bab ii
DESCRIPTION
laporan blok rural dentistry universitas jenderal soedirman jurusan kedokteran gigiTRANSCRIPT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kesehatan serta Kesehatan Gigi dan Mulut
Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan
(“Health is a state of complete physical, mental and social well-being and
not merely the absence of diseases or infirmity”) (WHO, ....). Ada tiga
komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat
yaitu (promkes.depkes.go.id, ....):
a. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih,
mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak
gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan
seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
b. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama
lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh
yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”. Atribut seorang insan
yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
1) Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah
menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan
menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
2) Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak
mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi
terhadap kebutuhan emosi orang lain.
3) Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah
takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan
masalah secara cerdik dan bijaksana.
c. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau
negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan
tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Kesejahteraan sosial dalam
arti yang lebih hakiki adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman
damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Masyarakat
hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta
masyarakat umum dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera.
d. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat
oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal
maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu
dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar
terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut
sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan
definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata
(promkes.depkes.go.id, ....).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang
dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle,
1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku
yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan
penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas
struktural (Pender, 1982).
Sehat/kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan
(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU N0. 23/1992 tentang
Kesehatan).
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri
(self care resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self
care actions) secara adekuat. Self care resouces mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Self care actions merupakan perilaku yang sesuai
dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual (Paune, 1983).
2. Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Gigi
1) Struktur Gigi
Manusia merupakan makhluk yang bergigi diphyodont
yaitu mengalami erupsi gigi sebanyak dua kali, yaitu erupsi gigi
sulung (decidui) dan erupsi gigi tetap (permanent). Gigi manusia
terrmasuk dalam gigi heterodont karena terdiri dari bermacam-
macam bentuk dan fungsi. Gigi pada manusia dewasa berjumlah 32
buah dan pada anak berjumlah 20 buah. Secara umum, gigi pada
manusia berfungsi untuk (Harshanur, 1991):
a) Memotong atau memperkecil ukuran bahan makanan pada saat
pengunyahan.
b) Mempertahankan jaringan penyanggah gigi supaya tetap dalam
kondisi yang baik dan terikat erat dalam lengkung gigi serta
membantu dalam perkembangan dan perlindungan dari
jaringan-jaringan penyanggah gigi.
c) Memproduksi dan mempertahankan suara atau bunyi.
d) Estetik.
e) Melindungi jaringan-jaringan penanamnya.
Gigi pada manusia dibagi menjadi 4 macam bentuk dan
fungsinya yaitu (Harshanur, 1991):
a. Gigi incisive
Gigi incisive atau gigi seri berfungsi untuk memotong
atau mengiris makanan.
b. Gigi caninus
Gigi caninus atau gigi taring berfungsi untuk merobek
makanan.
c. Gigi premolar
Gigi premolar atau gigi geraham kecil berfungsi untuk
merobek dan membantu menggiling makanan.
d. Gigi molar
Gigi molar atau gigi geraham besar berfungsi untuk
mengunyah dan menggiling makanan.
Gigi terdiri dari 2 bagian yaitu mahkota yang dilapisi oleh
email dan akar yang dilapisi oleh sementum dan bertemu pada
garis servikal atau cemento-enamel junction pada leher gigi. Pada
keadaan normal, akar gigi tertutup oleh perlekatan gusi dan yang
nampak di rongga mulut adalah mahkota gigi. Lapisan-lapisan
pada gigi meliputi email, dentin, sementum dan juga terdapat pulpa
yang merupakan bagian penting dari gigi (Harshanur, 1991).
b. Email atau Enamel
Merupakan bagian luar mahkota gigi. Enamel merupakan
jaringan tubuh paling keras karena mengandung 96% bahan
anorganik. Fungsi dari email gigi adalah untuk melindungi mahkota
dari sensitivitas akibat rangsangan panas atau dingin (Harty dan
Ogston, 1995; Harshanur, 1991).
c. Dentin
Merupakan jaringan keras sensitif yang membentuk sebagian
besar jaringan gigi yang mengelilingi pulpa. Dentin pada mahkota
ditutupi oleh email dan pada akar ditutupi oleh sementum. Dentin
tersusun oleh 70% garam organik dan 30% air ditambah dengan
serabut kolagen. Fungsi dentin adalah melindungi pulpa (Harty dan
Ogston, 1995; Harshanur, 1991).
d. Sementum
Merupakan jaringan yang menyerupai tulang yang tipis dan
keras yang menutupi akar gigi. Sementum berfungsi melindungi
dentin (Harty dan Ogston, 1995; Harshanur, 1991).
e. Pulpa
Merupakan jaringan lunak yang terletak dalam dentin dan
berisi serabut, sel, dan berbagai struktur seperti pembuluh darah, saraf
sensoris dan jaringan limfe. Rongga pulpa terdiri dari (Harty dan
Ogston, 1995; Harshanur, 1991):
1) Tanduk pulpa (pulp horn)
Merupakan ujung ruang pulpa.
2) Ruang pulpa (pulp chamber)
Merupakan ruang pulpa yang terletak di mahkota gigi.
3) Saluran pulpa (pulp canal)
Saluran di akar gigi, kadang-kadang bercabang dan terdapat
saluran tambahan (supplemental pulp canal).
4) Foramen apikal
Merupakan lubang di akar gigi tempat masuknya jaringan pulpa
ke rongga pulpa.
f. Gigi Geligi Pada Masa Mix Dentition
Gigi susu pertama tumbuh pada umur 6 bulan yaitu gigi
insisivus sentralis bawah dan gigi susu yang terakhir tumbuh adalah
gigi molar kedua atas yaitu pada umur 25-33 bulan. Gigi susu akan
bererupsi lengkap pada umur 2,5 tahun (Bakar, 2012).
Pada usia 6 tahun adalah dimulainya periode gigi campuran
pada anak atau yang disebut juga dengan istilah mix dentition. Periode
ini diawali dengan tumbuhnya gigi molar pertama atau insisivus
sentralis permanen, dan gigi sulung masih banyak yang belum tanggal
dan digantikan oleh gigi tetap penggantinya (Bakar, 2012).
Gusi normal pada anak-anak berwarna pink pucat karena
lapisan keratinnya masih tipis sehingga pembuluh darah dibawahnya
lebih terlihat. Stippling mulai muncul pada usia 3 tahun dan pada
beberapa kasus dapat muncul pada usia antara 5-15 tahun. Gingival
interdental melebar kearah bukolingual dan menyempit kearah
mesiodistal. Kedalaman sulkus gingival pada anak-anak 2,1 mm.
lebar gingival cekat bervariasi kearah anteroposterior, yaitu terlebar
pada daerah insisivus, menyempit mengitari cusp dan melebar lagi
pada area molar (Carranza, 2002).
Keadaaan gusi pada anak sebelum gigi permanen bererupsi
adalah seperi tonjolan yang keras dan berwarna merah muda karena
terdapat gigi permanen di bawahnya. Jika terjadi premature lost, maka
dapat terbentuk kista erupsi yang berupa pembesaran berwarna
kebiruan pada gusi disekitar gigi yang bererupsi. Pada umumnya,
dimasa gigi campuran, disekitar gigi yang telah erupsi sebagian terjadi
peninggian.
g. Anomali (Kelainan) Bentuk Mahkota
Gigi merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang
juga mengalami proses tumbuh kembang, memiliki fungsi mastikasi
(mengunyah), fonetik dan estetis. Proses tumbuh kembang gigi terbagi
dalam beberapa tahapan, bila terjadi gangguan pada tahap
pembentukan maka akan terjadi anomali (penyimpangan) gigi berupa
kelainan struktur, jumlah, bentuk, ukuran, warna ataupun eksfoliasi
yang dapat dilihat dari mahkota maupun akanya. Anomali mahkota
gigi yang sering terdapat pada anak anak meliputi (Sudiono, 2009):
1) Geminasi yaitu satu benih membelah menjadi dua dan sering
terjadi pada gigi desidui dibandingkan permanen. Geminasi
biasanya menyebabkan terpisahnya mahkota gigi secara
menyeluruh atau sebagian melekat pada satu akar dengan satu
saluran akar.
2) Fusion atau synodontia yaitu dua benih menjadi satu dan sering
tejadi pada gigi desidui. Akar umumnya mempunyai dua saluran
akar, karena satu gigi dibentuk oleh dua benih gigi yang terpisah.
Fusi sulit dibedakan dengan geminasi.
3) Hutchinson Teeth yaitu bentuk gigi abnormal pada pasien sifilis
kongenital, yaitu bentuk seperti obeng pada insisivus, pegshape
pada kaninus dan mulberry pada molar satu.
4) Enameloma yaitu suatu endapan enamel kecil di sekitar apikal
dentin akibat pertautan sementum dan enamel seperti mutiara.
5) Mikrodonsia merupakan bentuk gigi yang lebih kecil dari ukuran
normal dan sering dijumpai pada gigi insisivus 2 ataupun molar 3.
6) Makrodonsia merupakan bentuk gigi yang lebih besar dari ukuran
normal.
h. Jaringan Lunak Rongga Mulut
1) Struktur Jaringan Lunak Rongga Mulut
2) Variasi normal pada rongga mulut
a) Torus
Variasi normal juga sering kita temui jika menghadapi
seorang pasien, salah satu diantaranya yaitu torus. Torus
merupakan pembengkakan pada rahang yang menonjol dari
mukosa mulut yang tidak berbahaya dan disebabkan oleh
pembentukan tulang normal yang berlebihan, tampak radiopak dan
dapat terjadi di beberapa tempat dari tulang rahang, misalnya saja
di palatum (torus palatinus) dan di mandibula (torus mandibularis).
Umumnya torus menjadi jelas pada saat dewasa dan biasanya
pasien tidak menyadari jika mempunyai kelainan berupa torus ini.
Frekuensi torus diantara wanita dan pria yaitu 2:1 dan torus
biasanya disebabkan karena adanya faktor genetik. Umumnya
kelainan ini tidak membutuhkan perawatan, tetapi jika dirasa
menganggu maka torus dapat dihilangkan dengan cara di bedah
(Sudiono, 2009).
b) Linea Alba
Linea alba merupakan variasi dari struktur dan penampakan
dari mukosa rongga normal. Lesi ini merupakan bentuk umum dari
hiperkeratosis fisiologis yang merupakan kondisi penebalan epitel
mukosa. Linea alba merupakan garis putih keabuabuan yang terjadi
di sepanjang mukosa bukal dan biasanya merupakan penemuan
lazim yang dihubungkan dengan tekanan, iritasi friksional atau
sucking trauma dari permukaan fasial gigi geligi. Biasanya linea
alba bersifat bilateral dan tidak memiliki tanda-tanda fisiologis,
oleh karena itu lesi ini tidak memerlukan perawatan dan dapat
hilang secara spontan (www.lontarui.com,....).
c) Fordyces Granules
Fordyces granules merupakan salah satu dari variasi pada
struktur dan penampakan dari mukosa rongga mulut. Lesi ini
merupakan suatu kondisi dimana terdapat kelenjar sebasea ektopik
pada mukosa rongga mulut. Variasi normal ini berupa butiran
butiran berwarna putih kekuning kuningan yang kecil, berbatas
jelas dan sedikit terangkat yang dapat terisolasi atau bergabung
menjadi suatu kesatuan. Butiran butiran ini sering terjadi secara
bilateral dan simetris. Biasanya, butiran butiran ini 1-2 mm dan
sering bergabung menjadi satu kesatuan hingga mencapai beberapa
sentimeter diameternya. Hal ini menyebabkan pasien dapat
merasakan butiran butiran ini dengan lidahnya. Fordyces granules
tidak terlihat atau tidak lazim pada anak anak, tetapi akan
bertambah jumlahnya kira-kira pada masa pubertas dan akan lebih
sering terlihat pada mukosa bukal. Kondisi ini lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita seiring bertambahnya usia. Studi di luar
negeri yang dilakukan di India oleh A.L Matheww menunjukkan
bahwa prevalensi pria:wanita yaitu 8,9%:2,48%, studi di Israel
oleh M. Gorsky memperlihatkan prevalensi pria:wanita yaitu
96,6%:93,7% dan studi di Spanyol oleh M.J Garcia-Pola Vallegio
didapatkan prevalensi pria:wanita yaitu 55%:47,2%
(www.lontarui.com,........).
d) Leukoedema
Leukoedema merupakan salah satu dari variasi normal
mukosa rongga mulut yang terlihat sebagai lesi berlipat-lipat dan
berwarna putih sampai putih kebiruan pada mukosa bukal.
Penampakan berwarna putih keabuan pada leukoedema mirip
dengan penampakan lesi awal leukoplakia. Saat area yang terlibat
diregangkan, penampakan berwarna putih ini akan menghilang
atau akan menjadi sulit untuk dilihat. Mukosa yang diregangkan
tersebut kemudian akan terlihat seperti mukosa normal dalam
warna serta teksturnya. Saat mukosa yang diregangkan itu
direlaksasi atau dikembalikan seperti semula, gambaran
sebelumnya akan kembali terlihat (www.lontarui.com, ......).
i. Masa Pubertas dan Perubahan yang Terjadi dalam Rongga Mulut
Pubertas adalah masa ketika tubuh sedang mengalami
perubahan besar dari struktur tubuh anak-anak menjadi struktur tubuh
orang dewasa. Masa pubertas biasanya terjadi pada usia remaja awal
yaitu antara umur 10-14 tahun. Pada masa itu mereka tidak hanya
terjadi perubahan fisik secara cepat yang ditandai pertumbuhan
menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi juga tejadi perubahan-
perubahan di dalam organ reproduksinya. Perubahan yang terjadi
adalah kematangan organ reproduksi dan tumbuhnya seks sekunder.
Perubahan pada masa pubertas yang terjadi dari masa anak
memasuki masa remaja diatur oleh hormon seks. Pada bagian otak
yaitu hypothalamus sudah mengeluarkan zat yang disebut sebagai
faktor pencetus yang menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon
tersebut bekerja sama dengan kelenjar bawah otak mengendalikan
urutan-urutan rangkaian perubahan dengan mengeluarkan hormon-
hormon tertentu. Hormon tersebut adalah hormon estrogen yang
dominan pada remaja perempuan dan hormon testosteron pada remaja
laki-laki. Hormon estrogen membawa sifat kewanitaan pada seorang
anak perempuan setelah remaja (BKKBN, 2008).
Pada remaja perempuan, hormon dalam tubuh terutama
hormon estrogen dan progesteron mulai berperan aktif sehingga mulai
tumbuh payudara, panggul mulai melebar dan membesar dan akan
mengalami menstruasi. Perubahan lain yang terjadi seperti mulai
tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina. Beberapa dari
remaja mengalami jerawat pada wajah. Hormon estrogen pada
perempuan mempunyai fungsi merangsang pertumbuhan saluran susu
di payudara sehingga payudara membesar, merangsang pertumbuhan
saluran telur, rongga rahim dan vagina sehingga membesar, membuat
dinding vagina menjadi tebal dan cairan vagina bertambah banyak,
dan mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita.
Hormon progesteron mempunyai fungsi melemaskan otot-otot halus,
meningkatkan produksi zat lemak di kulit dan meningkatkan suhu
badan. Efek progesteron yang terpenting ialah pada rahim. Hormon ini
mempertebal dinding di dalam rahim dan merangsang kelenjar-
kelenjar agar mengeluarkan cairan pemupuk bagi sel telur yang
dibuahi. Hal tersebut untuk melindungi sel telur dibuahi dan
memperkuat kedudukannya di dinding rahim (BKKBN, 2004).
Sama halnya dengan remaja perempuan, hormon testosteron
pada remaja laki-laki akan membantu tumbuhnya bulu-bulu halus
diketiak, kemaluan laki-laki, janggut dan kumis, terjadi perubahan
suara pada remaja laki-laki, tumbuhnya jerawat dan mulai
diproduksinya sperma yang pada waktu tertentu keluar sebagai mimpi
basah. Perubahan fisik lain seperti tubuh bertambah berat dan tinggi,
pundak dan dada bertambah besar dan bidang, penis dan buah zakar
membesar, keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai
berminyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan
kaki bertambah besar, tulang wajah mulai memanjang dan membesar,
tumbuh jakun, dan suara berubah menjadi berat (BKKBN, 2004).
Remaja yang mengalami pubertas juga akan mengalami
perubahan pada psikologinya. Remaja akan mengalami perubahan
emosi, pikiran, perasaan, dan lingkungan pergaulan. Secara
emosional, remaja bergerak kearah mandiri lepas dari orang tua
mereka yang lebih tua dan membentuk hubungan dan minat dengan
yang baru. Mereka menyesuaikan sikapnya sebagai orang dewasa
karena adanya perubahan pada tubuhnya serta bertambahnya
pengetahuan (Sarwono, 2002).
Pada masa pubertas, keadaan rongga mulut juga akan
mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi lebih sering terjadi
pada bagian jaringan periodontal yang terjadi akibat terjadinya
perubahan hormonal pada masa pubertas terutama pada wanita. Salah
satu faktor presdiposisi dari stomatitis adalah hormon. Hormon pada
kombinasi oral dapat memberikan juga dampak, khususnya hormon
estrogen dan progesteron. Pada masa pramenstruasi akan terjadi
penurunan hormon tersebut yang mengakibatkan terjadi penurunan
aliran darah sehingga suplai darah utamanya daerah perifer menurun
sehingga terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga
mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan
reaksi yang berlebihan terhadap jaringan lunak mulut sehingga rentan
terhadap iritasi lokal dan mudah terjadi stomatitis (Carranza, dkk.,
2002). Fase erupsi gigi dan kebersihan dari rongga mulut juga akan
meningkatkan kerparahan dari penyakit periodontalnya.
Masa pubertas juga merupakan salah satu faktor predisposisi
dari gingivitis. Pada masa pubertas ini, gingivitis akan mengalami
puncak keparahan dari penyakit. Akumulasi plak yang terjadi akan
dapat memicu kerapahan yang lebih parah apabila dibandingkan
dengan kelompok usia lain. Manifestasi yang terjadi ditandai dengan
peningkatan aliran darah tertama pada bagian interdental yang
menyebabkan peningkatan respon terhadap bakteri yang ada pada plak
dan juga akan menyebabkan perbesaran pada gingival. Pembesaran
gingiva selama pubertas memiliki terkait dengan peradangan kronis.
Kecenderungan kekambuhan relatif lebih besar jika kebersihan
mulutnya buruk. Setelah pubertas, pembesaran akan mengalami
reduksi spontan namun akan hilang jika plak dan kalkulus dalam
rongga mulut dihilangkan. Penyakit periodontal ini akan terjadi pada
pria dan wanita dan akan berakhir setelah pubertas (Carranza, dkk.,
2002).
j. Nutrisi
1) Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Soenarjo, 2000).
Nutrisi atau zat gizi memiliki peranan penting dalam
memelihara kesehatan tubuh pada umumnya, dan kesehatan rongga
mulut pada khususnya. Nutrisi mempengaruhi kesehatan mulut
dalam banyak hal, misalnya berpengaruh pada perkembangan
kranio-wajah, kanker mulut dan penyakit menular mulut.
Nutrisi juga penting peranannya dalam setiap tahap tumbuh
kembang gigi dan dalam menjaga keseimbangan lingkungan mulut
yang dihubungkan dengan kesehatan gigi. Nutrisi untuk
pertumbuhan optimal gigi sama dengan nutrisi yang diperlukan
tubuh karena masa pertumbuhan gigi sejalan dengan masa
pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Nutrisi penting untuk
kalsifikasi optimal gigi sulung, sedangkan nutrisi pada masa balita
dan anak-anak penting untuk pertumbuhan gigi tetap.
Dari uraian diatas maka penting agar setiap orang untuk
mengetahui pengaruh nutrisi pada jaringan mulut. Hal ini membuat
penulis merasa tertarik untuk membuat makalah yang mengangkat
nutrisi dan kaitannya dengan kesehatan jaringan gigi dan mulut.
2) Karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan mineral
Dalam bidang kedokteran gigi, pengetahuan tentang nutrisi
sangat penting karena pada kedokteran gigi belajar mengenai
jaringan lunak dan keras yang sensitif terhadap kebutuhan gizi.
Nutrisi adalah pemasukan, penyerapan, pemakaian dan
penyimpanan makanan oleh jaringan tubuh. Berdasarkan komposisi
atau penggunaannya dalam tubuh, nutrisi dibagi atas.
a) Protein
Protein adalah komponen organik yang terdiri dari
elemen-elemen seperti nitrogen, karbon, sulfur, fosfat, oksigen
yang membentuk asam amino. Asam amino terdiri dari 2
macam. Asam amino esensial yaitu asam amino yang tidak
dapat disintesisi oleh tubuh tapi terdapat dalam makanan dan
dibutuhkan oleh tubuh. Asam amino non esensial yaitu asam
amino yang bisa disintesis oleh tubuh.
Protein juga mempunyai manfaat terhadap kesehatan
gigi dan mulut, terutama pada masa pertumbuhan jaringan
termasuk perkembangan gigi sejak awal pertumbuhannya.
Selain itu, protein berperan dalam pembentukan antibodi yang
melindungi seluruh jaringan termasuk mukosa mulut dan daerah
sekitarnya terutama dari infeksi bakteri atau virus yang mungkin
menyerang jaringan periodontal serta mencegah terjadinya
penyakit dirongga mulut seperti angular cheilitis.
b) Karbohidrat
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa
organik yang mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen,
dan pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Karbohidrat dapat dibentuk dari
beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak, akan
tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan
yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sediaoetama, 1989).
Karbohidrat berfungsi sebagai sebagai sumber energi,
mempertahankan suhu tubuh, membantu membangun dan
memperbaiki jaringan tubuh. Karbohidrat terbagi dalam
monosakarida (glukosa, fruktosa), disakarida (sukrosa, laktosa,
maltosa), dan polisakarida (selulosa, glikogen, pati).
Fungsi karbohidrat tidak hanya pada sember energi saja
atau tubuh umumnya. Banyak penelitian menyebutkan bahwa
karbohidrat sebagai penyebab timbulnya berbagai penyakit gigi
dan mulut, namun dari fungsinya sebagai katalis dalam proses
metabolisme terhadap zat gizi lain (mineral, vitamin, dan lemak)
dan meningkatkan konsumsi zat gizi lain serta peran sebagai
imunopolisakarida dalam menangkal infeksi, berperan penting
pada masa praerupsi dan pasca erupsi, maka karbohidrat juga
memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut.
c) Lemak
Lemak atau lipid mengangkut vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak yaitu A, D, E, K. Lemak juga merupakan sarana
sirkulasi energi di dalam tubuh dan komponen utama yang
membentuk membran semua jenis sel. Lemak memiliki berbagai
fungsi diantaranya mengatur suhu tubuh, menghasilkan asam
lemak esensial untuk pembangunan dan perawatan jaringan
tubuh, dan mengangkut vitamin yang larut dalam lemak ke
peredaran darah seluruh tubuh.
Selain lemak berperan sebagai pengangkut vitamin
seluruh peredaran darah, lemak juga memiliki peran dalam
menjaga kesehatan gigi yang mulut. Salah satu jenis lemak
adalah lemak jenuh. Lemak ini memiliki fungsi atau peranan
penting terhadap kesehatan tulang dan gigi. Agar kalsium dapat
bersatu dengan struktur tulang kerangka dan gigi secara efektif,
sedikitnya 50% lemak pada makanan mengandung lemak jenuh.
d) Mineral
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral
dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral
makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan
dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari, sedangkan
mineral mikro (Trace ) merupakan mineral yang dibutuhkan
dengan jumlah kurang dari 100 mg/hari dan menyusun lebih
kurang dari 0,01% dari total berat badan. Mineral yang termasuk
di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca),
fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl),
dan natrium (Na). Mineral mikro terdiri dari kromium (Cr),
tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I), besi (Fe), mangan (Mn),
silisium (Si) and seng (Zn) (uny.ac.id,.....).
Peran atau fungsi dari mineral umumnya menyusun
struktur dasar tulang dan gigi. Berikut fungsi beberapa mineral
yang penting bagi kesehatan gigi dan mulut:
1. Kalsium
Membantu dalam pembentukan serta memperkuat
gigi dan tulang. Kalsium banyak terdapat pada susu, keju,
telur, dan sayuran berwarna hijau tua.
2. Fosfor
Diperlukan untuk perkembangan tulang yang sehat
terutama pada pembentukan dan pertumbuhan rahang, dan
pola erupsi gigi. Fosfor banyak terdapat pada susu, keju,
daging, biji-bijian, telur, dan kacang-kacangan.
3. Magnesium
Mencegah terjadinya hipoplasia enamel dan
membantu dalam proses mineralisasi tulang dan gigi.
Magnesium banyak terdapat pada kacang kedelai, kerang
dan gandum.
4. Besi
Berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan
gusi dan lidah serat jaringan mukosa mulut. Mineral ini
banyak terdapat pada daging, bayam, dan sayuran berwarna
hijau.
5. Flour
Mempertahankan tulang dan gigi yang kuat
sehingga mencegah terjadinya karies gigi, selain itu flour
juga berfungsi mengatur pH asam-basa dalam rongga
mulut. Flour banyak terdapat pada teh, brokoli, dagaing
ayam dan air floridasi.
6. Seng
Berperan besar dalam penyembuhan luka pada
mukosa mulut. Seng banyak terdapat pada seafood, hati,
daging, dan sereal gandum.
e) Vitamin
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di
dalam makanan dalam jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah
yang besar untuk fungsi metabolisme yang normal. Vitamin
dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang larut dalam
lemak adalah Vitamin A, D, E, dan K dan yang larut di dalam
air adalah vitamin B dan C (Dorland, 2006). Fungsi vitamin
terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu:
1. Vitamin A
Vitamin A sangat baik untuk kesehatan gingiva dan
penting juga untuk menjaga selaput lendir mulut dan jaringan
mukosa mulut. Memelihara jaringan epitel, membantu
perkembangan gigi serta pertahanan terhadap infeksi.
Vitamin A banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijau
atau kuning, buah dengan warna yang mencolok, susu, telur
dan minyak ikan.
2. Vitamin D
Vitamin D berfungsi meningkatkan absorpsi kalsium
dan fosfat yang sangat berperan pada pembentukan dan
pertahanan gigi. Absorpsi ini berlangsung di usus halus.
Vitamin D berperan penting pada pembentukan rahang.
Vitamin ini paling banyak terdapat pada susu, minyak ikan
dan sereal.
3. Vitamin E
Vitamin E berfungsi mencegah pertumbuhan bercak
putih tebal di mulut (leukoplakia), mencegah kanker oral
selain itu vitamin E juga berperan sebagai anti oksidan.
Vitamin E banyak terdapat pada telur, susu, daging, dan
kacang-kacangan.
4. Vitamin K
Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah
dan mencegah terjadinya pendarahan spontan dalam rongga
mulut. Vitamin K banyak terdapat pada sayuran berwarna
hijau.
5. Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh,
yaitu sebagai sintesis kolagen, karena vitamin C mempunyai
kaitan yang sangat penting dalam pembentukan kolagen.
Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin
menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam
pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein
yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan
ikat, seperti pada tulang rawan, matriks tulang, gigi,
membran kapiler, kulit dan tendon. Maka fungsi vitamin C
dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam penyembuhan
luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan
gusi. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim
prolil hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam
pembentukan hidroksipolin, suatu unsur integral
kolagen.Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang
terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah.
Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan
kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang,
dan gigi (Guyton, 2007).
6. Vitamin B kompleks
Membantu struktur wajah berkembang dengan benar
sehingga wanita hamil perlu mengkonsumsi vitamin ini untuk
perkembangan janinnya. Selain itu, fungsi vitamin B
kompleks adalah mencegah timbulnya rasa sakit, warna
kemerahan dan pendarahan gingival, keretakan dan luka di
sudut mulut dan lidah. Vitamin ini banyak terdapat pada
kacang-kacangan, ragi, sayuran hijau, hati, susu, beras,
jagung dan lain-lain.
k. Karies Gigi
1) Pengertian
Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang
sering dijumpai dikalangan masyarakat dan yang paling banyak
diderita oleh sebagian besar penduduk indonesia. Salah satu
penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada
masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut, hal tersebut dilandasi oleh kurangnya
pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut. Prevalensi penyakit karies gigi di Indonesia cenderung
meningkat. Angka kesakitan gigi (rata-rata DMF-T) juga
cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Sekitar 70% dari
karies yang ditemukan merupakan karies awal. Sedangkan
jangkauan pelayanan belum memadai sehubungan dengan
keadaan geografis Indonesia yang sangat bervariasi. Prevalensi
karies gigi tinggi yaitu 97,5%; pengalaman karies (DMF-T)
mendekati 2,84 pada kelompok usia 12 tahun (kebijaksanaan
nasional DITKES-GI). Target pada tahun 2000, DMF-T <3 pada
kelompok usia 12 tahun); expected insidence 0,3 pertahun per
anak (Sariningrum, 2009).
2) Etiologi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras yaitu
email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas suatu
jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan
tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Bakar, 2012).
Karies terjadi bukan disebabkan karena kejadian saja
seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian
proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun
1960-an oleh Keyes dan Jordan ( cit.Harris and Christen, 1995).
Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya
beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada
tiga faktor utama yang memegang peranan, yaitu faktor host atau
tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan
ditambah faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi tiap
faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang
rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan
waktu yang lama.
3) Faktor host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi
sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan
kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di
daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu,
permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah
melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel
merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air
1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami
mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,
fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel
sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel
mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan
enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang
karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi
susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan
jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu,
secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi
tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya
prevalensi karies pada anak-anak.
4) Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam
menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak
yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang
biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian
menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-
beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti
Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,Streptokokus mitis
dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain
itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus
pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus
pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun
demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies
oleh karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik
(resisten terhadap asam).
5) Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi
pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan
kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.
Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk
memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang
menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama
sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya
pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan
protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies
gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat
memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
6) Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis
pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau
tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
7) Patofisiologi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak
di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri
berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi
asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut
menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna
berjalan kearah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai
kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin
terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu
banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah
rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang
makrokopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai
terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri dari
tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan
terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima
(lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat
lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-
cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam,
tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu
daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat
dan lapisan lima. Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh
dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak
putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung
pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke
atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur
21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan
individual. Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida,
kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu. Pada anak-
anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan:
a) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama
belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan
mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung
terutama 1 tahun setelah erupsi.
b) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan
karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola
makannya (sering makan makanan kecil).
c) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya
sklerotisasi yang tidak memadai.
d) Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada
anak-anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang
lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih
besar di dalam mulut.
Terdapat 3 teori mengenai terjadinya karies, yaitu teori
asidogenik (teori kemoparasiter Miller), teori proteolitik, dan teori
proteolisis kelasi.
a) Teori Asidogenik
Miller (1882) menyatakan bahwa kerusakan gigi
adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas 2 tahap, yaitu
dekalsifikasi email sehingga terjadi kerusakan total email dan
dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan
residunya yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh
bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat dapat
mendekalsifikasi dentin, menurut teori ini, karbohidrat,
mikroorganisme, asam dan plak berperan dalam proses
pembentukan karies.
b) Teori Proteolitik
Gottlieb (1944) menyatakan bahwa karies merupakan
suatu proses proteolisis bahan organik dalam jaringan keras
gigi oleh produk bakteri. Dalam teori ini dikatakan
mikroorganisme menginvasi jalan organik seperti lamela
email dan sarung batang email (enamel rod sheat), serta
merusak bagian-bagian organik. Proteolisis juga disertai
pembentukan asam. Pigmentasi kuning merupakan ciri karies
yang disebabkan produksi pigmen oleh bakteri proteolitik.
Teori proteolitik ini menjelaskan terjadinya karies dentin
dengan email yang masih baik.
Manley dan Hardwick (1951), menggabungkan teori
proteolitik dan teori asidogenik. Menurut mereka teori-teori
tersebut dapat berjalan sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Teori ini menyatakan bahwa bakteri dapat membentuk asam
dari substrat karbohidrat, dan bakteri tertentu dapat merusak
protein jika tidak ada karbohidrat, karena itu terdapat dua tipe
lesi karies. Pada tipe I, bakteri menginvasi lamela email,
menyerang email dan dentin sebelum tampak adanya gejala
klinis karies. Pada tipe II, tidak ada lamela email hanya
terdapat perubahan pada email sebelum terjadi invasi
mikroorganisme. Perubahan email ini terjadi akibat
dekalsifikasi email oleh asam yang dibentuk oleh bakteri
dalam plak gigi di atas email. Lesi awal ini juga disebut
chalky enamel.
c) Teori Proteolisis Kelasi
Teori ini dinyatakan oleh Schatz (1955). Kelasi
adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui ikatan
kovalen koordinat yang menghasilkan suartu kelat. Teori ini
menyatakan bahwa serangan bakteri pada email dimulai oleh
mikroorganisme yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan
protein serta komponen organik lainnya, terutama keratin. Ini
menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat membentuk
kelat dan larut dengan komponen mineral gigi sehingga
terjadi dekalsifikasi email pada ph netral atau basa.
8) Manifestasi Klinis
Gambaran klinis karies email yaitu :
a) Lesi dini atau lesi bercak putih/coklat (karies insipien)
b) Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami kavitas)
Gejala paling dini karies email secara makroskopik
adalah suatu bercak putih. Bercak putih ini jelas terlihat pada gigi
cabutan yang kering yang tampak sebagai suatu lesi kecil, opak
dan merupakan daerah berwarna putih, terletak sedikit arah
serviks dari titik kontak. Warna tampak berbeda dibandingkan
email di sekitarnya yang masih sehat. Pada tahap ini, deteksi
dengan sonde tidak dapat dilakukan karena email yang
mengelilinginya masih keras dan mengkilap. Kadang-kadang lesi
tampak coklat karena materi yang terserap kedalam pori-porinya.
Baik bercak putih maupun coklat bisa bertahan bertahun-tahun
lamanya karena perkembangan lesi tersebut dapat dicegah. Jika
lesi email sempat berkembang, permukaan yang semula utuh
akan pecah (kavitasi) dan akan terbentuk lubang (kavitas)
(Mansjoer, 1999).
3. Pemeriksaan Penyakit Gigi dan Mulut
Untuk mendiagnosa penyakit gigi dan mulut diperlukan
(repository.usu.ac.id):
a. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesa)
b. Pemeriksaan Obyektif (Pemeriksaan Klinis)
1) Pemeriksaan Extra Oral (diluar mulut)
Pemeriksaan Extra Oral dilakukan dengan cara
(repository.usu.ac.id):
a) Inspeksi visual
Tindakan ini berfungsi agar operator dapat mengetahui
lokasi, jenis kelainan, jumlah, dan bentuk.
b) Palpasi/perabaan
Tindakan ini berfungsi agar operator dapat mengetahui
konsistensi dari suatu jaringan, adanya rasa sakit/tidak, adanya
fluktuasi/tidak, dapat merasakan keadaan permukaan jaringan
halus/kasar serta suhu jaringan.
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan ini antara lain
(repository.usu.ac.id):
1) Gambaran Ekstraoral Normal
Merupakan keadaan dimana baik bentuk maupun fungs
ekstraoral meliputi kepala, leher, tungkai, hidung, pipi, dagu,
bibir, TMJ, kelenjar tiroid, kelenjar parotis, kelenjar
submandibula.
2) Bentuk muka
Dari bagian muka dapat terlihat pembengkakan karena
abses gigi, tumor pada mandibula/maxilla, dislokasi dari
mandibula facial paralysis dan sebagainya.
3) Pipi
Pada pipi maka kita dapat mendeteksi adanya
pembengkakan karena abses gigi, tumor, luka oleh karena trauma.
4) Bibir
Pada bibir maka kita dapat mendeteksi adanya cleft lip
(sumbing, cheiloschisis, herelip), lesi pada bibir mungkin karena
trauma, cheilosis, defisiensi vitamin B komplek disudut mulut,
Fordyce Spot’s suatu pigmentasi yang ditandaidgn bintik-bintik
yg berwarna putih kekuning-kuningan dan permukaannya rata,
tidak sakit.
5) Leher
Pada kelenjar leher maka kita dapat mendeteksi adanya
keradangan pada kelenjar ini disebut lymphadenitis sering
terdapat dipenderita monocytic, hodgkin’s disease. Gambaran
limfadenopati berupa pembesaran kelenjar limfe yang terjadi
akibat adanya infiltrasi sel leukosit seperti limfosit, sel plasma,
monosit dan histiosit ke dalam kelenjar limfe dan merupakan
proses pertahanan tubuh terhadap radang yang merupakan proses
fisiologis tubuh:
6) Kelenjar Tiroid
Pada kelenjar tiroid maka kita dapat mendeteksi adanya
pembesaran kelenjar ini disebut goiter.
7) TMJ
Pada TMJ maka kita dapat mendeteksi adanya kelainan
pada sendi rahang dan trismus.
8) Ulserasi
Ulser adalah luka terbuka dengan hilangnya seluruh epitel
dari permukaan sampai bagian dasar dan dapat mencapai jaringan
di bawahnya. Ulser disebabkan oleh peradangan yang menembus
membran mukosa atau kulit.
Ulser atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau
jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis
jaringan yang sedikit demi sedikit. Ulser atau ulkus meluas
melewati lapisan basal dari epitel dan menuju ke dalam lapisan
dermis. Pembentukan jaringan parut dapat mengikuti
penyembuhan ulser atau ulkus. Ulser atau ulkus dapat diakibatkan
oleh stomatitis aphtosa atau infeksi oleh virus seperti herpes
simpleks, variola (cacar), dan varicella zoster (cacar air dan
shingles)..
9) Luka (vulnus)
Kategori luka (vulnus), ada beberapa jenis
yaitu(repository.usu.ac.id):
a) vulnus incisum (luka sayat), terjadi karena teriris oleh
instrumen yang tajam. Misalnya luka yang terjadi akibat
pembedahan.
b) vulnus contusum (luka memar), terjadi akibat benturan oleh
suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada
jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c) ekskoriasi (luka lecet atau abrasi), terjadi akibat kulit
bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda
yang tidak tajam dan hanya mengenai bagian superficial.
d) vulnus punctum (luka tusuk), terjadi akibat adanya trauma
benda tajam, seperti pisau yang masuk kedalam kulit dengan
diameter yang kecil.
e) vulnus laceratum (luka robek), terjadi akibat benda yang
tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f) vulnus sclepetorum (luka tembak), yaitu luka yang
menembus organ tubuh akibat tembakan.
g) vulnus morsum, yaitu luka karena gigitan binatang
10) Pemeriksaan Intra Oral (di dalam mulut) yang meliputi
pemeriksaan jaringan lunak mulut dan pemeriksaan gigi geligi.
a) Gigi Karies
Klasifikasi karies, antara lain (repository.usu.ac.id):
1. Menurut lokasi
a. Karies pit dan fissure yaitu karies yang terdapat pada
pit dan fissure gigi.
b. Karies pada permukaan halus yaitu karies yang
terdapat pada permukaan halus gigi.
2. Menurut stuktur jaringan yang terkena
a. Karies superfisialis adalah karies yang mengenai
lapisan email.
b. Karies media adalah karies sudah mengenai lapisan
dentin.
c. Karies profunda adalah karies yang sudah mengenai
pulpa.
3. Menurut waktu terjadinya
a. Karies primer
Karies primer adalah karies yang terjadi pada
lokasi yang belum pernah terkena karies sebelumnya.
b. Karies sekunder
Karies sekunder karies yang timbul pada lokasi
yang telah memiliki riwayat karies sebelumnya.
4. Menurut tingkat progresifitas
a. Karies akut
Karies akut adalah karies yang berkembang
dan memburuk dengan cepat, misalnya karies rampan.
b. Karies kronis
Karies kronis adalah karies yang berjalan
lambat dengan penampakan warna kecoklatan sampai
hitam.
c. Karies terhenti
Karies terhenti adalah karies yang tidak
berkembang yang disebabkan oleh perubahan dari
lingkungan.
11) Ulserasi
Ulserasi merupakan kondisi terjadi putusnya permukaan
epitelium mukosa rongga mulut yang menyebabkan terbukanya
ujung saraf yang terletak di lamina propria. Ulser mungkin
merupakan lesi jaringan lunak yang paling sering terjadi dan
dapat bersifat akut maupun kronis. Walaupun kebanyakan ulser
rongga mulut memiliki gambaran klinis yang mirip, akan tetapi
etiologinya bervariasi mulai dari reaktif sampai neoplastik dan
dapat juga merupakan manifestasi oral dari penyakit dermatologis
(repository.usu.ac.id).
12) Erosi
Erosi merupakan kerusakan kulit/ mukosa yang dangkal
oleh karena hilangnya lapisan epitel. erosi memiliki permukaan
yang kasar, basah, sedikit cekung dan biasanya dapat sembuh
tanpa meninggalkan jaringan parut. Erosi bisa ditemukan dari
bulla yang pecah, lichen planus tipe erosif, steven johnson
syndrome (Hamid, 2009).
13) Fistula
Fistula adalah lubang abnormal diantara dua organ
berongga atau dari suatu kavitas ke bagian luar tubuh, misalnya
fistula oro-antral. Fistula juga dapat terbentuk akibat adanya
abses, kista, atau inflamasi di mulut. Fistula dapat terbentuk di
dalam tulang atau jaringan lunak yang memudahkan penyebaran
infeksi ke daerah sekitarnya (repository.usu.ac.id).
14) Abses
Abses adalah daerah jaringan yang didalamnya terdapat
nanah yang terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas
bakteri yang menyebabkan infeksi. Abses terbentuk jika tidak ada
jalan keluar nanah atau pus sehingga terperangkap dalam jaringan
dan terus membesar. Abses periapikal adalah kumpulan pus yang
terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang disebabkan oleh
infeksi dari pulpa dan atau periodontal (repository.usu.ac.id).
Nanah dari abses dapat dialirkan ke kulit (kutan), mukosa,
jaringan ikat atau tulang, tergantung kepada lokasi gigi yang
terkena. Penyebab abses periapikal adalah tubuh menyerang
infeksi dengan sejumlah besar sel darah putih sehingga
menghasilkan nanah atau pus. Nanah atau pus adalah sekumpulan
sel darah putih dan jaringan yang mati yang terjebak di dalam
jaringan. Nanah dari infeksi gigi pada awalnya dialirkan ke gusi
sehingga gusi yang berada di dekat akar gigi tersebut
membengkak. Gejala abses periapikal yaitu gigi terasa sakit dan
bila mengunyah akan timbul rasa nyeri. Kemungkinan dapat
terjadi demam disertai pembengkakan kelenjar getah bening di
leher. Jika absesnya sangat berat, maka di daerah rahang terjadi
pembengkakan (repository.usu.ac.id).
15) Fisura
Fisura merupakan suatu celah garis pada mukosa dan
sering ditemui pada bibir dan jaringan perioral. Contoh fisura
diantaranya fissured tongue, angular cheilitis, eksfoliatif cheilitis
dan perleche (Hamid, 2009).
16) Cancrum oris (Noma)
Noma merupakan penyakit infeksi opportunistik yang
jarang dan bersifat progresif. Noma berupa gangren yang merusak
mukosa membran pada oral dan jaringan lain. Penyebab
terjadinya noma yaitu nekrosis jaringan akibat invasi bakteri
anaerob (Fusobacterium necrophorum, Borrelia vincentii,
Staphylococcus aureus dan Prevotella intermedia) (Hamid,
2009).
17) Trauma
Gigi yang terkena trauma atau injury bisa menjadi
beberapa keadaan seperti fraktur, kegoyangan, perubahan posisi,
cedera pada ligamen periodontal dan tulangalveolar, serta trauma
pada jaringan pulpa (repository.usu.ac.id).
18) Gigi yang tidak erupsi
Anodonsia (anodontia) adalah kelainan genetik
(keturunan) berupa tidak tumbuhnya gigi karena tidak adanya
benih gigi. Terdapat 3 macam anodonsia, yaitu complete
anodonsia, hipodonsia dan oligodonsia. Complete anodonsia
adalah kelainan genetik berupa tidak tumbuhnya semua gigi di
dalam rongga mulut. Hipodonsia adalah kelainan genetik yang
biasanya berupa tidak tumbuhnya 1 - 6 gigi di dalam rongga
mulut. Oligodonsiaadalah kelainan genetik berupa tidak
tumbuhnya lebih dari 6 gigi di dalam rongga mulut
(http://repository.ui.ac.id, ....).
19) Impaksi
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi
normalnya terhalang atau terhambat oleh gigi di dekatnya atau
oleh jaringan patologis (http://repository.ui.ac.id, ....).
20) Keganasan
Keganasan pada rongga mulut merupakan pertumbuhan
yang sangat cepat dan dapat berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya
serta bermetastasis. Penyebabnya yaitu faktor internal (herediter,
faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur,
dan lain-lain). Contohnya adalah neoplasma, melanoma, dll
(http://repository.ui.ac.id, ....).
21) Fluorosis
Fluorosis gigi adalah kerusakan enamel yang secara
kualitatif merupakan hasil dari peningkatan konsentrasi fluor di
sekitar ameloblast selama pembentukan enamel gigi. Gigi
menjadi tidak putih seperti gigi normal, tetapi pucat, buram, atau
gelap. Pada keadaan fluorosis, selain terjadi perubahan warna,
enamel menjadi rapuh (Malau, 2005).
Penggunaan fluor dalam waktu lama selama pembentukan
enamel akan mengakibatkan perubahan-perubahan yaitu
timbulnya garis-garis putih yang kecil pada enamel sampai putih
seperti kapur dan opak. Porositas tersebut menggambarkan
peningkatan celah diantara kristal-kristal enamel yang berisi
protein dan air. Karena sifat optik air yang sangat mirip dengan
enamel, sehingga porositas terkadang sukar diamati. Tetapi, bila
dikeringkan maka air berada dalam pori-pori dan sebagian akan
digantikan oleh udara. Udara mempunyai sifat optik yang berbeda
dengan enamel sehingga pori-pori tersebut tampak opak. Tingkat
atau derajat opasitas secara langsung menggambarkan derajat
porositas enamel (Malau, 2005).
Fluorosis gigi disebabkan oleh gigi terlalu banyak terpapar
fluorida dalam jangka panjang pada masa pembentukan gigi.
Tingkat keparahan kondisi tergantung pada dosis (berapa
banyak), durasi (berapa lama) dan waktu (bila dikonsumsi)
asupan fluorida. Sumber-sumber fluorida, yaitu air minum dengan
fluorida, fluorida pasta gigi terutama jika tertelan oleh anak-anak
dan resep suplemen diet di tablet atau tetes fluor (terutama jika
diresepkan untuk anak-anak yang sudah minum air berfluorida).
Pemeriksa harus mencatat pola distribusi dari berbagai kelainan
dan memutuskan apakah termasuk salah satu tipe fluorosis.
Menurut Dean (1942), berdasarkan kriteria indeks Dean dengan
pemeriksaan secara visual menggunakan kaca mulut, dibedakan
menjadi dua yaitu ada fluorosis gigi dan tidak ada fluorosis gigi.
Selain itu, Dean juga mengklasifikasikan fluorosis gigi menurut
tingkat keparahannya. Kriteria indeks Dean disajikan dalam
berikut:
Tabel 2.8. Kriteria Fluorosis Gigi dengan Index Dean
No. Kategori Ciri-ciri gigi
1 0 = Normal Permukaan enamel halus, berkilau dan biasanya berwarna putih susu pucat.
2 1 = Dipertanyakan Enamel menunjukkan sedikit penyimpangan dari translusensi enamel yang normal yang memiliki range dari sedikit bercak putih menuju noda berbintik.
3 2 = Sangat Ringan Kecil, opak, daerah seputih kertas tersebar tidak beraturan pada gigi namun melibatkan kurang dari 25% permukaan labial gigi
4 3 = Ringan Opasitas putih pada enamel gigi lebih meluas daripada kode 2, tetapi menutupi kurang dari 50% permukaan gigi
5 4 = Sedang Permukaan enamel gigi menunjukkan tanda dan noda kecoklatan
6 5 = Parah Permukaan enamel sangat terpengaruh dan hipoplasia sangat bertanda pada seluruh permukaan gigi yang terkena. Terdapat daerah berbintik dan kelihatan dan noda coklat tersebar luas serta gigi sering memiliki tampilan korosi
7 6 = Eksklusi (mis. crown)
8 7 = Tidak tercatatSumber: Dean, 1942
4. Sikap Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
Gigi adalah jaringan keras pada rongga mulut yang memiliki
struktur dan fungsi yang bervariasi. Organ sangat vital karena memiliki
beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti (www.scribd.com,....):
a. Estetika
Gigi sangat berpengaruh dalam menentukan kecantikan dan
ketampanan seseorang karena gigi dapat berfungsi dalam
membentuk wajah.
b. Menghancurkan Makanan
Peranan ini dilakukan berdasarkan jenis giginya, yaitu:
1) Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan
2) Gigi taring berfungsi untuk mengoyak makanan
3) Gigi geraham berfungsi untuk mengunyah makanan
Fungsi gigi dalam menghancurkan makanan dapat membantu
pekerjaan enzim pencernaan, sehingga kerja enzim pencernaan tidak
terlalu keras.
c. Membantu proses bicara
Tekanan antara gigi dengan lidah maupun dengan bibir dapat
membantu dalam pengucapan beberapa huruf, sehingga gigi dapat
membantu proses bicara pada manusia.
Gigi yang sehat adalah gigi yang berwarna putih dan tidak
berlubang. Angka kejadian gigi berlubang di Indonesia sekarang ini sudah
semakin banyak, hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
Indonesia yang masih sangat kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Gigi berlubang pada anak-anak sangat banyak ditemukan sekarang ini, hal
ini disebabkan karena kebiasaan anak-anak yang suka mengkonsumsi
makanan manis dan malas untuk membersihkan gigi mereka. Kesadaran
masyarakat Indonesia yang masih kurang dalam memperhatikan kesehatan
gigi menyebabkan tingginya angka kesakitan gigi yang pada akhirnya
dapat mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan berbagai aktivitas
(www.gemari.or.id,...).
Untuk menjaga agar gigi tetap bersih dan sehat, perlu dibiasakan
untuk melakukan hal hal yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut,
seperti:
a. Metode Penyikatan Gigi
1) Sikat Gigi
Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang memiliki bulu
sikat yang halus karena fleksibel dan efektif membersihkan
lekukan dan daerah yang sulit terjangkau, serta tidak merusak
email gigi dan gusi. Kepala sikat yang ramping atau bersudut juga
dapat mempermudah pencapaian sikat di daerah mulut bagian
belakang yang sulit terjangkau. Sikat gigi sebaiknya diganti setiap
tiga bulan sekali, atau saat bulu sikat telah rusak. Setiap anggota
keluarga sebaiknya memiliki sikat gigi pribadi yang tidak
digunakan untuk bersama-sama.
2) Pasta gigi
Pasta gigi adalah bahan berbentuk pasta atau gel yang
dapat mengangkat plak dan sisa makanan sehingga dapat
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Pasta gigi sebaiknya
mengandung fluoride yang dapat menguatkan struktur gigi. Pasta
gigi yang diletakkan pada sikat gigi tidak perlu sepanjang
permukaan bulu sikat, tetapi cukup sebesar biji jagung saja. Busa
yang terbentuk saat menyikat gigi juga sebaiknyao tidak ditelan.
3) Waktu menyikat gigi
Waktu menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari,
yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Sikat gigi
setelah sarapan pagi bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
makanan sebelum melaksanakan berbagai aktivitas, sehingga
pada saat gigi berhenti mengunyah makanan hingga makan siang
bakteri tidak merusak struktur gigi terlalu banyak. Menyikat gigi
malam sebelum tidur bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
makanan sebelum tidur, karena pada saat malam hari produksi
saliva yang berfungsi menetralisir asam dirongga mulut menurun,
sehingga aktivitas bakteri akan meningkat jika sisa-sisa makanan
tertimbun di dalam rongga mulut.
4) Cara menyikat gigi
Menyikat gigi secara teratur tidak menjamin gigi
seseorang selalu bersih dan sehat, hal ini bisa disebabkan karena
salahnya cara menyikat gigi sehingga plak tidak seluruhnya
hilang dari permukaan gigi. Menyikat gigi agar hasilnya bersih
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (.....):
Cara menyikat harus dapat membersihkan semua deposit
pada permukaan gigi dan gusi secara baik, terutama saku gusi dan
ruang interdental.
a) Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan gusi dan
mengabrasi lapisan gigi dengan tidak memberikan tekanan
berlebih.
b) Cara menyikat harus tepat dan efisien.
c) Membersihkan seluruh permukaan lidah, terutama bagian
atas lidah.
Cara menyikat gigi yang baik dan benar ada beberapa
metode, yaitu (Pratiwi, 2009):
a) Metode Scrub
Cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara
horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi
dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-
ulang.
b) Metode Roll
Cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai
dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh
permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas
gusi dan gigi dengan posisi parallel dengan sumbu tegaknya
gigi.
c) Metode Bass
Meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan
gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak
gigi. Sikat gigi digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah
posisi bulu sikat.
d) Metode Stillman
Mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat
dari arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai di
permukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu
sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil
membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi seperti
pada metode bass.
e) Metode Fones
Mengutarakan metode dengan gerakan sikat secara
horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau
oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh
permukaan gigi atas dan bawah.
f) Metode Charters
Meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu
sikat menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi. Arahkan 45
derajat pada daerah leher gigi. Metode ini baik untuk
membersihkan plak di daerah sela-sela gigi,pada pasien yang
memakai kawat gigi.
b. Flossing
Benang gigi adalah cara terbaik untuk membersihkan ruang
antar gigi. Penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan
dari permukaan aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat gigi .
Idealnya, flossing dilakukan disamping menggosok gigi sebagai
bagian latihan oral hygiene sehari-hari. Flossing sulit dilakukan dan
memerlukan latihan yang lama sebelum benar-benar menguasai. Oleh
karenanya flossing harus diperkenalkan pada anak dengan teknik yang
mudah dan efisien sebagai bagian dari prosedur menggosok gigi.
Penggunaan floss pada gigi-gigi anterior perlu diperlihatkan terlebih
dahulu, kemudian diperluas ke gigi-gigi posterior. Cara-cara yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan flossing antara lain
(usu.ac.id, ...):
1. Gunakan flossing yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang
waxed (dilapisi malam / lilin) dapat meninggalkan wax (lilin)
pada permukaan gigi yang dapat menghambat penyerapan fluor
dari pasta gigi atau pemberian fluor topikal.
2. Potong floss kira-kira 30 – 40 cm panjangnya dan dengan ringan
putar ujungnya disekitar jari tengah.
3. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak lebih dari 2 cm
jaraknya, supaya dapat mengendalikan floss dengan baik.
4. Lewatkan floss perlahan-lahan melalui titik kontak dengan
menggerakkan floss kearah bukolingual sampai masuk perlahan-
lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat membuat
trauma pada papilla interdental.
5. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan kearah okluso gingival dan
buko lingual terhadap tiap permukaan proksimal.
c. Berkumur
Menyempurnakan sikat gigi dengan berkumur menggunakan
larutan antiseptik untuk membunuh bakteri penyebab plak di tempat-
tempat yang tidak terjangkau. Obat kumur juga dapat menjadi
penyegar mulut dan mengurangi bau mulut setelah makan.
Penggunaan obat kumur adalah 20 ml setelah menyikat gigi dua kali
sehari dengan cara mengulumnya di mulut selama 30 detik kemudian
dikeluarkan (Pratiwi, 2009).
d. Konsultasi diet
Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
terutama sukrosa dapat membentuk plak yang kemudian akan
menghasilkan asam yang dapat menyebabkan gigi berlubang.
Makanan manis banyak mengandung sukrosa, sehingga kebiasaan
makan makanan yang manis dan lengket sebaiknya dihilangkan.
Perbanyak minum air putih, juga buah-buahan dan sayuran yang bisa
membersihkan gigi seperti apel, wortel dan seledri. (id.shvoong.com)
e. Mengunyah permen karet
Penggunakan permen karet bebas gula dapat bermanfaat untuk
kesehatan gigi Anda (copy paste yah?bahasanya masih bahasa artikel).
Mengunyah permen karet dapat membersihkan gigi karena permen
tersebut mengandung pemanis xylitol yang bermanfaat menghambat
perkembangan bakteri streptococcus sehingga mengurangi gigi
berlubang dan plak. Selain itu, kegiatan mengunyah juga merangsang
produksi air liur yang merupakan perlindungan alami terhadap
kerusakan gigi (majalahkesehatan.com,....).
f. Mengunjungi dokter gigi
Mengunjungi dokter gigi secara teratur dapat mengontrol
kesehatan gigi seseorang. Dokter gigi dapat menyarankan hal-hal yang
baik bagi kesehatan gigi, cara mencegah timbulnya penyakit pada gigi
dan mulut, serta melakukan perawatan saat ada masalah pada gigi dan
mulut (Pratiwi, 2009)
g. Melakukan kebiasaan yang baik untuk kesehatan gigi
Gunakan sedotan jika meminum kopi, teh ataupun minuman
bersoda lain agar minumannya tidak mengenai gigi secara langsung,
karena minuman tersebut dapat membuat kerusakan kuat pada gigi.
Hentikan kebiasaan merokok, selain bisa membuat gigi kuning,
merokok juga bisa menyebabkan penyakit gusi dan kanker mulut
(id.shvoong.com, ....).
6. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dengan Indeks DMF-T (Decay, Missing, Filling – Teeth)
dan def-t (decay, eksfoliation dan filling – teeth)
Indeks DMF-T atau def-t adalah ukuran yang dapat digunakan
untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang
ringan sampai berat untuk mendapatkan data tentang status karies
seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan
pemeriksa sama atau seragam. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan
pada gigi (DMF-T) dan permukaan gigi (DMF-S). Semua gigi
diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak
tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini menggunakan
kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi
yang hilang), dan F (gigi yang ditumpat). Kemudian, dijumlahkan
sesuai kode. Gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan
pemberian kode DMF-T (decayed missing filled tooth), sedangkan
def-t (decayed extracted filled tooth) digunakan untuk gigi susu.
Rerata DMF-T adalah jumlah seluruh nilai DMF-T dibagi atas jumlah
orang yang diperiksa (http://usupress.usu.ac.id .........).
1) DMF-T
DMF-T adalah jumlah gigi tetap yang mengalami karies
pada subjek, berupa angka yang diperoleh dengan menghitung
keadaan sebagai berikut (http://www.lontar.ui.ac.id,..........):
a) D (Decay) yaitu apabila jaringan email gigi tetap mengalami
dekalsifikasi, terlihat keputihan atau kecoklatan dengan ujung
eskavator yang terasa menyangkut pada kavitas. Keadaan
lain yang termasuk ke dalam kategori ini, yaitu keadaan
karies dengan kavitas besar yang melibatkan dentin, karies
mencapai jaringan pulpa baik pulpa tersebut masih vital
maupun non-vital, karies terhenti, serta karies pada gigi tetap
walaupun pada gigi tersebut terdapat restorasi. Seluruh
keadaan ini masih dapat dikategorikan D (Decayed), apabila
kavitas tersebut nantinya masih dapat direstorasi.
b) M (Missing) yaitu apabila gigi tetap tersebut telah dilakukan
pencabutan atau tanggal. keadaan lain yang termasuk ke
dalam kategori ini, yaitu karies gigi tetap yang diindikasikan
untuk pencabutan, contohnya jika mahkota gigi tidak ada atau
yang ada hanya sisa akar. Gigi yang hilang akibat penyakit
periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti
tidak dimasukkan dalam kategori ini.
c) F (Filling) yaitu apabila pada gigi tetap tersebut telah
ditumpat atau direstorasi secara tetap maupun sementara.
apabila gigi yang sudah ditumpat terdapat karies maka tidak
dimasukkan dalam kategori ini.
d) def-t
def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami
karies pada subjek. Perhitungan def-t berdasarkan pada 20
gigi sulung. Adapun angka yang diperoleh dengan
menghitung keadaan sebagai berikut
(http://repository.ui.ac.id, ......):
1) d (decay) yaitu apabila jaringan email gigi sulung
mengalami dekalsifikasi, terlihat keputihan atau
kecoklatan dengan ujung eskavator yang terasa
menyangkut pada kavitas. Keadaan lain yang termasuk
ke dalam kategori ini yaitu keadaan karies dengan
kavitas besar yang melibatkan dentin, karies mencapai
jaringan pulpa baik pulpa tersebut masih vital maupun
non-vital, karies terhenti, serta karies pada gigi sulung
walaupun pada gigi tersebut terdapat restorasi. Seluruh
keadaan ini masih dapat dikategorikan d (decayed) jika
kavitas tersebut nantinya masih dapat direstorasi.
2) (eksfoliation) yaitu apabila gigi sulung tersebut telah
dilakukan pencabutan atau tanggal. Keadaan lain yang
termasuk ke dalam kategori ini, yaitu karies gigi sulung
yang diindikasikan untuk pencabutan, contohnya jika
mahkota gigi tidak ada atau yang ada hanya sisa akar.
3) (filling) yaitu apabila pada gigi sulung tersebut telah
ditumpat atau direstorasi secara tetap maupun sementara.
Jika gigi yang sudah ditumpat terdapat karies maka tidak
dimasukkan dalam kategori ini.
b. Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut dapat dinilai dengan OHI-S (Oral
Hygiene Index Simplified). OHI-S adalah indeks untuk mengukur
daerah permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus. OHIS
yang digunakan yaitu indeks Oral Hygiene Index Simplified dariGreen
and Vermillion (1964) yang merupakan jumlah Debris Index (DI) dan
Calculus Index (CI).Menurut Carranza (2006), keuntungan OHI-S
adalah kriteria obyektif dimana pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cepat dan dapat mengevaluasi kebersihan gigi dan mulut secara
individu.Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan
skor OHI-S adalah sebagai berikut:
Baik : 0,0 - 1,2
Sedang : 1,3 - 3,0
Buruk : 3,1 - 6,0
Tujuan penggunaan OHI-S ini adalah mengembangkan suatu
tehnik pengukuran yang dapat dipergunakan untuk mempelajari
epidemiologi dari penyakit periodontal dan kalkulus, untuk menilai
hasil dari cara sikat gigi, menilai kegiatan kesehatan gigi dari
masyarakat, serta menilai efek segera dan jangka panjang dari
program pendidikan kesehatan gigi. Menurut Green and Vermillion
(1964), menentukan enam permukaan gigi pilihan yang dapat
mewakili semua segmen anterior dan posterior mulut berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh mulut. Alat yang digunakan
pada pemeriksaan OHI-S ini yaitu kaca mulut, sonde bengkok tanpa
disclosingsolution.
Menurut Tjahja dan Ghani (2007), keenam gigi dan
permukaan gigi yang diperiksa pada OHI-S adalah
(http://repository.ui.ac.id, ....).
Tabel 2.3. Gigi dan Permukaan Gigi yang diperiksa pada OHI-SRegio Gigi yang diperiksa Permukaan yang diperiksa16 atau 17 Bukal11 Labial26 atau 27 Bukal46 atau 47 Lingual31 Labial36 atau 37 Lingual
Sumber: Buletin Penelitian Kesehatan, 2010Tiap permukaan gigi dibagi secara horizontal menjadi tiga
bagian yaitu 1/3 gingival, 1/3 bagian tengah dan 1/3 incisal.
Pemeriksaan Debris Index (DI) digunakan sonde yang diletakkan
pada 1/3 incisal dan digerakkan ke 1/3 gingival sesuai dengan
kriteria Debris Index (DI).
Tabel 2.4. Kriteria Pemeriksaan Debris Index (DI)
Nilai Kriteria0 tidak ada debris
1 debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi2 debris lunak menutupi lebih 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari
2/3 permukaan gigi3 debris lunak menutupi lebih dari 2/ 3 permukaan gigi
Sumber: Buletin Penelitian Kesehatan, 2010Skor dari Debris Index (DI) tiap individu diperoleh dengan
cara menjumlahkan skor debris tiap permukaan gigi dan dibagi
oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa. Kriteria untuk
hasil Debris Index (DI) adalah:
Baik : 0,0 - 0,6
Sedang : 0,7 - 1,8
Buruk : 1,9 - 3,0
Calculus Index (CI) diperoleh dengan meletakkan sonde
dengan baik dalam distal gingival crevicular dan digerakkan
pada daerah subgingival dari jurusan kontak distal ke daerah
kontak mesial (1/2 dari lingkaran gigi dianggap sebagai satu unit
skoring). Kriteria untuk Calculus Index (CI) adalah:
Tabel 2.5. Kriteria Pemeriksaan Calculus Index (CI)Nilai Kriteria0 tidak terdapat kalkulus1 kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi2 kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapitidak lebih dari
2/3 permukaan gigi3 kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
Sumber: Buletin Penelitian Kesehatan, 2010Skor dari Calculus Index (CI) tiap individu diperoleh
dengan cara menjumlahkan skor kalkulus tiap permukaan gigi dan
dibagi oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa. Kriteria
untuk hasil Calculus Index (CI) adalah:
Baik : 0,0 - 0,6
Sedang : 0,7 - 1,8
Buruk : 1,9 - 3,0
OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) diperoleh dengan
menghitung jumlah Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI).
Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut:
OHI-S = jumlah Debris Index (DI) + jumlah Calculus Index (CI)
Menurut standar WHO (World Health Organisation), kriteria
untuk OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) adalah sebagai
berikut:
Baik : 0,0 - 1,2
Sedang : 1,3 - 3,0
Buruk : 3,1 - 6,0