bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pendekatan ...€¦ · berdasarkan apa yang telah...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendekatan Saintifik
2.1.1.1.Konsep Pendekatan Saintifik
Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Guru
berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dimana guru harus
mempunyai strategi dalam melaksanakan pembelajaran. Agar tercipta
pembelajaran tersebut maka guru juga harus menggunakan pendekatan yang
bisa menciptakan interaksi yang kondusif dan membuat tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik. Pada prosesnya pendidikan di indonesia yang
saat ini berjalan, sebagian menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013
ini mensyaratkan menggunakan pendekatan saintifik dalam setiap proses
pembelajarannya. Ciri ciri dalam kurikulum 2013 lebih menekankan proses
belajar dibandingkan kurikulum sebelumnya yang hanya menekankan pada
hasil belajar saja. Menurut Hosnan (2014:34) menyatakan
pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang‟ditemukan‟.
Pendapat dari Hosnan tersebut menjelaskan bahwa pendekatan
saintifik merupakan proses pembelajaran yang dialami siswa itu sendiri
mulai dari siswa mengenal sesuatu yang akan dia pelajari hingga siswa
dapat menyimpulkan sendiri apa yang dia pelajari. Pendapat ahli yang lain
juga menjelaskan, Menurut Nurul (dalam Johari dkk,2014:4) “Pembelajaran
berpendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan
pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung
baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan
prinsip selama kegiatan pembelajaran”. Pendapat nurul tersebut
8
menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
merupakan proses pembelajaran secara ilmiah yang dialami sendiri oleh
siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya menurut Kurniasih, Sani
(2014:29) menyatakan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati ( untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah) merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip hang „ditemukan‟.
Pendapat dari kurniasih juga menjelaskan bahwa pendekatan
saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
dimana siswa memperoleh sendiri pengetahuan melalui proses ilmiah.
Berdasarkan apa yang telah diuraiakan para ahli, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan
ilmiah yang digunakan dalam sebuah pembelajaran dengan beberapa tahap,
meliputi pengamatan, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data,
penarikan kesimpulan dan konsep yang dikomunikasikan. Hasil
pembelajaran yang di dapat siswa dapat dipertanggungjawabkan karena
telah melalui berbagai tahapan-tahapan ilmiah seperti diatas.
2.1.1.2. Prinsip- prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Sebuah kehidupan tentunya memiliki sebuah dasar untuk bertindak
dalam melakukan setiap hal. Dasar-dasar itulah yang menjadi acuan
bagaimana kita akan bertindak. Sama halnya dengan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan saintifik, dalam pembelajaran yang mengacu
dengan pendekatan saintifik pasti memiliki prinsip-prinsip yang harus ada
dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip-prinsip yang terdapat di
dalam pembelajaran yang menggunakam pendekatan saintifik. Hosnan
(2014:36) menyatakan bahwa Prinsip-prinsip tersebut diantaranya sebagai
berikut:
9
1) Pembelajaran berpusat pada siswa,
2) Pembelajaran membentuk students self concept,
3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan
prinsip,
5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berfikir siswa,
6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan
motivasi mengajar guru,
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi,
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip
yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Pendapat Hosnan mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Ketujuh prinsip tersebut
menitik beratkan pada siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran.
Sedangkan Menurut Kurniasih, Sani (2014:33) mengemukakan prinsip-
prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi:
1) berpusat pada siswa,
2) melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip,
3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa,
4) dapat mengembangkan karakter siswa.
Pendapat kurniasih juga tidak jauh berbeda dengan pendapat Hosnan.
Dimana prinsip-prinsip dalam pembelajaran siswa menitik beratkan pada
siswa sebagai pelaku dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik
Berdasarkan yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik mengutamakan peran
siswa. Sehingga siswa sendirilah yang mengalami pembelajaran secara
keseluruhan. Guru disini merupakan pembimbing siswa, bukan lagi sebagai
sumber belajar siswa.
10
2.1.1.3. Langkah Pembelajaran Saintifik
Sebuah tindakan yang akan kita jalankan dapat berjalan lancar
apabila kita mengerti apa yang harus kita lakukan dalam tindakan tersebut.
Sama halnya dengan proses yang terdapat dalam suatu proses pembelajaran
yang akan kita jalankan. Kita sebagai pengajar harus mengetahui bagaimana
proses yang akan kita jalankan dalam pembelajaran agar tidak keluar dari
jalurnya. Sesuai kurikulum 2013 yang menggunakan pendekat saintifik
sebagai pendekatan yang diterapkan dalam kurikulum tersebut, maka perlu
dimengerti langkah-langkah apa saja yang harus ada dalam proses
pembelajaran. Pendekatan saintifik memiliki langkah-langkah yang harus
dilewati. Langkah-langkah tersebut harus dilaksanakan oleh guru dan tidak
boleh ada yag terlewati. Hosnan (2014:39) menyatakan bahwa pendekatan
saintifik memiliki beberapa langkah-langkah diantaranya sebagai berikut :
1) Mengamati: melihat, mengamati, membaca, mendengar,
menyimak (tanpa dan dengan alat),
2) Menanya : mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke
yang bersifat hipotesis. Diawali dengan bimbingan guru
sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan),
3) Pengumpulan Data : menentukan data yang diperlukan dari
pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data( benda,
dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data,
4) Mengasosiasi : Menganalisis data dalam bentuk membuat
kategori, menentukan hubungan data / kategori, menyimpulkan
dari hasil analisis data, dimulai dari unstructured-uni structure-
multistructure-complicated structure,
5) Mengomunikasikan: menyampaikan hasil konseptualisasi
dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau
media lainnya.
Menurut hosnan langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik
terdapat 5 proses yang harus dilewati siswa, yaitu mengamati, menanya,
pengumpulan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Sedangkan
pendapat lain juga mengunggakapkan langkah-langkah pendekatan saintifik
menurut Kurniasih, Sani (2014:38) menyatakan bahwa
langkah-langkah pendekatan saintifik (scientific
approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali
informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
11
mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta.
Pendapat dari Kurniasih juga sama dengan Hosnan dimana langkah-
langkah pembelajaran saintifik diawali dengan menggali informasi hingga
mengkomunikasikan dengan mencipta apa yang siswa dapat dalam proses
pembelajaran itu terjadi. Menurut Resti dkk (2013:6) menjelaskan juga
bahwa “langkah-langkah dalam proses pembelajaran saintifik meliputi
kegiatan mengamati, menanya, menalar, mengolah informasi,
mengkomunikasikan”.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan para ahli dapat diambil
kesimpulan bahwa langkah langkah dalam pembelajaran menganut sifat-
sifat ilmiah. Langkah-langkah tersebut dilakukan guna
mempertanggungjawabkan apa yang di dapat dari proses pembelajaran
siswa tersebut karena didalam langkah-langkah tersebut siswa mengalami
sendiri proses/ tahapan dalam mencari kebenaran tentang suatu hal yang
menjadi topik.
2.1.2. Model Discovey Learning
2.1.2.1.Definisi Model Pembelajaran
Pembelajaran memerlukan sebuah strategi yang dirancang guna
menciptakan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Setiap tujuan pembelajaran memerlukan strategi yang berbeda, ini
disebabkan setiap materi / topik yang akan disampaikan memiliki ciri khas
masing-masing. Sehingga dalam sebuah proses belajar mengajar
penggunaan model pembelajaran diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hosnan (2014:181) menyatakan
Model Pembelajaran dapat di definisikan sebagai sebuah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan strategi dan aktivitas
prinsip pembelajran/ paradigma belajar dari pola lama bergeser
menuju ke pola baru.
12
Berdasarkan penjelasan Hosnan tersebut bahwa model pembelajaran
merupakan pedoman / landasan yang menjadi acuan saat pembelajaran di
dalam kelas berlangsung.
Pendapat lain tentang model pembelajaran juga di definisikan Agus
Suprijono (2009:45) “ model pembelajaran merupakan landasan praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar
yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas”. Definisi model
pembelajaran yang dijelaskan agus tersebut memberikan penjelasan bahwa
model pembelajaran merupakan sebuah landasan dalam melaksanakan
pembelajaran.
Selanjutnya, pengertian model pembelajaran menurut Joyce (dalam
Hamruni 2012:5) menyatakan bahwa
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum
dan lain lain.
Berdasarkan yang dikemukakan, joyce menyebutkan bahwa model
pembelajaran merupakan pola yang digunakan dalam pembelajaran dan
untuk menentukan perangkat apa yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan apa yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain- lain.
2.1.2.2 Ciri – Ciri Model Pembelajaran Kurikulum 2013
Model pembelajaran yang sesuai dengam kurikulum 2013 dimana
dalam langkah-langkah pembelajaran model tersebut harus sesuai dengan
ciri-ciri pendekatan kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik. Adapun ciri-
ciri pendekatan yang sesuai pembelajaran saintifik menurut Kurniasih, Sani
13
(2014:64) “Dalam kurikulum 2013 ada lima langkah proses yaitu :
mengamati, bertanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan”
Berdasarkan penjelasan ahli tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa
ciri model pembelajaran kurikulum 2013 merupakan model yang didalam
menerapkan 5 langkah meliputi mengamati, bertanya, menalar, mencoba,
mengkomunikasikan. sehingga kelima langkah tersebut mutlak ada dalam
pembelajaran kurikulum 2013.
2.1.2.3 Konsep Pembelajaran Model Discovery Learning
Pemilihan model pembelajaran sangat penting dilakukan dalam
proses pembelajaran. Model dipilih mana yang bisa menjadikan proses
pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran. Tidak semua model
pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013
pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang menerapkan
langkah langkah pendekatan saintifik, salah satunya Model Discovery
Learning atau sering disebut pembelajaran melalui penemuan. Menurut Bell
(1978) dalam Hosnan (2014:281) “belajar penemuan merupakan belajar
yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan
mentransformasi informasi sedemikian sehingga dia menemukan informasi
baru”. Menurut Bell model pembelajaran penemuan merupakan kegiatan
belajar siswa dimana siswa menemukan sendiri sebuah informasi yang baru
baginya.
Pendapat lain seperti Jerome Bruner dalam Hosnan (2014:281)
“discovery learning adalah model belajar yang mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip praktis
contoh pengalaman”. Menurut Bruner discovery merupakan pembelajaran
dimana siswa bertanya sesuai pengalaman yang siswa alami kemudian siswa
dapat menarik kesimpulan sendiri dari jawaban pertanyaannya itu.
Kurniasih,Sani (2014:64) “model Discovery learning adalah teori
belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri”. Kurniasih berpendapat bahwa
14
discovery learning merupakan pembelajaran yang disengaja tidak
menyampaikan materi dari pelajaran itu, melainkan siswa diharapkan
mencari sendiri materi pelajaran tersebut.
Suryosubroto (dalam Made, 2014:3) berpendapat bahwa “Discovery
learning merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi
metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri dan reflektif”. Pendapat Suryobroto
menyebutkan bahwa Discovery learning merupakan pembelajaran yang
berorientasi pada proses dan mengarahkan sendiri apa yang akan siswa
pelajari.
Yupita (2013:1) mengemukakan pendapat “discovery learning
merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme”. Dari pengertian Yupita tersebut discovery
learning merupakan pembelajaran yang berasal dari pandangan
konstruktivisme, sehingga siswa membangun sendiri kegiatan-kegiatan
untuk memperoleh pengetahuan baru
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan model discovery
merupakan pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan disengaja
dirancang/ direkayasa sedemikian hingga siswa terdorong sendiri untuk
menemukan informasi-informasi terhadap suatu hal yang telah disajikan
guru. Di dalam pembelajarannya diharapkan siswa mengorganisasi sendiri
suatu hal yang menjadi gejala, dengan tujuan akhir siswa dapat membuat
kesimpulan sendiri.
2.1.2.4 Karakteristik Model Discovery Learning
Sebuah model pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki
perbedaan tersendiri. Perbedaan ini untuk menunjukkan bahwa model
pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing. Discovery Learning
memiliki karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran
yang lainnya. Dalam Hosnan (2014:284) menyatakan bahwa “ karakteristik
tersebut meliputi: 1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, 2)
15
berpusat pada siswa, 3) keinginan untuk menggabungkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang sudah ada”. Menurut apa yang di kemukakan oleh
Hosnan, model discovery memiliki 3 karakteristik yang mencakup bahwa
dalam pembelajaran, siswa mampu memecahkan masalah sendiri dari
pengetahuan baru yang siswa dapatkan.
Pendapat lain yang memperkuat dari model Discovery dari
Kurniasih,Sani (2014:65) mengemukakan “ model Discovery learning, guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan”. Pendapat Kurniasih memperkuat dengan pemberian bimbingan
sangat diperlukan saat siswa mulai aktif menemukan dan memecahkan
masalah yang siswa hadapi saat pembelajaran.
Pendapat lain dari Suryosubroto (dalam Made, 2014:3)
mengemukakan bahwa model discovery merupakan praktek pendidikan
yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,
berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri dan reflektif
Berdasarkan apa yang telah diuraiakan para ahli, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik model Discovery Learning yaitu semua kegiatan yang
terdapat didalam pembelajaran dilakukan oleh siswa. Dimana siswa
diberikan kesempatan untuk mencari sendiri segala hal informasi. Guru
disini bertindak sebagai pembimbing dan mengarahkan kegiatan belajar agar
sesuai dengan yang diharapkan
2.1.2.5 Langkah Pembelajaran Model Discovery Learning
Sebelum memulai sebuah pembelajaran kita harus memahami dahulu
apa yang akan kita lakukan saat pembelajaran tersebut. Sehingga kita harus
mengerti langkah-langkah apa saja yang terdapat dalam model itu. Model
discovery memiliki langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang sesuai
dengan pendekatan saintifik. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a) Langkah persiapan Strategi Discovery Learning
16
langkah pesiapan merupakan langkah awal dari pembelajaran ini. Dalam
Hosnan (2014:289) langkah persiapan terdapat beberapa hal:
1) Menentukan tujuan pembelajaran,
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya),
3) Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari,
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi),
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta
didik,
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik,
7) Melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.
Langkah persiapan bertujuan untuk memperlancar proses
pembelajaran yang akan berjalan. Dalam proses ini semua hal yang akan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar sudah dipersiapkan dengan
matang sehingga akan mempermudah guru dalam hal pembelajaran
nantinya.
b) Prosedur Aplikasi Strategi Discovery Learning. Syah (2004:244) dalam
Hosnan ( 2014:289) menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan meliputi:
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada
tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan Discovery Learning
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan,
2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah). Setelah
dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
17
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah),
3) Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi berlangsung
guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya,
4) Data Processing (Pengolahan Data). Pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi,
dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu,
5)Verification (Pembuktian). Pada tahap ini peserta didik melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasakan hasil
pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terlebih dahulu itu kemudian di cek,
apakah terjawab atau tidak, apakah trbukti atau tidak. Pembuktian
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya,
18
6) Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi). Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan
hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah
menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas
makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran dengan model Discovery Learning
adalah sebagai berikut :
1) Pemberian rangsangan oleh guru
2) Melakukan identifikasi masalah
3) Melakukan pengumpulan data
4) Melakukan pengolahan data
5) Melakukan pembuktian terhadap data yang telah dikumpulkan
6) Menarik kesimpulan
2.1.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning
a. Kelebihan Model Discovery Learning
Pembelajaran dengan menggunakan model-model yang dipilih
dalam sebuah kegiatan pembelajaran, pasti memiliki sebuah kelebihan
tersendiri. Model pembelajaran Discovery Learning memiliki beberapa
kelebihan. Menurut Ilahi (dalam Widiadnyana 2014: 3) “kelebihan model
discovery learning adalah membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan dan proses kognitif”. Sedangkan kelebihan
yang lain menurut Melani (dalam Widiadnyana 2014:3) “Pengetahuan yang
diperoleh sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan
19
dan transfer”. Pendapat berikutnya menurut Depdiknas (dalam
Widiadnyana 2014:3) kelebihan model discovery learning :
“Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena membangkitkan
keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja terus
sampai menemukan jawaban. Penerapan model discovery learning
dalam IPA diduga dapat memberikan konstribusi terhadap
masalah-masalah pembelajaran IPA yang dialami siswa, khususnya
dalam peningkatan pemahaman konsep-konsep maupun
pengembangan sikap ilmiah
Penjelasan yang diberikan oleh beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa kelebihan menggunakan model discovery learning yaitu
lebih membangkitkan keinginan siswa dalam melakukan pembelajaran.
Sehingga siswa juga memiliki daya ingat yang tinggi karena mereka
menemukan sendiri apa yang mereka ingin ketahui.
b. Kekurangan Model Discovery Learning
Sebaik apapun sebuah model pembelajaran, pasti terdapat sebuah
kekurangan. Salah satunya dalam model pembelajaran Discovery learning.
Menurut Hosnan (2014:288) kekurangan model Discovery Learning “1)
Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara
guru dengan siswa, 2) menyita banyak waktu, 3) Menyita pekerjaan guru, 4)
tidak semua siswa mampu melakukan penemuan, 5) tidak berlaku untuk
semua topik.”
2.1.3. Model Pembelajaran Group Investigation
2.1.3.1 Definisi Model Pembelajaran Group Investigation
Sebuah pembelajaran memerlukan model pembelajaran untuk
membantu siswa mempermudah dalam menyerap pembelajaran. Model
yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan akan mempermudah siswa
dalam menyerap materi pelajaran. Namun tidak semua model sesuai dengan
kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik. Terdapat beberapa
model pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah pendekatan
saintifik, salah satunya yaitu model Group Investigation. Selanjutnya Group
Investigation lebih dikenal dengan sebutan GI. Menurut Hosnan ( 2014 :
20
258) GI “merupakan kegiatan belajar yang memfasilitasi siswa untuk belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan suatu masalah yang ditugaskan guru kepada mereka”. Dalam
pengertian Hosnan tersebut dijabarkan bahwa model group investigation
merupakan model pembelajaran dimana siswa difasilitasi dalam sebuah
kelompok yang heterogen.
Menurut Winata Putra (dalam Ratih Endarini Sudarmono 2009:21)
GI merupakan “model yang dirancang untuk membimbing para siswa
mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai
masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan
mengetes hipotesis”. Menurut Winata group investigation merupakan
model dimana dalam kegiatan pembelajaranya untuk membantu siswa
mendifinisikan masalah hingga siswa mampu mengetes hipotesis.
Menurut Rusman (dalam Bagus 2014:3) model pembelajaran GI
merupakan “model yang memadukan antara prinsip belajar kooperatif
dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivistik dan prinsip
pembelajaran demokrasi”. Dari pengertian Rusman dapat diambil
pengertian jika model GI merupakan model memadukan prinsip belajar
kooperatif dan berbasis konstruktivisme dan demokrasi.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa
Model Pembelajaran GI merupakan model belajar yang membantu dalam
proses belajar mengajar dengan memfasilitasi siswa kedalam kelompok
dengan memberikan topik yang akan di investigasi sehingga melalui
kelompok mereka dapat mengidentifikasi, mengeksplorasi, mengumpulkan
data, mengembangkan dan mengetes hipotesis.
2.1.3.2 Langkah-langkah model pembelajaran GI
Model pembelajaran dalam sebuah pendekatan saintifik, didalamnya
harus melaksanakan proses ilmiah. Model pembelajaran GI merupakan
salah satu model pembelajaran yang dianjurkan diterapkan dalam
pembelajaran saintifik, dikarenakan dalam langkah-langkah pembelajaran
21
model GI sesuai dengan proses ilmih dalam pendekatan saintifik. Menurut
Hosnan (2014:258) langkah-langkah model pembelajaran GI yaitu :
1) identifikasi topik dan mengatur siswa dalam kelompok, proses
indentifikasi topik dilakukan oleh guru dengan memilih topik-
topik yang bisa didiskusikan siswa tapi membutuhkan pemikiran
dan mengandung unsur yang bisa jadi penemuan. Pengaturan
kelompok juga dilakukan oleh guru dengan mempertimbangkan
kemampuan akademik masing-masing siswa.
2) Merencanakan tugas belajar, tugas yang diberikan dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat mendorong siswa untuk
menemukan sesuatu.
3) Melaksanakan tugas investigasi. Investigasi dilakukan dengan
mendiskusikan dalam kelompok.
4) Mempersiapkan laporan akhir. Setelah menemukan hal yang
harus dipecahkan, siswa harus membuat laporan akhir secara
tertulis dan dipaparkan di depan kelas
5) Menyajikan laporan akhir.
6) Evaluasi.
Langkah-langkah model GI juga tak jauh berbeda dikemukakan Made
(2013:196):
1. Identifikasi Topik. Setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam
melaksanakan identifikasi terhadap topik-topik pembelajaran
yang akan dibahas
2. Perencanaan tugas belajar. Tugas-tugas pembelajaran dibagi
untuk setiap anggota sesuai topik.
3. Melaksanakan kegiatan penelitian. Melaksanakan tugas sesuai
tugasnya selanjutnya diadakan diskusi kelompok.
4. Persiapan laporan akhir. Melaksanakan penulisan laporan akhir.
5. Presentasi penelitian.
6. Evaluasi.
Langkah-langkah model GI juga dikemukakan oleh Slavin(dalam
Hamruni 2012:225):
1. Grouping.menetapkan anggota, memilih topik
2. Planning. Menetapkan apa yang akan dipelajari
3. Investigation. Berdiskusi, mengumpulkan informasi,
menganalisis data, membuat inferensi.
4. Organizing.penulisan dan pelaporan anggota kelompok.
5. Presenting. Menyajikan laporan dalam bentuk presentasi.
6. Evaluating.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan model
group Investigation adalah sebagai berikut :
22
Tahap 1. Identifikasi topik dan membagi siswa dalam kelompok
Tahap 2. Tiap kelompok menyusun rencana investigasi
Tahap 3. Pelaksanaan investigasi
Tahap 4. Penyiapan laporan hasil investigasi
Tahap 5. Penyajian laporan hasil investigasi dan evaluasi
2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran GI
a. Kelebihan model pembelajaran GI
Sebuah model pembelajaran bisa dikatakan baik digunnakan dalam
sebuah pembelajaran jika terdapat kelebihan pada penerapannya. Kelebihan
tersebut menjadi nilai positif dalam model pembelajaran tersebut. Model
pembelajaran GI juga memiliki kelebihan tersebut. Menurut Hosnan
(2014:258) kelebihan model pembelajaran GI yaitu “siswa mampu berfikir
sistematis, kritis, analitik, berpartisipasi aktif dalam belajar dan berbudaya
kreatif melalui kegiatan pemecahan masalah”. Menurut Hosnan keunggulan
GI mampu membuat siswa mampu berfikir secara ilmiah.
Menurut Rusman (dalam Bagus 2014:4) keunggulan pembelajaran
menggunakan model GI yaitu:
1) Dapat dipakai untuk mengembangkan tanggung jawab dan
kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok
(2) Menghilangkan sifat egois, dapat meningkatkan kegemaran
berteman tanpa memandang perbedan kemampuan, jenis
kelamin, etnis, kelas sosial dan agama (3) Memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi dengan teman
sebaya dalam dalam bentuk diskusi kelompok untuk
memecahkan suatu masalah (4) Serta mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran yang diberikan guru sehingga dapat
membangun pengetahuan siswa.
Menurut pendapat Rusman dapat disimpulkan beberapa keunggulan model
GI yaitu dapat mengembangkan kreatifitas siswa, menghilangkan sifat
egois, berkolaborasi dan membuat siswa aktif dalam pembelajarannya.
Pendapat lain juga dikemukakan Winata Putra (dalam Bagus 2014:3)
bahwa “ Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri, keterlibatan siswa secara aktif dapat terlatih
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran”. Pendapat
23
Winata putra lebih menekankan bahwa melalui GI siswa mampu berfikir
mandiri dari setiap proses yang dijalani dalam model trersebut.
Sesuai pendapat yang dikemukakan beberapa ahli dapat ditarik
kesimpulan bahwa model GI memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan
tersebut mencakup siswa mampu aktif dalam pembelajaran, siswa mampu
bekerjasama dalam kelompok dan siswa mampu berkolaborasi dengan
sesama teman dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran.
b. Kekurangan model pembelajaran GI
Model Group Investigation juga memiliki kekurangan seperti halnya
model-model pembelajaran yang lainnya. Menurut setiawan(dalam ahmad
2012) menjelaskan kekurangan model Group Investigation:
a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali
pertemuan, b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal, c)
Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, d)Diskusi
kelompok biasanya berjalan kurang efektif, e) Siswa yang tidak
tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat
menggunakan model ini.
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Definisi Hasil Belajar
Seseorang dikatakan berhasil akan sebuah pembelajaran, dapat dilihat
pada hasil belajar yang diperoleh. Menurut Hamalik (dalam Fibriyanti Ika
2011:15) “ hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan murid dalam
mempelajari materi pelajaran disekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Menurut Purwantoro (Dalam Arda Sinem Indriana 2011:17) “Hasil belajar
adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan
oleh usaha pendidik”. Sesuai yang dikemukakan purwantoro bahwa hasil
belajar kemampuan yang dimiliki siswa akibat perilaku yang diberikan
pendidik kepada siswa
Pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan juga oleh Kunandar
(2014:62) “Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta
24
didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”. Penjelasan yang
dikemukakan kunandar juga menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang dicapai setelah mengikuti proses belajar.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan para ahli, hasil belajar
merupakan tingkat kemampuan siswa yang diperoleh dari tes materi
pelajaran tertentu. Hasil belajar juga merupakan pengaruh yang diberikan
guru dalam proses belajar yang terjadi terhadap siswa .
2.1.4.2. Hasil Belajar IPA
Seperti kita ketahui, IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam
sekitar secara sistematis untuk mengetahui pengetahuan, ketrampilan proses
dan sikap ilmiah. Pendidikan IPA bermanfaat untuk siswa guna mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, Carin ( dalam putu 2014:4) mengungkapkan
”science is the activity of questioning and exploring the universe and
finding and expressing it’s hidden order” yaitu suatu kegiatan berupa
pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan
pengungkapan serangkaian rahasia alam. Sehingga dalam pembelajaran IPA
dibagi penilaian kedalam beberapa aspek yaitu kognitif / pengetahuan siswa,
psikomotor /ketrampilan proses saat pembelajaran, afektif/ sikap yang
dimiliki siswa dalam penyelidikan secara ilmiah.
2.1.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Dalyono (dalam Khristiyanto
Deni 2011:20) menyatakan bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:
a) Faktor Internal, meliputi : 1) Kesehatan, 2) intelegensi dan Bakat, 3)
minat dan motivasi, 4) cara belajar.
b) Faktor eksternal, meliputi :1) Keluarga, 2) Sekolah, 3) Masyarakat,
4) Lingkungan Sekitar
Dalyono mengemukakan bahwa yang mempengaruhi hasil belajar ada 2
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mengacu pada
25
faktor-fakor yang terdapat pada siswa itu sendiri. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan dimana siswa tersebut berada.
Pendapat lain Suwardi (2012:1) “faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu: 1) faktor psikologi siswa, 2) faktor lingkungan
masyarakat, 3) faktor lingkungan keluarga, 4) faktor pendukung belajar, 5)
faktor waktu sekolah”. Pendapat Suwardi tersebut hampir sama dengan
dalyono, hanya saja suwardi tidak menggolongkan faktor tersebut masuk
kedalam internal atau eksternal.
2.1.5 Sintak Penerapan Pendekatan Saintifik melalui Model
Pembelajaran Discovery Learning
Berdasarkan landasan teori tentang langkah pendekatan saintifik dan
model Discovery Learning dapat disusun sintak atau langkah pembelajaran
sebagai berikut :
Tabel 1
Sintak pendekatan saintifik dan model Discovery Learning
Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning
1. Mengamati Tahap 1.
Pemberian rangsangan/stimulus
oleh guru.
2. Menanya Tahap 2.
Melakukan identifikasi masalah
3. Mengumpulkan informasi Tahap 3.
Melakukan pengumpulan data .
4. Mengasosiasi/menalar Tahap 4.
Melakukan pengolahan data.
Tahap 5.
Melakukan pembuktian terhadap
data yang telah dikumpulkan.
5. Membuat jejaring/ kesimpulan Tahap 6
Melakukan penarikan kesimpulan.
6. Mengkomunikasikan Menyajikan hasil karya
26
Tabel 2
Sintak pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning
Pendekatan Saintifik
Melalui Model
Discovery Learning
Aktivitas Guru
Fase Mengamati
Tahap 1.
Pemberian rangsangan /
stimulus
Guru memberikan stimulus atau rangsangan
kepada siswa dengan kegiatan mengajukan
pertanyaan, arahan untuk membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
Fase Menanya
Tahap 2.
Identifikasi masalah
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran sesuai dengan stimulus yang telah
diberikan oleh guru.
Fase Mengumpulkan
Informasi
Tahap 3.
Pengumpulan data
Guru memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya,
Fase Mengasosiasikan
Tahap 4
Pengolahan data
Guru memfasilitasi siswa untuk mengolah
semua informasi hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan untuk menjawab permasalahan
yang diajukan guru.
Fase Membuat Jejaring
Tahap 5
Pembuktian kebenaran
jawaban
Guru memfasilitasi siswa untuk membuktikan
kebenaran jawaban yang telah dibuat baik
melalui kegiatan diskusi, investigasi dll. guru
membimbing siswa dalam menemukan
jawaban yang paling tepat terhadap
permasalahan.
Fase
Mengkomunikasikan
Tahap 6.
Melakukan penarikan
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam melakukan
presentasi hasil investigasi atau diskusi
kelompok. Berdasarkan hasil investigasi yang
telah dipresentasikan , guru membimbing
siswa menyusun kesimpulan akhir.
27
Tabel 3
Sintak Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning
Dalam Standar Proses
Pendekatan Saintifik
Melalui Model
Discovery Learning
Standar
Proses
Kegiatan guru dalam
pembelajaran
Kegiatan
Awal
1. Guru memastikan kesiapan ruang
kelas, media dan alat peraga.
2. Guru menyiapkan siswa dalam
kondisi siap belajar.
3. Guru melakukan komunikasi
tentang kehadiran peserta didik.
4. Guru melakukan apersepsi untuk
mengarahkan siswa pada materi.
5. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Fase Mengamati
Tahap 1.
Pemberian rangsangan
/ stimulus
Kegiatan
Inti
1. Guru mengarahkan siswa untuk
mengamati objek berupa gambar/
video atau media lain sesuai
materi.
2. Guru memberikan rangsangan
kepada siswa terkait materi
dengan mengajukan pertanyaan
penggiring.
Fase Menanya
Tahap 2.
Identifikasi masalah
3. Guru Menyampaikan sebuah
permasalahan yang akan
diidentifikasi siswa
7. Guru memandu siswa untuk
Bertanya jawab untuk menggali
informasi
Fase Mengumpulkan
Informasi
Tahap 3.
Pengumpulan data
4. Guru mengkondisikan siswa
dalam pengumpulan data
(membaca, wawancara,
pengamatan dll.)
5. Guru mengarahkan siswa untuk
mencari sumber-sumber materi
baik dari buku maupun sumber
lain.
Fase Mengasosiasikan
Tahap 4
Pengolahan data
6. Guru membimbing siswa dalam
mengolah data yang didapat
28
Fase Membuat
Jejaring
Tahap 5
Pembuktian kebenaran
jawaban
7. Guru membimbing siswa
melakukan pengamatan dalam
pembuktian kebenaran.
Fase
Mengkomunikasikan
Tahap 6.
Melakukan penarikan
kesimpulan
8. Guru memfasilitasi siswa dalam
melakukan presentasi di dalam
kelas
9. Guru memandu diskusi kelas
untuk menyusun kesimpulan
akhir.
Kegiatan
Akhir
10. Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran.
11. Guru bertanya jawab hal-hal yang
belum dipahami siswa.
12. Guru menutup pelajaran.
2.1.6 Sintak Penerapan Pendekatan Saintifik melalui Model
Pembelajaran Group Investigation
Berdasarkan landasan antara pendekatan saintifik dengan langkah-
langkah model pembelajaran GI, dapat dirumuskan sintak penerapan
pendekatan saintifik melalui model pembelajarn GI sebagai berikut:
Tabel 4
Sintak pendekatan saintifik dan model Group Investigation
Pendekatan Saintifik Model Group Investigation
1. Mengamati Pengenalan sekilas materi
2. Menanya Tahap 1.
identifikasi topik dan mengatur
siswa dalam kelompok
3. Mengumpulkan informasi Tahap 2.
Merencanakan tugas belajar
4. Mengasosiasi/menalar Tahap 3.
Melaksanakan tugas investigasi
5. Membuat jejaring/ kesimpulan Tahap 4
Mempersiapkan laporan akhir.
6. Mengkomunikasikan Tahap 5
Menyajikan laporan akhir dan
evaluasi.
29
Tabel 5
Sintak pendekatan saintifik melalui model Group Investigation
Pendekatan Saintifik Melalui
Model Discovery Learning Aktivitas Guru
Fase Mengamati
Pengenalan sekilas materi
Guru menyampaikan sekilas materi dan
mengarahkan siswa untuk melihat materi
pada sumber materi yang ada.
Fase Menanya
Tahap 1.
Identifikasi topik dan membagi
siswa dalam kelompok
Guru memilih topik yang akan
didiskusikan oleh tiap kelompok sesuai
materi. Guru mengkondisikan siswa
dalam kelompok.
Fase Mengumpulkan
Informasi
Tahap 2.
Merencanakan tugas belajar
Guru membimbing tiap kelompok dalam
merencanakan teknik penyelesaian topik
yang diberikan guru.
Fase Mengasosiasikan
Tahap 3
Melaksanakan tugas investigasi
Guru memfasilitasi siswa melakukan
investigasi bersama kelompok untuk
menyelesaikan topik yang diberikan guru
menggunakan berbagai cara dan sumber
yang telah ada dan dirancang
sebelumnya.
Fase Membuat Jejaring
Tahap 4
Mempersiapkan laporan akhir
Guru memfasilitasi siswa untuk
menyusun jawaban yang telah ditemukan
dalam kegiatan investigasi kelompok
dalam sebuah laporan tertulis.
Fase
Mengkomunikasikan
Tahap 5
Menyajikan laporan akhir dan
evaluasi
Guru membimbing siswa dalam
melakukan presentasi laporan yang telah
dibuat. Guru melakukan penilaian
terhadap laporan yang telah dibuat siswa.
30
Tabel 6
Sintak Pendekatan Saintifik Melalui Model Group Investigation
Dalam Standar Proses
Pendekatan Saintifik
Melalui Model
Discovery Learning
Standar
Proses
Kegiatan guru dalam
pembelajaran
Kegiatan
Awal
1. Guru memastikan kesiapan ruang
kelas, media dan alat peraga.
2. Guru menyiapkan siswa dalam
kondisi siap belajar.
3. Guru melakukan komunikasi
tentang kehadiran peserta didik.
4. Guru melakukan apersepsi untuk
mengarahkan siswa pada materi.
5. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Fase Mengamati
Pengenalan sekilas
materi
Kegiatan
Inti
6. Guru menyampaikan garis besar
materi yang akan dibahas
Fase Menanya
Tahap 1.
Identifikasi topik dan
membagi siswa dalam
kelompok
7. Guru melakukan tanya jawab
seputar materi untuk menggali
pemahaman awal siswa.
8. Guru membagi siswa ke dalam
kelompok.
8. Guru memberikan topik yang
akan dilakukan investigasi oleh
setiap kelompok.
Fase Mengumpulkan
Informasi
Tahap 2.
Merencanakan tugas
belajar
9. Memfasilitasi siswa dalam
menyusun rencana belajar setiap
kelompok
10. Guru mengarahkan siswa untuk
mencari sumber-sumber materi
baik dari buku maupun sumber
lain.
Fase Mengasosiasikan
Tahap 3
Melaksanakan tugas
investigasi
11. Guru memfasilitasi kegiatan
diskusi dalam kelompok.
12. Guru membimbing tiap kelompok
dalam kegiatan pengumpulan data
31
Fase Membuat
Jejaring
Tahap 4
Mempersiapkan
laporan akhir
13. Guru memfasilitasi siswa dalam
mengolah data.
14. Guru membimbing tiap kelompok
dalam menyusun laporan hasil
investigasi kelompok.
Fase
Mengkomunikasikan
Tahap 5
Menyajikan laporan
akhir dan evaluasi
15. Guru memfasilitasi siswa dalam
melakukan presentasi laporan
hasil investigasi kelompok di
dalam kelas
16. Guru memandu diskusi kelas
untuk menyusun kesimpulan
akhir.
Kegiatan
Akhir
17. Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran.
18. Guru bertanya jawab hal-hal yang
belum dipahami siswa.
19. Guru menutup pelajaran.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian yang akan dibuat selalu memperhatikan hasil
penelitian sebelumnya untuk mendapatkan dasar pijakan serta dapat
digunakan sebagai bahan referensi dalam mengadakan penelitian.
Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi
peneliti diantaranya adalah
Pertama, penelitian dari Rita Yuni Nurkhayati dari Universitas
Muhamadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul Pengaruh metode
discovery inquiry dengankonvensional terhadap prestasi belajar ipa pada
siswa kelas IV SD Negeri Kemiri 04 kebak kramat. Penelitian tersebut
berhasil menemukan bahwa dilihat dari uji t yang telah dilakukan dengan
tingkat signifikansi 5% diperoleh thitung dan ttabel= 2,014 Maka t hitung >t
tabel, yaitu= 4,802> 2,014. Nilai rata-rata hasil belajar IPA dengan
menggunakan metode Discovery Inquiry adalah 76,12 dan metode
Konvensional adalah 68,17, sehingga dapat diambil kesimpulan metode
discovery inquiry lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvesional.
Kedua, penelitian dari Dewi Kurnia Sari dari Universitas Kristen
Satya Wacana Tahun 2011 dengan judul Studi Eksperimental Tentang
32
Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode Discovery
pada pembelajaran IPA berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV
SDN Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Metode ini
disarankan untuk menunjang pembelajaran IPA yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Ketiga, penelitian dari Renita Putri Prastiwi dari Universitas Negeri
Yogyakarta tahun 2014 dengan judul pengaruh implementasi guided
discovery terhadap prestasi belajar ipa siswa kelas V SD se-gugus budi
wiyata II kecamatan magelang utara. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan implementasi guided discovery terhadap prestasi
belajar IPA siswa kelas V SD se-Gugus Budiwiyata II. Hal ini
dibuktikan dari hasil t-test dengan taraf signifikasi 5% diperoleh t hitung
(4,049) > t tabel (1,998). Prestasi belajar IPA yang diperoleh kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, ditunjukkan dari
mean yang diperoleh kelompok eksperimen sebesar 72,37 dan mean
kelompok kontrol sebesar 53,94.
Keempat, Penelitian dari Zainal Arifin tahun 2014 dari Universitas
Sebelas Maret yang berjudul pengaruh penggunaan metode discovery
berbasis media realita Terhadap hasil belajar ipa. Berdasarkan hasil analisis
terhadap uji t menunjukkan thitung > ttabel (3,599 > 2,001), sehingga H0
ditolak. Dengan demikian terdapat pengaruh positif terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas V yang diajar menggunakan metode discovery
berbasis media realita. Simpulan penelitian ini adalah hasil belajar IPA
pada siswa yang diajar dengan metode discovery berbasis media realita
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran
langsung berbasis media gambar.
Kelima, Penelitian dari I Made Putrayasa, 2014 dari Universitas
Pendidikan Ganesha dengan judul pengaruh model pembelajaran discovery
learning dan Minat belajar terhadap hasil belajar ipa siswa. Berdasarkan
33
hasil analisis datadiperoleh: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pembelajaran konvensional. 2) Terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA siswa. 3) Pada
kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil
belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model discovery learning dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. 4) Pada kelompok
siswa yang memiliki minat rendah, tidak terdapat perbedaan hasil
belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Sehingga disimpulkan
bahwa model pembelajaran discovery learning dan minat belajar
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.
Dari beberapa penelitian tersebut, kemudian dilakukan analisis yang
hasilnya dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 7
Analisis Kajian Penelitian Yang Relevan
Nama Peneliti Tahun
penelitian
Variabel Hasil
Penelitian X y
Rita Yuni
Nurkhayati
2013 Metode
Discovery
dengan
konvensional
Prestasi belajar
IPA
Ada
pengaruh
Dewi Kurnia
Sari
2011 Metode
Discovery
Hasil Belajar IPA Ada
Pengaruh
Renita Putri
Prastiwi
2014 Guided
Discovery
Prestasi belajar
IPA
Ada
Pengaruh
Zainal Arifin 2013 Model
Discovery
berbasis
realita
Hasil Belajar IPA Ada
Pengaruh
I Made
Putrayasa
2014 Model
pembelajaran
Discovery
Learning dan
Minat belajar
Hasil belajar IPA Ada
Pengaruh
34
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery
Learning dianggap efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khusunya
dalam mata pelajaran IPA. Untuk itu, perlu diadakan pengujian terhadap
perbedaan pengaruh penerapan pendekatan saintifik melalui model
pembelajaran Discovery Learning dengan dibandingkan terhadap model GI.
2.3 Kerangka Pikir
Tuntutan zaman era modern menekankan pentingnya pribadi yang
mampu bertindak dan bersikap. Untuk itu dibutuhkan pendekatan dan model
pembelajaran yang menekankan pada pentingnya keterampilan proses.
Pendekatan saintifik dan model pembelajaran Discovery Learning menjadi
ide baru yang patut dipertimbangkan dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia. Pendekatan saintifik menawarkan 5 langkah keterampilan proses
meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar/mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Sedangkan model
pembelajaran Discovery Learning memiliki langkah-langkah yang sejalan
dengan pendekatan saintifik. Adapun langkah-langkahnya meliputi
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Problem statement
(pernyataan/identifikasi masalah), Data collection (Pengumpulan Data),
Data Processing (Pengolahan Data, Verification (Pembuktian),
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Dilihat dari langkah-
langkahnya, pendekatan saintifik dan model discovery mengharuskan siswa
untuk menemukan sendiri pengetahuan baru. Siswa dihadapkan pada
permasalahan yang ada di sekitarnya. Lalu, siswa diminta membuat sebuah
penemuan baru sebagai solusi atas permasalahan yang diajukan.
Penerapan pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning
akan berpengaruh positif dalam pembelajaran. Anak akan menjadi aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan keaktifan yang tinggi tentunya akan
berpengaruh positif terhadap hasil belajar anak. Selain model Discovery,
terdapat model kooperatif Group Investigation yang memiliki karakteristik
hampir sama dengan model Discovery learning. Dengan karakteristik yang
35
hampir sama, model ini dianggap mampu diterapkan dalam pembelajaran
saintifik. Model ini menekankan aktivitas belajar dalam kelompok. Dalam
belajar kelompok, siswa melakukan aktivitas investigasi untuk menemukan
pengetahuan mereka sendiri sesuai topik-topik yang diberikan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
2.4 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho : Tidak terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan
pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning
dengan model Group Investigation terhadap hasil belajar muatan IPA
tema 8 subtema 2 pada siswa kelas 5 SD negeri 01 Bonyokan tahun
pelajaran 2014/2015
Post Test
Kondisi
Awal
Kelas
Eksperimen
Pre Test Menunjukkan
Kesetaraan
Perlakuan
Pendekatan
Saintifik melalui
Model Discovery
Learning
Kelas
Kontrol
Pre Test
Perlakuan
Pendekatan
Saintifik melalui
Model GI
Post Test