bab ii antibiotik
DESCRIPTION
referat antibiotikTRANSCRIPT
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. DEFINISI
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -
biotikos (cocok untuk kehidupan). Antibiotik adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relatif kecil. Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk
menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini
kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sinetis. Penggunaan
istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk
di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti
virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses
penghambatan antibiotik dalam membunuh bakteri
Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah
bakteri. Maka dari itu antibiotik bersinonim dengan anti-bakteri. Antibiotik
berbeda dengan istilah disinfectant karena disinfektant membunuh kuman
dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan
kerja dari antibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dalam arti
dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
B. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK
Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas
antibiotik, aktivitas dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat
antibiotik tersebut.
Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi menjadi antibiotik
spektrum luas dan spektum sempit. Istilah luas mengandung arti bahwa
antibiotik ini dapat membunuh banyak jenis bakteri sedangkan sebaliknya,
istilah sempit hanya digunakan untuk membunuh bakteri yang spesifik yang
telah diketahui secara pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila
identifikasi kuman penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat
menghambat pula bakteri flora normal dalam tubuh.
Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi
Bactericidal dan Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat bakterisidal
membunuh bakteri target dan cenderung lebih efektif serta tidak perlu
menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat perlu digunakan pada
pasien dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk baterisidal adalah β-
lactam, aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja
menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host
obat bakteriostatik yang khas adalah tetracycline, sulfonamide, tetracycline,
dan clindamycin
Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
A. Penghambatan sintetis dinding bakteri
B. Penghambat membran sel
C. Penghambatan sintetis protein di ribosom
D. Penghambatan sintetis asam nukleat
E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)
Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja,
farmakokintetik, farmakodinamik, serta aktivitas antimikroba yang berbeda-
beda. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kegunaan di dalam klinik
Karena perbedaan ini juga maka mekanisme resisistensi dari masing-masing
golongan juga mengalami perbedaan.
4
Gambar 1. Tempat Kerja dari Masing-Masing Golongan Antibiotik
1. GOLONGAN INHIBITOR SINTETIS DINDING BAKTERI
Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut dinding sel.
Dinding sel terdapat pada baik bakteri yang gram (+) maupun bakteri gram (-).
Dinding ini berfungsi mempertahankan bentuk sel dari perbedaan tekanan
osmotic internal dan eksternal yang sangat tinggi. Pada kedua bakteri
mempunyai suatu lapisan yang bernama Peptidoglycan. Lapisan ini berfungsi
mensintetis dinding bakteri melalui reaksi yang disebut TRANSPEPTIDASI.
Lapisan ini lebih tebal pada bekteri gram (+) dan pada gram (-) di antara
peptidoglycan dan dinding terdapat lapisan membran lemak sehingga terdapat
gambaran membran bilayer.
Proses penghambatan sintetis dinding bakteri dapat melalui 2 jalur. Jalur
pertama berasal dari penghambatan proses transpeptidasi. Semua obat β-
lactam dapat menghambat proses ini. Yang termasuk dalam antibiotik β-
lactam adalah golongan Penicillin, Cephalosporins, Carbapemems, dan
Monobactam. Jalur berikutnya melalui penghambatan sintetis peptidoglycan.
Yang termasuk jalur kedua ini adalah Vancomycin dan Bacitracin. Pembagian
kelompok ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
5
Gambar 2. Bagan Pembagian Antibiotik Golongan Inhibitor Sintetis Dinding Bakteri
PENICILLIN
Penicillin yang paling terkenal dan pertama ditemukan adlah penicillin-
G yang ditemukan oleh Flamming pada 1929. Senyawa ini dihasilkan dari
pembenihan spesies Penisillium notatum. Sifat dari penicillin-G adalah
kepekaannya terhadap penghacuran cincin β-lactam oleh senyawa β-lactamase
dan tidak aktif secara relative terhadap kebanyakan bakteri gram negatif.
Pengembangan terhadap Penicillin menghasilkan turunan-turunan penicillin
yang lebih stabil terhadap asam dan aktif terhadap bakteri gram (-) maupun
gram (+).
Struktur kimia
Semua Penicillin mempunyai struktur dasar yang sama. Terdapat cincin
Beta lactam yang dikelilingi oleh cincin tiazolodin. Beberapa turunan
Ampicillin, Amoxicillin, Azlocillin, Carbenicillin, Cloxacillin, Dicloxacillin, Methicillin, Mezlocillin, Nafcillin, Oxacillin, Penicillin G, Penicillin V, Piperacillin, Ticarcillin
Penicillin
Generasi I
Generasi II
Generasi III
Cefadroxil, Cephradrin, Cephalotin, Cephalexin, Cephapirin
Cefaclor, Cefamandol, Cefmetazole, Cefodoxim, Cefonicid, Cefoxitin, Cefprozil, Cefotetan, Cefuroxime
Cefixime, Cefotaxime, Ceftazidime, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Dan Moxalaktam
Generasi IV Cefclidine, Cefepime, Cefluprenam, Cefoselis, Cefozopran, Cefpirome, Cefquinome
Monobactam
Imipenem Aztreonam
Non β-Lactam
Bacitracin
Vancomycin
Antibiotik β-Lactam
CarbapenemCephalosporin
PENGHAMBAT SINTETIS DINDING BAKTERI
6
Penicillin didapatkan dengan menambahkan senyawa lain pada gugus R.
Struktur penicillin dapat dilihat pada gambar.
Gambar 3. Struktur dasa Penicillin. Terdapat cincin β-lactam (kiri) yang dikelilingi cincin tiazolid (kanan).
Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap Penicillin dapat dibagi dalam beberapa
mekanisme :
a. Bakteri-bakteri tertentu seperti Staphylococcus aureus, beberapa
Haemophilus influenzae dan gonokokus menghasilkan senyawa β-
lactamse yang memecah cincin β-lactam. Kontrol pembentukan β-
lactamase dikontrol oleh kromosom dan plasmid. Nafcillin tahan
terhap β-lactamase karena cincin β-lactam dilindungi oleh rantai
samping R’.
b. Beberapa mikroba kurang mempunyai reseptor spesifik dan
kurangnya permeabilitas terhadap β-lactam.
c. Organisme yang dormant seperti Mycoplasma L resistant terhadap
penicillin karena tidak mensintetis peptidoglycan
Zat-zat penghambat β-lactamase seperti clavulanic acid, sulbactam
dan, tazobactam dapat menghambat aktivitas β-lactamase yang dihasilkan
bakteri yang resisten. Pemberian tunggal obat ini kurang menunjukkan
aktivitas antibakteri. Namun kombinasi obat ini dengan obat-obat β-lactam,
misalnya clavulanic acid dan amoxcillin dapat efektif terhadap infeksi saluran
pernafasaan oleh H influenza penghasil β-lactamase.
7
Farmakokinetik
Absorpsi peroral berbeda-beda dari masing-masing obat penicillin
tergantung dari kestabilan asam dan ikatan proteinnya. Pemberian minimal
harus diberikan 1 jam sebelum atau sesudah makan untuk mengurangi ikatan
pada makanan. Absorpsi parenteral biasanya cepat. Pemberian IM sering
menimbulkan iritasi dan nyeri pada tempat suntikan. Pemberian IV bolus
intermittent dengan tetesan kontinue cenderung disukai.
Penicillin tidak larut dalam sel dan tidak masuk dalam sel inang.
Pemberian 6 gr perhari dapat menghasilkan kadar 1-6 μg/ml dalam darah.
Penicillin yang terikat kuat pada protein (oxacillin, dicloxacillin)
menghasilkan kadar obat bebas yang lebih rendah daripada yang terikat lemah
(Ampicillin, Penicillin-G)
Kadar penicillin pada jaringan setara dengan yang ada di serum. Pada
mata, prostat, dan susunan syaraf pusat kadar ini lebih rendah daripada di
serum. Namun pada cairan serebospinal kadar dapat mencapai 0,2 μg/mL jika
diberikan 6 gr parenteral sehingga tidak diperlukan suntika intratekal.
Ekskresi dilakukan kebanyakan oleh ginjal. Sekitar 10% diekskresi di
glomerulus dan 90% melalui tubulus dengan kecepatan 2 gr/jm kecuali
nafcillin dimana 80% diekskresi di dalam saluran empedu. Waktu paruh
Penicillin-G adalah ½-1 jam dan pada gagal ginjal dapat mecapai 10 jam.
Ampicillin diekskresi lebih lama. Sekresi di tubulus dapat dihambat dengan
pemberian probensid dan digunakan pada jika ingin mncapai kadar sistemik
dan cairan serebospinal yang tinggi. Pada neonantus pemberian ini lebih
lambat. Ekskresi juga dapat melalui sputum dan air susu dan dapat
menimbulkan alergi pada bayi yang menyusui.
Kegunaan Klinik
Obat ini dikenal karena paling luas kegunaannya. Semua penicillin oral
harus diberikan minimal 1 jam sebelum/sesudah makan.
8
Penicillin-G
Obat ini masih digunakan pada infeksi pneumococcus, streptococcus,
meningococcus, staphilococcus yang tidak menghasilkan β-lactamase,
gonococcus, Treponema pallidum, Bacillus anthracic dan bakreti gram (+)
lainnya, clostridium, actinomyces, listeria, dan bacterioid. Kebanyakan dosis
yang digunakan adalah dosis sehari (6 gram) dan umumnya diberikan secara
bolus intermittent IV. Penicillin-V diindikasikan pada infeksi ringan saluran
pernafasan dengan dosis harian 1-4 g. Pemberian oral tidak boleh diberikan
terhadap infeksi yang berat.
Benzathine Penicillin
Obat ini berbentuk garam yang mempunyai kelarutan dalam air yang
sangat rendah dan menghasilkan kadar rendah tetapi bertahan lama.
Kegunaannya adalah diberikan secara 1,2 juta unit IM untuk profilaksi
reinfeksi streptokokus selama 3-4 minggu.
Ampicillin, Amoxicillin, carbenicillin, Ticarcillin, Piperacillin, mezlocillin,
Azlocillin
Obat ini berbeda dengan penicillin-G karena punya akitivitas lebih
besar terhadp bakteri gram (-).
Ampicillin dan amoxicillin mempunyai aktivitas sama. Namun
amoxicillin lebih mudah diserap dalam usus. Diberikan secara oral untuk ISK
oleh bakteri koliformis gram (-) dan infeksi bakteri campuran saluran nafas
(sinusitis, otitis, bronchitis). Dosis yang diberikan adalah 250-500 mg 3x
sehari. Obat ini kurang efektif terhadap enterobacter, pseudomonas dan
gastroenteritis salmonella noninvasive.
Carbenicillin lebih efektif terhadap pseudomonas dan proteus namun
lebih cepat menjadi resisten. Pemberian dengan dosis 12-30g/hari IV biasanya
diberikan berkombinasi dengan antibiotik golongan lain untuk pengobatan
sepsis pseudomonas pada luka baker.
9
Ticarcillin menyerupai carbenicillin tetapi dosisnya lebih rendah (200-
300mg/kg/hari). Obat yang lain mempunyai aktivitas yang kebanyakan sama
Penicillin yang resisten terhadap β-lactamase
Golongan yang resisten terhadap β-lactamase adalah Oxacillin,
Cloxacillin, Dicloxacillin, dan Nafcillin. Indikasi penggunaan hanya
digunakan pada infeksi staflokokus penghasil β-lactamase. Dosis yang
digunakan adalah 0,25-0,5 g setiap 4-6 jam peroral. Untuk infeksi yang berat
diberikan 8-12 g/hari nafcillin intermittent bolus IV tiap 2-4 jam (1-2 g tiap
pemberian). Methicillin jarang digunakan karena bersifat nefrotoksis.
Efek Samping
a. Hipersensitivitas
b. Neurotoksis pada dosis tinggi (>20.000 unit intratekal atau >20juta
parenteral)
c. Dyspepsia
d. Nefrotoksis (Methycillin)
e. Gangguan pendarahan (Cabenicillin)
CEPHALOSPORIN
Cephalosporin dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Senyawa ini
mirip dengan Penicillin namun lebih resisten terhadap β-Lactamase dan
cenderung lebih aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).
Struktur Kimia
Strutur ini mirip dengan penicillin yaitu adanya cincin β-Lactam tetapi
dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat gugusan R1 dan R2 yang
memungkinkan untuk dibuat turunan-turunan cephalosporin dengan aktivitas
yang lebih tinggi dan toksisitas yang lebih rendah.
10
Gambar 4. Struktur kimia cephalosporin
Aktivitas antimikroba dan resistensi
Aktivitas dan cara kerja antimikroba beserta mekanisme resistensi
cephalosporin analog dengan penicillin.
CEPHALOSPORIN GENERASI PERTAMA
Yang termasuk obat ini adalah Cefadroxil (Duricef), Cephradrin,
Cephalotin (cephalothin; Keflin), Cephalexin, (Keflex), Cephapirin
(cephapirin; Cefadryl).
Aktivitas antimikroba
Obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti
pneumokokus, streptokokus viridan, gourp streptokokus A hemolitikum dan S
aureus. Gram negatif yang juga dapat dihambat antara lain E. coli, Klebsiella
pneumoniae, dan Proteus mirabilis. Kokus anaerob (Peptococcus,
Peptostreptococcus) biasanya sensitif kecuali B fragilis
Farmakologi & dosis
Oral : Cefalexin, Cefradrin, dan Cefadroxil diabsorpsi di usus
bervariasi. Pemberian 500 mg peroral hanya menghasilkan kadara 15-20
μg/mL. Kadar dalam urin biasanya sangat tinggi namun di jaringan biasanya
kadarnya lebih rendah. Dosis Cefalexin dan cefadrin diberikan 4 x 0,25-0,5 g
dan cefadroxil diberikan 3 x 0,5-1 g. Ekskresi terutama di urin dan dapat
11
dihambat dengan pemberian probenesid. Pada penderita gagal ginjal dosis
harus dikurangi
IV : infus IV diberikan sebanyak 1 gram dan mencapai kadar puncak
cefazolin sebanyak 90-120 μg/mL, cefalotin dan cefazolin sebanyak 40-60
μg/mL, Dosisnya untuk Cefazolin 1-2 g /8 jam, cefalotin dan cefapirin adalah
1-2 g/6 jam
IM : jarang dilakukan
Penggunaan klinik
Walau obat ini punya spectrum luas dan tidak terlalu toksis, namun obat
ini jarang digunakan selain sebagai obat alternative untuk beberapa infeksi.
Dapat digunakan untuk ISK, luka kecil yang terdapat stafilokokus, dan infeksi
ringan lainnya. Untuk profilaksis pembedahan, Cefazolin lebih banyak
digunakan karena lebih murah serta dapat mengurangi resistensi terhadap obat
lain. Jangan digunakan untuk pengobatan infeksi berat. Cephalosporin
generasi pertama tidak dapat melakukan pentrasi ke SSP dan tidak bisa
digunakan untuk pengobatan meningitis.
CEPHALOSPORIN GENERASI KEDUA
Contoh dari cephalosporin generasi kedua adalah cefaclor (Keflor,
Raniclor), cefamandol, cefmetazole, cefodoxim, cefonicid (monocid),
cefoxitin, cefprozil (cefzil), cefotetan, cefuroxime (ceftin).
Aktivitas antimikroba
Aktivitas obat ini biasanya mirip dengan generasi pertama namun
mempunyai spektrum yang lebih luas terhadap bakteri gram (-) : enterobacter,
Klebsiella, dan Proteus indol-positif. Untuk pengobatan H influenza
cefamandol, cefuroxime, cefonicid, dan ceforanid lebih efektif. Untuk
pengobatan B fragilis justru cefoxitin, cefmetazole, dan cefotetan lebih efektif.
Semua generai kedua tidak aktif terhadap enterokokus dan P aeruginosa
12
Farmakologi & dosis
Oral : Cefaclor, cefuroxim, cefprozil dapat diberikan peroral. Dosis untuk
dewasa biasanya 10-15 mg/kg/hari diberikan dalam 2-4 dosis terbagi.
IV : Setelah 1 gr IV dapat menghasilkan kadar serum 75-125 μg/mL.
IM : Biasanya sangat sakit. Pada gagal ginjal dibutuhkan penyesuaian dosis
Penggunaan klinik
Karena aktivitasnya terhadap H influenza, Cefaclor sering digunakan
untuk sinusitis dan otitis media pada pasien alergi atau tidak ada respon
terhadap Ampicillin. Hanya cefuroxim yang dapat menembus sawar otak.
Cefoxitin, cefmetazole, dan cefotetan yang efektif terhadap B fragilis dapat
digunakan untuk infeksi bakteri anaerob tersebut seperti peritonitis dan
divertikulitis.
CEPHALOSPORIN GENERASI KETIGA
Yang termasuk generasi ke 3 cephalosporin adalah cefixime,
cefotaxime, Ceftazidime, ceftizoxime, ceftriaxone, dan moxalaktam.
Aktivitas antimikroba
Yang khas untuk generasi ketiga adalah mencangkupi gram negatif
yang luas dan dapat menembus sawar otak. Selain itu secara menetap generasi
ketiga juga aktif terhadap enterobacter citrobacter, S marcescens, dan
Providencia, serta Haemophilus dan Neisseria penghasil β-Lactamase.
Farmakologi & dosis
Kadar dalam darah adalah 60-140 μg/mL setelah pemberian infus IV 1
gram. Kadar ini akan sama di semua jaringan dan dapat mencapai sistem
syaraf pusat.
Waktu paruh untuk ceftriaxone (7-8 jam) setelah pemberian 15-30
g/kg/hari dibagi dalam dosis tiap 12-24 jam, namun pada meningitis dosis ini
13
diberikan setiap 12 jam. Obat lain punya waktu paruh 1-1,7 jam dapat
disuntikan setiap 6-8 jam dengan dosis 2-12 gram/hari
Ekskresi utama melalui empedu, jadi pada gagal ginjal obat ini
memerlukan penyesuaian dosis.
Penggunaan klinik
Karena penetrasi ke sawar otak, obat generasi ketiga sering digunakan
untuk mengobati meningitis termasuk yang disebabkan oleh meningokokusm
H influenza, dan bakteri gram (-) usus yang rentan. Pada sepsis yang tidak
diketahui penyebabnya obat ini juga sering digunakan.
Efek samping
Efek samping terhadap cephalosporin yang dapat muncul pada umumnya
antara lain adalah :
a. Alergi
b. Hipoprotrombinemia dan kelainan perdarahan : diberikan vitamin
K 10 mg 2 x seminggu untuk pencegahan
c. Disulfiram-like effect (penghambatan metabolisme alkohol)
sehingga jangan dberikan untuk orang alkoholisme
OBAT β-LACTAM LAINNYA
Yang termasuk kelas β-Lactam yang lain adalah monobactam dan
carbapenem.
MONOBACTAM
Obat ini mempunyai cincin β-Lactam monosiklik dan ternyata juga
resisten terhadap β-Lactamase serta aktif terhadap beberpa gram (-) seperti
pseudomonas dan Serratia. Kelemahan obat ini adalah tidak ada aktivitas
terhadap bakteri gram (+) dan bekteri anaerob. Contoh golongan ini adalah
Aztreonam (azactam). Kadar dalam serum adalah 100 μg/mL setelah
14
pemberian 1-2 gram setiap 8 jam. Waktu paruh 1-2 jam dan pada gagal ginjal
dapat memanjang
CARBAPENEM
Obat ini adalah obat baru dengan cincin β-Lactam. Contohnya adalah
Imipenem. Obat ini mempunyai spektrum luas terhadap bakteri gram (+),
gram (-), dan anaerob. Obat ini juga punya kelebihan resisten terhadap β-
Lactamase. Namun obat ini diinaktifkan di tubulus sehingga konsentrasi
dalam urin menjadi rendah. Penetrasi baik di jaringan tubuh dan cairan
serebrospinal. Dosis biasanya 0,5-1 gram IV setiap 6 jam (waktu paruh 1 jam).
Kegunaan secara pasti belum ditentukan namun mungkin digunakan
atas pengobatan terhadap infeksi yang telah resisten. Sejak Pseudomonas
cepat menjadi resisten terhadap imipenem, pemberian kombinasi obat ini
dengan aminoglican perlu dilakukan.
Efek samping masih terbatas pada mual, muntah, diare, dan kulit
kemerahan serta pada gagal ginjal gejala ini semakin terlihat.
Obat Non β-LACTAM
VANCOMYCIN
Vancomycin dan bacitracin merupakan penghambat sintetis dinding sel
namun bukan termasuk golongan β-Lactam. Vancomycin dihasilkan oleh
Sterptomyces. Obat ini aktif terhadap bakteri gram (+) khususnya
staphylococcus.
Struktur kimia. Struktur kimia vancomycin terdiri dari suatu
glicopeptida dengan erat molekul 1500 larut dalam air dan stabil. Mekanisme
obat ini adalah penghambatan sintetis peptidoglican di tingkan membrane sel.
Aktivitas Antimikroba. Vancomycin bersifat bakterisid untuk gram
(+) pada konsentrasi 0,5-3 μg/mL. Banyak staphylococcus yang sudah resisten
terhadap nafsilin dapat dibunuh dengan obat ini serta resistensi vancomycin
terjadi sangat lambat dan jarang.
15
Farmakokinetik. Vancomycin tidak diabsorpsi di usus. Pengobatan
peroral digunakan untuk mengobati enterokolitis. Pemberian IV dengan dosis
0,5 gram dapat mencapai kadar serum 10-20 μg/mL (waktu paruh 1-2 jam).
Ekskresi dilakukan oleh ginjal.
Penggunaaan Klinik. Indikasi Vancomycin adalah untuk sepsis atau
endocarditis yang disebabkan oleh staphylocoocus yang sudah resisten
terhadap obat lain dengan dosis 0,5 gram IV tiap 6-8 jam. Pengobatan peroral
dengan dosis 0,125-0,5 gram tiap jam digunakan untuk enterokolitis terutama
Clostridium difficle.
Efek Samping. Jarang terjadi efek samping. Flebitis pada tempat
suntikan dan demam mungkin terjadi. Gejala flushing yang luas dapat juga
terjadi (red man syndrome).
BACITRACIN
Bacitracin merupakan campuran polipeptida siklik yang dihasilkan dari
Tracy Bacillus subtilis. Aktif terhadap mikroba gram (+). Karena efek
toksisnya yang sistemik bacitracin jarang digunakan.
Aktivitas obat ini sama seperti vancomycin yaitu untuk gram (+)
khususnya staphylococcus. Obat ini susah diabsorpsi di usus kulit, mukosa,
atau yang lain jadi sering digunakan untuk pengobataan topical dengan dosis
500 unit/gram untuk menekan lesi permukaan kulit, pada luka, atau pada
mukosa.
Efek sampingnya adalah kerusakan ginjal secara mencolok, menyebabkan
proteinuria, hematuria, dan retensi nitrogen sehingga suah tidak digunakan.
Reaksi alergi pada penggunakan topikal jarang terjadi.
16
2. GOLONGAN INHIBITOR SINTETIS PROTEIN
Telah dibuktikan secara klinik bahwa Tetracyclin,
amonoglycoside, Chloramphenicol, Macrolides, dan Lyncomicin dapat
menghambat sintetis protein melalui kerja di ribosom. Sel bakteri secara
umumnya mempunyai beberapa tipe ribosom antara lain ribosom 30S,
ribosom 50S, dan ribosom 70S. Ribosom 80S yang terdapat manusia, tidak
terdapat pada bakteri sehingga golongan obat ini cenderung tidak
berpengaruh terhadap sintetis protein dalam jaringan manusia.
Gambar 5. Bagan pembagian golongan obat penghambat sintetis protein
Kerja penghambatan di masing-masing ribosom mempunyai
mekanisme yang berbeda. Golongan yang beraksi di ribosom 30S dan 70S
adalah golongan tetracycline dan amiglycoside. Sedangkan golongan lain
beraksi di ribosom 50S. Penghambat sintetis protein terbagi dalam 5
kelompok yaitu : Tetracyclin, Amoniglycoside, Macrolide,
Chloramphenicol, dan Lyncomycin.
17
PENGHAMBAT SINTETIS PROTEIN DI RIBOSOM
Tetracycline
Aminoglycoside
Macrolide
Cholramphenicol
Lyncomycin
Demeclocycline, Doxycycline, Minocycline, Tetracycline
Amikacin, Gentamycin, Neomycin, Metilmicin, Streptomcin, Tobramycin
Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin
Thiamphenicol
Clindamycin
TETRACYCLINE
Tetracycline yang pertama kali ditemukan adalah chlortetracycline yang
diisolasi dari Streptomycecs aureofaciens.
1. STRUKTUR KIMIA
Semua tetracycline mempunyai struktur yang sama. Obat ini
tersedia sebagai hidroklorida yang lebih larut. Larutan tersebut bersifat
asam dan mudah berikatan erat dengan ion-ion logam bervalensi 2 dan
dapat mengganggu absorpsi dan aktivitas.
Gambar 6. Struktur kimia tetracyclines
2. AKTIVITAS ANTIMIKROBA
Tetracycline cenderung merupakan antibakteri spektrum luas.
Bersifat bakteristatik baik untuk gram (+) dan gram (-) , bakteri anaerob,
riketsia, clamidia, micoplasma, serta untuk beberapa protozoa misalnya
amuba.
Tetracyclin memasuki mikroba melalui difusi pasif dan transport
aktiv sehingga pada mikroba yang rentan terdapat penumpukan obat ini di
dalam sel. Tetracycline kemudian terikat reversible ke reseptor pada
subunit 30S ribosom dalam posisi yang menghambat pengikatan
aminoasil-tRNA ke tempat akseptor pada komplek mRNA ribosom. Efek
lanjut adalah mencegah penambahan asam amino baru ke rantai peptide
yang tumbuh.
18
3. RESISTENSI
Resistensi muncul dengan perubahan permeabilitas pasif dan juga
tidak adanya transport aktif terhadap tetracycline. Resistensi ini muncul
dipengaruhi genetik. Kontrol resistensi oleh plasmid juga dapat resisteni
terhadap obat golongan lain. Penggunaan secara luas tetracycline
bertanggung jawab terhadap resistensi terhadap obat lain.
4. FARMAKOKINETIK
Absorpsi tetracycline di usus bervariasi antara beberapa obat.
Beberapa ada yang tetap di usus dan dikeluarkan di tinja. Obat
chlortetracycline hanya 30% diasorpsi. Jenis lain hanya 60-80% untuk
oxytetracycline dan demeclocycline, 90-100% untuk doxycycline dan
minocycline. Absorpsi paling baik di usus halus bagian atas dan baiknya
pada saat tidak makan karena dapat diganggu jika ada kation bervalensi
dua (Ca2+, Mg2+, Fe2+), terutama dalam susu dan antasida. Pemberian
parenteral tetracycline biasanya diracik dengan buffer khusus
Dalam darah terjadi ikatan protein berbagai tetracycline sebesar
40-80%. Dengan dosis oral 500 mg tiap 6 jam dapat mencapai kadar 4-6
μg/mL untuk tetracycline hydrochlorid dan oxytetracycline. Doycycline
dan minocycline agak lebih rendah. Suntikan IV membuat kadar lebih
tinggi untuk sementara waktu. Distribusi tidak dapat mencapai cairan
serebrospinal. Minosiklin khas karena konsentrasi yang tinggi di air mata
dan air liur. Tetracycline dapat melintasi plasenta dan air susu,
Ekskresi terutama di empedu dan urin. Di empedu ekskresinya
lebih banyak dan mungkin diabsorpsi kembali di usus untuk
mempertahankan kadar di serum. Sekitar 50% jenis tetracycline diekskresi
di glomerulus ginjal dan dipengaruhi oleh keadaan gagal ginjal.
Doxicycline dan minocycline diekskresi lebih lambat sehingga di dalam
serum lebih lama
19
5. KEGUNAAN KLINIK
Tetracycline merupakan obat spektrum luas pertama dan telah
digunakan sewenang-wenang. Merupakan obat terpilih untuk infeksi
Mycoplasma pneumoniae, Clamidia, serta ricetsia. Obat ini juga berguna
untuk infeki bakteri campuran infeksi saluran pernafasan misalnya
sinusitis dan bronchitis. Dapat digunakan untuk infeksi Vibrio dan kolera
namun resistensi telah dilaporkan.
Tetracycline efektif untuk infeksi infeksi melalui hubungan seksual
yang disebabkan clamidia. Doxycycline efektif terhadap leptospirosis.
Untuk protozoa yang dapat dihabat oleh tetracycline adalah Entamoeba
hitolitika atau Plasmodium falciparum (Doxicycline).
6. EFEK SAMPING
Efek samping yag bisa timbul antara lain :
a. Efek samping pencernakan seperti mual, muntah dan diare karena
engubah flora normal. Hal ini merupakan alasan penghentian dan
pengurangan pemberian tetracycline.
b. Penumpukan di tulang dan gigi tetracycline sering terjadi. Kontra
indikasi pemberian pada ibu hamil karena dapat menumpuk di gigi
janin yang menyeabkan kekuning-kuningan pada gigi serta
penumpukan di tulang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
pada janin dan anak umur dibawah 8 tahun.
c. Hepatotoksis juga dapat diberikan jika diberikan pada dosis besar
atau telah terjadi insuficiensi hepar sebelumnya.
d. Trombosis vena dapat terjadi pada pemberian IV
e. Hiperfotosensitif terutama demeclocycline
f. Reaksi vestibular seperti pusing, vertigo, mual, muntah
(minocycline)
20
AMINOGLYCOSIDE
Aminoglycoside berasal dari berbagai spesies Streptomyces. Sampai saat
ini yang masuk kelompok ini adalah Stretomycin, neomycin, gentamycinm
dan lain-lain. Semua obat ini menghambat sintetis protein dan punya
kelemahan dalam berbagai macam resistensi. Semua aminoglykoside punya
potensi ototoksis dan nefrotoksik.
Penggunaan pada umumnya digunakan terhadap bakteri enteric gram (-)
terutama pada bakteriemia, sepsis, atau endocarditis.
1. STRUKUR KIMIA
Aminoglycoside memiliki inti heksosa di samping streptidin atau
deoxistreptamin. Dimana gula amino terikat dengan ikatan glikosida.
Aminoglycoside larut dalam air, stabil dalam larutan dan lebih aktif dalam
keadaan pH alkali daripada asam.
Gambar 7. Struktur kimia Aminoglycoside secara umum
2. MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja aminoglycoside adalah pernghambatan
irreversible sintetis protein. Diawali dengan proses tranpot aktif yang
bergantung pada oksigen sehingga tidak efektif terhadap kuman anaerob.
Proses selanjutnya adalah berikatan dengan subunit 30S ribosom. Proses
sintetis dihambat degan cara mengganggu “komplek awal” pembentukan
peptide, menginduksi kesalahan baca mRNA, serta pemecahan polisom
menjadi monosom yang tidak berfungsi
21
3. RESISTENSI
Ada 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui
a. Adanya enzim yag menginaktifasikan aminogycoside dengan
adenilasasi, asetilasi, dan fosforilasi.
b. Perubahan permeabilitas
c. Perubahan reseptor di ribosom
STREPTOMYCIN
Streptomycin dihasilkan dari Streptomyces grieus. Turunannya
adalah dihidrostreptomycin. Aktivitas antibakteri dan resistensi masih
sama dengan jenis yang lain. Streptomycin efektif untuk mikobakteria
dan beberapa spesies lain (infeksi pes, tularemia, dan bruselosis
dengan dosis 1 gram/hari ) serta pengobatan kombinasi untuk
memperkuat efektifitas antibakteri yang lain. Efek Samping yang bias
timbul adalah alergi dan gangguan vestibular-vertigo dan
keseimbangan
GENTAMICIN DAN TOBRAMYCIN
Baik gentamycin dan tobramycin efektif terhadap gram (+) dan
gram negatif. Spktrum aktivitas kedua obat ini sama dengan
menghambat banyak strain stafilokokus, koliform, dan bakteri gram (-)
lainnya. Kombinasi yang efektif adalah dengan dengan karbenisilin
atau tikarsilin untuk pengobatan pseudomonas, proteus, enterobacter,
dan klebsiella. Namun banyak sterptokokus resisten terhadap
gentamycin.
Pemberian IM atau IV gentamycin atau tobramycin biasanya
digunakan untuk infeksi berat (sepsis) pseudomonas, enterobacter,
proteus yang telah resisten dengan obat lain. Dengan dosis 5-7
mg/kg/hari IM atau IV obat ini dipadukan dengan cephalosporin atau
penicillin untuk pengobatan yang lebih efektif. Kombinasi dengan
22
penicillin-G dapat digunakan untuk endocarditis yang disebabkan oleh
S viridans dan S faecalis. Gentamycin 0,1-0,3% dalam krim atau obat
salep sering digunakan untuk luka bakar, luka, dan lesi kulit yang
terinfeksi. Efek samping kedua obat analog dengan aminoglycoside
lain, seperti nefrotoksisitas dapat terjadi.
KANAMYCIN & NEOMYCIN
Kedua obat ini juga berhubungan erat karena mempunyai
resistensi silang yang lengkap. Neomycin susah diasorpsi secara oral,
ekskresi terutama di glomerulus. Penggunaan secara perenteral obat ini
telah lama dihindari karena efek nefrotoksis dan ototoksis yang jelas
setelah pemberian. Peggunaan paling sering adalah untuk topical atau
suntikan ke dalam sendi, rongga pleura, atau rongga abses dimana ada
infeksi. Penggunaan peroral masih digunakan untuk mengurangi flora
usus sebelum pembedaha.
AMIKACIN
Amikacin merupakan turunan dari kanamycin yang kurang
toksis namun lebih resisten terhadap enzim penginaktif gentamycin
sehingga digunakan terapi kedua setelah gentamycin. Penggunaan
amikacin efektif untuk banyak bakteri Proteus, Pseudomonas,
Enterobacter, dan Serratia.
NETILMYCIN
Keuntungan Netilmycin adalah obat ini cenderung lebih tahan
terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh bakteri yang resisten
terhadap gentamycin dan tobramycin. Indikasi terutama pada infeksi
iatrofenik serta infeksi yang beresiko untuk terjadi sepsis.
MACROLIDES
23
Macrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin
makrolide. Contoh obat ini yang terkenal adalah erythromycin. Penggunaan
macrolide terbatas pada infeksi korinebakterium, klamidia, mycoplasma dan
legionella. Contoh macrolide adalah Azitromycin, Clarithromycin,
Erythromycin, dan Spiramycin
ERYTHROMYCIN
Erythromycin merupakan obat macrolide yang dihasilkan dari
Streptomyces erythreus. Aktvitas dapat hilang pada suhu 200C dan pH
asam. Sediaan pada umumnya berupa garam. Erythromycin masih
efektif terhadap organisme gram positif, terutama pneumokokus,
streptokokus,, dan korinebakterium. Organisme lain seperti
mycoplasma, Clamydia trachomatis, dan Helicobacterium juga peka.
Resistensi dijumpai pada beberapa pneumokokus dan streptokokus
dengan perubahan pada reseptor. Dikontrol dengan genetik dan
plasmid
Karena tidak tahan asam, erythromycin basa dirusak di dalam
lambung dan pemberian peroral harus diberikan dalam bentuk enteric
coating atau dalam bentuk stearat ester. Dosis peroral 2 g/hari
mencapai kadar serum 2 μg/mL. Sejumlah besar hilang dalam feses.
Distribusi tidak dapat menembus sawar otak. Obat ini menembus
plasenta dan mencapai janin. Ekskresi dilakukan dalam empedu
Erythromycin digunakan dalam infeksi Corynebacterium
(difteri, sepsis, eritrasma), Infeksi klamedia pada saluran pernafasan,
neonantus, mata, atau genialia, Pneumonia oleh Mycoplasma dan
Legionella. Dosis oral diberikan 0,25-0,5 gram tiap 6 jam. Efek
samping yang bisa muncul berupa anoreksia, mual, muntah, dan sifat
toksis terhadap hepar.
SPIRAMYCIN
24
Spiramycim punya spectrum yang sama dengan erythromycin
namun lebih lemah. Keutungannya adalah daya penetrasi yang kuat di
jaringan mulut, tenggorokan dan saluran nafas sehingga sering
digunakan untuk ISPA yang sukar dicapai dengan antibiotik lain.
CHLORAMPHENICOL
Chloramphenicol berasal dari isolasi Stretomyces venezuelae. Sifat
kristal chloramphenicol sangat larut dalam alcohol dan sukar larut dalam air.
Namun Chloramphenicol suksinat sangat larut dalam air.
Obat ini mempunyai efek kuat penghambat sintetis protein mikroba.
Obat ini bersifat bakteriostatik untuk kebanyakan bakteri, namun tidak efektif
untuk klamidia. Mekanisme resistensi muncul dengan berkurangnya
permeabilitas terhadap chloramphenicol dan munculnya senyawa
cholramphenicol acetyltransferase yang dapat menginaktifasikan obat ini.
Obat ini sangat efektif untuk infeksi antara lain :
1. Salmonella simtomatik
2. Infeksi serius H influenza seperti meningitis,
3. Infeksi meningokokus dan pneumokokus pada SSP
4. Infeksi anaerobik pada SSP
Pemberian diberikan secara oral (2 gram/hari) maupun parenteral
(chloramphenicol suksinat 25-5 mg/kg/hari). Obat ini dapat mencapai SSP
dengan kadar yang sama dengan di dalam serum. Obat ini mudah
diinaktifasikan di dalam hati. Ekskresi terutama di tubulus ginjal dab sebagian
kecil di empedu. Dosis tidak perlu dikurangi pada gagal ginjal namun sangat
dikurangi pada gagal hati.
CLINDAMYCIN/LYNCOMYCIN
25
Clindamycin merupakan turunan dari lyncomycin. Keduanya
mempunyai aktivitas yang menyerupai erythromycin namun clindamycin
lebih kuat dalam mengatasi infeksi banyak bakteri kokus gram (+), kecuali
enterokokus, Haemopgilusm Niseria, dan Mycoplasma yang resisten.
Pemberian secara oral 0,15-0,3 gram tiap 6 jam sedangka untuk IV
diberikan 600 mg tiap 8 jam. Obat ini tidak dapat mencapai SSP. Ekskresi
terutama di dalam hati, empedu dan urin.
Indikasi yang penting adalah untuk mengobati infeksi anaerob berat
oleh Bacterioid dan kuman anaerob lainnya. Penggunaan lainnya sering kali
digunakan pada infeksi yang berasal dari saluran genital wanita seperti sepsis
karena keguguran atau abses pelvis.
3. GOLONGAN INHIBITOR FUNGSI DAN SINTETIS ASAM
NUKLEID
Obat-obat penghambat sintetis DNA terdiri dari 3 golongan mekanisme,
yaitu penghambat replikai DNA, penghambat polymerase rNA, dan
penghambat metabolisme nukleotid. Obat golongan inhibitor replikasi DNA
bekerja dengan mem-blok aksi gyrase dan DNA topoisomerase. Sedangkan
golongan inhibitor polymerase menghambat dengan cara berikatan kuat
dengan rNA polymerase. Golongan inhibotor metabolik nukleid seperti
Acyclovir menghambat sintetis DNA dengan cara konversi senyawa ini
menjadi tiphosphate dan menghambat thymidine kinase dan polymerase DNA
sehingga ada penambahan DATP ke dalam DNA dan kekurangan tymine
untuk replikasi DNA
Golongan rifamycin menghambat dengan cara melekat pada enzim
polymerase rNA sehingga DNA yang telah bertrankripsi tidak bisa diubah
menjadi mRNA. Golongan terakhir menghambat DNA girase sehinga tidak
terjadi proses trankripsi pembelahan DNA.
26
Gambar 8. Bagan pembagian golongan penghambat sintetis DNA
QUINOLONE
Quinolone merupakan turunan obat dari nalidixic acid. Obat-obat
pendahulu quinolone ini mempunyai spektrum yang lebih kecil dan biasanya
digunakan untuk antiseptik saluran kemih. Turunan terbaru yang mempunyai
aktivitas antimikroba lebih baik terbagi menjadi beberapa generasi, antara
lain :
A. Generasi I : cinoxacin, flumequine, nalidixic acid, oxolinic acid,
piromidic acid, pipemidic acid, rosoxacin
B. Generasi II : ciprofloxacin, enoxacin, fleroxacin, lomefloxacin,
nadifloxacin, norfloxacin, ofloxacin, pefloxacin, rufloxacin
C. Generasi III : balofloxacin, gatifloxacin, grepafloxacin,
levofloxacin, moxifloxacin, pazufloxacin, sparfloxacin,
temafloxacin, tosufloxacin
D. Genrasi IV : clinafloxacin, garenoxacin, gemifloxacin, sitafloxacin,
trovafloxacin, prulifloxacin,
Pemberian quinolone diberikan secara oral dan ekskresi terutama di
ginjal. Quinolone sering digunakan dalam infeksi saluran kemih walaupun
disebabkan karena infeksi bakteri yang kebal terhadap bermacam-macam obat.
Floroqunolone
PENGHAMBAT SINTETIS DNA
Quinole
Netroimidazole
Metronidazole
Rifamycin Acyclovir
Inhibitor ReplikasiDNA
Inhibitor Polimerase rNA
Inhibitor Motabolisme
Nukelotid
27
Norfloxacin 400 mg atau ciprofloxacin 500 mg diberikan peroral 2 kali sehari.
Selain itu juga dapat diberikan untuk diare infeksi, infeksi tulang, sendi, intra
abdominal, serta pada infeksi mikobakterium
METRONIDAZOLE
Metronidazole sering digunakan sebagai obat antiprotozoa untuk
pengobatan tricomoniasis, giardia lambia, B coli, serta infeksi amubiasis
lainnya. Namun selain itu metronidazole mempunyai efek antibakteri trhadap
banyak kuman anaerob. Metronidazole diberikan secara oral dan kemudian
tersebar di jaringan tubuh sampai ke serebrospinal. Ekskresi terutama di urin.
Untuk pengobatan infeksi anaerob, metronidazole sering digunakan untuk
menurunkfan infeksi pasca operasi apendektomi, bedah kolon, dll. Beberapa
infeksi seperti B fragilis, klstridia kadang-kadang masih menunjukkan respon.
RIFAMYCIN
Rifamycin masih terbukti aktif terhadap beberapa kokus gram (+) dan (-),
serta beberapa bakteri enteric, mikobakterium, klamidia, dan poxvirus.
Sayangnya banyak laporan mengenai resistensi bakteri yang cepat terhadap
pengobatan tunggal rifamycin sehingga tidak boleh diberikan sendiri.
Rifamycin diabsopsi baik secara peroral, dan diekskresikan melalui hati ke
dalam empedu.
Rifamycin diberikan dengan dosis 600 mg/hari dapat diberikan untuk
pengobatan TB bersamaan dengan pemberian INH, etambutol, dll. Efek
sampingnya menimbulkan warna oranye pada urinm keringat, air mata yang
sebenarnya tidak berbahaya.
28
4. GOLONGAN PENGHAMBAT MEMBRAN SEL
Gambar 9. Bagan pembagian obat penghambat fungsi membran sel
Yang termasuk golongan obat ini adalah polymyxin, polyenes,
imidazole, dll. Kerja golongan ini adalah mengganggu intregitas fungisonal
membran sitoplasma sehingga terjadi kematian pada bakteri. Polymyxin
bekerja pada membran bakteri gram (-) yang kaya fosfatidil dan bekerja
seperti detergen. Polyenes juga bekerja hampir sama namun melekat pada
jamur karena jamur mengandung ergosterol sehingga akan terbentuk sebuah
pori. Mekanisme lain ditunjukkan oleh imidazole dengan cara penghambatan
sintetis ergosterol.
POLYMYXIN
Polymyxin merupakan golongan polipeptida basa dan aktif terhadap
bakteri gram (-). Obat ini mempunyai efek nefrotoksis yang hebat sehingga
banyak ditinggalkan kecuali polymyxin B dan E.
Polymyxin bekerja sebagai bakterisidal dan tidak dapat diabsorpsi di
dalam usus sehingga diberikan secara parenteral. Walaupun begitu konsentrasi
di dalam darah dan jaringan cenderung rendah karena diikat erat oleh sel-sel
mati. Ekskresi terutama di ginjal.
29
PENGHAMBAT MEMBRAN SEL
Polymyxin
Polyenes
Imidazole
Penggunaan polymyxin sekarang dibatasi pada penggunaa topical.
Lerutan polymyxin B 1-10 mg/mL diberikan pada permukaan yang terinfeksi,
atau disuntikkan ke dalam pleura ataupun sendi. Efek samping yang
ditakutkan pada pemberian sistemik adalah efek nefrotoksisnya.
5. GOLONGAN INHIBITOR METABOLISME
Golongan ni mempunyai efek kerja seperti pada golongan
penghambat sintetis DNA, yaitu penghambatan dalam proses
pembentukan purin. Yang termasuk golongan ini adalah sulfonamide dan
trimetropim. Suatu kombinasi antara golongan sulfonamide –
thrimethropim dapat mengoptimalkan kerja golongan ini dengan contoh
co-tromoxazole.
Gambar 10. Bagan pembagian golongan penghambat metabolik
SULFONAMIDE
Sulfonamide secara struktural analog dengan asam p-amino benzoat
(PABA). Obat ini bekerja secara bakteriostatik. Cara kerjanya adalah
pengubahan sulfonamide oleh enzim dihidrofolat sintase menjadi analog asam
folat yang tidak berfungsi. Normalnya enzim inilah yang bertugas mengubah
PENGHAMBAT METABOLIK
SULFONAMIDE
Campuran
Mafenide, Silver Sulfadiazine, Succinysulfathiazole, Sulfacetamide, Sulfadiazine, Sulfamethoxazole, Sulfasalazine, Sulfisoxazole
Pyrimethamine, thrimethropim
Co-trimoxazole
THRIMETHROPIM
30
PABA menjadi asam dihidrofolat. Jadi sulfonamide hanya efektif terhadap
bakteri-bakteri yang tidak dapat membuat PABA atau membutuhkan PABA
ekstrasel. Resistensi muncul apabila bakteri tersebut bermutasi memproduksi
PABA yang berlebihan, perubahan struktur enzim.
Sulfonamide kebanyakan diberikan secara peroral dan dapat
didistribusikan ke semua jaringan termasuk ke cairan serebrospinal. Ekskresi
terutama dilakukan oleh glomerulus ginjal dengan kadar dalam urin bias
mencapai 10-20 kali konsentrasi dalam darah.
Penggunaan sulfonamide sering digunakan secara peroral untuk infeksi
saluran kemih yang belum diobati sebelumnya, infeks clamidia pada mata dan
saluran genital. Infeksi bakteri seperti streptokokus B-hemolitikum,
meningokokus dulu digunakan namun sekarang sudah banyak terjadi resisten.
Efek samping yang dilaporkan adalah pengendapan sulfonamide di
saluran kemih sehingga dapat menyebabkan obstruksi. Efek ini dapat dicegah
dengan pemberian sulfonamide paling larut. Efek lainnya adalah gangguan
hematopoetik berupa anemia (heolitik atau aplastik) granulositopenia,
trombositopenia, dan reaksi leukomoid.
THRIMETHROPIM
Thrimethropim bekerja dengan cara penghambatan kerja enzim asam
dihidrofolat reduktase yang bertugas mengubah asam dihidrofolat menjadi
asam tetrahidrofolat. Absorpsi baik melalui usus dan distribusi luas seperti
sulfonamide. Sifatnya lebih larut dalam lipid.
Pengobatan dengan thrimethropim tunggal dapat diberikan untuk
infeksi saluran kemih akut. Selain itu karena thrimethropim dapat
terakumulasi pada cairan prostate dan cairan vagina, thrimethropim sering
digunakan pada infeksi prostate dan vagina.
Efek samping serupa dengan sulfonamide berupa gangguan
hematopoetik seperti anemia megaloblastik, leukopenia, dan granulositopenia.
31
CO-TRIMOXAZOLE
Gabungan kombinasi antara sulfonamide dan thrimethripim ini sering
kali digunakan. Karena thrimethropim punya kelarutan lipid yang besar,
perbandingan thrimethropi : sulfonamide = 1 : 5 untuk tiap co-trimoxazole.
Penggunaan obat ini biasanya berupa pengobatan pilihan untuk infeksi
pneumonia oleh P carinii, entriris karena Shigella dan infeksi salmonella
sistemik setelah resisten terhadap Ampicillin dan khoramphenicol.
Penggunaan lain adalah pengobatan infeksi saluran kemih dan prostate
C. FARMAKODINAMIK OBAT ANTIMIKROBIAL
MINIMAL INHIBITORY CONCENTRATION AND THE MINIMAL BACTERICIDAL CONCENTRATION
Obat-obatan antibiotik biasanya dibagi menjadi dua kelompok: lebih
dominan bakteriostatik (menghambat perkembangan bakteri), dan yang lebih
dominant bakerisidal (membunuh organisme). Obat-obatan bakteriostatik
membutuhkan bantuan sistem imun penderita, apabila sistem imun penderita tidak
baik atau terdapat penyakit penyerta pada lokasi infeksi, maka sisa pathogen akan
berkembang lagi setelah pemberian obat dihentikan dan infeksi akan relaps.
Apabila telah terjadi relaps, maka diperlukan obat yang bersifat bakterisidal.
Aktifitas antibikrobial obat biasanya ditentukan melalui konsentrasi minimal
inhibisi atau minimal inhibitory concentration (MIC), dan konsentrasi minimal
bakterisidal atau minimal bactericidal concentration (MBC).
MIC didefinisikan sebagai konsentrasi terendah antibiotik yang benar-
benar menghambat pertumbuhan organisme spesifik yang diuji. MBC merupakan
konsentrasi terendah antibiotik yang dapat membunuh bakteri. Obat yang
termasuk kelompok bakteriostatik adalah macrolides, clindamycin, tetracyclines,
sulfonamides, linezolid, and chloramphenicol. Sedangkan obat yang termasuk
dalam kelompok bakterisidal adalah b-lactam, vancomycin, aminoglycosides,
fluoroquinolones, daptomycin, dan metronidazole.
32
TIME-DEPENDENT DAN CONCENTRATION-DEPENDENT
Berdasarkan farmakodinamiknya, antibiotik dibagi menjadi dua
kelompok: antibiotik time-dependent dan antibiotik concentration dependent.
Antibiotik yang bersifat time-dependent berarti tingkat dan banyaknya
mikroorganisme yang dibunuh tidak berubah sebanyak apapun konsentrasi dari
obat. Obat-obatan dalam kelompok ini (B-laktam dan Vancomycin) memiliki efek
bakterisidal yang lambat dan biasanya tidak memiliki efek lanjutan setelah
penggunaan (Post Antimicrobial Effect). Durasi dimana konsentrasi obat melebihi
MIC tergantung pada interval pemberian obat sehingga frequensi komsumsi obat
sangat penting untuk menentukan keberhasilan obat-obat ini.
Kelompok kedua adalah obat yang bersifat concentration-dependent
seperti aminoglycosides, fluoroquinolones, daptomycin, metronidazole,
azithromycin, dan ketolides). Tingkat membunuh bakteri dan lamanya post
antimicrobial effect (PAE) bertahan tergantung dari konsentrasi obat yang
dikonsumsi. Konsentrasi obat terhadap MIC menentukan efektifitas dari obat
golongan ini.
Antibiotik time-dependent
Peningkatan konsentrasi obat jauh di atas MBC tidak meningkatkan
pembunuhan bakteri antibiotik b-laktam, selain itu efek bakterisidal obat ini
relatif lambat. Akibatnya, akan ada sisa bakteri yang relatif banyak saat
konsentrasi obat lebih rendah dari MBC. Apabila konsentrasi tingkat obat di
lokasi infeksi berada dibawah MIC, bakteri residual tadi dapat melanjutkan
pertumbuhan dengan cepat dikarenakan obat golongan ini tidak memiliki PAE.
Efek antibiotik time-dependent seperti b-laktam dapat dioptimalkan dengan dosis
strategi yang memaksimalkan durasi paparan obat, misalnya dengan memberikan
fraksi kecil dari total dosis harian yang diberikan pada interval yang sering; atau
dengan menggunakan b-laktam yang memiliki waktu paruh yang panjang sperti
ceftriaxone; atau bahkan dapat digunakan infus intravena terus menerus
(continuous intravena infusion). Rejimen dosis yang efektif untuk antibiotik time-
33
dependent telah terbukti mengharuskan konsentrasi obat serum melebihi MIC dari
patogen penyebab setidaknya 40% sampai 50% tiap pemberian dosis interval.
Antibiotik concentration-dependent
Untuk obat golongan concentration-dependent, seperti aminoglikosida dan
fluoroquinolones, tingkat aktivitas bakterisida maksimal berada pada konsentrasi
maksimal. Apabila konsentrasi obat menurun, maka aktivitas bakterisidal obat
ikut menurun. Peningkatan dosis obat tidak hanya akan meningkatkan aktifitas
bakterisidal, tetapi juga meningkatkan lamanya waktu paparan obat bertahan. Hal
ini menunjukkan bahwa antibiotic golongan concentration-dependent sangat
dipengaruhi konsentrasi maksimalnya dan setelah konsentrasi obat menurun di
bawah MIC, penekanan pertumbuhan bakteri dapat terus berlangsung dikarenakan
PAE obat golongan ini yang lebih lama. Semakin tinggi konsentrasi obat, semakin
lama durasi PAE untuk obat ini, dan semakin sedikit populasi bakteri sisa pada
saat dosis berikutnya.
Gambar 11. Parameter efektifitas dari antibiotik
34