bab ii data dan analisa 2.1 sumber datalibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2010-2-00189-ds...
TRANSCRIPT
4
BAB II
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber data
Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain :
1. Literatur
Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari internet
mengenai hal- hal yang berhubungan dengan tema yang diangkat.
2. Wawancara dengan narasumber dari pihak terkait.
2.2 Definisi
2.2.1 Bumbu
• Tanaman aromatik yang ditambahkan pada makanan sebagai penyedap
dan pembangkit selera makan.
• Sebagian besar terdiri dari tumbuh – tumbuhan yang berasal dari daerah
dingin, dan biasanya digunakan dalam keadaan masih segar
2.2.2 Rempah-rempah
• Bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan dalam
jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau penambah rasa dalam
masakan.
5
• Dapat dikatakan juga sebagai bumbu kering.
• Sebagian besar tumbuh di daerah tropik.
2.3 Klasifikasi Bumbu Masakan Indonesia
Bumbu dapur yang berasal dari daerah dingin, yang diperdagangkan di
Indonesia, sebagian besar sudah diawetkan dalam bentuk kering atau bubuk
(powder). Bumbu dapur dapat dikelompokkan menjadi enam kelompok
berdasarkan pada bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bumbu, yaitu:
a. Bumbu dari bunga
• Cengkeh (cloves)
• Bunga telang
• Bunga kecombrang
• Bunga lawang/ pekak
b. Bumbu dari buah dan biji
• Adas (Anisud)
• Asam (Tamarin)
• Bunga pala (Mace)
• Biji pala (Nutmeg)
• Cabai kecil (Cayenne)
• Cabai besar (Red chilli)
• Jintan (Cumin)
• Kapulaga (Cardamon)
6
• Kemiri (Candlenut)
• Ketumbar (Corriander)
• Lada putih (White pepper)
• Lada hitam (Black pepper)
• Vanili (Vanilla seed)
• Biji selasih (Poppy seed)
c. Bumbu dari daun
• Daun jeruk (Citrus leaf)
• Daun kemangi (Basil leaf)
• Daun salam (Bay leaf)
• Daun kucai (Chives)
• Peterseli (Parsley)
• Seledri (Cellery)
d. Bumbu dari batang
• Kayu manis (Cinnamon)
• Kulit kasia (Casea)
• Sereh
• Kayu secang
e. Bumbu dari akar
• Jahe (Ginger)
• Kencur (Galanga)
• Kunyit (Turmeric)
7
• Kunci
• Lengkuas
f. Bumbu dari umbi lapis
• Bawang merah (Shallot)
• Bawang putih (Garlic)
• Bawang Bombay (Onion)
• Bawang pre (Leek)
2.4 Sejarah Rempah-rempah di Indonesia
2.4.1 Rempah-rempah di Nusantara
Indonesia telah dikenal sebagai kepulauan rempah-rempah sejak lama.
Daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah di nusantara adalah
Maluku, dalam bahasa Inggris disebut Moluccas, yang terdiri dari
Ternate, Tidore, Motir, Makian, dan Bacan yang membusur di pantai
barat dari Halmahera. Menurut buku Indonesia- People and Histories
oleh Jean Gelman Taylor, tanaman cengkih berasal dari Halmahera,
sedangkan pala dan bunga pala berasal dari pulau Banda hingga ke
selatan Seram. George Miller dalam bukunya yang berjudul To The Spice
Islands And Beyond; Travels in Eastern Indonesia mengatakan bahwa
Ternate, Tidore, dan Bacan telah menjadi sumber cengkeh bagi pasar
Eropa selama berabad-abad.
8
Sejak dulu, penduduk Maluku sudah menjadi penguasa laut terhadap
rempah-rempah. Rempah-rempah, seperti pala, bunga pala, dan cengkeh,
dan juga sagu bahkan menjadi alat tukar/ barter yang sangat berharga
pada masa itu. Rempah-rempah bahkan dapat digunakan untuk membeli
kain sutra India, gong Jawa, dan koin-koin Cina, hal itu membuktikan
bahwa rempah memiliki nilai tukar yang tinggi dalam sistem barter
tersebut.
Dengan adanya sistem barter tersebut, daerah pelayaran menjadi
bertambah luas. Orang-orang Jawa dan Malaysia berlayar menuju
Indonesia bagian timur untuk mencari rempah untuk dijual di Cina dan
Eropa. Hal itu juga meningkatkan permintaan rempah di berbagai daerah
di nusantara. Masyarakat Indonesia pada saat itu menggunakan rempah-
rempah sebagai bagian dari kehidupan religius mereka, kebutuhan masak-
memasak, obat-obatan, dan juga seni.
Di abad ke-14, pelaut-pelaut dari Banda mulai berlayar di antara Ternate,
Seram, Kai, Aru, Nugini Barat, Jawa, dan Malaka untuk menaruh produk-
produk Indonesia Timur tersebut ke pasar internasional.
2.4.2 Kedatangan Bangsa Asing untuk Mencari Rempah-rempah
Berdasarkan buku To The Spice Islands And Beyond; Travels in Eastern
Indonesia oleh George Miller, kronologi pendudukan kaum penjajah di
Indonesia bagian Timur untuk menguasai perdagangan rempah-rempah
9
berlangsung cukup lama, beberapa bangsa telah datang ke tanah air untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah, seperti Portugis, Spanyol,
Belanda, dan juga Inggris.
Di tahun 1512, bangsa Portugis sampai di Ternate dan Tidore, pulau
kembar tempat dimana cengkih berasal. Beberapa sejarahwan menyebut
hal itu sebagai pencarian panjang mereka terhadap holy grail, yaitu tanah
asal dari cengkeh, pala, dan bunga pala yang disebut-sebut sebagai
tritunggal suci dari rempah-rempah. Sejak tibanya bangsa Portugis dan
Spanyol, kebanyakan bentuk politik di abad ke-16 merupakan rangkain
pertikaian rumit antara dua kekuatan Eropa tersebut dengan sultan- sultan
di Ternate dan Tidore. Selain itu persaingan antara dua agama, Islam dan
Kristen (yang dibawa oleh Portugis dan Spanyol), adalah faktor lain dari
pertikaian selama abad-abad berikutnya.
Bangsa Belanda mengambil kontrol perdagangan rempah-rempah dan
mendominasi politik perdagangan tersebut sejak awal abad ke-17.
Pertama-tama mereka menduduki Ambon, dimana Portugis telah
membangun pelabuhan di daerah itu. Pada tahun 1605, pelabuhan
Portugis di utara Maluku jatuh, dan begitu juga dengan pelabuhan Banda
di tahun 1609. Selama dua ratus tahun, Belanda menjadi kekuatan utama
di daerah tersebut dibawah pemerintahan VOC.
Sepanjang abad ke-17 dan abad ke-18, wilayah timur Indonesia menjadi
tidak terjangkau oleh penjelajah selain bangsa Belanda. Belanda berusaha
10
untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah, tanpa melibatkan
pedagang dari bangsa-bangsa lain. Mereka memperketat pertumbuhan
rempah-rempah yang ditanam oleh penduduk asli Maluku ke daerah-
daerah spesifik saja, hal itu membuat mereka dapat melakukan kontrol
secara efektif terhadap perdagangan rempah. Maka selama abad-abad
tersebut, bangsa Belanda berhasil menguasai monopoli perdagangan
rempah.
Monopoli Belanda terhadap perdagangan rempah akhirnya jatuh di tahun
1770 saat seorang Perancis bernama Pierre Poivre berhasil
menyelundupkan tanaman rempah dari bagian timur pulau Halmahera ke
Mauritius, dan tanaman-tanaman tersebut berhasil tersebar. Percobaan
dari politik isolasi terhadap wilayah timur Indonesia yang coba
diterapkan oleh Belanda benar-benar hancur saat Inggris menduduki
Banda dan Ambon selama periode perang Napoleon.
2.5 Cara Penyimpanan Rempah-rempah
• Dicuci bersih, dijemur, disangan, dan dapat dihaluskan atau tidak
kemudian disimpan di tempat yang kering, dan tertutup rapat, misalnya
dalam botol atau kaleng yang diberi label.
• Disimpan pada tempat yang kering dengan menggunakan wadah botol,
plastik, keranjang dan lain – lain.
11
2.6 PT Gunacipta Multirasa
2.6.1 Sejarah PT Gunacipta Multirasa
Gambar 2.1 Gambar 2.2
PT Gunacipta Multirasa merupakan perusahaan yang telah lama menguasai
pasar untuk produk rempah-rempah sejak tahun 1942. Pada masa awal
berdirinya, PT Gunacipta Multirasa hanya berbentuk industri rumahan
(home industry). Mereka menyediakan bahan kebutuhan masak seperti
aneka macam rempah-rempah dalam bentuk bubuk siap pakai yang
dikemas di dalam botol. Kemudian industri tersebut berkembang dan mulai
memasarkan produk untuk kebutuhan pembuatan aneka kue, pengembang
roti, lengkap dengan pewarna dalam berbagai aroma, serta digunakan untuk
kebutuhan beragam produk sirup. Semua produk dipasarkan dengan
menggunakan merk dagang cap KOEPOE-KOEPOE. Nama tersebut
diciptakan oleh founder PT Gunacipta Multirasa yaitu Bapak Gunawan.
Awalnya, perusahaan hanya memiliki sekitar 15 karyawan pada bagian
produksi, pemasaran, dan juga distribusi. Proses produksinya hanya
menggunakan alat-alat manual tradisional, hasil produksi tersebut hanya
12
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta dan sekitarnya untuk
dipasarkan di toko-toko pengecer tradisional.
Seiring perkembangan waktu dan permintaan masyarakat yang semakin
meningkat, perusahaan harus berbenah diri untuk meningkatkan beberapa
hal penting dalam hal produksi, seperti kapasitas produksi, tingkat higienis
produk untuk menjaga konsistensi produk dan mutu yang dihasilkan, tentu
saja dengan dukungan alat-alat dan mesin semi otomatis. Mulai dari
mengolah bahan baku, pengisian ke dalam botol, hingga pengepakkan
produk akhir yang kemudian siap untuk dipasarkan. Secara bersamaan,
status perusahaan dikukuhkan dalam bentuk badan hukum atas nama PT
Gunacipta Multirasa pada tahun 1989. Wilayah pemasarannya semakin
luas, mencakup seluruh wilayah kota di tanah air.
Gambar 2.3
Dengan maraknya outlet-outlet pasar modern, baik dengan modal lokal
maupun investor asing dari model minimarket, supermarket hingga
13
hypermarket, produk Koepoe-koepoe ikut meramaikan dan memenuhi rak-
rak toko hampir di seluruh kota di tanah air, tentu dengan memenuhi
persyaratan standar bagi pemasok kelas pasar modern.
Sampai saat ini, sebagian produk PT Gunacipta Multirasa sudah memenuhi
kebutuhan masyarakat yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia melalui
pasar tradisional dan pasar modern. Sejak tahun 1994, beberapa jenis
produknya sudah memenuhi kebutuhan masyarakat di Amerika, Belanda
(pasar Eropa), Australia, dan Taiwan. Di penghujung tahun 2006,
perusahaan memiliki merk dagang baru, yaitu SAMBAL ISTIMEWA
“DUA BELIBIS” yang memiliki pangsa pasar dan keistimewaan rasa
tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Sebagai komitmen produsen
terhadap konsumen, PT Gunacipta Multirasa terus berusaha untuk
meningkatkan mutu produk yang sudah ada serta mengembangkan beragam
produk-produk unggulan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.
2.6.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadikan suatu usaha yang sehat dengan profit yang dapat
mempertahankan dan bahkan mengembangkan usaha itu serta
menguntungkan semua pihak steakholder serta berdampak positif pada
peningkatan nilai ekonomi masyarakat.
14
Misi
Melayani masyarakat dalam hal penyediaan produk-produk bermutu
dengan harga jual yang terjangkau.
Motto
Menciptakan nilai tambah dari sumber daya lokal menjadi produk unggulan
yang bermanfaat bagi konsumen.
2.6.3 Struktur Perusahaan
Tabel 2.1
15
2.6.4 Proses Produksi
Proses produksi rempah-rempah Koepoe-koepoe yang dilakukan PT
Gunacipta Multirasa diawali dengan pengadaan bahan baku, yang diperoleh
dari berbagai petani lokal dan juga berbagai supplier, hingga menghasilkan
rempah-rempah bubuk siap pakai yang siap dipasarkan. Proses produksi
tersebut secara garis besar meliputi pemilihan bahan baku rempah-rempah
yang berkualitas, pencucian, penghancuran bahan baku kering,
pencampuran, hingga ke pengisian ke dalam botol / kemasan.
2.6.5 Produk PT Gunacipta Multirasa
Secara garis besar, produk dari PT Gunacipta Multirasa terbagi 2 (dua),
yaitu Koepoe-koepoe dan Sambal Dua Belibis. Kemudian produk Koepoe-
koepoe terbagi lagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Rempah-rempah (Spices)
16
Kemasan 85 g Kemasan 35 g
Gambar 2.4
Terdiri dari beberapa varian, yaitu:
• Lada Hitam
• Lada Putih
• Ketumbar
• Biji Pala
• Kayu Manis
• Paprika Cabe
• Jinten
17
• Lengkuas
• Kunyit
• Kencur
• Jahe
• Cengkeh
Varian jenis dan ukuran kemasan :
• Botol 85 gram
• Botol 35 gram
Harga :
• Botol 85 gram : Rp 7.390,00 – Rp 7.880,00
• Botol 35 gram : Rp 2.040,00 – Rp 6.050,00
Bentuk tutup kemasan :
Gambar 2.5
18
2. Bahan Tambahan Kue (Baking Mix)
3. Aroma Pasta (Food Flavoring)
4. Pewarna Makanan (Food Coloring)
2.6.6 Logo Rempah Koepoe-koepoe
Gambar 2.6
Bapak Firman Hidayat selaku Sales Manager PT Gunacipta Multirasa
mengatakan bahwa logo rempah Koepoe-koepoe tersebut telah
diperbaharui dari sebelumnya. Bentuk kupu-kupu pada logo merupakan
hasil stilasi yang lebih modern dari bentuk kupu-kupu pada kemasan
sebelumnya. Tetapi logo tersebut tetap menggunakan ejaan lama dari
kupu-kupu, yaitu koepoe-koepoe, agar tetap mempertahankan identitas
produk yang telah bertahan sejak lama, yaitu sejak tahun 1942.
Menurut saya, logo ini sudah cukup baik. Tetapi ada beberapa hal yang
ingin saya bahas, salah satunya adalah ilustrasi kupu-kupu pada logo.
19
Ilustrasi stilasi kupu-kupu tersebut menurut saya kurang terlihat modern.
Selain itu perbedaan ukuran pada kata “KOEPOE” pertama dengan kata
“KOEPOE” kedua membuatnya seperti ada perbedaan hierarki, padahal
seharusnya kedua bagian tersebut merupakan satu kata.
2.6.7 Pemasaran Produk PT Gunacipta Multirasa
Pasar dari produk rempah-rempah terbilang cukup luas, diantaranya adalah
para pedagang, pelaku industri makanan, restoran-restoran, dan juga
pembeli yang menggunakannya untuk keperluan rumah tangga mereka
sendiri. Rempah-rempah Koepoe-koepoe dapat ditemukan di pasar
swalayan, baik supermarket maupun hypermarket dan juga pasar
tradisional.
Wilayah yang dicakup adalah seluruh Indonesia, bahkan PT Gunacipta
Multirasa telah melakukan ekspor untuk produk rempah-rempah Koepoe-
koepoe tersebut ke luar negri seperti Amerika, Australia, Arab, dan
beberapa negara lain di Asia.
2.6.8 Target Audiens
Demografi
Jenis Kelamin : Pria - Wanita
Usia : 20 - 50 tahun
Kelas Sosial : Semua kalangan
20
Geografi : Kota-kota besar di Indonesia
Negara-negara luar seperti Australia,
Amerika, beberapa negara Asia, dan Eropa.
Psikografi : Memiliki kegemaran memasak, menyukai
makanan khas Indonesia.
2.6.9 Kompetitor
Gambar 2.7
21
Saat ini semakin banyak bermunculan produk-produk sejenis rempah yang
menjadi kompetitor Koepoe-koepoe. Jika dilihat dari tampilan rak di
sebuah pasar swalayan pada gambar diatas, terlihat bahwa produk rempah
Koepoe-koepoe yang terletak di rak ke-3 dan ke-4 tidak terlihat menonjol
dibandingkan dengan produk lainnya. Hal tersebut disebabkan kemasan
produk rempah Koepoe-koepoe tidak memiliki keunikan tersendiri
sehingga terlihat sama dengan kemasan produk sejenis lainnya.
Kompetitor rempah-rempah Koepoe-koepoe terbagi menjadi 2, yaitu
kompetitor langsung dan kompetitor tidak langsung.
1. Kompetitor langsung
Kompetitor langsung dari produk rempah Koepoe-koepoe adalah
beberapa produk lokal seperti dibawah ini :
No. Merk Kemasan Ukuran Tutup Kemasan Varian Harga 1. Java
Spices
Botol 50 g
Lengkuas Bawang putih Lada Hitam Lada Putih Cajun Cabe Kayu Manis Cengkeh Pala Paprika
Rp 18.500,- Sampai Rp 34.300,-
22
2. Produk Carrefour
Botol 30 g Botol 80 g Plastik 80 g
Ketumbar Lada putih Lada hitam Cabe Bawang putih Kunyit Pala Kayu manis Jahe
Rp 1.530,- Sampai Rp16.350,-
3. Mr. Boem-boe
Botol 50 g
Lada putih Lada hitam Kunyit Ketumbar Cabe Bumbu karie
Rp 5.800,- Sampai Rp 11.100,-
23
4. Melati Botol 80 g Plastik 80 g
Lada putih Bawang Kayu manis Bumbu karie Pala
Rp 4.900,- sampai Rp 14.350,-
5. Pawon
Botol 40 g
Pala Kunyit Oregano Cabe Ketumbar Bawang Kayu Manis
Rp 3.790,- Sampai Rp 11.190,-
Tabel 2.2
2. Kompetitor tidak langsung
Kompetitor tidak langsung dari produk rempah Koepoe-koepoe adalah
beberapa produk impor seperti dibawah ini :
• McCormick
24
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Varian ukuran dan bentuk kemasan :
• Botol 100 gram
• Botol 20 gram
Variasi jenis rempah :
Black pepper, white pepper, chili, cinnamon, cloves,
garlic, caraway, ginger, mace, nutmeg, onion, oregano,
paprika, poppy seed.
Harga :
Rp 29.400,00
Bentuk tutup kemasan :
25
Gambar 2.10
• Durkee
Gambar 2.11
Variasi bentuk dan ukuran kemasan :
• Botol 80 gram
• Sachet 80 gram
Variasi jenis rempah :
Red pepper, oregano, basil, ground cinnamon, chili,
paprika, garlic, tarragon leaf, poppy sead, caraway seed.
Harga :
Rp 30.850,00 – Rp 57.100,00
26
Bentuk tutup kemasan :
Gambar 2.12
2.7 Kemasan
2.7.1 Definisi Kemasan
Menurut Wikipedia, kemasan merupakan ilmu, seni dan teknologi dalam
melindungi suatu produk untuk tujuan pengiriman dan penyimpanan saat
produk tersebut dijual dan digunakan. Kemasan juga mengacu pada
proses sebuah desain, evaluasi, dan produksi dari kemasan itu sendiri.
Menurut Martin Grimer, dari Coley Porter Bell, London dalam buku Eat
Me : Delicious, Desirable, Successful Food Packaging Design oleh Ben
Hargreaves, kemasan merupakan penjelmaan atau perwujudan dari
sebuah brand yang dapat disentuh langsung oleh tangan tiap konsumen.
2.7.2 Definisi Label Kemasan
27
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian packaging labelling
(label kemasan), yaitu :
1. Sepotong kertas, kain, logam, kayu, dan sebagainya yang
ditempelkan pada barang dan menjelaskan tentang nama barang,
nama pemilik, alamat, dan sebagainya.
2. Etiket, merek dagang.
3. Petunjuk singkat tentang zat-zat yang terkandung dalam obat.
2.7.3 Sejarah Kemasan
Kemasan yang kita lihat sehari-hari saat ini merupakan hasil
perkembangan dari berbagai jenis materi dari masa lalu. Berbagai proses
telah dilakukan dalam rangka mencari materi kemasan yang tepat untuk
mengemas barang-barang kebutuhan manusia, termasuk makanan.
Awal mulanya, kemasan dibuat berasal dari bahan-bahan alami yang
tersedia di alam pada saat itu. Manusia pada saat itu menggunakan
dedaunan, keranjang yang terbuat dari alang-alang, dan juga kulit
binatang untuk menyimpan bahan makanan mereka. Tanah liat pun
digunakan sebagai bahan pembuat bejana untuk membawa air. Dari hal-
hal tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk-bentuk awal kemasan yang
ada masih belum sempurna dan tidak selalu higienis.
28
Seiring berjalannya waktu, materi kemasan pun berkembang. Kaca
ditemukan sekitar 5000 tahun sebelum masehi. Saat itu, kaca hanya
digunakan sebagai bahan pembuat perhiasan, tetapi 1000 tahun kemudian
penduduk Mesir menggunakannya sebagai materi untuk membuat bejana
untuk kebutuhan mereka mengangkut air.
Di abad pertengahan, tong-tong kayu menjadi alat yang banyak
digunakan untuk menyimpan barang, baik barang yang padat maupun
cair, melindungi barang tersebut dari suhu udara dan udara lembab.
Zaman pun semakin berkembang, beberapa inovasi-inovasi baru
ditemukan. Seorang Perancis bernama Nicolas Appert menciptakan
kaleng di tahun 1810. Walaupun masih terbuat dari kaca dan bukan dari
logam, hal ini mewakili kelahiran dari metode pengemasan jangka
panjang untuk makanan. Makanan kaleng pertama kali diuji coba untuk
para tentara di perang Krimea dan selama perang saudara di Amerika
sebelum tersedia bagi konsumen secara luas.
Di akhir abad ke-19, kemasan yang berbahan dasar kardus dan karton
diperkenalkan pertama kali. Seorang Amerika bernama Robert Gair
memiliki ide cemerlang dengan memotong dan melipat kardus menjadi
bentuk sebuak kotak. Hal ini membuat pengangkutan barang menjadi
jauh lebih mudah dan kotak tersebut menjadi materi yang banyak
digunakan untuk kemasan di abad tersebut mengingat rendahnya biaya
yang diperlukan untuk memproduksinya.
29
Di tahun 1920, penemuan plastik transparan untuk membungkus
makanan menjadi penanda era berkembangnya plastik. Bahan baku
pembuat plastik polimer yang digunakan untuk kemasan ditemukan di
tahun 1933. Aluminium foil datang kemudian, yang mampu menjaga
produk-produk seperti obat-obatan dan produk sensitif lainnya.
Sejak saat itu, banyak inovasi-inovasi yang menuntun perkembangan
kemasan. Di tahun 1940-an, kemasan mulai dikembangkan untuk
melindungi makanan beku. Di tahun 1960-an, kaleng mulai digunakan
secara luas seiring dengan perkembangan industri minuman kaleng.
Karton anti hama yang ditemukan di tahun 1961 segera menjadi kemasan
susu hingga saat ini. Berbagai materi tersebut saling mendukung dalam
mengembangkan kemasan dari segi tampilan dan juga fungsinya.
2.7.4 Aspek Kemasan
Setiap kemasan yang menjual semestinya memiliki aspek-aspek tertentu
yang membuatnya melekat di benak para konsumennya, aspek-aspek
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aspek Fungsi
Kemasan adalah suatu upaya untuk melindungi suatu produk, baik dari
tercerai-berai maupun terkontaminasi. Kemasan juga merupalan alat
atau sarana untuk memberikan kemudahan sebuah produk dalam
30
pendistribusiannya. Selain itu harus dibuat secara praktis dari segi
ekonomi, material, dan biaya.
2. Aspek Identitas
Kemasan adalah suatu alat untuk memberikan identitas kepada sebuah
produk. Identitas tersebut terdiri dari identitas isi, identitas diri,
identitas konsumen, dan identitas produsen.
3. Aspek Estetika
Untuk dapat menjual, suatu kemasan harus memperhatikan segi
estetika, hal tersebut terdiri dari materialnya, teknologi yang digunakan,
serta desain. Kemasan juga bekerja mempengaruhi sisi emosional
konsumennya melalui segi estetika.
2.7.5 Jenis-jenis Kemasan
Berdasarkan fungsinya, kemasan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
• Primary packaging
Yaitu materi yang pertama kali bersentuhan dan membungkus produk
secara langsung.
• Secondary packaging
Bagian yang lebih luar dari primary packaging. Bisa berfungsi untuk
menggabungkan beberapa primary packaging secara bersamaan.
31
• Tertiary packaging
Digunakan untuk melindungi produk saat dilakukan distribusi, seperti
pengiriman. Contohnya adalah container.
Berdasarkan materinya, kemasan dibedakan menjadi jenis-jenis berikut
ini:
• Plastic
• Boxes
• Bubble Wrap
• Shrink Wrap
• Tissue Paper
2.7.6 Fungsi Ideal Kemasan
Menurut Bapak Mendiola B. Wiryawan (Concept, Vol 03 Edisi 18’
2007), kemasan memiliki beberapa fungsi ideal sebagai berikut :
1. Fungsi proteksi
Kemasan harus mampu memberikan perlindungan fisik terhadap
produknya, termasuk ketahanan kemasan terhadap benturan,
tekanan, temperatur, dan lainnya.
2. Fungsi pengelompokan, penempatan, dan penyimpanan
32
Kemasan yang ideal sebaiknya harus menjawab bagaimana
sebuah materi dikelompokkan atau ditempatkan. Apakah kemasan
tersebut efisien untuk ditumpuk dan dibawa dalam jumlah besar.
3. Fungsi keamanan
Kemasan yang ideal harus sudah teruji keamanannya bagi
konsumen. Material yang digunakan harus dipastikan tidak akan
meracuni dan mencemari isi produk di dalamnya secara kimiawi.
4. Fungsi informasi
Kemasan yang ideal sebaiknya memberikan informasi yang sesuai
dan dibutuhkan kepada khalayaknya, baik secara verbal maupun
visual, seperti memberikan informasi batas kadaluarsa, komposisi
makanan, halal atau haram, dan lainnya.
5. Fungsi kemudahan fisik
Bentuk kemasan yang ideal harus memudahkan baik saat
pengepakan distribusi, maupun penggunaan oleh end-user. Faktor
ergonomi bisa dibilang sangat berperan di dalam pengembangan
desain kemasan.
6. Fungsi marketing
33
Fungsi yang juga harus dipenuhi yaitu fungsi marketing. Desain
kemasan yang baik adalah yang bisa memvisualisasikan ‘brand’,
membantu branding sebuah produk.
2.7.7 Citra Kemasan
Kemasan sebuah produk tak hanya berfungsi proteksi, namun mampu
menggambarkan citra produk yang baik di mata konsumen. Kemasan
mempengaruhi citra produk melalui dua cara, yaitu :
• Kemasan mencerminkan kualitas produk.
• Kemasan mampu memperkaya asosiasi yang tak terkait dengan
atribut intrinsik pada produk.
2.8 Analisa SWOT
Strength
• Menggunakan sepenuhnya bahan-bahan alami dan tanpa bahan
pengawet.
• Memiliki banyak varian.
• Memiliki harga yang mampu bersaing dengan kompetitor.
• Berdiri sejak tahun 1942, sehingga kredibilitasnya telah terjamin.
34
Weakness
• Kemasannya tidak memiliki keunikan dibanding dengan
kompetitor.
• Desain kemasan kurang menarik.
• Antara tiap varian hanya dibedakan dengan nama rempah, visual
lainnya tetap sama.
• Struktur kemasan, terutama bagian tutup, kurang praktis dalam
penggunaannya sehingga kadang menyulitkan konsumen.
• Kurangnya promosi terhadap produk.
Opportunity
• Kompetitor tidak memiliki varian rempah sebanyak Koepoe-
koepoe.
• Masyarakat sudah mengenal produk rempah Koepoe-koepoe.
• Harga produk kompetitor lebih mahal
• Para kompetitor tidak melakukan promosi terhadap produk
mereka.
35
Threat
• Semakin banyaknya produk pesaing yang muncul di pasaran
dengan harga bersaing.
• Banyaknya produk makanan instan.
• Kebiasaan masyarakat yang semakin lama semakin menginginkan
sesuatu yang serba praktis sehingga lebih banyak menggunakan
produk makanan instan.