bab ii kajian pustaka 2.1....15 bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1.strategi bersaing...

48
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Strategi Bersaing 2.1.1.1. Pengertian Strategi Untuk mencapai suatu tujuan sebuah organisasi pasti memiliki cara atau teknik tertentu. Teknik yang digunakan sebisa mungkin tidak dimiliki oleh organisasi yang lain sehingga orang akan mudah mengenal organisasi tersebut dari ciri khusus yang dimilikinya, maka perlu perencanaan yang matang baik untuk jangka waktu panjang maupun untuk kurun waktu yang pendek. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2006: 3), Johnson dan Scholes (2013) yang menjelaskan Strategi ialah arah dan ruang lingkup dari sebuah organisasi atau lembaga dalam jangka panjang, yang mencapai keuntungan melalui konfigurasi demi memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder). Jadi untuk memenehui kebutuhan pasar dan harapan pihak yang berkepentingan diperlukan sekumpulan keputusan & tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang perusahaan (meliputi analisa lingkungan, formulasi strategi, implementasi, evaluasi dan pengendalian).

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 15

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1.Strategi Bersaing

    2.1.1.1. Pengertian Strategi

    Untuk mencapai suatu tujuan sebuah organisasi

    pasti memiliki cara atau teknik tertentu. Teknik yang

    digunakan sebisa mungkin tidak dimiliki oleh

    organisasi yang lain sehingga orang akan mudah

    mengenal organisasi tersebut dari ciri khusus yang

    dimilikinya, maka perlu perencanaan yang matang

    baik untuk jangka waktu panjang maupun untuk

    kurun waktu yang pendek. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Rangkuti (2006: 3), Johnson dan Scholes

    (2013) yang menjelaskan Strategi ialah arah dan

    ruang lingkup dari sebuah organisasi atau lembaga

    dalam jangka panjang, yang mencapai keuntungan

    melalui konfigurasi demi memenuhi kebutuhan pasar

    dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan

    (stakeholder). Jadi untuk memenehui kebutuhan

    pasar dan harapan pihak yang berkepentingan

    diperlukan sekumpulan keputusan & tindakan

    manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang

    perusahaan (meliputi analisa lingkungan, formulasi

    strategi, implementasi, evaluasi dan pengendalian).

  • 16

    Dengan mengetahui kebutuhan lingkungan, maka

    organisasi dapat merencanakan strategi untuk

    pelaksanaan kegiatan, perencanaan untuk

    mengetahui keberhasilan dan bagaimana cara

    pengendalian kegiatan agar tujuan dapat tercapai.

    Konsep yang senada menjelaskan strategi

    merupakan suatu cara dari sebuah lembaga atau

    organisasi untuk mencapai tujuannya sesuai dengan

    peluang dan ancaman lingkungan eksternal serta

    kemampuan internal dan sumber daya (Halim , 2001).

    Dari pendapat tersebut mengandung makna agar

    organisasi dapat mencapai tujuan maka organisasi

    tersebut harus tahu kekuatan, kelemahan, peluang,

    dan ancaman. Karena dengan mengetahui

    pemasalahan tersebut organisasi akan dapat

    merencanakan strategi yang tepat yang diyakini

    sebagai alat yang ampuh untuk mencapai tujuan.

    Pendapat di atas dipertegas oleh (Siagian,

    Morrisey, Ali Bakir dan Milan Todorovic, 2010: 1042)

    yang mengatakan bahwa strategi merupakan

    serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar

    yang dibuat oleh menejemen puncak dan diterapkan

    di seluruh jajaran dalam suatu organisasi demi

    pencapaian tujuan organisasi tersebut. Jadi seorang

    pimpinan hendaknya mampu mengambil keputusan

    untuk menentukan arah yang harus dituju oleh

  • 17

    perusahaan supaya dapat tercapai segala misinya

    serta merupakan tindakan-tindakan yang berguna

    untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan baik

    jangka panjang maupun jangka pendek serta

    meningkatkan kesejahteraan perusahaan

    Definisi yang agak berbeda disampaikan Porter

    (2007:15) menyatakan bahwa strategi adalah alat

    yang sangat penting untuk mencapai keunggulan

    bersaing”. Porter mendefinisikan 3 jenis strategi

    generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership),

    Pembedaan Produk (Differentiation), dan Fokus.

    Pendapat Porter ini mengandung maksud agar suatu

    perusahaan dapat bertahan dan lebih kuat dibanding

    pesaingnya, perusahaan hendaknya dapat menekan

    biaya serendah mungkin dengan produk yang berbeda

    dari pesaing namun dengan mutu yang baik, selain itu

    perusahaan harus membatasai apa produknya

    sehingga tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain

    Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat

    disimpulkan bahwa Strategi itu merupakan alat atau

    cara dan arah yang digunakan oleh suatu organisasi

    atau lembaga sesuai dengan peluang dan ancaman

    yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang menjadi

    misi organisasinya, sebab dengan strategi yang pas

    dan tepat maka suatu lembaga atau orgaisasi tersebut

    dapat menentukan langkah langkah apa yang harus

  • 18

    dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

    Dengan demikian agar lembaga pendidikan termasuk

    SD Negeri Jombor dapat mencapai tujuan sesuai

    dengan keinginan pengguna maka sekolah harus

    menentukan cara, arah yang tepat agar pelanggan

    jasa pendidikan mersa puas dan senang sehingga

    dapat meningkatkan jumlah peserta didik.

    Strategi sangat diperlukan untuk menentukan

    arah, dan tujuan yang jelas. Dengan strategi yang

    jelas, dan tidak mudah ditiru oleh lembaga yang lain,

    maka lebih baik jika lembaga tersebut memiliki ciri

    khusus yang menjadi pembeda, sehingga orang akan

    mudah mengenal karena cirinya tersebut. Dengan

    strategi yang jelas suatu organisasi dapat mengetahui

    arah yang jelas kemana akan dibawa..

    2.1.1.2. Pengertian Strategi Bersaing

    Strategi bersaing adalah langkah-langkah

    strategis yang terencana maupun tidak terencana

    untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga

    dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat

    posisi dalam pasar, dan bertahan terhadap tekanan

    persaingan (Hariadi: 2005,99). Jadi agar suatu

    perusahaan dapat mempertahankan posisinya dalam

    persaingan, perusahaan harus memilki keunggulan

  • 19

    yang menarik konsumen untuk setia menjadi

    pelanggan.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Porter (2008)

    strategi bersaing merupakan upaya yang dilakukan

    oleh suatu organisasi untuk menghadapi persaingan

    dengan cara memberikan berbagai hal yang terbaik

    guna memenuhi keinginan dan kebutuhan

    masyarakat, sehingga mereka akan menaruh

    kepercayaan terhadap organisasi tersebut. Pendapat

    ini diperkuat Kotler (2001:312) yang mengatakan

    strategi bersaing adalah strategi yang secara kuat

    menempatkan perusahaan terhadap pesaing dan yang

    memberi perusahaan keunggulan bersaing yang

    sekuat mungkin. Pendapat tersebut mengandung

    substansi bahwa bila suatu perusahaan, organisasi

    atau Lembaga bisnis ingin kuat maka harus

    mempunyai keunggulan dibandingkan dengan

    pesaing.

    Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan

    mengapa strategi bersaing itu diperlukan oleh suatu

    perusahaan /lembaga? Strategi bersaing sangat

    diperlukan oleh perusahaan, karena agar dapat

    memenangkan persaingan dan mempertahankan

    eksistensinya di tengah tekanan pesaing, maka

    perusahaan tersebut harus memiliki langkah-langkah

    tertentu yang merupakan keunggulan bersaing,

  • 20

    dimana perusahaan tersebut dapat memberikan ciri

    khusus sebagai pembeda dari perusahaan pesaing.

    Demikian juga dalam dunia pendidikan jika

    suatu lembaga pendidikan ingin memenangkan

    persaingan maka lembaga pendidikan tersebut harus

    memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan yang dapat

    memberikan kepuasan pelanggan. Itulah mengapa

    Strategi Bersaing diperlukan oleh suatu perusahaan

    atau lebaga pendidikan.

    2.1.2. Kepuasan Pelanggan

    Kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi

    dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan

    produk dan jasa, pelanggan puas apabila setelah

    membeli produk dan menggunakan produk tersebut,

    ternyata kualitas produknya baik, (Irawan, 2008: 3)

    Kemudian dijelaskan kembali kepuasan pelanggan

    ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance

    produk atau jasa dalam memenuhi harapan

    pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapanya

    terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan

    pelanggan terlampaui. Apabila pelanggan merasa

    puas karena kualitas produknya sesuai dengan apa

    yang diharapkan, maka akan mengabarkan berita

    tersebut kepada orang lain, akhirnya orang lain pun

    akan ikut percaya kepada perusahaan tersebut.

  • 21

    Menurut Irawan ada lima faktor utama yang

    mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu kualitas

    produk, harga, service quality, emotional factor, biaya

    dan kemudahan. Pendapat tersebut mengandung

    substansi jika perusahaan termasuk Lembaga

    Pendidikan ingin pelanggan atau pengguna jasa

    pendidikan merasa puas dan menaruh kepercayaan

    maka sekolah harus berusaha memenuhi keinginan/

    harapannya baik pelayanan yang diberikan, sikap/

    tanggapan dari sekolah, maupun out put yang

    dihasilkan. Sehingga akan sama-sama

    menguntungkan baik pengguna jasa Pendidikan

    maupun Lembaga Pendidikan itu sendiri. Jadi

    kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai

    respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara

    tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual

    yang dirasakannya setelah pemakaian.

    Sejalan dengan pendapat tersebut dijelaskan

    Kotler dan Keller dalam Sunyoto (2013: 35)

    mengatakan bahwa Kepuasan Konsumen adalah

    perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

    setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang

    dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan.

    Pendapat tersebut mengandung arti bahwa jika

    pelanggan merasa puas terhadap produk/out put

    yang dihasilkan perusahaan/Lembaga Pendidikan

  • 22

    maka mereka akan merasa puasa dan akan menaruh

    kepercayaan terhadap sekolah, namun jika mereka

    tidak puas terhadap produk yang dihasilkan maka

    mereka akan kecewa. Apabila pelanggan merasa

    kecewa maka akan menjadi ancaman bagi

    perusahaan/lembaga pendidikan, karena mereka

    akan membawa pengaruh buruk terhadap pelanggan

    yang lain yang akan berakibat menurunnya animo

    pelanggan terhadap perusahaan/lembaga

    pendidikan.

    2.1.3. Manajemen Kurikulum

    Menurut Rusman (2012: 3) Manajeman

    kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan

    kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik

    dan sistematik dalam rangka mewujudkan

    ketercapaian tujuan kurikulum. Yang dikembangkan

    sesuai dengan konteks MBS. Keterlibatan masyarakat

    dalam menajemen kurikulum di maksudkan agar

    dapat memahami, membantu, dan mengontrol

    implementasi kurikulum, sehingga lembaga

    pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif

    juga mampu mandiri dalam mengidentifikasikan

    kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,

    menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan

    pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan

  • 23

    serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik

    kepada masyarakat maupun pada pemerintah.

    Jadi manajemen kurikulum merupakan suatu

    sistem kurikulum yang berorientasi pada

    produktivitas peserta didik, kurikulum dibuat

    bagaimana peserta didik dapat mencapai tujuan

    dengan pemberdayaan dan pendayagunaan manusia,

    materi, uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat

    mengantarkan anak didik menjadi kompeten dalam

    berbagai kehidupan yang dipelajarinya, juga

    merupakan upaya untuk mengurus, mengatur, dan

    mengelola perangkat mata pelajaran yang akan

    diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman

    penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

    mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kebebasan

    sekolah mengembangkan kurikulum sesuai dengan

    kebutuhan, situasi dan kondisi sekolah dipertegas

    dengan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013

    tentang Implementasi Kurikulum yang berbunyi

    Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi

    dengan maksud agar memungkinkan penyesuaian

    program pendidikan pada satuan pendidikan

    dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di

    daerah serta peserta didik; Kurikulum dikembangkan

    dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan

    sehingga sekolah berhak untuk mengembangkan

  • 24

    kurikulum sekolahnya sesuai kebutuhan dan sesuai

    dengan keinginan masyarakat pengguna pendidikan

    di mana sekolah berada.

    Manajemen kurikulum merupakan salah satu

    aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan

    pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping

    itu, kurikulum merupakan suatu sistem program

    pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional

    pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum

    memegang peranan penting dalam mewujudkan

    sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk

    menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan

    upaya pemberdayaan bidang manajemen atau

    pengelolaan kurikulum.

    a) Tujuan Pengembangan Manajemen Kurikulum

    Permendikbud No.81a Tahun 2013 tentang

    implementasi kurikulum memberikan kebebasan

    pada sekolah untuk mengembangkan kurikulum

    sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi

    sekolah, sehingga dengan dikembangkannya

    manajemen kurikulum memungkinkan adanya

    penyesuaiain program Pendidikan pada satuan

    Pendidikan dengan kondisi dan ke khasan potensi

    yang ada di sekolah. Adapun tujuannya adalah:

    1) Menjawab atau antisipasi yang merupakan

    kemajuan ilmu tekhnologi.

  • 25

    2) Kurikulum haruslah bersifat dinamis. Yang

    dimaksud dinamis yaitu senantiasa berubah

    menyesuaikan keadaan supaya dapat

    memantapkan belajar dan hasil belajar.

    Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan

    sosial, tidak sesuai lagi dengan perkembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak

    sesuai dengan dunia kerja akan menyebabkan

    sebuah problem, karena itu haruslah dirubah

    dan dikembangkan kurikulum tersebut.

    3) Memenuhi kebutuhan yang ada dalam

    masyarakat dan untuk meningkatkan kemajuan

    masyarakat.

    4) Dengan dikembangkannya suatu kruikulum maka

    pendidikan yang ada di masyaraka baik

    pendidikan formal maupun non formal akan

    mengalami peningkatan, dengan adanya

    peningkatan tersebut maka masyarakat akan

    mengalami perubahan ke arah yang lebih baik

    pula baik pengetahuan maupun pola

    kehidupannya dan apabila pemenuhan tersebut

    telah terpenuhi maka masyarakat akan

    mengalami kemajuan.

    5) Memenuhi kebutuhan peserta didik.

    6) Perubahan cara pandang kurikulum, dari

    kurikulum sebagai alat menjadi kurikulum

  • 26

    sebagai tujuan akhir yang akan dicapai. Karena

    hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar

    bagi perencanaan dan perumusan berbagai tujuan

    kegiatan pembelajaran.

    7) Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam

    megembangkan bakat dan minatnya maka

    diperlukan tenaga pendidik atau guru - guru yang

    berkualitas sesuai dengan kompetensinya.

    b) Langkah-langkah Pengembangan Manajemen

    Kurikulum

    Pegembangan kurikulum meliputi empat

    langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran

    (instructional objective), menyeleksi pengalaman-

    pengalaman belajar (selection of learning experiences),

    mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar

    (organization of learning experiences), dan

    mengevaluasi (evaluating).

    1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional

    objective)

    Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan

    pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus

    diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah

    memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of

    student), masyarakat (source of society), dan

    konten (source of content). Tahap kedua adalah

    merumuskan tentative general objective atau

  • 27

    standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan

    landasan sosiologi, kemudian discreen melalui dua

    landasan lain dalam pengembangan kurikulum

    yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of

    learning) dan psikologi belajar (psychology of

    learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan

    precise education atau kompetensi dasar (KD).

    2) Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-

    Pengalaman Belajar (selection of learning

    experiences)

    Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-

    pengalaman belajar dalam pengembangan

    kurikulum harus memahami definisi pengalaman

    belajar dan landasan psikologi belajar (psychology

    of learning). Pengalaman belajar merupakan

    bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh

    siswa yang dirancang oleh guru untuk

    memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.

    Pengalaman belajar yang harus dialami siswa

    sebagai learning activity menggambarkan interaksi

    siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung

    melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan

    adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang

    dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan

    menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga

    memperhatikan psikologi belajar.

  • 28

    3) Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar

    (organization of learning experiences).

    Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan

    untuk memudahkan anak didik untuk belajar.

    Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas

    dari beberapa hal penting yang mendukung,

    yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang

    pendidikan, perkembangan anak didik, dan

    kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian

    kurikulum bertalian erat dengan tujuan

    pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu

    kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari,

    kapan waktu yang tepat untuk mempelajari,

    keseimbangan bahan pelajaran, dan

    keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan

    yang akan disampaikan.

    4) Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum

    Langkah terakhir dalam pengembangan

    kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah

    proses yang berkelanjutan di mana data yang

    terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan

    memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama

    adalah sangat esensial dalam pengembangan

    kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses

    membuat keputusan , sedangkan riset sebagai

  • 29

    proses pengumpulan data sebagai dasar

    pengambilan keputusan.

    c) Kurikulum Berbasis Kearifan Religi

    Pada saat ini kearifan religi menjadi kecenderu-

    ngan umum masyarakat Indonesia yang khawatir

    dengan perkembangan zaman yang semakin

    mendunia sehingga nilai karakter anak mulai

    merosot. Untuk itu lembaga pendidikan berusaha

    membangkitkan nilai-nilai religi untuk menjadi

    benteng generasi bangsa agar tidak mudah

    terpengaruh dengan perbuatan yang tidak sesuai

    dengan nilai-nilai keagamaan. Selama ini sekolah

    selalu terbebani untuk mengejar peningkatan mutu

    akademik, sehingga melupakan nilai-nilai karakter

    bangsa ini. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk

    menggali lebih banyak kearifan-kearifan religi sebagai

    alat atau cara untuk mendorong generasi bangsa

    khususnya para siswa untuk mengenyam pendidikan

    yang berkarakter. Nilai –nilai karakter itu terkandung

    dalam norma-norma keagamaan.

    Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Religi

    berarti kepercayaan terhadap Tuhan, sedangkan

    kearifan adalah kebijaksanaan. menurut Gusdur:

    (2015:150) mengatakan kearifan religi dalam

    pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan harus

    mempu membangun basis dan fondasi, basis adalah

  • 30

    kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai tradisi dan

    nilai-nilai dalam ajaran agama. Kearifan lokal itu

    disebut dengan Pribumisasi Islam dimana ajaran

    Islam dan tradisi local dijadikan sebagai landasan

    moral dalam nyata kehidupan, oleh Karena itu

    penanaman nilai-nilai moral dapat dilakukan melalui

    pendidikan kearifan local yang didalamnya

    mengandung tradisi dan ajaran agama Islam yang

    harus dijadikan ruh dalam proses pendidikan. Dari

    pendapat tersebut jelas bahwa agar tujuan pendidikan

    dapat diterima oleh lingkungan masyarakat yang

    mayoritas beragama Islam maka lembaga pedidikan

    harus menghasilkan out put yang berpribadi Islami.

    Menurut PP Nomor 55 Tahun 2007 pasal 24 ayat

    1 menyebutkan Tujuan Pendidikan Al Quran adalah

    meningkatkan kemampuan peserta didik membaca,

    menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan

    Al Quran, lalu pada Kurikulum Pendidikan Agama

    Islam (PAI) sebagaimana dimuat dalam Peraturan

    Menteri Agama (Permenag) Nomor 2 Tahun 2008

    tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

    Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di

    Madrasah terdiri dari 6 BAB Standar Kompetensi

    Lulusan. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

    Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah, yang terdiri dari

    1)Al-Qur’an-Hadis (memahami, menghafal, menulis

  • 31

    dan memahami surat-surat pendek dalam al-Qur’an:

    al-Fatihah, al-Naas, sampai dengan al-Duha’ dan

    menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis-

    hadis pilihan tentang akhlak dan amal salih);

    2)Akidah-Akhlak (mengenal dan meyakini rukun iman

    mulai dari iman kepada Allah sampai dengan iman

    kepada qada dan qadar melalui pembiasaan dan

    mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah,

    pengenalan, pemahaman sederhana, dan

    penghayatan terhadap rukun iman dan al-asma

    alhusna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak

    terpuji dan ada Islami serta menjauhi akhlak tercela

    dalam perilaku sehari-hari; 3)Fikih (mengenal dan

    melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan

    ruun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara

    pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat sampai

    dengan pelaksanaan ibadah haji, seerta ketentuan

    makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara

    pelaksanaan jual beli dalam pinjam meminjam), 4)

    Sejarah Kebudaya-an Islam (mengenal,

    mengidentifikasi, meneladani dan mengambil ibrah

    dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW,

    Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh

    agama Islam di daerah masing-masing, dan 5) Bahasa

    Arab (a) menyimak: memahami wacana lisan dalam

    bentuk paparan dan dialog tentang perkenanan dan

  • 32

    hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun

    madrasah; (b) berbicara: mengungkapkan makna

    secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog

    tentang perkenanalan dan hal-hal yang ada di

    lingkungan rumah maupun madrasah; (c)

    membaca:membaca dan memahami makna wacana

    tertulis dalam bentuk paparan atau dialog tentang

    perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah

    maupun madrasah; dan (d) menulis: menuliskan kata,

    ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana

    dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.

    2.1.4. Peserta Didik

    Peserta didik atau murid diartikan sebagai orang

    yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu

    pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan

    kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar

    bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar

    sungguh-sungguh (Ali, 2008). Agar orang tersebut

    dapat mengalami perubahan yang dikehendaki, maka

    Lembaga Pendidikan harus memberikan layanan yang

    sesuai dengan harapan mereka, baik fisik maupun

    non fisiknya.

    Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003

    tentang system pendidikan nasional, peserta didik

    adalah anggota masyarakat yang berusaha

    mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan

  • 33

    pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

    Pasal tersebut mengandung amanat bahwa

    pemerintah harus menyediakan dan memfasilitasi

    lembaga Pendidikan sesuai jalur dan jenjangnya agar

    anggota masyarakat dapat mengembangkan dirinya

    sesuai dengan kemampuan,bakat, dan minatnya.

    Peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar

    sebagai objek didik di suatu lembaga Pendidikan

    Arikunto (1986:12), substansi dari pendapat itu

    siapun itu yang terdaftar pada dokumen sekolah

    maka dia mempunyai hak dan kewajiban yang sama

    untuk dibimbing, diperhatikan, dan dilayani dengan

    fasilitas yang ada tanpa adanya diskriminasi.

    Berdasarkan defenisi-defenisi yang diungkap-

    kan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

    bahwa peserta didik adalah orang yang memiliki

    potensi dasar, baik secara fisik maupun psikis yang

    memerlukan bantuan orang lain melalui proses

    pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan

    tertentu. Bantuan yang diberikan tentunya sesuai

    dengan perkembangan, bakat dan minatnya seuai

    dengan program yang dilaksankan oleh suatu

    Lembaga Pendidikan tersebut.

  • 34

    2.2. Model Pengembangan

    Model pengembangan diartikan sebagai proses

    desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi

    dari model yang telah ada sebelumnya, melalui

    penambahan komponen pembelajaran yang dianggap

    dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan

    (Sugiarta, 2007:11). Pengembangan model dapat

    diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa

    suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada

    situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap

    maupun keadaan yang lebih baik. Ada beberapa

    model pengembangan seperti Four-D, ADDIE, Asure,

    dll. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan

    model ADDIE. ADDIE merupakan singkatan dari

    Analysis, Design, Development or Production,

    Implementation or Delivery and Evaluations. Model

    ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry pada 1996

    untuk merancang sistem pembelajaran.

    Tahap I: Analysis

    Tahap analisis merupakan suatu proses

    mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta

    didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis

    kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan),

    dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh

    karena itu, output yang akan dihasilkan adalah

  • 35

    berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar,

    identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan

    analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.

    Lembaga Pendidikan itu dapat mengetahui

    kebutuhannya melalui analisis SWOT.

    Tahap-II: Design

    Yang kita lakukan dalam tahap desain ini,

    pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang

    SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic).

    Selanjutnya menyusun materi, dimana materi

    tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran

    yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan

    strategi pembelajaran media dan metode yang tepat

    untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu,

    dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung

    lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan

    belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain.

    Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama

    blue-print yang jelas dan rinci. Langkah ini

    merupakan gambaran produk yang akan dilaksankan.

    Tahap-III: Development (pengembangan)

    Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-

    print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya,

    jika dalam desain diperlukan suatu software berupa

    multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut

  • 36

    harus dikembangkan. Satu langkah penting dalam

    tahap pengembangan adalah uji coba sebelum

    diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang

    merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE.

    Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat,

    membeli, dan memodifikasi bahan ajar. Dengan kata

    lain mencakup kegiatan memilih, menentukan

    metode, media serta strategi pembelajaran yang

    sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi

    atau substansi program. Dalam melakukan langkah

    pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu

    dicapai. 1) Memproduksi atau merevisi bahan ajar

    yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

    pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya,

    2) Memilih media atau kombinasi media terbaik

    yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

    pembelajaran. Pada saat melakukan langkah

    pengembangan, seorang perancang akan membuat

    pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari

    jawabannya. Pertanyaan-pertanyaannya antaralain:

    Bahan ajar seperti apa yang harus dibuat untuk dapat

    digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran?

    Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk

    memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?

    Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli dan

    dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk

  • 37

    memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?,

    Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam

    menyelenggarakan program pembelajaran?. Setelah

    perancangan jadi, lalu diujicoba terbatas kemudian

    dievaluasi kendala apa yang dihadapi. Dengan

    mengetahui kendala-kendala yang diadapi maka

    racangan produk segera bisa diperbaharui sesuai

    dengan kendala yang ditemui.

    Tahap-IV: Implementation

    Implementasi adalah langkah nyata untuk

    menerapkan produk yang sedang kita buat. Artinya,

    pada tahap ini semua yang telah dikembangkan

    dikemas atau diseting sedemikian rupa sesuai dengan

    peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.

    Tahap-V: Evaluation

    Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk

    yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan

    harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi

    bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi

    yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu

    dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk

    kebutuhan revisi. Evaluasi merupakan langkah

    terakhir dari model desain sistem pembelajaran

    ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang

    dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program

  • 38

    pembelajaran. Evaluasi terhadap program

    pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa

    hal, yaitu :

    1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran

    secara keseluruhan.

    2) Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang

    merupakan dampak dari keikutsertaan dalam

    program pembelajaran..

    3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat

    adanya peningkatan kompetensi siswa setelah

    mengikuti program pembelajaran.

    4) Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap sekolah

    meningkat.

    2.3. Analisis SWOT

    (Dewi Asri, Haris, Mustain dan Very Budiman,

    2013) Analisis SWOT adalah alat perencanaan

    stratejik yang penting untuk membantu perencanaan

    sehingga dapat membandingkan kekuatan dan

    kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan

    ancaman dari eksternal , (Wanti et.al, 2014.). Sejalan

    dengan itu menurut Blocher et al., (2007) analisis

    SWOT merupakan prosedur sistematis untuk

    mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesuksesan

    yang dimiliki oleh perusahaan yakni kekuatan dan

    kelemahan internal, serta peluang dan ancaman

    eksternal.Analisis SWOT digunakan untuk

  • 39

    mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan

    ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi.

    Menurut Gunn (2011: 245) kekuatan dan kelemahan,

    dapat meliputi kemampuan, keahlian atau

    pengetahuan teknologi, sumber daya organisasi,

    kemampuan bersaing atau potensi keunggulan.

    Dengan demikian agar lembaga pendidikan mampu

    menyusun rencana stratejik yang tepat, maka satuan

    pendidikan hendaknya mengetahui apa kekuatan dan

    kelemahan organisasinya, bahkan penting untuk

    mengetahui pula bagaimana ancaman dan peluang

    yang mungkin diperoleh. Untuk itu sekolah perlu

    melaksanakan Analisis SWOT. Analisis ini didasarkan

    pada logika yang dapat memaksimalkan

    dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),

    Oportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Setiap

    satuan pendidikan tentu memiliki Faktor kekuatan

    dan kelemahan, sedangkan peluang dan ancaman

    merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi

    oleh satuan pendidikan dalam suatu bisnis yang

    bersangkutan. Dengan analisis tersebut diharapkan

    lembaga pendidikan dapat menyeimbangkan ke 4

    apek itu sehingga mampu menentukan strategi

    terbaik.

  • 40

    2.3.1. Tujuan Analisis SWOT

    Menurut Rangkuti (2011:197), tujuan analisis

    SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal

    peluang dan ancaman dengan faktor internal

    kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis

    tersebut dapat diambil suatu keputusan strategis

    suatu organisasi.

    Suatu perusahaan atau organisasi sangat

    penting melakukan analisis SWOT, karena dengan

    analisis SWOT perusahaan itu akan dapat

    menentukan:

    a. Panduan bagi perusahaan/organisasi termasuk

    lembaga Pendidikan untuk menyusun berbagai

    kebijakan strategis terkait rencana dan

    pelaksanaan di masa akan datang. Dengan adanya

    analisa ini, maka diharapkan perusaha-

    an/organisasi akan mampu memilih kebijakan

    dan rencana terbaik untuk perkembangan bisnis

    di masa akan datang.

    b. Bentuk evaluasi kebijakan strategis dan sistem

    perencanaan sebuah perusahaan/organisasi.

    Analisa SWOT akan membantu perusahaan /

    organisasi dalam memikirkan berbagai upaya

    evaluasi kebijakan yang dirasa merugikan dan

    mana yang menguntungkan. Menetapkan

    berbagai rancangan terbaru sebagai solusi

  • 41

    berbagai masalah yang ditemukan melalui

    evaluasi analisa SWOT tersebut.

    c. Berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan

    / organisasi, selanjutnya melalui informasi yang

    ada tersebut akan menjadi pedoman bagi pemilik

    perusahaan maupun perancang kebijakan untuk

    melakukan berbagai kebijakan baru sebagai solusi

    atas hasil analisa yang sudah ada.

    d. Berbagai tantangan ide-ide baru bagi pihak

    manajemen perusahaan/organisasi. Adanya

    berbagai permasalahan seperti kelemahan,

    peluang serta kekuatan yang kecil ataupun

    ancaman dari pihak luar akan mendorong bagian

    dari manajemen perusahan untuk menemukan

    berbagai ide kebijakan yang lebih fresh dan akan

    lebih efektif menjadi solusi atas berbagai permasa-

    lahan yang ada.

    2.3.2. Langkah-langkah Analisis SWOT

    Menurut Rangkuti (2013: 23) menjelaskan bahwa

    penyusunan perencaaan srategis dapat dilakukan

    melalui 3 tahap analisis yaitu:

    1) Tahap Pengumpulan Data

    Tahap ini merupakan suatu kegiatan

    pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini

    data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data

    eksternal yang dapat diperoleh dari lingkungan luar

  • 42

    perusahaan yang meliputi analisis pasar, analisis

    competitor, analisis komunitas, analisis pemasok,

    analisis pemerintah, analisis kepentingan tertentu

    dan data internal yang dapat diperoleh dari dalam

    perusahaan itu sendiri meliputi laporan keuangan,

    laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan

    kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran.

    Tahap pengumpulan data ini dapat diperoleh

    melalui wawancara, angket, dokumen laporan,

    maupun FGD (Focus Group Discussion). Adapun

    model-model yang digunakan dalam analisis SWOT

    antara lain sebagai berikut :

    a. Matriks Faktor Staretegi Eksternal EFAS (Eksternal

    Strategic Factor Analysis Summary)

    Cara penentuan faktor energi eksternal (Rangkuti,

    2013 : 25) yaitu

    (1) Menyusun 5 sampai dengan 10 peluang dan

    ancaman pada kolom 1.

    (2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis

    pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)

    sampai dengan 0,0 (tidak penting).Faktor-faktor

    itu diberi bobot didasarkan pada dapat

    memberikan dampak pada faktor strategis.

    (3) Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk

    masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4

    (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah),

  • 43

    berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap

    kodisi bersangkutan. Variabel yang bersifat

    positif (semua variabel yang masuk kategori

    peluang) diberi nilai dari 1 sampai 4 dengan

    membandingkan dari rata-rata pesaing utama.

    Sedangkan variabel yang bersifat negatif

    kebalikannya, jika ancaman besar sekali

    nilainya 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/

    di bawah pesaing-pesaingnya nilainya 4

    (4) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan nilai

    (rating) pada kolom 3, untuk memperoleh faktor

    pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa

    skor pembobotan untuk masing-masing faktor

    yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0

    (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

    (5) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan

    komentar atau catatan mengapa faktor-faktor

    tertentu dipilih dan bagaimana skor

    pembobotannya.

    (6) Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom

    4), untuk memperoleh total skor pembobotan

    bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total

    ini menunjukan bagaimana perusahaan

    bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

    eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan

    untuk membandingkan perusahaan dengan

  • 44

    objek industri lainnya dalam kelompok industri

    yang sama.

    b. Matrik Faktor Strategi Internal IFAS (Internal

    Strategic Factor Analysis Summary)

    Cara penentuan faktor energi internal yaitu :

    (1) Menentukan faktor-faktor kekuatan dan

    kelemahan pada Tabel IFAS kolom 1. (Rangkuti,

    2014)

    (2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis

    pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)

    sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor

    itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi

    strategis (Rangkuti, 2014)

    (3) Menghitung rating pada kolom 3 untuk masing-

    masing faktor dengan skala mulai dari 4 (sangat

    kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan

    pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi

    kawasan yang bersangkutan. Variabel yang

    bersifat positif pada variabel kekuatan diberi

    nilai dari 1 sampai 4 dengan cara

    membandingkan terhadap rata-rata pesaing

    utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif

    kebalikannya jika kelemahan besar sekali

    (dibanding dengan rata-rata pesaing sejenis)

    nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai

  • 45

    kelemahan rendah/di bawah rata-rata pesaing-

    pesaingnya nilainya 4.

    (4) Mengalikan bobot dengan nilai (rating) untuk

    memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.

    Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

    masing-masing faktor nilainya bervariasi mulai

    dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

    (5) Menjumlahkan skor pembobotan untuk

    mempe- roleh total skor pembobotan bagi

    perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

    menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi

    terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

    Skor total ini dapat digunakan untuk

    membandingkan perusahaan ini dengan

    perusahaan lainnya dalam kelompok industri

    yang sama.

    2) Tahap Analisis

    Tahapan analisis dalam SWOT adalah

    memanfaatkan semua data dan informasi dalam

    model-model kuantitatif perumusan strategi

    (Rangkuti, 2001:30). Analisis SWOT terlebih dahulu

    dilakukan pencermatan (scanning) yang pada

    hakekatnya merupakan pendataan dan pengidenti-

    fikasian sebagai pra analisis (Diklat Spamen, 2000 :

    3). Dalam tahapan ini akan tampak jelas bila dibuat

    dalam bentuk matrik, ada beberapa matrik yaitu:

  • 46

    Matrik TOWS atau Matriks SWOT, Matrik BCG, Matrik

    Internal Eksternal, Matrik SPACE, dan Matrik Grand

    Starategy. Namun pada penelitian ini penulis

    menggunakan Matrik TOWS atau SWOT.

    Matrik SWOT adalah matrik yang

    menginteraksikan faktor strategis internal dan

    eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara

    jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal)

    yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan

    dan kelemahan (internal) yang dimiliki (Rangkuti,

    2001:31).

    Hasil dari interaksi faktor strategis internal

    dengan eksternal menghasilkan alternatif-alternatif

    strategi. Matrik SWOT menggambarkan berbagai

    alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan

    hasil analisis SWOT (Purnomo, Zulkieflimansyah,

    1996:87). Strategi SO adalah strategi yang digunakan

    dengan memanfaatkan/mengoptimalkan kekuatan

    yang dimilikinya untuk memanfaatkan berbagai

    peluang yang ada. Sedang strategi WO adalah strategi

    yang digunakan seoptimal mungkin untuk

    meminimalisir kelemahan. Strategi ST adalah strategi

    yang digunakan dengan memanfatkan /mengop-

    timalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai

    ancaman. Strategi WT adalah Strategi yang

  • 47

    digunakan untuk mengurangi kelemahan dalam

    rangka meminimalisir/menghidari ancaman.

    Tabel 2.1Matrik SWOT

    Sumber: Rangkuti.2014

    3 ) Tahap Pengambilan Keputusan

    Pengambilan keputusan merupakan tahap dalam

    pemilihan strategi-strategi alternatif. Analisis dan

    intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan

    perumusan strategi setelah melalui teknik-teknik

    pada tahap pencocokan (matching stage).Teknik

    matrik ini secara objektif menunjukkan strategi mana

    yang terbaik. Dari analisis data SWOT yang telah

    dilakukan, kemudian ditarik suatu kesimpulan.

    Kesimpulan data hasil analisis SWOT tersebut

    mempengaruhi dan menjadi dasar dari pengambilan

    keputusan pada akhir tahap.

    IFAS

    EFAS

    SRENGTHS (S)

    Tulis 5 – 10 Faktor Kelemahan Internal

    WEAKNESSES (W)

    Tulis 5 – 10 Faktor Kekuatan Internal

    OPPORTUNIES (O)

    Tulis 5 – 10 Faktor

    peluang eksternal

    STRATEGI SO

    Ciptakan strategi

    yang menggunakan kekuatan untuk

    memanfaatkan

    peluang

    STRATEGI WO

    Ciptakan strategi

    yang meminimal-kan kelemahan

    untuk memanfaat-

    kan peluang

    TREATHS (T)

    Tulis 5 – 10 Faktor

    ancaman eksternal

    STRATEGI ST

    Ciptakan strategi

    yang menggunakan

    kekuatan untuk mengatasi ancaman

    STRATEGI WT

    Ciptakan strategi

    yang meminimal-

    kan kelemahan dan menghindari

    ancaman

  • 48

    Tahapan tersebut diperkuat dengan pendapat Umar

    (2013: 87-88) yang menjelaskan bahwa tahapan

    proses penentuan strategi berdasarkan matrik SWOT

    adalah:

    a. Menentukan peluang -peluang penting bagi

    sekolah

    b. Menentukan ancaman-ancaman serius bagi

    sekolah

    c. Menentukan kekuatan-kekuatan utama

    internal sekolah

    d. Menentukan kelemahan-kelemahan dominan

    internal sekolah

    e. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

    perlu dilakukan setelah mengombinasikan

    antara kekuatan-kekuatan internal yang dapat

    dimanfaatkan dan peluang-peluang eksternal

    yang dicoba untuk diraih dan hasilnya dicatat

    dalam sel SO

    f. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

    perlu dilakukan setelah mengombinasikan

    antara kelemahan-kelemahan internal yang ada

    dan peluang-peluang eksternal yang dicoba

    untuk diraih dan hasinya dicatat dalam sel WO

    g. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

    perlu dilakukan setelah mengombinasikan

    antara kekuatan-kekuatan internal yang ada

  • 49

    dan ancaman-ancaman yang mungin timbul

    dan hasinya dicatat dalam sel ST

    h. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

    perlu dilakukan setelah mengombinasikan

    antara kelemahan-kelemahan internal yang ada

    dan ancaman-ancaman eksternal yang mungin

    timbul dan hasinya dicatat dalam sel WT.

    2.3.3.Manfaat Analisis SWOT

    Dengan melakukan analisis SWOT maka sekolah

    dapat menentukan langkah-langkah untuk

    membuat keputusan yang sifatnya strategik.:

    1) Analisis SWOT memungkinkan para pengambil

    keputusan kunci dalam satuan pendidikan

    menggunakan kerangka berfikir yang logis

    dalam pembahasan yang mereka lakukan yang

    menyangkut situasi dimana organisasi berada,

    identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang

    layak untuk dipertimbangkan dan akhirnya

    menjatuhkan pilihan pada alternatif yang

    diperkirakan paling ampuh.

    2) Penerapan kedua dari analisis SWOT adalah

    dengan pembandingan secara sistematik antara

    peluang dan ancaman eksternal disatu pihak

    dan kekuatan dan kelemahan internal di lain

    pihak. Maka sekolah dapat mengidentifiasikan

    dan mengenali satu dari tempat pola yang

  • 50

    bersifat khas dalam keselarasan situasi internal

    dan eksternal yang dihadapi oleh satuan bisnis

    yang bersangkutan

    3) Dengan memahami dan menggunakan analisis

    SWOT maka sekolah akan menyadari tantangan

    utama yang harus mendapatkan perhatian dari

    suatu satuan bisnis. Karena tidak mustahil

    suatu satuan bisnis yang menjadi pesaing juga

    berupaya menghilangkan berbagai

    ancaman. Sehingga sekolah dapat menentukan

    strategi yang tepat untuk memenangkan

    persaingan dalam dunia bisnis.

    2.4. Langkah-langkah Pengembangan

    Untuk merumuskan strategi yang tepat

    dibutuhkan langkah-langkah pengembangan

    strategi. Menurut Sugiyono (2014) memberikan

    10 langkah-langkah pengembangan. Adapun

    langkah yang peneliti gunakan untuk

    mengembangkan rencana strategis peningkatan

    jumlah peserta didik adalah sebagai berikut :

  • 51

    Gambar 2.1 Langkah-langkah Pengembangan Sugiyono

    (2014).

    Tahapan Penelitian Menurut Sugiyono (2014) :

    1. Potensi dan Masalah

    Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan

    akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah

    adalah penyimpangan antara yang diharapkan dan

    yang terjadi. Potensi dan masalah yang

    dikemukakakn dalam penelitian ditunjukan dengan

    data yang empiric dan masih up to date.

    2. Mengumpulkan Informasi

    Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah

    ditunjukkan secara faktual, selanjutnya

    dikumpulkan sebagai informasi yang dapat

    digunakan sebagai bahan untuk merencanakan

    Potensi &

    Masalah

    Pengump

    ulan Data Desain

    Produk

    Validasi

    Desain

    Revisi

    Desain

    Uji coba

    Produk

    Revisi

    Produk

    Uji Coba

    Pemakaian

    Revisi

    Produk

    Produksi

    Masal

  • 52

    suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi

    masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari

    berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi

    dokumen dan Focus Group Discussion (FGD).

    3. Desain Produk

    Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah

    rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai

    pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Rencana

    strategis ini masih bersifat hipotetik karena

    efektifitasnya belum terbukti dan akan diketahui

    setelah melalui pengkajian.

    4. Validasi desain

    Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan

    untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat

    secara rasional dan efektif digunakan sebagai usaha

    peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat

    menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli

    untuk menilai desain tersebut, selanjutnya dapat

    diketahui kelemahan dan kekuatan.

    5. Perbaikan desain

    Setelah rencana strategi tersebut divalidasi, akan

    dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya

    diujicoba untuk memperbaiki rencana strategis

    tersebut. Yang bertugas memperbaiki rencana

    strategis adalah peneliti sendiri. Pada akhirnya dapat

    dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa

  • 53

    diberikan kepada sekolah sebagai upaya

    peningkatan mutu.

    6. Uji Coba Produk

    Rencana strategi yang telah dibuat tidak bisa

    langsung di uji coba dulu tetapi harus di validasi dan

    revisi. Uji coba tahap awal di lakukan dengan

    simulasi, setelah itu baru di uji cobakan.

    7. Revisi Produk

    Dalam revisi produk dilakukan untuk mencari

    efektifitas dan efisiensi system kerja baru dengan

    cara membandingkan strategi lama dengan strategi

    baru.

    8. Uji Coba Produk

    Setela pengujian terhadap strategi berhasil dan

    mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting maka

    selanjutnya strategi yang baru itu dapat di terapkan

    di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaannya

    strategi tersebut tetap harus dinilai kekurangan /

    hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih

    lanjut.

    9. Revisi Produk

    Revisi produk dilakukaan apabila dalam

    pelaksanaan strategi di sekolah terdapat kekurangan

    dan kelemahan, mamka dalam uji pemakaian selalu

    mengevaluasi bagaimana strategi itu diterapkan.

    10. Pembuatan Produk Masal

  • 54

    Bila strategi peningkatan mutu tersebut telah

    dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian,

    maka strategi tersebut dapat diterapkan pada setiap

    lembaga Pendidikan.

    Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang

    telah dikemukakan oleh Sugiyono, peneliti

    melakukan penelitian sampai pada tahap uji coba

    produk, karena disesuaikan dengan situasi dan

    kondisi yang ada.

    2.5. Penelitian Yang Relevan

    Beberapa hasil penelitian terdahulu Urquiola

    (2016) Competition Among Schools: Traditional Public

    and Private Schools menunjukkan bahwa persaingan

    dari sekolah swasta dengan negeri memerlukan

    peningkatan prestasi dengan cara pemberian

    beasiswa terhadap anak-anak yang kurang mampu

    ekonominya namun berprestasi untuk dapat masuk

    ke sekolah swasta. Meskipun penelitian ini

    merupakan strategi yang diterapkan oleh sekolah

    swasta, namun langkah-langkah strategi tersebut

    dapat pula diterapkan pada sekolah negeri, karena

    sekolah negeripun memerlukan strategi untuk

    menarik minat peserta didik agar masuk ke

    sekolahnya. Sekaligus sebagai strategi untuk

    meningkatkan mutu pendidikan di sekolah negeri.

  • 55

    Harapannya peserta didik akan berlomba-lomba

    untuk berprestasi agar dapat memperoleh beasiswa..

    Berbeda dengan Khasanah, (2015: 161-175)

    untuk meningkatkan jumlah peserta didik melalui

    Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi

    Peningkatan Mutu di SD Alam Baturraden yaitu

    dalam rangka memenuhi kepuasan pelanggan sekolah

    menggunakan jasa pemasaran bauran 7 P, (product,

    price, place, promotion, people, physical evidence,

    process). Produk yang ditawarkan oleh Sekolah Alam

    Baturraden kepada pelanggan adalah dua varian

    yakni program reguler dan program inklusi. Selain

    menggunakan strategi pemasaran bauran. SD Alam

    Baturraden dalam perekrutan tenaga sangat selektif

    Rekrutmen, di SD Alam Baturaden, pengajar tidak

    diwajibkan hanya berasal dari kalangan pendidikan

    saja, akan tetapi juga dari lulusan beberapa disiplin

    ilmu non-kependidikan. Hal ini terkait dengan tujuan

    sekolah tersebut yang ingin menjadikan siswa

    memiliki berbagai wacana keilmuan yang luas yang

    bersumber dari para guru pengajar, Staffing,

    penempatan jabatan ditentukan oleh pengelola

    sekolah, Pelatihan kinerja, seperti yang telah

    dijabarkan di atas, Evaluasi kinerja, dilakukan setiap

    6 bulan sekali seperti diadakannya progress report

    bagi para pengajar dan juga administrasi, Restaffing,

  • 56

    yakni menganalisis penempatan kembali setelah

    evaluasi. Dari aspek kurikulum, Sekolah Alam

    Baturraden mengikuti standar yang telah ditetapkan

    oleh Kementrian Pendidikan Nasional, akan tetapi

    dalam hal penyajian SD Alam Baturraden memiliki ciri

    khas tersendiri dari sekolah alam. Kegiatan

    pembelajaran dilakukan secara terintegrasi dan juga

    belajar langsung dari alam dan berbasis pengalaman.

    Dengan strategi tersebut SD Alam Baturraden sangat

    diminati masyarakat sehingga dapat memenangkan

    persaingan

    Demikian pula hasil penelitian Supar (2014)

    tentang Strategi Pemasaran Sekolah Dasar Islam

    Terpadu Nurul Fikri Tulungagung menggunakan

    Strategi Deferensiasi penawaran produk Kurikulum

    Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) dengan

    hafalan Al Qur’an, hafalan doa-doa keseharian dan

    membuka layanan melalui jaringan internet , hal ini

    merupakan produk baru bagi masyarakat, sehingga

    layak dipasarkan kepada wali murid, dan hal ini

    menjadi daya tarik tersendiri. Produk baru ini

    ditawarkan lewat strategi pemasaran melalui kegiatan

    menjalin silaturahmi tanpa batas membuka peluang

    mendapatkan siswa, bekerjasama dengan lembaga-

    lembaga lain untuk mencari murid, pengadaan sarana

    prasarana termasuk pembangunan gedung, biaya

  • 57

    operasional sekolah dan pembinaan guru serta anak

    murindnya, sekolah menyediakan kendaraan antar

    jemput untuk memfasilitasi murid yang jauh. Strategi

    pemasaran yang dilakukan SDIT Nurul Fikri ini

    membuat jumlah siswa semakin meningkat sampai

    melebihi kuota. Teknik pengumpulan data

    menggunakan wawancara, studi dokumen dan

    observasi, Trianggulasi dalam penelitian ini

    membandingkan sumber data utama kepala Sekolah,

    kedua guru dan ke tiga ketua yayasan.

    Penelitian di atas sejalan dengan Sa’adah (2015)

    Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Minat

    Pengguna Layanan Jasa Pendidikan Pada SD Islamic

    Global School di Kota Malangmenggunakan Strategi

    Pemasaran melalui berbagai promosi dengan

    melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan,

    mengadakan even/lomba, serta membuka gelombang

    inden dalam penerimaan peserta didik baru, serta

    strategi diferensiasi fullday school . Penelitian ini

    menggunakan pendekatan kualitatif, Analisis data

    peneliti dilakuakn melalui reduksi data yaitu

    pemilihan, pengurangan data yang tidak sesuai

    dengan fokus penelitian, pengelompokan data

    kemudian diberi kode sesuai dengan teknik

    pengumpulan, informan, kode fokus dan waktu

    pengumpulan data. Kedua, penyajian data yaitu

  • 58

    pemaparan semua informasi yang telah direduksi.

    Ketiga, verifikasi/conclusion dengan membandingkan

    hasil penyajian data dengan sumber data lain,

    kemudian menarik kesimpulan dari data yang telah

    ditemukan dan dipaparkan. Hasil evaluasi

    menunjukkan jumlah peserta didik mengalami

    peningkatan dari tahun ke tahun.

    Kemudian Pertiwi (2017) menggunakan Srategi

    Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan

    Peminat dan Daya Tarik untuk Menyekolahkan Anak

    Ke SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta

    menggunakan Strategi pemasaran jasa pendidikan

    dan strategi diferensiasi, dengan menunjukkan proses

    pembelajaran yang menyenangkan (outing class) dan

    menampilkan ekstrakulikuler unggulan sekolah

    sebagai taktik persaingan dalam pemasaran, (d)

    Promosi; menerapkan teori bauran pemasaran. (e)

    Evaluasi promosi, kegiatan akhir yang dilakukan

    setelah melakukan promosi.

    Rohmitriasih dan Soetopo (2015: 402-407)

    tentang Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam

    Meningkatkan Loyalitas Pelanggan adalah dengan

    pengimplementasian strategi pemasaran jasa

    pendidikan di SD Laboratorium UM yang pertama

    adalah perencanaan strategi pemasaran dengan

    membuka kelas akselerasi ilmiah dan kelas bilingual

  • 59

    yang langsung di bawah naungan International

    Cambrigde Center (Inggris) juga menjaga hubungan

    baik dengan pelanggan pendidikan dan pemberian

    pelayanan yang maksimal melalui pembelajaran yang

    real dan memberikan kepuasan bagi peserta didik

    ataupun pelanggan pendidikan, Implementasi

    selanjutnya adalah dengan publikasi sekolah.

    Publikasi dilakukan setiap tahunnya saat PMB, dan

    Evaluasi mengenai keberhasilan implementasi

    pembelajaran juga pelayanan. Instrumen yang

    digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yakni

    peneliti sendiri. Prosedur pengumpulan data yakni

    dengan teknik wawancara, observasi, dan

    dokumentasi.

    Hasil penelitian di atas, menggambarkan bahwa

    dalam rangka menarik pengguna jasa pendidikan

    untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga

    pendidikan yang bersangkuatan rata-rata

    menggunakan strategi pemasaran. Namun di

    dalamnya terdapat strategi bersaing diferensiasi yaitu

    setiap sekolah menawarkan produk yang merupakan

    ciri khusus yang menjadi pembeda dengan sekolah

    lain. Inilah yang menjadi kesamaan dengan strategi

    yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini.

    Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan

    yang peneliti lakukan adalah tempat penelitian rata-

  • 60

    rata di sekolah swasta, sedang yang penulis lakukan

    di sekolah negeri, peneliti terdahulu menerapkan

    strategi diferensiasi melalui strategi Pemasaran dan

    rata-rata tanpa menggunakan model pengembangan,

    Sedangkan dalam penelitian ini, strategi bersaing

    yang digunakan adalah strategi diferensiasi dengan

    model pengembangan ADDIE. Produk yang dihasilkan

    berupa kurikulum kearifan religi dan petunjuk

    pelaksanaan kegiatan berbasis kearifan religi yang

    digunakan sebagai pedoman pembelajaran di SD

    Negeri Jombor.

    2.5. Kerangka Pikir

    Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa

    Sekolah kekurangan peserta didik dikarenakan dalam

    satu desa ada lembaga Pendidikan yang lain yaitu MI

    sebagai competitor, juga adanya perbedaan dalam

    Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2008 pasal 17

    yang menyebutkan bahwa guru dapat memperoleh

    tunjangan sertifikasi apabila mengajar minimal satu

    kelas berjumlah 20 siswa sedangkan untuk MI, guru

    dapat memperoleh tunjangan sertifikasi apabila

    mengajar minimal 1 kelas 15 siswa. Selain itu adanya

    isu bahwa anak yang bersekolah negeri tidak tahu

    tentang agama karena gurunya tidak berlatar

    belakang pendidikan agama. Permasalahan tersebut

    memotivasi peneliti untuk mencari strategi yang tepat

  • 61

    supaya dapat menarik minat masyarakat terhadap

    sekolah melalui analisis SWOT.

    Berdasarkan latar belakang permasalahan,

    strategi yang tepat adalah Strategi bersaing

    diferensiasi yaitu sekolah yang memiliki ciri khusus

    yang tidak dimiliki sekolah lain. Ciri khusus yang

    dikembangkan sesuai dengan hasil analisis SWOT

    adalah mengembangkan Kurikulum Berbasis Kearifan

    Religi (Kurikulum SD sesuai dengan Permendikbud

    No. 22 dan 23 tahun 2006 dan Permendibud No. 20,

    21 Tahun 2016) ditambah materi Kegiatan Berbasis

    Kearifan Religi, salah satunya adalah kegiatan TPQ.

    Agar model yang dikembangkan layak maka

    dilakukan uji pakar, baru diimplementasikan ke

    sekolah. Dengan dilaksanakan kegiatan berbasis

    kearifan religi diharapkan animo masyarakat untuk

    menyekolahkan anaknya ke SD Negeri Jombor

    meningkat.

  • 62

    Kerangka Pikir tersebut dapat dilihat dalam

    diagram di bawah ini.

    Gambar 2.2. Diagram Kerangka Pikir

    ANALISIS SWOT

    Lembaga

    Pendidikan MI (SNP, Kemenag,

    Pondok, masyarkat)

    PP No.74 Th. 2008

    Ps.17

    SD NEGERI JOMBOR

    KEKURANGAN SISWA

    (SNP & Masyarakat)

    Menetapkan Model

    Pengembangan

    Merumuskan

    Strategi

    Jumlah Peserta

    Didik Meningkat

    Uji Pakar Implementasi

    Model

    - Kompetensi Guru di Bidang

    IT Kurang

    - Isu Materi PendidikanAgama

    Islam di SD Kurang

    - Lingkungan Islami - orang tua menyekolahkan

    anak di sekolah lain