bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 bab...

26
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian Teoritis yakni Implementasi, Pendidikan Karakter, Pengertian Pendidikan, Pengertian Karakter, Langkah-Langkah Pendidikan Karakter, Grand Design Pendidikan Karakter, Tujuan Pendidikan Karakter, Manfaat Pendidikan Karakter, Nilai-Niali Pendidikan Karakter, Fungsi Pendidikan Karakter, Landasan Pendidikan Karaker, Pengertian Keberhasilan, Keberhasilan Pendidikan Karakter, Pengertian Sikap Jujur dan Demokratis, Pengertian Pengembangan, Pengertian Pembelajaran, Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Paradigma Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Tujuan Pendidikan Pncasila dan Kewarganegaraan dan Kajian Empiris. 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Implementasi Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan,dimaknai sebagai sebuah terapan dari rencana yang telah disusun sedemikian matang dan terperinci, dimana terapan atau pelaksanaan harus utuh secara keselurahan. Menurut Nurdin (2005: 70) mengemukakan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian Teoritis

yakni Implementasi, Pendidikan Karakter, Pengertian Pendidikan, Pengertian

Karakter, Langkah-Langkah Pendidikan Karakter, Grand Design Pendidikan

Karakter, Tujuan Pendidikan Karakter, Manfaat Pendidikan Karakter, Nilai-Niali

Pendidikan Karakter, Fungsi Pendidikan Karakter, Landasan Pendidikan Karaker,

Pengertian Keberhasilan, Keberhasilan Pendidikan Karakter, Pengertian Sikap

Jujur dan Demokratis, Pengertian Pengembangan, Pengertian Pembelajaran,

Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Paradigma Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, Tujuan Pendidikan Pncasila dan

Kewarganegaraan dan Kajian Empiris.

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Implementasi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Implementasi adalah

pelaksanaan atau penerapan,dimaknai sebagai sebuah terapan dari rencana yang

telah disusun sedemikian matang dan terperinci, dimana terapan atau pelaksanaan

harus utuh secara keselurahan. Menurut Nurdin (2005: 70) mengemukakan bahwa

kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau

mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa

implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan

dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

11

mencapai tujuan kegiatan. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan

baik oleh individu-individu / pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerinah

atau swasta yang diarahkan peda tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijakan.

Pendapat saya mengenai pengertian Implementasi merupakan sebuah

proses mengevaluasi suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguji data, bertujuan

untuk penyempurnaan yang dilakukan secara terus menerus dan diikuti dengan

perkembangannya.

2.2 Pendidikan Karakter

Menurut Zuchdi (2011) model pendidikan karakter yang dicanangkan oleh

Kemendiknas justru berkiblat pada Thomas Lickona, dengan alasan bahwa

Lickona merupakan tokoh pertama yang mengenalkan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter di Indonesia mengusung semangat baru dengan optimisme

yang penuh untuk membangun karakter bangsa yang bermartabat. Konsep

pendidikan karakter harus mengambil posisi yang jelas, bahwa karakteristik

seseorang dapat dibentuk melalui pendidikan.

Menurut Muslich (2010: 1) pendidikan karakter merupakan suatu pondasi

bangsa yang snagat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.

Pendidikan karakter merupakan usaha untuk mendidik anak agar mereka dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktinnya dalam kehidupan sehari

sehinnga meraka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada

lingkungannya (2012: 16)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

12

Pendidikan karakter diambil dari dua suku kata yaitu pendidikan dan

karakter. Kedua kata memiliki makna yang berbeda. Kata pendidikan lebih

merujuk pada kata kerja sedangkan kata karakter merujuk pada kata sifat.

2.2.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan itu sendiri merupakan terjemahan dari education yang kata

dasarnya educate atau dalam bahasa Latinya educo.Educo berarti mengembang

dari dalam; mendidik; melaksanakan hukum kegunaan. Menurut konsep diatas

pendidikan merupakan sebuah proses untuk mengembangkang, merubah yang

tidak baik menjadai baik, dan menciptakan kultur dan teraturnya baik pada

kehidupan diri sendiri maupun kehidupan orang lain.

Menurut Rajasa (dalam Masnur 2010) Pendidikan sebagai arena untuk

reaktivasi karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa indonesia

adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik,

semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan.

Berdasarkan UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah upaya sadar dan

terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar

tumbuh kembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif,

berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) menegaskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

13

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” UU No.20

tahun 2003 pasal 3).

Menurut pendapat saya pendidikan adalah suatu proses kegiatan belajar

mengajar, yang dimana intraksi antar peserta didik dengan pendidik yang sangat

diperlukan. Pendidikan membuat manusia menjadi pintar, berwawasan luas dan

berkualitas. Pendidikan tidak hanya sebagai mentransfer ilmu pengtahuan akan

tetapi merupakan sebuah proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada

pada diri manusia yakni kemampuan fisik, relasional, bakat-bakat, daya seni dan

kemampuan akademis, dalam mengatasi masa depan hingga generasi penerus

mempunyai bekal kemampuan dan kesiapan untu menhadapi tantangan masa kini

dan akan datang.

2.2.2 Pengertian Karakter

Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berati to

engrave, (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat

batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian

diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu

pandangan bahwa karakter adalah “pola prilaku yang bersifat individual, keadaan

moral seseorang”. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki

karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan

prilaku yang ada disekitar dirinya (Kevin, 1999: 5).

Menurut Zuhriah (2007: 19) seseorang dapat dikatakan memiliki karakter

pada dirinya apabila sudah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang

dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

14

Menurut Saleh ( 2011: 1) Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa,

sebagai penada, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lain.

Karakter memberikan arahan tentang bagaimana manusiaitu menapaki dan melati

suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat tertentu.

Secara terminology (istilah), karakter dapat di artikan sebagai sifat

manusia pada umumnya yang bergantung pada factor kehidupannya sendiri.

karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi cirri khas

seseorang atau sekelompok orang. karakter merupakan nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia,lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujut dalam pikiran sikap,

perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

karma, budaya dan adat istiadat.

2.2.3 Langkah-Langkah Pendidikan Karakter

1). Pendidikan karakter dapat di integrasikan dalam pembelajaran pada

setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau

nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

2). Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini di selenggarakan merupakan

salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu

akademik peserta didik. kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan

diluar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan khusus di

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

15

selenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan

kewenangan disekolah.

3). Pendidikan karakter terkait dengan manajemen penyelenggara

pendidikan karakter. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan

karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan

pendidikan secara memadai.

4). Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan

nilai kognitif, penghayatan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara efektif,

dan akhirnya k pengamalan nilai secara nyata

(literaturecenter,http://luqlitcenter.blogspot.com/2012/06/implementasi-

pendidikan-karakter.html,diaksespada tanggal 20 April 2015).

2.2.4 Grand Design Pendidikan Karakter

Menurut Barnawi (2013: 48) karakter tidak terlepas dari bagaimana

pendidikan dan pola asuh orang tua dirumah. Karakter seseorang dibentuk dari

apa yang dipelajari di sekolah,keluarga, rumah dan masyarakat. Seseorang yang

berasal dari keluarga baik berpotensi rusak karakternya jika di lingkungan sekolah

kacau dan teman bergaulnya salah, begitu juga dengan kondisi yang lain yang

tidak saling bersinergi. Untuk itulah pembudayaan dan pemberdayaan menjadi hal

yang sangat penting untuk dilaksanakan secara bersama. Proses pembudayaan dan

pemberdayaan akan efektif jika dilakukan proses pembiasaan/habituasi.

Pembiasaan pada kebijakan yang diambil, hal itudisesuaikan dengan kondisi

lingkungan, dan tentu sumber daya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

16

Penanaman pendidikan karakter anak mengandung makna bahwa tidak

hanya anak yang dilibatkan, tetapi sekaligus para pendidik, kepala sekolah, dan

tenaga non kependidikan di sekolah serta orang tua harus terlibat. Hal itu penting

agar anak menemukan contoh yang kondusif dengan pendidikan karakter baik

yang sedang dibangun dalam kepribadiannya.

Adapun grand design pendidikan karakter digambarkan dalam bagan

dibawah ini. Strategi membangun karakter bangsa melalui pendidikan.

PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN

Gambar Grand Design

INTERVENSI

HABITUASI

Masy

araka

t

Keluar

ga

Satuan

Pendidikan

Agama, Pancasil,

UUD 1945, UU

No.20/2003 ttg

Sasdiknas

Nilai-nilai

Luhur

Teori

pendidikan,

psikologi,nil

ai,sosial,bud

aya

Pengalaman terbaik

(best practices)dan

praktik nyata

PERANGKAT PENDUKUNG

Kebijakan,Pedoman,Sumber

Daya,Lingkungan,Sarana,Prasarana,Kebersamaan,Kom

itmen pemangku,kepentingan

Prilak

u

berkar

akter

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

17

2.2.5 Tujuan Pendidikan Karakter

Berbicara mengenai pendidikan tidaklah lepas dari tujuan yang ingin

dicapai.

Menurut Zuchdi (dalam suyadi 2011 : vx ) gerakan nasional pendidikan

karakter diharapkan mampu menjadi solusi atas rapuhnya karakter bangsa yang

terjadi selama ini. Pendidiak karakter bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa.Pendidikan karakter mampu menjadi sarana untuk mengwujudkan cita-cita

bangsa Indonesia, mengwujudkan nilai – nilai luhur yang terkandung dalam

pancasila, baik dalam pola pikir, maupun pola prilaku dalam kehidupan sehari –

hari. Pendiidkan karakter juga sebagai landasan dalam mengwujudkan visi

pembangunan yaitu mengwujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral,

beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah pancasila.

Menurut Wiyani (2012: 16) Pendidikan Karakter bertujuan untuk

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakater anak didik secara utuh, terpadu, dan

seimbang. Melalui pendidikan karakter ini sangat diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,

mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

18

yang terwujud dalam prilaku sehari-hari. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan

dalam lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain:

1). Mengembangkan potensi kalbu/nurani/ afektif peserta didik sebagai

manussia dan warg Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dankarakter

bangsa.

2). Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dengan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius.

3). Menanamkan jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa.

4). Mengembangkan kemampun peserta didik untuk menjadi manusia

yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

5). Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta dengan

kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan(dignity).

2.2.6 Manfaat Pendidikan Karakter

Banyak manfaat yang diperoleh dengan diterapkan pendidikan karakter,

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional merekomendasikan agar

setiap lembaga pendidikan melaksanakan dan menyisipkan dalam setiap kegiatan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

19

pembelajaran dengan pendidikan karakter. Melalui pendidikan karakter ini,

diharapkan dapat mengurangi beebagai persoalan negatif yang menimpa bangsa.

Manfaat pendidikan karakter diantaranya menjadikan manusia agar

kembali kefitrahnya, yaitu selalu menghiasi kehidupannya dengan nilai-nilai

kebijakan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan adanya pendidikan

karakter diharapkan mampu mengurangi degradasi moral yang dialami bangsa.

Tentu hal ini tidak mudah, membutuhkan perjuangan dan kerja keras dari semua

pihak.

2.2.7 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai yang disusun kemendiknas melalui bada peelitian dan

pengembangan pusat kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional 2010).

1. Religius yakni kekuatan darn kepatuhan dalam memahami dan

melaksanakanajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk

dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

(aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

2. Jujur yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara

pengetahuan perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,

mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan

orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3. Toleransi yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan penghargaan

terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

20

etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar

dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.

4. Disiplin yakni ebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala

bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5. Kerja Keras yakni prilaku yang menunjukan upaya secara sungguh-

sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan

berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-

baiknya.

6. Kreatif yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan inovasi dalam

berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan

cara-cara baru, bahkan hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

7. Mandiri yakni sikap dan prilaku yang tidak tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan, namun hal ini

bukan berarti tidak boleh kerjasama secara kalaboratif, melainkan tidak

boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

8. Demokratis yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan

dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu yakni cara berfikir, sikap, dan prilaku yang

mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala yang dilihat,

didengar, dan secara lebih mendalam.

10. Semangat Kebangsaan atau Nasionalisme yakni cara berfikir, sikap dan

prilaku yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas

kepentingan pribadi atau individu atau golongan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

21

11. Cinta Tanah Air yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa bangga,

setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya,

ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima

tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12. Menghargai Prestasi yakni sikap terbuka menghargai prestasi orang lai dan

mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi

yang lebih tinggi.

13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif yakni sikap dan tindakan

terbuka tterhadap orang lain melalui komunikasi yang satuan sehingga

tercipta kerja sama secara alaboratif dengan.

14. Cinta Damai yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan suasana damai,

aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau

masyarakat tertentu.

15. Gemar Membaca yakni kebiasaan dengan tanda paksaan untuk

menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi,

baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan

kebijakan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

menjaga dan melestarikan sekitar.

17. Peduli Social yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kepedulian

terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

22

18. Tanggung Jawab yakni sikap dan prilaku seseorang dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, social,

masyarakat, bangsa, Negara, maupun agama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan karakter

merupakan hasil pengembangan pendidikan karakter di Indonesia dan di anjurkan

untuk diterapkan di berbagai jenjang pendidikan. Mulai dari anak usia dini sampai

pada perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan supaya ke depan generasi muda

mempunyai karakter-karakter positif, dan pada akhirnya akan membawa

kemajuan bangsa dan Negara Indonesia menuju bangsa dan Negara yang

bermartabat, makmur, dan sejahtera.

2.2.8 Fungsi Dilaksanakan Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi (dalam Fadillah & Khorida 2013: 27), ada beberapa

fungsi dilaksanakan pendidikan karakter.

1). Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

Pada fungsi pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk dan

mengembangkan potensi peserta didik supaya berfikir baik, berhati baik,

dan berprilaku baik sesuai dengan falsafah Pancasila.

2). Fungsi perbaikan dan penguatan

Fungsi perbsaikan dan penguatan dimaksudkan bahwa pendidikan

karakter berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat peran keluarga,

satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

23

dan bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi warga negara dan

pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.

3). Fungsi penyaring

Fungsi yang terakhir pendidikan karakter ialah fungsi penyaring.

Maksudnya, pendidikan karakter tersebut dimaksud untuk menghargai

budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa orang lain yang tidak

sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Lebih lanjut, Zubaedi (2013:28), menjelaskan bahwa ketiga fungsi

tersebut dilakukan melalui (1) pengakuhan Pancasila sebagai falsafah dan

ideologi negara, (2) pengakuhan nilai dan norma konstitusi UDD 1945, (3)

pengutan komitmen kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (4)

pengutan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhinneka

Tunggal Ika, (5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk

keberlanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Indonesia dalam konsep global.

2.2.9 Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia

Berikut ini merupakan landasan-landasan dalam melaksanakan dan

mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.

1). Agama

Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya, pendidikan

karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

24

Pendidikan karakter tidak boleh bertentangan dengan agama. Landasan ini

sangat tepat bila diterapkan di Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan

negara yang mayoritas masyarakatnya beragama, yang mana mereka

mengakui bahwa kebajikan dan kebaikan bersumber dari agama. Dengan

demikian, agama merupakan landasan utama dalam mengembangkan

pendidikan karakter di Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan

anak usia dini.

2). Pancasila

Menurut Zubaidi, Achmad dan Kaelan (2007: 9) Pancasila yang

terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem

merupakan suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling

bekerjasama untuk satu tujuan tertentu secara keseluruhan merupakan satu

kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memilki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Suatu kesatuan bagian-bagian;

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;

3. Saling berhubungan, saling ketergantuan;

4. Semuanya dimaksudkan untuk saling capai satu tujuan bersama (tujuan

sistem);

5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (shore dan Voich, 1974:

22).

Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegaskan atas prinsip-prinsip

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila merupakan dasar negara

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

25

Indonesia yang menjadi acuan dalam melaksanakan setiap roda

pemerintahan. Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter, Pancasila

harus menjadi ruh setiap pelaksanaannya. Artinya, Pancasila yang

susunannya tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam mengatur kehidupan

politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Oleh

karenanya, konteks pendidikan karakter yang digunakan untuk

mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu

warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara.

3). Budaya

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

budaya. Di berbagai daerah dikota maupun diplosok negara indonesia ini,

pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Kebudayaan sangat

berpengaruhi terhadap tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Sedangkan melihat dari sisi

perwujudan budaya merupakan benda-benda yang diciptakan oleh

manusia itu sendiri sebagai mahkluk yang berbudaya, berupa perilaku dan

benda-benda yang bersifat nyata, seperti pola-pola prilaku, bahasa,

peralatan hidup, organisasi sosial, religius dan seni.

Maka dari itu pendidikan karakter harus berlandaskan pada

budaya. Dimana nilai budaya dijadikan sebagai dasar pemberian makna

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

26

terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar-anggota

masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia harus menjadi

sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa. Hal yang dimaksudkan

supaya pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa

Indonesia.

4). Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan pendidikan nasional secara keseluruan telah diatur

didalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa fungsi dan

tujuan pendidikan adalah mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang berdemokratis serta betanggung jawab.

2.3 Keberhasilan Pendidikan Karakter

2.3.1 Pengertian

Keberhasilan adalah akibat atau hasil spesifik, realisasi satu sasaran secara

progresif dan merupakan sebah cita-cita yang berharga. Keberhasilan merupaka

kesadaran yang meluas dan kebijaksanaan yang selalu bertumbuh.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

27

2.3.2 Keberhasilan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mampu membentuk anak Indonesia yang berkualitas

yaitu anak yang tumbuh berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya

sehingga memiliki kesiapan optimal didalam memasuki pendidikan dan

mengarungi kehidupan di masa dewasa (Wiyani, 2012: 17).

Pendidikan karakter dapat mengatasi problematika yang terjadi di

indonesia terutama masalah pendidikan dan karakter bangsa indonesia yang masih

belum baik, pendidikan karakter berhasil menjadi satu solusi atas rapuhnya

karakter bangsa yang terjadi selama ini. Pendidiak karakter bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

2.3.3 Sikap Jujur dan Demokratis

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2010 (dalam Suyadi 2012)

sikap jujur merupakan sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan, perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang

benar dan melakukan yang benar, sehingga menjadikan orang yang bersangkutan

sebagai pribadi yang dapat dipercaya, sedangkan demokratis yakni sikap dan cara

berpikir yang mencerminkan persamaan dan kewajiban secara adil dan merata

antara dirinya dengan orang lain.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

28

Sikap jujur merupan salah satu sifat manusi yang cukup sulit untuk

diterapkan. Sifat jujur yang benar-benar jujur biasanya hanya bisa diterapkan oleh

orang-orang yang sudah terlatih sejak kecil untuk menegakkan sifat jujur. Tanpa

kebiasaan jujur sejak kecil, sifat jujur tidak akan dapat ditegakkan dengan

sebenar-benarnya. Sifat jujur termasuk ke dalam salah satu sifat baik yang

dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki sifat jujur merupakan orang berbudi

mulia dan yang pasti merupakan orang beriman.

Dalam agama islam, jenis sifat jujur yang harus dimiliki oleh penganutnya,

yaitu:

1). Shidq Al- Qalbi yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada niat

seseorang manusia.

2). Shidq Al- Hadist yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada

perkataan yang diucapkan oleh manusia.

3). Shidq Al- Amal yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada

aktivitas dan perbuatan manusia.

4). Shidq Al- Wa’d yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada janji

yang diucapkan oleh manusia.

5). Shidq Al- Hall yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada

kenyataan yang terjadi dalam hidup manusia.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

29

Jujur adalah sifat penting bagi islam. Salah satu pilar Aqidah islam adalah

jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong, karena orang

bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam islam.

Demokratis adalah sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan

dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

2.3.4 Pengembangan

Pengembangan adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan

dengan dengan kematangan seseorang individu yang ditinju dari perubahan yang

bersifat progresif serta sistematis didalam diri manusia, serta pengembangan

pendidikan karakter kearah yang lebih baik salah satunya Sikap Jujur dan

Demokratis yang sudah mulai diterapkan disekolahsaat ini di Indonesia.

2.3.5 Pembelajaran

Undang – Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20.

Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

2.4 Pendidikan Kewarganegaraan

2.4.1 Pengertian

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Pendidikan Kewarganegaraan memilki paragdigma baru yaitu, pendidikan

kewarganegaraan berbasis pancasila atau berlandasan filsafat pancasila, serta

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

30

mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan makna pendidikan

pendahuluan bela negara.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan menteri

pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2.4.2 Pancasila

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi acuan dalam

melaksanakan setiap roda pemerintahan. Menurut Zubaidi, dan Kaelan (2007: 9)

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.

Sistem filsafat merupakan suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,

saling bekerjasama.

Menurut Kirom (2011: 104) Pancasila merupakan pandangan hidup

bangsa Indonesia, sekaligus prinsip-prinsip dasar negara. Pancasila sangat

berhubungan dengan nilai-nilai yang mendasari urusan kemasyarakatan. Pancasila

sebagai pandangan hidup, artinya Pancasila itu sendiri memiliki ilmu pengetahuan

yang sesungguhnya sangta bermanfaat bagi bangsa Indonesia sebagai petunjuk

(guidance) didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara filsafat, Pancasila

merupakan sistem nilai-nilai ideologis yang berderajat. Artinya di dalam pancasila

terkandung nilai luhur, nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis, dan nilai teknis

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

31

agar dapat menjadikan ideologi bangsa dan negara Indonesia lestari dan

berkembang.

Hubungan dengan pendidikan karakter, Pancasila harus menjadi ruh setiap

pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Susunan Pancasila yang merupakan isi

dari pembukaan UUD 1945 dan Pancasila mengatur pula kehidupan politik,

hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni. Oleh karenanya pendidikan

karakter menjadi awal untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki karakter

yang baik dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dala kehidupan sehari-hari.

2.4.3 Paradigma Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Paradigma Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan lebih mengarah

pada paradigma demokrasi, sekaligus untuk memperkecil kelemahan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan. Kelemahan yang dimaksud sebagaimana

dikemukaakn Winataputra (1999) bahwa materi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan menunjukan adanya kelemahan yang mendasar pada tingkatan

ISSN 0215 – 8250 paradigma, sehingga telah mengakibatkan ketidak jelasan, baik

dalam tatarankonseptual maupun tataran praksis. Kelemahan-kelemahan yaitu

kelemahan dalam konseptualisasi, penekanan yang sangat berlebihan pada proses

pendidikan moral, ketidak konsistenan penjabaran berbagai dimensi tujuan

pendidikan kewarganegaraan ke dalam kurikulum, dan keterisolasian proses

pembelajaran konteks disiplin keilmuan dan lingkungan sosial budaya.

Menurut Sanjaya (2006: 77-79) paradigma pendidikan Pancasila dan

kewarganegaraan terkait dengan 4 hal yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

32

yaitu peserta didik, dosen, materi dan manejemen pendidikan. Dalam pelaksanaan

pendidikan, terdapat dua kutub paradigma pendidikan yang paradoksal, yaitu

paradigma feodalistik dan paradigma humanistik. Paradigma feodalistik

mempunyai asumsi bahwa lembaga pendidikan merupakan tempat melatih dan

mempersiapkan peserta didik untuk di masa datang, oleh karena itu peserta didik

dijadikan objek semata dalam pembelajaran, sedangkan guru sebagai satu-satunya

sumber ilmu kebenaran dan informasi, berperilaku otoriter dan birokrasi.

Sedangkan paradigma humanistik mendasar pada asumsi bahwa peserta didik

adalah manusia yang mempunyai potensi karakteristik yang berbeda-beda. Karena

itu, dalam pandangan ini peserta didik ditempatkan sebagai subjek pembelajaran

dan guru sebagai fasilitator dan mitra dialog peserta didik. Pembelajaran bersifat

fleksibel, dinamis dan berdasarkan kebutuhan. Menurut Ditjen Dikti telah

mengindikasikan dalam pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan menggunakan

paradigma humanistik.

2.4.4 Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan

pendidikan kewarganegaraan dirumuskan dalam visi dan misi. Visi Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan pedoman dalam pengembangan dan

penyelenggaraan program pembelajaran karakter, guna menghantarkan warga

negara memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya, bahwa peserta

diidk adalah generasi penerus bangsa yang harus memiliki intlektual, religius,

berkemanusia dan cinta tanah air dan bangsanya, sedangkan misi pendidika

kewarganegaraan untuk memantapkan kepribadiannya secara konsisten mampu

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

33

mengwujudkan nilai-nilai pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam

menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

Menurut Djahari ( dalam Sulaeman, Jejang 2012 : 10 ) tujuan PPKn adalah

1). Mendukung keberhasilan Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

2). Membina moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari yaitu

perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang

mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas

kepentingan perorangan atau golongan sehingga perbedaan pemikiran melalui

musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan

keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) pada

dasarnya adalah bagaimana menjadikan warga negara yang baik mampu

mendukung bangsa dan negara, upaya mewarganegarakan individual atau orang-

orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

34

2.5 Kajian Empiris

2.5.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain.

Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu

No Peneliti Temuan Relevansi

1. Fitriatunnisa

(2015) yang

berjudul

“Implementa

si Pendidikan

Karakter

Implementasi pendidikan

karakter di MTsN 3 Mataram

dan SMPN 1 Labuapi ini

dilakukan secara terpadu

melalui tiga jalur yakni secara

terpadu melalui pembelajaran,

secara terpadu melalui

manajeman sekolah dan secara

terpadu melalui kegiatan

ekstrakulikuler. Di MTsN 3

Mataram dalam

pengimplemetasi pendidikan

karakter secara umum juga

dilakukan melalui tiga jalur,

yakni proses pembelajaran,

menajemen sekolah, dan

ektrakulikuler. Ketiga jalur

tersebut merupakan satu

komponen yang tidak dapat

dipisahkan dan mendukung

keberhasilan daripada

pendidikan karakter itu sendiri.

Terkait implementasi

pendidikan karakter ini lebih

menekankan pada peran guru

karena guru mudah dalam

menanamkan nilai-nilai

karakter dalam diri peserta

didik. Guru terlebih dahulu

menyiapkan perangkat

pembelajaran berupa silabus

dan rencana

Penelitian ini dianggap

relevan dengan

penelitian yang akan

dilakukan karena sama-

sama menerapkan nilai-

nilai karakter dengan

pembelajaran Pkn.

Perbedaan yang

mendasar antara

penelitian yang akan

dilakukan adalah

terletak pada judul dan

lokasi penelitian dengan

implementasi

pendidikan karakter di

MPsN 3 Mataram dan

SMPN Labuapi.

Sedangkan penelitian

yang akan dilakkukan

lebih menitikberatkan

pada pengembangan

pendidkan karakter

melalui sikap jujur dan

demokratis dengan

judul Implementasi

pendidikan karakter

pengembangan sikap

jujur dan demokratis

dalam pembelajaran

PPKndi SMPN 25

Malang.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/36873/3/jiptummpp-gdl-windahaspa-51635-3-babii.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA . Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian

35

pembelajaran(RPP) dan

mencantum nilai karakter

didalamnya sehingga dapat

mencapai tujuandalam

pembelajaran.

Sedangkan implementasi

pendidikan karakterdi SMPN 1

Labuapi yang mendasari

warganya untuk menjunjung

tinggi nilai toleransi adalah

semboyan ini nilai toleransi

muncul dan dijadikan dasar

dalam menanamkan nilai

toleransi di SMPN Labuapi .

2. Mei

Kusumaward

ani (2013)

“Implementa

si Nilai-Nilai

Pendidikan

Karakter di

Sekolah

/menengah

Kejuruan

(SMK)

Negeri 4

Yogyakarta

Implementasi nilai-nilai

pendidikan karakter di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 4 Yogyakarta lebih

menekan pada proses

implementasi nilai-nilai

pendidikan karakter dan

prilaku peserta didikyang

merupakan wujud dari

internalisasi dalam diri siswa

untuk dikmbangkan. Proses

pendidikan karakter dilakukan

melalui dua tahap:

1. Perencanaan proses

pendidikan karakter

direncanakan sesuai

pedoman yang dibuat

Kemendikbud adalah

sosialisasi terhadap

guru dan kurikulum,

pengembangan

kurikulum, dan cara

tata tertib dan peraturan

yang disepakati

bersama, sedangkan

2. Pelaksanaan

implementasi nilai-nilai

pendidikan karakter

dilakukan berbagai cara

yaitu pembiasaan, dan

budaya sekolah.

Penelitia ini dianggap

relevan dengan

penelitian yang akan

dilakukan karena sama-

sama menitikberatkan

pada

pengimplementasian

nilai-nilai pendidikan

karakter. Perbedaan

yang mendasar antar

penelitian yang akan

dilakukan adalah

terletak pada judul dan

lokasi penelitian dengan

“Implementasi nilai-

nilai Pendidikan

Karakter di Sekolah

Menengan Kajurusan

(SMK) Negeri 4

Yogyakarta”

sedamgkan penelitian

yang akan dilakukan

adalah “Implementasi

Pendidikan Karakter

Pengembangan Sikap

jujur dan Demokratis

dalam Pembelajaran

PPKn di SMP Negeri

25 Malang