bab ii kajian pustaka 2.1 laporan keuangan ii sanjaya...laporan tambahan seperti pelaporan inflasi,...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat bagi perusahaan untuk menguji dan
menganalisis kondisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan sangatlah penting bagi
perusahaan yang tidak hanya berguna bagi internal perusahaan tetapi juga berguna
bagi pihak eksternal perusahaan yang digunakan sebagai acuan untuk mengambil
keputusan dalam berinvestasi. Menurut Baridwan (1997) laporan keuangan
merupakan ringkasan dari proses pencatatan, yang merupakan ringkasan dari
transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan
keuangan ini dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik
perusahaan.
Standar Akuntansi (IAI, 2012) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus
dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan.
10
Kieso dan Weygandt (2002) menyatakan bahwa laporan keuangan berisi
laporan keuangan yang merupakan komponen utara pelaporan keuangan dan laporan-
laporan tambahan seperti pelaporan inflasi, diskusi dan analisis manajemen dalam
laporan tahunan, dan surat-surat kepada pemegang saham.
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No. 1 (IAI, 2012) adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-
keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan
tujuan pelaporan keuangan menurut Kieso dan Weygandt (2012) adalah untuk
memberikan:
1) Informasi yang berguna dalam keputusan investasi dan kredit.
2) Informasi yang berguna dalam menilai prospek arus kas.
3) Informasi mengenai sumberdaya perusahaan, klaim pada sumber daya
tersebut, dan perubahan dalam sumber daya tersebut.
Berikut para pengguna laporan keuangan serta kepentingannya terhadap laporan
keuangan (IAI,2007) yaitu:
1) Investor
Para investor memanfaatkan laporan keuangan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasi.Selain itu juga untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen.
11
2) Karyawan
Laporan keuangan memungkinkan karyawan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan
kerja.
3) Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman memerlukan informasi keuangan untuk memutuskan
apakah pinjaman beserta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4) Pemasok dan Kreditur Lain
Untuk mengetahui jumlah yang terutang dapat dibayarkan pada saat jatuh
tempo.
5) Pelanggan
Berkepentingan mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama antara
perusahaan dan pelanggan dalam perjanjian jangka panjang.
6) Pemerintah
Pemerintah memerlukan informasi keuangan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7) Masyarakat
12
Menyediakan informasi agar masyarakat dapat mengetahui perkembangan
kemakmuran perusahaan serta serangkaian aktivitasnya.Selain itu
perusahaan juga membantu memberikan kontribusi pada perekonomian
nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan menjadi berguna bagi pemakai laporan keuangan. Tujuan dari
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1) Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan
paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam
keputusan ekonomi mereka.
2) Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut jelas, tetapi
para pengguna juga harus dapat memahaminya.
3) Dapat divertifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh
pengukuran-pengukuran yang independen dengan menggunakan metode-
metode pengukuran yang sama.
4) Netralitas, yang artinya komunikasi akuntansi ditunjukkan kepada
kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan tertentu
dari pengguna-pengguna yang spesifik.
5) Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal
untuk menghindari adanya keterlambatan atau penundaan dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
13
6) Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti
perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh
perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan.
7) Kelengkapan, yang artinya telah dilaporkannya seluruh informasi yang
secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.
2.2 Ketepatan Waktu (Timeliness)
Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan keuangan
adalah ketepatan waktu. Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan
dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke publik berhubungan dengan
kualitas informasi keuangan yang dilaporkan (McGee, 2007).
Menurut IAI (2012) bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para
pemakai apabila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau
kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Tepat waktu
diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan
sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi
dan menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Baridwan, 1997).
14
Henderiksen dan van Breda (2000) menyatakan bahwa informasi tidak dapat
relevan jika tidak tepat waktu, yait hal itu harus tersedia bagi pengambil keputusan
sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu
tidak menjamin relevansinya, tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan
waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi
laporan keuangan. Akumulasi, peringkasan, dan penyajian selanjutnya informasi
akuntansi harus dilakukan secepat mungkin untuk menjamin tersedianya informasi
sekarang di tangan pemakai.
Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Hilmi dan Ali (2008) menggunakan tiga
kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya: (1)
preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa, (2) auditor’s report lag: interval
jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor
ditandatangani, (3) total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Chamber dan Penman dalam Hilmi dan Ali (2008) mendefinisikan ketepatan
waktu dalam dua cara yaitu: (1) ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan
waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan, (2)
ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relative atas tanggal
pelaporan yang diharapkan.
Sesuai dengan peraturan X.K.2 yang diterbitkan Bapepam, maka penyampaian
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepat waktu apabila
15
diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal
laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut. Keterlambatan penyampaian
laporan keuangan bisa berakibat buruk bagi perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
2.3 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai
pihak yang mengelola perusahaan dan prinsipal sebagai pihak pemilik, keduanya
terikat dalam sebuah kontrak. Pemilik atau prinsipal adalah pihak yang melakukan
evaluasi terhadap informasi dan agen adalah sebagai pihak yang menjalankan
kegiatan manajemen dan mengambil keputusan (Jensen dan Meckling, 1976).
Teori keagenan juga mengimplikasikan terdapat asimetri informasi antara
manajer sebagai pihak agen dan pemilik sebagai prinsipal. Asimetri informasi timbul
ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan pada
masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham), sehingga dalam
kaitannya dengan hal tersebut, (Klim dan Verrechia dalam Kadir, 2008) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang disampaikan dengan segera atau tepat waktu akan
dapat mengurangi asimetri informasi tersebut. Oleh sebab itu, manajer mempunyai
kewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal
16
yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan perusahaan.
Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen
memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda dikarenakan semua individu bertindak
atas kepentingan individu sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan
hanya tertarik kepada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka
di perusahaan tersebut, sedangkan para agen diasumsikan tidak hanya menerima
kepuasan berupa kompensasi keuangan akan tetapi juga dari tambahan yang terlibat
dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang
menarik, keanggotaan klub, dan jam kerja yang fleksibel.
2.4 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut Kamus Umum bahasa
Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, path pada ajaran atau
peraturan.
Sesorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan
konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui
moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi
hukum karena hukum tersebut dianaggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen
normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti
17
mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk
mendikte perilaku (Sudaryanti, 2008).
Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan
yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk menyampaikan
laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan suatu kewajiban
perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan sangat
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan.
2.5 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk
dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya (Hilmi dan Ali,
2008). Menurut Indriyani dan Supriyati (2012) menyatakan bahwa, profitabilitas
adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan.
Menurut Ang (1997), rasio rentabilitas dan profitabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan untung. Return on Asset (ROA)
biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Rasio ini mencoba
mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. Kadang-kadang
rasio ini disebut hasil pengembalian atas investasi (ROI) (Weston dan Copeland,
1995). ROA yang digunakan diukur dengan membagi laba bersih (Net Income After
18
Tax) dengan total aktiva (Average Total Assets), yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ROA = x 100%
2.6 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan perusahaan yang go public dapat disebut sebagai
kepemilikan terhadap saham perusahaan publik yang didalam kepemilikan tersebut
perlu mempertimbangkan dua aspek, yaitu kepemilikan oleh pihak dalam atau
manajemen perusahaan (insider ownership’s) dan kepemilikan oleh pihak luar
(outsider ownership’s).
Menurut Niehaus (1989) dalam Saleh (2004) mengungkapkan bahwa pemilik
dari luar berbeda dengan para manajer, dimana kecil kemungkinannya pemilik dari
luar terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari. Kepemilikan perusahaan oleh pihak luar
mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media
massa maupun kritikan atau komentar yang dianggap opini publik atau masyarakat
sehingga mengubah pengelolaan perusahaan yang semuka berjalan dengan kehendak
hati menjadi perusahaan yang berjalan dengan pengawasan. Oleh karena itu, pihak
manajemen dituntut untuk melakukan kinerja dengan baik dalam menyajikan
informasi secara tepat waktu karena ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan akan
berpengaruh pada pengambilan keputusan ekonomi.
Net Income After Tax
Average Total Assets
19
2.7 Debt to Equity Ratio
Rasio debt to equity dikenal juga sebagai rasio financial leverage.Menurut
Weston dan Copeland (1995) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyatakan bahwa rasio
leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan
hutang. Menurut Ang (1997) debt to equity ratio digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (pengguna hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki
perusahaan. Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan aset dan sumber
dana (source of find) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Hilmi dan Ali, 2008).
Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya resiko perusahaan. Tingginya
resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa
melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok ataupun bunganya (Soekadi,
1990). Dalam penelitian ini, debt to equity yang dimaksud adalah perbandingan
antara total hutang (Total Debt) dengan ekuitas (total Shareholder Equity), dapat
dirumuskan sebagai berikut:
DER = x 100%
2.8 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan telah banyak
diujikan dalam berbagai penelitian. Terkait dengan ketepatan waktu laporan
keuangan tahunan, ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari ketepatan
Total Liabilities
Total Equity
20
pelaporan keuangan, karena semakin besar perusahaan maka akan melaporkan
dengan lebih cepat akibat perusahaan besar lebih banyak memiliki sumber informasi.
Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total
penjualan, kapasitas pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai
item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu (Hilmi dan Ali,
2008). Moses (1987) melihat ukuran perusahaan dari nilai total aset dan kapitalisasi
pasar yang dimilikinya, sedangkan Gl et al (2003) menentukan ukuran perusahaan
berdasarkan nilai logaritma assets.
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat
di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai
pentingnya informasi, baik bagi pihak internal mapun eksternal perusahaan (Almilia
dan Setiady, 2006:4). Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal
yang lebih kuat akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang
mungkin terjadi dan memampukan auditor untuk mengendalikan yang lebih luas serta
melakukan pekerjaan intern.
Nuryaman (2009) menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar memiliki
basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar
akan menimbulkan dampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, maka perusahaan akan
menghadapi tuntutan yang lebih besar dari pada stakeholder untuk menyajikan
laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih tepat waktu.
21
2.9 Pergantian Auditor
Pergantian auditor publik.dilakukan karena telah berakhirnya kontrak kerja
yang disepakati antara Kantor Akuntan Publik dengan pemberi tugas dan telah
memutuskan untuk tidak memperpanjang dengan penugasan baru. Penugasan auditor
terjadi karena beberapa alasan: (1) perusahaan klien merupakan merger antara
beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing berbeda, (2)
kebutuhan akan adanya jasa professional yang lebih luas, (3) tidak puas terhadap
Kantor Akuntan Publik lama, (4) keinginan untuk mengurangi pendapatan audit, (5)
merger antara beberapa Kantor Akuntan Publik (Boynton, 2001 dalam KSA, 2003).
2.10 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan perusahaan telah banyak dilakukan dan berkembang
sangat baik di Indonesia bahkan di negara-negara lainnya. Dyer dan Mc. Hugh (1975)
dalam Oktarina dan Suharli (2005) meneliti mengenai profil ketepatan waktu
pelaporan dan normalitas keterlambatan dengan menggunakan 120 perusahaan di
Australia selama periode 1965-1971. Menurut hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan dan tanggal berakhirnya tahun buku secara signifikan
berpengaruh dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan
profitabilitas tidak secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan.
22
Menurut Owusu dan Asanah (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan dari 47 perusahaan di Zimbabwe adalah ukuran
perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, waktu tunggu pelaporan audit, gearing,
item luar biasa, bulan dan akhir tahun finansial. Hasil dari penelitiannya
menunjukkan hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh pada ketepatan waktu
dimana perusahaan mengeluarkan laporan akhir tahunan yang diaudit.
Bandi dan Hananto (2000) melakukan penelitian mengenai ketepatan waktu
pelaporan keuangan dan berhubungan dengan reaksi pasar atas ketepatan waktu.
Hasil dari penelitian mereka menemukan bukti empiris yang menunjukkan bahwa
keterlambatan pelaporan yang meliputi keterlambatan audit, keterlambatan pelaporan
setelah audit dan keterlambatan total distribusi tidak normal yang menunjukkan
kemiringan positif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa pelaporan perusahaan selalu
mengalami kemunduran. Selain itu, hubungan antara keterlambatan dengan besarnya
perusahaan berpengaruh positif, walaupun tidak signifikan. Hasil lainnya dalam
penelitian ini ialah ketepatan waktu pelaporan antara pelaporan sebelum dan sesudah
waktu yang diharapkan tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Anisa (2004) menguji penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan menemukan
hasil bahwa kualitas auditor, leverage financial, dan profitabilitas diduga memotivasi
manajemen untuk menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu dan hanya
opini audit yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
23
Menurut Saleh (2004) yang meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) yang menunjukkan hasil variabel item luar biasa secara signifikan berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur dan
mempunyai hubungan tanda yang sesuai dengan logika atau teori. Rasio gearing,
ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan dan mempunyai hubungan
tanda yang tidak sesai dengan logika atau teori.
Respati (2004) melakukan penelitian yang sama pada BEJ tahun 1999 dengan
sampel sebanyak 266 perusahaan yang sudah go public dan mempunyai data
perusahaan yang lengkap dan telah didaftarkan dalam Indonesian Capital Market
Derectory 2000. Beliau meneliti beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan di Bursa Efek Jakarta yaitu debt to
equity, ukuran perusahaan, profitabilitas, konsentrasi kepemilikan luar, dan
konsentrasi kepemilikan dalam yang hasilnya adalah profitabilitas dan konsentrasi
kepemilikan dari pihak luar secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan.
Sedangkan penelitian Wirakusuma (2004) yang meneliti 132 perusahaan yang
juga terdaftar di Bursa Efek Jakarta memperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke publik
adalah rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan, solvabilitas dan opini
auditor mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan.
24
Menurut Oktarina dan Suharli (2005) yang meneliti faktor-faktor penentu
kepatuhan ketepatan waktu pelaporan perusahaan yang menemukan bukti empiris
bahwa debt to equity ratio dan profitabilitas tidak mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan, sedangkan ukuran perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan,
dan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Meskipun menunjukkan hasil yang signifikan, namun hubungan antara ukuran
perusahaan dengan ketepatan waktu tidak searah.
Hilmi dan Ali (2008) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian
mereka menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan
reputasi kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh signifikan terhadap ketepatan
waktu penyampaian laopran keuangan, sedangkan leverage keuangan, ukuran
perusahaan dan opsi akuntan publik tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan.
2.11 Hipotesis Penelitian
1) Pengaruh debt to equity ratio dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
Rasio debt to equity juga dikenal sebagai rasio financial
leverage.Tingginya debt to equity ratio mencerminkan tingginya rasio
keuangan perusahaan. Tingginya resiko ini akan menunjukkan adanya
kemungkinan perusahaan tidak bisa melunasi kewajiban atau hutang baik
yang berupa pokok maupun bunganya. Resiko perusahaan yang tinggi ini
25
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dibidang keuangan,
maka kesulitan keuangan perusahaan akan dianggap berita buruk yang akan
mempengaruhi kondisi perusahaan dimata publik. Sehingga pihak
manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan
perusahaan yang memuat berita buruk. Apabila perusahaan memiliki sedikit
hutang maka masih bisa dikatakan wajar karena hutang perusahaan tersebut
dapat memperbesar arus kas masuk dan akan dapat digunakan sebagai laba
perusahaan yang lebih banyak. Tetapi jika hutang perusahaan terlalu
prinsipal besar, maka perusahaan tidak dapat membayar pinjaman dan
bunga pinjaman dan akan mencerminkan bahwa perusahaan tersebut tidak
dapat bekerja sesuai kepentingan prinsipal atau agen uang akan berpengaruh
terhadap penundaan penyampaian informasi. Oleh karena itu, semakin
tinggi debt to equity ratio perusahaan akan semakin tidak tepat waktu dalam
penyampaian laporan keuangan perusahaan. Hal ini didukung oleh
penelitian Schwart dan Soo (1996) dalam Hilmi dan Ali (2008) yang
menunjukkan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan
cenderung tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya
dibandingkan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah
sebagai berikut:
H1 : debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
26
2) Pengaruh profitabilitas dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Semakin besar rasio profitabilitas maka akan
semakin baik kinerja perusahaan sehingga akan cenderung untuk
memberikan informasi pada pihak lain yang berkepentingan. Sehingga akan
dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik bagi perusahaan.
Perusahaan yang memiliki berita baik ini tidak akan menunda penyampaian
informasinya. Seperti yang dikemukakan Owusu dan Ansah (2000)
menunjukkan bahwa profitabilitas dapat mempengaruhi perilaku ketepatan
waktu pelaporan keuangan.Oleh karena itu, perusahaan yang mampu
menghasilkan profit cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan
laporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian
(Oktarina dan Suharli, 2005).Dari hasil penelitian diatas membuktikan
bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis
yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
H2 : profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan.
3) Pengaruh struktur kepemilikan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
Menurut Niehaus (1989) dalam Saleh (2004) bahwa pemilik dari pihak
luar dianggap berbeda dengan pemilik dari pihak dalam dimana kecil
kemungkinan pemilik dari pihak luar untuk terlibat dalam urusan bisnis
27
perusahaan sehari-hari. Variabel struktur kepemilikan diproksi dengan
struktur kepemilikan pihak luar karena pemilik perusahaan dari pihak luar
sebagai prinsipal mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi
perusahaan melalui media massa berupa kritikan atau komentar yang
dianggap sebagai opini publik. Sehingga menyebabkan berubahnya
pengelolaan perusahaan oleh manajer selaku agen yang semula berjalan
dengan semaunya akan menjadi perusahaan yang berjalan dengan
pemantauan. Teori keagenan mengimplikasikan adanya informasi asimetri
antara manajer sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. Informasi
asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan
pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Adanya pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut
harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik. Upaya pihak
manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik adalah dengan
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan
perubahan posisi keuangan perusahaan bagi para pemilik perusahaan yang
berasal dari pihak luar. Pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai
kekuatan yang besar untuk menekan manajemen untuk dapat menyajikan
informasi secara tepat waktu, karena ketepatan waktu pelaporan keuangan
akan mempengaruhi keputusan ekonomi yang akan diambilnya. Dengan
demikian diduga konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar
28
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berdasarkan
uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
H3 : struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
4) Pengaruh pergantian auditor dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 16 mensyaratkan
adanya komunikasi baik lisan maupun tulisan antara auditor pendahulu
dengan auditor pengganti sebelum menerima penugasan. Berbeda dengan
penugasan pertama sebagai akibat adanya pergantian auditor, pada
penugasan ulang sebagai auditor memiliki akses pada semua program yang
telah digunakan pada periode sebelumnya dan kertas kerja yang berkaitan
dengan program tersebut. Karena banyaknya prosedur yang harus ditempuh
oleh auditor pengganti jika auditor tersebut dalam proses pengauditan, maka
akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk melanjutkan penerimaan
penugasan. Menurut Ksa (2003), hal ini bisa menyebabkan lamanya
pengauditan yang berakibat juga pada penundaan penyampaian laporan
keuangan auditan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat
disusun adalah sebagai berikut:
H4 : pergantian auditor berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
5) Pengaruh ukuran perusahaan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
29
Ukuran perusahaan dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran
perusahaan dapat didasarkan pada total aset, total penjualan, kapitalisasi
pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar item-item
tersebut maka semakin besar ukuran perusahaan. Menurut Sulistyo (2010)
membuktikan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu penyampaian keuangan. Hasil penelitian ini juga
mendukung landasan teori yang ada dan menyatakan bahwa semakin besar
perusahaan maka akan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan
keuangannya, karena semakin besar perusahaan akan memiliki banyak
sumber daya, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang canggih
serta memiliki sistem pengendalian intern yang kuat sehingga akan semakin
mempercepat proses dalam penyelesaian laporan keuangan. Selain itu,
perusahaan besar juga lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan
keuangan untuk menjaga citra (image) perusahaan di mata publik.
Sedangkan menurut Rachmawati (2008) yang mendukung penelitian ini
menyimpulkan bahwa size perusahaan memiliki pengaruh signifikan
terhadap timelines. Size perusahaan terkait dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan tahunan memiliki fungsi dari kecepatan
pelaporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi
oleh variabilitas, kompleks operasional dan intensitas transaksi perusahaan
tersebut yang akan mempengaruhi kecepatan dalam menyajikan laporan
30
keuangan kepada publik. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang
dapat disusun adalah sebagai berikut:
H5 : ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan.