bab ii kajian pustaka 2.1 keanekaragaman hayatieprints.umm.ac.id/56926/3/bab ii.pdf · 10 bab ii...

19
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity dan merupakan megacenter keanekaragaman hayati dunia. Sumberdaya hayati yang melimpah ini merupakan asosiasi antara faktor biotik dan abiotik (Haneda & Sirait, 2012). Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber daya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari kehidupan organisme di suatu kawasan tertentu. Keanekaragaman hayati di suatu kawasan merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu dan struktur yang ada di dalamnya pada daerah terestrial. Keanekaragaman hayati tanah merupakan salah satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang yang berada di dalam dan di atasnya (Sugiyarto, 2000). Pemahaman tentang keanekargaman hayati tanah masih sangat terbatas, baik dari segi taksonomi maupun fungsi ekologinya maka diperlukan upaya untuk mengkaji dan sekaligus melestarikannya. Organisme tanah dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan taksonomi dan fungsionalnya. Menurut Sugiyarto (2000) menjelaskan bahwa membedakan tiga kelompok fungsional organisme tanah, yaitu: biota akar (mikorizha,

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Keanekaragaman Hayati

    Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity dan merupakan

    megacenter keanekaragaman hayati dunia. Sumberdaya hayati yang melimpah ini

    merupakan asosiasi antara faktor biotik dan abiotik (Haneda & Sirait, 2012).

    Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber

    daya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek

    ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan

    ekosistemnya. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari

    kehidupan organisme di suatu kawasan tertentu. Keanekaragaman hayati di suatu

    kawasan merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu dan struktur

    yang ada di dalamnya pada daerah terestrial. Keanekaragaman hayati tanah

    merupakan salah satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam

    mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang yang

    berada di dalam dan di atasnya (Sugiyarto, 2000). Pemahaman tentang

    keanekargaman hayati tanah masih sangat terbatas, baik dari segi taksonomi

    maupun fungsi ekologinya maka diperlukan upaya untuk mengkaji dan sekaligus

    melestarikannya.

    Organisme tanah dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan taksonomi

    dan fungsionalnya. Menurut Sugiyarto (2000) menjelaskan bahwa membedakan

    tiga kelompok fungsional organisme tanah, yaitu: biota akar (mikorizha,

  • 11

    rhizobium, nematoda dan lain-lain); dekomposer (mikroflora, mikrofauna dan

    mesofauna); dan “ecosystem engineer” (mesofauna dan makrofauna).

    Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dibedakan menjadi empat kelompok

    yaitu: 1) mikrofauna dengan diameter tubuh 0,02-0,2 mm contoh cilliata, 2)

    mesofauna dengan diameter tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda, collembola dan

    acarina, 3) makrofauna dengan diameter tubuh 2- 20 mm contoh cacing, semut,

    dan rayap, 4) megafauna dengan diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh

    bekicot.

    2.2. Makro dan Mikrofauna Tanah

    Tanah di Indonesia kaya akan mineral dan merupakan tanah subur.

    Kondisi ini mempengaruhi tumbuhnya beragam jenis tumbuhan yang diikuti

    dengan beragam jenis fauna yang hidup berasosiasi dengan tumbuhan lain. Secara

    khusus tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem terestrial yang di dalamnya

    dihuni olehfauna tanah yang aktivitas hidupnya dilakukan di dalam maupun di

    atas tanah. Keberadaan fauna tanah sangat penting bagi keseimbangan dari suatu

    ekosistem tanah. Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya,

    karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah

    sangat ditentukan oleh komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen

    abiotik yang mempengaruhi adalah faktor fisika antara lain tekstur tanah, struktur

    tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan organik dan unsur

    mineral tanah. Sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi antara lain flora dan

    fauna, dengan adanya dua komponen tersebut terjadi interksi pertukatan zat dan

  • 12

    energi secara terus-menerus sehingga ekosistem didalam tanah berjalan dengan

    baik (Haneda & Sirait, 2012).

    Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena

    keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat

    ditentukan oleh faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan

    abiotik. Faktor lingkungan abiotik yang mempengaruhi adalah faktor fisika antara

    lain tekstur tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar

    bahan organik dan unsur mineral tanah. Sedangkan faktor biotik yang

    mempengaruhi antara lain mikroflora dan tanaman. Tanaman dapat meningkatkan

    kelembaban tanah dan sebagai penghasil serasah yang disukai fauna tanah

    (Nurrohman et al., 2018). Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi

    menjadi tiga kelompok, yaitu organisme yang hidup di dalam tanah ada yang

    menguntungkan, ada yang merugikan, dan ada pula yang tidak menguntungkan

    tetapi juga tidak merugikan (Hilwan dan Handayani, 2013).

    Makrofauna merupakan hewan yang 90% atau lebih dapat dilihat tanpa

    bantuan dari mikroskop, memiliki panjang tubuh > 1 cm, dan lebar tubuh 2 mm.

    Misalnya Lumbricus rubellus,Gryllotalpa grillotalpa, rayap, semut dan lain-lain

    (Dewi et al., 2008). Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah

    yang berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah melalui

    proses imobilisasi dan humifikasi. Makrofauna tanah lebih banyak ditemukan

    pada daerah dengan keadaan lembab dan kondisi tanah yang memiliki tingkat

    kemasaman lemah sampai netral (Wibowo & Slamet, 2017). Hal tersebut

    menjadikan makrofauna tanah sebagai indikator yang paling sensitif terhadap

  • 13

    perubahan dalam penggunaan lahan, sehingga dapat digunakan untuk menduga

    kualitas lahan.

    Mikrofauna merupakan hewan tanah yang berukuran sangat kecil dan

    hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop yang memiliki ukuran berkisar 0,2

    mm, misalnya protozoa (amoeba, ciliata, flagellata, paramecium, euglena,

    sporozoa), nemathoda dan arthropoda kecil. Mikrofauna memacu proses

    dekomposisi bahan organik dengan memperkecil ukuran bahan dengan enzim

    selulase yang kemudian dimanfaatkan oleh mikroba perombak lainnya (Anwar &

    ginting, 2013). Komponen fauna tanah memberikan sumbangan terhadap proses

    aliran energi suatu ekosistem. Hal ini disebabkan kelompok fauna tanah dapat

    melakukan pengahancuran terhadap materi tumbuhan dan binatang yang telah

    mati menjadi bahan organik besar yang kemudian diuraikan menjadi energi,

    bahan organik dan anorganik yang lebih sederhana dan dikenal sebagai proses

    dekomposisi. Dalam proses dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih

    banyak berperan dalam proses fragmentasi(comminusi) serta memberikan fasilitas

    lingkungan (mikrohabitat) yang lebih baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut

    yang dilakukan oleh kelompok mesofauna dan mikrofauna tanah serta berbagai

    jenis bakteri dan fungi (Wibowo & Rizqiyah, 2014).

    Peranan fauna tanah dalam pemeliharaan kualitas lingkungan di lahan

    pertanian sangat penting. Pengelolaan tanah/lahan yang tidak memenuhi kaidah-

    kaidah yang benar akan menyebabkan penurunan kelimpahan dan keragaman

    fauna tanah dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan terganggunya siklus

    hara alami dalam agroekosistem, menurunnya kualitas dan produktivitas lahan,

  • 14

    dan pada gilirannya akan mengancam keberlangsungan usaha tani di lahan

    tersebut. Pengetahuan ini dapat dipakai untuk menciptakan atau memperbaiki

    penerapan teknologi pengelolaan lahan pertanian yang lebih ramah lingkungan,

    mempunyai produktivitas tinggi, dan mengarah pada sistem pertanian

    berkelanjutan.

    2.3 Keanekaragaman Makro dan Mikrofauna Tanah

    Keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah berkaitan erat dengan

    bahan organik tanaman yang ditambahkan pada tanah. Semakin tinggi

    keanekaragaman makrofauna tanah pada suatu tempat, maka semakin stabil

    ekosistem di tempat tersebut. Menurut Rizqqiyah (2016) mengatakan bahwa suatu

    komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika

    komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan yang sama atau

    hampir sama. Keberadaan suatu organisme dalam suatu ekosistem dapat

    memengaruhi keanekaragama makro dan mikrofauna tanah. Berkurangnya jumlah

    jenis maupun populasi dalam suatu ekosistem dapat mengurangi indeks

    keanekaragamannya.

    2.4 Perkebunan Jeruk Manis (Citrus sinensis L.)

    Perkebunan merupakan area yang ditumbuhi oleh tanaman. Ada berbagai

    macam tanaman yang dapat ditanam di perkebunan salah satunya adalah tanaman

    jeruk manis. Indonesia terdapat berbagai macam varietas jeruk. Jeruk merupakan

    tanaman semusim yang berbuah sepanjang tahun, tanaman ini tumbuh baik pada

    daerah tropis dan subtropis.Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik dengan

  • 15

    kecepatan angin 40-48%, jika lebih akan merontokkan bunga dan buah.Suhu yang

    baik 13-35°C (optimum 22-23°C). Tanah yang baik untuk perkebunan jeruk

    adalah jenis lempung sampai lempung berpasir, cukup humus, tata air dan udara

    baik. Jenis tanah andosol dan latosol sangan cocok untuk budidaya jeruk. Derajat

    keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5-6,5. Tanaman

    jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30

    derajat. Ketinggian tanaman jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran

    rendah sampai tinggi dan berbuah baik pada ketinggian tempat 700-1200 mdpl.

    Jeruk manis dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan sampai 1000 mdpl.

    Perakarannya dangkal sehinggajeruk harus ditanam di tanah yang subur (Endarto

    & Martini, 2016).

    Jeruk merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan

    daerah subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada

    ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab,

    serta mempunyai persyaratan air tertentu. Tuntutan dasar kualitas produk

    pertanian, khususnya pada buah-buahan adalah tersedianya varietas unggul baru

    yang produktif serta tahan terhadap cekaman lingkungan seperti tahan kekeringan

    dan serangan hama penyakit (Murtando, Sahiri, & Madauna, 2016).

    Tanaman Jeruk merupakan komoditas unggulan buah lokal yang

    menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar

    maupun dalam bentuk olahan, serta memiliki daya saing dalam pertanian. Selain

    itu, jeruk manis memiliki harga yang ekonomis apabila musim panen telah tiba

    (Rasud, Ulfa, & Baharia, 2017). Namun, jika tidak musim panen jeruk memiliki

  • 16

    nilai ekonomi yang tinggi, hal ini dikarenakan selera dan gaya hidup masyarakat

    yang tinggi dengan mengkonsumsi buah-buahan bermutu. Peningkatan kebutuhan

    konsumsi jeruk dalam negeri belum dapat diimbangi dengan produksi domestik.

    Sehingga hal tersebut menyebabkan masuknya buah impor ke Indonesia.

    2.4.1 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Organik

    Berbagai praktek pengelolaan lahan pertanian dapat meningkatkan atau

    pun menurunkan keragaman makrofauna tanah, seperti pemberian pupuk

    organik dan anorganik. Selain itu pemupukan berguna untuk meningkatkan hasil

    panen. Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari sisa-sisa makhluk

    hidup, seperti tanaman, kotoran hewan, dan manusia. Bentuk dari pupuk organik

    ini berupa cair dan padat. Pemberian pupuk organik memperbaiki sifat fisik, kimia

    dan biologi tanah, seperti memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap

    tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai

    sumber zat makanan bagi tanaman dan juga hewan tanah (Dewanto, Londok,

    Tuturoong, & Kaunang, 2013).

    Kontribusi bahan organik terhadap fungsi tanah terbagi menjadi tiga

    bagian, yakni secara fisika, kimia maupun biologi. Secara fisika, bahan organik

    berperan dalam warna tanah, retensi air, mencegah kekeringan, menjaga

    kelembaban tanah, stabilitas struktur tanah dan pertukaran gas jika

    dikombinasikan dengan mineral liat. Secara kimia, bahan organik berfungsi dalam

    mengkhelat ketersediaan unsur mikro seperti Fe, sebagai penyangga reaksi

    keseimbangan didalam tanah dan pertukaran kation. Sementara dari sifat biologi,

    bahan organik berfungsi sebagai sumber energi bagi organisme tanah, sumber

  • 17

    nutrisi bagi tanaman melalui mineralisasi, menyediakan aliran nutrisi yang

    lambat, namun berkelanjutan bagi pertumbuhan tanaman, jika dikombinasikan

    dengan zat senobiotik, mampu mempengaruhi bioavailabilitas dan keefektifan

    pestisida (Pamujiningtyas, 2009).

    Lahan perkebunan yang akan digunakan untuk menanam jeruk manis

    membutuhkan pengkajian tentang sifat-sifat fisiknya agar lahan tersebut dapat

    digunakan secara optimal. Beberapa parameter tanah yang perlu dikaji adalah

    suhu, kelembaban dan pH tanah, karena ketiga paramater tersebut memiliki

    peranan sangat penting dalam kesuburan tanaman (Jupri, Muid, dan Muliadi,

    2017). Suhu tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting

    sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Suhu tanah juga sangat

    mempengaruhi aktivitas mikrobial tanah dan aktiivitas ini sangat terbatas pada

    suhu di bawah 10°C, laju optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan

    terjadi pada temperatur 18-30°C, seperti bakteri pengikat N pada tanah

    berdrainase baik. Kelembaban tanah yang baik membuat tanah menjadi memiliki

    ruang pori yang cukup sehingga sirkulasi udara di dalam tanah dapat berjalan

    dengan baik. Dengan tanah yang sehat tanah mampu memiliki nilai pH tanaman

    akan tumbuh dengan baik. Dalam ilmu pertanian pengaruh pH tanah sangat

    memiliki peranan yang sangat penting gunanya untuk menentukan mudah

    tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan

    mudah diserap tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar

    unsur hara akan mudah larut dalam air. Derajat pH dalam tanah juga

    menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Cepat

  • 18

    dan lambatnya suatu pertumbuhan pada berbagai jenis tanaman sangat ditentukan

    oleh pH tanah itu sendiri (Karimana, Fikrinda, & Murti (2017)

    Pupuk organik yang digunakan untuk tanaman akan memberikan

    berdampak positif terhadap tanah namun pertumbuhan tanaman lebih lambat

    dibandingkan pupuk anorganik karena kandungan haranya relatif lebih rendah.

    Selain itu, pupuk organik tidak memerlukan banyak biaya dan juga ramah

    lingkungan. Keuntungan lain dari bahan organik terhadap kesuburan tanah adalah

    meningkatkan ketersediaan P dan Fe untuk tanaman. Namun penggunaan pupuk

    organik yang berlebihan dapat meyebabkan ketersediaan Zn menurun (Sutanto,

    2002). Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan

    produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Penambahan bahan

    organik khususnya pada tanah sawah sangat diperlukan,karena 95% lahan-lahan

    pertanian di Indonesia mengandung bahan organik kurang dari 1%, padahal batas

    minimal kandungan bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian

    adalah 4-5% (Padmanabha, Arthagama, & Dibia, 2014). Penggunaan bahan

    organik ke dalam tanah harus memperhatikan perbandingan kadar unsur C

    terhadap unsur hara N, P, Kkarena apabila perbandingannya sangat besar bisa

    menyebabkan terjadinya imobilisasi. Imobilisasi adalah proses pengurangan

    jumlah kadar unsur hara N, P, K di dalam tanah oleh aktivitas mikroba sehingga

    kadar unsur hara tersebut yang dapat digunakan tanaman berkurang (Roidah,

    2013). Unsur hara N, P dan K yang tersedia dalam jumlah yang optimal dan

    seimbang akan mampu memberikan keseimbangan unsur hara makro dan hara

    mikro yang ada didalam tanah bagi tanaman. Menurut Pangaribuan, Hendarto,

  • 19

    dan Prihartini (2017) mengungkapkan bahwa unsur hara N, P dan K merupakan

    salah satu unsur hara esensial yang memiliki peran atau fungsi fisiologis dalam

    proses pertumbuhan tanaman. Ketidaktersediaan unsur hara esensial dalam

    tanaman akan mencegah atau menghambat tanaman menyelesaikan siklus hidup

    vegetatif sampai generatif. Pemberian pupuk organik pada tanah akan

    menyebabkan aktivitas dan populasi organisme seperti makro dan mikorfauna

    dalam tanah akanbertambah baik jenis maupun jumlahnya. Pemberian pupuk

    organik memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti memperbaiki

    struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi

    kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman

    (Dewanto et al., 2013).

    Kontribusi bahan organik terhadap fungsi tanah terbagi menjadi tiga

    bagian, yakni secara fisika, kimia maupun biologi. Secara fisika, bahan organik

    berperan dalam warna tanah, retensi air, mencegah kekeringan, menjaga

    kelembaban tanah, stabilitas struktur tanah dan pertukaran gas jika

    dikombinasikan dengan mineral liat. Secara kimia, bahan organik berfungsi dalam

    mengkhelat ketersediaan unsur mikro seperti Fe, sebagai penyangga reaksi

    keseimbangan didalam tanah dan pertukaran kation. Sementara dari sifat biologi,

    bahan organik berfungsi sebagai sumber energi bagi organisme tanah, sumber

    nutrisi bagi tanaman melalui mineralisasi, menyediakan aliran nutrisi yang

    lambat, namun berkelanjutan bagi pertumbuhan tanaman, jika dikombinasikan

    dengan zat senobiotik, mampu mempengaruhi bioavailabilitas dan keefektifan

    pestisida (Pamujiningtyas, 2009).

  • 20

    2.4.2 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Anorganik

    Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik

    dan atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk

    (Dewanto et al., 2013). Pupuk anorganik dan pestisida kimiajika digunakan terus-

    menerus akan berdampak pada keberagaman makrofauna dan mikrofauna,

    degradasi kesuburan tanah dan kesehatan manusia akibat tercemarnya bahan-

    bahan sintesis tersebut. Jenis pupuk anorganik yang biasa digunakan dalam

    budidaya tanaman adalah pupuk NPK majemuk, urea, TSP, SP-36 KCl, KNO3

    (Pangaribuan et al., 2017). Menurut Ernanda (2010) pestisida dapat

    dikelompokkan menjadi 3 bagian penting. Pertama, pestisida organik ilmiah atau

    sering juga disebut dengan pestisida botanik yang bersal dari tanaman. Misalnya

    nikotin dari tembakau sebagai insektisida pertama kali tahun 1763. Kedua,

    pestisida organik biologi yang merupakan hasil formulasi dari jamur, bakteri,

    yang tediri dari pelarut, pembawa dan bahan aktifnya yang berupa mikrobia.

    Ketiga, pestisida organik sintetis yang merupakan senyawa kimia sintetik yang

    sangat beracun. Pestisida ini banyak macamnya sesuai dengan tujuan penggunaan

    dan sasaran yang akan dikendalikan atau diberantas.

    Kandungan hara pada pupuk anorganik cukup tinggi sehingga tanaman

    akan lebih cepat pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk anorganik memiliki

    kelebihan antara lain unsur yang terkandung mudah terurai dan lebih cepat

    terserap oleh tanaman, sehingga pertumbuhan menjadi lebih subur.Menurut

    (Pangaribuan et al., 2017) pemberian pupuk anorganik juga memberikan

    pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman serta aktivitas mikroba.

  • 21

    Aktivitas dan kepadatan populasi mikroba tanah ditentukan oleh perubahan

    kondisi fisika dan kimia tanah. Akan tetapi di sisi lain pupuk anorganik memiliki

    kelemahan, yaitu harganya mahal, tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan

    fisik dan biologi tanah. Hal ini akan berdampak pada organisme tanah dimana

    unsur anorganik menyebabkan fauna tanah sulit mengurai, sehingga akan

    menumpuk menjadi residu yang dapat menyebabkan fauna yang menghasilkan

    bahan organik di dalam tanah mati dan akan mengurangi kesuburan tanah, serta

    pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran

    lingkungan (Dewi et al., 2008).

    2.5 Kota Batu

    Secara geografis kota Batu merupakan salah satu bagian dari wilayah Jawa

    Timur yang terletak pada posisi antara 7° 44’ 55,11” s/d 8° 26’ 35,45” Lintang

    Selatan 122° 17’ 10,90” s/d 122° 57’ 00,00” Bujur Timur. Kota dengan Luas

    202.800 Km² atau 20.280 Ha, dengan suhu minimum 24-18ºC dan suhu

    maksimum 32-28°C , kelembaban udara sekitar 75-98% dan curah hujan rata-rata

    875-3000 mm per tahun serta dikelilingi oleh gunung Panderman, gunung

    Banyak, gunung Welirang, dan gunung Bokong membuat kota Batu memiliki

    iklim yang sejuk dan nyaman sebagai tempat wisata (Nurhidayati, 2009). Kota

    Batu merupakan kota yang kaya akan hasil pertanian dan pemandangan yang

    indah, ini sangat cocok untuk diterapkan sebuah konsep agrowisata. Kota Batu

    terdapat pada beberapa kawasan pertanian yang kondisi baik, sosial budaya dan

    ekonomi cenderung kuat mengarah ke kegiatan pertanian. Keberadaan gunung,

    hutan, dan pertanian yang mendominasi keruangan. Pemanfaatan pekarangan

  • 22

    rumah penduduk yang sebagian besar digunakan untuk tanaman bunga, apel, dan

    komoditas sayuran lainnya juga menjadi daya tarik tersendiri dari segi wisata dan

    lingkungan hidup karena memiliki nilai ekonomis.

    Kota Batu merupakan peningkatan kota administratif dari kabupaten

    Malang, berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2001 tentang pembentukan

    kota Batu. Kota Batu terdiri atas 3 kecamatan yaitu kecamatan Batu, kecamatan

    Bumiaji dan kecamatan Junrejo. Berdasarkan Peraturan daerah kota Batu No. 7

    tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030,

    kota Batu ditetapkan berdasarkan fungsi wilayahnya terbagi atas 3 BWK (Bagian

    Wilayah Kota). Kecamatan Bumiaji berdasarkan pada luas wilayah sebesar

    12.798,42 Ha atau 64% dari total luas kota Batu (yaitu 19.908,72 Ha).

    Berdasarkan RT RW kota Batu tahun 2010-2030, salah satu kecamatan yang ada

    di kota Batu yaitu kecamatan Bumiaji ini ditetapkan sebagai Bagian Wilayah Kota

    (BWK) III dengan fungsi utama pengembangan kawasan agropolitan,

    pengembangan kawasan wisata alam dan lingkungan serta kegiatan agrowisata

    dengan pusat pelayanan di desa Punten (Rahayu, Bambang, & Hardiman, 2013).

    Berdasarkan RIPPDA kota Batu tahun 2010-2020, kecamatan tersebut telah

    memiliki beberapa kawasan agrowisata, salah satunya petik jeruk di desa Punten

    (Puspito & Rahmawati, 2015).

    2.6 Penelitian sebagai Sumber Belajar Biologi

    Memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat terutama para petani

    jeruk manis dapat dilakukan dengan penelitian. Penelitian dilakukan untuk

    memperoleh informasi, memberikan dan solusi yang tepat bagi masyarakat

  • 23

    maupun petani. Penelitian juga dianggap sebagai bukti penguat penemuan-

    penemuan yang sebelumnya telah ditemukan. Hal ini juga dikemukakan oleh

    Dharma (2008) yang menyatakan bahwa penelitian kegiatan yang dilakukan

    secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik

    kesimpulan berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu, serta

    dapat pula didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu

    masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik.

    Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh

    proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah

    adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang

    dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni

    pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh

    pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran

    maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara

    empirik (berdasarkan fakta) (Dharma, 2008).

    Penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui

    keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah pada perkebunan jeruk manis

    organik dan anorganik. Penelitian ini tidak hanya bertujuan pada masyarakat atau

    petani jeruk saja melainkan pada siswa yang dapat dijadikan sebagai sumber

    belajar.

    Sumber belajar ialah sesuatu yang dapat menyampaikan pesan/bukan

    pesan sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Sumber belajar digunakan sebagai

    sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam

  • 24

    memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan

    dalam proses belajar menagajar (Munajah & Susilo, 2015).

    Sumber belajar biologi adalah segala sesuatu, baik benda maupun

    gejalanya yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka

    pemecahan permasalahan. biologi tertentu. Keberadaan sumber belajar dapat

    memungkinkan dan memudahkan terjadinya proses belajar. Proses pembelajaran

    merupakan interaksi antara siswa dengan objek yang dipelajari, maka peranan

    sumber belajar tidak dapat dikesampingkan dalam proses belajar biologi (Octovi,

    Sajidan, dan Prayitno, 2015). Adanya pengadaan dan penggunaan sumber belajar

    di sekolah diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka meningkatkan

    kualiatas pengajaran. Apabila dicapai kualitas pengajaran yang baik maka akan

    dicapai pula hasil belajar yang baik.

    Menurut Nurrohmanet al. (2015) menjelaskan tentang syarat-syarat

    pemanfaatan sumber belajar, yaitu sebagai berikut.

    1. Kejelasan potensi

    2. Kesesuaian dengan tujuan belajar

    3. Ketapatan sasaran

    4. Kejelasan informasi yang diungkapkan

    5. Kejelasan pedoman eksplorasi

    6. Kejelasan perolehan yang diharapkan.

    Penelitian deskriptif dapat dijadikan sebagai sumber belajar harus melalui

    beberapa strategi dan langkah-langkah yaitu kajian proses dan identifikasi hasil

  • 25

    penelitian. Menurut Nur (2012) terdapat beberapa stategi dan langkah-langkah

    yang harus dilakukan dalam pemanfaatan sumber belajar, yaitu:

    1. Mengidentifikasi karakteristik sumber belajar yang digunakan

    2. Sumber belajar yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran

    3. Sumber belajar yag digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

    apakah kognitif, afektif, dan psikomotor

    4. Sumber belajar yang digunakan sesuai dengan kemampuan guru

    5. Sumber belajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa.

    Mata pelajaran Biologi merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh

    bagi siswa maupun siswi di SMA di kelas X.Materi Keanekaragaman Hayati

    Kurikulum 2013 pada KD 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai

    tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia. Sub

    materi tentang keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem pada kompetensi

    dasar tersebut, terdapat materi yang menyebutkan bahwa ekosistem terdiri dari

    dua, yaitu ekositem daratan (terestrial) dan ekosistem perairan. Ekosistem darat

    terdiri dari, hujan tropis, savana, padang rumput, tundra, gurun pasir, hutan gugur,

    taiga, dan tundra. Pada buku siswa tidak terdapat penjelasan mengenai ekosistem

    tanah, sedangkan tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem daratan (terestrial)

    yang di dalamnya dihuni oleh banyak organisme yang disebut sebagai

    biodiversitas tanah. Organisme seperti makro dan mikrofauna tanah sangat jarang

    sekali dibahas secara luas dalam pelajaran biologi. Berdasarkan pertimbangan hal

    diatas maka hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar

    yang mendukung proses pembelajaran bagi peserta didik.

  • 26

    2.7 Kerangka Konsep

    Berikut skema konsep keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah pada

    perkebunan jerukmanis (Citrus sinensis L.) organik dan anorganik di desa Punten

    kecamatan Bumiaji kota batudengan kaitannya pada faktor-faktor yang

    mempengaruhinya secara singkat terjadi pada Gambar 2.1

  • 27

    Keterangan:

    = Diteliti

    = Tidak diteliti

    Perkebunan jeruk manis

    Penggunaan dan pengolaan lahan

    Lahan perkebunan jeruk

    manis organik

    Lahan perkebunan jeruk

    manis anorganik

    Struktur dan komponen tanah

    Sifat Fisika

    - Suhu tanah

    - Kelembaban

    tanah

    Sifat Biologi

    - Keberadaan

    seresah

    - Keberadaan

    fauna tanah

    lain

    Sifat Kimia

    - pH tanah

    - Pupuk organik

    - Pupuk

    anorganik

    Keanekaragaman Makro dan Mikrofauna

    Tanah

    Sumber belajar

    biologi pada

    materi kelas X

    Indeks Keanekaragaman

    Indeks Kemerataan

    Indeks Dominansi

    Makro dan

    Mikrofaun

    atanah

    dijadikan

    indikator

    kualitas

    lahan

    Semakin tinggi keanekaragaman

    makro dan mikrofauna tanah, maka

    ekosistem semakin baik

    Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual

  • 28

    2.8 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalahdan studi pustaka di atas dirumuskan

    hipotesis bahwa ada perbedaan keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah

    pada perkebunan jeruk manis (Citrus sinensis L.) pupuk organik dan anorganik di

    desa Punten kecamatan Bumiaji kota Batu.

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Keanekaragaman Hayati2.2. Makro dan Mikrofauna Tanah2.3 Keanekaragaman Makro dan Mikrofauna Tanah2.4 Perkebunan Jeruk Manis (Citrus sinensis L.)2.4.1 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Organik2.4.2 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Anorganik

    2.5 Kota Batu2.6 Penelitian sebagai Sumber Belajar Biologi2.7 Kerangka Konsep2.8 Hipotesis Penelitian