bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 ilmu...

26
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Hakikat IPA Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para guru, khususnya yang mengajar sains di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Siswa yang melakukan pembelajaran juga tidak mendapat kesulitan dalam memahami konsep sains.Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: a. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk Kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: 1. Fakta dalam IPA Pernyataan tentang benda-benda yang benar ada, atau peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif. 2. Konsep IPA Merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. 3. Prinsip IPA Merupakan generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA.

Upload: buitram

Post on 14-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.1 Hakikat IPA

Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta

melalui pengamatan yang tepat pada sasaran serta menggunakan prosedur, dan

dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal

ini para guru, khususnya yang mengajar sains di sekolah dasar, diharapkan

mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam

pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan

pembelajaran. Siswa yang melakukan pembelajaran juga tidak mendapat kesulitan

dalam memahami konsep sains.Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan

sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu

pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:

a. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk

Kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah

membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan

analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain:

1. Fakta dalam IPA

Pernyataan tentang benda-benda yang benar ada, atau peristiwa yang

benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.

2. Konsep IPA

Merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA.

3. Prinsip IPA

Merupakan generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

9

4. Hukum-hukum alam (IPA)

Prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif

(sementara), akan tetapi karena mangalami pengujian yang berulang-

ulang maka hukum alam bersifat kekal selama belum ada pembuktian

yang lebih akurat dan logis.

5. Teori ilmiah

Merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta, konsep, prinsip yang

saling berhubungan.

b. Ilmu pengetahuan alam sebagai proses

Yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA

merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses

dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan.

Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses

sains adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, seperti

mengamati, mengukur, mengklasifikasikan dan menyimpulkan.Mengamati

adalah mengumpulkan semua informasi dengan pancaindera. Adapun

penarikan kesimpulan adalah kesimpulan setelah melakukan observasi dan

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

c. Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap

Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai

dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan

penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya.

2.1.1.2 Tujuan Mata Pelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dalam Badan Nasional Standar

Pendidikan (BNSP, 2006) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

10

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.1.3 Karakteristik IPA

Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman (Ahmad Susanto, 2013:

170):

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori.

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena

alam, termasuk juga penerapannya.

c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan dan ketekunan dalam menyingkap

rahasia alam.

d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau

beberapa saja.

e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat

objektif.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Mills (Agus Suprijono, 2009: 45) “model adalah bentuk

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.” Model merupakan

interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa

sistem.Menurut Heri Rahyubi (2011: 6) “pembelajaran adalah proses interaksi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

11

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi

proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik.Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik. Proses pembelajaran dialami manusia sepanjang hayat, serta berlaku

di manapun dan kapanpun.

Menurut Heri Rahyubi (2011: 251) “model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.”

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009: 45) “model

pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori

psikologi pendidikan dan teori yang dirancang berdasarkan analisis terhadap

implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.”

Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk

penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di

kelas.

Menurut Slavin (Hosnan, 2014: 234)“pembelajaran kooperatif adalah solusi

ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif

dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda.”

Sedangkan menurut Kagan (Hosnan, 2014: 235) “pembelajaran kooperatif adalah

strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa

dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar

untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu objek.”

Pembelajaran kooperatif menurut Roger(Miftahul Huda, 2014: 29):

Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada

perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar

yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

12

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang

teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih, di mana

keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota

kelompok itu sendiri.Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa

yang ada di dalam kelompok mempunyai tingkat yang berbeda-beda (tinggi,

sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,

budaya dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model

pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan

permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2.2 Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif

Sadker dan Sadker (Miftahul Huda, 2011: 66) menjabarkan beberapa

manfaat pembelajaran kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan

keterampilan afektif dan kognitif siswa, pembelajaran kooperatif juga

memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini:

a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan

memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

b. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki

sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk

belajar.

c. Siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan diantara mereka

akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar

mereka nanti.

d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap

teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang

berbeda-beda.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

13

Pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa keunikan yaitu:

a. Interpendensi positif dengan prosedur yang terstruktur jelas.

b. Terdapat akuntabilitas individu atas pembagian kerja kelompok.

c. Relatif menekankan kelompok yang terdiri dari siswa-siswa dengan level

kemampuan yang berbeda.

d. Saling berbagi peran kepemimpinan.

e. Masing-masing anggota saling membagi tugas pembelajaran dengan anggota

yang lain.

f. Bertujuan memaksimalkan pembelajaran setiap anggota kelompok.

g. Menjaga relasi kerja sama yang baik.

h. Mengajarkan keterampilan kerja sama yang efektif.

i. Guru mengobservasi pada kualitas teamwork siswa.

j. Merancang prosedur-prosedur yang jelas dan mengalokasikan waktu yang

memadai untuk pemrosesan kelompok.

2.1.2.3 Kendala-Kendala Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (Miftahul Huda, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau

apa yang disebutnya pitfalls(lubang-lubang perangkap) terkait dengan

pembelajaran kooperatif:

a. Free Rider.

Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru

berdampak pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang

dimaksud pengendara bebas disini adalah beberapa siswa yang tidak

bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka

hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu

kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika

kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani satu lembar kerja,

satu proyek, atau satu laporan tertentu. Untuk tugas-tugas seperti ini,

sering kali ada satu atau beberapa anggota yang mengerjakan hampir

semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain

justru “bebas berkendara”, berkeliaran ke mana-mana.

b. Diffusion of Responsibility.

Yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebaran

tanggung jawab) ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

14

yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota

lain yang “lebih mampu”.

c. Learning a Part of Task Specialization.

Dalam beberapa metode tertentu, setiap kelompok ditugaskan untuk

mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu

sama lain. Pembagian semacam ini sering sering kali membuat siswa

hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya,

sementara bagian materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain

hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling

berkaitan satu sama lain.

Menurut Slavin (Miftahul Huda, 2011: 69), ketiga kendala ini bisa diatasi

jika guru mampu:

a. Mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswa-

siswanya.

b. Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap

siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah

bekerja kelompok.

c. Mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

2.1.2.4 Aspek-Aspek Model Pembelajaran Kooperatif

a. Tujuan: semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan

diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua

anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.

b. Level kooperasi: kerja sama dapat diterapkan dalam level kelas dan level

sekolah.

c. Pola interaksi: setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain.

Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling

menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak

penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling

memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi

ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok kooperatif.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

15

2.1.2.5 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase, sebagai

berikut.

Tabel 4

Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi.

Mempresentasikan informasi kepada peserta

didik secara verbal.

Fase 3: Organize students into

learning teams

Mengorganisir peserta didik ke

dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik

tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

membantu kelompok melakukan transisi yang

efisien.

Fase 4: Assist team work and

study

Membantu kerja tim dan belajar.

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik

mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi.

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai

berbagai materi pembelajaran atau kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil hasil

kerjanya.

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau

penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha

dan prestasi individu maupun kelompok.

Sumber: Agus Suprijono (2009: 65).

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Team-Achivement Divisions (STAD) adalah salah satu rangkaian

teknik pengajaran yang dikembangkan dan diteliti di Universitas John Hopkins

yang secara umum dikenal sebagai kelompok belajar siswa. Teknik ini didasarkan

pada gagasan tentang siswa-siswa yang belajar dalam kelompok belajar kooperatif

dalam memahami pelajaran. Kelompok belajar siswa bukanlah aktivitas satu

waktu yang dirancang untuk berjalan di kelas dari waktu ke waktu, tetapi

merupakan pengganti pengajaran tradisional yang bisa digunakan sebagai cara

pengorganisasian kelas yang permanen untuk mengajarkan berbagai macam

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

16

subjek penalaran secara efektif. Gagasan tentang model kelompok belajar siswa

berbagi tempat dengan model pembelajaran kooperatif yang lain adalah bahwa

siswa bekerja bersama-sama untuk mempelajari dan bertanggung jawab atas

pelajarannya sendiri dan juga pembelajaran teman lain. Tetapi, model kelompok

belajar siswa menekankan penggunaan tujuan kelompok dan keberhasilan

kelompok, yang hanya bisa dicapai jika semua anggota kelompok itu mempelajari

objek yang sedang diajarkan. Dengan demikian, dalam kelompok belajar siswa,

tugas siswa bukanlah melakukan sesuatu tetapi mempelajari sesuatu sebagai

sebuah kelompok, di mana kerja kelompok dilakukan sampai semua anggota

kelompok menguasai materi yang sedang dipelajari itu.

Ada tiga konsep penting bagi semua model kelompok belajar siswa;

penghargaan kelompok, tanggung jawab perseorangan, dan kesempatan yang

sama untuk memperoleh keberhasilan. Dalam semua model ini, kelompok-

kelompok itu bisa memperoleh sertifikat atau penghargaan lain adalah kelompok

yang berhasilmencapai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Perlu dicatat

bahwa kelompok itu tidaklah saling bersaing; semua kelompok (atau tidak

satupun) yang bisa memenuhi kriteria itu dalam satu minggu. Tanggung jawab

perseoranganmerujuk kepada semua model kelompok belajar siswa, keberhasilan

kelompok tergantung pada pembelajaran perseorangan dari semua anggota

kelompok. Ini memfokuskan kepada aktivitas anggota kelompok pada pengajaran

tutorial satu sama lain dan memastikan bahwa siapa saja yang ada dalam

kelompok itu siap untuk menjawab kuis atau ujian lain yang akan dijalani siswa

tanpa bantuan teman sekelompok. Kesempatan yang sama untuk berhasilberarti

bahwa apa yang disumbangkan siswa untuk kelompok mereka berdasarkan pada

kemajuan atas kemampuan siswa dari yang sebelumnya. Hal ini menjamin bahwa

anak-anak yang pintar, sedang dan kurang pintar sama-sama tertantang untuk

melakukan yang terbaik dan serta dari semua anggota kelompok akan dinilai.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

17

Penelitian Slavin (Shlomo Sharan, 2014: 4) tentang model pembelajaran

kooperatif telah menunjukkan bahwa:

Penghargaan kelompok dan tanggung jawab perseorangan merupakan unsur

mendasar bagi pengaruh kerjasama berdasarkan ada pencapaian

keterampilan. Tidaklah cukup untuk memberitahu siswa untuk bekerja

bersama. Selain itu, ada alasan bagus untuk percaya bahwa jika para siswa

diberi penghargaan setelah melakukan pekerjaan yang lebih baik dari

sebelumnya, mereka akan lebih terpacu untuk belajar daripada jika mereka

diberi penghargaan berdasarkan pada prestasi yang lebih baik dari teman

mereka, karena penghargaan atas kemajuan yang dicapai bisa memberi

keberhasilan dan tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah untuk dicapai

siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat mudah diadaptasi dan

telah digunakan dalam matematika, sains, ilmu pengetahuan sosial, bahasa

Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya dan pada tingkat sekolah menengah

sampai perguruan tinggi.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi menjadi

kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin

dan sukunya. Lalu gurumemberikan suatu pelajaran, kemudian siswa-siswa di

dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa

menguasai pelajaran itu. Akhirnya, semua siswa menjalani kuis perseorangan

tentang materi tersebut, dan pada saat itu siswa tidak bisa membantu satu sama

lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata siswa

sendiri dari yang sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada

seberapa tinggi peningkatan yang bisa dicapai atau seberapa tinggi nilai itu

melampaui nilai yang sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk

mendapatkan nilai kelompok, dan kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu

bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. Keseluruhan siklus

aktivitas itu, mulai dari paparan guru ke kerja kelompok sampai kuis, biasanya

memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan pelajaran-

pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan

bahasa dan mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan, dan konsep sains.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

18

Gagasan utama di belakang model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk

menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok

mereka memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka

dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk

melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting,

berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja bersama

setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika

menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab

perseorangan). Siswa mungkin bekerja berpasangan dan bertukar jawaban,

mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, siswa bisa

mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau

saling memberi pertanyaan tentang isi dari yang dipelajari.

Siswa mengajari teman sekelompok dan menaksir kelebihan dan

kekurangan agar bisa berhasil menjalani tes. Karena skor kelompok didasarkan

pada kemajuan yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya (kesempatan yang

sama untuk berhasil), siapapun bisa menjadi “bintang” kelompok dalam satu

minggu itu, karena nilainya lebih baik dari nilai sebelumnya atau karena

makalahnya dianggap sempurna, sehingga selalu menghasilkan nilai maksimal

tanpa mempertimbangkan nilai rata-rata siswa itu yang sebelumnya.Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model generik tentang pengaturan

kelas dan bukan model pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru

menggunakan pelajaran dan materi sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan

untuk kebanyakan subjek sekolah untuk siswa kelas tiga sampai sembilan tetapi

kebanyakan guru menggunakan materinya sendiri untuk menambah atau

mengganti materi-materi ini.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

19

2.1.3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Untuk mengatasi pembelajaran IPA agar dapat menarik, siswa menjadi

termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Dengan meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan alternatif proses

pembelajaran agar lebih menyenangkan dan bermakna. Sebagai pedoman langkah

dalam memberikan tindakan kelas dalam model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terdapat lima komponen sebagai berikut:

a. Presentasi kelas

Materi dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada awalnya

diperkenalkan dalam presentasi kelas. Seringkali ini adalah diskusi pelajaran

yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi

audiovisual. Presentasi kelas dalam model pembelajaran kooperatif tipe

STAD berbeda dengan pengajaran biasa karena mereka harus benar-benar

fokus pada satuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan cara

ini, siswa menyadari bahwa selama presentasi kelas berlangsung mereka

harus memperhatikan dengan seksama, karena akan membantu saat menjalani

kuis dengan baik, dan nilai kuis itu menentukan nilai kelompok.

b. Kelompok

Kelompok terbentuk dari empat atau lima orang siswa yang mewakili

kemampuan, jenis kelamin, dan ras siswa di kelas itu. Fungsi utama dari

kelompok adalah menyiapkan para anggotanya untuk menjalani kuis dengan

baik. Setelah guru menyajikan materi, kelompok berkumpul untuk

mempelajari lembar tugas dan materi-materi lainnya. Lembar tugas itu bisa

saja materi-materi yang dibuat sendiri oleh guru. Yang seringkali terjadi,

pelajaran berjalan dengan siswa yang mendiskusikan masalah itu bersama-

sama, bertukar jawaban, dan mengoreksi kekeliruan apa saja yang mungkin

dibuat teman. Kelompok merupakan yang paling penting dalam model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada setiap nilai, yang ditekankan

adalah apa yang dilakukan anggota kelompok untuk membantu anggotanya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

20

Kelompok menyediakan dukungan sesama teman untuk memperoleh

kemajuan akademik yang penting sebagai pengaruh pembelajaran, tetapi

kelompok juga menyedikan saling perhatian dan penghargaan yang penting

bagi hubungan antarkelompok, penghargaan diri, dan penerimaan siswa-

siswa yang terpinggirkan.

c. Kuis

Setelah satu sampai dua kali presentasi guru dan satu sampai dua kali praktik

kelompok, para siswa menjalani kuis perseorangan. Siswa-siswa tidak

diijinkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini untuk

memastikan bahwa setiap siswa secara perseorangan bertanggung jawab atas

pengetahuan yang diperoleh.

d. Skor kemajuan perseorangan

Gagasan di belakang skor kemajuan perseorangan adalah menanamkan tujuan

prestasi yang bisa diperoleh kepada siswa, jika dia bekerja lebih keras dan

berbuat lebih baik dibandingkan sebelumnya. Setiap siswa bisa menyumbang

nilai maksimal untuk kelompok dalam sistem penilaian ini, tetapi tidak ada

siswa yang bisa melakukan itu tanpa menunjukkan kemajuan yang lebih baik

daripada yang sebelumnya. Tiap-tiap siswa diberikan nilai “dasar”, yang

diambil dari rata-rata prestasi siswa pada kuis yang sama. Kemudian, siswa

memperoleh nilai untuk kelompok berdasarkan pada seberapa banyak nilai

kuis mereka melebihi nilai sebelumnya.

e. Penghargaan kelompok

Kelompok bisa saja memperoleh sertifikat atau penghargaan lain jika nilai

rata-rata melampaui kriteria tertentu. Skor kelompok siswa bisa juga

digunakan untuk menentukan sampai lima nilai tambahan perolehan nilai.

Sertifikat untuk kelompok yang mencapai standar prestasi tinggi, perlakuan

laporan berkala, pemasangan pada papan buletin, pengakuan khusus, hadiah

kecil-kecilan, atau penghargaan lain menegaskan gagasan bahwa bekerja baik

secara berkelompok adalah penting.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara rinci dapat

dilihat pada tabel 5 berikut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

21

Tabel 5

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-Langkah Model

Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD

Perilaku Guru

Presentasi Kelas

Guru memperkenalkan dan menyajikan

materi.

Guru memberi tahu siswa apa yang sedang

mereka pelajari.

Guru memunculkan keingintahuan siswa

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

Kelompok

Guru membuat salinan lembar rekapitulasi

kelompok.

Guru merangking siswa dari yang paling

pintar.

Guru membentuk kelompok yang terdiri

dari empat sampai lima siswa yang

mewakili kemampuan, jenis kelamin dan ras

siswa di kelas itu.

Guru menugaskan siswa ke dalam

kelompok.

Guru meminta siswa untuk mengerjakan

permasalahan atau mempersiapkan jawaban

untuk menjawab pertanyaan.

Guru meminta siswa untuk saling

menjelaskan jawaban.

Guru memanggil siswa secara acak.

Guru memberi umpan balik.

Kuis Guru memberikan kuis perseorangan

kepada siswa.

Skor Kemajuan Perseorangan Guru memberi nilai berdasarkan kemajuan

siswa.

Pengahargaan Kelompok Guru memberikan pengakuan khusus atau

penghargaan lain.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

22

2.1.3.3 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berdasarkan Standar

Proses

Berikut adalah sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran IPA berdasarkan Standar Proses.

Tabel 6

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran

IPA Berdasarkan Standar Proses

Kegiatan Perilaku Guru Perilaku Siswa

Kegiatan Awal Guru mengajak siswa untuk

berdoa sesuai keyakinan dan

kepercayaan masing-masing

dan memberi salam.

Guru melakukan presensi dan

memberikan motivasi kepada

siswa.

Guru menyampaikan kegiatan

yang akan dilakukan selama

proses pembelajaran.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Guru melakukan apersepsi.

Siswa berdoa dan mengucapkan

salam.

Siswa mengaitkan materi yang

akan diajarkan dengan materi

yang sebelumnya.

Kegiatan Inti Eksplorasi

Guru memperkenalkan dan

menyajikan materi.

Guru memberi tahu siswa

apa yang sedang mereka

pelajari.

Guru memunculkan

keingintahuan siswa

dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan.

Elaborasi

Guru membuat salinan

lembar rekapitulasi

kelompok.

Guru merangking siswa dari

yang paling pintar.

Guru membentuk kelompok

yang terdiri dari empat

sampai lima siswa yang

mewakili kemampuan,

jenis kelamin dan ras

siswa di kelas itu.

Guru menugaskan siswa ke

dalam kelompok.

Guru meminta siswa untuk

mengerjakan

Eksplorasi

Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

Siswa menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh guru.

Elaborasi

Siswa berkelompok sesuai

dengan pembagian

kelompok yang sudah

dibuat oleh guru.

Siswa berdiskusi

mengerjakan suatu

permasalahan berkaitan

dengan materi yang sedang

dijelaskan secara

berkelompok.

Setelah berdiskusi siswa

mempersiapkan beberapa

jawaban mengenai masalah

tersebut.

Konfirmasi

Siswa presentasi menjelaskan

jawaban mereka.

Siswa saling menanggapi

jawaban kelompok satu

sama lain.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

23

permasalahan atau

mempersiapkan jawaban

untuk menjawab

pertanyaan.

Guru meminta siswa untuk

saling menjelaskan

jawaban.

Konfirmasi

Guru memanggil siswa

secara acak.

Guru memberi umpan balik.

Guru memberikan kuis

perseorangan kepada

siswa.

Guru memberi nilai

berdasarkan kemajuan

siswa.

Guru memberikan

pengakuan khusus atau

penghargaan lain.

Siswa mengerjakan kuis

perseorangan yang

diberikan oleh guru.

Siswa memperoleh

penghargaan dari guru.

Kegiatan

Akhir Guru menanyakan kepada siswa

tentang materi yang belum

dipahami.

Guru dan siswa membuat

kesimpulan kegiatan hari ini.

Guru melakukan refleksi dan

memberikan penguatan kepada

siswa.

Guru memberikan tugas kepada

siswa.

Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

selanjutnya.

Guru mengajak siswa untuk

berdoa.

Siswa bertanya tentang materi

yang belum dipahami.

Siswa membuat kesimpulan.

Siswa diberikan tugas (pekerjaan

rumah) oleh guru.

Siswa berdoa untuk mengakhiri

pembelajaran.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan

hidup manusia. Menurut Burton (Ahmad Susanto, 2013: 3) “belajar merupakan

perubahan dalam tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara

individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga

mereka lebih bisa berinteraksi dengan lingkungannya.”Pengertian belajar menurut

Gagne (Ahmad Susanto, 2013: 1) “belajar adalah suatu proses di mana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

24

Menurut Hagenhahn dan Olson (Heri Rahyubi, 2012: 3) “belajar adalah

perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang

merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh kondisi diri yang

sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan atau obat-

obatan.” Hampir sama dengan Hagenhahn dan Olson, menurut Mayer (Heri

Rahyubi, 2012: 3) “belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam

pengetahuan dan perilaku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.” Belajar

menurut Morgan (Heri Rahyubi, 2012: 5) “merupakan perubahan tingkah laku

yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.” Dari

beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan perilaku melalui pengalaman yang didapatkan.

Sedangkan pengertian belajar menurut Hilgard (Wina Sanjaya, 2008: 229),

“belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik

latihan di dalam laboratoium maupun dalam lingkungan alamiah.”Menurut Laster

D. Crow dan Alice Crow (Heri Rahyubi, 2012: 5) “belajar adalah upaya untuk

memperoleh kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.”Menurut Slameto (2010: 2)

“belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Menurut Winkel

(Ahmad Susanto, 2013: 4) “belajar adalah suatu aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.”

Dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang secara

sadar dilakukan individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang

berbentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

25

2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gagne (Purwanto, 2013: 42) “hasil belajar adalah terbentuknya

konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan,

yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-

stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-

kategori.”Winkel (Purwanto, 2013: 45) “hasil belajar ialah perubahan yang

mengakibatkan manusia dalam sikap dan tingkah lakunya, perubahan itu

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.” Sepaham dengan Winkel,

Purwanto (2013: 46) “hasil belajar merupakan perubahan perilaku manusia akibat

belajar, dapat berupa perubahan dalam aspek kogitif, afektif dan psikomotorik.”

Winkel menekankan bahwa hasil belajar adalah perubahan mengenai sikap dan

tingkah lakunya. Sedangkan Purwanto hanya menyebutkan perubahan perilaku

manusia setelah belajar. Meskipun demikian, mereka mempunyai pemahaman

bahwa perubahan akibat belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik. Perubahan perilaku tersebut disebabkan telah mencapai

penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

Perubahan akibat pengalaman belajar, tidak semata-mata hanya pada perubahan

secara kognitif (pengetahuan) saja, tetapi siswa juga dapat mengalami perubahan

secara afektif (sikap) serta mampu melaksanakan tugas yang berhubungan dengan

performanya (psikomotorik).

Dapat dikatakan, hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa

karena telah memiliki pengalaman belajar pada mata pelajaran tertentu di mana

perubahannya dapat dilihat dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

2.1.4.3 Tipe Hasil Belajar

Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat

siswa belajar, yang berarti pembelajaran meupakan sebuah proses yang

direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa

hasil belajar merupakan perolehan dari hasil proses belajar siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

26

belajar siswa. Bila hasil belajar tinggi pembelajaran tersebut dikatakan berhasil,

tetapi jika hasil belajar rendah pembelajaran tersebut dikatakan tidak berhasil.

Gagne (Agus Suprijono, 2009: 5) mengemukakan ada lima tipe hasil

belajar, yakni:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut

tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif brsifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

2.1.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya

terlibat beberapa faktor yang saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut dapat

berasal dari dalam diri seseorang (internal) dan dari luar diri seseorang (eksternal).

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut

Ahmad Susanto (2013: 12):

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu meliputi

kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar dan minat

anak.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

27

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi model

penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru

dan kondisi masyarakat.

Faktor internal pertama yang mempengaruhi hasil belajar adalah intelegensi

atau kecerdasan. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya hasil belajar. Secara logika, semakin tinggi tingkat

intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat

dicapai. Begitu pun sebaliknya, jika intelegensinya rendah maka kecenderungan

hasil belajar yang dicapainya juga rendah. Faktor kedua yaitu kesiapan, belajar

akan lebih berhasil jika berlandaskan tingkat kematangan individu. Ketiga yaitu

bakat yang merupakan kemampuan potensial yang dimiliki oleh individu. Faktor

selanjutnya adalah kemauan belajar, kemauan belajar yang tinggi akan

berpengaruh positif terhadap hasil belajar seseorang. Faktor yang terakhir adalah

minat, minat merupakan kecenderungan, gairah untuk menginginkan sesuatu.

Siswa dengan minat yang besar terhadap pembelajaran akan memusatkan

perhatian pada pelajaran secara intensif, hal ini memungkinkan tingkat hasil

belajar yang akan dicapai akan lebih tinggi.

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah model

penyajian materi. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model

penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, menarik dan

mudah dimengerti tentunya berpengaruh positif terhadap keberhasilan belajar.

Faktor eksternal selanjutnya yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah

peranan guru. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pelajaran yang

berlaku, peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting.

Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovasi dalam perilakunya

akan ditiru oleh siswanya. Begitu pula dengan sikap guru terhadap siswa saat

mengajar. Yang ketiga adalah suasana pembelajaran, suasana pembelajaran yang

tenang dan menantang serta melibatkan siswa secara aktif dapat meningkatkan

keberhasilan siswa dalam belajar. Yang terakhir adalah masyarakat. Lingkungan

masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

28

Untuk memperoleh hasil belajar siswa, maka dilaksanakan evaluasi atau

penilaian untuk mengukur sejauh mana siswa memahami dan menguasai materi.

Model evaluasi yang sesuai adalah model kesesuaian oleh Ralph W. Tyler, John

B. Carol dan Lee J. Cronbach (Purwanto, 2013: 27). Kegiatan evaluasi dilakukan

untuk melihat sejauh mana tujuan pendidikan yang diberikan dalam pengalaman

belajar telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar. Objek evaluasi adalah

tingkah laku siswa yang megalami perubahan pada akhir kegiatan pembelajaran.

Perubahan perilaku yang dievaluasi bukan hanya pada aspek kognitif saja tetapi

juga afektif dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif evaluasi dilakukan dengan

teknik tes menggunakan instrumen tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran.

Sedangkan untuk aspek psikomotorik dan aspek sikap diukur menggunakan

teknik non tes observasi dengan rubrik penilaian proses yang dilakukan selama

pembelajaran berlangsung.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe STAD membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif siswa secara

bersama membantu siswa dalam akademis mereka. Slavin (Shlomo Sharan, 2014:

6) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan

pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi Bahasa, Geografi, Ilmu Sosial

Sain, Matematika dan Bahasa Inggris, studi yang telah dilaksanakan di sekolah-

sekolah pinggiran dan pedesaan Amerika Serikat, Israel, Nigeria, dan Jerman.

Penelitian STAD telah mencatat tentang tambahan signifikan dalam penghargaan

diri, menyukai kelas, kehadiran dan perilaku siswa.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Donatus melalui PTK

yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA (SAINS)

Melalui Metode Cooperative Learning Tipe Students Teams Achivement

Divisions (STAD) pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Ledok 02 Semester

2 Tahun Pelajaran 2011/2012” juga menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

29

ini ditunjukkan dari meningkatnya ketuntasan klasikal hasil belajar IPA. Sebelum

diberikan tindakan, ketuntasan belajar siswa adalah sebesar 56,82%. Setelah

tindakan pada siklus I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan

prosentase sebesar 79,55%. Pada siklus II, terjadi lagi peningkatan hasil belajar

dengan mencapai prosentase sebesar 97,73%.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Anggit Sriwidodo melalui jurnal

yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA

Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD

Negeri Sampang 1 Karangtengah Demak Tahun Ajaran 2011/2012” menyatakan

bahwa siklus pertama mempunyai ketuntasan belajar klasikal yaitu 62,5% dengan

nilai rata-rata 60,8. Siklus kedua mempunyai ketuntasan belajar klasikal yaitu

62,5% dengan nilai rata-rata 63,9. Siklus ketiga mempunyai ketuntasan belajar

klasikal yaitu 79,2% dengan nilai rata-rata 70,2. Hal ini dapat dikatakan berhasil

karena ketuntasan belajar klasikal lebih besar dari indikator keberhasilan yaitu

75%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD Negeri Sampang 1

Karangtengah Demak kelas 4 semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwitasari melalui PTK yang

berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Pesaren 2

Semester 1/2013-2014” menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

meningkatnya ketuntasan klasikal hasil belajar siswa. Sebelum diberikannya

tindakan ketuntasan belajar siswa dalam kelas tidak lebih dari 34%. Setelah

diberikannya tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dalam pembelajaran siswa ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi

69%.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Adjie melalui jurnal yang berjudul

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas 5 Melalui

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

30

Model Kooperatif Tipe STAD di SD Inpres 1 Ongka” menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas V SD Inpres 1 Ongka, pada materi perubahan wujud benda

dan perubahan sifat benda di tes awal: siswa yang tuntas 16 orang atau persentase

50% dengan daya serap klasikal 65,47% atau nilai rata-rata 65%. Pada Siklus I

meningkat siswa yang tuntas 24 orang atau 75% dengan daya serap klasikal

75,94%, . Dan pada siklus II meningkat siswa yang tuntas 30 orang atau

persentase 95% dengan daya serap klasikal sebesar 87,03%.

Persamaan dan perbedaan kajian hasil penelitian yang relevan di atas dapat

dilihat secara rinci pada tabel 7 berikut.

Tabel 7

Persamaan dan Perbedaan Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama

Peneliti Tahun Mapel Variabel Bebas

Variabel Terikat

Kelas Hasil Belajar

Siklus

I (%)

Siklus

II (%)

1. Donatus 2012 IPA

Model

pembelajaran

kooperatif tipe

STAD

79,55 97,73 3

2. Anggit

Sriwidodo 2012 IPA

Model

pembelajaran

kooperatif tipe

STAD

62,5 79,2 4

3. Purwitasari 2013 IPA

Model

pembelajaran

kooperatif tipe

STAD

34 69 5

4. Adjie 2014 IPA

Model

pembelajaran

kooperatif tipe

STAD

75,94 87,03 5

5. Unike Baiti

Sari 2015 IPA

Model

pembelajaran

kooperatif tipe

STAD

? ? 4

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

31

Berdasarkan tabel di atas, terdapat kelebihan pada hasil penelitian Anggit

Sriwidodo, Purwitasari dan Adjie karena model tersebut diterapkan pada kelas 4

dan 5 yang tergolong dalam kelas tingkat tinggi sehingga model pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih mudah untuk diterapkan karena cara berpikir siswa

lebih terarah sehingga lebih mudah dalam mengikuti instruksi guru. Namun

peningkatan hasil belajar siswa pada hasil penelitian Anggit Sriwidodo dan Adjie

tidak terlalu signifikan dibandingkan hasil penelitian Purwitasari di kelas 5.

Sedangkan penelitian Donatus diterapkan di kelas 3 yang masih tergolong dalam

kelas tingkat rendah sehingga siswa masih kesulitan dalam memahami instruksi

guru apalagi dalam pelajaran IPA yang baru saja diterima siswa pada saat

menginjak kelas 3. Namun peningkatan hasil belajar siswa pada hasil penelitian

Donatus dapat dikatakan lebih signifikan dibandingkan hasil penelitian Anggit

Sriwidodo dan Adjie. Dari kajian hasil penelitian relevan tersebut penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikatakan berhasil karena hasil

belajar IPA siswa meningkat. Penelitian selanjutnya akan di lakukan pada kelas 4

dengan variabel dan mata pelajaran yang sama.

2.3 Kerangka Pikir

Pada penjelasan di atas, telah disebutkan bahwa metode pembelajaran

STAD memungkinkan siswa dapat belajar lebih aktif dan belajar untuk bekerja

sama dengan teman-teman lainnya, karena dalam pembelajaran ini siswa didorong

untuk bagaimana memecahkan masalah bersama-sama dengan kelompoknya.

Selain itu siswa secara individu dapat terbentuk menjadi siswa yang aktif dan

mencintai belajar, karena sebagai individu, siswa juga dipercayakan untuk ikut

berkontribusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok.

Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran ceramah.Dengan

metode pembelajaran ceramah, siswa jarang diberikan kesempatan untuk

memecahkan masalah bersama-sama dengan teman-temannya. Akhirnya, siswa

tidak dibiasakan untuk belajar bersama orang lain yang ada di sekitarnya, dalam

memecahkan sebuah masalah belajar yang sedang dihadapinya.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

32

Gambar 1

Kerangka Pikir Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran konvensional Hasil belajar ˂ KKM

Kompetensi Dasar:

10.1 Mendeskripsikan berbagai

penyebab perubahan

lingkungan fisik (angin, hujan,

cahaya matahari, dan

gelombang air laut).

10.2 Menjelaskan Pengaruh

perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor).

Tes formatif

Mendapat penghargaan

Standar Kompetensi:

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Membentuk kelompok

beranggota 4 siswa

Mengerjakan kuis

perseorangan

Diskusi kelompok

Presentasi

Skor tes

Non tes

Hasil belajar

IPA ≥ KKM

Lembar

Observasi

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16389/2/T1_292011148_BAB II... · Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, ... kooperatif

33

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil kajian teori dan kajian penelitian yang relevan di atas,

maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 semester 2 SDN Ngajaran 02

di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

b. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

sesuai sintaksdiduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4

semester 2 SDN Ngajaran 02 di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.