bab ii kajian pustaka 2.1 pembelajaran...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan padapemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006).
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan
SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
7
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,
konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tah, sikap positif, dan kesadaran
terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
mengajar atau belajar” (Dimyati dan Moedjiono, 1992 : 40). Hasil belajar
dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan
perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar
merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu.
Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang
diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar
siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan
maksud. “Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penugasan,
penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai
8
aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi” (Tabrani Rusyan,
1989:8).
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA
yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh
siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan
kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA.
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.
Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan keterampilan dan sikap (Winkel, 2000:53).
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan),
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam
diri peserta didik, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya
tujuan dalam kurikulum, maka pengajar/guru harus merencanakan dengan
seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan
perubahan tingkah lakupeserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Bila terjadi proses belajar, bersama itu pula terjadi proses
mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami karena jika ada yang belajar
sudah tentu ada yang mengajar dan begitu juga sebaliknya. Dalam proses
belajar, mengajar guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar,
dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan,
kemampuan, sikap dan tata nilai, serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu
dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
9
Tujuan belajar adalah sebagai berikut (A.M., 1986: 28-31).
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Jenis interaksi atau
cara yang digunakan untuk kepentingan itu pada umumnya dengan moel
kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan demikian,
siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya
dan sekaligus akan mencarinya sendiriuntuk mengembangkan cara
berfikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan
suatu keterampilan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
3. Pembentukkan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak
didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk
itu, dibutuhkan kecakapan.
2.1.2 Ciri-ciri Hasil Belajar
Menurut Karti Soeharto (1995 : 108), belajar ditandai dengan ciri-
ciri yaitu : “(1) disengajai dan bertujuan, (2) tahan lama, (3) bukan karena
kebetulan, dan (4) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran, maka akan terjadiperubahan, baik perubahan pada aspek
kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek
tersebut diatas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal
ini sesuai dengan pendapat A.A Gede Agung( 1996 : 78) yang mengatakan
bahwa ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif,
psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang
diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri berikut :
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi.
10
Hasil belajar adalah perubahan sikap atau kecendurungan yang
dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan
atau perhatian adanya respon atau tanggapan atau penghargaan.
Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau
ketrampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan
minat dan kebutuhannya, keberanian berpatisipasi didalam kegiatan
penampilan sebagai usaha/kreatifitas dan kebebasan melakukan hal diatas
tanpa tekanan guru atau orang lain.
Berdasarkan ciri-ciri hasil belajar di atas maka tugas selain
mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang
cerdas, bersikap baik dan memiliki ketrampiilan-ketrampilan yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.”
2.1.3 Penilaian Hasil Belajar
Inti kegiatan penilaian adalah menentukan nilai dari suatu objek
dengan cara membandingkannya dengan kriteria tertentu. Dalam penilaian
hasil belajar, guru menentukan nilai dari hasil-hasil belajar yang dicapai
siswamelalui kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas, dengan
cara membandingkannya dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2010;Suwandi,
2011).
Ada tiga istilah yang merunjuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam
kegiatan penilaian kelas, yaitu :
1. Asesmen
Asesmen adalah setiap metode atau prosedur sistematik untuk
mendapatkan informasi sebagai dasar membuat inferensi atau kesimpulan
tentang aneka karakteristik orang, objek atau program. Dalam konteks
penilaian kelas, asesmen adalah setiap metode atau prosedur
mendapatkan data sebagai dasar untuk membuat kesimpulan tentang
hasil belajar (Friedenberg, 1995; Chatterji, 2003).
11
2. Pengukuran
Prosedur yang dimaksud bisa berupa pengukuran yaitu teknik
pengumpulan data tentang orang yang melibatkan pengubahan data
menjadi bilangan skor. Salah satu teknik khas pengukuran yang identik
dengan pengertian pengukuran adalah tes, yaitu jenis asesmen yang
menggunakan sejumlah prosedur spesifik untuk memperoleh informasi
dan mengonversikan atau mengubah informasi tersebut menjadi bilangan
atau skor (Friedenberg, 1995). Teknik pengukuran lain adalah skala,
meliputi skala kepribadian maupun skala penilaian. Skala kepribadian
sejenis tes yang bertujuan mengukur aspek-aspek kepribadian yang
bersifat abstrak, seperti sikap dan minat, dan yang melibatkan
pengonversian informasi yang diperoleh menjadi bilangan atau skor.
Skala penilaian adalah teknik untuk menerjemahkan atau
mengubah hasil pengamatan menjadi bilangan atau skor. Prosedur
pengumpulan data juga bisa berupa teknik-teknik asesmen lain yang
lebih bersifat subjektif dan khususnya yang tidak melibatkan pengukuran
atau pengonversian data menjadi bilangan. Teknik-teknik ini lazim
dikelompokkan sebagai nontes (Sudjana, 2010;Suwandi, 2010).
Data atau informasi yang diperoleh baik dengan teknik pengukuran
maupun dengan teknik asesmen lain selanjutnya perlu diolah. Pada data
yang diperoleh lewat pengukuran (tes dan skala), pengolahan lazimnya
dilakukan secara kuantitatif dengan teknik statistik. Melalui teknik
statistik deskriptif dapat diketahui setidaknya tiga hal penting, yaitu : (1)
distribusi atau persebaran data atau skor; (2) gejala tendensi sentral, yaitu
kecenderungan data atau skor memusat pada nilai tengan tertentu, serta
(3) gejala variabilitas,yaitu kecenderungan data atau skor menyebar di
sekitar nilai tengah tertentu.
Pada data yang diperoleh lewat teknik-teknik nontes danlebih
khusus lagi lewat teknik-teknik yang bersifat subjektif seperti
wawancara, pengolahan data lazimnya dilakukan dengan menggunakan
analisis kualitatif. Selanjutnya dapat diterapkan pengolahan kuantitatif
12
sederhana meliputi antara lain penghitungan frekuensiatau presentase
masing-masing kategorijawaban atau gejala, termasuk penyajiannya
secara visual dalam grafik.
3. Evaluasi
Aktivitas terakhir dalam rangkain kegiatan penilaian kelas adalah
evaluasi. Evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau
informasibaik dengan teknikpengukuran (tes dan skala) maupun dengan
teknik asesmen lain selesai dilakukan, bahkan sesudah data atau
informasi tersebut selesai diolah. Dalamevaluasi, hasil olahan tersebut
dinilai atau diinterprestasikan dalam rangka membuat keputusan atau
kesimpulan (Chatterji, 2003). Seperti sudah disinggung, penilaian dalam
arti evaluasi atau interprestasi ini lazimya dilakukan dengan cara
membandingkan skor atau data dengan sebuah kriteria. Tujuan akhir
evaluasi lazimnya memang pembuatan keputusan atau kesimpulan bisa
berupa : (a) penentuan posisi setiap murid dibandingkan kelompoknya
terkait hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, atau (b) penentuan
lulu-tidaknya setiap murid dalam mata pelajaran tertentu (Sudjana,
2010).
2.2 Media
2.2.1 Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar
(Miarso Yusufhadi, 2005: 46). Dalam salah satu artikelnya Yusufhadi
Miarso memberikan batasan media pembelajaran tersebut sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa.
Menurut Arsyad (2008:2) media adalah bagian yang terpisahkan
dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususunya. Menurut
13
wijaya dan Rusyan (1992:137) media adalah alat yang dapat membantu
proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna-pesan yang
disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengansempurna
Menurut Sudjana (1997:2), penggunaan media pembelajaran dalam setiap
proses belajar mengajar mempunyai manfaat antara lain :
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa.
2. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati,
melakukan dan mendemonstrasikan.
Dari beberapa definisi para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa media merupakan suatu alat yang tidak terpisahkan dalam setiap
proses belajar yang berfungsi memperjelas atau mempermudah dalam
menerima makna/pesan yang disampaikan sehingga tujuannya dapat
tercapai secara optimal.
2.2.2 Media Audio
Media audio menurut Rinanto (2003:43) yaitu “segala jenis media
yang hanya bisa dinikmati oleh indera pendengar, dan yang mampu
menggugah imajinasi bagi para pendengarnya”. Media audio merupakan
alat bantu yang digunakan dengan hanya bisa mendengar saja. Di samping
menarik dan memotivasi peserta didik untuk mempelajari materi lebih
banyak, materi audio dapat digunakan untuk :
1. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa
yang telah didengar.
2. Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan
mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari
lokasi
3. Menjadikan model yang akan diturunkan oleh siswa.
14
4. Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat
kecepatan belajar mengenai pokok bahasan.
Menurut Miarso Yusufhadi (2005:53) Media audio adalah media
yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata-
mata.
Menurut Sadiman Arief S, Rahardjo, Haryono Agung, Rahardjito
(2008:49-55) berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan
indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam
lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata bahasa lisan)
maupun non verbal. Ada beberapa jenis media dapat kita kelompokkan
dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetic, piringan
hitam, dan laboratorium bahasa.
Dari pendapat para ahli di atas media audio adalah media yang
hanya bisa didengar yang mampu menggugah imajinasi bagi para
pendengarnya dan mudah disiapkan. Media visual misalnya radio, tape,
dan sebagainya.
2.2.3 Media Visual
Menurut Rinanto (2002:22) yang dimaksud dengan media visual
adalah semua media yang bisa dinikmati oleh indera mata dan mampu
menimbulkan rangsangan untuk berefleksi. Misalkan, gambar/lukisan,
foto-foto, slide, poster, cergam, dan sebagainya. Arsyad (2008:91)
berpendapat bahwa media visual memegang peranan yang sangat penting
dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman
(misalnya melalui elaborasi, struktur dan organisasi), memperkuat ingatan,
dan juga dapat menumbuhkan minta siswa serta dapat memberikan
hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media
visual adalah media yang dapat dilihat oleh mata yang mampu
menumbuhkan rangsangan untuk berefleksi, memperlancar pemahaman,
memperkuat ingatan, dan menumbuhkan minat peserta didik, serta dapat
15
memberikan hubungan antara isi materi dengan dunia nyata. Bentuk media
visual misalnya gambar representasi, diagram, peta, slide, cergam, dan
sebagainya.
2.2.4 Media Audio Visual
Menurut Rinanto (2002:21) “audio visual adalah suatu media yang
terdiri dari media visual yang disingkronkan dengan media audio yang
sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan
anak didik di dalam proses PBM”.
Media audio visual merupakan perpaduan yang saling mendukung
antara gambar dan suara yang mampu menggugah perasaan dan pikiran
bagi yang bersangkutan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa media audio visual merupakan alat yang dapat menyampaikan
informasi dengan cara didengar dan dilihat sehingga mempermudah
seseorang dalam memahami sesuatu.
2.2.5 VCD Pembelajaran
Media VCD adalah alat bantu dengan memperlihatkan gambar
yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan
informasi atau pesan. VCD merupakan media yang efektif dalam
penyampaian informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat
memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang
menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang
memiliki keterampilan sesuai dengan gerak yang diinformasikan.
Dalam http://vcdpembelajaran.com/menu.php?moVideo/VCD
pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan
berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya
mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut
memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih
mudah dan menarik. Secara fisik Video/VCD pembelajaran merupakan
program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau VCD dan
16
disajikan dengan menggunakan peralatan VTR atau VCD player serta TV
monitor.
Pembelajaran menggunakan VCD juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan seperti yang dikutip pada http://bangirham.blogspot.com ,
kelebihan dari media VCD yaitu dapat membuat konsep yang abstrak
menjadi kongkrit, dapat pula menampilkan gerak yang bisa dipercepat atau
diperlambat sehingga lebih mudah diamati serta dapat menampilkan detail
suatu benda atau proses yang membuat penyajian pelajaran jadi lebih
menarik, tidak membosankan, sehingga siswa lebih aktif, mudah dan jelas
dalam memahami materi pelajaran. Selain ituVCD pembelajaran juga
mempunyai kelemahan yaitu :
1. Persiapan mengajar akan lebih lama.
2. VCD pembelajaran tidak dapat digunakan pada setiap pokok
bahasan, hanya pokok bahasan tertentu saja.
3. Diperlukan alat pemutar kaset video/video disc, video cassette/disc
player yang cukup mahal.
4. Belum semua guru dapat menggunakannya.
5. Memerlukan aliran listrik
Parno (2009) menarik kesimpulan sebagai berikut :
VCD pembelajaran dapat membantu mempertajam pesan yang
disampaikan dengan kelebihan mensrik indera, karena merupakan
gabungan antara pandangan, suara dan gerakan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa VCD pembelajaran merupakan media baru berbasis komputer yang
dapat mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar.
2.2.6 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan VCD
Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan VCD
pembelajaran (Angkowo dan Kosasih, 2007) :
1. Persiapan
17
Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan
program yang sudah dibuat.
b. Memeiksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan
tegangan peralatan dengan tegangan listrik yang tersedia di
sekolah.
c. Mempelajari bahan penyerta.
d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang
perlu atau tidak disajikan dalam kegiatn pembelajaran.
e. Memriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang
tertera.
f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan
peralatan lain yang diperlukan.
g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat
dan mendengar dengan baik.
2. Pelaksanaan
Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran,
ajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari
dengan baik.
b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.
c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan
dimanfaatkan.
d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran
sebelumnya.
e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk
pemanfaatan/petunjuk teknis dan bahan penyerta.
f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.
g. Memberi penguatam/penegasan terhadap tayangan program
18
h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.
i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan
evaluasi kepada siswa.
3. Tindak lanjut
a. Memberikan tugas kepada siswa
b. Memberi pertanyaan/umpan balik.
c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak
siswa untuk mengadakan praktek di laboratorium.
d. Bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang
lebih lengkap, guru mengajak siswa untuk belajar di
perpustakaan.
e. Menginformasikan tentang pentingnya
memperhatikan/mendengarkan program video pembelajaran
berikutnya.
f. Mengajak sisswa untuk memperkaya materi melalui sumber
belajar lain yang relevan dengan materi yang dipelajari.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dari penelitian relevan yang dilakukan oleh Hadi Waspodo, S (2009)
pada mata pelajaran IPA, hasil penelitian dapat dirumuskan bahwa
a. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi prestasinya lebih baik
daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah pada prestasi
belajar fisika (rataan marginal kemampuan awal tinggi = 81,13
sedangkan rataan marginal kemampuan awal rendah = 64,49).
b. Pembelajaran menggunakan VCD memberikan prestasi lebih baik dari
pembelajaran menggunakan OHP pada prestasi belajar IPA (rataan
marginal VCD = 73,22 > rataan marginal OHP = 70,32).
c. Pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, pembelajaran
menggunakan VCD lebih efektif daripada menggunakan OHP (rataan
VCD = 83,81> rataan OHP = 78,72).
19
d. Pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, pembelajaran
menggunakan VCD lebih efektif daripada menggunakan OHP (rataan
VCD = 65,60 > rataan OHP = 63,33).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Hadi Waspodo, S (2009),
dapat disimpulkan bahwa penggunaan Media Audio Visual (VCD
Pembelajaran) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Hasil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Lilik Yuswanti 2007
dengan judul Media Audio-Visual Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Kelas VI-SDS Pawyatan Daha Kediri. Tujuan dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah agar siswa dapat meningkatkan prestasi
belajarnya dalam materi perpindahan energi panas dan listrik pada
khususnya dan pelajaran IPA pada umumnya, sehingga pembelajaran
IPA lebih dipahami dan dikuasai dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini prosentase ketercapaian pada
siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus
kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab
hipotesis yang dirumuskan pada Bab II bahwa melalui pembelajaran
dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA siswa kelas VI SDS Pawyatan Daha Kediri.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses belajar
mengajar dengan menggunakan media audio visual/komputer sebagai
pelengkap metode ceramah dan metode percobaan bisa menjadi pilihan
bagi guru untuk dapat memberikan pemahaman yang nyata pada siswa,
sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan, yaitu mengarahkan siswa
belajar tuntas dapat tercapai.
20
2.4 Kerangka Berfikir
Berdasarkan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan Media Audio Visual (VCD
Pembelajaran), maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis.
Gagasan tersebut bila disajikan dalam bakan akan tampak seperti di bawah
ini.
Media Audio Visual
Penerapan Media Audio Visual
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Tindak lanjut
Kelebihan Media Audio Visual
1. Mempercepat daya serap
peserta didik memahami
pelajaran yang disampaikan
2. Baik untuk semua siswa karena
dapat mendengar dan melihat
3. Bisa menampilkan
gambar,grafik,diagram,ataupun
cerita
4. Bisa diperlambat dan di ulang
5. Dapat dipergunakan tidak
hanya untuk satu orang
Dengan menggunakan media audio visual
hasil belajar siswa SD Negeri Kadirejo 03
Kecamatan Pabelan diharapkan
meningkat sesuai dengan KKM 65.