bab ii evaluasi hasil pelaksanaan rkpd … final 2014/bab ii_rkpd...tekanan udara adalah 1.009,97...

30
RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 5 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kota Ambon 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi A. Luas, Letak dan Batas Administrasi Kota Ambon Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, Kota Kota Ambon memiliki luas 377 Km 2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon dan merupakan bagian dari Provinsi Maluku. Luas daratan Kota Ambon berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 adalah 359,45 km 2 , sedangkan luas lautan 17,55 Km 2 dengan panjang garis pantai 98 Km. Sesuai Peraturan Daerah (PERDA) Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Wilayah Administrasi Kota Ambon telah dimekarkan dari sebelumnya 3 Kecamatan menjadi 5 kecamatan yang membawahi 20 kelurahan dan 30 desa/negeri (Gambar 2.1). Jumlah desa/ negeri dan kelurahan serta luas setiap kecamatan adalah seperti pada Tabel 2.1. Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2013 Gambar 2.1. Wilayah Administrasi Kota Ambon dengan 5 Kecamatan Secara Astronomis, wilayah administrasi Kota Ambon berada antara 3º - 4 o Lintang Selatan dan 128 o – 129 o Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Upload: lynhu

Post on 19-May-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 5

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kota Ambon 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

A. Luas, Letak dan Batas Administrasi Kota Ambon

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, Kota Kota Ambon memiliki luas 377 Km2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon dan merupakan bagian dari Provinsi Maluku. Luas daratan Kota Ambon berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 adalah 359,45 km2, sedangkan luas lautan 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98 Km.

Sesuai Peraturan Daerah (PERDA) Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Wilayah Administrasi Kota Ambon telah dimekarkan dari sebelumnya 3 Kecamatan menjadi 5 kecamatan yang membawahi 20 kelurahan dan 30 desa/negeri (Gambar 2.1). Jumlah desa/ negeri dan kelurahan serta luas setiap kecamatan adalah seperti pada Tabel 2.1.

Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2013

Gambar 2.1. Wilayah Administrasi Kota Ambon dengan 5 Kecamatan

Secara Astronomis, wilayah administrasi Kota Ambon berada antara 3º - 4o

Lintang Selatan dan 128 o – 129 o Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 6

Sebelah Utara : Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu dari Kecamatan Leihutu Kabupaten Maluku Tengah.

Sebelah Selatan : Laut Banda Sebelah Timur : Petuanan Desa Suli dari Kecamatan

Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Sebelah Barat : Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan

Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah

Tabel 2.1. Keadaan Wilayah Administrasi Kota Ambon Per Kecamatan

No. Kecamatan Ibukota

Jumlah Desa/Kelurahan Luas Wilayah

Daratan (Km2) Desa/

Negeri Kelurahan

1 Nusaniwe Amahusu 5 8 88,35 2 Sirimau Karang Panjang 4 10 86,82 3 T.A.Baguala Passo 6 1 40,11 4 Leitimur Selatan Leahari 8 - 50,50 5 Teluk Ambon Wayame 7 1 93,67

Kota Ambon 30 20 359,45 Sumber: BPS Kota Ambon, 2012

B. Topografi Kota Ambon Kota Ambon terletak di Pulau Ambon adalah bagian dari kepulauan Maluku yang merupakan pulau-pulau busur vulkanis, sehingga secara umum Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan berlereng. Kondisi topografi wilayah Kota Ambon, sebesar 73% dari wilayah daratan dapat diklasifikasikan berbukit sampai berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Sedangkan 17% wilayah daratan lainnya dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 20% (Gambar 2.2). Keadaan topografi Kota Ambon secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-

10% terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.

2) Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 10-20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).

3) Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 20-30% terdapat pada kawasan perbukitan.

4) Topografi terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter dan kemiringan lebih dari 30% terdapat pada kawasan pegunungan.

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 7

0200400600800

1000120014001600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2007

2008

2009

2010

2011

Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011

Gambar 2.2. Peta Topografi Kota Ambon

C. Iklim Kota Ambon terletak di Pulau Ambon yang dikelilingi oleh laut sehingga beriklim tropis dan iklim musim. Sehubungan dengan itu iklim Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu Musim Barat atau Utara dan Musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur. Sedangkan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan Oktober, dimana bulan Nopember merupakan masa transisi ke musim Barat.

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951), Kota Ambon termasuk tipe Iklim B yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%.

Sumber: Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2006-2010, dari BPS Kota Ambon, 2012

Gambar II.3. Curah Hujan di Kota Ambon Tahun 2007 - 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 8

- 50,000

100,000 150,000 200,000 250,000

300,000

350,000

400,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

2007 2008 2009 2010 2011 2012Jumlah Penduduk 271,972 302,095 350,604 348,143 387,475 390,825

Data curah hujan tahun 2007-2011 yang bersumber dari Stasiun Meteorologi Ambon melalui BPS (Gambar 2.3.), menunjukan curah hujan tertinggi tahunan terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.610,1 mm dengan 257 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan tahun 2011, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April hingga Juli seiring dengan berlangsung Musim Timur dengan curah hujan tertinggi di bulan Mei (1.467,5 mm), sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi dari bulan Agustus hingga Maret seiring dengan berlangsungnya Musim Barat dengan curah hujan terendah di bulan November (44,4 mm). Stasiun Meterologi Ambon mencatat antara tahun 2007-2011 suhu di Kota Ambon rata-rata berkisar 26,59ºC dengan kisaran suhu minimum adalah 24,02ºC dan suhu maksimum 29,70ºC; rata-rata kelembaban nisbi sekitar 85,05%; rata-rata lama penyinaran matahari adalah 52,69 % dan rata-rata tekanan udara adalah 1.009,97 MB.

D. Gambaran Umum Demografi

1. Jumlah, Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk Kedudukan Kota Ambon dalam posisi sebagai Ibu Kota Provinsi sekaligus berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan aktivitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pendidikan tinggi di Provinsi Maluku, membawa pengaruh pada pertumbuhan penduduk, termasuk pula dengan migrasi dari daerah-daerah sekitar. Kondisi ini terlihat pada perkembangan jumlah penduduk yang cenderung meningkat dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, kecuali tahun 2010, seperti Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2007 - 2012

Keterangan: Data 2007, Sumber: BPS Kota Ambon Data 2008 – 2012, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 9

Jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2012 sesuai data base kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon adalah sebanyak 390.825 jiwa (Gambar 2.4), dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,87%. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk tidak terlalu signifikan dari tahun 2011 (Tabel 2.2).

Penduduk Kota Ambon terdistribusi di 5 kecamatan. Pada tahun 2012 jumlah penduduk terbanyak dan terpadat ada di Kecamatan Sirimau sebesar 160.808 jiwa (41.15%) dengan kepadatan 1.853 jiwa/km2. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil dengan kepadatan rendah adalah Kecamatan Leitimur Selatan sebesar 10.280 jiwa (2,63%) dengan kepadatan 204 jiwa/km2 (Tabel 2.3). Kepadatan penduduk di Kota Ambon tahun 2012 adalah 1.087 jiwa/km2.

Tabel 2.2.

Distribusi Penduduk Kota Ambon Berdasarkan Kecamatan Tahun 2007 – 2012

No Kecamatan Penduduk (Jiwa)

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Nusaniwe 82.760 95.366 102.078 97.669 108.383 113.142

2 Sirimau 105.010 108.724 145.984 142.968 160.858 160.808

3 Teluk Ambon Baguala

47.149 48.487 49.706 55.006 61.253 56.921

4 Teluk Ambon 27.990 38.858 43.195 42.803 47.173 49.647

5 Leitimur Selatan 9.063 10.660 9.641 9.697 9.808 10.280

Kota Ambon 271.972 302.095 350.604 348.143 387.475 390.825

Pertumbuhan (%) 3,35 11,08 16,06 -0,70 11,30 0,87

Pertumbuhan 2007-2012 (%) 6,99

Keterangan: Data 2007, Sumber: BPS Kota Ambon Data 2008 – 2012, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 10

Tabel 2.3.

Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2012

No

Kecamatan Luas Wilayah

Daratan (Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/ Km2)

1 Nusaniwe 88,35 113.412 1.281

2 Sirimau 86,81 160.808 1.853

3 T.A.Baguala 40,11 56.921 1.419

4 Teluk Ambon 93,68 49.647 530

5 Leitimur Selatan 50,50 10.280 204

Kota Ambon 359,45 390.825 1.087

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2012

Dari Tabel 2.3 di atas terlihat bahwa Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Teluk Ambon Baguala memiliki tingkat kepadatan di atas rata-rata tingkat kepadatan Kota Ambon sebesar 1.087 Jiwa/km².

2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kota Ambon tahun 2012 sesuai Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon berjumlah 390.825 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 196.898 jiwa (50,38%), dan perempuan sebanyak 193.937 jiwa (49,62%). Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di setiap kecamatan terdapat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan Laki-Laki

(Jiwa) Perempuan

(Jiwa)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1 Nusaniwe 56.381 56.761 113.142

2 Sirimau 80.993 79.815 160.808

3 T.A.Baguala 28.813 28.108 56.921

4 Teluk Ambon 24.595 24.079 49.674

5 Leitimur Selatan 5.116 5.164 10.280

Kota Ambon 196.898 193.937 390.825 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2013

3. Penduduk Menurut Struktur Usia

Penduduk Kota Ambon tahun 2012 berjumlah 390.825, bila dilihat dari struktur usia (Gambar 2.5) lebih didominasi oleh penduduk usia produktif (usia 15 sampai 59 tahun) berjumlah 268.219 jiwa (68,62%), diikuti oleh penduduk usia muda (usia 0 sampai 14 tahun) berjumlah 84.898 jiwa (21,75%), dan usia lanjut (usia 60 tahun ke atas) berjumlah 37.708 jiwa (9,63%).

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 11

0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-4 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+

21,709

29,552 33,637 33,045

42,281 39,182

33,573

28,496 28,067

23,077 21,253

19,243

13,965

9,744 7,066 6,935

Penduduk Kota Ambon Menurut Struktur Usia Tahun 2012

50,266

84,889

49,953

156,206

49,591

-

50,000

100,000

150,000

200,000

Pra Sekolah SD Sederajat SLTP Seerajat SLTASederajat

PerguruanTinggiSededeja

t

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Tahun 2013

Gambar 2.5. Struktur Usia Penduduk Kota Ambon Tahun 2012

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2013

Gambar 2.6. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Ambon Tahun 2012 4. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan dan Pengangguran

Penduduk Kota Ambon menurut jenis pekerjaan berdasarkan data base kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon tahun 2012 (Gambar 2.7), terdiri dari belum/tidak bekerja sebanyak 144.349 jiwa (36,93%); pelajar/ mahasiswa sebanyak 86.225 jiwa (22,06%); karyawan swasta/ wirausaha sebanyak 69.607 jiwa (17,81%); mengurus rumah tangga sebanyak 49.702 jiwa (12,83%); PNS/ TNI/ Guru/ Dosen/ Tenaga Medis – Non Medis sebanyak 33.085 jiwa (8,46%); pensiunan sebanyak 6.933 jiwa (1,77%); dan lain-lain sebanyak 970 jiwa (0,25%).

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 12

Jenis Pekerjaan Penduduk Kota Ambon Tahun 2012

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2013

Gambar 2.7. Jenis Pekerjaan Penduduk Kota Ambon Tahun 2012

Berdasarkan data di atas, penduduk yang belum/tidak bekerja tahun 2012 sebanyak 144.349 jiwa. Penduduk yang tidak bekerja ini apabila dikurangi dengan penduduk pra sekolah sebanyak 50.266 jiwa, dan penduduk usia di atas 55 tahun sebanyak 56.953 jiwa, maka terdapat 37.130 jiwa penduduk usia produktif yang belum bekerja atau menganggur atau 9,50% dari penduduk Kota Ambon.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat A. Indeks Pembangunan Manusia

Beberapa komponen yang turut mempengaruhi Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai suatu ukuran untuk menggambarkan kemajuan pembangunan manusia di suatu daerah, yaitu (1) kesehatan, mengambarkan angka harapan hidup; (2) pendidikan, menggambarkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah; serta (3) ekonomi, menggambarkan rata-rata pengeluaran rill per kapita. IPM Kota Ambon selama 5 tahun terakhir menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun (Tabel 2.5). Pada tahun 2010, IPM Kota Ambon adalah 78,56 dan berada pada peringkat 6 Kota/Kabupaten secara Nasional di Indonesia. Pada tahun 2011 IPM Kota Ambon adalah 78,97 dan berada pada peringkat 8 Kota/Kabupaten secara Nasional di Indonesia. Berdasarkan skala Internasional Nilai IPM Kota Ambon masih berada pada posisi menengah atas karena berada pada kisaran 66-80.

Belum/ Tidak Bekerja; 144.349

(36,93% )

Mengurus Rumah Tangga;

49.656 (12,71%)

Pelajar -Mahasiswa;

86.225 (22,06%) Pensiunan;

6.933(1,77%)

PNS/ TNI-Polisi/ Guru/ Dosen/

Tenaga Medis/ Non Medis;

33.085 (8,46%)

Karyawan Swasta/

Wiraswasta; 69.670 (17,

981%)

Lain-Lain; 970 (0,25%)

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 13

IPM Kota Ambon Tahun 2011 bila dibandingkan dengan IPM Provinsi Maluku Tahun 2011, menunjukan bahwa semua indikator IPM Kota Ambon berada di atas IPM Provinsi Maluku. IPM Provinsi sendiri pada tahun 2011 sebesar 71,87 berada pada peringkat 21 Nasional dari 33 Provinsi di Indonesia.

Tabel 2.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Ambon Menurut Komponen

Tahun 2007 – 2011

No. Indikator IPM Kota Ambon Provinsi

Maluku

2007 2008 2009 2010 2011 2011

1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 72,66 72,70 72,85 73,01 73,16 67,60

2 2.1. Angka Melek Huruf (%) 99,19 99,19 99,20 99,59 99,61 98,14

2.2. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 11,09 11,09 11,12 11,18 11,22 8,82

3 Rata-rata Pengeluaran Riil Per Kapita (Ribu Rp.) 629,06 633,91 637,6 638,83 642.52 617.050

Indeks Pembangunan Manusia 77,46 77,86 78,25 78,56 78,97 71,87

Reduction Shortfall 3,77 1,76 1,78 No

Data 1,90 1,58

Peringkat Secara Nasional 8 9 6 6 8 21

Sumber: BPS Kota Ambon, 2012 B. Pendidikan Mutu pendidikan, jumlah murid dan guru serta ketersediaan infrastruktur

pendidikan yang ada merupakan gambaran kondisi pendidikan di Kota Ambon

1. Mutu Pendidikan Kota Ambon Mutu pendidikan di Kota Ambon dapat diukur melalui Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Tingkat Kelulusan Siswa. a) Angka Partisipasi Kasar, dan Angka Partisipasi Murni.

Sejak tahun 2009 sampai 2012 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Ambon untuk semua jenjang pendidikan berada pada level yang berfariasi dan berkisar diatas 100%. (Tabel 2.6). Hal ini dapat mengindikasikan adanya urbanisasi di Kota Ambon. Urbanisasi ini didorong oleh masuknya penduduk ke Kota Ambon ataupun banyak pelajar di sekitar Pulau Ambon dari Kabupaten Maluku Tengah, datang bersekolah di Kota Ambon.

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 14

Tabel 2.6. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Siswa Kota Ambon

Tahun 2009 – 2012

No Jenjang Pendidikan

APM (%) APK (%) 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012

1 SD/ MI 107,84 100,72 82.98 86.87 124,15 123,84 103.62 106.63 2 SMP/ MTs 98,83 94,15 81.81 65.08 127,26 113,95 110.15 93,51 3 SMA/ SMK/ MA 87,83 77,92 65.31 67,02 115,25 116,30 101.60 96,14

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2013 Angka Partisipasi Murni (APM) untuk jenjang pendidikan SD/MI dan SMA/SMK/MA Kota Ambon tahun 2012 mengalami peningkatan bila dibandingkan tahan 2011, sedangkan untuk jenjang SMP/MTs terjadi penurunan. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk sebagai bilangan pembagi tahun 2012 cukup signifikan sesuai data BPS yang terakomodir pada Dinas Pendidikan tahun 2011, dimana tercatat jumlah penduduk pada tahun 2011 untuk usia 13-15 tahun sebanyak 16.151 orang meningkat menjadi 19.396 orang tahun 2012, serta usia 16-18 tahun pada tahun 2011 sebanyak 19.261 orang dan pada tahun 2012 sebanyak 21.118 orang. Hal ini sangat berpengaruh terhadap APK pada jenjang SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA terjadi penurunan bila dibandingkan dengan APK untuk jenjang yang sama tahun 2011. Selain itu jumlah siswa pada masing-masing jenjang pendidikan mengalami peningkatan dimana pada tahun 2011 sebanyak 81.131 menjadi 82.975 siswa di tahun 2012 atau meningkat 1,28%.

b) Tingkat Kelulusan Siswa pada Ujian Akhir Nasional. Tingkat kelulusan siswa yang mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun 2011 menunjukan bahwa tingkat kelulusan di Kota Ambon untuk semua jenjang pendidikan lebih tinggi dari tingkat kelulusan Provinsi Maluku (Tabel 2.7).

Tingkat kelulusan di semua jenjang pendidikan di Kota Ambon selama 3 tahun terakhir untuk jenjang SD tidak mengalami perubahan yaitu 100%, sedangkan untuk jenjang SMP/MTs, SMA/MA dan SMK mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena penetapan standar rata-rata pencapaian nilai yang sebelumnya 5,0 di tahun 2011 dinaikkan menjadi 5,50 di tahun 2012, dan merupakan hasil akhir dari ujian nasional termasuk ujian mengulang sesuai aturan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidian dan Kebudayaan Republik Indonesia. Walaupun terjadi penurunan tingkat kelulusan tahun 2012 bila dibandingkan dengan tahun 2011 pada jenjang pendidikan SMP maupun SMA/SMK namun presentase tingkat kelulusan pada semua

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 15

jenjang masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kelulusan di Provinsi Maluku tahun 2012. (Tabel 2.7).

Tabel 2.7. Tingkat Kelulusan UAN Siswa di Kota Ambon

Tahun 2009 - 2012

No. Jenjang Pendidikan

Tingkat Kelulusan Kota Ambon (%) Tingkat Kelulusan Provinsi Maluku Tahun 2012 (%) 2009 2010 2011 2012

1 SD/ MI 99,94 100 100 100 99,88 2 SMP/ MTs 96,20 99,86 99,88 99,40 94,73 3 SMA/ MA 94,76 99,94 99,93 99,29 91,00 4 SMK 81,39 99,92 99,68 92,24 91,07

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2013

2. Perkembangan Jumlah Guru, Murid dan Fasilitas Pendidikan

a) Taman Kanak-Kanak (TK)/ Raudathul Athfal (RA)

Tabel 2.8. Jumlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru,

serta Rasio Murid/ Sekolah Tingkat Sekolah TK Tahun 2009 – 2012

Jenjang TK Kondisi Per Tahun 2009 2010 2011 2012

Jumlah Sekolah 68 77 80 81

Jumlah Gedung Sekolah (unit)

60 68 71 81

Jumlah Murid (orang) 2.932 3.215 3.419 3.701

Jumlah Guru (orang) 116 136 123 115

Rasio Murid/ Guru 25 : 1 24 : 1 28 : 1 33 : 1

Rasio Murid/ Sekolah 43 : 1 47 : 1 43 : 1 46 : 1 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2013

Pada jenjang Taman Kanak-Kanak terdapat 4 sekolah yang ditutup tahun 2012 yaitu : Taman Kanak-Kanak Hermerissa-Gunung Nona, Taman Kanak-Kanak Al Mawadah-Waihaong, Taman Kanak-Kanak Aisyah 2-Passo dan RA Al Mawadah-Batu Merah. Sedangkan pada tahun yang sama terdjadi penambahan 5 sekolah Taman Kanak-Kanak baru oleh Yayasan Pengelola masing-masing : Taman Kanak-Kanak Pisteo-Desa Hunut, Taman Kanak-Kanak Idatha Unpatti-Desa Rumah Tiga, Taman Kanak-Kanak Ar Israh-Ahuru, Taman Kanak-Kanak Anastasya-Gudang Arang, Taman Kanak-Kanak Parakletos-Desa Passo. Dengan demikian di tahun 2012 walaupun terdapat 4 sekolah TK yang ditutup namun ditahun yang sama terjadi penambahan sebanyak 5 sekolah TK. Penambahan sekolah baru di tahun 2012, memberikan sumbangan kepada rasio murid terhdap sekolah. Jika tahun 2011 setiap sekolah

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 16

dapat menampung 43 murid, maka tahun 2012 setiap sekolah menampung 46 murid. Dilain sisi pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah guru sebanyak 8 orang dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena sebanyak 4 orang memasuki masa pensiun, 3 orang mutasi keluar daerah dan 1 orang merupakan guru bantu pada RA dan dikembalian ke sekolah asal MI, dengan demikan rasio guru terhadap murid adalah 1 orang guru dapat mendidik 33 orang murid.

b) Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidayah (MI) Jumlah Sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI di Kota Ambon tahun 2012 berjumlah 209 buah (Tabel 2.9.). Jika dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 2012 terjadi penambahan 3 sekolah baru, yaitu (1) SD Kanawa-BTN Air Kuning, (2) MIT Atohirya-Air Salobar, (3) MIS Itaqulah-Kebun Cengkeh. Ketiga sekolah baru ini memiliki gedung yang merupakan milik masing-masing sekolah.

Tabel 2.9.

Jumlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, dan Rasio Murid/ Sekolah Tingkat Sekolah SD/ MI

Tahun 2009 – 2012

Jenjang SD/ MI Kondisi Per Tahun 2009 2010 2011 2012

Jumlah Sekolah 201 202 206 209 Jumlah Gedung Sekolah (unit) 137 139 143 146 Jumlah Murid (orang) 39.535 40.238 40.213 40.833 Jumlah Guru (orang) 2.755 2.618 2.574 2.532 Rasio Murid/Guru 14 : 1 15 : 1 15 : 1 16 : 1 Rasio Murid/Sekolah 196 : 1 199 : 1 188 : 1 195 : 1

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2013

Jumlah guru pada jenjang pendidikan SD/MI tahun 2012 sebanyak 2.532 orang, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 2.574 orang, ini berarti terjadi penurunan di tahun 2012 sebanyak 42 orang bila dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini dikarenakan sebanyak 4 orang mutasi keluar daerah, 39 orang memasuki masa pensiun, 17 orang meninggal dunia, serta terdapat 17 orang yang mutasi masuk dari luar kota ambon, dengan demikian secara rasio 1 orang guru mendidk 16 orang murid. Tahun 2012 jumlah murid pada jenjang ini mengalami peningkatan sebanyak 620 orang dibanding tahun 2011. Dengan Penambahan 3 sekolah baru di tahun 2012 maka rasio murid terhadap sekolah juga mengalami perubahan yaitu setiap sekolah menampung 195 murid.

c) Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiah (MTs)

Tahun 2012 jumlah sekolah pada jenjang SMP/MTs di Kota Ambon adalah 57 buah, sedangkan tahun 2011 sebanyak 54 buah. Hal ini berarti terjadi penambahan sebanyak 3 sekolah di tahun 2012 yaitu :

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 17

MTs Al Mansuro-Air Kuning, Pondok Pesantren Itaqulo-Kebun Cengkeh, dan SMP Terbuka-Jln Kakiali. Dari penambahan tersebut 2 gedung merupakan penambahan dari MTs Al Mansuro dan Pompes Itaqulo, sedangkan SMP Terbuka masih merupakan binaan dari SMP Negeri 6 Ambon. Tahun 2012 jumlah murid pada jenjang SMP/MTs mengalami penambahan 384 bila dibandingkan tahun 2011. Dengan bertambahnya 3 sekolah baru, rasio murid rehadap sekolah turut mengalami perubahan dimana pada tahun 2011 setiap sekolah pada jenjang SMP/MTs dapat menampung sebanyak 329 murid, maka di tahun 2012 setiap sekolah dapat menampung 318 murid. Jumlah guru pada jenjang pendidikan yang sama di tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 72 orang dibandingkan tahun 2011. Ini disebabkan karena memasuki masa pensiun 31 orang, meninggal 12 orang, 6 orang mutasi keluar dan kekurangan dari Kandep Agama sebanak 23 orang, dengan demikian secara rasio 1 orang guru mendidik 12 orang murid.

Tabel 2.10. Jumlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru,

dan Rasio Murid/ Sekolah Tingkat Sekolah SMP/ MTs Tahun 2009 – 2012

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2013

d) Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA) Tahun 2012 jumlah sekolah pada jenjang SMP/SMK/MA di Kota Ambon adalah 50 buah, sedangkan tahun 2011 sebanyak 47 buah. Hal ini berarti terjadi penambahan sebanyak 3 sekolah di tahun 2012 yaitu : SMA Alhilal-Jln. Antoni Rebok, MA Nurul Iklas-Air Besar dan SMK Pertanian Maluku-Passo. Gedung sekolah bertambah 6 buah diantaranya 3 sekolah dan gedung baru yaitu SMA Swasta 45, SMA Kristen Kalam Kudus Karang Panjang Ambon dan SMA Negeri 14 Desa Passo. Jumlah guru di tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 18 orang disebabkan karena memasuki masa pension 14 orang, meninggal 11 orang, 2 orang mutasi keluar, 11 orang mutasi masuk dan kekurangan dari Kandep Agama sebanak 2 orang, Dengan demikian secara rasio 1 orang guru mendidik 13 orang murid, begitu pula 1 sekolah dapat menampung 406 murid.

Jenjang SMP/ MTs Kondisi Per Tahun

2009 2010 2011 2012 Jumlah Sekolah 54 54 54 57 Jumlah Gedung Sekolah (unit) 49 50 50 52 Jumlah Murid (orang) 18.028 18.114 17.790 18.138 Jumlah Guru (orang) 1.328 1.414 1.409 1.337 Rasio Murid/Guru 12 : 1 13 : 1 13 : 1 12 : 1 Rasio Murid/Sekolah 333 : 1 335 : 1 329 : 1 318 : 1

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 18

Tabel 2.11.

Jumlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, dan Rasio Murid/ Sekolah Tingkat Sekolah SMA/ SMK/ MA

Tahun 2009 – 2012

Jenjang SMA/ SMK/ MA Kondisi Per Tahun 2009 2010 2011 2012

Jumlah Sekolah 44 47 47 50 Jumlah Gedung Sekolah (unit) 41 43 43 49 Jumlah Murid (orang) 18.505 20.042 19.261 20.303 Jumlah Guru (orang) 1.385 1.413 1.475 1.493 Rasio Murid/Guru 13 : 1 13 : 1 14 : 1 13 : 1 Rasio Murid/Sekolah 403 : 1 420 : 1 426 : 1 406 : 1

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2013 c. Kesehatan

Fokus pelayanan kesehatan kesejahteraan ibu dan anak dapat terukur dengan angka kematian bayi dibawah umur satu tahun sebanyak 23 bayi (3/1000 KLH) dan angka tersebut masih lebih rendah dari angka Nasional yang sebesar 40/1000 KLH, sedangkan Angka Kematian Balita (AKB) sebanyak 12 balita (4/1000 KLH) lebih rendah dari Provinsi (12,7/1.000 KLH) dan Nasional yang masih berkisar 34/1000 KLH. Untuk waktu ke depan agar lebih meningkatkan kesehatan bayi dan balita masih perlu didukung dengan program-program lainnya seperti Promosi Kesehatan dan Pemberian Makanan Tambahan. Dari hasil pendataan, nampak jelas bahwa dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang menyebar di masyarakat telah ditemukan Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 2 orang atau 27/100.000 KLH lebih rendah dari Provinsi (256/100.000 KLH) dan Nasional yg masih berkisar 228/100.000 KLH. Indikator lain yang juga digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat yakni Umur Harapan Hidup (UHH) dimana untuk Kota Ambon telah mencapai 73,01 tahun lebih tinggi dari provinsi 67,7 tahun dan Nasional yg masih berkisar 70,7 tahun. Sarana kesehatan di Kota Ambon telah melayani masyarakat sampai ke tingkat desa dengan jumlah sarana adalah seperti Tabel 2.12. Sarana kesehatan ini terdistribusi pada 5 kecamatan, dimana sebaran sarana di kecamatan Sirimau cukup lengkap dan sebaliknya di Kecamatan Leitimur Selatan belum cukup lengkap.

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 19

2007 2008 2009 2010 2011PDRB ADHB 2,333,813.3 2,668,234.5 3,003,452.4 3,441,657.7 4,179,215.2

-

1,000,000.00

2,000,000.00

3,000,000.00

4,000,000.00

5,000,000.00

Tabel 2.12.

Sarana Kesehatan di Kota Ambon Tahun 2012

No. Kecamatan Balai Pengobatan Puskesmas Pustu RS

Pos Kesehatan

Desa 1 Nusaniwe 2 6 10 2 13 2 Sirimau 4 8 4 4 6 3 Teluk Ambon 1 2 8 1 10 4 Teluk Ambon Baguala 1 4 5 3 13 5 Leitimur Selatan - 2 8 - 8

Jumlah 2012 8 22 35 10 50 Jumlah 2011 5 22 35 9 50 Jumlah 2010 5 22 35 9 50 Jumlah 2009 2 22 34 10 50 Jumlah 2008 3 22 34 10 26

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Ambon, 2013.

2.1.3. Aspek Daya Saing Daerah

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kinerja ekonomi Kota Ambon yang diukur dengan besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (ADHK) terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat menunjukan bahwa geliat aktivitas perekonomian di Kota Ambon menunjukan pertumbuhan yang berkembang maju.

Pada tahun 2011, PDRB Kota Ambon atas dasar Harga Berlaku mencapai Rp.4,179 trilyun (Gambar 2.8). PDRB Kota Ambon tahun 2011 atas dasar Harga Berlaku meningkat Rp.737,5 milyar lebih atau 21,43% dibanding tahun 2010 yang sebesar Rp.3,441 trilyun.

Gambar 2.8. PDRB ADHB Kota Ambon Tahun 2007-2011

Sementara itu, PDRB Kota Ambon tahun 2011 atas dasar Harga Konstan mencapai Rp.1,92 trilyun, PDRB ini meningkat Rp.122 milyar lebih atau 6,77% dibanding tahun 2010 yang adalah Rp.1,82 trilyun.

Keterangan: *) Angka Diperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2012

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 20

1 2 3 4 5Tahun 2007 2008 2009 2010 2011PDRB ADHK 1,511,618 1,600,882 1,690,271 1,802,667 1,924,720

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

Sejak tahun 2007 sampai tahun 2011 PDRB atas dasar Harga Konstan terus mengalami peningkatan (Tabel 2.9).

Gambar 2.9. PDRB ADHK Kota Ambon Tahun 2007-2011

Mengacu pada PDRB Kota Ambon tahun 2011 atas dasar harga konstan sebesar Rp.1.92 Trilyun maka struktur ekonomi Kota Ambon didominasi oleh sektor Jasa-Jasa dengan kontribusi sebesar Rp.524,3 Milyar (27,24%) bagi PDRB Kota Ambon, diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp.464,3 Milyar (24,13%), sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi sebesar Rp.388,1 Milyar (20,16%), sektor Pertanian sebesar Rp.323,5 Milyar (16,81%) dan diikuti oleh sektor-sektor lainnya. Hal yang sama tercermin pula pada PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011, dimana sumbangan sektor Jasa-Jasa merupakan penyumbang terbesar yaitu Rp.1,16 Trilyun (27,81%), disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 1,14 Trilyun (27,38), sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai 754,4 Milyar (18,05%) serta diikuti sektor-sektor lainnya. Perekonomian kota Ambon mengacu pada PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 menunjukan bahwa tingginya kontribusi sektor Jasa-Jasa adalah karena sumbangan sub sektor Pemerintahan Umum dan Pertahanan sebesar Rp.1,11 Trilyun (26,66%) dari total PDRB. Selanjutnya penyumbang utama untuk Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran adalah sub sektor Perdagangan Besar Eceran yaitu Rp.1,04 Trilyun (25,11%) dari PDRB.

B. Pertumbuhan Ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu indikator makro yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dalam suatu wilayah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Ambon berada pada pertumbuhan yang positif, dimana tahun 2011 adalah 6,77% (Gambar 2.10). Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 ini meningkat 0,12 point dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 6,65%. Pertumbuhan ini

Keterangan: *) Angka Dperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2012

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 21

-

2.00

4.00

6.00

8.00

2007 2008 2009 2010 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI %

adalah pertumbuhan tercepat selama kurun waktu 5 tahun terakhir dimana seluruh sektor ekonomi di Kota Ambon mengalami pertumbuhan positif.

Gambar 2.10. Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon Tahun 2007-2011

C. Pendapatan Perkapita. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang sangat berpengaruh pada pendapatan regional per kapita di Kota Ambon. Selain itu, upaya-upaya Pemerintah Kota Ambon untuk mengembangkan program-program unggulan dan pendekatan penguatan ekonomi masyarakat juga sangat berimplikasi pada peningkatan pendapatan masyarakat, dan hal ini terlihat jelas dari adanya peningkatan pendapatan domestik regional per kapita di Kota Ambon. Pendapatan domestik regional per kapita tahun 2011 di Kota Ambon berdasarkan Harga Konstan adalah Rp.5.053.118,- dan berdasarkan Harga Berlaku adalah Rp.11.157.659,- (Gambar 2.11). Jika dibandingkan tahun sebelumnya, maka pendapatan domestik regional per kapita tahun 2011 berdasarkan Harga Konstan mengalami peningkatan sebesar Rp.139.691,- atau (2,84%). Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun Kota Ambon tahun 2011 sebanyak 344.340 jiwa, maka diperoleh pendapatan per kapita penduduk Kota Ambon Tahun 2011 atas dasar Harga Berlaku sebesar Rp.11.157.659,- berarti terjadi peningkatan Rp.1.707.049,- atau setara (18,06%). Selanjtnya secara riil pendapatan yang diterima penduduk Kota Ambon tahun 2011 sebesar Rp.5.053.118,- yang berarti pendapatan yang dihitung berdasarkan kondisi tahun 2000, dengan demikian dapat diartikan bahwa Rp.11.053.118,- yang diterima setiap penduduk tahun 2011 setara dengan Rp.5.053.118,- pada tahun 2000.

Keterangan: *) Angka Dperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2012

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 22

2007 2008 2009 2010 2011ADHB (Rp.) 8,153,370 9,260,473 9,304,610 9,450,610 11,157,659ADHK (Rp.) 5,241,501 5,493,093 5,166,803 4,913,427 5,053,118

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

Gambar 2.11. Pendapatan Regional Perkapita Kota Ambon Tahun 2007-2011

D. Laju Inflasi. Inflasi merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan semakin lemahnya daya beli masyarakat yang diikuti dengan semakin lemahnya/merosotnya nilai ril mata uang suatu Negara. Inflasi memberikan indikasi adanya kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus selama periode tertentu, meskipun kenaikan harga-harga tersebut tidak secara bersamaan. Laju inflasi di Kota Ambon beragam selama tahun 2012 (Tabel 2.13). Laju inflasi tertinggi di Kota Ambon terjadi pada bulan Juni 2011 sebesar (2,39%), disusul bulan januari sebesar (1,62%), sedangkan terendah terjadi pada bulan Oktober sebesar (-2,44%).

Pada Desember 2012, Kota Ambon mengalami inflasi umum sebesar (0,94%). Inflasi tersebut ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) Umum Kota Ambon dari 139,43% pada bulan November 2012 menjadi 140,74% pada bulan Desember 2012.

Tabel 2.13. Inflasi Kota Ambon Tahun 2009-2011 Dirinci Per Bulan

No. Bulan Laju Inflasi Indeks Umum (%) 2010 2011 2012

1 Januari 3,23 -0,83 1,62 2 Pebruari -0,65 0,04 1,31 3 Maret 0,27 -0,46 1,33 4 April -0,51 0,09 0,79 5 Mei -0,07 1,66 0,06 6 Juni 0,85 3,76 2,39 7 Juli 1,28 -1,20 1,70 8 Agustus 2,40 0,83 0,19 9 September 0,95 -0,40 -1,87

10 Oktober -0,29 -0,67 -2,44 11 Nopember -0,24 -0,34 0,63 12 Desember 1,30 0,43 0,94

Laju Inflasi Kumulatif

8,78 2,85 6,73

Sumber: Sumber BPS Kota Ambon, 2012.

Keterangan: *) Angka Dperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2012

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 23

Dengan demikian Inflasi Kumulatif bulan Desember 2012 sebesar (6,73%), ditandai dengan kenaikan IHK Kota Ambon dari 131,87% pada bulan Desember 2011 menjadi 140,74% pada bulan Desember 2012 sedangkan Inflasi Year On Year sebesar 6,73%.

Jika dibandingkan dengan 14 kota di Kawasan Timur Indonesia, maka Kota Ambon untuk IHK Umum berada pada rangking ke 7 (di bawah Kota Kendari); untuk Laju Inflasi bulan Desember 2012 berada pada rangking ke 7 (di atas Kota Gorontalo); serta untuk Laju Inflasi Komulatif dan Laju Inflasi Year on Year pada rangking Ke 1.

Jika dibandingkan secara Nasional, maka IHK Umum Kota Ambon berada pada rangking ke 20; untuk Laju Inflasi bulan Desember 2012 berada pada rangking ke 13; serta untuk Laju Inflasi Komulatif dan Laju Inflasi Year on Year pada rangking ke 2 dari 66 Kota di Indonesia.

E. Perkembangan Investasi. Pembangunan daerah merupakan peran multi pihak, bukan saja Pemerintah malainkan juga peran swasta dan masyarakat. Investasi swasta dan masyarakat saat ini menjadi penting, mengingat keterbatasan dana yang dimiliki Pemerintah maupun didorong oleh perubahan paradigma pembangunan dewasa ini dimana modal sosial (social capital), baik swasta maupun masyarakat menjadi elemen penting dalam menggerakan pembangunan. Investasi di Kota Ambon tahun 2012, meliputi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). a) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Sampai tahun 2012, di Kota Ambon terdapat 9 usaha Penanaman Modal Dalam Negeri yang bergerak pada 6 bidang usaha, dengan nilai investasi sebesar Rp.133.819.026.520,- dan menyerap 265 tenaga kerja Indonesia (Tabel 2.14).

Tabel 2.14. Proyek PMDN di Kota Ambon

Menurut Bidang Usaha (Juta Rupiah) Tahun 2012

Bidang Usaha Nama Perusahaan Investasi (Juta Rp.)

Tenaga Kerja

Indonesia Asing

1 Perikanan 1 PT. Samudera Sakti Sepakat 1.475,00 20 -

2 Industri Lainnya 2 PT. Semen Tonasa 30.066,90 20 -

3 Industri Kimia 3 PT. Majakara Oxygen Facyory 706,03 26 -

4 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

4 PT. Esafa 50.000,00 10 - 5 PT. Linda 2.199,75 60 - 6 PT. Angkasa Pura I 3.526,72 50 -

5 Jasa Lainnya 7 PT. Metro Selular Nusantara 144.438,56 35 -

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 24

8 PT. Rajawali Citra Televisi 298.940,56 29 -

6 Listrik, Gas dan Air 9 PT. Karya Putra

Powerin 133.287.673,00 15 -

Jumlah 2012 9 133.819.026,52 265 - Sumber: Bagian Kerjasama dan Promosi Pengembangan Ekonomi, Setkot Ambon, 2012.

b) Penanaman Modal Asing (PMA)

Sampai tahun 2012, di Kota Ambon terdapat 14 usaha Penanaman Modal Asing yang bergerak pada 3 bidang usaha, dengan nilai investasi sebesar US$55.285,67 dan menyerap 2.029 tenaga kerja Indonesia dan 50 tenaga kerja asing (Tabel 2.15).

Tabel 2.15. Proyek PMA di Kota Ambon

Menurut Bidang Usaha (US$ 000) Tahun 2012

Bidang Usaha Nama Perusahaan Investasi ((US$ 000)

Tenaga Kerja Indonesia Asing

1 Perikanan

1 PT. Nusantara Fishery 8.292,00 259 4

2 PT. S & T Mitra Mina Industri 5.420,00 15 -

3 PT. TA Asia Oceanic 2.500,00 30 -

4 PT. Bersama Mitra Sejahtera 3.000,00 109 20

5 PT. C & E Mina Nusantara 2.750,00 - -

2 Jasa Lainnya

6 PT. Pinisi Diving & Tourism 540,00 20 1

7 PT. Dream Sukses Airindo 1.818,00 74 3

8 PT. Bukaka Singtel International 20.280,00 1.184 5

9 PT. Telekomunikasi Selular 3.396,22 250 6

10 PT. Tirta Maluku 45,00 6 -

11 PT. Matahari Graha Fantasi 1.134,55 25 -

12 PT. Cakrawala Andalan Televisi 4.366,05 6 -

13 PT. Maluku Divers 743,85 23 1

3 Industri Lainnya 14 PT. Bioenergi Corporindo 1,000,00 28 10

Jumlah 2011 14 55.285,67 2.029 50 Sumber: Bagian Kerjasama dan Promosi Pengembangan Ekonomi, Setkot Ambon, 2012.

F. Tabungan dan Kredit.

Jumlah penabung dan nilai nominal tabungan di Kota Ambon dalam 5 tahun belakangan ini terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Bank Indonesia Cabang Ambon Tahun 2011 (Tabel 2.16). Sampai akhir tahun 2011, posisi simpanan masyarakat pada bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Ambon mencapai Rp.4.948 Triliun, atau meningkat 21,52% dari tahun 2010 yang berjumlah Rp.4.072 Triliun, dengan demikian ada

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 25

kecenderungan masyarakat untuk menyimpan uang di bank dalam jumlah yang lebih besar.

Tabel II.16.

Perkembangan Posisi Simpanan Masyarakat Pada Bank Umum dan BPR di Kota Ambon

Tahun 2007-2011

No. Jumlah Penabung/ Nominal

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1 Giro

a. Nominal (Juta Rp.) 606.938 542.032 570.681 462.160 612.302

b. Rekening (Satuan) 5.469 5.520 5.828 5.223 5.406

2 Simpanan Berjangka

a. Nominal (Juta Rp.) 930.962 997.802 1.261.151 1.506.571 1.680.953

b. Rekening (Satuan) 5.684 5.611 5.850 5.942 6.210

3 Tabungan

a. Nominal (Juta Rp.) 1.749.140 1.672.709 1.889.721 2.103.640 2.655.708

b. Rekening (Satuan) 225.111 236.252 270.017 287.616 309.993

Nominal (Juta Rp.) 3.287.040 3.212.543 3.721.554 4.072.963 4.948.963

Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Prov. Maluku, Bank Indonsia, 2012

Posisi simpanan masyarakat ini terdiri dari Giro sebesar Rp.612.302 Milyard (12,37%); Simpanan Berjangka sebesar Rp.1,680 Triliun (33,97%); dan Tabungan sebesar Rp.2.655 Triliun (53,66%).

Tabel 2.17.

Perkembangan Posisi Pinjaman Masyarakat Pada Bank Umum dan BPR di Kota Ambon

Tahun 2007-2011

Sumber : Bank Indonsia Ambon pada BPS Kota Ambon Tahun 2012.

Sementara itu penyaluran kredit di Kota Ambon dalam 5 tahun belakang juga terus mengalami peningkatan. Sampai akhir tahun 2011, berdasarkan data Bank Indonesia Cabang Ambon (Tabel 2.17) telah disalurkan pinjaman sebesar Rp.3,196 Triliun. Jumlah pinjaman di tahun 2011 ini mengalami peningkatan sebesar 41,54% dari tahun 2010 yang berjumlah Rp.2,258 trilyun.

NO JENIS

PENGGUNAAN KREDIT

Jumlah Per Tahun (Juta Rp.)

2007 2008 2009 2010 2011 1 2 4 5 6 7 7

1 Modal Kerja 363.708 519.625 604.821 955.822 1.180.522 2 Investasi 70.949 108.632 158.551 253.468 454.47 3 Konsumsi 599.755 844.295 986.856 1.007.594 1.501.664

Jumlah 1.034.412 1.472.552 1.750.229 2.216.884 3.136.634

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 26

Tabel 2.18. Perkembangan Posisi Kredit Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2007-2011

NO SEKTOR Jumlah Per Tahun (Juta Rp.) 2007 2008 2009 2010 2011

1 2 4 5 6 7 7

1 Pertanian 79.954 62.623 59.562 38.256 39.128

2 Pertambangan 0 5.849 2.926 2.254 2.432

2 Perindustrian 441 4.196 4.743 27.860 55.815

3 Perdagangan 216.027 360.082 473.895 508.041 721.887

4 Jasa-Jasa 161.527 208.746 235.633 353.715 533.363

5 Listrik, Gas, Air 0 187 149 7.678 12.525

6 Konstruksi 121.616 170.780 164.335 219.378 271.051

7 Pengangkutan 12.646 8.677 15.793 32.429 28.746

8 Jasa Dunia Usaha 26.150 26.483 21.618 62.372 29.746

9 Jasa Sosial Masyarakat 1.115 2.619 33.738 31.858 533.363

8 Lain-Lain 599.755 849.487 988.537 1.325.013 978.883

Jumlah 1.057.704 1.490.983 1.765.296 2.258.047 3.196.118

Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Prov. Maluku, Bank Indonsia, 2011

Kredit yang disalurkan sepanjang tahun 2011 berdasarkan jenis penggunaannya diperuntukan sebagian besar untuk Modal Usaha yaitu berjumlah Rp.1,694 Triliun atau 53,07%, Sedangkan bukan untuk modal usaha adalah sebesar Rp.1,501 Milyard atau 46,93%. Dengan demikian tergambar bahwa masyarakat Kota Ambon sudah mulai cenderung meminjamkan uang di Bank untuk modal usaha.

Tahun 2012 penggunaan pinjaman terbesar bukan untuk modal usaha di Kota Ambon adalah sektor Lain-Lain yaitu Rp.978.883 milyar atau 65,18%.

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan

Realisasi RPJMD RKPD Kota Ambon Tahun 2013 terealisasi dalam 1.201 kegiatan SKPD yang terdiri

atas 1.112 kegiatan urusan wajib dan 89 kegiatan urusan pilihan. Untuk pelaksanaan kegiatan, dianggarkan sebesar Rp. 223.803.756.671 (data kegiatan monitoring dan evaluasi program pembangunan) dan terealisasi sebesar 87,88% dan pelaksanaan fisik kegiatan terealisasi 91,73%. Ringkasan umum pelaksanaan kegiatan SKPD dapat dilihat pada tabel 2.19.

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 27

Tabel 2.19. Ringkasan Pelaksanaan APBD Tahun 2012

NO NAMA SKPD JUMLAH

JUMLAH DANA TOTAL REALISASI

KEGIATAN FISIK %

ANGGARAN

1 2 3 4 5 6

1 BPMP-KB 44 Rp 2,841,218,682 89.43% 69.45%

2 BAPPEKOT 39 Rp 5,704,562,740 98.82% 84.46%

3 Badan Kepegawaian 17 Rp 1,799,135,652 93.44% 78.40%

4 Badan Pengelola Keuangan 38 Rp 5,387,254,567 98.85% 98.11%

5 Inspektorat 15 Rp 1,073,539,372 74.20% 71.88%

6 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 19 Rp 712,918,940 94.74% 95.54%

7 Dinas Pendidikan 155 Rp 42,019,980,254 97.92% 96.20%

8 Dinas Kesehatan 82 Rp 15,293,239,435 91.22% 94.25%

9 Dinas Sosial 19 Rp 538,161,700 98.25% 97.77% 10 Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Aset Ekonomi Daerah 29 Rp 3,087,267,240 99.11% 95.97%

11 Dinas Tenaga Kerja 35 Rp 947,274,080 91.28% 91.28%

12 Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga 18 Rp 2,123,302,300 92.53% 87.76%

13 Dinas Perhubungan 24 Rp 5,073,051,380 91.67% 95.22%

14 Dinas Pekerjaan Umum 51 Rp 27,640,273,580 94.45% 88.10%

15 Dinas Pertanian dan Kehutanan 32 Rp 2,237,681,300 82.87% 84.36%

16 Dinas Kelautan dan Perikanan 20 Rp 3,671,986,496 81.64% 93.66%

17 Dinas Koperasi dan UKM 31 Rp 435,768,900 96.77% 93.70%

18 Dinas Perdagangan dan Perindustrian 19 Rp 2,028,921,393 92.53% 97.09%

19 Dinas Kependudukan dan CAPIL 18 Rp 621,930,145 95.01% 94.68%

20 Dinas Tata Kota 84 Rp 17,833,172,010 91.53% 94.83%

21 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 33 Rp 19,918,840,860 95.06% 90.00%

22 Sekretariat DPRD 39 Rp 34,713,625,028 93.62% 54.76% 23 Bagian Tata Pemerintahan 11 Rp 183,405,932 100.00% 89.68% 24 Bagian Hukum 18 Rp 485,112,096 85.33% 89.01%

25 Bagian Humas dan Protokoler 14 Rp 2,709,267,900 93.09% 95.58%

26 Bagian Kesejahteraan Rakyat 20 Rp 1,297,330,282 94.74% 90.09% 27 Bagian Kerjasama dan Promosi

Pengembangan Ekonomi 20 Rp 749,027,235 93.75% 79.35% 28 Bagian Organisasi dan

Manajemen 17 Rp 374,216,701 100.00% 98.26% 29 Bagian Umum dan

Perlengkapan 35 Rp 13,602,792,982 75.53% 85.90% 30 Bagian Tata Usaha Pimpinan

dan Ekspedisi 17 Rp 270,510,290 88.35% 89.65% 31 Kantor Satuan Polisi Pamong

Praja 20 Rp 2,085,829,500 98.10% 99.43% 32 Kantor Satuan Pemadam

Kebakaran 13 Rp 1,290,916,040 78.75% 84.90%

33 Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan 33 Rp 2,538,694,803 87.88% 96.68%

34 Kantor Perpustakaan dan Kearsipan 13 Rp 175,444,625 98.00% 96.30%

35 Kantor Pelayanan Publik 10 Rp 392,484,465 99.20% 99.15%

36 Kantor Pengolahan Data dan Elektronik 10 Rp 830,661,766 98.43% 85.69%

37 Kecamatan Nusaniwe 25 Rp 374,064,200 66.17% 72.90%

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 28

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah.

a. Pemantapan Otonomi Daerah dan Peningkatan Tata Pemerintahan

Di bidang pemantapan otonomi daerah dan peningkatan tata pemerintahan beberapa permasalahan mendasar yang perlu penanganan mencakup : (1) Masih rendahnya kualitas sumber daya aparatur yang dimiliki pemerintah Kota Ambon;(2). Masih rendahnya mutu pelayanan publik yang berkorelasi dengan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan yang belum memadai; (3) Belum jelasnya pola standar kemampuan dan pengembangan pola karier pegawai; (4). .Masih besarnya ketergantungan penerimaan keuangan daerah yang berasal dari dana perimbangan; (5) Belum seimbangnya proporsi pengeluaran daerah untuk biaya tidak langsung dibandingkan dengan biaya langsung; (6) Belum optimalnya penggalian potensi pendapatan daerah.

b. Peningkatan Birokrasi dan Pelayanan publik

Permasalahan mendasar dalam bidang peningkatan birokrasi dan pelayanan public dalam menata birokrasi dan pelayanan publik; (2) Belum maksimal tata kelola pemerintahan melalui peningkatan kinerja secara terpadu, berintegritas, akuntabel, berwibawa, taat kepada hukum dan transparan.; (3) Belum maksimal kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh kelembagaan dan kapasitas pegawai pemerintah yang memadai.

c. Peningkatan Pemahaman Berpolitik Masyarakat, Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara

Pengalaman menunjukan bahwa dalam pelaksanaan proses pemilihan Kepala Desa (Raja) dalam wilayah kota Ambon dan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala Daerah (PILKADA) Kota Ambon pada tahun 2011, menunjukan bahwa masyarakat belum menunjukkan sikap atau perilaku politik yang demokratis. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa masih lemahnya tradisi demokrasi dimana perbedaan-perbedaan ideologi belum secara intensif dapat didialogkan untuk memperoleh sintesa dari format kemajemukan yang harmonis, disisi lain komunikasi politik dirasakan belum berlangsung efektif, karena masih kurang mengedepankan konten yang bersifat kritik konstruktif sehingga sangat membutuhkan partai politik dan

1 2 3 4 5 6

38 Kecamatan Sirimau 19 Rp 186,965,375 99.47% 91.76%

39 Kecamatan Teluk Ambon Baguala 12 Rp 137,573,775 89.58% 90.85%

40 Kecamatan Teluk Ambon 15 Rp 120,463,600 91.45% 81.26%

41 Kecamatan Leitimur Selatan 18 Rp 295 ,888,780 88.24% 39.08%

JUMLAH TOTAL 1.201 Rp 223,803,756,671 91,73% 87,88%

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 29

berbagai elemen lainnya dalam membangun perilaku politik untuk meminimalisir potensi konflik yang mengarah pada disintegrasi sosial. Berbagai permasalahan yang mucul dalam pelaksanaan bidang dimaksud, meliputi ; (1) Belum maksimal jalannya sistem dan kehidupan politik, demokratis, dinamika, sehat, terbuka, beretika dan bermoral berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; (2) Belum maksimal stabilitas politik, melalui pembentukan budaya politik masyarakat yang demokratis, menghargai realitas kemajemukan dan hak asasi manusia.; (3) Belum maksimal tingkat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman demi terciptanya kerukunan dan kedamaian masyarakat; (4) Belum maksimal jalannya kelembagaan suprastruktur dan infrastruktur politik yang mampu menjalankan peran dan fungsinya serta mampu membangun komunikasi politik antar lembaga dan dengan elemen masyarakat; (5) Masih kurang tingkat pemahaman masyarakat tentang multikulturisme sehingga terbangun budaya politik yang demokratis; (6) Masih kurang kesadaran masyarakat tentang Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara; (7) . Masih kurang fungsi dan peran organisasi politik, organisasi masa danorganisasi kemasyarakatan lain dalam berperan aktif untuk mendukung pelaksanaan pembangunan.

d. Peningkatan Stabilitas Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Konflik Maluku khususnya di Ambon yang berlangsung kurang lebih empat tahun telah merubah tatanan kehidupan dan persaudaraan orang tetangga dan bersaudara di Maluku yang sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu selalu hidup damai dan aman, saling menghormati dan menghargai. Akibatnya saat ini di kota Ambon kehidupan masyarakat tersegregasi berdasarkan agama atau kepercayaan masing-masing, yang patut diduga sebagai bom waktu bagi generasi yang akan datang.

Berbagai permasalahan mendasar yang muncul dalam implementasi bidang ini adalah sebagai berikut : (1) Sering terjadi konflik horizontal antara komunitas yang berbeda agama; (2) Konflik yang berkepanjangan pada waktu yang lalu meninggalkan berbagai masalah hukum terkait dengan hak-hak warga masyarakat atas tanah dan hak milik lainnya pada wilayah-wilayah tertentu yang pernah dihuni oleh kedua komunitas yang berbeda agama; (3) Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang saat ini telah merambah pada berbagai kalangan masyarakat terutama anak-anak usia sekolah pada tingkat menengah pertama; (4) Sengketa batas wilayah petuanan antar desa atau negeri yang bertetangga di kota Ambon; (5) Munculnya berbagai tawaran jasa pelayanan dan hiburan melalui media cetak lokal yang memanfatkan hotel atau rumah-rumah kos sebagai lahan atau lokasi kegiatan tersebut; (6) Segregasi masyarakat kota Ambon berdasarkan aliran kepercayaan/agama; (6) Masalah penduduk dan kependudukan; (7) Pendidikan karakter dalam keluarga, Kekerasan dalam rumah tangga, Moralitas Generasi muda dan masalah pelecehan seksual.

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 30

e. Peningkatan Kehidupan Orang Basudara dan Kearifan Lokal

Sejak konflik tahun 1999 Maluku pada umumnya, dan Kota Ambon khususnya mengalami stagnasi hampir semua sektor kehidupan.Sektor publik yang paling parah adalah bidang sosial kemasyarakatan berupa relasi sosial keagamaan masyarakat Kota Ambon yang tidak terbangun selama hampir sepuluh tahun lebih.Hal ini tentunya menunjukkan adanya suatu sistem sosial yang tidak sehat.Masyarakat Kota Ambon adalah kelompok masyarakat adat dan agama dalam pengertian setiap masyarakat memegang teguh ajaran agama dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip adat sebagai pilar utama kehidupan orang basudara.Relasi sosial seperti Pela dan gandong yang awalnya menjadi identitas masyarakat Maluku, mulai dipersepsikan berdasarkan asumsi keagamaan masyarakat.Bahkan muncul pula negasi untuk menghilangkan relasi pela dan gandong tersebut.Kondisi ini tentunya menimbulkan disorientasi nilai-nilai kehidupan “basudara” bagi eksistensi hidup orang Ambon. Hal ini memang tidak dapat dihindari, apalagi sampai sekarang masih terdapat segregasi penduduk dengan model pemukiman Salam dan pemukiman Sarane yang secara hakiki menjurus pada pemecahan identitas warga kota sendiri.

f. Pengembangan Sumberdaya Manusia

Permasalahan dalam bidang pendidikan meliputi :Pertama.: Banyaknya fasilitas pendidikan yang dirusak dan dibakar mengakibatkan proses pembangunan dan pengembangan infra struktur pendidikan ke lokasi-lokasi baru menjadi lambat. Kedua. : Banyaknya guru yang keluar dari Ambon, mengakibatkan belum terpenuhi dan meratanya sumber daya guru .Ketiga.: Segregasi sosial berdasarkan agama membuat tidak meratanya tenaga guru dan peserta didik, yang mengakibatkan ketimpangan SDM serta minimnya pengalaman perjumpaan, serta berkembangnya ekslusivisme di kalangan guru dan peserta didik. Keempat : belum berkembangnya kreatifitas peserta didik sekolah, serta masih banyaknya peserta didik yang tumbuh dalam kondisi mental yang masih labil. Berbagaipermasalahan umum dalam bidang pengembangan Sumberdaya manusia dapat dijabarkan sebagai berikut (1) Jumlah sekolah belum memenuhi kebutuhan peserta didik; (2) Masih lemahnya pelaksanaan manajemen pendidikan di sekolah-sekolah; (3) Belum meratanya sarana dan prasarana sekolah yang memadai; (4) Belum meratanya guru bidang studi karena segregasi pemukiman berdasarkan agama; (5) Masih kurangnya sekolah-sekolah kejuruan ; (6) Masih banyaknya guru-guru yang belum disertifikasi,guru-guru kontrak dan guru honorer pada sekolah-sekolah tertentu; (7) ; Kapasitas guru dan mutu pendidikan sekolah-sekolah berstandar internasional belum memadai; (8) Berkembangnya paham radikalisme agama di sekolah-sekolah serta (9) Belum diterapkannya “Pendidikan Orang Basudara “ (POB) yang memiliki perspektif multikulturalisme.

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 31

g. Pemberdayaan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Daerah

Berbagai permasalahan utama dalam bidang UMKM dan Koperasi di Kota Ambon mencakup : (1) Koperasi belum dikelola secara profesional sebagai unit bisnis dan sosial serta belum berkembang baik dalam masyarakat; (3) Kurangnya motivasi, inisiatif dan kreatif dalam pemanfaatan potensi yang tersedia; (4) Manajemen usaha dan organisasi UMKM dan Koperasi belum optimal; (5) Kurangnya pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan usaha yang dilakukan UMKM dan Koperasi; (6)Kapasitas dan profesionalisme SDM aparatur di bidang UMKM dan Koperasi masih rendah; (7) Akses ke permodalan sebagai pendukung kegiatan usaha belum berkembang baik; (8) Akses ke informasi pasar dan perdagangan masih lemah.

Permasalahan pokok di bidang pembangunan industri, perdagangan dan penanaman modal meliputi : (1) Petani masih menjual produk primer; (2) Belum berkembangnya industri pengolahan berbasis pertanian; (3) Belum berkembangnya iklim usaha dan dunia usaha; (4) Jaminan kepastian hukum dan keamanan;(5) Belum berkembangnya promosi investasi; (5) Minimnya infrastruktur pedukung kegiatan ekonomi; (6) Rendahnya perlindungan konsumen; (7) Terbatasnya sumberdaya manusia aparatur pengawasan barang dan jasa; serta (7) Belum ada perlindungan terhadap produk-produk asli daerah.

Beberapa permasalahan utama kemiskinan penduduk di Kota Ambon adalah sebagai berikut : (1) Tidak terkendalinya migrasi penduduk dengan kapasitas rendah yang masuk ke Kota Ambon; (2) Lapangan kerja dan kesempatan kerja di Kota Ambon masih sangat terbatas; (3) Tingkat pelayanan kesejahteraan sosial terutama bagi penduduk miskin, anak terlantar, anak jalanan, lansia, penyandang cacat tuna social dan korban bencana terbatas;

Pengembangan pariwisata di Kota Ambon masih diperhadapkan dengan berbagai permasalahan berikut: (1) Belum tertata secara optimal potensi wisata di Kota Ambon; (2) Belum terintegrasi pengembangan sektor pariwisata dengan sektor lain sebagai suatu paket perjalanan wisata di Kota Ambon; (3) Belum optimal penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata seperti jalan, resort, dan fasilitas pendukung lain; (4) Belum tersedia SDM yang profesional di bidang pariwisata; (5) Belum terbangunnya ikon pariwisata dan brand image; serta (6) Kurangnya promosi secara nasional dan internasional tentang pariwisata di Kota Ambon.

h. Penataan Ruang dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Permasalahan yang dihadapi dalam penataan ruang kota Ambon adalah sebagai berikut : (1) Kota Ambon berada dalam wilayah Kepulauan pulau-pulau kecil yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi terhadap berbagai bencana alam, seperti erosi dan tanah longsor pada kondisi kelerengan tertentu; (2) Lonjakan penduduk yang semakin cepat di wilayah perkotaan, sehingga ketersediaan lahan permukiman menjadi terbatas; (3)

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 32

Keterbatasan wilayah layak bangun di kota Ambon, yakni sekitar 17 % wilayah kota secara keseluruhan; serta (4) Adanya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan keberadaan lahan di sepanjang Teluk Ambon, sehingga terjadi penurunan daya dukung lahan dan berdampak negatif terhadap kawasan tersebut.

Terkait dengan pengembangan infrastruktur wilayah di Kota Ambon, maka beberapa permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : (1) Belum meratanya pembangunan infrastruktur perhubungan, seperti jalan dan jembatan yang merupakan prasarana transportasi yang penting guna memperlancar distribusi barang dan jasa, serta meningkatkan mobilitas masyarakat; (2) Kondisi infrastruktur fisik jalan alternatif di Kecamatan Leitimur Selatan masih belum memadai bagi berbagai kegiatan di dalam masyarakat. Kondisi jalan belum kondusif bagi upaya peningkatan kegiatan ekonomi dan perluasan akses masyarakat; (3) Arus mobilitas transportasi yang terus meningkat di pusat perkotaan, sehingga menambah kemacetan dan tingkat polusi udara; (4) Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat sebagai pengguna jalan, sehingga sering terjadi kecelakaan lalu lintas; (5) Belum memadainya infrastruktur sumberdaya air guna mendukung upaya konservasi sumberdaya air dan pendayagunaannya, mengingat kondisi suplai air tanah yang semakin berkurang; (6) Masih terdapat kawasan perumahan dan permukiman yang tidak ramah lingkungan dalam wilayah perkotaan; (7) Lemahnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar permukiman (air bersih, air limbah, persampahan). (8) Menurunnya kualitas air permukaan yang merupakan bagian hulu dari buangan air limbah domestik; serta (9 )Masih terdapat drainase yang tidak memenuhi syarat dan kurang mendukung estetika lingkungan perkotaan.

i. Pengembangan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Pengembangan pertanian dan perkebunan di Kota Ambon diperhadapkan dengan berbagai permasalahan utama, antara lain : (1) Keterampilan petani tanaman semusim sayuran masih rendah dengan luasan lahan usaha kecil; (2) Lahan datar untuk pertanian tanaman semusim terutama sayuran sangat terbatas; (3) Penyuluhan pertanian belum berjalan secara intensif dengan arah pengembangan komoditi tanaman semusim terutama sayuran; (4) Petani belum dapat mengembangkan pola pertanian organic sebagai alternatif pola usaha tani yang sehat dan bermanfaat; (5) Usaha tanaman perkebunan dengan pola Agroforestry masih diterapkan secara tradisional, dan tanaman yang ada rata-rata sudah tua dengan produksi makin menurun; (6) Masih terbatasnya pengetahuan petani tentang pola pertanian organik, dan masih terbatasnya prasarana dan sarana pendukung pertanian organik; (7) Lahan kritis dan lahan tidur di daerah pegunungan cukup tersedia untuk pengembangan usaha tanaman perkebunan dengan sistem agroforestry; serta (8) Suplai sayuran dan buah-buahan masih tergantung dari luar kota.

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 33

Permasalahan pengembangan Kelautan dan perikanan mencakup hla-hal sebagai berikut : (1) Sumberdaya aparatur dan nelayan terampil dan belum professional dalam mengembangkan usaha di bidang perikanan dan kelautan; (2) Masih kurang tersedia infrastruktur perikanan dan kelautan baik prasarana maupun sarana; (3) Belum diterbitkan regulasi yang mengatur pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan tentang pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam perikanan dan kelautan; (4) Kabupaten/Kota belum mendapat hak dalam menerbitkan izin penangkapan yang lebih besar dan luas jangkauannya; (5) Masih terdapat prakter illegal fishing yang sangat mengganggu ketertiban dalam penangkapan karena lemahnya penegakan hukum. Di bidang peternakan permaslahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : (1) Kota Ambon masih sangat tergantung pada suplai daging dan ayam dari luar daerah; (2) Usaha peternakan unggas komersiil besar belum berkembang baik; (3) Produksi ayam buras terkendala penyakit hewan (Brucellosis, Scabies, ND) yang berdampak pada rendahnya produktivitas; (4) Peternakan unggas rakyat tidak berkembang baik setelah kerusuhan social; (5) Tenaga penyuluh lapangan (PPL) masih kurang dan UPTD peternakan di kecamatan belum berkembang baik; (6) Usaha peternakan rakyat masih bersiat tradisional dan belum berorientasi komersiil, tidak intensif (tanpa kandang); serta (7) Bibit ternak tidak tersedia secara kontinu baik kuantitas maupun kualitas.

Permasalahan utama yang dihadapi dalam bidang kehutanan kota adalah sebagai berikut : (1) ancaman penyusutan hutan lindung dari tahun ke tahun; (2) Luas Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon sangat sempit; (3) Selalu terjadi penyerobotan daerah perbukitan dan bantaran Daerah Aliran Sungai untuk pembangunan perumahan; (4) Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hutan sangat rendah karena desakan kebutuhan hidup;(5) Pengawasan pemerintah terhadap penyerobotan tidak optimal; (6) Keterlibatan penduduk desa terhadap pengawasan perusakan hutan tidak optimal; (7) Implementasi Peraturan Daerah belum maksimal; (8) Tata batas hutan tidak akurat; (9) Hutan lindung menjadi lokasi memperoleh energi kayu bakar; (10) Sebagian besar masyarakat desa di sekitar pusat kota masih tergantung dari energi kayu bakar yang diambil dari sekitar desa; (11) Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan penghijauan belum berhasil baik; (12) Masih terdapat lahan kritis pada daerah perbukitan Kota Ambon; serta (13) Daerah hulu sungai umumnya terancam gundul karena penebangan pohon secara liar;

Di bidang Lingkungan Hidup permasalahan mendasar yang dihadapi pemerintah kota adalah sebagai berikut : (1) Masih selalu terjadi penyerobotan lahan-lahan sepanjang DAS terutama di daerah dengan topografi curam dan tidak layak sebagai pemukiman; (2) Terdapat banyak daerah kritis dengan resiko bencana alam tinggi; (3) Masih rendah kesadaran masyarakat terhadap fungsi dan peran hutan; (4) Upaya rehabilitasi lahan melalui kegiatan Gerhan dan kegiatan rehabilitasi serta

RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA AMBON TAHUN 2014 34

penghijauan lain belum berhasil secara signifikan; (5) Belum efektif fungsi pengawasan pemerintah dan kelembagaan desa. (6) Daerah sungai masih merupakan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat; (7) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam penanganan persampahan; (8) Tingginya sedimentasi pada perairan Teluk Ambon Dalam.