bab ii geomorfologi

9
BAB II GEOMORFOLOGI 2.1 Geomorfologi Regional Bentuk lahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan direnungkan oleh para ahli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan “the present is the key to the past”, tetapi proses geomorfologi pada zaman ini memiliki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tatapi berlangsung hingga saat ini. Secara fisiografi, Jawa Tengah terbagi menjadi 6 bagian (Van Bemmelen, 1949), yaitu sebagai berikut: Gambar 2.1. Pembagian Fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)

Upload: muhamad-kresna-pradika

Post on 09-Sep-2015

231 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Contoh

TRANSCRIPT

BAB IIGEOMORFOLOGI

2.1 Geomorfologi RegionalBentuk lahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan direnungkan oleh para ahli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan the present is the key to the past, tetapi proses geomorfologi pada zaman ini memiliki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tatapi berlangsung hingga saat ini. Secara fisiografi, Jawa Tengah terbagi menjadi 6 bagian (Van Bemmelen, 1949), yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1. Pembagian Fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)

Dataran Alluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40 km ke arah selatan. Semakin kea rah timur, lebarnya menyempit hingga 20 km.Gunungapi Kuarter di Jawa Tengah antara lain Gunung Slamet, Gunung Dieng, Gunung Sundoro, Gunung Sumbing, Gunung Ungaran, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Muria.

Zona Serayu Utara memiliki lebar 30 50 km. Di selatan Tegal, zona ini tertutupi oleh produk gunungapi kuarter dari Gunung Slamet. Di bagian tengah ditutupi oleh produk vulkanik kuarter Gunung Rogojembangan, Gunung Ungaran, dan Gunung Dieng. Zona ini menerus ke Jawa Barat menjadi Zona Bogor dengan batas antara keduanya terletak disekitar Prupuk, Bumiayu hingga Ajibarang, tepat di sebelah barat Gunung Slamet, sedangkan kea rah timur membentuk Zona Kendeng. Zona Antiklinorium Bogor terletak di selatan Dataran Alluvial Jakarta berupa Antiklinorium dari lapisan Neogen yang terlipat kuat dan ter intrusi. Zona Kendeng meliputi daerah yang terbatas antara Gunung Ungaran hingga daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan batuan tertua berumur Oligosen Miosen Bawah yang diwakili oleh Formasi Pelang.

Zona Depresi Jawa Tengah menempati bagian tengah hingga selatan. Sebagia merupakan dataran pantai dengan lebar 10 25 km. morfologi pantai ini cukup kontras dengan pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Timur yang relative lebih terjal.

Pegunungan Selatan Jawa memanjang di sepanjang pantai selatan Jawa membentuk morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa Tengah, zona ini terputus oleh Depresi Jawa Tengah.Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi Jawa Tengah yang membentuk kubah dan punggungan. Di bagian barat dari Pegunungan serayu Selatan yang berarah barat timur dicirikan oleh bentuk antiklinorium yang berakhir di timur pada suatu singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa, yaitu daerah Lok Ulo, Kebumen.Berdasarkan pembagian zona ini, daerah penelitian termasuk Zona Pegunungan Serayu Selatan. Ke arah utara, selatan, dan timur daerah ini berbatasan dengan Zona Depresi Jawa Tengah. Di bagian barat daerah ini dibatasi oleh Gunungapi Kuarter.

2.2 Geomorfologi Daerah PemetaanPemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan roman muka bumi dari daerah penelitian diantaranya yaitu, gambaran bentuk lahan, proses bentuk lahan, nilai nilai bentuk lahan dan material penyusun dari bentuk lahan. Aspek aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran, dan posisi, tetapi sangat dituangkan dalam bentuk peta.

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan dibawah ini mengacu kepada sistem klasifikasi bentuk muka bumi yang dikembangkan oleh Budi Brahmantyo dan Bandono (1999) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi dari analisa genetiknya dan analisa kelerengannya. Analisa pemetaan geomorfologi harus memenuhi unsure unsure geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi) dan asal usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik). Berdasarkan analisan dan penelitian yang dilakukan, maka daerah penelitian dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Fluvial, Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Tajam Struktural, dan Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Tajam Denudasional.

Gambar 2.2 Kenampakan tiga dimensi geomorfologi daerah penelitian

2.2.1 Satuan Geomorfologi FluvialSatuan Geomorfologi ini terdapat pada bagian selatan daerah penelitian, tepatnya terdapat pada daerah sungai Kalimandi, Kali Kedungjati, dan Kali Seliling hingga ke daerah Pendil. Satuan geomorfologi memiliki luas penyebaran 10% dari total luas penyebaran daerah penelitian. Pada satuan geomorfologi ini terletak sekitar 10m-15m diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng 0-10%.Pengelompokkan satuan geomorfologi ini didasarkan pada bentuk bentuk daerah yang menunjukkan adanya litologi alluvial pada daerah tersebut. Selain itu kenampakkan yang ada di lapanganpun menjadi aspek penting mendasari pengelompokkan satuan geomorfologi ini seperti contohnya terdapatnya point bar pada K. Kedungjati.

Foto 2.1 Point bar pada Satuan dataran fluvial ()

2.2.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Tajam DenudasionalSatuan geomorfologi ini terdapat pada bagian utara, timur, dan selatan pada daerah penelitian secara terpisah. Dimana bagian utara meliputi bagian barat timur pada peta yang tersebar dari daerah K. Sangge pada bagian barat hingga Kalicilik pada bagian timur. Pada bagian timur tersebar pada daerah G.Gemawang dan pada bagian selatan tersebar pada daerah G.Gelagah. Satuan geomorfologi ini memiliki luas penyebaran 50% dari total luas daerah penelitian dengan kemiringan lereng 40-80% dan terletak pada ketinggian 25 437m diatas permukaan laut.Pengelompokkan satuan geomorfologi ini didasarkan pada kenampakkan di lapangan berupa ladang dan persawahan dengan litologi tuff dan breksi. Daerah ini pada awalnya dikontrol oleh struktur geologi b

2.2.3 Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Tajam StrukturalSatuan geomorfologi ini terdapat pada bagian timur dan tenggara pada daerah penelitian. Pada bagian timur tersebar pada daerah Kalimandi, Kaliputih, Kalikumbang Kulon dan Kalikumbang Wetan. Sedangkan, pada bagian tenggara tersebar pada darah G.Kemuning. Satuan geomorfologi ini memiliki luas penyebaran 40% dari total luas daerah penelitian dengan kemiringan lereng 45-80% dan terletak pada ketinggian 50-497m diatas permukaan laut.Pengelompokkan satuan geomorfologi ini didasarkan pada kenampakkan dilapangan berupa bentuk bentuk pola morfologi yang menunjukkan adanya struktur geologi yang aktif bekerja pada daerah tersebut. Selain itu ditemukan juga penyebaran arah dip yang cenderung memiliki arah utara-selatan dan selatan-utara. Atas dasar inilah maka semakin meyakinkan bahwa daerah ini dikontrol oleh struktur geologi.

Foto 2.3 Kenampakan triangular facet pada satuan geomorfologi perbukitan tersayat tajam struktural

2.3 Pola Aliran & Stadia Sungai Daerah Penelitian

Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim. Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara, terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dan erosi yang kecil pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.Berdasarkan pengamatan dari aspek-aspek tersebut dan pengamatan pola aliran secara lebih luas bisa diperkirakan aliran sungai pada daerah penelitian adalah subdendritik.