bab ii kajian pustakaeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · bab ii kajian...

20
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Bagian pertama bab ini adalah landasan teori yang berisi semua teori pendukung yang digunakan penulis yang berhubungan dengan sosialisasi perpajakan, tarif pajak, sanksi pajak, dan kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Bagian kedua dalam bab ini adalah penelitian terdahulu yang berisikan hasil hasil penelitian mengenai topik serupa yang sudah diteliti oleh peneliti lain. Bagian ketiga adalah kerangka pemikiran mengenai penelitian dan ringkasnya akan dijelaskan dalam bentuk gambar dan diakhiri dengan hipotesis sehubungan dengan penelitian ini. A. Landasan Teoritis 1. Pengertian Pajak Pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Tulenan et al., 2017). Pajak Penghasilan Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghsilan, dalam Undang-undang PPh disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Upload: others

Post on 26-Jul-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian yang

akan penulis lakukan. Bagian pertama bab ini adalah landasan teori yang berisi semua teori

pendukung yang digunakan penulis yang berhubungan dengan sosialisasi perpajakan, tarif

pajak, sanksi pajak, dan kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Bagian kedua dalam bab ini adalah penelitian terdahulu yang berisikan hasil – hasil

penelitian mengenai topik serupa yang sudah diteliti oleh peneliti lain. Bagian ketiga adalah

kerangka pemikiran mengenai penelitian dan ringkasnya akan dijelaskan dalam bentuk gambar

dan diakhiri dengan hipotesis sehubungan dengan penelitian ini.

A. Landasan Teoritis

1. Pengertian Pajak

Pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang –undang, dengan tidak

mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Tulenan et al., 2017). Pajak Penghasilan

Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan

terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya

dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau

memperoleh penghsilan, dalam Undang-undang PPh disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak

dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak

atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila

kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

10

2. Fungsi Pajak

Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (2018:4), ada 2 (dua) fungsi pajak yaitu:

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

c. Jenis Pajak

Pengelompokan Jenis Pajak Menurut Resmi (2017:7) :

1.Menurut Golongan:

a) Pajak langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak

lain. Contoh : Pajak Penghasilan (Pph)

b) Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak Langsung terjadi

jika terdapat suatu kegiatan,peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan batang atau jasa.

Contoh: Pajak Penambahan Nilai (PPN). Penghasilan (PPh).

2.Menurut Sifat:

a) Pajak Subjektif, pajak yang pengenaanya memperhatikan keadaan pribadi pajak

atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subje knya.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b) Pajak Objektif, pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya, baik berupa

benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

11

kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak

(wajib pajak) dan tempat tinggal.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas barang mewah

(PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PPB).

3. Menurut Lembaga Pemungut :

a) Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh: PPh, PPN, dan PPnBM.

b) Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah tingkat

1 (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota), dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Pajak daerah

diatur oleh Undang-Undang nomor 28 tahun 2009.

Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,

Pajak Bahan Bakar Kendaraan.

d. Syarat Pemungutan Pajak

Beberapa syarat pemungutan pajak yang harus dipenuhi berdasarkan (Mardiasmo,

2018:4) yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yaitu mencapai keadilan, undang-undang

maupun pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-

undangan di antaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta

disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam

pelaksanaanya, yaitu dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk

mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding

kepada pengadilan pajak.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

12

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (Syarat Yuridis)

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara

maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih rendah dari hasil

pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi

oleh undang-undang perpajakan yang baru.

e. Asas Pemungutan Pajak

Beberapa asas pemungutan pajak berdasarkan (Mardiasmo, 2018:9) yaitu:

A. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang

bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam

maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

B. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

C. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

13

2. Kepatuhan Wajib Pajak

a. Pengertian Wajib Pajak

Berdasarkan UU NO 28 TAHUN 2007, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau

badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

b. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya, kewajiban

perpajakan meliputi mendaftarkan diri, menghitung dan membayar pajak

terutang, membayar tunggakan dan menyetorkan kembali surat pemberitahuan

(Prakoso et al., 2019). Kepatuhan Perpajakan dibagi menjadi dua (Prakoso et al.,

2019), yaitu :

a. Kepatuhan formal; suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan formal dalam

undang-undang perpajakan

b. Kepatuhan material; suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang

perpajakan. Kepatuhan material meliputi juga kepatuhan formal. Wajib

Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang

mengisi dengan jujur, lengkap dan benar surat pemberitahuan sesuai

ketentuan dan menyampaiakan ke KPP sebelum waktu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

14

c. Faktor Wajib Pajak Patuh

Kepatuhan perpajakan merupakan masalah yang penting di berbagai

negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Keinginan

untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan

pelalaian pajak adalah Wajib Pajak yang tidak patuh yang menyebabkan

penerimaan pajak negara menjadi berkurang. Terdapat beberapa faktor

yang menjadi pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak menurut Samrotun (2018)

yaitu :

(1) Adanya program atau kebijakan pemerintah antara lain kebijakan

sunset policy, tax amnesty, dan sanksi perpajakan

(2) Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak

(3) Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan dan

pelayanan pajak

d. Syarat Wajib Pajak Patuh

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007

tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam

Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, berikut

ini syarat-syarat agar bisa menjadi WP patuh:

1. Tepat waktu menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT

tahunan) dalam 2 tahun terakhir.

2. Penyampaian SPT Masa yang tidak terlambat lebih dari 3 tahun

masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut dalam 2

tahun terakhir.

3. SPT masa terlambat disampaikan tidak melebihi batas waktu

penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

15

4. Tidak memiliki tunggakan pajak memiliki tunggakan pajak bagi

semua jenis pajak: Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan

dengan STP yang diterbitkan untuk 2 masa pajak terakhir, Kecuali

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda

pembayaran pajaknya.

Tidak menerima hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

5. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapatan

wajar tanpa pengecualian atau dengan pengecualian sepanjang

pengecualian itu tidak mempengaruhi laba rugi fiskal

3. Sosialisasi Perpajakan

Pengertian sosialisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha

untuk mengubah milik perorangan menjadi milik umum (milik negara) dengan

upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh

masyarakat. Dan pengertian perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga pengertian

ini merujuk pada pernyataan Wardani dan Wati (2018) bahwa Sosialisasi

perpajakan suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai

perpajakan yang bertujuan agar seseorang ataupun kelompok paham tentang

perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkat . Berdasarkan

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-98/PJ/2011 dikatakan bahwa sosialisasi

perpajakan merupakan suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan

untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat

agar terdorong untuk paham, sadar, peduli, dan berkontribusi dalam melaksanakan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

16

kewajiban perpajakan. Sosialisasi diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk

memahami sehingga meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM.

Menurut Savitri dan Musfialdy (2016) sosialisasi oleh Direktorat Jenderal

Pajak, antara lain, dengan dilakukannya konseling, diskusi dengan wajib pajak dan

tokoh masyarakat, penyampaian informasi dari pejabat pajak, papan iklan dan

pembuatan situs web. Sedangkan menurut Herryanto dan Toly (2013) menyatakan

kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan dapat dilakukan dengan dua cara

sebagai berikut:

(1) Sosialisasi Langsung

Sosialisasi langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan dengan

berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau calon Wajib Pajak. Bentuk

sosialisasi langsung yang pernah diadakan antara lain Early Tax Education, Tax

Goes to School/Tax Goes To Campus, perlombaan perpajakan (Cerdas Cermat,

Debat, Pidato Perpajakan, Artikel), Tax Gathering, Kelas Pajak/Klinik Pajak,

Seminar/Diskusi/Ceramah, dan Workshop/Bimbingan teknis.

(2) Sosialisasi Tidak Langsung

Sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan kepada

masyarakat dengan tidak atau sedikit melakukan interaksi dengan peserta.

Contoh kegiatan tidak langsung antara lain sosialisasi melalui radio/televisi,

penyebaran buku/booklet/leaflet perpajakan. bentuk-bentuk sosialisasi tidak

langsung dapat dibedakan berdasarkan medianya. Dengan media elektronik

dapat berupa talkshow TV, Built-in Program, dan Talkshow radio. Sedangkan

media cetak (koran/majalah/tabloid/buku) dapat berupa suplemen, advertorial

(booklet/leaflet perpajakan), rubrik tanya jawab, penulisan artikel pajak, dan

penerbitan majalah/buku/alat peraga penyuluhan (termasuk komik pajak)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

17

4. Tarif Pajak

a. Pengertian

Menurut S. K. Rahayu (2017:186) Tarif pajak harus didasarkan atas pemahaman

bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, sehingga akan tercapai tarif pajak yang

proporsional atau sebanding, hal ini berkaitan dengan jumlah pajak yang dibayar

berhubungan dengan tarif pajak. Menurut Resmi (2019) untuk menghitung besarnya

pajak yang terutang dibutuhkan dua unsur, yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan

pajak.

b. Jenis Tarif Pajak

Tarif Pajak menurut (Mardiasmo, 2018:11-12) ada empat macam tarif yaitu:

1) Tarif Proporsional (sebanding), yaitu tarif berupa persentase yang tetap

terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak

yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2) Tarif Tetap, yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapa

pun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap

atau sama.

3) Tarif Progresif (meningkat), yaitu persentase tarif yang digunakan semakin

besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

4) Tarif Degresif (menurun), persentase tarif yang digunakan semakin kecil

bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

c. Tarif Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi

(1) Menurut Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 tentang

Ketentuan mengenai Pajak Penghasilan (PPh) menjelaskan tentang tarif pajak

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

18

yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi

dalam negeri sebagai berikut :

Table 2.1

Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

≥ Rp50.000.000,00 5%

≥ Rp50.000.000,00 – Rp250.000.000,00 15%

≥ Rp250.000.000,00 – Rp500.000.000,00 25%

> Rp500.000.000,00 30%

Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan menjadi

paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Diatur dalam (PP Nomor 23 Tahun 2018) bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

yang memiliki usaha dan menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran

bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 dalam satu Tahun Pajak harus membayar PPh

Final pasal 4 ayat (2) sebesar 0,5%. Sedangkan bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam

negeri yang memiliki usaha dan menerima atau memperoleh penghasilan dengan

peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 dalam satu Tahun Pajak akan dikenakan

tarif berlapis Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2008 Pasal 17.

(3) Menurut Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2008 Pasal 21 mengenai Wajib Pajak

orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki usaha melainkan menerima atau

memperoleh penghasilan yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan

akan dikenakan tarif berlapis Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2008 Pasal 17.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

19

5. Sanksi Perpajakan

a. Pengertian

Sanksi perpajakan menurut (Mardiasmo, 2018) adalah :

“Jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma

perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Dalam Undang – Undang perpajakan

dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.”

b. Sanksi Administrasi

Menurut (UU NO 28 2007)tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan :

(1) Bunga 2% per bulan

Tabel 2.2

Ketentuan Pengenaan Bunga 2% per bulan

No. Masalah Cara Membayar /

Menagih

1. Pembetulan sendiri SPT (SPT Tahunan atau

SPT Masa) tetapi belum diperiksa

SSP/STP

2. Dari penelitian rutin :

PPh Pasal 25 tidak/kurang dibayar

PPh Pasal 21, 22, 23, dan 26 serta PPn yang

terlambat dibayar

SKPKB, STP, SKPKBT tidak/kurang dibayar

atau terlambat dibayar

SPT salah tulis/salah hitung

SSP/STP

SSP/STP

SSP/STP

SSP/STP

3. Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar

(maksimum 24 bulan)

SSP/SPKB

4 Pajak diangsur/ditunda:SKPKB,SKKPP,STP SPP/STP

5. SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang

dibayar

SPP/STP

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

20

(2) Denda Administrasi

Tabel 2.3

Ketentuan Pengenaan Denda Administrasi

No. Masalah Cara Membayar/Menagih

1. Tidak atau terlambat memasukkan

atau menyampaikan SPT

STP ditambah Rp100.000,00 atau

Rp500.000,00 atau

Rp1.000.000,00

2. Pembetulan sendiri, SPT tahunan

atau SPT masa tetapi belum disidik

SSP ditambah 150%

3. Khusus PPn :

a. Tidak melaporkan usaha

b. Tidak membuat/mengisi faktur

c. Melanggar larangan membuat faktur

(PKP yang tidak dikukuhkan)

SSP/SPKPB (ditambah 2% denda

dari dasar pengenaan)

4. Khusus PBB:

a. STP, SKPKB tidak/kurang dibayar

atau terlambat dibayar

b. Dilakukan pemeriksaan, pajak

kurang dibayar

STP+denda 2% (maksimum 24

bulan).

SKPKB+denda administrasi dari

selisih pajak yang terutang.

(3) Kenaikan 50% dan 100%

Tabel 2.4

Ketentuan Pengenaan Kenaikan 50% dan 100%

No. Masalah Cara Menagih

1. Dikeluarkan SKPKB dengan perhitungan

secara jabatan :

a. Tidak memasukkan SPT :

1) SPT tahunan (PPh 29)

2) SPT tahunan (PPh 21, 23, 26 dan PPn)

b. Tidak menyelenggarakan pembukuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

KUP

c. Tidak memperlihatkan buku/dokumen,

tidak memberi keterangan, tidak memberi

bantuan guna kelancaran pemeriksaan,

sebagaiman dimaksud dalam pasal 29

d. Pengajuan keberatan ditolak/ditambah

e. Pengajuan banding ditolak/ditambah

SKPKB ditambah kenaikan

50%

SKPKB ditambah kenaikan

100%

SKPKB

50% PPh pasal 29

100% PPh pasal 21,23,26 dan

PPn

SKPKB

50% PPh pasal 29

100% PPh pasal 21,23,26 dan

PPn

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

21

SKPKB ditambah kenaikan

50%

SKPKB ditambah kenaikan

100%

2. Dikeluarkan SKPKBT karena ditemukan

data baru, data semula yang belum

terungkap setelah dikeluarkan SKPKB

SKPKBT 100%

3. Khusus PPn :

Dikeluarkan SKPKB karena pemeriksaan,

dimana PKP tidak seharusnya

mengompensasi selisih lebih, menghitung

tarif 0% diberi restitusi pajak

SKPKB100%

c. Sanksi Pidana

Menurut Mardiasmo (2018) dalam Undang – Undang perpajakan terdapat 3 macam

sanksi pidana, yaitu :

(1) Denda Pidana

Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran

maupun bersifat kejahatan. Denda pidana diancamkan pada Wajib Pajak,

penjabat, dan pihak ketiga yang melanggar norma.

(2) Pidana Kurungan

Pidana kurungan diancamkan pada si pelanggar norma, ketentuannya sama

dengan yang diancamkan dengan denda pidana, hanya ketentuanmengenai

denda pidana diganti dengan pidana kurungan.

(3) Pidana Penjara

Pidana penjara merupakan perampasan kemerdekaan dan diancamkan terhadap

kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada pihak

ketiga, tetapi kepada penjabat dan kepada Wajib Pajak.

Ketentuan mengenai sanksi pidana diatur/ditetapkan dalam UU Nomor 28

Tahun 2007 dan UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

22

Tabel 2.5

Ketentuan Pengenaan Sanksi Pidana

Yang dikenakan

Sanksi Pidana

Norma Sanksi Pidana

Setiap Orang 1. Kealpaan tidak menyampai-

kan SPT atau menyampaikan

SPT tetapi tidak benar

/lengkap atau melampirkan

keterangan yang tidak benar.

2. Sengaja tidak menyampaikan

SPT, tidak meminjamkan

pembukuan, catatan atau

dokumen lain, dan hal-hal lain

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 KUP.

Melakukan percobaan untuk

melakukan tindak pidana

menyalahgunakan atau meng-

gunakan tanpa hak NPWP

atau Pengukuhan PKP

sebagaimana atau menyam-

paikan Surat Pemberitahuan

dan atau keterangan yang

isinya tidak benar atau tidak

lengkap, dalam rangka meng-

ajukan permohonan restitusi

atau melakukan kompensasi

pajak atau pengkreditan pajak

3. Sengaja tidak menyampaikan

SPOP atau menyampaikan

SPOP, tetapi isinya tidak

benar sebagaimana di-

maksudkan dalam pasal 24

UU PBB.

4. Dengan sengaja tidak

menyampaikan SPOP, mem-

perlihatkan atau mem-

injamkan surat/dokumen

palsu, dan hal-hal lain

sebagaimana diatur dalam

Pasal 25 (1) UU PBB.

Didenda paling sedikit 1 kali

jumlah pajak terutang yang

tidak atau kurang bayar dan

paling banyak 2 kali jumlah

pajak terutang yang tidak atau

kurang dibayar, atau dipidana

kurungan paling singkat 3 bulan

atau paling lama 1 tahun.

Pidana penjara paling singkat 6

bulan dan paling lama 6 tahun

dan denda paling sedikit 2 kali

jumlah pajak terutang yang

tidak atau kurang dibayar dan

paling banyak 4 kali jumlah

pajak terutang yang tidak atau

kurang dibayar.

Pidana tersebut ditambahkan 1

kali menjadi 2 kali sanksi

pidana apabila seseorang

melakukan lagi tindak pidana di

bidang perpajakan sebelum

lewat 1 tahun, terhitung sejak

selesainya menjalani pidana

penjara yang dijatuhkan

Pidana penjara paling singkat 6

bulan dan paling lama 2 tahun

dan denda paling sedikit 2 kali

jumlah restitusi yang

dimohonkan dan atau

kompensasi atau pengkreditan

yang dilakukan dan paling

banyak 4 kali jumlah restitusi

yang dimohonkan dan atau

kompensasi atau pengkreditan

yang dilakukan.

Pidana kurungan selama-

lamanya 6 bulan dan atau

setingi-tingginya 2 kali jumlah

pajak terutang

Pidana penjara selama-lamanya

2 tahun dan atau denda setingi-

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

23

tingginya 5 kali jumlah pajak

yang terutang.

a. Sanksi (a) dilipatduakan jika

sebelum lewat 1 tahun terhitung

sejak selesainya menjalani

sebagian/seluruh pidana yang

dijatuhkan melakukan tindak

pidana lagi .

Pejabat Kealpaan tidak memenuhi

kewajiban merahasiakan hal

sebagaimana dimaksud dalam

pasal 34 KUP. (tindak

pelanggaran)

Sengaja tidak memenuhi

kewajiban merahasiakan hal

sebagaimana dimaksudkan

dalam pasal 34 UU KUP

(tindak kejahatan)

Pidana kurungan selama-

lamanya 1 tahun dan atau denda

setinggi-tingginya

Rp25.000.000,00 (dua puluh

lima juta rupiah)

Pidana penjara selama-lamanya

2 tahun dan atau denda setinggi-

tingginya Rp50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah)

Pihak Ketiga Sengaja tidak memperlihatkan

atau tidak meminjamkan surat

atau dokumen lainnya dan

atau tidak menyampaikan

keterangan yang diperlukan

sebagaimana dimaksud dalam

pasal 25 (1) huruf d dan e UU

PBB.

Pidana kurungan selama-

lamanya 1 tahun dan atau denda

setingi-tingginya

Rp2.000.000,00 (dua juta

rupiah)

B. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian tentang pengaruh sosialisasi perpajakan, tarif pajak dan sanksi pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi telah dilakukan terlebih dahulu oleh beberapa

peneliti, dibawah ini merupakan ringkasan dari penelitian terdahulu.

No Nama

Peneliti

Judul Peneliti Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Winerungan

(2018)

Sosialisasi Perpajakan,

Pelayanan Fiskus dan

Sanksi Perpajakan,

terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Orang

Pribadi di KPP

Manado dan KPP

Bitung.

X1: Sosialisasi

Perpajakan

X2: Pelayanan

Fiskus

X3: Sanksi

Perpajakan

Sosialisasi perpajakan,

Pelayanan Fiskus dan

Sanksi Perpajakan tidak

berpengaruh terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi di KPP

Pratama Manado dan

KPP Pratama Bitung

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

24

Y: Kepatuhan

Wajib Pajak

Orang Pribadi di

KPP Manado dan

KPP Bitung

2 Suhendri

(2015)

Pengaruh

Pengetahuan, tarif

pajak, dan sanksi pajak

terhadap kepatuhan

wajib pajak orang

pribadi yang

melakukan kegiatan

usaha dan pekerjaan

bebas di kota padang

X1: Pengetahuan

Perpajakan

X2: Tarif pajak

X3: sanksi pajak

Y: Kepatuhan

Wajib Pajak

Pengetahuan Perpajakan,

tarif pajak, dan sanksi

pajak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

3. Anwar

(2016)

Pengaruh Sosialisasi

perpajakan terhadap

kepatuhan perpajakan

wajibn pajak usaha

mikro kecil dan

menengah di Surakarta

dengan pengetahuan

perpajakan sebagai

variable pemediasi

X1: Sosialisasi

Perpajakan

X2: Pengetahuan

Perpajakan

Y: Kepatuhan

Wajib Pajak

Sosialisasi perpajakan,

Pengetahuan perpajakan

berpengaruh terhadap

Kesadaran Wajib Pajak,

Sosialisasi perpajakan,

Pengetahuan perpajakan,

Kualitas pelayanan dan

Kesadaran Wajib Pajak

berpengaruh terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak,

Kesadaran Wajib Pajak

tidak bisa dijadikan

variabel intervening

Sosialisasi perpajakan,

Pengetahuan perpajakan

dan Kualitas pelayanan

terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak.

4. Gusrefika

(2018)

Pengaruh Kesadaran

Wajib Pajak, Sanksi

Pajak, Motivasi

Membayar Pajak Dan

Tingkat Pendidikan

Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak (Studi

Kasus Pada Wajib

Pajak Orang Pribadi

Umkm Di Kpp

Pratama Tampan

Pekanbaru)

X1: Kesadaran

Wajib Pajak

X2: Sanksi Pajak

X3: Motivasi

Membayar Pajak

X4: Tingkat

Pendidikan Wajib

Pajak

Y: Kepatuhan

Wajib Pajak

Kesadaran Wajib Pajak,

Sanksi Pajak, Motivasi

Membayar Pajak

berpengaruh terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

sedangkan Tingkat

Pendidikan tidak

berpengaruh terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak.

5. Siahaan dan

Halimatusy

Pengaruh Kesadaran

Perpajakan, Sosialisasi

Perpajakan, Pelayanan

X1: Kesadaran

Perpajakan

Kesadaran perpajakan

dan Sanksi Perpjakan

berpengaruh positif

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

25

adiah

(2018)

Fiskus, dan Sanksi

Perpajakan terhadap

Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi

X2: Sosialisasi

Perpajakan

X3: Pelayanan

Fiskus

X4: Sanksi

Perpajakan

Y: Kepatuhan

Wajib Pajak

Orang Pribadi

terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Orang

Pribadi, Sosialisasi

perpajakan dan Pelayanan

Fiskus tidak berpengaruh

terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Orang

Pribadi.

6. Cahyani,

(2019)

Pengaruh Tarif Pajak,

Pemahaman

Perpajakan, dan

Sanksi Perpajakan

Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak.

X1: Tarif Pajak

X2: Pemahaman

Perpajakan

X3: Sanksi

Perpajakan

Y: Kepatuhan

Wajib Pajak

Tarif Pajak, Pemahaman

Perpajakan Dan Sanksi

Perpajakan berpengaruh

positif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

baik secara simultan

maupun parsial.

7. Muhamad,

(2019)

Pengaruh Sosialisasi

Perpajakan, Tarif

Pajak, Sanksi

Perpajakan, Dan

Kesadaran Perpajakan

Terhadap Kepatuhan

Pelaporan SPT

Tahunan Wajib Pajak

Orang Pribadi

Pengaruh

Sosialisasi

Perpajakan, Tarif

Pajak, Sanksi

Perpajakan, Dan

Kesadaran

Perpajakan

Terhadap

Kepatuhan

Pelaporan SPT

Tahunan Wajib

Pajak Orang

Pribadi

Sosialisasi perpajakan,

Tarif Pajak, dan

Kesadaran Wajib Pajak

berpengaruh positif,

sedangkan sanksi

perpajakan berpengaruh

negatif terhadap

kepatuhan Wajib Pajak

8. Siamena,

(2017)

Pengaruh sanksi

perpajakan dan

kesadaran wajib pajak

terhadap kepatuhan

wajib pajak orang

pribadi di manado

X1:sanksi

perpajakan

X2: kesadaran

wajib pajak

Y: Kepatuhan

Wajib Pajak

Sanksi Pajak dan

Kesadaran Wajib Pajak

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

C. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Sosialisai Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di

Kelapa Gading

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

26

Sosialisasi merupakan hal yang penting dalam upaya peningkatan kesadaran

dan kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Menurut Winerungan (2013), sosialisasi yang

diberikan kepada masyarakat dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada

masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Dengan sosialisasi perpajakan, wajib

pajak mendapatkan informasi lebih jelas dan terperinci, sehingga pada akhirnya tingkat

kepatuhan untuk membayar pajak meningkat.

Oleh sebab itu, sosialisasi perpajakan dapat berpengaruh untuk menambah

jumlah wajib pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak yang secara

otomatis menyebabkan tingkat kepatuhan wajib pajak akan semakin bertambah.

Sehingga, semakin meningkat kegiatan sosialisasi yang dilakukan pemerintah (DJP)

maka semakin meningkat pula kepatuhan Wajib Pajak dalam hal melaksanakan

kewajiban perpajakannya.

Penelitian terkait dilakukan oleh Wulandari (2015), Anwar dan Syafiqurrahman

(2016), (Wardani dan Wati, 2018) dan Sari dan Saryadi (2019) yang menyatakan bahwa

sosialisasi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib

Pajak UMKM.

2. Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Resmi (2017) , Tarif Pajak merupakan presentase tertentu yang

digunakan untuk menghitung besarnya PPh.Tarif pajak merupakan presentase yang

digunakan untuk menghitung pajak yang terutang yang wajib dibayar oleh Wajib Pajak

kepada negara. Perlu diterapkan tarif yang sesuai dengan proporsinya, adil serta tidak

memberatkan Wajib Pajak akan mendorong kepatuhan Wajib Pajak. Beberapa

penelitian terkait variabel tarif pajak, menurut penelitian Muhamad et al., (2019) tarif

pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

27

Jayapura. Kemudian, hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyani dan Noviari (2019)

Tarif pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama

Singaraja. Sehingga tarif semakin adil maka kepatuhan wajib pajak semakin

meningkat.

3. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sanksi pajak diterapkan oleh pemerintah bertujuan untuk mendorong Wajib

Pajak untuk patuh terhadap pajak, dan menimbulkan efek jera terhadap Wajib Pajak

yang tidak patuh. Ketetapan yang diberikan oleh pemerintah kepada Wajib Pajak harus

jelas dan tegas yang bertujuan untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Sanksi

Pajak mempunyai peran yang penting agar masyarakat tidak meremehkan pajak,

menyadarkan masyarakat bahwa pajak adalah salah satu unsur penting dalam

penerimaan negara yang pada akhirnya berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan penelitian oleh Siamena et al., (2017), sanksi perpajakan berpengaruh

secara bersama-sama secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak di Manado.

Sedangkan penelitian Siahaan dan Halimatusyadiah, (2018) hasilnya menunjukkan

bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP

Pratama Kota Bengkulu. Sedangkan menurut

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.kwikkiangie.ac.id/2042/3/bab 2.pdf · 2021. 5. 31. · BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisikan tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian

28

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

+

+

+

D. HIPOTESIS

Dari kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengambil kesimpulan sementara

dengan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Sosialisasi Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM.

H2 : Tarif Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

H3 : Sanksi Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

SOSIALISASI

PERPAJAKAN (X1)

KEPATUHAN

WAJIB PAJAK (Y) TARIF PAJAK (X2)

SANKSI PAJAK

(X3)