5 4 = Sedang Permukaan enamel gigi menunjukkan tanda dan noda kecoklatan

6 5 = Parah Permukaan enamel sangat terpengaruh dan hipoplasia sangat bertanda pada seluruh permukaan gigi yang terkena. Terdapat daerah berbintik dan kelihatan dan noda coklat tersebar luas serta gigi sering memiliki tampilan korosi

7 6 = Eksklusi (mis. crown)

8 7 = Tidak tercatatSumber: Dean, 1942

Page 44: BAB II

4. Sikap Kesehatan Gigi dan Mulut

5. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut

Gigi adalah jaringan keras pada rongga mulut yang memiliki

struktur dan fungsi yang bervariasi. Organ sangat vital karena memiliki

beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti (www.scribd.com,....):

a. Estetika

Gigi sangat berpengaruh dalam menentukan kecantikan dan

ketampanan seseorang karena gigi dapat berfungsi dalam

membentuk wajah.

b. Menghancurkan Makanan

Peranan ini dilakukan berdasarkan jenis giginya, yaitu:

1) Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan

2) Gigi taring berfungsi untuk mengoyak makanan

3) Gigi geraham berfungsi untuk mengunyah makanan

Fungsi gigi dalam menghancurkan makanan dapat membantu

pekerjaan enzim pencernaan, sehingga kerja enzim pencernaan tidak

terlalu keras.

c. Membantu proses bicara

Tekanan antara gigi dengan lidah maupun dengan bibir dapat

membantu dalam pengucapan beberapa huruf, sehingga gigi dapat

membantu proses bicara pada manusia.

Gigi yang sehat adalah gigi yang berwarna putih dan tidak

berlubang. Angka kejadian gigi berlubang di Indonesia sekarang ini sudah

semakin banyak, hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat

Page 45: BAB II

Indonesia yang masih sangat kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Gigi berlubang pada anak-anak sangat banyak ditemukan sekarang ini, hal

ini disebabkan karena kebiasaan anak-anak yang suka mengkonsumsi

makanan manis dan malas untuk membersihkan gigi mereka. Kesadaran

masyarakat Indonesia yang masih kurang dalam memperhatikan kesehatan

gigi menyebabkan tingginya angka kesakitan gigi yang pada akhirnya

dapat mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan berbagai aktivitas

(www.gemari.or.id,...).

Untuk menjaga agar gigi tetap bersih dan sehat, perlu dibiasakan

untuk melakukan hal hal yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut,

seperti:

a. Metode Penyikatan Gigi

1) Sikat Gigi

Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang memiliki bulu

sikat yang halus karena fleksibel dan efektif membersihkan

lekukan dan daerah yang sulit terjangkau, serta tidak merusak

email gigi dan gusi. Kepala sikat yang ramping atau bersudut juga

dapat mempermudah pencapaian sikat di daerah mulut bagian

belakang yang sulit terjangkau. Sikat gigi sebaiknya diganti setiap

tiga bulan sekali, atau saat bulu sikat telah rusak. Setiap anggota

keluarga sebaiknya memiliki sikat gigi pribadi yang tidak

digunakan untuk bersama-sama.

2) Pasta gigi

Page 46: BAB II

Pasta gigi adalah bahan berbentuk pasta atau gel yang

dapat mengangkat plak dan sisa makanan sehingga dapat

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Pasta gigi sebaiknya

mengandung fluoride yang dapat menguatkan struktur gigi. Pasta

gigi yang diletakkan pada sikat gigi tidak perlu sepanjang

permukaan bulu sikat, tetapi cukup sebesar biji jagung saja. Busa

yang terbentuk saat menyikat gigi juga sebaiknyao tidak ditelan.

3) Waktu menyikat gigi

Waktu menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari,

yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Sikat gigi

setelah sarapan pagi bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa

makanan sebelum melaksanakan berbagai aktivitas, sehingga

pada saat gigi berhenti mengunyah makanan hingga makan siang

bakteri tidak merusak struktur gigi terlalu banyak. Menyikat gigi

malam sebelum tidur bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa

makanan sebelum tidur, karena pada saat malam hari produksi

saliva yang berfungsi menetralisir asam dirongga mulut menurun,

sehingga aktivitas bakteri akan meningkat jika sisa-sisa makanan

tertimbun di dalam rongga mulut.

4) Cara menyikat gigi

Menyikat gigi secara teratur tidak menjamin gigi

seseorang selalu bersih dan sehat, hal ini bisa disebabkan karena

salahnya cara menyikat gigi sehingga plak tidak seluruhnya

Page 47: BAB II

hilang dari permukaan gigi. Menyikat gigi agar hasilnya bersih

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (.....):

Cara menyikat harus dapat membersihkan semua deposit

pada permukaan gigi dan gusi secara baik, terutama saku gusi dan

ruang interdental.

a) Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan gusi dan

mengabrasi lapisan gigi dengan tidak memberikan tekanan

berlebih.

b) Cara menyikat harus tepat dan efisien.

c) Membersihkan seluruh permukaan lidah, terutama bagian

atas lidah.

Cara menyikat gigi yang baik dan benar ada beberapa

metode, yaitu (Pratiwi, 2009):

a) Metode Scrub

Cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara

horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi

dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-

ulang.

b) Metode Roll

Cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai

dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh

permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas

gusi dan gigi dengan posisi parallel dengan sumbu tegaknya

gigi.

Page 48: BAB II

c) Metode Bass

Meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan

gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak

gigi. Sikat gigi digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah

posisi bulu sikat.

d) Metode Stillman

Mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat

dari arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai di

permukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu

sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil

membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi seperti

pada metode bass.

e) Metode Fones

Mengutarakan metode dengan gerakan sikat secara

horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau

oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh

permukaan gigi atas dan bawah.

f) Metode Charters

Meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu

sikat menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi. Arahkan 45

derajat pada daerah leher gigi. Metode ini baik untuk

membersihkan plak di daerah sela-sela gigi,pada pasien yang

memakai kawat gigi.

b. Flossing

Page 49: BAB II

Benang gigi adalah cara terbaik untuk membersihkan ruang

antar gigi. Penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan

dari permukaan aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat gigi .

Idealnya, flossing dilakukan disamping menggosok gigi sebagai

bagian latihan oral hygiene sehari-hari. Flossing sulit dilakukan dan

memerlukan latihan yang lama sebelum benar-benar menguasai. Oleh

karenanya flossing harus diperkenalkan pada anak dengan teknik yang

mudah dan efisien sebagai bagian dari prosedur menggosok gigi.

Penggunaan floss pada gigi-gigi anterior perlu diperlihatkan terlebih

dahulu, kemudian diperluas ke gigi-gigi posterior. Cara-cara yang

perlu diperhatikan dalam penggunaan flossing antara lain

(usu.ac.id, ...):

1. Gunakan flossing yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang

waxed (dilapisi malam / lilin) dapat meninggalkan wax (lilin)

pada permukaan gigi yang dapat menghambat penyerapan fluor

dari pasta gigi atau pemberian fluor topikal.

2. Potong floss kira-kira 30 – 40 cm panjangnya dan dengan ringan

putar ujungnya disekitar jari tengah.

3. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak lebih dari 2 cm

jaraknya, supaya dapat mengendalikan floss dengan baik.

4. Lewatkan floss perlahan-lahan melalui titik kontak dengan

menggerakkan floss kearah bukolingual sampai masuk perlahan-

lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat membuat

trauma pada papilla interdental.

Page 50: BAB II

5. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan kearah okluso gingival dan

buko lingual terhadap tiap permukaan proksimal.

c. Berkumur

Menyempurnakan sikat gigi dengan berkumur menggunakan

larutan antiseptik untuk membunuh bakteri penyebab plak di tempat-

tempat yang tidak terjangkau. Obat kumur juga dapat menjadi

penyegar mulut dan mengurangi bau mulut setelah makan.

Penggunaan obat kumur adalah 20 ml setelah menyikat gigi dua kali

sehari dengan cara mengulumnya di mulut selama 30 detik kemudian

dikeluarkan (Pratiwi, 2009).

d. Konsultasi diet

Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat

terutama sukrosa dapat membentuk plak yang kemudian akan

menghasilkan asam yang dapat menyebabkan gigi berlubang.

Makanan manis banyak mengandung sukrosa, sehingga kebiasaan

makan makanan yang manis dan lengket sebaiknya dihilangkan.

Perbanyak minum air putih, juga buah-buahan dan sayuran yang bisa

membersihkan gigi seperti apel, wortel dan seledri. (id.shvoong.com)

e. Mengunyah permen karet

Penggunakan permen karet bebas gula dapat bermanfaat untuk

kesehatan gigi Anda (copy paste yah?bahasanya masih bahasa artikel).

Mengunyah permen karet dapat membersihkan gigi karena permen

tersebut mengandung pemanis xylitol yang bermanfaat menghambat

perkembangan bakteri streptococcus sehingga mengurangi gigi

Page 51: BAB II

berlubang dan plak. Selain itu, kegiatan mengunyah juga merangsang

produksi air liur yang merupakan perlindungan alami terhadap

kerusakan gigi (majalahkesehatan.com,....).

f. Mengunjungi dokter gigi

Mengunjungi dokter gigi secara teratur dapat mengontrol

kesehatan gigi seseorang. Dokter gigi dapat menyarankan hal-hal yang

baik bagi kesehatan gigi, cara mencegah timbulnya penyakit pada gigi

dan mulut, serta melakukan perawatan saat ada masalah pada gigi dan

mulut (Pratiwi, 2009)

g. Melakukan kebiasaan yang baik untuk kesehatan gigi

Gunakan sedotan jika meminum kopi, teh ataupun minuman

bersoda lain agar minumannya tidak mengenai gigi secara langsung,

karena minuman tersebut dapat membuat kerusakan kuat pada gigi.

Hentikan kebiasaan merokok, selain bisa membuat gigi kuning,

merokok juga bisa menyebabkan penyakit gusi dan kanker mulut

(id.shvoong.com, ....).

6. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan dengan Indeks DMF-T (Decay, Missing, Filling – Teeth)

dan def-t (decay, eksfoliation dan filling – teeth)

Indeks DMF-T atau def-t adalah ukuran yang dapat digunakan

untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang

ringan sampai berat untuk mendapatkan data tentang status karies

seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan

pemeriksa sama atau seragam. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan

Page 52: BAB II

pada gigi (DMF-T) dan permukaan gigi (DMF-S). Semua gigi

diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak

tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini menggunakan

kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi

yang hilang), dan F (gigi yang ditumpat). Kemudian, dijumlahkan

sesuai kode. Gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan

pemberian kode DMF-T (decayed missing filled tooth), sedangkan

def-t (decayed extracted filled tooth) digunakan untuk gigi susu.

Rerata DMF-T adalah jumlah seluruh nilai DMF-T dibagi atas jumlah

orang yang diperiksa (http://usupress.usu.ac.id .........).

1) DMF-T

DMF-T adalah jumlah gigi tetap yang mengalami karies

pada subjek, berupa angka yang diperoleh dengan menghitung

keadaan sebagai berikut (http://www.lontar.ui.ac.id,..........):

a) D (Decay) yaitu apabila jaringan email gigi tetap mengalami

dekalsifikasi, terlihat keputihan atau kecoklatan dengan ujung

eskavator yang terasa menyangkut pada kavitas. Keadaan

lain yang termasuk ke dalam kategori ini, yaitu keadaan

karies dengan kavitas besar yang melibatkan dentin, karies

mencapai jaringan pulpa baik pulpa tersebut masih vital

maupun non-vital, karies terhenti, serta karies pada gigi tetap

walaupun pada gigi tersebut terdapat restorasi. Seluruh

keadaan ini masih dapat dikategorikan D (Decayed), apabila

kavitas tersebut nantinya masih dapat direstorasi.

Page 53: BAB II

b) M (Missing) yaitu apabila gigi tetap tersebut telah dilakukan

pencabutan atau tanggal. keadaan lain yang termasuk ke

dalam kategori ini, yaitu karies gigi tetap yang diindikasikan

untuk pencabutan, contohnya jika mahkota gigi tidak ada atau

yang ada hanya sisa akar. Gigi yang hilang akibat penyakit

periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti

tidak dimasukkan dalam kategori ini.

c) F (Filling) yaitu apabila pada gigi tetap tersebut telah

ditumpat atau direstorasi secara tetap maupun sementara.

apabila gigi yang sudah ditumpat terdapat karies maka tidak

dimasukkan dalam kategori ini.

d) def-t

def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami

karies pada subjek. Perhitungan def-t berdasarkan pada 20

gigi sulung. Adapun angka yang diperoleh dengan

menghitung keadaan sebagai berikut

(http://repository.ui.ac.id, ......):

1) d (decay) yaitu apabila jaringan email gigi sulung

mengalami dekalsifikasi, terlihat keputihan atau

kecoklatan dengan ujung eskavator yang terasa

menyangkut pada kavitas. Keadaan lain yang termasuk

ke dalam kategori ini yaitu keadaan karies dengan

kavitas besar yang melibatkan dentin, karies mencapai

jaringan pulpa baik pulpa tersebut masih vital maupun

Page 54: BAB II

non-vital, karies terhenti, serta karies pada gigi sulung

walaupun pada gigi tersebut terdapat restorasi. Seluruh

keadaan ini masih dapat dikategorikan d (decayed) jika

kavitas tersebut nantinya masih dapat direstorasi.

2) (eksfoliation) yaitu apabila gigi sulung tersebut telah

dilakukan pencabutan atau tanggal. Keadaan lain yang

termasuk ke dalam kategori ini, yaitu karies gigi sulung

yang diindikasikan untuk pencabutan, contohnya jika

mahkota gigi tidak ada atau yang ada hanya sisa akar.

3) (filling) yaitu apabila pada gigi sulung tersebut telah

ditumpat atau direstorasi secara tetap maupun sementara.

Jika gigi yang sudah ditumpat terdapat karies maka tidak

dimasukkan dalam kategori ini.

b. Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut dapat dinilai dengan OHI-S (Oral

Hygiene Index Simplified). OHI-S adalah indeks untuk mengukur

daerah permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus. OHIS

yang digunakan yaitu indeks Oral Hygiene Index Simplified dariGreen

and Vermillion (1964) yang merupakan jumlah Debris Index (DI) dan

Calculus Index (CI).Menurut Carranza (2006), keuntungan OHI-S

adalah kriteria obyektif dimana pemeriksaan dapat dilakukan dengan

cepat dan dapat mengevaluasi kebersihan gigi dan mulut secara

individu.Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan

skor OHI-S adalah sebagai berikut:

Page 55: BAB II

Baik : 0,0 - 1,2

Sedang : 1,3 - 3,0

Buruk : 3,1 - 6,0

Tujuan penggunaan OHI-S ini adalah mengembangkan suatu

tehnik pengukuran yang dapat dipergunakan untuk mempelajari

epidemiologi dari penyakit periodontal dan kalkulus, untuk menilai

hasil dari cara sikat gigi, menilai kegiatan kesehatan gigi dari

masyarakat, serta menilai efek segera dan jangka panjang dari

program pendidikan kesehatan gigi. Menurut Green and Vermillion

(1964), menentukan enam permukaan gigi pilihan yang dapat

mewakili semua segmen anterior dan posterior mulut berdasarkan

pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh mulut. Alat yang digunakan

pada pemeriksaan OHI-S ini yaitu kaca mulut, sonde bengkok tanpa

disclosingsolution.

Menurut Tjahja dan Ghani (2007), keenam gigi dan

permukaan gigi yang diperiksa pada OHI-S adalah

(http://repository.ui.ac.id, ....).

Tabel 2.3. Gigi dan Permukaan Gigi yang diperiksa pada OHI-SRegio Gigi yang diperiksa Permukaan yang diperiksa16 atau 17 Bukal11 Labial26 atau 27 Bukal46 atau 47 Lingual31 Labial36 atau 37 Lingual

Sumber: Buletin Penelitian Kesehatan, 2010Tiap permukaan gigi dibagi secara horizontal menjadi tiga

bagian yaitu 1/3 gingival, 1/3 bagian tengah dan 1/3 incisal.

Pemeriksaan Debris Index (DI) digunakan sonde yang diletakkan

Page 56: BAB II

pada 1/3 incisal dan digerakkan ke 1/3 gingival sesuai dengan

kriteria Debris Index (DI).

Tabel 2.4. Kriteria Pemeriksaan Debris Index (DI)

Nilai Kriteria0 tidak ada debris

1 debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi2 debris lunak menutupi lebih 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari

2/3 permukaan gigi3 debris lunak menutupi lebih dari 2/ 3 permukaan gigi

Sumber: Buletin Penelitian Kesehatan, 2010Skor dari Debris Index (DI) tiap individu diperoleh dengan

cara menjumlahkan skor debris tiap permukaan gigi dan dibagi

oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa. Kriteria untuk

hasil Debris Index (DI) adalah:

Baik : 0,0 - 0,6

Sedang : 0,7 - 1,8

Buruk : 1,9 - 3,0

Calculus Index (CI) diperoleh dengan meletakkan sonde

dengan baik dalam distal gingival crevicular dan digerakkan

pada daerah subgingival dari jurusan kontak distal ke daerah

kontak mesial (1/2 dari lingkaran gigi dianggap sebagai satu unit

skoring). Kriteria untuk Calculus Index (CI) adalah:

Tabel 2.5. Kriteria Pemeriksaan Calculus Index (CI)Nilai Kriteria0 tidak terdapat kalkulus1 kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi2 kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapitidak lebih dari

2/3 permukaan gigi3 kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Sumber: Buletin Penelitian Kesehatan, 2010Skor dari Calculus Index (CI) tiap individu diperoleh

dengan cara menjumlahkan skor kalkulus tiap permukaan gigi dan

Page 57: BAB II

dibagi oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa. Kriteria

untuk hasil Calculus Index (CI) adalah:

Baik : 0,0 - 0,6

Sedang : 0,7 - 1,8

Buruk : 1,9 - 3,0

OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) diperoleh dengan

menghitung jumlah Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI).

Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut:

OHI-S = jumlah Debris Index (DI) + jumlah Calculus Index (CI)

Menurut standar WHO (World Health Organisation), kriteria

untuk OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) adalah sebagai

berikut:

Baik : 0,0 - 1,2

Sedang : 1,3 - 3,0

Buruk : 3,1 - 6,0