bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 2.1.1 -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA
IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta.
Pengertian IPA (Sains) adalah sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian
gagasan-gagasan. “Sains diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam
semesta …. standar kompetensi bahan kajian sains salah satunya adalah kerja ilmiah”. (KTSP
SDN Poncowarno:2012)
Menurut Warsiti (2006:33) dalam Rahmawati (2009) hakikat pengertian IPA meliputi
tiga hal, yaitu: Produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; Proses IPA
atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil IPA atau
produk IPA; Sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukan proses
IPA sehingga terjadi produk IPA. Sikap dan nilai Ilmiah. Siswa mengembangkan sikap ingin
tahu, tidak percaya takhayul, jujur dalam menajikan data dan faktual, terbuka pada pikiran dan
gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap makhluk hidup dan
lingkungan, tekun dan teliti.
2.1.1.2 Pengertian IPA
Srini M. Iskandar (2001: 2), kata IPA merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan
Alam”. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural
Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu
pengetahuan. Jadi “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah adalah ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Leo Sutrisno, Hery Setyadi & Kartono (2007: 1-19), menyatakan
7
” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).
Krajcik S. Joseph, Czerniak M. Charlene and Berger Carl (1999: 12) “ Science was
created by humans to predict and explain events and fenomena .
IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta.
Pengertian IPA (sains) adalah sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan,
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-
gagasan. Kurikulum(1994).
Sedangkan IPA menurut Purnels dalam Srini M. Iskandar, 2001:2 “pengetahuan
manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik,
serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan
hipotesis-hipotesis”.
Menurut Warsiti (2006:33) dalam Yuli Rahmawati (2009: ) hakikat pengertian IPA
meliputi tiga hal, yaitu (1) Produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori;
(2) Proses IPA atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-
hasil IPA atau produk IPA; (3) Sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama
melakukan proses IPA sehingga terjadi produk IPA..
Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk
memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses yang
digunakan dalam sains antara lain: mengamati, menggolongkan, mengukur, menggunakan
alat, mengomunikasikan hasil melalui berbagai cara seperti lisan, tulisan, dan diagram,
menafsirkan informasi, mengajukan pertanyaan, memprediksi, melakukan percobaan. Agar
mampu bekerja secara ilmiah pada siswa perlu ditanamkan sikap-sikap berikut: rasa ingin
tahu, bekerja sama secara terbuka, bekerja keras dan cerdas, mengambil keputusan yang
bertanggung jawab, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan.
8
Peneliti berpendapat bahwa hakikat pengertian IPA adalah pengetahuan manusia
tentang alam dan gejala-gejalanya yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen
yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-
prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis, untuk dapat berkomunikasi ilmiah,
mengembangkan kreativitas pemecahan masalah dan sikap serta nilai ilmiah.
Peneliti menyimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan
manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode
ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga
akan terus di sempurnakan..
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Depdiknas (2008 : 148) menyebutkan
bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD atau MI adalah :(1) Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan
dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)
Mengembangkan rasa ingin tau, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.(4) Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.(6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.dan (7) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTs.
2.1.1. 4 Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut
(1) makhlluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi
cair, padat dan gas (3) energy dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
9
cahaya dan pesawat sederhana (4) bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya
dan benda-benda langit lainnya.
2.1.1.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 4 Semester II.
Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa standar kompetensi bahan kajian sains
salah satunya adalah kerja ilmiah, yang meliputi (1) Penyelidikan/penelitian; Siswa menggali
pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan produk teknologi melalui refleksi dan analisis
untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, mengomunikasikan
kesimpulan, serta menilai rencana prosedur dan hasilnya, (2) berkomunikasi Ilmiah; Siswa
mengomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan kajiannya kepada berbagai
kelompok sasaran untuk berbagai tujuan, (3) Pengembangan Kreativitas dan Pemecahan
Masalah; Siswa mampu berkreativitas dan memecahkan masalah serta membuat keputusan
dengan menggunakan metode ilmiah, (4) Sikap dan Nilai Ilmiah; Siswa mengembangkan sikap
ingin tahu, tidak percaya takhayul, jujur dalam menyajikan data dan faktual, terbuka pada
pikiran dan gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap makhluk
hidup dan lingkungan, tekun dan teliti
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 4 Semester II.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya 7. Memahami gaya dapat mengubah
gerak dan/ atau bentuk benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak benda.
7.2. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk benda.
2.1.1.6 Pembelajaran IPA yang Efektif.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan
mengenai pembelajaran IPA yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
10
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar BNSP (2007: 13).
Pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan dan dengan menggunakan pendekatan
serta model apapun harus benar-benar efektif. Dalam buku Kegiatan Belajar yang Efektif
(Depdiknas, 2003:5-6) pembelajaran yang efektif secara umum diartikan sebagai kegiatan
belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa (peserta didik) serta mengacu pada
pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik.
Rusna Ristasa (2010:11) menyatakan, “Ada baiknya jika guru yang akan merancang
pembelajaran IPA di SD memperhatikan tujuh ciri utama pembelajaran efektif yang
memberdayakan potensi siswa sebagaimana diuraikan pada buku Kegiatan Belajar Mengajar
yang Efektif “. Ketujuh ciri itu adalah (1) berpijak pada prinsip kontruktivisme, (2) berpusat
pada siswa, (3) belajar dengan mengalami, (4) mengembangkan keterampilan sosial, kognitif,
dan emosional; (5) mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber- Tuhan; (6)
belajar sepanjang hayat; (7) perpaduan kemandirian dan kerja sama
Peneliti berpendapat bahwa penyelenggaraan pembelajaran IPA dengan pendekatan
dan model apapun harus memperhatikan pemberdayaan potensi siswa serta mengacu pada
pencapaian kompetensi individual siswa.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran sangat banyak macamnya di antaranya adalah model
konvensional (ceramah, latihan, penugasan) dan metode kooperatif (STAD, Jigsaw, Group
Investigation, Struktural).
11
Arends (dalam Sugiyanto, 2008:43) menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Eliot Aronson dan teman-teman dari
Universitas Texas, kemudian di adaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas Hopkins.
Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan pula oleh Arends
dalam Sumarni, (2010) bahwa “Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya.”
Model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah pembelajaran di mana siswa belajar
dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan
kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota kelompok lain (Lembar Ilmu
Pendidikan:1999; dalam Sumarni (2010)).
Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2002:30) mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses
kelompok.
Berdasarkan pengertian model jigsaw peneliti berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran dengan berkelompok yang para
anggotanya berpencar untuk membentuk kelompok baru dan masing-masing anggota
kelompok baru bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompok semula (home teams).Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan
bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa
belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.
Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran
melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang
12
maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe
Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan
anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya
diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu
kelompok yang disebut kelompok ahli.
2.1.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Istilah karakteristik menurut kamus berarti ciri-ciri khusus. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu (1). kelompok kecil, (2) belajar bersama,
dan (3). pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu
sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap
ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung
siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-
sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.1.2.3.1 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Bahriatul Azizah (2006) dalam Mutoharoh (2008:89), model pembelajaran
tipe jigsaw memiliki kelebihan (a) dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di
antara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda, (b) menerapkan bimbingan sesama
teman, (c) rasa harga diri siswa yang lebih tinggi, (d) memperbaiki kehadiran siswa, (e)
Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar, (f) sikap apatis berkurang, (g)
pemahaman materi lebih mendalam, dan (h) meningkatkan motivasi belajar.
Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran menggunakan model jigsaw, peneliti
menemukan beberapa kelebihan model jigsaw sebagai berikut: (a) Pembelajaran tidak
membosankan karena semua anggota kelompok mendapat bagian yang berbeda, (b)
Penggunaan pembelajaran model jigsaw mampu melibatkan semua siswa secara aktif dan
bertanggung jawab dalam belajar, (c) Menanamkan dan membangun kerja sama yang baik
antar siswa dalam kelas, sehingga ketika siswa dewasa sudah terbiasa bekerja sama. Ketika
siswa belajar dalam kelompok pakar, siswa akan saling bekerja sama dan membantu siswa
yang mengalami hambatan dan kesulitan-kesulitan,(d) Siswa merasa dihargai dengan
13
kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk mempelajari dan mengajarkan kepada anggota
kelompok. Perasaan tersebut akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa yang dapat
berkembang pada penampilan siswa untuk kesempatan yang lain, (e) Melatih sikap
menghargai dan saling menghormati. Ketika salah satu siswa dari kelompok ahli mengajarkan
materi yang sudah dipelajarinya, siswa anggota home team memperhatikan dengan sungguh-
sungguh, (f) Kompetensi yang lebih banyak dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih
singkat, (g) Menghemat, waktu. Dalam satu kali pembelajaran dapat menyelesaikan lebih
banyak sub-sub materi dengan penguasaan kompetensi yang lebih baik pula, (h) Cocok untuk
semua kelas/tingkatan, (i) Bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, atau berbicara, (j) dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, (k)
Belajar dalam suasana gotong-royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (l) Kelompok memiliki sumber
informasi maupun buah pikiran yang lebih kaya daripada yang dimiliki individu, (m) Dapat
meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun orang lain dan meningkatkan
kemampuan individu untuk berinteraksi, (n) Melatih siswa menghadapi masalah secara
kelompok, (o) Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat menigkat, (p)
Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan, (q) Mengurangi rasa
kurang percaya diri dalam diri siswa, (r) Menigkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif
siswa, (s) Meningkatkan prestasi belajar siswa, (t) Pengayaan dapat diberikan lebih luas dan
kompleks, (u) Menantang guru untuk lebih kreatif dalam merancang pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan siswa, (v) Jika terjadi kegagalan pencapaian kompetensi
perbaikan lebih mudah dilaksanakan. Jika terjadi kegagalan pencapaian kompetensi perbaikan
lebih mudah dilaksanakan.
2.1.2.3.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .
Menurut Bahriatul Azizah (2006) dalam Mutoharoh (2008:8-9) metode jigsaw
memiliki kekurangan sebagai berikut:(a). Jika jumlah anggota kelompok kurang akan
menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.(b). Membutuhkan waktu yang lebih lama
14
apalagi bila ada penataan ruang yang belum berkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu
untuk mengubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh,
Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran menggunakan metode jigsaw,
peneliti menemukan beberapa kelemahan model pembelajaran jigsaw sebagai berikut:(a). Jika
kelas belum pernah ataupun belum terbiasa pada kesempatan pertama peneliti sebagai guru
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menanamkan pemahaman siswa terhadap
langkah-langkah/urutan kerja menggunakan metode jigsaw.(b). Pengawasan yang kurang
melekat terhadap semua anggota kelompok ahli memungkinkan kerja kelompok ada yang
macet, (c) Membutuhkan pengajar yang kreatif, (d) Memprasyaratkan siswa punya latar
belakang yang cukup untuk dapat membahas masalah yang akan didiskusikan
2.1.2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran di mana siswa
belajar dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan
kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota kelompok lain (Lembar Ilmu
Pendidikan:1999; dalam Sumarni (2010)).
Langkah-langkah pembelajaran Model Jigsaw sebagai berikut (1). Kelas dibagi
menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakter yang
heterogen, (2) Bahan akademik disajikan dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut (3). Para anggota dari
beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok „pakar‟ (expert group), (4).
Selanjutnya siswa yang berada dalam kelompok semula (home teams) mengajar anggota lain
mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar, (5) Setelah diadakan pertemuan
dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang
telah dipelajari. Dalam model jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan dengan cara tiap
siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, kepada siswa
secara individu atau team yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan. Kadang
15
beberapa atau semua team memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu
kriteria/standar tertentu (Sugiyanto 2008:42-44).
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peneliti
memperoleh gambaran dalam bentuk diagram yang disesuaikan dengan jumlah siswa kelas 4
SDN Poncowarno Tahun Pelajaran 2012/2013.
Gambar Pembentukan kelompok jigsaw adalah sebagai berikut
Gambar 2.1
2.1.3. Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan. Dalam kegiatan belajar siswa di anggap sebagai objek yang harus di beri berbagai
macam pengetahuan dan keterampilan agar dapat menambah pengetahuan yang dimiliki,
misalnya dengan membaca, menghafal pelajaran, mengerjakan soal dan sebagainya.
Pendapat ini menganggap siswa sebagai objek yang tidak diberi kesempatan
mengembangkan diri atau belajar dari pengetahuan atau pengetahuan yang di peroleh.
Belajar adalah suatu proses perubahan dari diri manusia itu sendiri, terbukti dengan
Kelompok
Asal 4
Kelompok
Asal 5
Kelompok
Asal 1
Kelompok
Asal 3
Kelompok
Asal 2
Kelompok
Ahli 1
Kelompok
Ahli 1
Kelompok
Ahli 1 Kelompok
Ahli 1
Belajar
materi 1
Belajar
Materi 2
Belajar
Materi 3
Belajar
Materi 4
16
munculnya tingkah laku baru misalnya, timbul wawasan baru dan rasa sosial yang
berkembang.
Slameto (2003:2) menjelaskan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memproleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena
itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti
belajar. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu perubahan terjadi secara
sadar, continue, positif dan aktif, terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut
J.Bruner (dalam Slameto 2003:11) bahwa “belajar tidak untuk mengubah tingkah laku
sesorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa
dapat belajar lebih banyak dan mudah”. Dengan demikian alangkah baiknya bila sekolah
dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan
kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Partisipasi aktif dari siswa penting dalam
proses belajar untuk mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan dari tiap-tiap
siswa.
Selain itu Dimyati dan Mudjiono (2006:7) menyebutkan bahwa belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan
mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa di sekolah maupun di
lingkungan keluarganya sendiri.
Belajar adalah „„perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil
latihan dan pengalaman” (Morgan, dkk dalam Mulyana Sumantri dan J.Permana (2001:13).
Belajar merupakan suatu proses berfikir dalam menunjang perubahan tingkah laku
baik dari aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Belajar tidak terjadi secara spontan
tetapi memerlukan waktu untuk mendapatkan hasil. Belajar tidak hanya semata-mata tekad
membaca melainkan lebih dari itu yaitu melalui diskusi, mengamati sesuatu, mencoba,
mempraktekkan , dan mendengarkan. Dengan belajar manusia dapat mempraktekkan hidup
17
serta mengembangkan dirinya sendiri dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian segala
yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan kesengajaan yang akhirnya dapat menambah
pengetahuan, keterampilan, dan perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil dari kegiatan
belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa belaajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari transformasi informasi,
latihan dan pengalaman yang diterima secara aktif.
2.1.3.2 Ciri-ciri Kegiatan Belajar
Menurut Nasution (1992:3) cir-ciri belajar ada 3 (tiga) macam yaitu : (1) belajar adalah
aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun
potensial, (2) perubahan itu adalah didapatkannya kemampuan baru, (3) perubahan itu terjadi
karena usaha.
2.1.3.3 Unsur-unsur Belajar
Unsur-unsur belajar yang terkait dalam proses belajar menurut Nasution (1992;5)
terdiri dari (1) faktor dalam meliputi fisiologis dan psikologis, (2) faktor luar meliputi lingkungan
dan instrumental. Unsur-unsur belajar tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam
menghasilkan keluaran tertentu.
2.1.3.4 Tujuan Belajar
Menurut Gagne dalam Mulyani Sumantri dan J.Permana (2001:14) tujuan yang ingin
dicapai dikelompokkan menjadi 5 (lima) yaitu (1) kemampuan intelektual yaitu mengarah pada
peningkatan kecerdasan, (2) strategi kognitif yaitu kemampuan memecahkan masalah, (3)
informasi verbal yaitu berupa kata-kata, kalimat dengan belajar kita memperoleh pengetahuan
/kemampuan mencari dan mengolah informasi, (4) keterampilan motorik yaitu kelincahan
gerak melakukan aktivitas cepat dan tepat, (5) sikap dan nilai-nilai yaitu dapat merubah sikap
dan nilai-nilai moral yang bertanggung jawab,percaya diri dan memiliki keyakinan
Penulis menyimpulkan bahwa tujuan belajar merupakan suatu harapan yang ingin
dicapai dalam kegiatan belajar..Tujuan belajar nerupakan komponen yang sangat penting,
karena suatu komponen yang ada dalam system pembelajaran yang dilaksanakan atas dasar
pencapaian tujuan.Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu sistem lingkungan atau
18
kondisi belajar yang baik. Sistem belajar dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling
mempengaruhi.
2.1.3.5 Hasil Belajar
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa akibat dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Angkowo (2007:47) dalam Rusna Ristasa
(2010:19) “Belajar adalah perubahan persepsi dan pema-haman. Perubahan persepsi dan
pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Belajar akan
efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.”
Menurut Bloom dkk dalam Sumarni (2011) tujuan atau hasil belajar digolongkan dalam
tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembagian hasil belajar ke dalam ketiga domain
tersebut sifatnya tidak terpisah secara tegas. Artinya pada waktu mengembangkan hasil
belajar kognitif tidak berarti guru tersebut tidak mengembangkan hasil belajar afektif dan
psikomotor. Pembagian ini dilakukan mengingat mata pelajaran memiliki ciri-ciri tertentu yang
mendapat tugas untuk mengembangkan hasil belajar tertentu pula.
2.1.4 Hubungan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw dengan Hasil Belajar
Pengertian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikan rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi kearah yang lebih baik. Model
pembelajaran kooperatif tipe jigasaw adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan
kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupaka tipe model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kapada kelompok yang lain (Arends, 1997).
19
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie,A., 1994).
Dengan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang diberikan kepada kelompoknya dan materi pelajaran
yang diterima dari kelompoknya maka angka ketuntasan maupun hasil belajar lebih tinggi dan
lebih baik atau dikatakan hasil belajar meningkat.
2.1.5 Media Benda Asli
2.1.5.1 Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti
perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media diartikan
sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan atau sebagai
medium untuk perantara.
Beberapa ahli telah mengemukakan pengertian tentang media pembelajaran antara
lain Gagne dan Reisen (dalam Mulyani Sumantri, 2001 : 150 ), mendefinisikan media
pengajaran sebagai “ alat fisik dimana pesan – pesan instruksional dikomunikasikan”.Jadi
seorang instruktur, buku cerita, pertunjukan film, atau tape recorder, dan lain – lain peralatan
fisik yang mengkomunikasikan pesan instruksional dianggap sebagai media, Dalam Dinje
Borman Rumumpuk (1988:6) dalam Mulyani Sumantri (2001 : 153), mendefinisikan “media
pengajaran sebagai setiap alat, baik software maupun hardware yang dipergunakan sebagai
media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar
Mulyani Sumantri (2001 : 153), menyatakan bahwa media pengajaran adalah segala alat
pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan–bahan
instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan
pengajaran tersebut.
20
Peneliti berpendapat bahwa media merupakan alat bantu guru dalam mengajar
untuk menyampaikan pesan kepada siswa, dan dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan sehingga proses pembelajaran lebih jelas, menarik, menyenangkan,
dan efektif dalam mencapai tujuan pebelajaran.
2.1.5.2. Tujuan Penggunaan Media
Secara umum tujuan penggunaan suatu media yaitu untuk membantu guru
menyampaikan pesan-pesan secara mudah kepada siswa, sehingga siswa dapat menguasai
pesan-pesan tersebut secara tepat dan akurat.
Sedangkan secara khusus media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai
berikut:(a) Memberi kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip
dan keterampilan tertentu.Dengan menggunakan media yang paling tepat untuk karakteristik
bahan ajar, (b) Memberi pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih
merangsang minat peserta didik untuk belajar; (c) Menumbuhkan sikap dan keterampilan
tertentu dalam teknologi, karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau
mengoperasikan media tertentu, (d) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan
peserta didik (dalam Mulyani Sumantri, 2001 : 153 ).
Peneliti berpendapat bahwa tujuan penggunaan media adalah untuk memudahkan
guru dalam menyampaikan pesan dan memudahkan siswa dalam menerima pesan baik
berupa konsep-konsep maupun keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap dalam
pembelajaran.
2.1.5.3 Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk mengantarkan
atau menyampaikan pesan, secara umum media berfungsi sebagai (a) alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (b) bagian integral dari keseluruhan situasi
mengajar, (c) meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat
mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme, (d) membangkitkan motivasi belajar
peserta didik, (e) mempertinggi mutu proses pengajaran ( Mulyani Sumantri 2001:154 ).
21
Sedangkan menurut Derek Rowantrie (1982:168) dalam Mulyani Sumantri (2001:154 )
menyebutkan fungsi media pendidikan atau pengajaran, adalah (a) engange the Student‟s
motivation (membangkitkan motivasi belajar), (b) recall earlier learning (mengulang apa
yang telah dipelajari), (c) provide new learning stimuli (menyediakan stimulus belajar), (d)
activate the student‟s response (mengaktifkan respons peserta didik), (e) give speedy
feedback (memberi balikan dengan cepat/segera) dan (f) encourage appropriate practice
(menggalakkan latihan yang serasi).
Peneliti berpendapat bahwa fungsi media pengajaran yaitu sebagai alat bantu untuk
memberikan stimulus dalam mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif dan dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, supaya dapat mempertinggi mutu proses
pembelajaran.
2.1.5.4 Alasan Penggunaan Media
Penggunaan media pengajaran bertitik tolak pada dua hal , yaitu (a) belajar
merupakan perubahan perilaku.“ Perubahan perilaku terjadi akibat adanya suatu proses yang
diawali dengan adanya rangsangan yang kemudian diolah menjadi persepsi. Untuk
menanggulangi hambatan terbentuknya persepsi harus diupayakan suatu bentuk alat bantu
yang memudahkan atau mengurangi hambatan – hambatan penguasaan kemampuan peserta
didik” ( Mulyani Sumantri, 2001 : 155 ).(b) belajar merupakan proses komunikasi“ Proses
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima. Media digunakan
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan – hambatan tersebut”.( Mulyani
Sumantri, 2001 : 155 ).
Berdasarkan alasan penggunaan media, peneliti berpendapat bahwa pembelajaran
perlu menggunakan media karena perubahan perilaku dan proses komunikasi perlu adanya
rangsangan untuk terbentuknya persepsi yang benar, agar proses tersebut tidak mengalami
banyak hambatan harus diupayakan alat bantu atau media.
2.1.5.5 Prinsip – Prinsip Pemilihan Suatu Media
Dalam proses pengajaran hendaknya seorang guru menggunakan media pengajaran
yang sesuai agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan optimal. Adapun prinsip- prinsip
pemilihan media meliputi (a) memilih media harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan
22
bahan ajar yang akan disampaikan, (b) memilih media harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik, (c) memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru,
baik dari pengadaannya maupun penggunaannya, (d) memilih media harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat, (e) memilih media
harus memahami karakteristik dari media itu sendiri.( Mulyani Sumantri, 2001 : 156 ).
Sedangkan fakta – fakta yang harus dipertimbangkan dalam memilih media
pengajaran adalah (a) objektifitas yaitu pemilihan suatu media tidak didasarkan karena
kesukaan pribadi atau sekedar hiburan, sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya
dengan bahan ajar dan karakteristik peserta didik, (b) program pengajaran artinya dalam
memilih media harus disesuaikan dengan program pengajaran, karena tidak semua media
dapat digunakan untuk semua program pengajaran, (c) situasi dan kondisi artinya pemilihan
media harus disesuaikan dengan situasi belajar mengajar yaitu disesuaikan dengan metode
mengajar, materi pelajaran, serta lingkungan sekolah dan kelas, (d) kualitas teknik yaitu
kesiapan operasional media sebelum digunakan, misalnya untuk video compact disk apakah
kondisinya masih bagus atau sudah rusak, (e) keefektifan dan efisien penggunaan artinya
penggunaan media bukan semata–mata karena melaksanakan salah satu komponen -
komponen tetapi apakah media itu betul – betul berguna untuk memudahkan pemahaman
peserta didik. ( Mulyani Sumantri, 2001 : 156 ).
Peneliti berpendapat bahwa prinsip – prinsip pemilihan suatu media yaitu harus
berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan bahan ajar/materi yang harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa, situasi dan kondisi, dan harus memahami karakteristik dari
media itu sendiri serta meperhatikan efektifitas dan efisiensi penggunaan media.
2.1.5.6 Berbagai Jenis Media Pembelajaran
Media yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran itu banyak jenisnya namun Sri
Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994) dalam Mulyani Sumantri & J.Permana (2001:158)
mengklasifikasikan menjadi (1) media visual, (2) media audio, (3) media audio-visual, (4)
media (benda) asli dan orang.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, peneliti menggunakan media
benda asli.
23
2.1.5.7 Media Benda Asli
2.1.5.7.1 Pengertian Media benda Asli
Media benda asli merupakan benda yang sebenarnya atau benda yang berwujud
benda sesungguhnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik (Mulyani Sumantri,
2001 : 161 ).
Menurut peneliti media benda asli adalah alat bantu guru dalam pembelajaran berupa
benda sebenarnya atau benda yang berwujud benda sesungguhnya yang membantu
memberikan pengalaman nyata kepada siswa.
2.1.5.7.2 Tujuan Penggunaan Media Benda Asli
Menurut ahli atau peneliti yang lain, peneliti belum menemukan tujuan penggunaan
media benda asli secara spesifik. Namun berdasarkan pengalaman dan keterangan yang
ditemukan dapat dirumuskan tujuan penggunaan media benda asli sebagai berikut: (a)
Memberi kemudahan kepada siswa untuk memiliki ingatan yang tahan lama terhadap materi
yang dipelajarinya sehingga kompetensi yang dicapai siswa bersifat permanen dan sulit
dilupakan, jika di kemudian hari siswa lupa, maka akan mudah teringat kembali hanya dengan
stimulus yang kecil yaitu dengan melihat benda asli/tiruan atau bahkan hanya gambar saja, (b)
Menciptakan belajar dengan pengalaman nyata dan bermakna, (c) Supaya siswa lebih tertarik
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuan siswa, (d)
Membentuk sikap mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan dengan
pengalaman nyata dan bermakna yang telah diperoleh siswa.
2.1.5.7.3 Fungsi Media Benda Asli
Menurut Mulyani Sumantri (2001:176) fungsi media benda asli (a) Memberi
pengalaman nyata dalam kehidupan, (b) Menarik minat belajar.
Berdasarkan fungsi di atas dan pengalaman peneliti dalam pembelajaran
menggunakan media benda asli, peneliti berpendapat bahwa fungsi media benda asli yaitu (a)
Memberi pengalaman nyata dalam kehidupan; (b) Menarik minat siswa; (c) Juga menjadikan
belajar lebih bermakna bagi siswa; dan (d) Memperkuat motivasi siswa dalam pembelajaran
di sekolah maupun belajar siswa di luar sekolah.
2.1.5.7.4 Alasan Penggunaan Media Benda Asli
24
Menurut peneliti alasan penggunaan media benda asli karena (a) belajar/perubahan
perilaku dan proses komunikasi siswa perlu adanya rangsangan, (b) mempermudah siswa
untuk terbentuknya persepsi yang benar, agar proses tersebut tidak mengalami banyak
hambatan; (c) Pembentukan peresepsi harus diupayakan secara kuat oleh guru agar
terbentuk suatu pengalaman belajar murid yang bermakna.
2.1.5.7.5 Kekuatan Media Benda Asli
Media benda asli memiliki kekuatan (a) Benda asli memberikan pengalaman yang
sangat berharga dan nyata karena langsung dalam dunia sebenarnya, (b) Benda asli memiliki
ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan, (c) Pengalaman nyata dapat membentuk sikap
mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan; (d) Benda asli dan model
dapat dikumpulkan dan dicari; (e) Benda asli dapat dikoleksi orang.
2.1.5.7.6 Cara Menggunakan Media Benda Asli
Cara menggunakan media benda asli disesuaikan dengan jenis media benda asli
yang dipilih untuk digunakan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini adalah gaya. Jadi
media benda asli yang digunakan adalah benda-benda yang terkait dengan gerak dan gaya
misalnya sepeda, tempat kapur, kelereng, bola, plastisin, adonan kue, meja, kursi, kaleng,
pisau pemotong, wortel,kue, cetakan kue, sterofoam, kawat, gunting, dan lain-lain
Pada dasarnya cara penggunaan media benda asli sebagai media pembelajaran
gaya disajikan dengan cara mempraktekkan atau eksperimen benda-benda/berbagai alat
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan gaya disertai lembar kerja siswa (LKS)
pada kelompok ahli. Cara menggunakan masing-masing alat sebagai berikut: Siswa diminta
memindahkan benda misalnya tempat kapur, meja, kursi dll (b). Guru meminta salah seorang
siswa menendang bola, seorang siswa menghadang bola tersebut, menangkap dan melempar
bola, (c) siswa yang lain juga mempraktekkan melempar kelereng diarahkan agar menyentuh
kelereng lain yang tadinya diam (d) salah seorang naik sepeda, yang lain mendorong (e)
memotong wortel,sterofoam ataupun kue,membuat bentuk hewan atau buah dari plastisin,
mencetak adonan kue, (f) kaleng diinjak hingga penyok. Guru meminta siswa untuk
bereksperimen dan mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari melalui diskusi pada
25
kelompok ahli dan disampaikan pada kelompok asal dan didiskusikan dan dibahas kembali
pada kelompok asal .
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutoharoh tahun 2009
berjudul Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Learning Metode Jigsaw dalam Peningkatan
Hasil Belajar PKn Siswa Kelas 5 SDN 5 Kebumen Tahun 2008/2009. Hasil penelitian tersebut
melalui pembelajaran kooperatif model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan
setiap siklus menghasilkan peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumarni dengan
judul Penggunaan Model Jigsaw dan Penggunaan Media Benda Asli untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA tentang Pesawat Sederhana pada siswa Kelas 5 SDN Poncowarno,
Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Tahun 2009/2010. Hasil penelitian tersebut
adalah:(1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan media benda asli
kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan cepat mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa sebesar 52,17% dari siklus I
ke siklus II; (2) Mampu meningkatkan tanggung jawab belajar siswa sebesar 56,52% dari
siklus I ke siklus II; (3) Mampu memberikan tingkat penguasaan materi yang lebih baik pada
hasil belajar dengan kenaikan ketuntasan belajar sebesar 34,78% dari siklus I ke siklus II.
26
2.3. Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir
Berdasarkan skema dapat disimpulkan bahwa (1) pembelajaran IPA tentang Gaya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media benda asli pada
siswa kelas 4 SDN Poncowarno tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan hasil belajar,
(2) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media benda
asli, tujuan pembelajaran tercapai.
2,3,1 Hipotesis Tindakan
Dengan memperhatikan dan merujuk beberapa pendapat, dapat disusun hipotesis
tindakan sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berbantuan media benda asli diduga dapat meningkatkan keaktifan dalam mmengikuti
pembelajaran IPA tentang gaya, (2),Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berbantuan media asli diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang gaya pada siswa
kelas 4 SDN Poncowarno Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013
Penerapan Model
Pembelajaran
Kooperatif tipe
Jigsaw melalui
media Benda Asli Pemantapan
penggunanaan
model
pembelajaran
kooperatif tipe
jigsaw
Hasil Belajar
Rendah
Proses
belajar
mengajar
Hasil Belajar
Meningkat
Hasil belajar
lebih meningkat
pembelajaran
tercapai
Model
Pembelajaran
Konvensional
27