bab ii kajian pustaka 2.1 keanekaragaman hayatieprints.umm.ac.id/56926/3/bab ii.pdf · 10 bab ii...
TRANSCRIPT
-
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Hayati
Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity dan merupakan
megacenter keanekaragaman hayati dunia. Sumberdaya hayati yang melimpah ini
merupakan asosiasi antara faktor biotik dan abiotik (Haneda & Sirait, 2012).
Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber
daya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek
ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan
ekosistemnya. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari
kehidupan organisme di suatu kawasan tertentu. Keanekaragaman hayati di suatu
kawasan merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu dan struktur
yang ada di dalamnya pada daerah terestrial. Keanekaragaman hayati tanah
merupakan salah satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam
mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang yang
berada di dalam dan di atasnya (Sugiyarto, 2000). Pemahaman tentang
keanekargaman hayati tanah masih sangat terbatas, baik dari segi taksonomi
maupun fungsi ekologinya maka diperlukan upaya untuk mengkaji dan sekaligus
melestarikannya.
Organisme tanah dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan taksonomi
dan fungsionalnya. Menurut Sugiyarto (2000) menjelaskan bahwa membedakan
tiga kelompok fungsional organisme tanah, yaitu: biota akar (mikorizha,
-
11
rhizobium, nematoda dan lain-lain); dekomposer (mikroflora, mikrofauna dan
mesofauna); dan “ecosystem engineer” (mesofauna dan makrofauna).
Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dibedakan menjadi empat kelompok
yaitu: 1) mikrofauna dengan diameter tubuh 0,02-0,2 mm contoh cilliata, 2)
mesofauna dengan diameter tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda, collembola dan
acarina, 3) makrofauna dengan diameter tubuh 2- 20 mm contoh cacing, semut,
dan rayap, 4) megafauna dengan diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh
bekicot.
2.2. Makro dan Mikrofauna Tanah
Tanah di Indonesia kaya akan mineral dan merupakan tanah subur.
Kondisi ini mempengaruhi tumbuhnya beragam jenis tumbuhan yang diikuti
dengan beragam jenis fauna yang hidup berasosiasi dengan tumbuhan lain. Secara
khusus tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem terestrial yang di dalamnya
dihuni olehfauna tanah yang aktivitas hidupnya dilakukan di dalam maupun di
atas tanah. Keberadaan fauna tanah sangat penting bagi keseimbangan dari suatu
ekosistem tanah. Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya,
karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah
sangat ditentukan oleh komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen
abiotik yang mempengaruhi adalah faktor fisika antara lain tekstur tanah, struktur
tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan organik dan unsur
mineral tanah. Sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi antara lain flora dan
fauna, dengan adanya dua komponen tersebut terjadi interksi pertukatan zat dan
-
12
energi secara terus-menerus sehingga ekosistem didalam tanah berjalan dengan
baik (Haneda & Sirait, 2012).
Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat
ditentukan oleh faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan
abiotik. Faktor lingkungan abiotik yang mempengaruhi adalah faktor fisika antara
lain tekstur tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar
bahan organik dan unsur mineral tanah. Sedangkan faktor biotik yang
mempengaruhi antara lain mikroflora dan tanaman. Tanaman dapat meningkatkan
kelembaban tanah dan sebagai penghasil serasah yang disukai fauna tanah
(Nurrohman et al., 2018). Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu organisme yang hidup di dalam tanah ada yang
menguntungkan, ada yang merugikan, dan ada pula yang tidak menguntungkan
tetapi juga tidak merugikan (Hilwan dan Handayani, 2013).
Makrofauna merupakan hewan yang 90% atau lebih dapat dilihat tanpa
bantuan dari mikroskop, memiliki panjang tubuh > 1 cm, dan lebar tubuh 2 mm.
Misalnya Lumbricus rubellus,Gryllotalpa grillotalpa, rayap, semut dan lain-lain
(Dewi et al., 2008). Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah
yang berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah melalui
proses imobilisasi dan humifikasi. Makrofauna tanah lebih banyak ditemukan
pada daerah dengan keadaan lembab dan kondisi tanah yang memiliki tingkat
kemasaman lemah sampai netral (Wibowo & Slamet, 2017). Hal tersebut
menjadikan makrofauna tanah sebagai indikator yang paling sensitif terhadap
-
13
perubahan dalam penggunaan lahan, sehingga dapat digunakan untuk menduga
kualitas lahan.
Mikrofauna merupakan hewan tanah yang berukuran sangat kecil dan
hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop yang memiliki ukuran berkisar 0,2
mm, misalnya protozoa (amoeba, ciliata, flagellata, paramecium, euglena,
sporozoa), nemathoda dan arthropoda kecil. Mikrofauna memacu proses
dekomposisi bahan organik dengan memperkecil ukuran bahan dengan enzim
selulase yang kemudian dimanfaatkan oleh mikroba perombak lainnya (Anwar &
ginting, 2013). Komponen fauna tanah memberikan sumbangan terhadap proses
aliran energi suatu ekosistem. Hal ini disebabkan kelompok fauna tanah dapat
melakukan pengahancuran terhadap materi tumbuhan dan binatang yang telah
mati menjadi bahan organik besar yang kemudian diuraikan menjadi energi,
bahan organik dan anorganik yang lebih sederhana dan dikenal sebagai proses
dekomposisi. Dalam proses dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih
banyak berperan dalam proses fragmentasi(comminusi) serta memberikan fasilitas
lingkungan (mikrohabitat) yang lebih baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut
yang dilakukan oleh kelompok mesofauna dan mikrofauna tanah serta berbagai
jenis bakteri dan fungi (Wibowo & Rizqiyah, 2014).
Peranan fauna tanah dalam pemeliharaan kualitas lingkungan di lahan
pertanian sangat penting. Pengelolaan tanah/lahan yang tidak memenuhi kaidah-
kaidah yang benar akan menyebabkan penurunan kelimpahan dan keragaman
fauna tanah dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan terganggunya siklus
hara alami dalam agroekosistem, menurunnya kualitas dan produktivitas lahan,
-
14
dan pada gilirannya akan mengancam keberlangsungan usaha tani di lahan
tersebut. Pengetahuan ini dapat dipakai untuk menciptakan atau memperbaiki
penerapan teknologi pengelolaan lahan pertanian yang lebih ramah lingkungan,
mempunyai produktivitas tinggi, dan mengarah pada sistem pertanian
berkelanjutan.
2.3 Keanekaragaman Makro dan Mikrofauna Tanah
Keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah berkaitan erat dengan
bahan organik tanaman yang ditambahkan pada tanah. Semakin tinggi
keanekaragaman makrofauna tanah pada suatu tempat, maka semakin stabil
ekosistem di tempat tersebut. Menurut Rizqqiyah (2016) mengatakan bahwa suatu
komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika
komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan yang sama atau
hampir sama. Keberadaan suatu organisme dalam suatu ekosistem dapat
memengaruhi keanekaragama makro dan mikrofauna tanah. Berkurangnya jumlah
jenis maupun populasi dalam suatu ekosistem dapat mengurangi indeks
keanekaragamannya.
2.4 Perkebunan Jeruk Manis (Citrus sinensis L.)
Perkebunan merupakan area yang ditumbuhi oleh tanaman. Ada berbagai
macam tanaman yang dapat ditanam di perkebunan salah satunya adalah tanaman
jeruk manis. Indonesia terdapat berbagai macam varietas jeruk. Jeruk merupakan
tanaman semusim yang berbuah sepanjang tahun, tanaman ini tumbuh baik pada
daerah tropis dan subtropis.Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik dengan
-
15
kecepatan angin 40-48%, jika lebih akan merontokkan bunga dan buah.Suhu yang
baik 13-35°C (optimum 22-23°C). Tanah yang baik untuk perkebunan jeruk
adalah jenis lempung sampai lempung berpasir, cukup humus, tata air dan udara
baik. Jenis tanah andosol dan latosol sangan cocok untuk budidaya jeruk. Derajat
keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5-6,5. Tanaman
jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30
derajat. Ketinggian tanaman jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran
rendah sampai tinggi dan berbuah baik pada ketinggian tempat 700-1200 mdpl.
Jeruk manis dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan sampai 1000 mdpl.
Perakarannya dangkal sehinggajeruk harus ditanam di tanah yang subur (Endarto
& Martini, 2016).
Jeruk merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan
daerah subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada
ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab,
serta mempunyai persyaratan air tertentu. Tuntutan dasar kualitas produk
pertanian, khususnya pada buah-buahan adalah tersedianya varietas unggul baru
yang produktif serta tahan terhadap cekaman lingkungan seperti tahan kekeringan
dan serangan hama penyakit (Murtando, Sahiri, & Madauna, 2016).
Tanaman Jeruk merupakan komoditas unggulan buah lokal yang
menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar
maupun dalam bentuk olahan, serta memiliki daya saing dalam pertanian. Selain
itu, jeruk manis memiliki harga yang ekonomis apabila musim panen telah tiba
(Rasud, Ulfa, & Baharia, 2017). Namun, jika tidak musim panen jeruk memiliki
-
16
nilai ekonomi yang tinggi, hal ini dikarenakan selera dan gaya hidup masyarakat
yang tinggi dengan mengkonsumsi buah-buahan bermutu. Peningkatan kebutuhan
konsumsi jeruk dalam negeri belum dapat diimbangi dengan produksi domestik.
Sehingga hal tersebut menyebabkan masuknya buah impor ke Indonesia.
2.4.1 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Organik
Berbagai praktek pengelolaan lahan pertanian dapat meningkatkan atau
pun menurunkan keragaman makrofauna tanah, seperti pemberian pupuk
organik dan anorganik. Selain itu pemupukan berguna untuk meningkatkan hasil
panen. Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari sisa-sisa makhluk
hidup, seperti tanaman, kotoran hewan, dan manusia. Bentuk dari pupuk organik
ini berupa cair dan padat. Pemberian pupuk organik memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah, seperti memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap
tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai
sumber zat makanan bagi tanaman dan juga hewan tanah (Dewanto, Londok,
Tuturoong, & Kaunang, 2013).
Kontribusi bahan organik terhadap fungsi tanah terbagi menjadi tiga
bagian, yakni secara fisika, kimia maupun biologi. Secara fisika, bahan organik
berperan dalam warna tanah, retensi air, mencegah kekeringan, menjaga
kelembaban tanah, stabilitas struktur tanah dan pertukaran gas jika
dikombinasikan dengan mineral liat. Secara kimia, bahan organik berfungsi dalam
mengkhelat ketersediaan unsur mikro seperti Fe, sebagai penyangga reaksi
keseimbangan didalam tanah dan pertukaran kation. Sementara dari sifat biologi,
bahan organik berfungsi sebagai sumber energi bagi organisme tanah, sumber
-
17
nutrisi bagi tanaman melalui mineralisasi, menyediakan aliran nutrisi yang
lambat, namun berkelanjutan bagi pertumbuhan tanaman, jika dikombinasikan
dengan zat senobiotik, mampu mempengaruhi bioavailabilitas dan keefektifan
pestisida (Pamujiningtyas, 2009).
Lahan perkebunan yang akan digunakan untuk menanam jeruk manis
membutuhkan pengkajian tentang sifat-sifat fisiknya agar lahan tersebut dapat
digunakan secara optimal. Beberapa parameter tanah yang perlu dikaji adalah
suhu, kelembaban dan pH tanah, karena ketiga paramater tersebut memiliki
peranan sangat penting dalam kesuburan tanaman (Jupri, Muid, dan Muliadi,
2017). Suhu tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting
sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Suhu tanah juga sangat
mempengaruhi aktivitas mikrobial tanah dan aktiivitas ini sangat terbatas pada
suhu di bawah 10°C, laju optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan
terjadi pada temperatur 18-30°C, seperti bakteri pengikat N pada tanah
berdrainase baik. Kelembaban tanah yang baik membuat tanah menjadi memiliki
ruang pori yang cukup sehingga sirkulasi udara di dalam tanah dapat berjalan
dengan baik. Dengan tanah yang sehat tanah mampu memiliki nilai pH tanaman
akan tumbuh dengan baik. Dalam ilmu pertanian pengaruh pH tanah sangat
memiliki peranan yang sangat penting gunanya untuk menentukan mudah
tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan
mudah diserap tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar
unsur hara akan mudah larut dalam air. Derajat pH dalam tanah juga
menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Cepat
-
18
dan lambatnya suatu pertumbuhan pada berbagai jenis tanaman sangat ditentukan
oleh pH tanah itu sendiri (Karimana, Fikrinda, & Murti (2017)
Pupuk organik yang digunakan untuk tanaman akan memberikan
berdampak positif terhadap tanah namun pertumbuhan tanaman lebih lambat
dibandingkan pupuk anorganik karena kandungan haranya relatif lebih rendah.
Selain itu, pupuk organik tidak memerlukan banyak biaya dan juga ramah
lingkungan. Keuntungan lain dari bahan organik terhadap kesuburan tanah adalah
meningkatkan ketersediaan P dan Fe untuk tanaman. Namun penggunaan pupuk
organik yang berlebihan dapat meyebabkan ketersediaan Zn menurun (Sutanto,
2002). Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Penambahan bahan
organik khususnya pada tanah sawah sangat diperlukan,karena 95% lahan-lahan
pertanian di Indonesia mengandung bahan organik kurang dari 1%, padahal batas
minimal kandungan bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian
adalah 4-5% (Padmanabha, Arthagama, & Dibia, 2014). Penggunaan bahan
organik ke dalam tanah harus memperhatikan perbandingan kadar unsur C
terhadap unsur hara N, P, Kkarena apabila perbandingannya sangat besar bisa
menyebabkan terjadinya imobilisasi. Imobilisasi adalah proses pengurangan
jumlah kadar unsur hara N, P, K di dalam tanah oleh aktivitas mikroba sehingga
kadar unsur hara tersebut yang dapat digunakan tanaman berkurang (Roidah,
2013). Unsur hara N, P dan K yang tersedia dalam jumlah yang optimal dan
seimbang akan mampu memberikan keseimbangan unsur hara makro dan hara
mikro yang ada didalam tanah bagi tanaman. Menurut Pangaribuan, Hendarto,
-
19
dan Prihartini (2017) mengungkapkan bahwa unsur hara N, P dan K merupakan
salah satu unsur hara esensial yang memiliki peran atau fungsi fisiologis dalam
proses pertumbuhan tanaman. Ketidaktersediaan unsur hara esensial dalam
tanaman akan mencegah atau menghambat tanaman menyelesaikan siklus hidup
vegetatif sampai generatif. Pemberian pupuk organik pada tanah akan
menyebabkan aktivitas dan populasi organisme seperti makro dan mikorfauna
dalam tanah akanbertambah baik jenis maupun jumlahnya. Pemberian pupuk
organik memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti memperbaiki
struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi
kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman
(Dewanto et al., 2013).
Kontribusi bahan organik terhadap fungsi tanah terbagi menjadi tiga
bagian, yakni secara fisika, kimia maupun biologi. Secara fisika, bahan organik
berperan dalam warna tanah, retensi air, mencegah kekeringan, menjaga
kelembaban tanah, stabilitas struktur tanah dan pertukaran gas jika
dikombinasikan dengan mineral liat. Secara kimia, bahan organik berfungsi dalam
mengkhelat ketersediaan unsur mikro seperti Fe, sebagai penyangga reaksi
keseimbangan didalam tanah dan pertukaran kation. Sementara dari sifat biologi,
bahan organik berfungsi sebagai sumber energi bagi organisme tanah, sumber
nutrisi bagi tanaman melalui mineralisasi, menyediakan aliran nutrisi yang
lambat, namun berkelanjutan bagi pertumbuhan tanaman, jika dikombinasikan
dengan zat senobiotik, mampu mempengaruhi bioavailabilitas dan keefektifan
pestisida (Pamujiningtyas, 2009).
-
20
2.4.2 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik
dan atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk
(Dewanto et al., 2013). Pupuk anorganik dan pestisida kimiajika digunakan terus-
menerus akan berdampak pada keberagaman makrofauna dan mikrofauna,
degradasi kesuburan tanah dan kesehatan manusia akibat tercemarnya bahan-
bahan sintesis tersebut. Jenis pupuk anorganik yang biasa digunakan dalam
budidaya tanaman adalah pupuk NPK majemuk, urea, TSP, SP-36 KCl, KNO3
(Pangaribuan et al., 2017). Menurut Ernanda (2010) pestisida dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian penting. Pertama, pestisida organik ilmiah atau
sering juga disebut dengan pestisida botanik yang bersal dari tanaman. Misalnya
nikotin dari tembakau sebagai insektisida pertama kali tahun 1763. Kedua,
pestisida organik biologi yang merupakan hasil formulasi dari jamur, bakteri,
yang tediri dari pelarut, pembawa dan bahan aktifnya yang berupa mikrobia.
Ketiga, pestisida organik sintetis yang merupakan senyawa kimia sintetik yang
sangat beracun. Pestisida ini banyak macamnya sesuai dengan tujuan penggunaan
dan sasaran yang akan dikendalikan atau diberantas.
Kandungan hara pada pupuk anorganik cukup tinggi sehingga tanaman
akan lebih cepat pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk anorganik memiliki
kelebihan antara lain unsur yang terkandung mudah terurai dan lebih cepat
terserap oleh tanaman, sehingga pertumbuhan menjadi lebih subur.Menurut
(Pangaribuan et al., 2017) pemberian pupuk anorganik juga memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman serta aktivitas mikroba.
-
21
Aktivitas dan kepadatan populasi mikroba tanah ditentukan oleh perubahan
kondisi fisika dan kimia tanah. Akan tetapi di sisi lain pupuk anorganik memiliki
kelemahan, yaitu harganya mahal, tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan
fisik dan biologi tanah. Hal ini akan berdampak pada organisme tanah dimana
unsur anorganik menyebabkan fauna tanah sulit mengurai, sehingga akan
menumpuk menjadi residu yang dapat menyebabkan fauna yang menghasilkan
bahan organik di dalam tanah mati dan akan mengurangi kesuburan tanah, serta
pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran
lingkungan (Dewi et al., 2008).
2.5 Kota Batu
Secara geografis kota Batu merupakan salah satu bagian dari wilayah Jawa
Timur yang terletak pada posisi antara 7° 44’ 55,11” s/d 8° 26’ 35,45” Lintang
Selatan 122° 17’ 10,90” s/d 122° 57’ 00,00” Bujur Timur. Kota dengan Luas
202.800 Km² atau 20.280 Ha, dengan suhu minimum 24-18ºC dan suhu
maksimum 32-28°C , kelembaban udara sekitar 75-98% dan curah hujan rata-rata
875-3000 mm per tahun serta dikelilingi oleh gunung Panderman, gunung
Banyak, gunung Welirang, dan gunung Bokong membuat kota Batu memiliki
iklim yang sejuk dan nyaman sebagai tempat wisata (Nurhidayati, 2009). Kota
Batu merupakan kota yang kaya akan hasil pertanian dan pemandangan yang
indah, ini sangat cocok untuk diterapkan sebuah konsep agrowisata. Kota Batu
terdapat pada beberapa kawasan pertanian yang kondisi baik, sosial budaya dan
ekonomi cenderung kuat mengarah ke kegiatan pertanian. Keberadaan gunung,
hutan, dan pertanian yang mendominasi keruangan. Pemanfaatan pekarangan
-
22
rumah penduduk yang sebagian besar digunakan untuk tanaman bunga, apel, dan
komoditas sayuran lainnya juga menjadi daya tarik tersendiri dari segi wisata dan
lingkungan hidup karena memiliki nilai ekonomis.
Kota Batu merupakan peningkatan kota administratif dari kabupaten
Malang, berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2001 tentang pembentukan
kota Batu. Kota Batu terdiri atas 3 kecamatan yaitu kecamatan Batu, kecamatan
Bumiaji dan kecamatan Junrejo. Berdasarkan Peraturan daerah kota Batu No. 7
tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030,
kota Batu ditetapkan berdasarkan fungsi wilayahnya terbagi atas 3 BWK (Bagian
Wilayah Kota). Kecamatan Bumiaji berdasarkan pada luas wilayah sebesar
12.798,42 Ha atau 64% dari total luas kota Batu (yaitu 19.908,72 Ha).
Berdasarkan RT RW kota Batu tahun 2010-2030, salah satu kecamatan yang ada
di kota Batu yaitu kecamatan Bumiaji ini ditetapkan sebagai Bagian Wilayah Kota
(BWK) III dengan fungsi utama pengembangan kawasan agropolitan,
pengembangan kawasan wisata alam dan lingkungan serta kegiatan agrowisata
dengan pusat pelayanan di desa Punten (Rahayu, Bambang, & Hardiman, 2013).
Berdasarkan RIPPDA kota Batu tahun 2010-2020, kecamatan tersebut telah
memiliki beberapa kawasan agrowisata, salah satunya petik jeruk di desa Punten
(Puspito & Rahmawati, 2015).
2.6 Penelitian sebagai Sumber Belajar Biologi
Memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat terutama para petani
jeruk manis dapat dilakukan dengan penelitian. Penelitian dilakukan untuk
memperoleh informasi, memberikan dan solusi yang tepat bagi masyarakat
-
23
maupun petani. Penelitian juga dianggap sebagai bukti penguat penemuan-
penemuan yang sebelumnya telah ditemukan. Hal ini juga dikemukakan oleh
Dharma (2008) yang menyatakan bahwa penelitian kegiatan yang dilakukan
secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik
kesimpulan berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu, serta
dapat pula didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu
masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh
proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah
adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang
dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni
pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh
pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran
maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara
empirik (berdasarkan fakta) (Dharma, 2008).
Penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui
keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah pada perkebunan jeruk manis
organik dan anorganik. Penelitian ini tidak hanya bertujuan pada masyarakat atau
petani jeruk saja melainkan pada siswa yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar.
Sumber belajar ialah sesuatu yang dapat menyampaikan pesan/bukan
pesan sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Sumber belajar digunakan sebagai
sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam
-
24
memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
dalam proses belajar menagajar (Munajah & Susilo, 2015).
Sumber belajar biologi adalah segala sesuatu, baik benda maupun
gejalanya yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka
pemecahan permasalahan. biologi tertentu. Keberadaan sumber belajar dapat
memungkinkan dan memudahkan terjadinya proses belajar. Proses pembelajaran
merupakan interaksi antara siswa dengan objek yang dipelajari, maka peranan
sumber belajar tidak dapat dikesampingkan dalam proses belajar biologi (Octovi,
Sajidan, dan Prayitno, 2015). Adanya pengadaan dan penggunaan sumber belajar
di sekolah diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka meningkatkan
kualiatas pengajaran. Apabila dicapai kualitas pengajaran yang baik maka akan
dicapai pula hasil belajar yang baik.
Menurut Nurrohmanet al. (2015) menjelaskan tentang syarat-syarat
pemanfaatan sumber belajar, yaitu sebagai berikut.
1. Kejelasan potensi
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar
3. Ketapatan sasaran
4. Kejelasan informasi yang diungkapkan
5. Kejelasan pedoman eksplorasi
6. Kejelasan perolehan yang diharapkan.
Penelitian deskriptif dapat dijadikan sebagai sumber belajar harus melalui
beberapa strategi dan langkah-langkah yaitu kajian proses dan identifikasi hasil
-
25
penelitian. Menurut Nur (2012) terdapat beberapa stategi dan langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam pemanfaatan sumber belajar, yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik sumber belajar yang digunakan
2. Sumber belajar yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
3. Sumber belajar yag digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
apakah kognitif, afektif, dan psikomotor
4. Sumber belajar yang digunakan sesuai dengan kemampuan guru
5. Sumber belajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Mata pelajaran Biologi merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh
bagi siswa maupun siswi di SMA di kelas X.Materi Keanekaragaman Hayati
Kurikulum 2013 pada KD 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai
tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia. Sub
materi tentang keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem pada kompetensi
dasar tersebut, terdapat materi yang menyebutkan bahwa ekosistem terdiri dari
dua, yaitu ekositem daratan (terestrial) dan ekosistem perairan. Ekosistem darat
terdiri dari, hujan tropis, savana, padang rumput, tundra, gurun pasir, hutan gugur,
taiga, dan tundra. Pada buku siswa tidak terdapat penjelasan mengenai ekosistem
tanah, sedangkan tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem daratan (terestrial)
yang di dalamnya dihuni oleh banyak organisme yang disebut sebagai
biodiversitas tanah. Organisme seperti makro dan mikrofauna tanah sangat jarang
sekali dibahas secara luas dalam pelajaran biologi. Berdasarkan pertimbangan hal
diatas maka hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar
yang mendukung proses pembelajaran bagi peserta didik.
-
26
2.7 Kerangka Konsep
Berikut skema konsep keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah pada
perkebunan jerukmanis (Citrus sinensis L.) organik dan anorganik di desa Punten
kecamatan Bumiaji kota batudengan kaitannya pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara singkat terjadi pada Gambar 2.1
-
27
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
Perkebunan jeruk manis
Penggunaan dan pengolaan lahan
Lahan perkebunan jeruk
manis organik
Lahan perkebunan jeruk
manis anorganik
Struktur dan komponen tanah
Sifat Fisika
- Suhu tanah
- Kelembaban
tanah
Sifat Biologi
- Keberadaan
seresah
- Keberadaan
fauna tanah
lain
Sifat Kimia
- pH tanah
- Pupuk organik
- Pupuk
anorganik
Keanekaragaman Makro dan Mikrofauna
Tanah
Sumber belajar
biologi pada
materi kelas X
Indeks Keanekaragaman
Indeks Kemerataan
Indeks Dominansi
Makro dan
Mikrofaun
atanah
dijadikan
indikator
kualitas
lahan
Semakin tinggi keanekaragaman
makro dan mikrofauna tanah, maka
ekosistem semakin baik
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual
-
28
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalahdan studi pustaka di atas dirumuskan
hipotesis bahwa ada perbedaan keanekaragaman makro dan mikrofauna tanah
pada perkebunan jeruk manis (Citrus sinensis L.) pupuk organik dan anorganik di
desa Punten kecamatan Bumiaji kota Batu.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Keanekaragaman Hayati2.2. Makro dan Mikrofauna Tanah2.3 Keanekaragaman Makro dan Mikrofauna Tanah2.4 Perkebunan Jeruk Manis (Citrus sinensis L.)2.4.1 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Organik2.4.2 Pemeliharaan Kebun dengan Pupuk Anorganik
2.5 Kota Batu2.6 Penelitian sebagai Sumber Belajar Biologi2.7 Kerangka Konsep2.8 Hipotesis Penelitian