bab ii bhp resep

4
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. Umumnya satu resep hanya boleh diberikan pada satu pasien saja. Resep ditulis menggunakan bahasa latin yang bertujuan untuk menyamakan bahasa, menjaga kerahasiaan dan menyamakan persepsi antara dokter dan apoteker. 2.2. Komponen Resep Resep terdiri dari 4 bagian yaitu: a). Inscriptio. Inscriptio berisikan identitas dokter yang menulis resep berupa nama dokter, alamat, nomor surat izin praktik, kota, tanggal penulisan resep, dan tanda “R/”. b). Prescriptio. Prescriptio berisikan inti resep berupa nama obat, bentuk sediaan obat, dosis obat, dan jumlah obat yang diminta. c). Sigantura. Signatura berisikan petunjuk pemakaian obat, nama pasien, umur pasien, berat badan pasien, dan alamat pasien. d). Subscriptio. Subscriptio berisikan tanda tangan atau paraf dokter yang menulis resep.

Upload: mofadhil

Post on 16-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bab II Bhp Resep

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIAN TEORI2.1. ResepResep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Umumnya satu resep hanya boleh diberikan pada satu pasien saja. Resep ditulis menggunakan bahasa latin yang bertujuan untuk menyamakan bahasa, menjaga kerahasiaan dan menyamakan persepsi antara dokter dan apoteker.2.2. Komponen ResepResep terdiri dari 4 bagian yaitu:a). Inscriptio.Inscriptio berisikan identitas dokter yang menulis resep berupa nama dokter, alamat, nomor surat izin praktik, kota, tanggal penulisan resep, dan tanda R/.b). Prescriptio.Prescriptio berisikan inti resep berupa nama obat, bentuk sediaan obat, dosis obat, dan jumlah obat yang diminta.c). Sigantura.Signatura berisikan petunjuk pemakaian obat, nama pasien, umur pasien, berat badan pasien, dan alamat pasien.d). Subscriptio.Subscriptio berisikan tanda tangan atau paraf dokter yang menulis resep.Berdasarkan Permenkes No.26/Menkes/Per/1981, Bab III, pasal 10, komponen resep terdiri dari:a). Nama, alamat, dan nomor surat izin praktik dokter.b). Tempat dan tanggal penulisan resep.c). Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.d). Nama setiap obat / komponen resep.e). Tanda tangan / paraf dokter, alamat jelas rumah untuk obat narkotika.f). Tanda seru / paraf dokter, pada obat yang melebihi dosis maksimum.g). Nama penderita.2.3. Hukum dan Etika Dalam Penulisan ResepPenulisan resep diatur dalam Permenkes No.26/Menkes/Per/1981 dan Kepmenkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004. Aspek etik dalam penulisan resep berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KodekI) yang dikeluarkan oleh Majelis Kode Etik Kedokteran tahun 2004 dapat disimpulkan menjadi 3, yaitu:a). Aspek etik dokter dengan pasien.Di dalam kode etik kedokteran Indonesia (KodekI) pada poin Kewajiban Dokter terhadap Pasien pasal 10, setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.Contoh pelanggaran etik dokter dengan pasien dalam penulisan resep antara lain: Dokter memaksakan pasien untuk menebus obat ke apotik tertentu. Dokter memaksakan pasien untuk menggunakan obat-obatan tertentu. Dokter memberikan obat tanpa persetujuan pasien.b). Aspek etik dokter dengan apoteker.Dalam pelaksanaan peran perorangan seorang dokter yang melaksanakan praktik dokter swasta akan memerlukan kerjasama dengan perawat bila ada, apoteker maupun teman sejawat lain/ahli kesehatan lainnya. Ketika dokter menerima konsultasi dari pasien, harus menjawab dengan benar dan jelas isi maupun tulisannya.Jika terdapat masalah antara dokter dengan apoteker, misal peringatan dokter kepada apoteker jangan dilakukan melalui pasien tetapi harus langsung baik melalui surat, telepon ataupun pribadi. Hal sebaliknya, juga berlaku bagi apoteker, kesalahan penulisan resep hendaknya tidak dibicarakan dengan pasien, tapi langsung antara apoteker dan dokter. Contoh pelanggaran etik dokter dengan apoteker antara lain: Dokter menulis resep dengan tulisan yang tidak terbaca oleh apoteker. Dokter tidak mengisikan lembar resep dengan lengkap.c). Aspek etik dokter dengan perusahaan farmasiDi dalam kode etik kedokteran Indonesia (KodekI) pada poin Kewajiban umum pasal 3 dinyatakan bahwa dalam melakukan pekerjaannya seorang Dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang memengaruhi kebebasan dan kemandirian profesi.Selanjutnya dalam penjelasan pasal 3 dirincikan bahwa perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik:1. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan keterampilan kedokteran dalam segala bentuk.2. Menerima imbalan selain dari pada yang layak, sesuai dengan jasanya, kecuali dengan keikhlasan dan pengetahuan dan atau kehendak pasien.3. Membuat ikatan atau menerima imbalan dari perusahaan farmasi/obat,perusahaan alat kesehatan/kedokteran atau badan lain yang dapat memengaruhi pekerjaan dokter.4. Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung untuk mempromosikan obat, alat atau bahan lain guna kepentingan dan keuntungan pribadi dokter.Berdasarkan butir-butir di atas, sangat jelas bahwa kerjasama dokter dengan perusahaan farmasi jelas-jelas melanggar kode etik kedokteran.