bab ii & bab iii
DESCRIPTION
ppknTRANSCRIPT
BAB II
URAIAN MATERI NILAI KEADILAN SOSIAL
Menurut Bodenheir, yang dinamakan adil adalah harus ada persamaan-persamaaan
dalam bagian yang diterima oleh orang-orang, oleh karena resiko yang dibagi harus sama
dengan resiko yang diterima orang-orangnya, sebab apabila orang-orangnya tidak sama maka
disitu tidak ada bagian yang sama pula, maka apabila orang orang yang sama tidak menerima
bagian yang sama timbullah sengketa atau pengaduan (Yahya A.Z., 2012:144).
Mencari relevansi keadilan sosial menurut teori Rawls di Indonesia, adalah penting
untuk melihat sejauh mana teori tersebut dapat diimplementasikan. Namun perlu diingat
bahwa teori tadi muncul dalam masyarakat yang berbeda dengan masyarakat di Indonesia.
Misalnya sistem ekonomi Kapitalis di Amerika Serikat dan model masyarakat yang liberal.
Sedangkan di Indonesia tidak menganut sistem ekonomi kapitalis ataupun masyarakatnya
tidak liberal. Namun harus diakui juga paham-paham seperti kapitalisme, sosialisme,
liberalisme telah bercampur dengan tujuan-tujuan mengenai keadilan di Indonesia baik dalam
masyarakat, kebudayaan pribumi, nilai-nilai agama dan aliran-aliran kepercayaan di kalangan
bangsa Indonesia.
Keadilan sosial tidak boleh dipisahkan dengan aspek ke-Tuhanan, kemanusiaan,
kesatuan dan integrasi dari pluralitas dan jiwa musyawarah dan gotong royong. Sehingga
para pendiri bangsa Indonesia, tampaknya tidak mau mempertentangkan keadilan sosial
dengan hidup keagamaan, dengan kemanusiaan dan dengan hubungan yang harmonis yang
saling mempengaruhi dengan sila-sila yang ada dalam Pancasila.
Bangsa Indonesia tidak begitu saja mengadakan pilihan-pilihan di antara salah satu
sistem atau aliran-aliran yang berlainan dan bertentangan dalam sejarah Barat. Tetapi juga
tidak menutup diri dari pengalaman-pengalaman bangsa lain, termasuk pengalaman dunia
barat dan pengalaman negara-negara komunis, atau bahkan negara yang berdasarkan agama
dan bersifat fundamentalis. Pengalaman itu memberikan unsur pembelajaran dan membentuk
suatu kesadaran sejarah sehingga kita tidak mengulang sebuah kesalahan dalam mewujudkan
keadilan sosial.
5
Ada beberapa hal yang bisa disumbangkan dari teori keadilan Rawls yaitu: Tentang
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Diakui bahwa keadilan adalah sebagai daya
hidup manusia yang subtansial bagi kehidupan manusia, sehingga di dalam dasar dan
Ideologi Negara Pancasila, yang dituangkan dalam dua buah sila, yaitu: Sila kedua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila kelima (mewakili mengungkap ciri khas
keadilan yang bersifat integralistik secara moral), dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (mewakili ciri khas keadilan sosial. Khususnya sila kelima yang merupakan “salah
satu tujuan atau cita-cita” yang perlu dicari realisasinya. Jadi bagaimana pelaksanaan
keadilan sosial itu dapat dipraktekkan? Bagaimana pembagian pendapatan dan keuntungan
koperasi, misalnya diatur dalam prinsip-prinsip keadilan? Karena ada kesamaan antara
perhatian utama Rawls mengenai koperasi dengan koperasi di Indonesia, barangkali prinsip-
prinsip keadilan Rawls dapat berperan sebagai pembatas pembagian yang adil.
Soal hak milik, Negara Indonesia mengakui adanya hak milik pribadi. Negara
berperanan melindunginya, tetapi tidak berarti memaksakan hak-hak milik itu demi tujuan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Mengacu pada pandangan Rawls yang mengatakan
bahwa keadilan dapat dicapai tanpa perubahan ke arah pemilikan umum atas sarana-sarana
produksi. Untuk konteks Indonesia tidak menjadi suatu persoalan apakah sarana-sarana
produksi itu dimiliki secara umum, pribadi atau negara, namun yang terpenting adalah:
apakah pemanfaatannya sudah secara adil dan merata dirasakan oleh semua masyarakat
Indonesia, khususnya golongan yang kurang beruntung? Meski Rawls juga menekankan
bahwa dalam keadaan khusus, pemenuhan prinsip perbedaan membenarkan atau bahkan
menuntut sosialisme dalam arti pemilikan bersama atas alat-alat produksi. Bagi saya, untuk
konteks Indonesia, keadaan-keadaan khusus itu harus dijelaskan dan harus ada pembatasan
sehingga tidak didominasi oleh “pribadi” (konglomerat) yang bisa menyelewengkannya
untuk kepentingan pribadi atau kroni-kroninya.
Selanjutnya mengenai tekanan Rawls pada prinsip kebebasan dan harga diri. Hal ini,
mengingatkan kita pada keadilan yang berdasarkan HAM. Di Indonesia bisa disoroti masalah
penggusuran tanah atau rumah yang sedang marak terjadi sekarang ini di kota-kota besar.
Penggusuran tersebut sering kali dilakukan dengan alasan ketertiban dan keindahan kota,
namun tidak dilandaskan pada hak-hak warga yang tergusur dan harga diri mereka yang
terlindas oleh kesewenang-wenangan pemerintah dan aparat ketertiban kota (Dawan A.,
2011:4-6).
6
Berikut diuraikan keenam nilai keadilan sosial yang terkandung didalam sila kelima
yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
A. Perlakuan yang Adil di Segala Bi dang Kehidupan, Terutama Di bidang Politik,
Ekonomi, dan Sosial Budaya
Menurut teori Rawls, keadilan sebagai fairrness akan dapat menjelaskan dengan baik
berkaitan dengan persamaan dalam hak pendidikan dan keadilan. Menurut Rawls, keadilan
harus mampu memberikan kesempatan yang fair serta hak yang sama pada semua anggota
masyarakat untuk ikut serta dalam setiap proses pengambilan keputusan politik dan
ekonomi, oleh karena itu diperlukan prosedur yang fair. Semua pihak terkait dalam proses
pemilihan prinsip-prinsip keadilan harus berada dalam posisi asli (original position). Posisi
asli akan terwujud jika semua pihak diandalkan berada dalam situasi tanpa pengetahuan dan
bersikap saling tidak perduli akan kepentingan pihak lain (veil of ignorance). Para pihak
harus berkonsentrasi hanya pada apa yang terbaik bagi dirinya sendiri (Yahya A.Z.,
2012:144).
Kegagalaan negara/pemerintah dalam memenuhi kewajibanya dalam melindungi dan
memenuhi hak pendidikan tersebut akan melahirkan isu keadilan korektif sebagai justifikasi
perlunya upaya hukum (legal remedies;rechtmiddelen) untuk menegakkan keadilan
distributif. Keadilan korektif mempunyai pengertian righting wrong (meluruskan
konsenkuensi yang lahir karena pelanggaran hukum), misalnya dengan berusaha memberikan
kompensasi/reparasi yang layak kepada pihak yang dirugikan atau menjatuhkan pemidanaan
kepada pelaku tindak pidana. Kondisi yang sama juga berlaku bagi negara yang melanggar
kewajibanya sebagai bagian dari isu keadilan korektif. Negara harus melakukan reparasi
(reparation) atas pelanggaran kewajibanya dan menyediakan upaya hukum yang
memungkinkan penuntutan atas reparasi tersebut.
Semua hak asasi menciptakan kewajiban korelatif. Demikian pula dengan hak asasi
bidang ekonomi,sosial dan budaya (ekosob) termasuk hak atas pendidikan. Mengacu pada
pasal 2 Kovenan Hak Ekosob, kewajiban negara memang dirumuskan tidak secara ketat.
Sebagai contoh, pasal ini menggunakan istilah (a) ‘melakukan langkah-langkah’ dengan
segala cara yang tepat;’ (b) “hingga sumber-sumber daya yang paling maksimal yang ada;”
(c) “mencapainya secara bertahap”. Meski demikian kewajiban itu dalam diuji pada tiga
tingkat.
7
Pertama, kewajiban menghormati (obligation to respect). Kewajiban ini mensyaratkan
negara untuk tidak ikut campur tangan dalam upaya pemenuhan hak ekosob. Dalam tingkat
kewajiban ini, negara diharuskan untuk tidak mengambil tindakan-tindakan yang
mengakibatkan tercegahnya akses terhadap hak bersangkutan dalam hal ini misalnya hak atas
pendidikan. Termasuk didalamnya, mencegah melakukan sesuatu yang dapat menghambat
warga memanfaatkan sarana pendidikan yang tersedia. Dalam konteks hak pendidikan
misalnya, negara tidak diperkenankan melakukan pengahambatan terhadap warga negara
yang ingin mengenyam bangku pendidikan.
Kedua, kewajiban melindungi (obligation to protect).kewajiban ini pada dasarnya
mengahruskan negara menjamin bahwa pihak ketiga (individu/perusahaan) tidak melanggar
hak-hak individu lain atas akses terhadap hak bersangkutan.oleh karen itu, hak ini dapat pula
mencakup pencegahan defrivasi lebih lanjut dan jaminan bahwa mereka yang terlanggar
haknya mendapat akses terhadap legal remedis. Negara misalnya, harus melindungi
eksploitasi terhadap anak anak yang diperkerjakan oleh perusahaan dimana anak tersebut
berada di usia sekolah dari kinerja bisnis yang melanggar standar hak anak untuk menikmati
pendidikan.
Ketiga, kewajiban memenuhi (obligatin to fulfill). jika kewajiban menghormati pada
intinya membatasi tindakan negara. Kewajiban memenuhi mengharuskan negara untuk
melakukan tindak pro aktif yang bertujuan memperkuat akses masyarakat atas pendidikan
yang layak. Kewajiban ini merupakan kewajiban yang paling menuntut intervensi negara
(positive measures) sehingga terjamin hak setiap orang atas kesempatan memperolah
kesempatan yang tidak dapat dipenuhi memalui usaha sendiri. Dalam kewajiban ini masalah
angaran belanja negara menjadi sangat penting. Dalam konteks hak pendidikan, akses
terhadap pendidikan dan sekolah gratis harus menjadi prioritas utama (Yahya A.Z.,2012:145-
146).
Selain itu, bahasa daerah merupakan salah satu pendukung bahasa nasional. Secara
konstitusional mengenai bahasa daerah sudah diatur dalam ketentuan pasal 32 ayat (2) yang
berbunyi “ negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional. Ini mengindikasi bahwa, adanya sebuah kewajiban pemerintah daerah untuk
memelihara bahasa-bahasa daerah supaya bahasa daerah terhindar dari kepunahan karena
mayoritas penduduknya adalah pendatang meskipun demikian pengembangan dan
8
pemeliharaan bahasa harus tetap dipertahankan apapun alasannya (Rohman A., 2012:168-
169).
Selain peraturan tersebut dalam dunia internasional juga sudah mengatur mengenai
budaya, bahasa daerah sendiri masuk kedalamnya. Konvenan internasional tentang hak
ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) sudah diratifikasi oleh indonesia melalui UU.NO.11
tahun 2005. Dalam konvensi tersebut dikatakan bahwa adanya sebuah perlindungan yang
diberikan oleh negara terhadap kebudayaan yakni dengan jalan pendidikan. Penerapan bahasa
dalam hal ini dapat diterapkan disekola-sekolah dengan materi yang berbasiskan muatan
lokal daerah.
Konsep dasar HAM adalah hak-hak yang (seharusnya) diakui secara universal sebagai
hak-hak yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat kelahiran manusia itu adalah
sebagai manusia. Berdasarkan konsep HAM dan konvensi tersebut, maka bahasa daerah
memiliki hak dan patut untuk dimuat dalam kurikulum pendidikan, dari tingkat sekolah dasar
sampai tingkat menegah atas. Untuk mewujudkan ini maka dibutuhkan peran dari pemerintah
daerah (Rohman A., 2012: 172).
Pasal 26 Deklarasi Universitas Hak Asasi Manusia Tahun 1948 menyatakan bahwa:
Setiap orang berhak mendapatkan pengajaran;
Pengajaran harus dengan Cuma-Cuma setidak-tidaknya dalam tingkat rendah dan tingkat
dasar.
Pengajaran sekolah rendah harus diwajibkan;
Pengajaran teknik dan kejuruan harus terbuka bagi semua orang; serta
Pengajaran tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama oleh semua orang,
berdasarkan kecerdasaan ( Rumusan hasil temu konsultasi diseminasi RAN HAM bidang
pendidkan, 2003:62)
Dengan menempatkan pendidikan sebagai hak negara terhadap rakyatnya maka negara
menjadi sebuah kekuasaan yang kemudian menuntut agar warga mentaatiapa yang menjadi
miliknya. Warga harus mematuhi dan karenanya memiliki kewajiban untuk menerima
pendidikan tersebut sebagai kewajiban dalam beragama. Hanya bila sudah dibekali
pendidikan yang memadai, seorang warga akan mampu menepati posisi sebagai anggota
masyarakat bersama warga negara yang lain (wijaya. P.).
9
B. Perwujudan Keadilan Sosial Meliputi Seluruh Rakyat Indonesia
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa tujuan pembentukan
Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebagai dari
cita-cita luhur tersebut maka pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan para penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS) dalam menyelesaikan masalahnya secara bersama-sama, agar peningkatan
taraf kesejahteraan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 1, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial, dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin, mengamanatkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar
adalah tanggung jawab negara. Negara bertanggung jawab untuk mengatur dan memastikan
bahwa hak untuk hidup sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat dipenuhi, khususnya
mereka yang hidup tidak layak secara kemanusiaan, seperti : (1) Kemiskinan; (2)
Keterlantaran, (3) Kecacatan, (4) Keterpencilan, (5) Ketunaan sosial dan penyimpangan
perilaku, (6) Korban bencana, dan (7) Korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Indonesia sebagai salah satu negara yang meratifikasi Deklarasi Millennium Development
Goals (MDG’s), menjadikan MDG’s sebagai orientasi pembangunan dan mengadopsi tujuan
serta target sasarannya ke dalam rencana pembangunan nasional sehingga Kementerian
Sosial dalam menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesejahteraan sosial tidak
hanya memiliki keberpihakan pada orang miskin (pro poor) dan keberpihakan pada keadilan
(pro justice), namun juga berorientasi pada pencapaian MDG’s.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-
2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, terutama dalam
mendukung dan mencapai Prioritas Pembangunan Nasional, maka upaya-upaya dalam : (1)
Penanggulangan kemiskinan; (2) Pengelolaan bencana, serta (3) Daerah tertinggal, terdepan,
terluar dan pasca konflik, menjadi bagian tugas Kementerian Sosial. Dalam melaksanakan
tugasnya, Kementerian Sosial RI memiliki visi ‘Terwujudnya Kesejahteraan Sosial
Masyarakat’. Guna mewujudkan visi tersebut, Kementerian Sosial menetapkan tiga misi yang
akan dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan yaitu : (1) Meningkatkan
aksesibilitas masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar melalui rehabilitasi sosial,
10
perlindungan dan jaminan sosial serta pemberdayaan sosial dan penanggulangan kemiskinan;
(2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia kesejahteraan sosial dalam
penyelenggraan kesejahteraan sosial; dan (3) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial (Roh,man A., 2014:1-2).
C. Keseimbanagan Antara Hak dan Kewajiban
Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga negara mencakup pasal-
pasal 27,28,29,29,30,31,32,33 dan 34.
a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warga negara yang sama dalam hukum dan
pementintah, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintah.
b. Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warga negara atas pekerjan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
c. Pasal 27 ayat (3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan hak dan kewajiban
warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat, berkumput,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
e. Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadah menurut agamanya.
f. Pasal 30 ayat (1) dalam perubahan UUD 1945 menyebutkan hak dan kewajiban warga
negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
g. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran (Kaelan, dkk, 2010:119).
Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa peran
(rule), hak dan kewajiban. Peran pada dasarnya adalah tugas yang dilakukan sesuai dengan
status yang dimiliki dalam hal ini sebagai warga negara. Istilah peran dapat di persamakan
dengan partisispasi warga negara, sebagai salah satu atribut kewarganegaraan. Secara teoritis,
status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif, dan positif.
Peran pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau kebijakkan politik yang ada. Peran aktif merupakan aktivitas warga negara
untuk berpartisipasi serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam
mempengaruhi keputusan publik. Peran positif merupakan aktivitas warga negara untuk
11
meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peran negatif merupakan
aktivitas negara untuk menilak campur tangan negara dalam persoalan pribadi warga.
Di Indonesia, bentuk hubungan antar warga negara dengan negara secara legal telah
diatur dalam UUD 1945. Hubungan antar warga negara dengan negara Indonesia tersebut
digambarkan dengan baik dalam mengatur mengenai hak dan kewajiban. Baik itu hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara maupun hak dan kewajiban warga negara dengan
negara di berbagai bidang tedapat dalam undang-undang dasar. Akan tetapi, disamping
pengaturan tentang hak dan kewajiban warga negara, sebuah undang-undang kadang pula
memuat bentuk-bentuk partisipasi warga negara dibidang yang sesuai dengan isi undang-
undang tersebut (Winarno, 2013:50-51).
Hak asasi manusia (Human Rights) bukan haya sekedar salah satu hukum
internasional saja yang ditetapkan alam berbagai perjanjian, tetapi jugaerjanjian-perjanjian itu
diratifikasikan , maka setiap negara yang meratifikasi mempunyai kewajiban hukum atas
yurisdiski nasionalnya. Dalam setiap perjajanjian internasional mengenai hak asasi manusia,
negara-negara pihak (states perties) berjanji untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya
sesuai dengan perjanjian internasional tersebut.
Dengan adanya perjanjian internasional mengenai hak asasi manusia itu, maka setiap
negara (state) mempunyai kewajiban pokok (generic obligation) untuk menghormati (to
resepct), melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil) hak-hak warga negara dimana
kekuasaan negara ( state power) beroprasi.
Dalam pasal 1 konvesi hak anak adalah setiap anak yang berusia dibawah 18 tahun,
kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku pada bagi anak ditentukan bahwa usia
dewasa dicapai lebih awal. Hal senada juga disebut dalam pasal 1 UU No. 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak yang masih dalam kandungan. Mereka dianggap belum matang
secara jasmani dan mental sehingga membutuhkan perlindungan dan pemeliharaan khusus,
termasuk perlindungan hukum yang layak. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam konvensi
yaitu:
1. Sebagai seluruh norma hak asasi manusia, nondiskriminasi juga merupakan prinsip pokok
dalam konsversi hak anak. Seseorang tidak dibenarkan dibeda-bedakan atas dasar, baik
suku, agama, warna kulit, ras,atau etnis,jenis kelamin, dan status sosial.
12
2. Perlakuan yang baik bagi anak (best interest of the child). Dengan adanya penegasan
mengenai perlunya perlindungan bagi anak, maka pertimbangan atas kepentingan yang
baik atas anak.
3. Hak hidup, hak hidup merupakan hak yang tidak boleh ditunda pemenuhannya (non
derogable rights). Sejak lahir, bahkan semasi dalam kandungan, anak harus mendapat
jaminan kelangsungan hidup dalam dan perkembangan anak ( survival and development
of the child).
4. Menghargai pandangan anak, sebagaimana layaknya setiap orang,anak juga harus dijamin
hak nya dalam mengemukakan pandangan secara bebas,sesuai usia dan kematangan.
Karena pandangan tersebut akan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan anak.
Berdasarkan konvensi hak-hak anak, seharusnya pemerintah menunaikan
kewajibannya dengan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kondisi kehidupan
anak sesuai perinip-perinsip yang terkandung didalamnya.
Pemerintah berkewajiban menyediakan kebutuhan setiap orang dalam menikmati
pendidikan mulai dari ependidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Bukan hanya
menyediakan anggaran, tetapi juga lembaga-lembaganya mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi serta beasiswa. Setiap pemerintah juga di tekannkan untuk
menyelenggarakan wajib belajar secara gratis bagi semua orang (Hendardi:24-26).
D. Menghormati Hak Milik Orang Lain
Setiap manusia memiliki hak. Hak yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir
yaitu hak asasi manusia. Hak asasi manusia berlaku sejak ia lahir di bumi tanpa
perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, serta kelamin. Dengan HAM, manusia memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya. Dan dalam undang-
undang dasar 1945 di Bab XA tentang Hak Asasi Manusia yang didalamnya juga dibahas
tentang menghormati hak milik orang lain.
Secara filosofis dan normatif setiap orang harus dihormati, dilindungi dan dipenuhi
hak konstitusionalnya. Negara berkewajiban memenuhinya terutama dalam hal tidak semua
orang punya akses dan dan kemampuan yang sama dalam pencapaian hak tersebut (Yahya
A.Z., 2012:143). Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 28H ayat (4), diterangkan bahwa
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tesebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenangnya oleh siapapun.
13
Harta adalah suatu penopang kehidupan setiap umat manusia. Hukum Islam dan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menghormati dan melindungi kepemilikan pribadi-
pribadi terhadap harta dan menjadikan hak mereka terhadap harta sebagai hak yang suci.
Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma pokok
atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum (Lubis, 2013).
E. Cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur yang Merata Secara Material dan Spiritual
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Setiap bangsa dan negara mempunyai cita -cita yang menjadi tujuan nasional dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Tahun 1945
dikemukakan bahwa cita-cita rakyat Indonesia adalah mendapatkan kehidupan yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena itu untuk mencapai cita-cita bangsa
Indonesia terutama secara material dan spiritual yang menyangkut keseimbangan individu
dan masyarakat dalam pemenuhan tuntutan hakiki jasmani dan rohani (spiritual), serta untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran secara material bagi seluruh rakyat Indonesia
diperlukan adanya pengadilan HAM untuk menjamin tercapainya cita-cita tersebut.
Unsur lain dalam HAM adalah masalah pelanggaran dan pengadilan HAM. Secara
jelas UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM mendefinisikan Hal tersebut.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat Negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan / atau mencabut Hak Asasi Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan
pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu, maupun oleh institusi Negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan
alasan rasional yang menjadi pijakannya.
Pelanggaran HAM dikelompokkan pada 2 bentuk, yaitu : (1) pelanggaran HAM berat
dan (2) pelanggaran HAM ringan. Pelangaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan
kejahatan kemanusiaan. Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua
bentuk pelanggaran HAM berat tersebut.
14
Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
mengahancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, Ras, kelompok
etnis, dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara:
a. Membunuh anggota kelompok
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok.
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebahagianya
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam
kelompok.
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu dari kelompok lain.
Sedangkan kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dialkukan dengan
serangan yang meluas dan sistematis. Adapun serangan yang dimaksud ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa :
a. Pembunuhan
b. Pemusnahan
c. Perbudakan
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan; pokok hukum internasional.
f. Penyiksaan ;
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara
h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik,ras,kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau
alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut
hukum internasiaonal
i. Penghilangan orang secara paksa , atau
j. Kejahatan apartheith, penindasan dan dominansi suatu kelompok ras atas kelompok
ras lain untuk mempertahankan dominasi dan kekuasaanya
15
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur Negara maupun warga
Negara. Untuk menjaga pelaksanaan HAM, penindakan terhadap pelanggaran HAM
dilakukan melalui proses peradilan HAM melalui tahap-tahap penyelidikan, penyidikan,
penuntutan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada dilingkungan
pengadilan umum.
Sebagai salah satu upaya untuk memenuhi rasa keadilan, maka pengadilan atas
pelanggaran HAM kategori berat, seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan
diberlakukan asas retroaktif. Dengan demikian, pelanggaran HAM kategori berat dapat
diadili dengan membentuk pengadilan HAM Ad hoc. Pengadilan HAM Ad hoc dibentuk atas
usul DPR dengan keputusan presiden dan berada dilingkungan pengadilan umum (Azra A.,
2008:131-133)
Pengadilan HAM ini menjadi lembaga yang dapat melindungi HAM sehingga cita-
cita masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang adil dan makmur secara material dan
spiritual dapat terwujud karena ada lembaga yang memberikan keseimbangan antara
masyarakat dan individu dengan melindungi hak asasi masyarakat, serta membantu
masyarakat mendapatkan haknya untuk hidup yang sejahtera.
F. Cinta Akan Kemajuan dan Pembangunan
Keadilan Sosial adalah sila kelima dalam Pancasila. Sila kelima ini tidak lain
merupakan ujung harapan dari semua sila lainnya. Sila pertama sampai dengan sila keempat
saling berkaitan satu sama lain. Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Kesemua ini harus menghasilkan keadilan social bagi
seluruh rakyat. Karena itu, perumusan kelima sila itu pada Alinea IV Pembukaan UUD 1945
diakhiri dengan kalimat, “serta dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
Ide tentang keadilan memang mengandung banyak aspek dan dimensi, yaitu keadilan
hukum, keadilan ekonomi, keadilan politik, dan bahkan keadilan sosial. Memang benar,
keadilan social tidak identik dengan keadilan ekonomi atau pun keadilan hukum. Bahkan
keadilan sosial juga tidak sama dengan nilai- nilai keadilan yang diimpikan dalam falsafah
kehidupan yang biasa dikembangkan oleh para filosof. Namun, ujung dari pemikiran dan
impian-impian tentang keadilan itu adalah keadilan actual dalam kehidupan nyata yang
16
tercermin dalam struktur kehidupan kolektif dalam masyarakat. Artinya, ujung dari semua ide
tentang keadilan hukum dan keadilan ekonomi adalah keadilan sosial yang nyata.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa konsep keadilan social itu merupakan simpul dari
semua dimensi dan aspek dari ide kemanusiaan tentang keadilan. Istilah keadilan sosial
tersebut terkait erat dengan pembentukan struktur kehidupan masyarakat yang didasarkan
atas prinsip-prinsip persamaan (equality) dan solidaritas. Dalam konsep keadilan sosial
terkandung pengakuan akan martabat manusia yang memiliki hak-hak yang sama yang
bersifat asasi. Dalam sila kelima tersebut juga terkandung beberapa aspek yaitu salah satunya
Cinta akan kemajuan dan pembangunan Indonesia (Asshiddiqie,2011:1).
Pembangunan diartikan sebagai suatu proses perubahan kearah kondisi yang lebih
baik secara terencana. Sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu kesatuan
mengenai tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilasanakan oleh unsur
penyelengara negara dan masyarakat di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional(SPPN), diamanatkan 5 tujuan pelaksanaan sistem perencanaan
pembangunan Nasional, yaitu : (1) untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan,
(2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar
waktu, dan antar fungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah, (3) menjamin keterkaitan
dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, (4)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan (5) menjamin tercapainya pembangunan
sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjuan.
Proses perencanaan pembangunan merupakan langkah yang sangat penting dalam
melaksanakan pembangunan dimana dari proses tersebut diharapkan menghasilkan sebuah
out-put yang dapat menjadi acuan, pedoman dan penuntun dalam pelaksanaan pembangunan
yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan tuntutan masyarakat, dengan tetap memperhatikan
Pola Umum Pembangunan Nasional.
Perencanaan pembangunan meliputi perencanaan berbagai aspek kehidupan misalnya
perencanaan di bidang ekonomi, perencanaan di bidang politik, perencanaan di bidang sosial,
dan perencanaan di bidang lainnya tak terkecuali perencanaan pembangunan di bidang
kesehatan. Hal ini berarti permasalahan pembangunan kian hari kian kompleks. Karenanya,
17
dituntut pembangunan yang multidimensional yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga dekade terakhir diakui telah banyak
memberikan kemajuan, tetapi mengandung dua masalah serius. Pertama, perekonomian
Indonesia masih sangat rentan terhadap kondisi eksternal dan volatilitas pasar finansial dan
komoditas. Kedua, kemajuan ekonomi yang telah dicapai ternyata sangat tidak merata, baik
antar daerah maupun antar kelompok sosial ekonomi. Kemajuan material yang telah dicapai
melalui strategi pertumbuhan selama 30 tahun terakhir ini tidak banyak memberikan
sumbangan yang sesungguhnya terhadap “pembangunan”.
Hal ini selanjutnya membawa kita pada dilema pokok dalam gagasan pembangunan,
yaitu adanya perdebatan di antara para pakar tentang strategi yang seharusnya didahulukan,
antara pertumbuhan dan pembangunan. Kelompok pertama menyatakan, bahwa pertumbuhan
ekonomi harus didahulukan untuk mencapai tujuan-tujuan lain dalam pembangunan.
Kelompok lainnya berpendapat, bahwa bertolak dari tujuan yang sebenarnya ingin dicapai,
maka aktivitas yang berkaitan langsung dengan masalah pembangunan itulah yang
seharusnya didahulukan, sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Perdebatan ini menarik untuk diikuti karena masing-masing kelompok berpendapat dengan
argumen yang kuat.
Selama aspek kelembagaan belum diperhatikan dengan baik, maka akan sulit untuk
merumuskan dan melaksanakan aktivitas pembangunan yang mendukung terwujudnya
pemerataan sosial, pengurangan kemiskinan, dan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup
lainnya. Aspek kelembagaan ini berperan penting dalam meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam memanfaatkan kesempatan ekonomi yang
ada. Inovasi dalam kebijakan publik semacam ini akan senantiasa memberikan perhatian
terhadap tiga hal penting, yaitu etika, hukum, dan ilmu ekonomi (Rudiyanto,2015).
Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara
parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat
tersebut dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan,
pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan demokrasi. Namun
persoalannya adalah capaianpembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana
beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya
gagal
18
Dalam usaha untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan di negara-negara berkembang, maka perlu diketahui bagaimana cara terbaik
untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijaksanaan ekonomi apa saja yang dapat dilaksanakan
oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk menanggulangi kemiskinan dan
ketidakmerataan, sambil tetap mempertahankan atau meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi. Apabila perhatian lebih ditujukan pada kewajaran distribusi pendapatan pada
umumnya, dan upaya untuk meningkatkan tingkat pendapatan golongan ekonomi bawah 40
% penduduk pada khususnya, maka perlu dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi
distribusi pendapatan di dalam perekonomian, dan perlu juga diketahui upaya-upaya
pemerintah agar dapat mempengaruhi atau mengubah efek yang tidak menguntungkan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut (Marhaeni,2008).
Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang ‘Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga’ mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan
kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi
mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa (Jalal F., 2013:1).
19
BAB III
PEMBAHASAN TENTANG REALITAS NILAI KEADILAN SOSIAL DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
A. Implementasi Perlakuan yang Adil di Segala Bidang Kehidupan, Terutama Di
bidang Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya
Adil merupakan sikap yang menempatkan hak dan kesempatan yang sama pada setiap
masyarakat di segala aspek dan bidang kehidupan. Tetapi tak sedikit orang yang berlaku tidak
adil dalam implementasinya dan penerapannya di kehidupan bermasyarakat sehingga
menimbulkan sebuah konflik seperti konflik perebutan lahan dan krisis bahasa daerah.
Konflik antar kelompok warga sipil tidak saja terjadi di arena perebutan lahan,
melainkan berkembang ke arena kontestasi politik dalam pemilukada, bukan hanya kontestasi
antar individu kandidat dan partai politik, tapi dalam kondisi sosiologi perkembangan
masyarakat yang masih kuat ikatan primordial, maka pemilukada menjadi arena pertarungan
antar masa yang diikat oleh unsur unsur kekerabatan, perkauman, marga , kelompok agama
ditambah dengan hal politik uang dan kekerasan untuk meraih kemenangan suara, baik di
internal maupun eksternalpartai kandidat. Inilah fenomena factual jika sistem demokrasi yang
modern dijalankan dalam massyarakat ang diikat dengan primordialisme.
Konflik social yang para pihak berupa kelompok, maka tindakan kekerasan semakin
sulit terkontrol, bukan saja individu yang menjadi sasaran, tetapi capital ekonomi pihak
lawan jiga dihancurkan. Apalagi bila di dalam perselisihan itu melibatkan sebuah kelompok
yang terorganisasikan, seperti kelompok preman dan organisasi kemasyarakatan baik berbasi
etnis maupun agama, atau berafiliasi ke partai polotik tertentu maka pihak keamanan pun
cendrung bersikap menyelamatkan yang minoritas dan membiarkan yang mayoritas beraksi,
setelah kerusuhan selesai baru mereka mangambil peran. Dalam lain kata, semakin para pihak
memiliki basis organisasi yang ideologis, maka konflik social akan semakin menghancurkan,
baik fisik maupun mental.
Demikian pula, apabila para pihak sama-sama sebuah organisasi yang bertopang pada
identitas tertentu (etnis, pribumi, kekerabatan atau aliran keyakinan teretentu). Hal ini terjadi
antara warga sepa versus warga hualoy di ambon, yang mana selai menimbulkan korban jiwa
20
dan harta benda, maka salah satu pihak memberikan sanksi adat sehingga pihak lawan dapat
kehilanha akses ekonominya, yang berarti berdampak luas terhadap dinamika pasar
pertukaran barang dan jasa yang merupakan tempat bergantung masyarakat luas (Abdullah
O.N., dkk, 2013:133-134).
Hal yang memperparah konflik social adalah manakala pihak keamanan tidak bisa
memisahkan antara yang mana hak asai manusia dan yang mana criminal. Barangkali, apabila
phak keamanan bereaksi cepat atas tindakan criminal, dengan menangkap dan memproses
pelaku tindak criminal sesuain dengan tahapan penegakan hukum, maka kasus itu mungkin
tidak berkembang menjadi konflik meluas dan terbuka, serta berdampak pada kehidupan
pada marga-marga lainnya yang tidk terkait dengan perselisihan para pihak (Abdullah O.N.,
dkk, 2013:135).
Fenomena yang terjadi pada saat ini bahasa daerah menjadi bahasa yang tersisihkan
penutur bahasa daerah semakin berkurang seiring semakin populernya penggunaan bahasa
indonesia bahkan bahasa asing dalam interaksi sehari-hari. Misalnya penutur bahasa jawa
yang mulai dihinggapai sikap inferior atau rendah diri. Mereka akan lebih merasa modern ,
terhormat, terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun
tulis, menggunakan bahasa indonesia, atau bahkan menyelipkan setumpuk istilah asing yang
menjadi penyebab kekhawatiran dimana kota-kota atau daerah-daerah yang mempunyai
bahasa daerah, hanya memiliki nama saja (tidak mempunyai ciri khas dalam kebahasaan atau
budaya) (Rohman A., dkk, 2012:166-167).
B. Implementasi Perwujudan Keadilan Sosial Meliputi Seluruh Rakyat Indonesia
Kementerian Sosial RI selama ini sudah berbuat banyak terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebagai contohnya, pada tahun 2013 Kementerian
Sosial RI sudah berhasil melakukan capaian sebagai berikut :
1. Meningkatnya kesejahteraan sosial fakir miskin
Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil meningkatkan kemampuan 127.430 KK
fakir miskin dalam pemenuhan kebutuhan dasar, dan membantu 2.400.000 KSM
(Keluarga Sangat Miskin) dalam mengakses fasilitas pelayanan dasar.
21
2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil meningkatkan partisipasi 4.722 LKS
(Lembaga Kesejahteraan Sosial) dan 6.843 TKS (Tenaga Kesejahteraan Sosial) dalam
menyelenggarakan usaha kesejahteraan social.
3. Meningkatnya pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial menuju kemandirian
Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil membantu meningkatkan kemampuan dasar
6.535 penerima manfaat dalam melakukan aktifitas sehari-hari, dan membantu 278.314
penerima manfaat dalam memenuhi kebutuhan dasar.
4. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana
Pada tahun 2013, Kementerian Sosial sudah berhasil meningkatkan kemampuan kesiagaan
90 KSB (Kampung Siaga Bencana) dan 440 desa dalam menangani bencana. Kementerian
Sosial juga telah melindungi 140.931 orang dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya poada
situasi darurat, disamping telah memulangkan 11.000 pekerja migrant bermasalah dalam
rangka melindungi hak dasar mereka.
5. Meningkatnya kualitas penyelenggara kesejahteraan sosial
Pada tahun 2013, Kementerian Sosial telah berhasil memverifikasi 12.667 PMKS,
meningkatkan persentase akreditasi LKS sebanyak 75%, disamping persentaseSDM
Kesejahteraan Sosial yang tersertifikasi kompetensi penyelenggaraan Kesejahteraan sosial
sebanyak 100% dari target yang telah ditetapkan.
6. Meningkatnya pengawasan internal bidang kesejahteraan sosial yang transparan dan
Akuntabel Pada tahun 2013, opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan
keuangan Kementerian Sosial adalah WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).
7. Meningkatnya efisiensi, efektifitas manajemen kesejahteraan sosial
Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil manaikkan persentase penilaian usulan
road map reformasi birokrasi sebesar 85% (Rohman A., 2014:2-3).
C. Implementasi Keseimbanagan Antara Hak dan Kewajiban
Hak dan kewajiban pada hakekatnya harus dipenuhi dan seimbang satu sama lain.
Contohnya, seorang guru yang telah melaksanakan kewajibannya dalam mengajarkan peserta
22
didik pantas mendapatkan gaji sebagai haknya. Namun, dalam implementasinya pihak
pemerintah sering kali melakukan pelanggaran terhadap hak pendidikan, seperti :
1. Pembinaaan guru sebagai primer mover mutu pendidikan belum mendapatkan alokasi
anggaran yang memadai;
2. Prasarana dan sarana pendidikan belum menjadi prioritas;
3. Buku sebagai salah satu sumber belajar masih belum merata keberadaaannya (Sumarjo E.)
Untuk pelanggaran hak pendidikan yang dilakukan dengan pembiayaan (by
omossion), bisa merujuk pada panduan mastric yang memberi gambaran sejumlah tindakan
yang diangggap sebagai bentuk pelanggaran tersebut. Panduan itu memang dirumuskan
secara umum sehingga dapat diterapkan dalam situasi nyata. Daftar yang disusun dibawah ini
didasarkan pada kewajiban negara untuk aktif sehingga menjamin pemenuhan hak
pendidikan sebagai hak ekosob secara tepat. Kalau negara (yang harusnya melakukan tapi)
tidak melakukan kewajiban itu dianggap sebagai pelanggaran hak atas pendidikan dengan
pembiaran, sebagai contoh:
1. Seperti juga diungkapkan dalam prinsip limburg, kegagalan negara untuk melakukan
langkah-langkah yang di perlukan (sesuai pasal 2 ayat (1)) merupakan pelanggaran hak
asasi manusaia pembiaran.
2. Kegagalan merubah atau mencabut aturan yang sungguh-sungguh tidak konsisten dengan
kewajiban yang ada dalam konvenan ini. Sebagai contoh, jika ada perda yang
membebankan biaya pendidikan tinggi untuk Rintisan Sekolah Bertarap Intenasional
(RSBI) merupakan aturan yang jelas-jelas melanggar hak asasi pendidikan masyarakat
(miskin) yang akan kesulitan untuk bersekolah di RSBI tersebut. Perda seperti ini tentu
merupakan aturan yang seharusnya di cabut. Tidak dicabutnya peraturan tersebut
merupakan pelanggaran hak-hak konsitusional warga negara khususnya hak ats
pendidikan.
3. Kegagalan dalam melaksanakan atau memberlakuakan kebijakan yang di peruntukkan
bagi pemenuhan hak atas pendidik sebagai contoh: setrategi wajib sekolah 9 tahun ( untuk
memenuhi hak atas pendidikan) tapi tidak di jalankan bisa dianggap sebagai pelanggaran
negara atas hak pendidikan dengan pembiaraan.
4. Kegagalan dalam mengatur pihak ketiga ( termasuk modal) entah individu atau kelompok
agar mereka mencegah melakukan pelanggaran hak atas pendidikan sebagai hak
konstitusi warga negara yang di jamin konstitusi Indonesia UUD NRI Tahun 1945.
23
5. Kegagalan negara memperhitungkan aspek ekonomi, sosial dan budaya dalam membuat
perjanjian internasional dengan negara lain, sebuah organisasin internasional, atau dengan
perusaan multinasional, dalam hal ini, negara tetap dianggap sebagai pihak yang memiliki
untuk menjamin pencegahan pelanggaran oleh pihak ketiga ( Yahya A.Z., 2012:147-148).
D. Implementasi Menghormati Hak Milik Orang Lain
Dalam implementasinya, menghormati hak milik orang lain adalah yang sering kita
lakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi tidak sedikit juga banyak terjadi
penyimpangan mulai dari tindak pencurian, pembajakan, hingga sengketa lahan.
Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma
pokok atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum. Agama
manapun akan melarang suatu tindakan pencurian karena hal tersebut merupakan suatu dosa
yang harus dipertanggungjawabkan oleh pelakunya di dunia dan akhirat. Hukum positif yang
berlaku di suatu negara juga melarang hak-hak pribadi dari setiap orang, salah satunya adalah
hak untuk memiliki setiap benda.
Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Bab XXII Buku II KUHP ialah tindak
pidana pencurian dalam bentuk pokok yang memuat semua unsur dari tindak pidana
pencurian.
Di dalam hukum Islam harta dimaksudkan sebagai penopang kehidupan. Hukum
Islam menghormati kepemilikan pribadi-pribadi terhadap harta dan menjadikan hak mereka
terhadap harta sebagai hak yang suci. Seorang pun tidak boleh melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadapnya dengan pertimbangan apapun.
Pencurian menurut syara’ adalah pengambilan oleh seorang mukallaf yang baligh dan
berakal terhadap harta milik orang lain secara diam-diam, apabila barang tersebut mencapai
nisab (batas minimal) dari tempat simpanannya tanpa ada subhat barang-barang yang diambil
tersebut (Lubis, 2013).
Salah satu bentuk dari pencurian lainnya adalah pembajakan. Menurut Hajrianto
(2014) Pembajakan bagi sebagian besar masyarakat adalah hal yang biasa terjadi di
masyarakat. Namun bagi sebagian kecil masyarakat lain, pembajakan adalah musuh terbesar
yang harus dihilangkan di negara ini. Seorang pencipta yang telah mencurahkan segenap
kemampuanya untuk menciptakan sebuah karya tentu sangat merasa dirugikan akan adanya
24
perilaku pembajakan. Khususnya dalam pembajakan software. Software yang sedianya
bernilai komersil tinggi dan dapat menimbulkan keuntungan bagi para penciptanya, ternyata
tidak mendapat apresiasi dari masyarakat pada umumnya.
Dunia pendidikan yang seharusnya bersih dari perilaku pembajakan, tidak bisa
terlepas dari tuntutan kemajuan teknologi dewasa ini. Di mata hukum, pembajakan adalah hal
yang harus diberantas karena dianggap meraspas hak milik orang lain . Di Indonesia berlaku
Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentan g hak cipta yang mencakup larangan
komersialisasi software bajakan. Dalam Islam masalah pembajakan merupakan hal baru, akan
tetapi dalam ajaran islam menyebutkan larangan mengambil hak milik orang lain yang secara
tidak langsung juga melarang adanya pembajakan pada umat muslim.
Dalam kehidupan nyata seperti yang dialami seorang warga yang berada di pelosok
kepulauan riau yang memegang surat desa. Tiba –tiba masuk korporat yang memegang HGU,
yang diterima dari korporat lain akibat krisis moneter, lalu korporat pertama itu memberikan
atau mengkontrakkan eksplorasi pasir besi pada korporat lain lagi. Apa yang terjadi
dilapangan, maka jangankan lahan dimana ia berproduksi, lahan dimana ia bertempat tinggal
pun telah menjadi sepotong sajadah yang sobek setelah bulldozer dioprasionalkan di bawah
pendampingan preman dan sekuriti perusahaan yang tersisa hanya tempat dimana ia duduk
dengan ketiadaan hak atas rasa aman dan keterancaman terhadap hak atas kesejahteraan.
Apakah hukum positif dijamin memiliki kepekaan hati nurani (hak asasi manusia) ketika
menghadapi penyelesaian kasus sengketa lahan seperti ini (Abdullah O.N.., dkk, 2013:131).
E. Implementasi Cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur yang Merata Secara Material
dan Spiritual Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara penerapan sikap adil harus
diimplementasikan tanpa membedakan, gender, taraf hidup, jabatan, keyakinan dan
kewenangan. Demi memberikaan keadilan kepada seluruh rakyat Indonesia maka hak setiap
orang harus benar-benar dihargai.
Dalam women’s studies encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep
kultural yang berkembang dalam masyarakat yang berupa membuat perbedaan peran prilaku,
Mentalitas, dan karakter emosional antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut sudah
lama melekat dalam pandangan umum masyarakat sehingga melahirkan anggapan pada
perbedaan peran tersebut sebagai suatu yang bersifat kodrati dan telah menimbulkan
25
ketimpangan pola hubungan dan peran social antara laki-laki dan perempuan. Konsep budaya
yang telah dianggap sebagai suatu yang kodrati tersebut dapat dilihat pada anggapan umum,
misalnya, bahwa perempuan identic dengan urusan rumah tangga semata, sedangkan laki-laki
sebaliknya identic dengan pengelola dan penanggung jawab urusan ekonomi.
Ketimpangan ini terjadi karena adanya aturan, tradisi, dan hubungan timbal balik
yang menentukan batas antara feminitas dan maskulinitas sehingga mengakibatkan adanya
pembagian peran, dan kekuassaan antara perempuan dan laki-laki. Dalam kehidupan social,
berkembang anggapan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi dari perempuan, karena laki-
laki dianggapa lebih cerdas,kuat dan tidak emosional. Semua anggapan superioritas laki-laki
tidak lain merupakan produk budaya belakang. Produk atau kontruk budaya tentang gender
tersebut melahirkan ketidakadilan gender.
Ketidakadilan gender dapat dilihat dalam berbagai bentuk:
1. Marginalisasi perempuan, yakini pengucilan perempuan dari kepemilikan akses, fasilitas,
dan kesenpatan sebagaimana dimiliki oleh laki-laki. Misalnya, kesempatan perempuan
untuk meneruska sekolah ke jenjang yang lebih tinggi cendrung lebih kecil ketimbang
laki-laki. Di sector pekerjaan maginilisasi ini biasa ditemukan dalam bentuk pengucilan
perempuan dari jenis pekerjaan nya tertentu; peminggiran perempuan kepada jenis
pekerjaan yang tidak stabil, berupa rendah dan kurang mengandung keterampilan;
pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), dan
pembedaaan upah perempuan.
2. Penepatan perempuan pada posisi tersubordinasi, yakni menempatkan perempuan pada
prioritas yang lebih rendah ketmnbag laki-laki. Kasus seperti ini kerap terjadi dalam hal
pekerjaan sehingga perempuan sulit memperoleh kesempatan mendapatkan posisi yang
sejajar terhadap laki-laki.
3. Stereotipasi perempuan, yakni pencitraaan atas perempuan yang berkonotasi negative.
Dalam banyak kasus pelecehan seksual, misalnya perempuan sering kali dijadikan
penyebab karena karena pencitraan yang suka bersolek dan penggoda.
4. Kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan initimbul akibat anggapan umum bahwa laki-
laki pemegang supremasi dan dominasi atas semua sector kehidupan.
5. Beban kerja yang tidak proporsional. Pandangan bahwa perempuan sebagai makhluk
tuhan kelas dua yang dibentuk oleh dominasi laki-laki pada akhirnya memarginalkan
peran perempuan yang seharusnya diperlakukan oleh manusia yang memiliki kesamaan
26
hak dan kewajiban. Pandangan ini tidak saja meminggirkan peran-peran perempuan tetapi
juga ketidakadilan beban kerja atas perempuan: selain menjalani fungsi reproduksi seperti
hamil, melahirkan, dan menyusui, perempuan juga dibebani pekerjaan domestic lainnya
seperti memasak, mengurus keluarga dan sebagainya (Azra A., 2008:136-137).
Dalam perspektif membangun toleransi antara umat beragama, ada 5 prinsip yang bisa
dijadikan pedoman semua pemeluk agama dalam kehidupan sehari-hari:
1. Tidak satupun agama yang mengajarkan penganutnya untuk menjadi jahat
2. Adanya persamaan yang dimiliki agama-agama, misalnya ajaran tentang berbuat baik
kepada sesama
3. Adanya perbedaan mendasar yang diajarkan agama-agama, diantaranya perbedaan kitab
suci, nabi, dan tata cara ibadah
4. Adanya bukti kebenaran agama
5. Tidak boleh memaksa seseorang menganut suatu agama atau suatu kepercayaan
Berdasarkan pada lima prinsip ini, hal yang harus lebih ditunjukkan oleh semua umat
beragama adalah untuk melihat persamaan-persamaan dalam agama yang diyakini seperti
dalam hal perdamaian dan kemanusiaan. Hal ini jauh lebih bermanfaat daripada berkutat
dalam perdebatan akan hal-hal perbedaan dari ajaran agama dengan semangat menguji
keyakinan sendiri dengan keyakinan orang lain (Azra A., 2008:138).
F. Implementasi Cinta Akan Kemajuan dan Pembangunan
Berdasarkan hasil analisis karakteristik perkembangan wilayah di Indonesia, wilayah
dengan pertumbuhan PDRB perkapita dan pertumbuhan IPM tinggi dinamai karakter wilayah
‘a’; wilayah dengan pertumbuhan PDRB per kapita tinggi dan pertumbuhan IPM rendah
dinamai karakter wilayah ‘b’; wilayah dengan pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan
pertumbuhan IPM tinggi dinamai karakter wilayah ‘c’; dan wilayah dengan pertumbuhan
PDRB per kapita dan pertumbuhan IPM rendah dinamai karakter wilayah ‘d’.
Terdapat 15 Kabupaten /Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita
tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM tinggi, dan 87 Kabupaten/Kota memiliki rata-rata
pertumbuhan PDRB per kapita tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM rendah. Kabupaten
/Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan rata-rata
pertumbuhan IPM tinggi berjumlah 52 Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota yang memiliki
27
rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan rata-rata pertumbuhan IPM rendah
berjumlah 315 Kabupaten/Kota.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa tahun menunjukan peningkatan dan
pada tahun-tahun lainnya mengalami penurunan.Secara umum perekonomian Indonesia pada
periode sebelum krisis ekonomi (1986-1996) mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi, yaitu antara 6,47 sampai 9,12 persen per tahun dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
pada periode tersebut sebesar 7,76 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 1991, yaitu
sebesar 9,11 persen menjadi pertumbuhan tertinggi yang pernah dimiliki Indonesia
(Novitasari V., 2010:289).
Pada saat krisis ekonomi melanda negeri ini (1997-1999), perekonomian Indonesia
memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah yaitu sekitar -2,68 persen.
Pertumbuhan ekonomi paling rendah terjadi pada tahun 1998, dimana pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada saat itu adalah -13,24 persen dan menjadi pertumbuhan terendah yang pernah
dimiliki oleh Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya sudah mulai
terjadi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar 4,59 persen, turun sebesar
3,19 persen dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi
Indonesia turun lebih besar lagi akibat adanya krisis ekonomi, yaitu turun sampai 8,65 persen
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1999 perekonomian Indonesia mulai membaik, hal ini
terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang berhasil naik 12,63 persen dari pertumbuhan
tahun 1998.
Pada periode pemulihan setelah krisis ekonomi (2000-2007) pertumbuhan ekonomi
Indonesia kembali naik, yaitu sebesar 3,83 sampai 6,35 persen dengan rata-rata pertumbuhan
pada periode tersebut sekitar 5,04 persen. Pada tahun 2008 perekonomian dunia
diguncangkan dengan adanya krisis global, namun adanya krisis global ini ternyata tidak
terlalu berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak mengalami penurunan yang cukup berarti seperti saat periode krisis ekonomi, pada
tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,01 persen, turun 0,33 persen
dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2007.
Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun 2009. Pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan
ekonomi tercatat sebesar 4,58 persen, jika dibandingkan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi
28
tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1,44 persen. Pada tahun 2010 kondisi
perekonomian Indonesia kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh 6,1 persen, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan
mampu lebih tinggi dari tahun 2008.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal
I-2013 hanya 6,02 persen, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai
6,3 persen.Kepala BPS Suryamin mengatakan produk domestik bruto (atas dasar harga
berlaku) hingga kuartal I-2013 naik dari Rp 1.975,5 triliun menjadi Rp 2.146,4 triliun.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2013 hanya 6,02 persen, naik 1,41
persen dibanding kuartal IV-2012, kata Suryamin saat konferensi pers di kantornya,
pertumbuhan ekonomi Indonesia di periode tersebut yang tertinggi (secara per kuartal) adalah
sektor pertanian peternakan, kehutanan dan perikanan (23,06 persen), keuangan, real estate
dan jasa perusahaan 2,96 persen serta pengangkutan dan komunikasi 1,57 persen.
Sementara bila dilihat secara tahunan, kontribusi pertumbuhan domestik bruto
tersebut adalah sektor pengangkutan dan komunikasi 9,98 persen, keuangan, real estate dan
jasa perusahaan 8,35 persen serta konstruksi 7,19 persen. "Seluruh sub sektor semuanya
tumbuh kecuali sektor pertambangan dan penggalian," tambahnya.
Sektor pertambangan dan penggalian masih mengalami kenaikan 0,02 persen secara
kuartalan. Namun secara tahunan mengalami penurunan 0,43 persen, sehingga kontribusi ke
total PDB Indonesia mengalami penurunan 0,03 persen.
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan karena produksi minyak
dan gas (migas) Indonesia mengalami penurunan dari target di APBN 2013 sebesar 900.000
barel per hari menjadi hanya 830.000 barel per hari.Selain itu juga disebabkan karena
turunnya minyak mentah dan penyusutan cadangan minyak menjadi 3,59 miliar barel,
tambahnya.
Sebelumnya, Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan
Bambang Brodjonegoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2013
berada pada kisaran 6,2 persen hingga 6,3 persen.
29
BAB IV
GAMBAR, IMAGE, SKETSA, DAN VIDEO PENDUKUNG PEMBAHASAN
TENTANG REALITAS NILAI KEADILAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
A. Perlakuan yang Adil Disegala Bidang Kehidupan, Terutama Dibidang Politik,
Ekonomi, dan Sosial Budaya.
Dari gambar diatas dapat dilihat mengenai penyuapan pada pemilukada, serta adanya perang
antar suku yang terjadi akibat tidak terjadinya keadilan dibidang politik, social dan budaya.
Video 1 “Aksi Demo Anti Korupsi”
Uraian :
Video ini berisi tentang aksi demo yang dilakukan oleh para demonstran kepada
pemerintah. Aksi demo tersebut menggambarkan sikap para demonstran yang menuntut dan
30
ingin menegakkan keadilan di negara ini bahwa setiap warga negara ataupun pejabat negara
yang melakukan tindak kejahatan seperti korupsi wajib diperiksa oleh pengadilan dan diberi
hukuman atau sanksi berupa penjara. Hukuman yang diberikan juga harus sesuai atau
setimpal dengan perbuatannya tersebut. Karena setiap orang sama kedudukannya dihadapan
hukum baik itu pejabat maupun masyarakat biasa.
Video 2 “Perang Antar Suku di Papua”
Uraian :
Video ini berisi tentang perang antar suku yang terjadi di Papua. Konflik tersebut
diakibatkan karena tidak adanya sikap saling menghargai dan menghormati antar suku. Oleh
karena itu agar terciptanya suatu keadilan di tengah-tengah masyarakat maka harus
didorong dari suasana kekeluargaan, suasana ini dapat tercipta dengan adanya rasa saling
menghargai antar sesama masyarakat maupun antar suku.
B. Perwujudan Keadilan Sosial Meliputi Seluruh Rakyat Indonesia
Tindakan partisipasi terhadap masyarakat, disini dapat dilihat pihak pemerintah yang
membantu warga yang mengalami bencana. Ini membuktikan bahwa tingkat
penanggulangan bencana sudah cukup baik.
Tindakan rehabilitas sosial terhadap masyarakat tidak mampu dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
31
Tindakan pembagian sembako terhadap fakir miskin
C. Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban
Video 3 “BOS : Program Wajib Belajar 9 Tahun”
Uraian :
Video ini berisi tentang Program Dana BOS yang dilakukan pemerintah sebagai
wujud diselenggarakannya Program Wajib Belajar 9 Tahun. Program wajib belajar 9 tahun
ini bertujuan agar seluruh warga negara Indonesia bisa merasakan pendidikan yang merata
khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu. Program wajib belajar 9 tahun juga
dianggap sebagai upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia dan pelaksanaanya harus
dilakukan secara merata bagi seluruh rakyat indonesia. Sasaran Wajib Belajar 9 tahun
diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan dasar bagi siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia.
Upaya pemerataan pendidikan melalui program wajib belajar 9 tahun tahun diharapkan dapat
berdampak positip terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, agar bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang berkualitas dalam menegakkan pembangunan di segala
bidang. Dengan demikian pemerintah memiliki kewajiban penuh untuk mengusahakan
terwujudnya layanan pendidikan yang bermutu didukung dengan berbagai komponen yang
memenuhi standar nasional, baik itu terkait dengan standar isi pendidikan, proses pendidikan,
32
kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,
manajemen pendidikan, pendanaan pendidikan, maupun standar penilaian pendidikan.
D. Menghormati milik orang lain
Pembajakan kaset DVD/ CD
Demonstrasi sengketa tanah
E. Cita-Cita Mayarakat Adil Yang Makmur Dan Merata material Dan Spiritual Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia
Kericuhan dalam memeluk agama.
33
F. Cinta Akan Kemajuan Dan Pembangunan
Peningkatan Pertumbuhanh Ekonomi
Video 4 “Unjuk Rasa Menolak Pembangunan Gereja di Warnai Kericuhan”
Uraian :
Video ini berisi tentang unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan umat dari forum islam
untuk memberhentikan dan mencabut izin rekomendasi pembangunan gereja Kalimiri Bekasi,
yang mana gereja tersebut sudah mendapat izin rekomendasi dari walikota Bekasi. Setelah
menyuarakan aspirasinya tersebut, para demonstran juga mengancam akan melakukan aksi
unjuk rasa lagi apabila izin rekomendasi tersebut tidak segera dicabut. Hal ini mencerminkan
bahwa sikap para demonstran yang tidak menghargai dan menghormati apa yang menjadi
hak-hak orang lain atau agama lain. Menghargai dan menghormati hak-hak orang lain
merupakan butir atau nilai pancasila yang terkandung di dalam sila ke lima. Butir ini juga
menghendaki agar setiap manusia harus menghormati hak orang lain tanpa memandang latar
belakang suku, agama dan budaya dan memberikan peluang atau kebebasan kepada orang
lain untuk mencapai haknya tersebut. Dalam hal ini pemerintah juga harus bersikap
bijaksana dan adil dalam menentukan setiap keputusan bagi warga negaranya.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perlakuan implementasi adil didalam segala bidang di Indonesia tidak juga berjalan
dengan baik karena dalam implementasinya masih banyak konflik yang dilakukan
oleh warga sipil yang tidak hanya terjadi di arena perebutan lahan melainkan kepada
masalah pemilukada. Konflik juga terjadi diantara kelompok social yang diperparah
dengan pihak keamanan yang tidak bisa berlaku adil.
2. Pihak Kementrian RI juga telah berusaha dalam mewujudkan keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia dengan telah dilakukannya peningkatan kesejahteraan sosial
fakir miskin, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial, meningkatnya pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial
menu ju kemandirian, meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana, Meningkatnya kualitas penyelenggara kesejahteraan sosial,
Meningkatnya pengawasan internal bidang kesejahteraan sosial yang transparan dan
Akuntabel Pada tahun 2013, Meningkatnya efisiensi, efektifitas manajemen
kesejahteraan social.
3. Hak dan kewajiban harusnya diimplementasikan secra seimbang. Namun
keseimbangan hak dan kewajiban di Indonesia masih ada yang tidak sesuai seperti
pelanggaran hak pendidik dalam masalah pembayaran haknya.
4. Dalam implementasinya, tidak sedikit juga warga negara yang belum melaksanakan
keadilan dalam menghormati hak milik orang lain yang seperti masih banyaknya
terjadi pencurian, pembajakan, sengketa tanah.
5. Implementasi Cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur yang Merata Secara Material
dan Spiritual Bagi Seluruh Rakyat Indonesia belum sepenuhnya tercapai, masih
banyak terjadi ketidakadilan gender dan juga ketidakadilan pada perlindungan bahasa
daerah yang tergerus akibat maraknya modernisasi.
6. Terdapat 15 Kabupaten /Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita
tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM tinggi, dan 87 Kabupaten/Kota memiliki rata-
rata pertumbuhan PDRB per kapita tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM rendah.
Kabupaten /Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan
rata-rata pertumbuhan IPM tinggi berjumlah 52 Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota
35
yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan rata-rata
pertumbuhan IPM rendah berjumlah 315 Kabupaten/Kota.
B. Saran
Bagi Pemerintah sebaiknya terus memperbaiki kinerja kepemerintahan Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan social demi mencapai cita-cita nasional untuk
menjadi negara yang berdaulat, adil dan makmur. Pemerintah harus melindungi hak asasi
setiap warga negaranya, dan berlaku adil tanpa membedakan gender, ras, agama, suku,
jabatan, dan kewenangan
Bagi mahasiswa sebaiknya lebih mendalami dan memahami konsep keadilan social
yang sebenarnya sehingga dapat mengimplementasikannya didalam kehidupan sehari-hari.
Dan bagi masyarakat, hendaknya turut memahami konsep keadilan dan tidak menghambat
dan mengganggu proses implementasi yang dilakukan pemerintah serta tidak terus menuntut
hak tanpa menjalankan kewajiban yang semestinya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, O.N., Salim, R., Wahono, A.O., (2013), Anatomi Konflik Sosial dan Model Penanganan Komnas HAM, Jurnal HAM (9), 123-143.
Assiddiqie, J., (2011), Pesan Konstitusional Keadilan Sosial, Malang.
Azra, A., (2008), Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani, Kencana, jakarta.
Dawan, A., (2011), Keadilan Sosial: Teori Keadilan Menurut John Rawls Dan Implementasinya Bagi Perwujudan Keadilan Sosial Di Indonesia.
Hajrianto, A., (2014), Pemakaian Software Bajakan sebagai Sarjana Pendidikan di Lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Perspektif Sosiologi Hukum Islam, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Hartono, S., (2011), Mencari Makna Nilai-Nilai Falsafah didalam Pancasila sebagai Weltanschauung Bangsa dan Negara Republik Indonesia, Majalah Hukum Nasional.
Hendardi, hak Anak Atas Pendidikan, Jurnal Hukum dan HAM Bidang Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.
Jalal, (2013), Propil Kependudukan dhan Pembangunan Di Indonesia, BKKBN, Jakarta.
Kaelan., Zubaidi, A., (2010), Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Paradigma, Yogyakarta.
Lubis, M.D.S., (2013), Perbandingan Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam, Jurnal Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Marhaeni, H., Yati S., Tribudhi, B., (2008), Indeks Pembangunan Manusia 2006-2007, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
MPR RI, (2005), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, SEKJEN MPR RI, Jakarta
Novitasari, V., (2010), Pengatuh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Perkembangan Wilayah Indonesia, jurnal perencanaan wilayah kota, ITB, Bandung.
Rohman, A., (2014), Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia: Hambatan, Tantangan dan Peluang, Kompasiana, 24 November 2014.
Rohman, A., Sapriani., (2012), Perlindungan Bahasa Daerah (Bahasa Tidung) sebagai Upaya Perwujudan HAM di Kota Tarakan, Jurnal Humanitas 3(1):164-175
Rudiyanto, A., (2015), Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di 33 Provinsi tahun 2014. Kementerian PPN, Jakarta.
Rumusan Hasil Temu Konsultasi Diseminasi RAN HAM Bidang Pendidikan, Solo, 29 Juli – 1 Agustus 2003, Jurnal Hukum dan HAM bidang pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, hlm:62-66
37
Sumarjo, E., Aktualisasi Nilai-Nilai Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan, Jurnal Hukum dan HAM bidang pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, hlm:1-15
Yahya, A.Z., (2012), Implementasi pemenuhan hak atas pendidikan sebagai hak konsitusional warga negara, Jurnal Humanitas 3(1).
Wijaya, P., Pendidikan sebagai Hak dan Kewajiban (sebuah renungan), Jurnal Hukum dan HAM bidang pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, hlm:1-35
Winaro, (2013), Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi Aksara, Jakarta.
38