bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1 hakikat...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk hasil belajar,
pembelajaran IPS, minat belajar, dan metode pembelajaran “Mind Mapping”.
2.1.1 Hakikat Hasil Belajar
Definisi hasil belajar menurut Dimyati (2002), merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil
belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang
dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang
biasa diukur melalui tes.
Proses belajar mengajar merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat
siswa belajar. Hal ini mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah
proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang
menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh
siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah
laku yang dapat diukur dan diamati. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai
ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang dilakukan
oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar
merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2010).
Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun
dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
maupun individu.
8
9
Menurut Hamalik (2008) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi
hasil belajar. Sehingga menggambarkan bahwa setiap orang diharapkan akan
menjadi individu yang lebih baik setelah melalui proses belajar. Begitu pula
dengan dalam kegiatan belajardan mengajar, setelah mengalami belajar siswa
beruabah perilakunya disbanding sebelumnya.
Klasifikasi hasil belajar Bloom menurut kajian dari Suprijono (2009)
secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak.
Pernyataan tentang tingkat keberhasilan siswa sebagai hasil kegiatan
belajar, biasanya dilihat dari kemampuan kognitif yang berhubungan dengan
pengetahuan dan ingatan yang dimiliki baik yang berasal dari pengalaman
maupun proses pembelajaran yang telah dilakukan, kemampuan psikomotorik
yang berhubungan dengan keterampilan dan bakat yang dimiliki masing-masing
siswa, dan kemampuan afektif yang berhubungan dengan sikap dan perilaku siswa
dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Seluruh kemampuan tersebut
digunakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi para siswa.
Definisi hasil belajar terkait dengan penelitian ini adalah hasil yang
diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran yang berupa
nilai tes, yang mengukur kemampuan kognitif para siswa. Siswa dapat mencapai
hasil yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa
dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Khususnya
dalam aspek kognitif yang menuntut pengetahuan yang dimiliki oleh para siswa.
Untuk mengukur hasil belajar teknik yang biasa digunakan oleh guru adalah
teknik tes. Teknik tes dapat berupa tes pilihan ganda, tes tertulis, tes lisan dan tes
10
perbuatan. Pada akhirnya guru dapat mengetahui hasil belajar para siswa dari nilai
yang mereka peroleh setelah mengikuti tes.
2.1.2 Pembelajaran IPS
1) Hakikat IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum
sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial
(Diah, 2006).
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan yang berkenaan
dengan manusia dan masyarakat disekitarnya. Mempelajari bagaimana manusia
berhubungan santun dengan yang lainnya berdasarkan proses memadukan konsep
dan bahan kajian lama yang bersumber pada nilai-nilai tradisi dengan konsep dan
bahan kajian yang baru.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari
kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep
ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran (Diah, 2007).
Konsep dalam IPS merupakan bahan kajian utama untuk menelaah
berbagai berbagai masalah sosial yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menggunakan berbagai konsep ilmu sosial untuk memecahkan masalah
sosial, yang pada akhirnya dapat kita gunakan untuk mengambil keputusan
tentang bagaimana hasil penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.
Pembelajaran IPS yang diramu dalam kurikulum harus memiliki peran
penting dalam menyiapkan siswa mengembangkan nilai-nilai kerja keras, hemat,
jujur, disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat
kewirausahaan (Supriatna, 2007).
11
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan
mata pelajaran lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan
yang bertujuan membahas masalah sosial atau kemasyarakatan untuk mencapai
tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat
persekolahan (Sardiman, 2004).
Sesuai dengan uraian diatas bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial sangat erat
kaitannya dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan interaksi dengan
sekitarnya. Dengan keterpaduan dari konsep-konsep sosial tersebut, maka
pengertian anak dapat lebih mendalam dan minat anak akan meningkat. Sehingga
dapat menjadi bekal untuk mereka ketika masuk dalam masyarakat sosial dalam
lingkungan di sekitarnya dengan tetap berdasarkan pada prinsip-prinsip yang telah
didapatkannya.
2) Tujuan IPS
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah
sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi tujuan
utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai
manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.
Tujuan dari pembelajaran IPS adalah pembelajaran dapat membawa anak
didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya, sehingga pada akhirnya dapat
12
mengembangkan kepekaan mental, sikap belajar dan keterampilan dalam
menjalani kehidupan ini. Pendidikan IPS dapat digunakan untuk membekali para
siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas
kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga dan
dapat membawa berbagai dampak yang luas.
Berdasarkan teori-teori mengenai pembelajaran IPS diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa IPS adalah suatu mata pelajaran yang memiliki pendekatan
dalam hal-hal yang berkenaan dengan hubungan antar manusia tentang proses
yang memfasilitasi dan segala yang diakibatkannya. Digunakan untuk mengenal
fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, dan mempelajari bagaimana manusia
berhubungan dengan santun dengan yang lainnya baik dalam tatanan lokal
maupun dalam konteks global.
2.1.3 Hakikat Minat Belajar
1.) Hakikat Minat Belajar
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2003).
Minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas dapat
kita lihat ketika antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat tinggi.
Baik dalam memberikan pertanyaan ketika penjelasan yang diberikan oleh guru
kurang jelas, aktif dalam aktivitas pembelajaran sesuai dengan instruksi guru.
Minat belajar adalah suatu keinginan seseorang yang kuat untuk
melakukan perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan. Minat
sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa
menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor
minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran
dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orang tuanya (Yurmilza, 2011).
Guru harus mempunyai metode belajar yang tepat untuk menarik minat
belajar siswa agar hasil belajar mengajar dapat memuaskan, dengan adanya minat
maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan
13
tercapai. Guru juga harus mempunyai minat untuk belajar, karena kesiapan
keduanya merupakan menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam
usaha meningkatkan minat belajar, selayaknya guru dan siswa dapat menjadi
komponen yang saling mengisi satu sama lain.
2.) Fungsi Minat Belajar
Menurut Yurmilza (2011), fungsi dari minat dalam belajar lebih besar
sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk
belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk
tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran.
mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena
tidak ada pendorongnya.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang peserta didik
harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk
terus belajar. Minat belajar yang tinggi, pasti akan membuat siswa menjadi lebih
bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di kelas.
Menurut Slameto (2003) minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena
bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, mereka tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan
untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran
yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat
menambah kegiatan belajar.
Dari teori diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa fungsi minat
belajar adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang
diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu maka
menjadi kewajiban sekolah dan para guru untuk menyediakan lingkungan yang
dapat merangsang minat belajar siswa dengan kegiatan yang bermanfaat,
khususnya yang berlangsung dalam proses belajar mengajar.
3.) Indikator Minat Belajar
Menurut Harun (2009), ada beberapa indikator minat yang dapat dikenal
atau dapat dilihat melalui proses belajar diantaranya:
14
1. Ketertarikan untuk membaca buku
Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki
perasaan ketertarikan terhadap belajar tersebut. Siswa yang berminat terhadap
suatu bidang pelajaran, maka akan merasa tertarik dalam mempelajarinya dan
rajin belajar untuk terus mempelajari semua ilmu yang berhubungan dengan mata
pelajaran tersebut, mengikuti pelajaran dengan penuh antusias tanpa ada beban
pada diri mereka.
2. Perhatian dalam Belajar
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang terhadap
pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan mengesampingkan hal lain.
Jadi, siswa akan mempunyai perhatian dalam belajar, jiwa dan pikirannya terfokus
dengan apa yang dipelajarinya.
3. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan secara
sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku yang terarah
demi pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi interaksi belajar.
4. Pengetahuan
Selain dari perasaan senang dan perhatian, untuk mengetahui berminat
atau tidaknya seorang siswa terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari
pengetahuan yang dimilikinya. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran,
maka akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran serta bagaimana
manfaat belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dari kajian diatas, maka demi kelancaran suatu kegiatan belajar mengajar
seorang guru harus berusaha meningkatkan minat siswa terhadap belajar. Dalam
usaha meningkatkan minat belajar, tidak cukup hanya mengandalkan kesadaran
dari siswa itu sendiri. Melainkan dari usaha seorang guru yang sungguh-sungguh
memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan minat belajar dengan tujuan
mampu membantu siswa dalam belajar untuk mencapai hasil yang memuaskan.
Karena apabila seorang siswa memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti
pembelajaran maka hasil pembelajaran yang akan diperoleh akan lebih maksimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dapat dilihat dari
15
rasa senang, penuh perhatian, dan bersikap aktif. Siswa yang mempunyai minat
belajar yang tinggi tentunya mempunyai perasaan senang ketika mengikuti proses
pembelajaran, selalu memperhatikan setiap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan, dan aktif dalam pembelajaran. Aspek dan indikator minat belajar siswa
yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi:
a. Rasa senang
Didalamnya meliputi, siswa dapat memahami bahan belajar dengan rasa senang,
siswa belajar tanpa adanya paksaan, siswa mempunyai keinginan untuk dapat
mengakses sumber yang lebih banyak dan siswa mampu menyelesaikan tugas
dengan rasa senang.
b. Ketertarikan
Didalamnya meliputi, siswa memiliki antusias dalam mengikuti pembelajaran,
siswa tertarik untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran, siswa antusias untuk
mengulang pelajaran di rumah, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c. Perhatian
Didalamnya meliputi, siswa memiliki perhatian untuk tahu terhadap bahan
pelajaran, siswa memperhatikan penjelasan dari guru selama proses
pembelajaran, siswa mempunyai perhatian untuk menyelesaikan soal-soal
pelajaran.
2.1.4 Hakikat Metode Pembelajaran “Mind Mapping”
a) Hakikat metode
Menurut Djamarah (2002): Pemilihan metode merupakan hal yang sangat
penting perlu diperhatikan karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai
tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai
tujuan pembelajaran.
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap,
kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri (Slameto, 2003).
Uraian ini membahas kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar
seorang anak. Apabila siswa tersebut telah menemukan suatu cara yang
16
membuatnya nyaman dan sesuai dengan kebutuhan belajarnya, maka anak
tersebut dapat dengan mudah memahami materi yang dipelajari dan dapat
mengatasi permasalahan belajar yang dialami oleh kebanyakan anak.
Selanjutnya dalam Djamarah (2002), pemilihan dan penentuan metode
dalam pembelajaran harus memiliki:
(1) Nilai strategi dan metode
Didalam proses pembelajaran sering terjadi interaksi edukatif antara anak didik
dan guru. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya
disebabkan oleh pemilikan metode yang kurang tepat. Oleh karena itu metode
adalah salah satu cara yang memilliki nilai strategis dalam kegiatan belajar
mengajar. Nilai strategis dari metode adalah dapat mempengaruhi jalannya
pembelajaran.
(2) Efektivitas penggunaan metode
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan
menjadikan kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan, karena itu
efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuain metode dengan
semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan.
(3) Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap pembelajaran adalah tercapainya
tujuan
pembelajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pembelajaran dituntut
secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujaun guru sebagai salah satu sumber
belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan
belajar anak didik dikelas.
b) Hakikat pembelajaran
Menurut Sagala (2006), pembelajaran ialah membelajarkan siswa dengan
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Sedangkan Riyanto (2002) berpendapat bahwa
pembelajaran adalah suatu proses eksperimantasi. Selalu harus ada yang dipelajari
dan karena adanya pengalaman-pengalaman baru.
17
Dari kedua pendapat diatas mengenai hakikat pembelajaran, dapat
dikatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan untuk belajar, baik dari teori-
teori yang telah dipelajari maupun hasil dari pengalaman ketika melakukan suatu
aktifitas yang masih berhubungan dengan aspek pendidikan.
Menurut Sagala (2006), Pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam
memilih kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuat karena adanya kebutuhan
untuk menyakinkan tentang adanya alasan untuk belajar, dan siswa belum
mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil
belajar dan tujuan yang akan dicapai.
Dari pendapat diatas, dalam pembelajaran guru harus mampu memilih
suatu cara untuk merancang kegiatan pembelajaran sehingga membuat para siswa
mempunyai alasan untuk belajar dan mengetahui apa yang akan diperoleh setelah
mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Mulyana (2005), Dalam pembelajaran guru yang utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
siswa, dan umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 hal yaitu pretes,
proses dan posttes.
Sesuai dengan uraian diatas, maka sudah jelas bahwa tugas utama dari
seorang guru adalah membuat lingkungan tempat belajar para siswa nyaman
untuk digunakan pada saat proses belajar dan mengajar yang pada akhirnya timbul
perubahan yang lebih baik dari para siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari kedua pengertian diatas mengenai metode dan pembelajaran, maka
dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan
oleh guru dalam proses pelajaran, maka dengan metode pembelajaran yang sesuai
siswa akan bersemangat dan suasana kelas akan lebih hidup, sehingga prestasi
yang dicapai lebih maksimal.
1) Hakikat Mind Mapping
Metode ini dikembangkan oleh seorang bernama Tony Buzan. Metode ini
dapat digunakan dalam pembelajaran IPS dan bidang keilmuan lainnya. Mind
Map adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi
seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar. Pembuatan
18
Mind Map didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan
percikan-percikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua belah otak kita
(Windura, 2010).
Penggunaan metode Mind Map dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan yang pada dasarnya adalah bersumber dari tidak adanya
penggunaan kedua belah otak secara sinergis dan efek yang sering dirasakan oleh
siswa biasanya merasa bosan pada saat mengikuti proses pembelajaran dan
mencoba menemukan kegiatan lain untuk mengalihkan perhatiannya yang
tentunya tidak berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.
Menurut Buzan (2007), Mind Map adalah cara berpikir kreatif dan efektif
dengan cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap
berbagai pikiran dalam berbagai sudut yang dapat digunakan sebagai ganti catatan
tertulis dan hasilnya lebih cepat untuk diingat. Dan memudahkan untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika
dibutuhkan.
Mind Map merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan
memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja
alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih
mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat
tradisional. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang
kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.
Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat
mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind
Mapping.
Mind Mapping merupakan metode pemetaan otak terhadap semua
informasi. Metode ini membuka pikiran manusia agar mampu mengembangkan
pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif (Khan, 2010).
Dalam Mind Map, yang biasa dilakukan adalah dengan membuat
pemetaan satu pokok bahasan tiap orang memiliki kebebasan untuk membuat peta
pikirannya sendiri. Yang terpenting pembelajar memahami secara keseluruhan
19
materi pokok dan penjabarannya. Sehingga data memunculkan keunikan-keunikan
secara bebas mengalir dan menyenangkan.
2) Kegunaan Mind Mapping
Kegunaan dari Mind Map menurut Buzan (2007), antara lain:
a) Memberikan pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas; b) Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan - pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada; c) Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat; d) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru; e) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat.
Mind Map merupakan peta yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita
untuk menyusun alternatif jawaban dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara
kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Kita dapat menyimpan informasi yang
ingin disimpan sesuai dengan kebutuhan, karena setiap mind map yang dibuat
pasti berbeda-beda, oleh karena itu hanya khusus untuk pembuatnya sendiri.
Menurut Yahya (2010) kegunaan dari Mind Map yaitu untuk membuat
catatan yang memberdayakan diri. Metode pencatatan Mind Map yang
menggabungkan teks dan gambar ini akan membantu seseorang dalam mengelola
informasi, menambhkan kaitan dan asosiasi, serta menjadikan informasi lebih
bertahan lama dalam ingatan.
Dalam pembuatan Mind Map, semuanya menggunakan garis lengkung,
simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang
sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan Mind
Map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi catatan yang
berwarna-warni, dan mudah diingat yang bekerjanya sama dengan cara kerja
alami otak dalam melakukan bebagai hal.
3) Bahan Mind Mapping
Karena Mind Map begitu mudah dan alami, maka bahan-bahan yang
diperlukan dalam pembuatan Mind Map sangat sedikit (Windura, 2010), antara
lain:
a) Kertas kosong tak bergaris;
20
b) Pena dan pensil berwarna; c) Imajinasi; d) Otak.
Dalam pembuatan Mind Map tidak perlu mempersiapkan berbagai macam
peralatan. Karena pada dasarnya alat-alat yang digunakan sangat sedikit dan
banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Yang terpenting adalah imajinasi
yang akan dituangkan dalam Mind Map tersebut, hal inilah yang membuat Mind
map menjadi unik dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
4) Langkah-langkah Membuat Mind Mapping
Dalam buku pintar Buzan (2007), ada tujuh langkah dalam pembuatan
Mind Map, antara lain sebagai berikut:
a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
mendatar, karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk
menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas
dan alami.
b) Gunakan gambar atau simbol untuk ide sentral, karena sebuah gambar
bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi.Sebuah gambar
sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita
berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
c) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat Mind Map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran
kreatif, dan menyenangkan
d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (ide pokok) dan hubungkan
cabang ketingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua, seterusnya. Karena otak
bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal
sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang ,akan lebih mudah mengerti
dan mengingat.
e) Buatlah garis melengkung, bukan lurus, karena garis lurus akan membosankan
otak.
f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi
banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Map.Setiap kata tunggal atau gambar
21
adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi, lebih bebas dan bisa
memicu ide dan pikiran baru.
g) Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral setiap gambar bermakna seribu
kata.
Berdasarkan kajian teori tentang cara pembuatan Mind Mapping di atas,
maka dapat dijabarkan untuk pembuatan Mind Mapping dalam pembelajaran
untuk para siswa sebagai berikut:
a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong dengan posisi mendatar, kemudian
buatlah gambar atau simbol sesuai dengan imajinasi siswa sebagai pusat dengan
menulis topik pembelajaran;
b) Dari topik pembelajaran kemudian membuat cabang-cabang utama sesuai
dengan sub topik pembelajaran yang akan dibahas dengan menggunakan simbol
gambar atau kata kunci yang dipahami oleh siswa;
c) Hubungkan cabang-cabang utama dengan cabang-cabang baru yang semakin
spesifik, dari sub topik pembelajaran tingkat dua, tiga ke tingkat selanjutnya;
d) Buatlah garis melengkung dengan warna tebal dari cabang utama ke sub-sub
topik pembelajaran selanjutnya yang semakin tipis;
e) Simbol gambar atau kata kunci yang dibuat sesuai dengan ide kreatif siswa.
Semua Mind Map mempunyai kesamaan, dimulai dari cabang utama yang
dijabarkan dengan cabang-cabang yang baru. Diantaranya dapat diberi warna
yang bervariasi yang masih dalam satu kesatuan. Untuk lebih terperinci dapat
disisipkan gambar sebagai mengganti teks atau dapat juga disertai dengan teks.
5) Cara Kerja Mind Mapping
Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam
kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf
yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-
cabang pohon.
Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan
informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan
22
dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah
(Anton, 2008). Berikut tabel dari fungsi mental yang dimiliki oleh otak kita:
Tabel 2.1
Fungsi Mental Otak
Otak Kiri Otak Kanan Kata
Angka Analisa Logika Urutan
Hitungan Detil
Gambar Warna Irama
Gestalt Dimensi Imajinasi Melamun
Berikut contoh sederhana: Coba bayangkan kata “apel”. Ketika Anda
membayangkan sebuah jeruk, maka Anda melihat buah yang berwarna kuning,
rasa yang kadang manis sebuah jeruk, dan kadang sedikit asam, atau segelas jus
jeruk yang menyegarkan.
Pernahkah ketika mendengar kata jeruk yang terbayang di benak Anda
adalah huruf A-P-E-L? Kecil kemungkinan hal itu yang Anda bayangkan.
Demikianlah dalam Mind Mapping, Anda cukup menuliskan kata kunci yang
mewakili dan gambar yang paling sesuai dengan asosiasi dan preferensi Anda.
Dalam membuat Mind Mapping, juga disarankan menggunakan warna.
Cara ini dapat mempermudah Anda untuk menyusun pokok pikiran yang berbeda
serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci - gambar - warna
(Muhammad, 2009).
Dengan bimbingan dari guru, siswa akan tertarik untuk membuat Mind
Map -nya sendiri. Metode yang menggabungkan kerja otak kanan dan otak kiri
yang masing-masing memiliki kelebihan dan memiliki tingkat kecerdasan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap hasilnya dapat berbeda-beda sesuai dengan
representasi dari setiap siswa dan mereka dapat menyimpan informasi yang
memang mereka butuhkan dengan kreatifitas yang dimiliki masing-masing siswa.
Serta dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.
6) Kekurangan Membuat Catatan Linier dan Kelebihan Menggunakan Mind
Mapping
23
Menurut Yuliatul (2009) dalam, terdapat beberapa kelebihan yang dari
Mind Map daripada catatan linier. Kekurangan dari catatan linier, diantaranya:
a. Waktu terbuang untuk menulis kata-kata yang tidak memiliki hubungan dengan ingatan; b. Waktu terbuang untuk membaca kembali kata-kata yang tidak perlu (kurang lebih 90%); c. Waktu terbuang untuk cari kata kunci pengingat; d. Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata-kata yang memisahkan; e. Kata kunci pengingat terpisah oleh jarak.
Sedangkan kelebihan dari Mind Map, diantaranya: a. Mudah melihat gambaran keseluruhan; b. Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan; c. Memudahkan penambahan informasi baru; d. Pengkajian ulang bisa lebih cepat; e. Setiap peta bersifat unik.
Metode pembelajaran Mind Mapping tentunya dapat membantu guru
untuk mengatur waktu pembelajaran yang efisien, tanpa mengabaikan
kepentingan siswa untuk dapat memperoleh pembelajaran yang optimal pada saat
mengikuti kegiatan belajar dan mengajar sekolah. Dapat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan memahami sutu materi khususnya mata pelajaran IPS. siswa
dapat menghasilkan beberapa peta pikiran, saat topik-topik utama yang mungkin
berkembang menjadi subyek baru, dengan penjelasan yang lebih spesifik.
7) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Mind Mapping
Secara garis besar menurut Amri (2010), langkah-langkah pembelajaran
yang dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran Mind
Mapping adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan kompetensi 2) Mengemukakan masalah 3) Membagi Kelompok 4) Mencatat alternatif jawaban 5) Presentasi kelompok 6) Guru dan siswa membuat kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Mind Mapping ini terdapat beberapa langkah yang harus
diperhatikan diantaranya cara pembuatan Mind Mapping untuk para siswa dan
24
proses pengarahan terhadap siswa ketika melakukan pembahasan topik
pembelajaran. Berdasarkan kajian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
metode Mind Mapping dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
- Memberikan topik pembelajaran
- Membagi siswa dalam beberapa kelompok
- Menentukan kata kunci dari topik pembelajaran
- Menambahkan informasi dari setiap kata kunci
- Mempresentasikan hasil diskusi
- Memberikan konfirmasi dari hasil diskusi
- Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran
Metode Mind Map ini dapat membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan dan tentunya dapat mambangkitkan minat belajar peserta dalam
mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran IPS
dibutuhkan tingkat penguasaan materi yang luas, sehingga dibutuhkan suatu
metode yang dapat digunakan oleh siswa secara efektif untuk membantu mereka
agar lebih mudah dalam menyerap materi yang diberikan. Dalam penerapan
metode ini, siswa didorong untuk menggunakan kemampuan kedua belah otaknya
untuk membuat Mind Map yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap
siswa, membuat mereka tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dan yang
terpenting adalah mereka dapat meningkatkan daya ingatnya pada materi yang
telah dipelajari dan dapat memahami materi dengan lebih menyeluruh.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang telah dilakukan berikut ini dikemukakan beberapa
penelitian yang ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian yang dilakukan:
Penelitian pertama yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan Kurniawati (2010), yang berjudul “Pengaruh Metode Mind
Mapping dan Keaktifan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial pada Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menghasilkan temuan sebagai
berikut: Hasil uji regresi membentuk suatu persamaan garis regresi linier Y =
25
34,405 + 0,407X1 + 0,654X2. Nilai Fhitung dari hasil analisis data sebesar 54,355
dan taraf signifikan 0,05 diperoleh Fhitung sebesar 3,20 diketahui bahwa Fhitung
lebih besar dari Ftabel (54,355 > 3,20), maka dapat diketahui bahwa secara
bersama-sama metode mind mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2)
berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y) pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta. Secara individu metode mind mapping (X1)
berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y), karena nilai thitung = 3,642 >
ttabel = 2,01 (3,642 > 2,01) sedangkan keaktifan belajar IPS menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS, yaitu ditunjukkan bahwa
nilai thitung = 7,544 > ttabel = 2,01 (7,544 > 2,01). Pengujian koefisien
determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,698, yang artinya bahwa metode mind
mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap prestasi
belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta (Y) sebesar
69,8% sedangkan sisanya sebesar 30,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar
model.
Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah Tugiyati
(2010), yang berjudul “Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan
Penguasaan Materi IPS di SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang Tahun Ajaran
2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode
pembelajaran Mind Mapping, berhasil meningkatkan partisipasi belajar siswa dan
penguasaan materi IPS. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa.
Siswa memiliki keberanian untuk bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan
bekerjasama dengan sesama anggota kelompok untuk membuat Mind Mapping.
Peningkatan penguasaan materi IPS dapat dilihat dari perolehan nilai siswa
sebelum diberikan tindakan, yakni rata-rata 65 pada siklus I. Pada siklus II nilai
rata-rata meningkat menjadi 70. Metode Mind Mapping yang divariasi dengan
metode lain mampu meningkatkan penguasaan materi IPS di kelas VII A SMP
Muahammadiyah I Kalibawang, karena pembelajaran dengan metode Mind
Mapping dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
26
Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
Sulistiyaningsih (2011), yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi
dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri
Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”. Variabel yang menjadi
sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi,
sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
peta pikiran (mind mapping). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa
kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta yang berjumlah 25 siswa. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan tes.
Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode.
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang
mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang
pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi
setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal
itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada
siklus I nilainya 2,56 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya
menjadi 3,67 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada
siklus I nilainya 2,67 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya
menjadi 3,75 dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan kemampuan
menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind
Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis
narasi siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan
kemampuan menulis narasi dari rata-rata 61,2 menjadi 65,8 dengan ketuntasan
klasikal 68% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari
rata-rata 65,8 menjadi 73,4 dengan ketuntasan kalsikal 84%. Dengan demikian,
dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan menulis narasi.
27
Penelitian selanjutnya merupakan penelitian yang berkaitan dengan minat
belajar. Kurniawati (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan
minat belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru
melalui bimbingan kelompok tahun ajaran 2009/2010”. Penelitian ini dilakukan
dalam bentuk eksperimen. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling yaitu berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang dapat
diperkirakan mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada
dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam eksperimen ini
menggunakan model penelitian Quasi Eksperimen yaitu jenis penelitian yang
menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dan menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru yang
berjumlah 28 orang. Sampel penelitian diambil dari siswa yang mempunyai minat
belajar matematika rendah dan sedang sebanyak 14 orang. Keempat belas inilah
yang menjadi sampel penelitian yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok
yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tujuh siswa untuk
kelompok eksperimen dan tujuh siswa lainnya untuk kelompok kontrol. Analisis
data yang digunakan adalah Mann-Whitney dengan bantuan SPSS For Windows,
dari hasil analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan belajar
kelompok dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa pada aspek
ketertarikan kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru, karena hasil dari data
posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh 0,007 dengan P=
0,007 < 0,050, artinya ada peningkatan minat belajar matematika siswa pada
aspek ketertarikan yang sangat signifikan dilihat dari hasil pengukuran pretest dan
posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
Nabunome (2010) yang berjudul “Hubungan antara minat belajar dengan prestasi
belajar PKN siswa kelas IV SD Gugus Kartini Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang”. Variabel dalam penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar
PKN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di Gugus
Kartini Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang berjumlah 85 siswa.
28
Teknik sampel yang digunakan adalah teknik saturated sampling (sampling total).
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah skala minat dan
dokumentasi. Skala minat digunakan untuk memperoleh data mengenai minat
siswa terhadap pelajaran PKN. Metode dokumentasi digunakan digunakan untuk
memperoleh data melalui nilai UTS. Dari hasil analisis yang diperoleh angka
koefisien korelasi minat belajar dan prestasi belajar PKN sebesar 0,106 dan P=
0,332. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
positif namun tidak signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar PKN.
Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
Kamidin (2011) dengan judul “Pembelajaran dengan penggunaan Peta Konsep
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan minat belajar
siswa kelas V SDN Watukelir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen Semester
II tahun ajaran 2010/2011”. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas.
Subyek penelitian terdiri dari 32 siswa SDN Watukelir. Hasil penelitian
penggunaan Peta Konsep dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase dari tidak berminat menjadi
cukup berminat saat pembelajaran IPS. Dari prosentase siklus 1 tidak berminat
66% sedangkan pada siklus 2 prosentase tidak berminat turun menjadi 22%.
Sedangkan prosentase siklus 1 cukup berminat 34% sedangkan pada siklus 2
prosentase naik menjadi 78% dari gambaran tersebut berarti dari tidak berminat
menjadi cukup berminat.
Penelitian yang dilakukan Kurniawati (2010), Tugiyati (2010) dan
Sulistiyaningsih (2011) terdapat persamaan yaitu terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Penelitian tersebut
menunjukkan metode Mind Mapping dapat diterapkan di daerahnya masing-
masing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2009) dan
Kamidin (2011) menunjukkan minat belajar dapat ditingkatkan dengan pemberian
metode belajar yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya penelitian
yang dilakukan oleh Nabunome (2010) menunjukkan hubungan positif antara
minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Dengan penjelasan tersebut d apat
29
dilihat bahwa semua minat belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
penerapannya yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dari hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metode peta
pikiran (Mind Mapping) sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran siswa.
Hal itu tentunya juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar di sekolah dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar
para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran
“MIND MAPPING” terhadap Hasil Belajar dan Minat Belajar IPS Siswa Kelas
IV Sekolah Dasar”.
2.3 Kerangka Pikir
Pada pembelajaran IPS sering ditemukan permasalahan tentang kurangnya
minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena kebanyakan
dari siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan karena
membutuhkan hafalan-hafalan materi yang perlu dikuasai oleh para siswa unutk
menguasai materi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh guru kurang kreatif
dalam mengembangkan metode pembelajaran, dan dalam proses pembelajaran
cenderung guru yang lebih aktif dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat
penjelasan guru. Pembelajaran dengan metode konvensional seperti itu membuat
siswa kurang tertarik dan kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari,
sehingga hasil belajar yang dicapai menjadi rendah. Salah satu faktor yang
berpengaruh dalam menumbuhkan minat belajar dan hasil belajar adalah metode
pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar anak
karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar.
Penggunaan metode Mind Mapping dalam pembelajaran akan
mempengaruhi minat belajar dan hasil belajar siswa untuk mengikuti
pembelajaran karena metode ini membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan dan siswa dapat memahami secara keseluruhan materi yang
dipelajari melalui Mind Map yang dibuatnya sendiri. Dengan minat belajar yang
tinggi, tentunya akan berpengaruh dengan hasil belajar yang diperoleh, karena
30
ketertarikan untuk mempelajari materi yang diberikan. Adapun alur kerangka
pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak
menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran
dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran
yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :
1. Diduga metode pembelajaran “Mind Mapping” berpengaruh terhadap
minat belajar Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01 Semester Genap Tahun
Pelajaran 2011/2012?
2. Diduga metode pembelajaran “Mind Mapping” berpengaruh terhadap
hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01 Semester Genap Tahun
Pelajaran 2011/2012?