bab ii kajian pustaka 2.1 tinjauan umum 2.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Negara Hukum
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, bahwa “Negara Indonesia negara hukum”.
Negara hukum dimaksud adalah negara yang menegakan supermasi hukum untuk
menegakan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan Negara Hukum ialah
negara yang berediri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga
negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kebahagiaan hidup untuk
warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa
susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikian
pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu
mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar warga negaranya.
Menurut Aristoteles yang memerintah dalam negara bukanlah manusia
sebenarnya, melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya
pemegang hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan menentukan baik
tidaknya suatu peraturan undang-undang dan membuat undang-undang adalah
sebagian dari kecakapan menjalankan pemerintahan negara. Oleh karena itu
Menurut, bahwa yang pentinng adalah mendidik manusia menjadi warga negara
yang baik, karena dari sikapnya yang adil akan terjamin kebahagiaan hidup warga
negaranya.
Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum,
selalu berlakunya tiga prinsip dasar, yakni supermasi hukum (supremacy of
law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law), dan penegakan
hukum dengan cara tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
Prinsip penting dalam negara hukum adalah perlindungan yang
sama (equal protection) atau persamaan dalam hukum (equality before the
law).Perbedaan perlakuan hukum hanya boleh jika ada alasan yang khusus,
misalnya, anak-anak yang di bawah umur 17 tahun mempunyai hak yang berbeda
dengan anak-anak yang di atas 17 tahun. Perbedaan ini ada alasan yang rasional.
Tetapi perbedaan perlakuan tidak dibolehkan jika tanpa alasan yang logis,
misalnya karena perbedaan warna kulit, gender agama dan kepercayaan, sekte
tertentu dalam agama, atau perbedaan status seperti antara tuan tanah dan petani
miskin. Meskipun demikian, perbedaan perlakuan tanpa alasan yang logis seperti
ini sampai saat ini masih banyak terjadi di berbagai negara, termasuk di negara
yang hukumnya sudah maju sekalipun.
Menurut Dicey, Bahwa berlakunya Konsep kesetaraan dihadapan
hukum(equality before the law), di mana semua orang harus tunduk kepada
hukum, dan tidak seorang pun berada di atas hukum (above the law). Istilah due
process of law mempunyai konotasi bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara
adil. Konsep due process of law sebenarnya terdapat dalam Konsep hak-hak
fundamental (fundamental rights) dankonsep kemerdekaan/kebebasaan yang
tertib (ordered liberty).
Konsep due process of law yang prosedural pada dasarnya didasari atas
konsep hukum tentang “keadilan yang fundamental” (fundamental
fairness).Perkembangan , due process of law yang prossedural merupakan suatu
proses atau prosedur formal yang adil, logis dan layak, yang harus dijalankan oleh
yang berwenang, misalnya dengan kewajiban membawa surat perintah yang sah,
memberikan pemberitahuan yang pantas, kesempatan yang layak untuk membela
diri termasuk memakai tenaga ahli seperti pengacara bila diperlukan,
menghadirkan saksi-saksi yang cukup, memberikan ganti rugi yang layak dengan
proses negosiasi atau musyawarah yang pantas, yang harus dilakukan manakala
berhadapan dengan hal-hal yang dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-
hak dasar manusia, seperti hak untuk hidup, hak untuk kemerdekaan atau
kebebasan (liberty), hak atas kepemilikan benda, hak mengeluarkan pendapat, hak
untuk beragama, hak untuk bekerja dan mencari penghidupan yang layak, hak
pilih, hak untukberpergian kemana dia suka, hak atas privasi, hak atas perlakuan
yang sama (equal protection) dan hak-hak fundamental lainnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan due process of law yang substansif adalah suatu persyaratan
yuridis yang menyatakan bahwa pembuatan suatu peraturan hukum tidak boleh
berisikan hal-hal yang dapat mengakibatkan perlakuan manusia secara tidak adil,
tidak logis dan sewenang-wenang.1
1 Teori Negara hukum, http://adedidikirawan.wordpress.com/teori-negara-hukum-rechtstaat/, (26
desember 2012).
2.1.2 Pengertian Pemerintahan Yang Baik dan Bersih
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk
membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu.
Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat
bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia.
Paling tidak ada empat kata yang harus menjadi perhatian kita kalau
membicarakan good and clean governance, yaitu (1) good government, (2) clean
government, (3) good governance, (4)clean governance.
Dari empat pembagian tersebut dilihat bahwa yang menjadi perhatian
adalah good(baik), clean (bersih), government (pemerintah)dan
governance (penyelenggara pemerintah). Artinya paradigma yang hendak
dikembangkan adalah pemerintahan yang baik dan bersih yang juga didukung
oleh penyelenggara pemerintahan yang baik dan bersih. Dengan demikian
government lebih memberikan perhatian terhadap system, sedangkan governance
lebih memberikan perhatian terhadap sumber daya manusia yang bekerja dalam
system tersebut. Tanpa menjaga keseimbangan terhadap dua hal ini akan muncul
ketimpangan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan yang pada akhirnya
akan menimbulkan kehancuran terhadap system bernegara.
Sedangkan dalam makna istilahnya, Wanandi (1998) memberikan
pengertian sebagai berikut:
“Kekuasaan didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
segala kebijakan diambil secara transparan, serta dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat. Kekuasaan juga harus didasarkan atas aspek kelembagaan dan
bukan atas kehendak seseorang atau kelompok tertentu. Kekuasaan juga harus taat
kepada prinsip bahwa semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang
sama di mata hukum”.
Sementara itu, Riswanda Imawan (2000) berpendapat bahwa clean
government adalah satu bentuk atau struktur pemerintahan yang menjamin tidak
terjadinya distorsi aspirasi yang datang dari masyarakat serta menghindari
terjadinya abuse of power. Untuk itu diperlukan (1) pemerintah yang dibentuk
atas kehendak orang banyak, (2) struktur organisasi pemerintah yang tidak
kompleks (lebih sederhana), (3) mekanisme politik yang menjamin hubungan
konsultatif antara negara dan warga negara, dan (4) mekanisme saling mengontrol
antar aktor-aktor di dalam infra maupun supra struktur politik.
Menurut United Development Program (UNDP) salah satu badan
PBB, governance (kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu :
1. Economic Governance, meliputi proses pembuatan keputusan yang
memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negri dan transaksi di antara
penyelenggara ekonomi, serta mempunyai implikasi terhadap kesetaraan,
kemiskinan dan kualitas hidup.
2. Political Governance, mencakup proses perubahan keputusan untuk
perumusan kebijakan politik Negara.
3. Administrative Governance, berupa system implementasi kebijakan.
Institusi dari governance meliputi tiga domein, yaitu state (Negara atau
pemerintah), private sector (swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat)
yang saling berinteraksi. State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan
hokum yang kondusif, private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan,
sedangkan society berperan positif dalam interaksi social, ekonomi, dan politik,
termasuk mengajak kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas
ekonomi, social dan politik. Hubungan antar sector dimaksud dapat diigambarkan
di bawah ini.
Adapun istilah good and governance merupakan wacana yang mengiringi
gerakan reformasi, yang dikaitkan dengan tuntutan akan pengelolaan
pemerintahan yang professional, akuntabel dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme. Pemerintahan yang bersih dari KKN merupakan bagian penting dari
pembangunan demokrasi, HAM dan masyarakat madani di Indonesia.
Pengertian kepemerintahan yang baik (good governance), adalah sikap di
mana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur dalam berbagai tingkatan
pemerintahan Negara yang berkaitan dengan sumber-sumber social-budaya,
politik dan ekonomi. Dalam prakteknya mesti disertai bersih dan berwibawa, yang
merupakan model kepemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan
bertanggung jawab, sehingga menyatu dalam istilah good and governance.
Sejalan dengan prinsip diatas, maka kepemerintahan yang baik, bersih, dan
berwibawa, berarti baik dan bersih dalam proses maupun hasilnya. Dalam hal ini
semua unsur dalam pemerintahan dapat bergerak secara sinergis, tidak saling
berbenturan, dan memperoleh dukungan dari rakyat.2
2.1.3 Kinerja Aparatur
Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya,
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-
2 2012, http://budak-maja.blogspot.com/2012/06/tata-kelola-pemerintahan-yang-baik-dan.html (26
desember 2012)
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890).
Para aparatur pegawai negeri sipil yang dituntut mempunyai
profesionalisme sesuai dengan tugas jabatannya. Melaksanakan setiap bidang
kerja sesuai dengan tugas dan fungsi secara strutural organisasi yang kredibel
menjadi salah satu tugas dan kewajiban jabatan yang harus dilaksanakan dengan
amanah dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Peningkatan
kinerja aparatur merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan
program pengembangan sumber daya manusia aparatur.
Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja
pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut (Bastian, 2001).
Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika (prawirosentono, 1999).
Perencanaan peningkatan kinerja aparatur perlu dilakukan setiap akan
melaksanakan kegiatan. Banyak teknik perencanaan kinerja dalam bentuk teknik
analisis manajemen yang dapat membantu aparatur untuk meningkatkan
kinerjanya, salah satunya adalan teknik analisis manajemen SWOT dan Pola Kerja
Terpadu.
Beberapa pendekatan insentif dalam bentuk remuneration cost (biaya
langsung personil) terhadap pegawai negeri sipil pada saat ini telah banyak
dilakukan di berbagai lembaga/organisasi pemerintah saat ini baik di tingkat pusat
atau daerah. Aparatur yang kinerjanya baik dengan beban kerja yang dapat
mempertanggungjawabkan dari kewajiban bekerja selama 37,5 jam per minggu
akan mendapatkan insentif dalam bentuk remunerasi. Artinya aparatur tersebut
harus dapat menghasilkan output dan outcome yang jelas dari setiap harinya
mereka bekerja. Konsepsi kinerja aparatur pada dasarnya selalu berkembang
dengan berbagai sudut pandang pendekatan yang secara umum mengarah ke
upaya peningkatan rasa peduli dan tanggung jawab terhadap tugas dan
kewajibannya.3 PNS yang bekerja giat dan keras dialah yang berhak
mendapatkan reward, sementara PNS yang berkecenderungan tidak bisa
mempertanggunjawabkan apa saja yang harus dia kerjakan setiap harinya perlu
dievaluasi lagi remunerasi yang sudah dia dapatkan. Akhirnya dalam konsepsi
kinerja aparatur ini yang perlu digarisbawahi adalah perlunya upaya menciptakan
keseimbangan dalam reward atau remunerasi di semua lembaga-lembaga
pemerintah. Agar tidak terjadi hanya lembaga-lembaga tertentu saja yang
didahulukan remunerasinya, tetapi perlunya keadilan dan keseimbangan dalam
pendapatan secara proporsional dan profesional. 3 Totok Suharto,2012,konsepsi kinerja aparatur (online) ,
http://totoksuharto.blogspot.com/2012/05/konsepsi-kinerja-aparatur.html, (26 desember 2012)
2.1.4 Definisi PILKADA
Yang dimaksud dengan PILKADA atau Pemilihan Kepala Daerah itu
adalah : Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau
kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.”
(Pasal 1 ayat (1) PP No. 6/2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah).
mengatur tentang “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Gubernur
dan Wakil Gubernur untuk propinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk kabupaten,
dan Walikota dan Wakil Walikota untuk kota.”
Sedangkan (Pasal 1 ayat (2) PP No. 6/2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah) mengatur beberapa butir a.l :
1) Peserta pemilihan adalah pasangan yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. (Pasal 36 ayat 1)
2) Partai politik atau gabungan partai politik dapat mengajukan pasangan
calon jika memenuhi syarat sekurang-kurangnya memiliki 15% dari
jumlah kursi yang ada di DPRD atau 15% dari akumulasi suara sah dalam
pemilihan anggota DPRD di daerah bersangkutan. (Pasal 36 ayat 2)
3) Partai politik atau gabungan partai politik hanya dapat mengusulkan satu
pasangan calon.
4) Pasangan calon yang telah diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik tidak boleh diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik lain. (Pasal 37)
5) Belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah
selama dua kali masa jabatan dalam jabatan yang sama. Persyaratan
Pasangan Calon (beberapa calon) :
Berusia minimal 30 tahun.
Tidak pernah dijatuhi pidana penjara perdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau lebih. (Pasal 38 ayat f)
Memiliki NPWP.4
Pemerintah Daerah adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang terdiri dari Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah.
Pemerintah Daerah dapat berupa:
Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov), yang terdiri atas Gubernur dan
Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan
Lembaga Teknis Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Pemkab/Pemkot) yang terdiri atas
Bupati/Walikota dan Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat Daerah,
Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.
4 Ooyi , 2008,pemilihan kepala daerah (online), http://ooyi.wordpress.com , (23 mei 2012)
2.1.5 Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut
kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten
disebut bupati dan untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu
orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk
kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan
wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan.
Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan
laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti karena:
1. Meninggal dunia;
2. Permintaan sendiri; atau
3. Diberhentikan.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sebagaimana
dimaksud karena:
1. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala daerah dan/atau wakil kepala
daerah;
4. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala daerah dan/atau wakil
kepala daerah;
5. Tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan/atau wakil kepala
daerah;
6. Melanggar larangan bagi kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.
Apabila kepala daerah berhenti dalam masa jabatannya maka kepala
daerah diganti oleh wakil kepala daerah sampai berakhir masa jabatannya dan
proses pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Paripurna DPRD
dan disahkan oleh Presiden. Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil kepala
daerah dalam masa jabatannya dan sisa masa jabatannya lebih dari 18 (delapan
belas) bulan, kepala daerah mengusulkan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah
untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah. Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah
berhenti atau diberhentikan secara bersamaan dalam masa jabatannya, Rapat
Paripurna DPRD memutuskan dan menugaskan KPUD untuk menyelenggarakan
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lambat 6 (enam) bulan
terhitung sejak ditetapkannya penjabat kepala daerah.
2.1.6 Wakil Pemerintah Pusat
Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil
Pemerintah di wilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk
menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi
Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan
kota. Wakil pemerintah sebagaimana dimaksud adalah perangkat pemerintah
pusat dalam rangka dekonsentrasi.
Tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat adalah:
1. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota;
2. Koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di daerah provinsi
dan kabupaten/kota;
3. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas
pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam kedudukannya tersebut, Gubernur bertanggung jawab kepada
Presiden.
2.1.7 Perangkat Daerah
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat
DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. Perangkat daerah
kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah
diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah
Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris Daerah karena kedudukannya
sebagai pembina pengawai negeri sipil di daerahnya.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris DPRD
Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur dengan persetujuan DPRD
Provinsi. Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD Kabupaten/Kota.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah
dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah
dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk
badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. Badan, kantor atau rumah sakit
umum daerah sebagaimana dimaksud dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor,
atau kepala rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala daerah dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota dengan Perda
Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kecamatan
dipimpin oleh seorang camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian
urusan otonomi daerah. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris
daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan
teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda Kabupaten/Kota
yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh seorang
lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
Bupati/Walikota. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari
pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.1.8 Kepegawaian Daerah
Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen pegawai negeri sipil
daerah dalam satu kesatuan penyelenggaraan manajemen pegawai negeri sipil
secara nasional. Manajemen pegawai negeri sipil daerah tersebut meliputi
penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian,
penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban kedudukan
hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah.
2.1.9 Tugas dan Wewenang
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur (regelling) urusan
pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Pemerintah daerah mengurus
(bestuur) urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Pemerintah
daerah wajib menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam Lembaran
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang telah diundangkan dalam Berita
Daerah.
Pada saat pemilihan kepala daerah pemerintah daerah memberikan
kesempatan yang sama kepada pasangan calon untuk menggunakan fasilitas
umum. KPUD berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menetapkan lokasi
pemasangan alat peraga untuk keperluan kampanye.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari
Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan
bukan bank, dan masyarakat untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan
pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah setelah
memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Perjanjian penerusan pinjaman
tersebut dilakukan antara Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.
Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi
daerah untuk membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan daerah.
Pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan
insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor yang diatur
dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan
Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Penyertaan modal tersebut dapat
ditambah, dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat dialihkan kepada
badan usaha milik daerah. Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya
ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai
kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat disediakan dalam satu tahun
anggaran. Pengaturan tentang dana cadangan daerah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun
anggaran berjalan. Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda tentang
perubahan APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya
kepada DPRD.
Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola pembangunan di
kawasan perdesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi kawasan perkotaan.
Pemerintah daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan
kawasan perkotaan.
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur (regelling) urusan
pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Pemerintah daerah mengurus
(bestuur) urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Pemerintah
daerah wajib menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam Lembaran
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang telah diundangkan dalam Berita
Daerah.
Pada saat pemilihan kepala daerah pemerintah daerah memberikan
kesempatan yang sama kepada pasangan calon untuk menggunakan fasilitas
umum. KPUD berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menetapkan lokasi
pemasangan alat peraga untuk keperluan kampanye.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari
Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan
bukan bank, dan masyarakat untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan
pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah setelah
memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Perjanjian penerusan pinjaman
tersebut dilakukan antara Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.
Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi
daerah untuk membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan daerah.
Pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan
insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor yang diatur
dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan
Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Penyertaan modal tersebut dapat
ditambah, dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat dialihkan kepada
badan usaha milik daerah. Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya
ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai
kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat disediakan dalam satu tahun
anggaran. Pengaturan tentang dana cadangan daerah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun
anggaran berjalan. Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda tentang
perubahan APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya
kepada DPRD.
Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola pembangunan di
kawasan perdesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi kawasan perkotaan.
Pemerintah daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan
kawasan perkotaan.5
2.1.10 Pengertian Mutasi
Pengertian Dan Arti Pentingnya Mutasi adalah usaha menempatkan
pegawai pada pekerjaan dan jabatan yang sesuai mutasi dan promosi dengan
kecakapan dan kemampuannya. . Beberapa alasan, antara lain : kemempuan kerja,
rasa tanggung jawab dan sebagainya. Agar mutasi yang dilaksanakan dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi maka perlu adanya evaluasi pada setiap
pekerja terus-menerus secara obyektif. Mutasi atau pemindahan pegawai dapat
terjadi karena dua hal yaitu:
A. Keinginan pegawai itu sendiri, misalnya:
a. Pegawai yang bersangkutan merasa tidak sesuai dengan bidang tugasnya
atau jabatannya.
5 Wikipedia ,pemerintahan daerah Indonesia(online),
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_daerah_di_Indonesia,(29 mei 2012)
b. Pegawai yang bersangkutan merasa tidak sesuai dengan teman sekerjanya
atau dengan atasannya
c. Pegawai yang bersangkutan merasa bahwa tempat atau lingkungan keja
tidak sesuai dengan kondisi fisik atau keinginannya.
B. Keinginan perusahaan, dengan tujuan ;
a. Perusahaan ingin menunjukkan kepada pegawai yang bersangkutan
bahwa mutasi bukan hukuman melainkan upaya untuk menjamin
kelangsungan hidup pekerjaan pegawai.
b. Perusahaan ingin meyakinkan pegawai bahwa ia tidak akan
diberhentikan karena kekurangmampuan atau kekurangcakapan pegawai
yang bersangkutan.
c. Perusahaan ingin menghindari rasa jenuh pegawai pada jenis pekerjaan,
jabatan maupun tempat kerja yang sama. Mutasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu: Mutasi biasa adalah mutasi atau pemindahan pegawai
tanpa diikuti kenaikan jabatan. Mutasi ini dilakukan dengan tujuan
Memenuhi keinginan pegawai yang bersangkutan, Memenuhi
kekurangan tenaga di unit/bagian lain, Menempatkan pegawai sesuai
dengan kecakapan, kemempuan dan bidangnya.
Mutasi promosi adalah mutasi yang diikuti dengan kenaikan jabatan.
Tugas dan tanggung jawab seorang pegawai yang mendapat mutasi ini bertambah
besar. Mutasi ini dilakukan dengan tujuan Mengisi suatu formasi jabatan dengan
mengambil sumber tenaga dari dalam, Membina karier pegawai, Mengembangkan
kemampuan pegawai.
Macam-Macam Mutasi :
1. Ditinjau dari tujuan dan maksud mutasi :
A. Production transfer yaitu mutasi dalam jabatan yang sama karena
produksi di tempat terdahulu menurun.
B. Replacement transfer yaitu mutasi dari jabatan yang sudah lama dipegang
ke jabatan yang sama di unit/bagian lain, untuk menggantikan pegawai
yang belum lama bekerja atau pegawai yang diberhentikan.
C. Versatility transfer yaitu mutasi dari jabatan yang satu ke jabatan yang
lain untuk menambah pengetahuan pegawai yang bersangkutan
D. Shift transfer yaitu mutasi dalam jabatan yang sama, tetapi berbeda shift,
misalnya shift A (malam) ke shift B (siang).
E. Remedial transfer yaitu mutasi pegawai ke bagian mana saja, dengan
tujuan untuk memupuk atau untuk memperbaiki kerjasama antar pegawai.
2. Ditinjau dari masa kerja pegawai :
A. Temporary transfer yaitu mutasi yang bersifat sementara untuk
menggantikan pegawai yang berhalangan.
B. Permanent transfer yaitu mutasi yang bersifat tetap. 3.Tujuan Mutasi
Adapun tujuan diadakan mutasi adalah:
1) Menempatkan orang tepat pada tempat tepat ( the right man in the
right place) Seleksi dan penempatan belum dapat menjamin
sepenuhnya bahwa kita akan mendapat orang tepat pada tempat
tepat.dengan mutasi tersebut berarti kita memnidahakan karyawan
pada tempat pekerjaan lain yang sederajat, sehingga dengan mutasi
kita akan mengoreksi kekurangan dan kesalahan dalam
melaksanakan seleksi dan penempatan pertama kali.
2) Mutasi sebagai langkah meningkatkan semangat dan kegairahan
kerja suatu pekerjaan yang bersifat rutin dapat menimbulkan rasa
bosan, sehingga dalam keadaan tersebut kemungkinan semangat
dan kegairahan kerjanya menurun.hal ini dapat terjadi meskipun
penempatan orang tersebut pada tempat yang tepat. Dalam
melakukan mutasi kita harus mengusahakan agar tugas yang baru
tersebut masih searah dengan tugas pekerjaan sebelumnya. Dengan
jalan memutasikan, makaa selain semangat dan kegairahan kerja
dapat timbul kembali, maka pekerjaan yang baru itu pun akan
sesuai dengan kemampuan dan kesenangannya.
Mutasi untuk dapat saling menggantikan. Karena keluar dari perusahaan
tersebut karena sakit atau seba lain yang menyebabkan karyawan tidak masuk
bekerja. Hal ini berarti pekerjaan yang menjadi bagiannya dihentikan, jika ingin
pekerjaan tersebut tetap berjalan kita harus mengusahakan penggantinya.6
6 Babungas, http://shoehaymie-xxx.blogspot.com/2012/04/mutasi-promosi-jabatan.html,
(17 juli 2013)
2.1.11 Pegawai Negeri Sipil
1. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri
berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
3. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasya
berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
4. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi
negara sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang Dasar 1945
dan Pejabat Negara yang ditentukan oleh Undang-undang.
5. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya
jabatan dalam kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi negara,
dan kepaniteraan pengadilan.
6. Jabatan Karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya
dapat diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat yang
ditentukan,
7. Jabatan organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada
suatu satuan organisasi pemerintah.
8. Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya-upaya
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme
penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian, yang
meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas,
penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.7
Mengenai kedudukan pegawai negeri dalam sistem politik Indonesia
terkhusus lagi untuk ikut terlibat dalam pemilihan Kepala Daerah diatur dalam
beberapa ketentuan peraturan perundang-udangan agar dalam pelaksanaannya
tidak berdampak pada tidak stabilnya roda pemerintahan di daerah, sehingga bagi
pegawai negeri diberikan batasan-batasan untuk terlibat dalam kegiatan politik
termasuk dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah. Beberapa kedudukan
hukum dan hak-hak politik Pegawai Negeri Sipil yaitu sebagai berikut :
a. Kedudukan hukum pegawai negeri sipil sangat jelas dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
di mana dalam ketentuan tersebut dikatakan bahwa pegawai negeri sipil
adalah unsur aparatur negara dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan
dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, negara
dan pemerintahan serta menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan.
7 Pasal 1 undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok
Kepegawaian
b. Dalam Undang-Undang Kepartaian, klausul yang mengatur tentang
pegawai negeri sipil sebenarnya bersifat setengah hati untuk melepaskan
pegawai negeri dalam dunia politik. Hal ini dapat kita lihat dengan
ketentuan dalam Undang-Undang tersebut bahwa pegawai negeri sipil
dapat masuk sebagai salah satu anggota partai politik dengan syarat
melepaskan statusnya sebagai pegawai negeri sipil.
c. Hak-hak politik pegawai negeri sipil untuk melibatkan diri menjadi salah
satu anggota partai politik secara langsung maupun tidak langsung
termasuk ikut terlibat dalam pemilihan Kepala Daerah sebagai tim sukses
atau juru kampanye serta peserta kampanye juga tidak diperkenankan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena
pertimbangan bahwa ia akan memanfaatkan fasilitas negara untuk
kepentingannya kecuali jika yang bersangkutan bersedia menanggalkan
jabatannya sebagai pegawai negeri sipil kemudian terlibat dalam
pemilihan Kepala Daerah, maka hal tersebut tidak menjadi persoalan dan
dianggap sebagai sesuatu yang sah-sah saja.
Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian diatur mengenai Jenis, Kedudukan, Kewajiban, dan Hak Pegawai
Negeri. Mengenai kedudukan pegawai negeri sipil diatur dalam Pasal 3 yang
tertulis :
1) Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur,
adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan
pembangunan.
2) Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pegawai
negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak
diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3) Untuk menjamin netralitas pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) pegawai negeri dilarang menjadi anggota dan/ atau pengurus partai
politik.
Selain diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, maka ketentuan mengenai kewajiban
dan larangan Pegawai Negeri Sipil juga diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam
PP tersebut khususnya Pasal 2 dan Pasal 3 disebutkan bahwa :
Pasal 2 :
Setiap Pegawai Negeri Sipil Wajib :
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah;
b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri
sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan
negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain;
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah dan pegawai
negeri sipil;
d. Mengangkat dan menaati sumpah/ janji pegawai negeri sipil dan sumpah/ janji
jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;
f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang
langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara
umum;
g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab;
h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
negara ;
i. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan
kesatuan korps pegawai negeri sipil;
j. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara/ pemerintah, terutama di bidang
keamanan, keuangan dan materiil;
k. Menaati ketentuan jam kerja;
l. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-
baiknya;
n. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut
bidang tugasnya masing-masing;
o. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya;
p. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya;
q. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap
bawahannya;
r. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya;
s. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
kariernya;
t. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;
u. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun
terhadap masyarakat, sesama pegawai negeri sipil dan terhadap atasan;
v. Hormat menghormati antara sesama warga negara yang memeluk agama/
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan;
w. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat;
x. Menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku;
y. Menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;
z. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan
yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.
Pasal 3 :
(1) Setiap Pegawai Negeri Sipil dilarang :
a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat negara,
pemerintah, atau pegawai negeri sipil;
b. Menyalahgunakan wewenangnya;
c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing;
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara;
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik
negara secara tidak sah;
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman, sejawat, bawahan atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam
terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya;
h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapa pun juga
yang diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau
mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan pegawai negeri sipil
yang bersangkutan;
i. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat
pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;
j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
k. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
m. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena
kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain;
n. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/ instansi pemerintah;
o. Memiliki saham/ modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada
dalam ruang lingkup kekuasaannya;
p. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam
ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian
rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak
langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;
q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan,
menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta yang berpangkat
pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I;
r. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak
lain.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat penata tingkat I golongan ruang
III/d ke bawah yang akan melakukan kegiatan sebagaimana di maksud dalam ayat
(1) huruf q wajib mendapat izin tertulis dari pejabat yang berwenang.8
8 Ray Pratama , 2012,kedudukan hukum dan hak-hak politik pegawai negeri sipil (online)
http://raypratama.blogspot.com/2012/02/kedudukan-hukum-dan-hak-hak-politik.html,(29 mei
2012)
2.1.12 Kewajiban Dan Larangan
Pasal 3 :
Setiap PNS wajib:
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS;
2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
Larangan
Pasal 4
Setiap PNS dilarang:
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara
lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan,
atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun
baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun
untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga
yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. Ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai
atau atribut PNS;
c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;
dan/atau
d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan
cara:
a. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara
memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk
atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan
perundangundangan; dan
15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah, dengan cara:
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye;
c. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
2.1.13 Hukuman Disiplin
Pasal 5 :
PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi hukuman disiplin.
Pasal 6
Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi
hukuman disiplin.
Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin
Pasal 7
(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. Hukuman disiplin ringan;
b. Hukuman disiplin sedang; dan
c. Hukuman disiplin berat.
(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri dari:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis; dan pernyataan tidak puas secara tertulis.
(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdiri dari:
a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)
tahun.
(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri dari:
a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
c. Pembebasan dari jabatan;
d. Pemberhentian dengan hormat tidak ataspermintaan sendiri
sebagai PNS; dan
Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.9
9 Bab II dan Bab III peraturan pemerintah Republik Indonesia No.53 Tahun 2010 tentang disiplin
pegawai negeri sipil