bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Matematika
Matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan
urutan yang logis. Matematika membahas tentang bilangan, kemungkinan, bentuk,
alogaritma, dan perubahan. Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak, matematika
bergantung pada logika bukan pada pengamatan sebagai standar kebenarannya
meskipun menggunakan pengamatan, simulasi, dan bahkan percobaan sebagai alat
untuk menemukan kebenaran (Van de Walle 2008:12-13).
Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 menyatakan bahwa “matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peranpenting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia.”Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika di bidang teori bilangan,
aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan
menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang
kuat sejak dini.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika dalam skripsi ini
disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan
tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan
ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
(Permendiknas No 22 tahun 2006)
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. (Permendiknas No 22 tahun 2006)
9
2.1.2 Pembelajaran Matematika
Menurut Hardini & Dewi (2012:10) “pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru
untuk mencapai tujuan kurikulum”. Dalam keseharian pembelajaran sering
dipahami sebagai proses belajar mengajar yang didalamnya melibatkan interaksi
guru dengan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan belajar
yaitu munculnya perubahan sikap dan tingkah laku. Apa yang siswa pelajari
hampir seluruhnya tergantung pada pengalaman guru saat mengajar di dalam
kelas setiap harinya.
Sudjana (2010:8) berpendapat bahwa pembelajaran dapat diberi arti sebagai
setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan
kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini
terjadi interaksi edukatif antara siswa yang melakukan kegiatan belajar dengan
pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Sanjaya (2011:9) mengatakan bahwa “proses pembelajaran pada hakekatnya
diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan”. Pendidik bukan hanya mentransfer informasi kepada siswa kemudian
siswa secara pasif menyerap informasi dari guru atau buku, melainkan di dalam
proses pembelajaran sebaiknya melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi
(membangun) pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar yang
menekankan pada apa yang kita lihat, dengar atau sentuh di sekitar kita. Guru
berperan sebagai fasilitator memberikan semangat kepada siswa, memberi
kepercayaan dan harapan.
Natawidjaja (2007:680) mendefinisikan pembelajaran merupakan suatu
proses, situasi, dan upaya yang dirancang guru sedemikian rupa sehingga
membuat siswa belajar. Proses pembelajaran yang diharapkan adalah
pembelajaran aktif yaitu mengarah pada aktivitas yang dilakukan oleh siswa.
Peran guru adalah sebagai fasilitator yaitu penyedia informasi bagi siswa, selain
itu guru juga berperan sebagai motivator dan manajer belajar siswa.
Natawidjaja (2007:679) mengemukakan mengenai visi matematika sebagai
berikut; Visi pertama mengarahkan pembelajaran untuk pemahaman konsep dan
10
idea matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah
matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi kedua dalam arti yang lebih luas
dan mengarah ke masa depan, matematika memberikan kemampuan menalar yang
logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa
keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap
objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang
selalu berubah.
Prinsip pembelajaran matematika menurut Van de Wall (2008:3) didasarkan
pada dua ide dasar yaitu, pertama belajar matematika dengan pemahaman adalah
penting. Belajar matematika tidak hanya memerlukan keterampilan menghitung
tetapi juga memerlukan kecakapan untuk berfikir dan beralasan secara sistematis
untuk menyelesaikan soal-soal baru dan mempelajari ide-ide baru yang akan
dihadapi siswa di masa yang akan datang. Prinsip kedua belajar ditingkatkan
didalam kelas dengan cara siswa diminta untuk menilai ide-ide mereka sendiri
atau ide-ide temannya, didorong untuk membuat dugaan tentang matematika
kemudian mengujinya dan mengembangkan keterampilan memberi alasan yang
logis.
Menurut Ahmadi dkk (2011:101-103) pembelajaran tuntas (mastery
learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dimaksudkan dengan pendekatan dalam pembelajaran
yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Pembelajaran
tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara
individual meskipun kegiatan belajar ditujukan pada sekelompok peserta didik
(klasikal). Dalam hal ini meskipun peserta didik belajar melalui strategi
pembelajaran klasikal namun tetap terdapat pengakuan dan pelayanan secara
individual yang memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta
didik secara optimal.
Munthe (2009:54) berpendapat bahwa “proses pembelajaran seyogianya
dilaksanakan dengan strategi yang bervariasi”. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat diartikan bahwa penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran yang
11
bervariasi berguna untuk membantu mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Natawidjaja (2007:684) menyarankan dalam pembelajaran matematika untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi matematik, memupuk kerjasama, dan
saling menghargai pendapat orang lain, siswa dapat diberikan tugas belajar dalam
kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Peterson (1987) dalam
Natawidjaja (2007:682) yang menyarankan belajar matematika dapat dilakukan
dengan membentuk kelompok kecil. Dari ketiga pendapat tersebut maka, dapat
dikatakan bahwa penggunaan strategi pembelajaran dengan membentuk kelompok
kecil dalam kegiatan belajar matematika dapat membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran dan mengembangkan interaksi sosial diantara peserta didik dalam
memupuk kerjasama.
Menurut Muhsetyo (2011:26), pembelajaran Matematika adalah “proses
pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan
yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan
Matematika yang dipelajari”. Heruman (2012:1) mendefinisikan “matematika
sebagai bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil.”
Matematika merupakan ilmu yang sifatnya universal. Dari jenjang sekolah
dasar hingga perguruan tinggi menggunakan ilmu ini. Ilmu dalam pelajaran
matematika mengajak siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Dari pengalaman belajar yang seperti
inilah diharapkan siswa mampu memahami matematika dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pendapat beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
Matematika adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang penelitian pada angka dan
bilangan yang dikelompokkan pada tiga bidang aljabar, analisis, dan geometri
yang merupakan pola dan hubungan sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau
model tertentu yang dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya
secara deduktif.
12
Berdasarkan kajian teori tentang pembelajaran matematika yang telah
diuraikan maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya
yang dilakukan secara sengaja yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan
peserta didik secara aktif sesuai pemaham konsep dan prinsip matematika melalui
penggunaan informasi belajar formal dan informal, mengidentifikasi unsur dengan
pemahaman, menumbuhkan respon siswa lengkap dan jelas serta tidak ragu-ragu
agar siswa dapat mencapai ketuntasan belajar matematika yang meliputi
penguasaan secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar
mata pelajaran matematika. Dalam mengupayakan siswa untuk belajar
matematika guru harus memahami dan memiliki keterampilan dalam
mengembangkan model pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan
sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP).
2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar
kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak
berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapimateri matematika
diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh
karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah
disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.Permendiknas No. 20
Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Bilangan,
2. Geometri dan pengukuran,
3. Pengolahan data.
Hakikat matematika menurut Soedjadi (dalam Heruman 2012:1) yaitu
memiliki objek tujuan yang abstrak, bertumpu pada kesempatan, dan pola piker
yang deduktif.Siswa SD berkisar berumur 6-7 tahun sampai 12-13 tahun. Menurut
Piaget ”mereka berada pada operasional konkret”. Dari perkembangan kognitif
pemikiran mereka masih terikat dengan objek yang konkret yang dapatditangkap
oleh panca indera. Menurut Heruman (2012:2), dalam mengajarkan matematika
13
harus bisa memahami dan mengetahui bahwa kemampuan setiap siswa itu
berbeda, dan semua siswa belum tentu senang dengan pembelajaran Matematika.
Memang tujuan akhir dalam pembelajaran Matematika di SD agar siswa terampil
dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan Standar isi Matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memeajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat di
bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang
dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar metematika disusun sebagai
landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain
itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan
matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan
dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Menurut Permendiknas No. 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi mata pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran matematika di SD dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan ilmu yang deduktif dimana ilmu yang bersifat umum ke
dalam ilmu yang bersifat khusus. Dalam pembelajaran siswa juga harus
14
menemukan sendiri pengetahuan sesuai dengan pengalaman seari-hari siswa dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari pula.Guru juga harus mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa dalam belajar karena setiap siswa mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda. Siswa SD dalam belajar masih terikat dengan
benda yang konkret yang bisa langsung dilihat oleh panca indra maka dengan itu
guru harus pintar-pintarnya menyusun pembelajaran agar mudah dimengerti oleh
siswa. Karena banyak siswa yang kurang suka dengan matematika. Begitu pula
dengan pokok bahasan bangun datar dan bangun ruang dalam matematika. Siswa
juga harus mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
siswa.
2.1.4 Metode Pembelajaran Kumon
2.1.4.1 Pengertian Metode Pembelajaran Kumon
Metode pembelajaran kumon adalah metode pembelajaran dengan
mengaitkan antar konsep, keterampilan, kerja individual dan menjaga suasana
nyaman dan menyenangkan.Bahan pelajarannya dirancang sehingga siswa dapat
mengerjakan dengan kemampuannya sendiri, bahkan memungkinkan bagi anak
untuk mempelajari bahan pelajaran di atas tingkatan kelasnya di sekolah(Toru
Kumon, 2006:25). Metode Kumon merupakan metode belajar perseorangan.
Siswa diharuskan aktif dengan level kemampuannya.
Metode Kumon adalah metode pendidikan yang unik, yang tidak
menyamaratakan kemampuan masing-masing siswa. Berdasarkan bimbingan
perseorangan dan belajar pada tingkatan yang tepat, Kumon ingin
mengembangkan kemampuan setiap siswa dan memaksimalkan potensinya.
Dengan menggali potensi setiap individu, Kumon mendorong siswa untuk
menjadi yang terbaik dengan kemampuan sendiri.
Metode Kumon merupakan metode perseorangan dengan level tertentu.
Siswa dituntun mengerjakan dengan kemampuannya sendiri. Jadi metode kumon
adalah metode yang mementingkan cara belajar perseorangan. Di dalam metode
ini juga menuntut pendekatan guru agar dapat mengetahui pada level mana siswa
terebut, sehingga guru dapat memberikan bimbingan dengan efektif dan tepat.
15
2.1.4.2 Karakteristik Metode Pembelajaran Kumon
Metode Kumon memiliki karakterstik yang dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Wahidin (2013:4) karakteristik metode Kumon adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan Perseorangan
Membimbing siswa secara perseorangan sesuai dengan kemampuan
masing-masing , sehingga mereka memiliki kemampuan akademik dasar
yang baik dan potensinya dapat berkembang secara maksimal.
b. Step-step Kecil
Menggunakan bahan pelajaran matematika yang materinya disusun secara
efektif, sistematis dan dalam step-step kecil sehingga siswa tidak merasa
kesulitan ketika maju ke tingkat yang lebih tinggi. Bahan pelajaran
matemaitka dengan metode ini senantiasa direvisi dari waktu ke waktu
untuk mempermudah siswa belajar.
c. Kemandirian Belajar Siswa belajar yang benar dengan menumbuhkan sikap belajar yang baik.
Siswa tidak menerima pelajaran secara sepihak dari pembimbing,
melainkan dilatih untuk memahami dan mengajarkan soal dengan
kemampuannya sendiri. Cara belajar seperti ini akan membentuk
kemandirian dalam belajar. Kumon berusaha untuk mengembangkan
kemampuan setiap anak dan mengeluarkan yang terbaik sehingga mereka
mempunyai rasa percaya diri untuk mencoba soal yang lebih sulit.
Berdasarkan bimbingan perseorangan dan belajar pada tingkatan yang
tepat, Kumon berusaha untuk mengembangkan kemampuan setiap siswa dan
mengeluarkan yang terbaik sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri untuk
mencoba soal yang lebih sulit.
Kumon menghargai nilai dari belajar mandiri. Maka, bimbingan
perseorangan adalah salah satu fitur dasar dari Metode Kumon. Kunci dari
bimbingan perseorangan adalah belajar pada tingkatan yang tepat, yaitu ketika
siswa dapat maju secara mandiri tanpa diajari secara khusus.
Kumon adalah metode yang menekankan pada kemandirian dan
kematangan pada tingkat berpikir siswa. Siswa belajar mandiri dengan bimbingan
oleh guru. Kumon juga menekankan pada step-step berpikir siswa. Jadi siswa
dibimbing oleh guru untuk berpikir pada jenjang kemampuannya dengan
menekankan kemandirian.
16
2.1.4.3 Kelebihan dan kekurangan Metode Kumon
1) Kelebihan Metode Kumon
a) Sesuai dengan kemampuan karena sebelum anak belajar ada tes
penempatan sehingga anak tidak merasa tersiksa.
b) Bahan pelajaran tersusun atas langkah-langkah kecil sehingga anak bisa
memperoleh kemampuan dasar yang kuat.
c) Anak mengerjakan soal secara mandiri dari tingkat yang mudah sampai
tingkat yang lebih sulit bila mengalami kesulitan bisa melihat buku
penyelesaian sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
d) Kumon mengajak anak disiplin
Toru Kumon (dalam Miftahul Huda, 2012:189)
Metode Kumon memiliki kelebihan dalam mengajarkan pelajaran
matematika pada langkah-langkah yang jelas dan rinci. Siswa dibiasakan untuk
berpikir disiplin pada tingkat kemampuannya sendiri. Siswa diberi pekerjaan pada
tingkat kesulitan paling bawah. Lembar kerjanya didesain sedekian sehingga
siswa dapat memahami soal dengan kemampuannya sendiri. Jika siswa terus
belajar dengan kemampuannya sendiri, ia akan mampu mengerjakan soal dengan
benar.
2) Kelemahan Metode Kumon
a) Tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama.
b) Anak belajar secara perorangan sehingga dimungkinkan tumbuh rasa
individualisme.
c) Kedisiplinan kumon kadang membuat anak-anak menjadi tidak kreatif
Toru Kumon (dalam Miftahul Huda, 2012:189)
Metode Kumon juga memiliki beberapa kelemahan. Karena dalam metode
ini yang ditekankan adalah kemampuan individu, maka tak jarang tumbuh rasa
individualism yang tinggi. Selain itu karena banyaknya siswa dalam satu kelas
dengan tingkat kemampuan yang berbeda, maka akan sulit bagi guru untuk
menyamakan kemampuan tiap siswa.
Kelamahan metode kumon dapat kita siasati dengan beberapa cara, yaitu:
a) guru harus melakukan pendekatan secara mendalam kepada setiap peserta
didiknya
b) guru harus selalu memotivasi siswa untuk terus belajar agar tidak tertinggal
dengan teman lainnya
17
c) metode Kumon dapat juga digunakan dengan mengkolaborasikan dengan
metode yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkelompok dan
bersosialisasi
d) Ajaklah siswa untuk selalu berpikir kreatif dengan kemampuannya dengan
tidak meninggalkan kedisiplinan dalam bekerja
Beberapa cara tersebut dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan
dalam penggunaan metode Kumon. Dengan memadukan kelebihan dan cara
mengatasi kekurangan dalam metode Kumon, maka diharapkan metode ini dapat
membantu guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dan menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
2.1.4.4 Langkah Metode Kumon
Menurut Anwar (2012:5) Kumon memiliki lima langkah, yaitu:
1. Sajian konsep.
2. Latihan.
3. Tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai.
4. Jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi.
5. Lima kali salah guru membimbing.
Metode Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan dan porsi
yang tepat akan mengembangkan kemampuan matematika siswa. Selain itu
belajar dalam waktu yang singkat dan rutin setiap harinya, maka dalam diri siswa
akan terbentuk kemampuan berkonsentrasi, ketangkasan kerja, kemampuan
berpikir, kebiasaan belajar dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk
mempelajari hal-hal lainnya.
Metode Kumon bukan hanya meningkatkan penguasaan matematika, tapi
juga berbagai kemampuan belajar pada siswa, mulai dari konsentrasi dan
ketangkasan kerja, semangat kebiasaan belajar mandiri, kebiasaan belajar setiap
hari. Bila ia bisa menyelesaikan soal latihan matematika dari sekolah dengan
cepat, maka ia bisa menggunakan sisa waktu untuk mempelajari ilmu lain.
Alhasil, pelajaran lain pun pasti akan meningkat.
Kumon menekankan pada kemandirian siswa dalam memecahkan masalah
matematika dengan bimbingan guru. Metode Kumon juga menuntut kemahiran
18
siswa dalam menyelesaikan langkah-langkah pembelajaran, sehingga siswa dapat
dengan matang menyelesaikan kegiatan belajar dan mengajar sesuai dengan
kemampuannya. Melalui bimbingan perseorangan dan belajar pada tingkatan yang
tepat, Kumon berusaha untuk meningkatkan kemampuan setiap anak dan
memaksimalkan potensinya. Siswa mulai dari bagian yang dapat dikerjakannya
sendiri dengan mudah, tanpa kesalahan. Melalui pencapaian target dengan
kemampuannya sendiri, anak-anak akan merasakan kegembiraan dan kepuasan.
2.1.4.5 Penerapan Metode Pembelajaran Kumon
Kumon adalah sistem belajar yang memberikan program belajar secara
perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan
anak menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara
maksimal. Melalui pelajaran Matematika Kumon tidak hanya membentuk
kemampuan akademik saja, akan tetapi juga membentuk karakter yang positif dan
“life-skills” (ketrampilan hidup) yang akan berguna bagi masa depan anak.
Dalam penerapannya Lukman (2008) secara rinci metode kumon ini
kedalam 8 tahap, yaitu:
a) Mula-mula, guru menyajikan konsep dan siswa memperhatikan penyajian
tersebut\
b) Kemudian siswa mengambil buku saku yang telah disediakan,
menyerahkan lembar kerja PR yang sudah dikerjakannya di rumah, dan
mengambil lembar kerja yang telah dipersiapkan guru untuk dikerjakan
siswa pada hari tersebut.
c) Siswa duduk dan mulai mengerjakan lembar kerjanya. Karena pelajaran
diprogram sesuai dengan kemampuan masing-masing, biasanya siswa
dapat mengerjakan lembar kerja tersebut dengan lancar.
d) Setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada guru untuk
diperiksa dan diberi nilai. Sementara lembar kerjanya dinilai, siswa
berlatih dengan alat bantu belajar.
e) Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, guru mencatat hasil
belajar hari itu pada “Daftar Nilai”. Hasil ini nantinya akan dianalisa untuk
penyusunan program belajar berikutnya.
f) Bila ada bagian yang masih salah, siswa diminta untuk membetulkan
bagian tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100.
Tujuannya, agar siswa menguasai pelajaran dan tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
19
g) Setelah selesai, siswa mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang, guru
memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu
materi yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya.
Metode Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja yang
disusun sedemikian rupa secara sistematis dan small step yang berisi materi
pelajaran matematika dari tingkat prasekolah sampai dengan tingkat SMU. Bahan
pelajarannya dirancang sehingga siswa dapat mengerjakan dengan
kemampuannya sendiri, bahkan memungkinkan bagi siswa untuk memperlajari
bahan pelajaran di atas tingkatan kelasnya di sekolah.
Berbeda dengan metode pembelajaran yang lain, metode kumon memang
lahir untuk matematika. Peneraan metode kumon tidak dapat dispesifikasikan
untuk tema-tema tertentu dalam matematika, melainkan untun keseluruhan
matematika. Penerapan metode kumon data dilakukan dengan membuat rangkaian
soal-soal dengan tingkat kesulitan paling rendah sampai yang paling tinggi.
Salah satu jurus yang membuat metode ini efektif adalah metode
belajarnya. Di program Kumon, pembelajarannya disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing siswa. Karena sesuai dengan potensinya masing-masing, akan
lebih mudah bagi siswa mempelajarinya. Kumon menilai kunci keberhasilan
belajar matematika adalah dengan banyak berlatih. Tak heran bila selama belajar
dengan Metode Kumon siswa akan mendapat banyak porsi latihan. Begitu metode
ini sudah dimengerti siswa, ia bisa mempraktikkannya sendiri di rumah dengan
berlatih soal-soal dan kesulitan-kesulitannya di sekolah.Bila terus dilatih,
kemampuannya akan terus terasah.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak terlepas dari
kegiatan yang telah dirinci dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
dibuat sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Pelaksanaan pembelajaran yang
ada dalam Standar Proses meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Langkah-langkah dalam metode KUmon jika dikaitkan dengan
Tandar Proses maka dapat dijelaskan dalam table berikut:
20
Tabel 2
Metode Kumon Dalam Kegitan Belajar Mengajar
Sesuai Dengan Standar Proses
No Kegiatan Tindakan
1 Kegiatan
awal
a) Salam dan doa
b) Absensi siswa
c) Pengkondisian kelas (mempersiapan kelangkapan belajar)
d) Apersepsi dengan memberikan pertanyaan dan latihan tentang pokok
bahasan yang akan diajarkan
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2 Kegiatan
Inti
1. Eksplorasi
a. Siswa mengingat kembali materi yang diajarkan di kelas yang lalu
b. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan pokok bahasan
c. Siswa mengumpulkan data tentang pokok bahasan yang akan dipelajari
d. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang konsep materi
2. Elaborasi
a. Siswa mengerjakan contoh soal yang diberikan guru dipapan tulis
b. Siswa berdiskusi tentang cara cara baru menyelesaikan soal yang
diberikan guru melalui pemikirannya sendiri (mengerjakan dengan cara
yang paling mudah)
c. Siswa mengambil lembar kerja yang telah dipersiapkan guru untuk
dikerjakan siswa pada hari tersebut
d. Siswa mengerjakan latihan analisis soal berbentuk LKS dengan waktu
yang terbatas dan menggunakan cara yang telah mereka temukan sendiri
Tujuannya untuk membentuk konsep baru melalui pemikiran siswa
e. Setelah selesai mengerjakan, siswa menyerahkan lembar kerja pada guru
untuk diperiksa dan diberi nilai.
f. Sementara lembar kerja siswa dinilai, siswa berdiskusi dengan teman
sebangku membuat sebuah lagu yang berisikan rumus baru yang telah
mereka temukan
g. Bila ada bagian yang masih salah, siswa membetulkan bagian tersebut
hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Tujuannya, agar
siswa menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
h. Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS, guru membimbing siswa
untuk mempresentasikan rumus baru yang mereka temukan didepan kelas
dalam bentuk pembacaan puisi.
Tujuannya agar siswa tidak melupakan rumus yang mereka temukan
sendiri
3. Konfirmasi
a. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang masih kurang jelas
b. Siswa yang berani mempresentasikan hasil penemuan rumus barunya
diberikan apresiasi
c. Siswa yang telah tuntas diberikan ucapan selamat dan dapat mengikuti
pokok bahasan selanjutnya
d. Siswa yang belum tuntas diberikan motivasi agar belajar dengan giat dan
akan dibimbing untuk dapat maju ke pokok bahasan yang selanjutnya
3 Kegiatan
Penutup
a. Siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan tentang materi
b. Siswa menulis tugas pendalaman untuk dipelajari lebih lanjut di rumah
c. Guru memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan
memberitahu materi yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya.
d. Guru menutup kegiatan belajar mengajar
21
2.1.5. Belajar
2.1.5.1 Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Sejalan dengan pendapat Slameto, Hamzah (2013:23) juga
menyatakan bahwa belajar adalah ”perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan
(reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.”
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku ini dapat berupa perubahan yang permanen dan potensial untuk
mencapai tujuan tertentu. Perubahan juga tidak hanya dari segi kodnitif saja tetapi
juga aspek afektif dan psikomotor juga bisa berubah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi melalui belajar tidak
hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga pengalaman, keterampilan untuk hidup
bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah) dan
keterampilan sosial, yang lebih penting adalah nilai dan sikap. Jadi jika
disimpulkan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dalam jangka waktu yang lama yang
disebabkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon.
2.1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010:54-72) faktor yang mempengaruhi
belajardigolongkan sebagai berikut.
a. Faktor-Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa.
1. Faktor jasmaniah
2. Faktor psikologis
3. Faktor kelelahan
b. Faktor-Faktor Ekstern
Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi:
1. Faktor keluarga
2. Faktor sekolah
3. Faktor masyarakat
22
Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil
belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan
faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi belajar, dan untuk
memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus
memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar
maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik.
2.1.6 Motivasi Belajar
2.1.6.1 Pengertian Motivasi
Menurut Hamzah (2013:1) motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang dalam bertingkah laku.” Motivasi ini timbul dari dalam
diri orang tersebut. Jadi motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
menyebabkan orang melakukan suatu hal. Motivasi ini sangat mempengaruhi
tindakan seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pentingnya motivasi yang kuat dari dalam diri siswa akan meningkatkan
minat, kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara motivasi
dan semangat belajar mempunyai hubungan yang erat. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Putra (2010:3) bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi akan
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2.1.6.2 Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Hamzah (2013:23) motivasi belajar adalah “dorongan internal
dan eksternal pada siswa-siswiyang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung.” Sedangkan Suprijono (2011:163) mendefinisikan “motivasi belajar
sebagai dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang
memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.”
23
Dua pendapat ahli tersebut didukung oleh pendapat Yamin (2008:158)
menyatakan bahwa “motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari
dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
keterampilan, pengalaman.Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk
tercapai suatu tujuan.”
Pengertian motivasi belajar dari beberapa ahli menyatakan bahwa motivasi
belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang timbul dari dalam batin
seseorang untuk melakukan kegiatan belajar agar tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai. Motivasi bisa berupa dorongan, kemauan, dan perbuatan seseorang yang
berperan pada kemajuan dan perkembangan siswa melalui proses belajar. Dengan
demikian motivasi belajar matematika merupakan menggerakkan daya psikologis
siswa untuk dapat melakukan kegiatan belajar memperluas pengalaman dan
menambah keterampilan supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Dengan adanya motivasi akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perbuatan
yang dilakukan seseorang.
Berdasarkan kajian tentang Motivasi belajar maka dapat dikatakan bahwa
seseorang yang memiliki motivasi tinggi ditunjukkan dengan adanya perubahan
perilaku afektif sebagai hasil belajar yang dapat diukur dengan indikator
perubahan tingkah laku yang lebih baik dibandingkan dengan tingkah laku
sebelumnya. Melalui strategi pembelajaran kooperatif dimaksudkan agar dapat
mengembangkan interaksi sosial diantara peserta didik sehingga peserta didik
merasa lebih termotivasi. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi
yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajarnya.
Untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa maka digunakan
angket yang berisi tentang penjabaran indikator-indikator motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Sebagaimana dikatakan oleh Purwanto (2010:5) bahwa
motivasi belajar diukur melalui angket motivasi dengan butir-butir pertanyaan
pada cara-cara tertentu. Sugiyono (2010:134) menjelaskan bahwa untuk mengukur
motivasi seseorang dapat menggunakan skala Guttman. Dalam penelitian ini jika
seseorang menampilkan respon “ya” maka diberikan skor 1, dan “tidak pernah”
diberikan skor 1. Menurut Purwanto (2010:61) jika responden mempunyai skor
24
motivasi belajar antara 21-40 termasuk kedalam kelompok responden yang
memiliki motivasi belajar rendah. Responden dengan skor motivasi 41-60
termasuk kedalam responden kelompok motivasi sedang dan responden dengan
skor 61-80 termasuk kedalam kelompok responden yang memiliki motivasi
belajar tinggi.
2.1.6.3 Jenis-Jenis Motivasi
Santrock (2009:204) menggolongkan motivasi ke dalam 2 jenis yaitu;
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.Motivasi instrinsik adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri (sebuah tujuan itu sendiri).
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk
mendapatkansesuatu yang lain (sebuah cara untuk mendapatkan sesuatu yang
lain).
Sejalan dengan pendapat Santrock, Sudjana (dalam Suparman 2010:50-51)
menyatakan bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: motivasi intrinsic
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang muncul dari
dalam diri setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan
harapan.Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri
seseorang, timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar dirinya atau
lingkungannya.
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Motivasi dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan
satu sama lain. Dengan adanya motivasi belajar, maka keinginan seseorang untuk
memperoleh hasil belajar yang baik akan mudah tercapai.
2.1.6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Hamzah (2013:33) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
meliputi:
1. Faktok Intrisik: hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan
belajar, harapan akan cita-cita.
2. Faktor ekstrinsik: adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif,
dan kegiatan belajar yang menyengkan.
25
Jadi faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua yaitu faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.Faktor intrinsik berasal dari dalam individu itu sendiri dan factor
ekstrinsik berasal dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh
rangsangan tertentu, disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang
berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
2.1.6.5 Penerapan Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Djamarah (2011:169-170), upaya guru untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa dapat dilakukan dengan empat cara yang meliputi:
1. Menggairahkan anak didik
Dalam pengajarannya, guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang
aktif dan menyenangkan. Guru harus berusaha menghindari halhal yang
monoton dan membosankan agar dapat meningkatkan keinginan belajar
siswa.
2. Memberikan harapan realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis dan
memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu
guru perlu mengetahui riwayat akademis siswa.Jika siswa lebih sering
mengalami kegagalan dalam belajar, maka guru harus banyak memberikan
keberhasilan kepada siswa.Harapan yang diberikan tentu saja harus dengan
pertimbangan yang matang agar tidak merugikan bagi guru maupun siswa.
3. Memberi intensif
Apabila siswa mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan
hadiah atas keberhasilan yang dicapainya.Hal ini dapat memperkuat
motivasi siswa agar dapat melakukan perbuatan belajar dengan lebih
baik.Hadiah tersebut dapat berupa pujian, nilai yang baik, dsb.
4. Mengarahkan perilaku anak didik
Cara mengarahkan siswa adalah dengan memberikan tugas, bergerak
mendekati, memberi hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap
lemah lembut dan dengan perkataan yang ramah dan baik.Siswa yang aktif
terlibat langsung dalam pembelajaran, sebaiknya diberi pujian dan respon
yang baik.Sedangkan menghadapi siswa yang diam, membuat keributan
dan ramai seharusnya diberi teguran secara arif dan bijaksana.
Motivasi belajar siswa dapat dibangun dengan banyak cara. Tugas guru
sebagai pendidik selain mengajarkan materi pelajaran, juga membangkitkan
motivasi belajar. Hal ini menjadi penting karena motivasi belajar adalah salah
astu penentu keberhasilan belajar siswa. M,otivasi belajar yang akan timbul
26
dari dalam diri siswa akan lebih bermakna jika didukung oleh pembentukan
motivasi yang ada diluar diri siswa.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:28), untuk membangkitkan motivasi
belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Peserta didik memperoleh pemahaman (comprehension) yang jelas
mengenai proses pembelajaran.
2. Peserta didik memperoleh kesadaran diri (self consciousness) terhadap
pembelajaram.
3. Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara
link and match.
4. Memberi sentuhan lembut (soft touch).
5. Memberi hadiah (reward).
6. Memberikan pujian dan penghormatan.
7. Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya.
8. Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat.
9. Belajar menggunakan multimedia.
10. Belajar menggunakan multi metode.
11. Guru yang kompeten dan humoris.
12. Suasana lingkungan sekolah yang sehat.
Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam dan dari luar yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Ketika guru mengajar hanya
mementingkan hasilnya dan tidak memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran
dengan suasana yang menyenangkan, maka hasilnya, siswa kurang tertarik
mengikuti pelajaran matematika sehingga hasil belajarnya jelek. Dalam proses
belajar mengajar selama ini, guru kurang memperhatikan motivasi belajar siswa.
Guru hanya memperhatikan hasil akhirnya saja. Maka pemikiran penulis tentang
motivasi belajar adalah factor internal dan eksternal yang ada dalam diri siswa
yang mempengaruhi adanya perubahan tingkah laku menjadi lebih baik, dimana
siswa motivasi belajarnya tinggi, akan berpengaruh pada hasil belaja yang tinggi
pula, hal ini dapat diungkapkan melalui tes penilaian sikap yang dinyatakan dalam
bentuk angket. Motivasi belajar dikatakan tinggi apabila sebagian besar siswa
mempunyai motivasi yang besar mengikuti dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa maka digunakan
angket yang berisi tentang penjabaran indikator-indikator motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Sebagaimana dikatakan oleh Purwanto (2010:5) bahwa
27
motivasi belajar diukur melalui angket motivasi dengan butir-butir pertanyaan
pada cara-cara tertentu. Dalam penelitian ini akan digunakan jenis skala Guttman,
jika seseorang menampilkan respon “ya” maka diberikan skor 1, dan “tidak”
diberikan skor 0. Menurut Purwanto (2010:61) jika responden mempunyai skor
motivasi belajar antara 21-40 termasuk kedalam kelompok responden yang
memiliki motivasi belajar rendah. Responden dengan skor motivasi 41-60
termasuk kedalam responden kelompok motivasi sedang dan responden dengan
skor 61-80 termasuk kedalam kelompok responden yang memiliki motivasi
belajar tinggi.
2.1.7 Hasil Belajar
2.1.7.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:6), “hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Yang perlu diingat dalam hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif
merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.Sejalan dengan pendapat
Bloom, Suprijono (2011:7) menyatakan hasil belajar sebagai “perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.”
Sejalan dengan pendapat Bloom, Menurut Hamalik (2001:159) hasil
belajar adalah “prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan
indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.” Menurut Hamalik
indicator hasil belajar dapat dilihat dadi adanya perubahan tingkah laku individu
secara nyata.
Purwanto (2010:30) berpendapat bahwa hasil belajar dapat terjadi dalam
kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dilihat dari perubahan
perilaku setelah belajar. Lebih lanjut purwanto mengatakan bahwa perubahan
perilaku kognitif diantaranya dapat berupa prestasi belajar, kemampuan berpikir
kritis dan kreativitas. Pada perilaku afektif perubahan perilaku terlihat dalam
motivasi belajar, locus of control, self-efficacy, tingkat pengambilan resiko dalam
28
tes, konsep diri, peranan jenis kelamin dan sebagainya. Perilaku psikomotorik
terlihat dalam keterampilan ketangkasan.
Berdasarkan uraian kajian hasil belajar diatas maka yang dimaksud hasil
belajar matematika adalah munculnya perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik setelah siswa belajar matematika. Hasil belajar siswa ditandai
dengan kemampuan berfikir tingkat tinggi (analisis), memiliki sudut pandang
baru, membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar yang dinyatakan
dalam kemampuan akademis matematika.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Hasil yang dapat dicapai dari suatu kegiatan atau
usaha yang didapat tersebut diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar
yakni penguasaan, perubahan, emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat
diukur dengan tes tertentu. Dari beberapa pengertian di atas hasil belajar merujuk
pada pencapaian hasil belajar yang diukur dengan tugas-tugas yang harus dijawab
atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar
dengan tes dalam bentuk nilai.
Hasil belajar merupakan hasil dari proses perubahan pengetahuan. Hasil
belajar biasanya diperoleh siswa setelah mengikuti poses belajar mengajar atau
bimbingan. Hasil belajar tidak hanya dalam bentuk perubahan pengetahuan,
melainkan juga dalam bentuk perubahan tingkah laku, kebiasaan dan cara
berpikir. Hasil belajar dapat dinilai dengan beberapa cara. Penilaian tentang hasil
belajar ini, selanjutnya akan dijelaskan pada sub bab 2.1.5.4 tentang penialain
hasil belajar.
2.1.7.2 Jenis-jenis Hasil Belajar
Menurut Gagne (dalam Dahar 2011:118-124), ada lima macam hasil belajar,
tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat
psikomotorik yang meliputi:
1. Keterampilan intelektual
2. Strategi kognitif
3. Informasi verbal
29
4. Sikap
5. Keterampilan motoric
Semua jenis hasil belajar yang dikemukanan Gagne ini dapat diamati secara
langsung. Penulis hanya akan memabatasi penilaian hasil belajar keterampilan
intelektual dan sikap. Karena penialaian hasil belajar ini yang cocok untuk
dierapkan dalam pelajaran matematika.
2.1.7.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Syah (2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
siswa terdiri dari dua faktor yaitu :
1. Faktor internal anak, meliputi:
a. Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.
b. Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara
lain : (1)Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi.
2. Faktor eksternal anak, meliputi:
a. Faktor lingkungan social, seperti para guru, sifat para guru, staf
adminitrasi dan teman-teman sekelas.
b. Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana
sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan anak.
c. Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun
metode, model dan media pembelajaran yang digunakan
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari luar
diri siswa dan faktor dari luar atau dapat kita katakan faktor lingkungan. Faktor
internal mempengaruhi hasil belajar siswa, misalnya saat siswa merasa lelah, sakit
atau belajar yang tidak sesuai bakatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa akan
cenderung turun dibandingkan siswa yang sehat dan belajar sesuai dengan
bakatnya.
Faktor dari luar juga berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa
akan merasa nyaman belajar pada keadaan yang tenang dan kondusif serta
lingkungan sosial yang mendukung. Guru juga berperan penting dalam mencapai
hasil belajar siswa yang maksimal. Siswa yang merasa nyaman dengan
30
lingkungan dan merasa nyaman dengan cara mengajar guru, maka hasil belajar
yang diperoleh juga ajkan tinggi.
2.1.7.4 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa
sertamengukur keberhasilan strategi pengajaran yang diterapkan guru di
kelas.Djamarah dan Zain (2010:106) menyatakan bahwa mengukur dan
mengevaluasitingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes
prestasi belajar.Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar
dapat digolongkanke dalam jenis penilaian sebagai berikut.
Menurut Natawidjaja (2007:688) sebaiknya evaluasi belajar siswa dalam
pelajaran matematika dilakukan sebagai berikut:
(1) evaluasi belajar mengakses apa yang diketahui dan cara
berpikir matematika siswa (2) asesmen sebagai bagian integral
dari pembelajaran (3) memfokuskan tugas matematika yang lebih
luas dan pandangan matematik secara holistik (4)
mengembangkan situasi masalah yang melibatkan sejumlah ide
matimatika (5) menggunakan beberapa teknik asesmen (6)
mengevaluasi program, pengumpulan informasi secara sistematik
terhadap hasil belajar, kurikulum, dan pembelajaran (7)
menggunakan tes hasil belajar baku sebagai satu dari indikator
keberhasilan program.
Pelaksanaan pengukuran hasil belajar dapat menggunakan instrument
tertulis. Ketika guru menggunakan metode konvensional, hasil belajar siswa
rendah, tetapi setelah menggunakan metode inovatif, hasil belajar meningkat.
Salah satu metode inovatif adalah metode Kumon. Maka pemikiran penulis
tentang hasil belajar adalah hasil akhir dari seluruh kegiatan belajar siswa yang
diikuti dalam pembelajaran di kelas, dimana siswa menerima pelajaran yang akan
meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan kognitif yang dapat diungkapkan
melalui tes evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Pembelajaran dikatakan
tuntas apabila 80% siswa memperoleh nilai hasil belajar mencapai atau diatas
KKM 70.
31
2.1.8 Hubungan Metode Pembelajaran Kumon Dengan Motivasi Belajar dan
Hasil Belajar Siswa
Metode pembelajaran kumon merupakan suatu metode pembelajaran
matematika yang sangat cocok jika diterapkan dalam pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar (SD). Melalui metode pembelajaran ini, materi matematika
dikemas secara lebih menarik sesuai dengan kebutuhan siswa Sekolah Dasar (SD).
Dalam penerapannya, metode pembelajaran Kumon merupakan salah satu metode
pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengalaman siswa mengerjakan
soal dengan bimbingan guru dan siswa dapat langsung mengetahui dimana letak
kesalahannya, kemudian langsung membetulkan (Miftahul Huda,2013:189).
Metode pembelajaran ini dapat membantu guru untuk menyampaikan materi
matematika dalam bentuk yang lebih menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan faktor didalam diri siswa
sehingga menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu agar tujuan yang
dikehendaki oleh siswa dapat tercapai (Hamzah,2013:11).Salah satu tujuan siswa
dalam belajar adalah tercapainya keberhasilan belajar yang memuaskan. Motivasi
dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan satu sama lain.
Dengan adanya motivasi belajar, maka keinginan seseorang untuk memperoleh
hasil belajar yang baik akan mudah tercapai.
Melalui penerapan model pembelajaran kumon, guru akan mampu
menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa.
Pembelajaran yang demikian dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar yang
akan dicapai. Jika motivasi belajar siswa tinggi maka hasil belajar yang dicapai
siswa baik. Namun sebaliknya jika motivasi siswa dalam belajar rendah, maka
akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
32
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Penelitian dengan menggunakan Metode Kumon ini juga telah dilakukan
oleh beberapa orang, diantaranya Elsa Frida Siburian pada tahun 2012 dengan
judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Variasi Metode Kumon Pada
Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Swasta GKPS Menteng II Medan Tahun
Ajaran 2011/2012”. Memperoleh hasil dengan menggunakan variasi metode
Kumon pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SD Swasta GKPS Menteng II
Medan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil pre test
diperoleh ketuntasan belajar 31,81% dengan nilai rata-rata kelas 46,36. Setelah
dilaksanakan Siklus I diperoleh ketuntasan belajar sebesar 59,09% dengan nilai
rata-rata kelas 72,72 serta kompetensi guru dalam mengajar sebesar 71,66%
(cukup kompeten). Pada Siklus II Ketuntasan belajar meningkat menjadi 81,81%
dengan nilai rata-rata kelas 85,45 serta kompetensi guru dalam mengajar sebesar
81,66% (kompeten). Peningkatan hasil belajar dari kedaan awal (pre tes) ke siklus
I sebesar 27,28% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,77%.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Ema Fitriya pada tahun 2011. Hasil
penelitian ini adalah diperoleh adanya peningkatan motivasi siswa terhadap
pembelajaran matematika yaitu 93% dengan kriteria sangat tinggi. Selain itu pada
peningkatan hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 92,0 dan prosentase
ketuntasan siswa 93% dengan kriteria sangat baik. Namun dalam pelaksanaan di
sekolah-sekolah lain, guru dapat mengkreasikan sesuai dengan karakteristik dan
kondisi sekolahnya masing-masing.
Dari hasil penelitian Elsa Frida Siburian dan Ema Fitriya tersebut, dapat
diinformasikan bahwa melalui variasi metode Kumon pada pembelajaran
Matematika dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar di tiap siklusnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Elsya Frida menunjukkan adanya
33
peningkatan hasil belajar dari kedaan awal (pre tes) ke siklus I sebesar 27,28%
dan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,77%. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Ema Fitriya hasilnya diperoleh adanya peningkatan motivasi siswa
terhadap pembelajaran matematika yaitu 93% dengan kriteria sangat tinggi
Peningkatan yang cukup signifikan ini dapat menjadi acuan penulis dalam
melakukan penelitian.
2.3 Kerangka Berpikir
Hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 01 Tengaran masih kurang.
Pada saat ulangan harian, dari 41 siswa; 9 siswa nilainya sudah mencapai KKM
sedangkan 32 siswa nilainya masih belum mencapai KKM. Rendahnya hasil
belajar siswa disebabkan oleh rendahnya daya serap siswa dalam pembelajaran
matematika dan kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran matematika.
Metode Kumon memiliki karakteristik bimbingan secara perseorangan,
step-step kecil dan kemandirian belajar. Bimbingan secara perseorangan sesuai
dengan kemampuan tiap siswa yang berbeda mengakibatkan siswa memiliki
kemampuan dasar yang baik dan potensinya dapat berkembang secara maksimal.
Langkah-langkah yang disusun dalam metode kumon, dikembangkan untuk
mengajarkan siswa berpikir secara sistematis dan berkembang sesuai tahap
kemampuannya sehingga timbul kemandirian dan kedisiplinan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Melihat dari kelebihan dan karakteristik metode
Kumon ini dimungkinkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar
matematika siswa kelas IV SDN 01 Tengaran Kabupaten Semarang.
2.4 Hipotesis
1. Metode pembelajaran Kumon dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas IV SD N 1 Tengaran
2. Metode pembelajaran Kumon dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas IV SD N 1 Tengaran
3. Metode Pembelajaran Kumon dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa kelas IV SDN SD N 1 Tengaran karena pada metode ini terjadi interaksi
34
antara guru dan siswa secara individual sehingga guru lebih memahami
kesulitan siswa