bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/35523/3/jiptummpp-gdl-reniindria-48313-3-babii.pdf · dalam...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang konsep maupun teori-teori
yang menjadi landasan teori dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Media
Big Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Bahasa Inggris Kelas III
SDN Kalirejo 03 Lawang”
2.1 Pengertian Pembelajaran
Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para ahli.
Salah satunya yaitu Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna menarik
dan member informasi kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang
oleh guru dapat membantu siswa dalam menghadapi tujuan. Definisi
pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005: 57) adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
Dari beberapa definisi pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik
dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
10
Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua unsur dalam pembelajaran
yang meliputi pendidik, peserta didik, dan juga lingkungan belajar.
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran Bahasa Inggris bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan
di Indonesia. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Bahasa Inggris secara resmi bisa
diajarkan di sekolah dasar sejak tahun ajaran 1994 sebagai mata pelajaran muatan
lokal. Walaupun dalam kenyataannya ada sekolah dasar yang sudah
memprogramkan pelajaran Bahasa Inggris bagi siswanya sebelum tahun tersebut,
terutama sekolah-sekolah swasta yang mampu menyediakan pengajaran dan
bahan ajarnya (Suyanto, 2010: 1)
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris kematangan siswa di kelas tidak
hanya ditentukan oleh usia atau jenjang kelas mereka saja, tetapi juga oleh banyak
faktor lain, seperti lingkungan (perkotaan atau pedesaan), budaya setempat, minat,
dan pengaruh orang tua. Yang perlu diingat sebagai salah satu tujuan penting
dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar adalah menumbuhkan minat
anak dalam belajar Bahasa Inggris. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut kita
perlu memahami karakteristik anak sehingga bisa memilih metode dan bahan
pembelajaran yang tepat bagi mereka (Suyanto, 2010: 15)
Jadi pembelajaran Bahasa Inggris adalah usaha sadar yang dilakukan guru
untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar bahasa Inggris, serta pemahaman
karakteristik siswa sehingga guru dapat memilih metode dan bahan pembelajaran
yang tepat bagi siswa.
11
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006,
yaitu tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKLSP)
dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan. Untuk matapelajaran
bahasa Inggris, ruang lingkup yang dipelajari yaitu sebagai berikut (Haryati,
2009:285) :
1. Mendengarkan
Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang disampaikan
secara lisan dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar
2. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan informasi dalam
konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.
3. Membaca
Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi, informasi, teks
fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana yang
disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan
sekitar.
4. Menulis
Menulis kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan
ejaan dan tanda baca yang tepat.
12
2.1.2 Materi Pembelajaran Bahasa Inggris
Materi pembelajaran adalah apa saja yang digunakan guru untuk diberikan
kepada siswa agar dapat mencapai kompetensi atau kemampuan tertentu, seperti
yang telah direncanakan sebelumnya (Suyanto, 2002: 23). Materi pembelajaran
Bahasa Inggris SD yang akan dikembangkan tergantung pada tujuan kegiatan dan
jenis keterampilan berbahasa yang akan diajarkan. Keempat keterampilan
berbahasa (listening, speaking, reading,dan writting) dan tiga komponen bahasa
(structure,vocabulary, dan pronounciation) menentukan bentuk materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
Berikut ini adalah materi pembelajaran Bahasa Inggris kelas 3 yang
dikembangkan melalui SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar)
berdasarkan Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006.
Tabel 2.1 SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) Bahasa Inggris
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)
Mendengarkan
1. Kemampuan memahami wacana
lisan yang berbentuk dialog atau
monolog pendek yang sederhana.
1.1 Memahami kata-kata dan kalimat
sederhana yang berhubungan dengan
tema.
1.2 Menirukan kata-kata atau kalimat
sederhana sesuai dengan tema.
Berbicara
2. Kemampuan menghafal dialog atau
monolog pendek dan sederhana
2.1 Menghafalkan dialog atau monolog
pendek.
2.2 Melakukan percakapan pendek
sederhana sesuai dengan tema.
Membaca
3. Kemampuan memahami makna
tertulis yang berbentuk dialog atau
monolog pendek dan sederhana.
3.1 Membaca teks sederhana dengan
lafal dan intonasi yang benar sesuai
dengan tema.
Menulis
4. Kemampuan mengungkapkan
gagasan secara tertulis dengan ejaan
yang benar pada tingkat kata, frasa,
dan kalimat sederhana.
4.1 Membuat dan melengkapi kalimat
atau huruf sederhana dengan benar.
(Sumber : Silabus Bahasa Inggris kelas 3 SDN Kalirejo 03 Lawang, 2016/2017)
13
Pelaksanaan penggunaan media Big Book dalam pembelajaran Bahasa
Inggris sebagai berikut:
A. Standar Kompetensi
3. Kemampuan memahami makna tertulis yang berbentuk dialog atau
monolog pendek dan sederhana.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Membaca teks sederhana dengan lafal dan intonasi yang benar sesuai
dengan tema.
C. Indikator
1. Membaca teks pendek sangat sederhana dengan lafal dan intonasi yang
benar.
2. Mengeja kosa kata dalam teks dengan benar.
3. Memahami kosa kata dalam teks sesuai dengan tema.
D. Materi Pembelajaran
Number ( angka )
a. Kegiatan Awal (10’)
1) Guru memberikan salam dan do’a.
2) Guru mengecek daftar hadir siswa.
3) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan materi number (angka) sekaligus mengarahkan
dan memfokuskan siswa pada materi.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
14
b. Kegiatan Inti (55’):
1) Guru mengatur tempat duduk siswa sebelum kegiatan membaca
menggunakan media Big Book dimulai, agar mereka lebih mudah
mengikuti kalimat yang diucapkan oleh guru.
2) Pada saat membaca dengan media Big Book guru menggunakan sebuah
alat penunjuk (stick) untuk menunujuk kalimat pada saat membaca.
3) Guru memperkenalkan gambar pelaku dalam cerita yang ada pada Big
Book seperti menyebutkan nama pelaku.
4) Guru membuka halaman cerita satu persatu mulai halaman pertama,
kemudian guru mengajarkan cara mengeja huruf dari kata perkata dan
melafalkan kata, frasa, dan kalimat yang ada pada teks cerita Big Book.
5) Guru membacakan kata, frasa, dan kalimat yang ada pada teks media Big
Book dengan intonasi yang benar dan suara yang keras.
6) Siswa diminta secara bersama-sama membaca kata, frasa, dan kalimat
yang ada pada teks media Big Book dengan intonasi yang benar.
7) Siswa diminta maju satu persatu untuk membaca nyaring menggunakan
media Big Book dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang benar.
8) Guru memberikan penilaian membaca kepada siswa yang sudah maju.
c. Kegiatan Akhir (5’)
1) Guru memberikan refleksi dan penguatan tentang pelaksanaan tes
menggunakan media Big Book.
2) Guru menutup pelajaran dengan salam dan do’a.
15
2.2 Desain Media Big Book
Big Book atau buku besar adalah buku bacaan yang memiliki ukuran,
tulisan, dan gambar yang besar. Ukuran Big Book beragam mulai dari ukuran A3,
A4, A5 atau dengan ukuran yang lebih besar lagi. Ukuran Big Book harus
mempertimbangkan segi keterbacaan seluruh peserta didik di kelas.
Big Book dapat dibuat sendiri oleh guru. Berikut adalah langkah-langkah
membuat Big Book:
1. Siapkan kertas minimal berukuran A3 sebanyak 8-10 halaman atau 10-15
halaman, spidol warna, lem dan kertas HVS.
2. Tentukan topik cerita.
3. Kembangkan topik cerita menjadi cerita utuh dalam kalimat-kalimat singkat.
4. Tentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman.
5. Buatlah desain cerita dan gambar/ilustrasi.
6. Tuliskan kalimat singkat di atas kertas HVS.
7. Tempelkan setiap kalimat tersebut di halaman yang sesuai dengan
gambar/ilustrasi.
8. Ide cerita Big Book dapat diambil dari kejadian-kejadian yang terjadi sehari-
hari di kehidupan peserta didik. Ide yang lain juga bisa diambil dari informasi
penting yang berisi pengetahuan, prosedur, atau jenis teks lainnya yang sesuai
dengan tema di setiap kelas yang sesuai dengan kurikulum yang
dikembangkan.
16
2.3 Hasil Belajar Membaca Bahasa Inggris
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 22). Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses seseorang memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Bloom (1976) dalam Haryati (2009: 22) ranah psikomotor
berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan
manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah kognitif berhubungan
erat dengan kemampuan berpikir, termasuk didalamnya kemam[uan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak prilaku seperti sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
Hasil belajar membaca Bahasa Inggris diperoleh dari tes membaca yang
diukur dari ranah kognitif dan ranah psikomotor.
1. Ranah Kognitif
Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980) (dalam Haryati, 2009: 22)
kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hirarkis yang terdiri
dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan
kemampuan kognitif membaca menurut Nurgiyanto (2009: 226) adalah
aktivitas kognitif untuk memahami bacaan secara tepat dan kritis, atau berupa
kemampuan membaca. Hasil belajar membaca Bahasa Inggris yang bersifat
ranah kognitif dapat diukur melalui Performance Assessment yaitu tes
membaca secara individu. Performance Assessment merupakan hasil belajar
17
bentuk non tes, siswa diharapkan dapat menunjukkan keterampilan
berbahasanya dari sajian atau kinerjanya, misalnya membaca cerita, dan
menceritakan kembali secara lisan teks yang telah dibacakan guru (Kasihani,
2010: 143). Guru dapat melakukan observasi, merekam, atau mencatat serta
memberikan penilaian terhadap apa yang ditunjukkan siswa secara lisan. Pada
kegiatan ini guru mencatat hasil membaca siswa melalui lembar observasi
penilaian membaca yang meliputi pelafalan, intonasi, kelancaran, dan
kecepatan.
2. Ranah Psikomotor
Menurut Ryan (1980) dalam Haryati (2009: 26) penilaian hasil belajar
psikomotor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, pertama melalui pengamatan
langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar-mengajar
(praktek berlangsung). Kedua setelah proses belajar yaitu dengan cara
memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Ketiga beberapa waktu setelah proses belajar selesai dan kelak
dalam lingkungan kerjanya.
Menurut Nurgiyanto (2009: 227) penilaian membaca yang berkaitan
dengan ranah psikomotor dilakukan dengan mengamati aktivitas membaca
siswa. Hasil belajar membaca yang bersifat ranah psikomotor dinilai dengan
menggunakan lembar observasi psikomotor yang mengamati tentang aktivitas
membaca siswa selama kegiatan membaca menggunakan media big book
dengan memberikan tanda ceklist pada aspek yang diamati.
18
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
2.4.1 Faktor Internal
1. Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah dan capek, dalam keadaan sehat jasmani, semuanya akan
membantu proses dan hasil belajar. Demikian juga kondisi saraf pengontrol
kesadaran dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Munadi, 2008: 24-
25).
Disamping kondisi-kondisi di atas, merupakan hal yang penting juga
memperhatikan kondisi pancaindera. Bahkan dikatakan oleh Aminun Rasyad
dalam (Munadi, 2008: 26) pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu
pengetahuan (five sense are the golden gate or knowledge). Artinya, kondisi
pancaindera tersebut akan memberikan pengaruh proses dan hasil belajar.
Dengan memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh
pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan
menentukan jenis rangsangan atau stimulasi dalam proses belajar.
2. Faktor Psikologis
Menurut Munadi (2008: 26) ada beberapa faktor psikologis yaitu:
a. Intelgensi
C. P. Chaplin dalam (Munadi, 2008: 26) mengartikan intelgensi
sebagai: (1) Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep
abstrak secara efektif, (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan
belajar dengan cepat sekali.
19
b. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertimggi, jiwa mata-mata
tertuju kepada suatu obyek (Slameto dalam Munadi, 2008: 27). Untuk
dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan
pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa.
c. Minat dan bakat
Minat diartikan oleh Hilgrad dalam (Munadi, 2008: 27) sebagai
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan baru ini
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata melalui belajar dan
berlatih.
d. Motif dan motivasi
Menurut Aminuddin Rasyad dalam (Munadi, 2008: 28) setiap manusia
pada umumnya mempunyai dua motif atau dorongan, yaitu motif yang
sudah ada di dalam diri yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada
pengaruh dari luar, disebut intrinsic motive. Bila motif dalam diri ini baik
dan berfungsi pada setiap siswa, maka tingkah laku belajarnya
menampakkan diri dalam bentuk aktif dan kreatif.
Motif yang datang dari luar diri, disebut extrinsic motive. Atas dasar
motif inilah dianjurkan kepada para guru dapat menciptakan suasana
belajar yang kondusif.
e. Kognitif dan daya nalar
Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi,
mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu
20
kesan yang timbul dalam lingkungannya. Mengingat adalah suatu aktivitas
kognitif, dimana orang yang menyadari bahwa pengetahuannya berasal
dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui
pengalamannya di masa lampau (Munadi, 2008: 30).
Berfikir oleh Jalaludin Rakhmat dalam (Munadi, 2008: 30-31) dibagi
dua macam, yakni berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik
(realistic). Yang pertama (berpikir autistik) mungkin lebih tepat disebut
melamun, fantasi, menghayal, wishful thinking adalah contohnya. Berpikir
realistik, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka
menyesuaikan diri.
2.4.2 Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa
lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan
kepengatan udara. Lingkungan fisik baik yang berwujud manusia maupun hal-
hal yang lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Munadi,
2008: 31-32).
2. Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
21
tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini
dapat berupa kurikulum, sarana, fasilitas, dan guru (Munadi, 2008:32).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar membaca Bahasa
Inggris yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor
psikologis yang meliputi intelgensi, motivasi, dan perhatian. Sedangkan faktor
eksternal yaitu faktor instrumental yang meliputi sarana, fasilitas dan guru.
Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar membaca yang baik
diperlukan media pembelajaran yaitu media big book.
2.5 Media Pembelajaran
Menurut Martin dan Briggs dalam (Wena, 2011: 9) media pembelajaran
adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan
siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti computer, televise, proyektor,
dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut. Sedangkan
menurut Gene L. Wilkinson dalam (Muslich, 2009: 133) media adalah segala alat
dan bahan selain buku teks, yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi
dalam suatu situasi belajar mengajar.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian media di atas dapat
disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai
perantara atau saluran, atau jembatan, dalam kegiatan komunikasi, antara
komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) untuk
menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar (Muslich, 2009: 133).
22
2.5.1 Fungsi Media Pembelajaran
Media merupakan alat bantu yang diperlukan untuk pembelajaran bahasa
Inggris terutama untuk anak-anak. Menurut Gene L. Wilkinson dalam (Muslich,
2009: 133) media memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa
2. Memenuhi keperluan siswa pada kegiatan pembelajaran
3. Memudahkan pemahaman materi pembelajaran, dan
4. Menambah kegembiraan
Menurut Suyanto (2010: 101) beberapa fungsi dari yaitu:
1. Membantu menyederhanakan proses pembelajaran bahasa dan
menyempurnakannya.
2. Mengurangi bahasa ibu atau bahasa pertama.
3. Membangkitkan motivasi atau minat belajar siswa.
4. Menjelaskan konsep baru agar siswa dapat memahami tanpa kesulitan dan
salah pengertian.
5. Menyamakan persepsi, apalagi kalau konsep baru tersebut mempunyai arti
lebih dari satu.
6. Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris.
7. Membuat proses belajar lebih menarik dan interaktif.
2.5.2 Macam-Macam Media Pembelajaran
Menurut Suyanto (2010: 102) Secara umum, media dapat digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu: (1) visual media atau media pandang, (2) audio media
atau media dengar, dan (3) audio visual media atau media dengar dan pandang.
23
Media pandang adalah media yang dapat dipandang atau dilihat dan dapat
disentuh oleh siswa, misalnya gambar, foto, benda sesungguhnya, peta, miniature,
dan realita.
Media pandang yang paling banyak digunakan guru antara lain adalah
gambar, flash cards, dan benda nyata. Sedangkan media dengar (audio) untuk
keterampilan menyimak adalah media yang wacana atau isinya direkam dan dapat
didengarkan. Media dengar digunakan untuk menyimak dan memahami wacana
lisan, misalnya radio dan cassette recorder.
Media dengar dan pandang yang sekaligus merupakan media yang dapat
dilihat dan juga dapat didengarkan, misalnya TV dan film. Media ini banyak
digunakan untuk menayangkan cerita, peristiwa, atau keadaan di tempat lain.
Menurut Suyanto (2010: 104-110) berikut beberapa media sederhana yang
dapat dikembangkan atau digunakan oleh guru EYL untuk mengajar:
1. Circular Cards
Media ini untuk memperkenalkan kosa kata baru atau pola kalimat baru
atau untuk mementapkan pemahaman tentang bahan yang sudah diajarkan.
Selain itu, penggunaan kartu itu bisa mendorong siswa menggunakan bahasa
Inggris dalam berdialog atau kegiatan interaktif berpasangan atau berbicara
secara berkelompok.
Dalam satu set circular cards terdiri dari dua lembar kertas tebal berbentuk
lingkaran dan memiliki dua buah “telinga” yang fungsinya sebagai pegangan.
Lembar pertama dibagi menjadi 6 atau 8 bagian, yang setiap bagiannya bisa
dimanfaatkan untuk menampilkan gambar dengan atau tanpa kata. Lembar
kedua dipotong 1/6 atau 1/8 untuk melihat gambar.
24
2. Flip Cards
Media ini digunakan untuk menunjukkan benda singular dan plural, untuk
memperkenalkan konsep a few dan a lot of, untuk memperkenalkan numbers,
dan untuk menarik perhatian siswa dengan gambar yang menarik (pemantapan
kosa kata dan warna).
Media sederhana ini terbuat dari kertas tebal yang bentuknya bisa persegi
panjang dengan ukurannya yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Bila flip
cards digunakan untuk kegiatan seluruh kelas, ukurannya sekitar 60 x 30 cm
yang bila dilipat menjadi dua bagian menjadi 30 x 30 cm.
3. Flash Cards
Media ini biasanya digunakan untuk memperkenalkan kosa kata baru,
dilafalkan, kemudian dilatihkan dengan melihat sepintas. Latihan untuk
pengayaan kosa kata sangat dianjurkan dengan menggunakan flash cards agar
siswa dapat menambah kosa kata dan mengingat dengan mudah karena sambil
melihat gambarnya. Untuk menghindari salah persepsi gambar-gambar yang
ada di flash cards, sebaiknya flash cards dicoba atau ditunjukkan dahulu
kepada orang lain sebelum dipakai mengajar anak-anak.
Flash cards adalah kartu ukuran besar, biasanya menggunakan kertas yang
agak tebal, kaku, dan ukuran A4. Flash cards memperlihatkan gambar atau
tulisan kata-kata. Biasanya flash cards terdiri atas perangkat yang
dikelompokkan menurut jenis atau kelasnya, Misalnya kelompok gambar
makanan, buah-buahan, sayuran, alat rumah tangga, alat transportasi, dan
pakaian.
25
4. Realia
Merupakan alat bantu yang tepat untuk anak-anak belajar mendeskrisikan
suatu benda. Media ini merupakan media tiga dimensi yang dapat dibawa ke
kelas untuk alat bantu mengajar. Realita dapat berupa cangkir, kotak, mainan,
dan benda-benda dari plastic, misalnya buah-buahan, alat dapur, boneka, dan
mobil mainan.
5. Big Books
Media ini digunakan untuk memperkenalkan tata bahasa dan kosa kata
yang dapat dikemas dalam bentuk cerita. Pola-pola tertentu dalam cerita
sebaiknya diulang-ulang agar siswa menjadi biasa mendengarnya.
Big books merupakan media yang disenangi anak-anak dan dapat dibuat
sendiri oleh guru. Buku dengan ukuran besar ini biasanya untuk anak kelas
rendah. Di dalamnya ditulis wacana sederhana, singkat dengan huruf besar,
dan diberi atau ditempeli gambar-gambar berwarna. Siswa sambil membaca
atau mendengarkan cerita mereka juga melihat gambar-gambar yang dibuat
berwarna dengan ukuran cukup besar agar penggunaannya lebih komunikatif
dan mudah dilihat oleh siswa.
2.6 Media Big Book
Salah satu media yang bisa digunakan dalam proses belajar dan mengajar
membaca permulaan di kelas adalah Big Book. Big Book adalah salah satu media
dalam pembelajaran membaca dengan pendekatan shared reading atau membaca
bersama. Holdaway adalah orang pertama yang menciptakan Big Book sebagai
26
cara guru untuk menjadikan Big Book sebagai model yang bisa dilihat oleh peserta
didik.
Menurut Karges-Bone (2006), sebuah Big Book akan membuat
pembelajaran bahasa lebih efektif jika memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Cerita singkat (10-15 halaman)
2. Pola kalimat jelas
3. Gambar memiliki makna
4. Jenis dan ukuran huruf jelas terbaca
5. Jalan cerita mudah dipahami
6. Terdapat humor dalam ceritanya
Big book memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai media pembelajaran.
Kelebihan menggunakan media big book yaitu bisa digunakan sebagai media
cerita untuk melancarkan membaca siswa dalam mengenal huruf, kata, dan
kalimat. Big book berisikan gambar-gambar dan tema-tema yang disukai peserta
didik sehingga peserta didik akan lebih tertarik untuk membaca. Disamping itu
big book memiliki kelemahan yaitu dalam pembuatan media membutuhkan waktu
yang cukup lama karena pembuatan media hanya dilakukan secara manual.
Sebelum media dilakukan memerlukan persiapan dan perencanaan sebaik
mungkin agar perhatian peserta didik terpusat pada media yang digunakan.
2.6.1 Pengertian Media Big Book
Big book atau buku besar merupakan media pembelajaran yang digunakan
untuk memperkenalkan tata bahasa dan kosakata yang dikemas dalam bentuk
cerita (Suyanto, 2010: 104). Dalam penggunaan big book sebagai media
27
pembelajaran harus dibuat sesuai dengan tema-tema yang akan diajarkan pada
siswa.
Big book merupakan buku berukuran besar mulai dari ukuran A3, A4, A5
atau dengan ukuran yang lebih besar lagi. Di dalamnya terdapat wacana sederhana
dengan ukuran huruf besar dan terdapat gambar-gambar yang penuh dengan
warna. Biasanya big book digunakan untuk siswa kelas rendah. Peserta didik
sambil membaca atau mendengarkan cerita, juga dapat melihat gambar-gambar
yang dibuat berwarna dengan ukuran cukup besar agar penggunaannya lebih
komunikatif dan mudah dilihat oleh anak (Suyanto, 2010: 104).
2.6.2 Penggunaan Media Big Book Pada Pembelajaran Membaca
Untuk menarik partisipasi siswa dalam kegiatan membaca, dapat
digunakan suatu media pembelajaran yaitu big book. Dalam kegiatan ini, guru
bercerita dengan bantuan buku besar atau big book yang dipegang atau diletakkan
di atas meja, kursi, atau sebuah alat penyangga khusus. Pada saat membaca, guru
menggunakan sebuah alat penunujuk (stick) untuk menunujuk kalimat yang
sedang dibaca. Guru membaca sebagian, diulangi lagi, dan bertanya pada siswa
untuk mengetahui apakah paham atau dapat mengikuti alur cerita (Suyanto, 2010:
128).
Agar siswa dapat mengikuti kalimat yang dibaca oleh guru, maka terlebih
dahulu tempat duduk siswa diatur dengan baik. Kemudian guru membacakan
cerita dengan tidak terlalu cepat dan apabila perlu berhenti sebentar, baru
dilanjutkan kembali. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang isi atau alur cerita (Suyanto, 2010: 128).
28
Menurut Suyanto (2010: 129) dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris
untuk siswa sekolah dasar, kegiatan membacakan cerita merupakan kegiatan
dimana siswa menyimak bahasa lisan dengan pelafalan dan intonasi yang jelas
dan benar. Selain dibaca oleh guru, big book juga dapat dibaca oleh siswa bila
mereka menginginkannya. Biasanya cerita dalam big book mengenai binatang
dengan kegiatan sehari-harinya.
Kegiatan membaca cerita tidak memerlukan alat bantu seperti puppet
sebab biasanya big book sendiri sudah penuh gambar dan merupakan alat bantu
yang benar-benar tepat untuk kegiatan semacam ini. Selain tulisan dengan huruf
besar, buku didominasi dengan gambar yang besar dan berwarna. Siswa dapat
membaca bersama-sama atau per kelompok menirukan guru, bahkan bisa juga
untuk kegiatan membaca individual sesuai dengan minat siswa (Suyanto, 2010:
129).
Menurut Suyanto (2010: 129) pada saat membaca teks, guru melafalkan
dengan suara yang cukup keras agar seluruh siswa mendengar dengan baik. Selain
itu, guru perlu menyesuaikan suaranya dengan suara tokoh cerita, terutama kalau
ada dialog dalam cerita itu. Kalau perlu, nada suara guru berubah sesuai dengan
situasinya agar cerita terdengar lebih hidup. Biasanya dalam kegiatan membaca
ini guru duduk di tengah-tengah siswanya agar lebih akrab dengan mereka.
Menurut Suyanto (2010: 128-129) langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan media big book adalah sebagai berikut:
1. Guru mengatur tempat duduk siswa sehingga mereka dapat mengikuti kalimat
yang diucapkan oleh guru. Tempat duduk dapat diatur secara melingkar atau
dalam satu kelas dibagi menjadi dua baris.
29
2. Pada saat membaca cerita guru menggunakan alat penunjuk (stick) untuk
menunjukkan kalimat yang sedang dibaca.
3. Guru memperkenalkan beberapa tokoh yang ada dalam cerita.
4. Guru membuka halaman cerita satu persatu, kemudian mengajarkan cara
mengeja huruf dari kata perkata dan melafalkan kata, frasa, dan kalimat yang
ada pada teks cerita big book.
5. Guru mengajarkan membaca teks cerita yang ada dalam big book dengan lafal
dan intonasi yang benar.
6. Guru melafalkan dengan suara yang yang cukup keras agar seluruh siswa
mendengar dengan baik.
7. Sebagai penutup, guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang isi atau alur cerita dalam big book.
Penggunaan Big Book dalam pembelajaran membaca memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
1. Memberi pengalaman membaca.
2. Membantu siswa memahami buku.
3. Mengenalkan berbagai jenis bahan bacaan kepada siswa.
4. Memberi contoh bacaan yang baik.
5. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
6. Menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa.
30
2.7 Membaca
Menurut Tarigan (1990: 25), membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis.
Menurut Dalman (2013: 7) membaca merupakan suatu kegiatan atau
proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang
terdapat dalam tulisan. Membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf
yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraph dan wacana saja,
tetapi membaca juga merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan
lambang / tanda / tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat diterima oleh pembaca.
Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan melihat
kumpulan huruf yang membentuk suatu kata atau kalimat yang bertujuan untuk
memperoleh suatu pesan atau informasi dari yang telah dibaca.
2.7.1 Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Menurut Suyanto (2010: 25) dalam melaksanakan kegiatan membaca,
siswa hendaknya paham tujuan dari kegiatan tersebut, apakah merekan membaca
untuk mengerti inti dari bacaan itu atau mereka harus membaca untuk
mendapatkan suatu informasi tertentu saja. Siswa tidak harus mengerti arti kata
per kata, yang penting mereka bisa mengerti konteks dari suatu bacaan. Penting
bagi seorang guru untuk memberikan rambu-rambu agar siswa mempunyai
strategi dalam membaca suatu wacana.
31
Pengetahuan umum dan perbendaharaan kata yang telah dimiliki serta
penggunaan gambar diharapkan dapat membantu anak dalam mengerti isi suatu
bacaan. Pengetahuan awal ini merupakan dasar yang kemudian ditambah dengan
pengalaman belajar, akhirnya dia akan mendapatkan pengetahuan baru.
Sebaiknya untuk kegiatan membaca dipilih topic yang berhubungan
dengan minat anak, sesuatu yang ada hubungan dengan lingkungannya, sesuatu
yang indah dan menarik serta berhubungan dengan topik yang dibahas saat itu.
Tingkat kesulitan maupun panjang bacaan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Menurut Suyanto (2010: 26) beberapa hal yang dapat
membantu agar kegiatan membaca menjadi lebih menarik, antara lain:
1. Menggunakan gambar sebagai alat bantu.
2. Memberikan pertanyaan-pertanyaan.
3. Menunjukkan judul dan meminta siswa untuk menebaknya.
4. Kalimat-kalimat tidak terlalu panjang agar tidak membingungkan siswa.
Kegiatan membaca dalam kelas EYL biasanya meliputi kegiatan:
1. Membaca suatu wacana pendek dengan suara keras atau dalam hati.
2. Memasang kata atau kalimat pada gambar yang cocok.
3. Menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibaca.
4. Melengkapi kalimat yang belum lengkap.
Jika dalam kegiatan listening dan speaking siswa mampu
menginterpretasikan konteks tanpa harus mengerti kata per kata dengan bantuan
ekspresi wajah, intonasi, maupun bahasa tubuh maka pada kegiatan reading
gambar yang tepat dan kata kunci akan banyak membantu siswa dalam memahami
wacana bahasa Inggris (Suyanto, 2010: 26).
32
2.7.2 Keterampilan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Pada tingkat awal, kegiatan membaca biasanya dimulai dengan pengenalan
bunyi alfabet dengan lafal bahasa Inggris. Anak-anak Indonesia sejak awal sudah
belajar menulis bahasa Indonesia dengan huruf latin. Hal itu menguntungkan
siswa-siswa di Indonesia sama hurufnya dengan bahasa Inggris. Lain halnya
dengan anak-anak sekolah dasar di Jepang, Korea, dan Thailand yang belajar
menulis mulai dengan huruf asli yang berlaku di negaranya. Ketika mereka belajar
bahasa Inggris mereka masih harus belajar menulis huruf latin dahulu (Suyanto,
2010: 64-65)
Menurut Suyanto (2010: 64), proses belajar membaca pada umumnya
dapat melalui tahap-tahap berikut:
1. Membaca (melafalkan) alfabet dengan bahasa Inggris.
2. Membaca kata yang bisa juga dibarengi dengan melafalkan atau mengeja,
seperti:
apple a – p – p – l – e
horse h – o – r – s – e
3. Membaca frasa diteruskan ke kalimat pendek:
apple an apple It’s an apple
I have an apple
4. Membaca kalimat yang bermakna atau berisi pesan, baik berupa kalimat tanya
(question) maupun kalimat pernyataan (statement).
5. Membaca wacana, tulisan pendek, atau bahan-bahan lain, seperti dialog, puisi,
dan surat.
6. Membaca wacana, dialog lebih panjang, suatu cerita, atau peristiwa.
33
Keterampilan membaca diajarkan dari kata, frasa, kemudian, wacana
dengan kosakat yang mudah ke kosakata yang lebih sulit, dari wacan yang pendek
ke yang lebih panjang dengan tata bahasa yang lebih banyak ragamnya. Tingkat
kesulitan dan panjangnya bahan bacaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
bahasa anak dan tingkat kelasnya.
2.8 Kerangka Pikir
Menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2008) Kerangka Berpikir adalah
suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Adapun
kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
34
Kondisi Awal
Kegiatan pembelajaran Bahasa
Inggris SDN Kalirejo 03 Lawang
tidak kondusif, siswa kurang
memperhatikan guru, kemampuan
siswa dalam membaca Bahasa
Inggris masih kurang, guru tidak
menggunakan media pembelajaran
yang tepat.
Permasalahan
Dalam memahami isi bacaan Bahasa
Inggris, siswa kelas III SDN Kalirejo 03
Lawang masih kurang. Sehingga hasil
belajar membaca dalam Bahasa Inggris
masih banyak yang belum mencapai
KKM yang ditentukan oleh sekolah SDN
Kalirejo 03 Lawang.
Solusi
Menerapkan media Big Book dalam pembelajaran
Bahasa Inggris untuk meningkatkan hasil belajar
membaca Bahasa Inggris siswa kelas III SDN
Kalirejo 03 Lawang. Karena Big Book memiliki alur
cerita yang mudah ditebak, terdapat gambar-gambar
yang menarik, dan penuh warna.
Tujuan
Untuk meningkatkan hasil belajar
membaca siswa kelas III SDN Kalirejo
03 Lawang digunakan media Big Book
agar siswa lebih memahami isi bacaan.
Dan gambar-gambar yang penuh warna
dapat menarik anak untuk membaca.
Hasil
Meningkatnya hasil belajar
membaca Bahasa Inggris siswa
kelas III SDN Kalirejo 03
Lawang dengan menerapkan
media Big Book.
Kondisi Ideal
Pembelajaran Bahasa Inggris
berlangsung secara kondusif, guru
menggunakan media pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan tema.
Siswa memperhatikan penjelasan
guru sehingga terjadi peningkatan
dalam hasil belajar.