bab ii kajian pustaka 3.1 landasan teori 3.1.1...
TRANSCRIPT
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Landasan Teori
3.1.1 Pengertian koperasi
Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi, dalam melakukan kegiatannya berdasarkan pada prinsip
koperasi, seperti tertuang dalam UU Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian, koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai
badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur dalam tata perekonomian nasional.
Menurut Sudarsono (2002:1), koperasi yang dimaksud dalam kaitannya
dengan demokrasi ekonomi adalah koperasi sebagai organisasi atau lembaga
ekonomi modern yang mempunyai tujuan, mempunyai sistem pengelolaan,
mempunyai tertib organisasi (mempunyai rules dan regulations) bahkan
mempunyai asas dan sendi-sendi dasar. Jadi pengertian koperasi dapat
disimpulkan sebagai organisasi yang terdiri dari beberapa orang yang mempunyai
tujuan dan kepentingan yang sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sesuai dengan
demokrasi Pancasila.
Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi
konsumen,koperasi produsen,dan koperasi kredit usaha (jasa keuangan). Koperasi
dapat pula dikelompokkan berdasarkan jenis usahanya, yaitu sebagai berikut.
21
1) Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani kegiatan
peminjaman dan penyimpanan uang para anggotanya.
2) Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota koperasi.
3) Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan
produk dan kemudian dijual atau dipasarkan melalui koperasi.
Berdasarkan keanggotaanyan koperasi dapat dibedakan:
1) Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan
masyarakat pedesaan dan melayani kebutuhannya, terutama kebutuhan
dibidang pertanian.
2) Koperasi Pasar adalah koperasi yang beranggotakan pedagang pasar.
3) Koperasi Sekolah adalah koperasi yang beranggotakan siswa-siswa
sekolah karyawan sekolah dan guru.
4) Koperasi pegawai Negeri adalah koperasi yang beranggotakan
pegawai negeri.
Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman .
Modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan
hibah. Modal pinjaman berasal dari anggota dan calon anggota, koperasi lainnya/
anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi, bank atau
lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dan
sumber lain yang sah.
22
2.1.2 Pengertian modal kerja
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (2001:157), modal kerja
adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas
(surat-surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Setiap perusahaan selalu
membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari, misalnya
untuk memberikan persekot pembelian bahan baku, membayar upah buruh, gaji
pegawai dan lain sebagainya, dimana dana atau uang yang dikeluarkan diharapkan
dapat kembali lagi masuk ke dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui
hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk yang berasal dari penjualan
produk akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan
demikian maka dana tersebut akan terus-menerus berputar setiap periodenya
selama hidupnya perusahaan.
Menurut Ganesan (2007) manajemen modal kerja adalah pengelolaan
kebutuhan pendanaan jangka pendek dari suatu perusahaan. Ini termasuk menjaga
keseimbangan optimum komponen modal kerja - piutang, persediaan dan hutang -
dan menggunakan uang tunai secara efisien untuk operasi sehari-hari.
Optimalisasi modal kerja keseimbangan berarti meminimalkan kebutuhan modal
kerja dan mewujudkan pendapatan maksimal. Menurut Zariyawati (2009) modal
kerja merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan keuangan
karena ini menjadi bagian dari investasi dalam aset yang membutuhkan
investasi pembiayaan yang sesuai. Modal kerja selalu diabaikan dalam keuangan
pengambilan keputusan karena melibatkan investasi dan pembiayaan dalam
jangka pendek. Dalam pandangan tradisional hubungan antara siklus konversi kas
23
(sebagai ukuran modal kerja manajemen) dan profitabilitas adalah ceteris paribus
atau berbanding lurus. Menurut Bambang Riyanto (2008:51) ada beberapa konsep
mengenai pengertian modal kerja, yaitu:
1) Konsep kuantitatif (Gross working capital)
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dana yang tertanaman dalam
unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang jika
berputar akan kembali lagi dalam bentuk semula, atau aktiva dimana dana
yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas kembali dalam waktu
pendek. Dengan demikian modal kerja menurut pengertian ini adalah
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
2) Konsep kualitatif (Net Working Capital)
Pada konsep ini, pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah
utang lancar atau hutang yang harus segera diabayar. Dengan demikian
maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi
kewajiban financial yang harus segera dilakukan. Artinya membiayai
operasi perusahaan tanpa menganggu likuiditasnya (kelebihan aktiva
lancar diatas hutang lancar).
3) Konsep fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang
digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya
langsung menghasilkan pendapatanbagi periode tersebut (current income).
24
Ada sebagian dana lain yang juga digunakan dalam periode tersebut tapi
tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current account,
melainkan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode
berikutnya (future income).
2.1.3 Komponen modal kerja
Komponen modal kerja secara umum merupakan bagian dari aktiva lancar.
Modal kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1) Kas
Kas atau uang tunai merupakan harta lancar dengan tingkat kecairan
yang paling tinggi yang dapat berupa uang tunai yang ada pada kas
perusahaann atau bank. Setiap perusahaan selalu menyediakan uang tunai
untuk keperluan pembayaran yang bersifat rutin atau mendesak. Misalnya
untuk pembayaran upah harian, pembayaran bahan, serta pengeluaran-
pengeluaran yang bersifat insidentil/mendesak.
Bambang Riyanto (2008:86) menyatakan bahwa kas adalah salah
satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Munawir
(2007:15) mendefinisikan kas sebagai semua mata uang kertas dan logam,
baik mata uang dalam negeri maupun luar negeri serta surat-surat yang
mempunyai sifat seperti mata uang yaitu sifat segera dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran pada setiap dikehendaki, termasuk dalam
pengertian kas adalah simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro
atau demand deposit yaitu simpanan di bank yang dapat diambil setiap
saat diperlukan oleh perusahaan.
25
Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin
tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai
risiko yang lebih kecil untuk dapat memenuhi kewajiban finansialnya.
Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk
mempertahankan persediaan kas yang sangat besar karena semakin besar
kas berarti semakin banyak uang yang menganggur sehingga dapat
memperkecil profitabilitasnya.
Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standar rasio yang
bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang
dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang
lancar. Kas dalam kegiatan operasional perusahaan diperlukan untuk
membiayai keseluruhan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari,
mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap, dan membayar bunga,
pajak dan pembayaran lainnya.
2) Piutang
Piutang merupakan salah satu unsur modal kerja yang juga dalam
keadaan darurat secara terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja.
Piutang merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan,
penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana atau jenis transaksi lainnya
yang membentuk suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada
pihak lain.
26
Bambang Riyanto (2008:85) menyatakan bahwa dalam rangka usaha
untuk memperbesar volume penjualan, kebanyakan perusahaan besar
menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan
berubah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk yang
berasal dari pengumpulan piutang, yang merupakan elemen modal kerja
yang juga dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai
perputaran modal kerja yaitu kas–piutang–kas. Berdasarkan penjelasan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa piutang meliputi segala macam
tuntutan atau klaim kepada pihak ketiga yang pada umumnya akan
mengakibatkan adanya penerimaan kas dimasa yang akan datang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam
piutang, dapat disebutkan sebagai berikut.
(1) Volume penjualan kredit
(2) Syarat pembayaran kredit
(3) Ketentuan tentang pembatasan kredit
(4) Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
(5) Kebiasaan membayar dari para langganan.
3) Persediaan
Persediaan adalah bahan atau barang-barang yang pada saat akan
dijual kembali oleh perusahaan, tanpa atau setelah mengalami pengolahan.
Oleh sebab itu persediaan merupakan suatu unsur yang penting dalam
usaha mencapai tingkat penjualan yang dikehendaki. Menurut Nwankwo
27
(2010) persediaan adalah aktiva lancar dari suatu perusahaan dan
merupakan bagian penting dalam investasi perusahaan. Tiga jenis
persediaan meliputi bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Tergantung dari sifat perusahaan, persediaan yang disimpanperusahaan
mungkin terdiri dari barang-barang tahan lama, barang-barang yang
mudah rusak, barang yang mahal dan yang murah.
Bambang Riyanto (2008:69) menyebutkan bahwa persediaan barang
sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu
dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami
perubahan. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal
dalam persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Adanya investasi yang terlalu besar dibandingkan dengan
kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang serta memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas serta
keusangan sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan
adalah barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
formal, masih dalam proses produksi yang akan diolah lebih lanjut
menjadi barang jadi kemudian dijual (barang dalam proses) atau
digunakan dalam proses produksi menjadi barang jadi dan kemudian
dijual.
28
2.1.4 Pentingnya modal kerja
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup besar agar
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
mengalami kesulitan keuangan serta dapat mengatasi krisis atau keadaan darurat
tanpa membahayakan keadaan perusahaan. Menurut Djarwanto (2001:87) manfaat
lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah:
1) Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva
lancar.
2) Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendek tepat pada waktunya.
3) Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai
sehingga dapat menarik keuntungan berupa potongan harga.
4) Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak terduga sebelumnya seperti kebakaran, pencurian, dan
lain sebagainya.
5) Memungkinkan perusahaan memiliki persediaan yang cukup guna
melayani permintaan konsumen.
6) Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
menguntungkan kepada para pelanggan.
7) Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan
supplies yang dibutuhkan.
29
8) Memungkinkan perusahaan untuk dapat bertahan dalam periode resesi
atau depresi.
Penggunaan dana yang disesuaikan dengan kebutuhan tidak akan
menimbulkan pemborosan yang merupakan penyebab terjadinya kegagalan
perusahaan. Penggunaan dana yang efektif akan memungkinkan untuk
menjalankan kegiatannya secara normal.
2.1.5 Pengertian efektivitas
Efektivitas merupakan suatu kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat
atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Supriyono (2000:67) efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat
pertanggungjawaban dengan tujuannya. Efektivitas dapat diukur dengan
menggunakan perputaran modal kerja yang meliputi kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan.
1) Perputaran Kas (Cash Turnover)
Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada saat
dimana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja yang tingkat
likuiditasnya paling tinggi. Ini berarti semakin besar jumlah kas yang
dimiliki perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah
perputarannya. Hal ini akan mencerminkan adanya over investmen dalam
kas, begitu pula sebaliknya. Jumlah kas yang relatif kecil kemungkinan
besar akan menyebabkan diperolehnya tingkat perputaran kas yang tinggi.
Perputaran kas juga menunjukkan efisiensi penggunaannya. Oleh karena
30
itu, untuk mengetahui efisiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui
tiga tingkat perputaran kasnya (Agus Sartono, 2008:98).
Susani (2005:15) menyatakan perputaran kas merupakan periode
berputarnya kas dimulai dari saat dimana kas itu diinvestasikan dalam
modal kerja sampai kembali menjadi kas. Kas sebagai unsur modal dengan
tingkat likuiditas paling tinggi, menunjukkan semakin besarnya jumalah
kas yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah perputarannya.
Menurut Bambang Riyanto (2008:95) perbandingan sales dengan jumlah
kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (turn over). Total
penjualan dalam menghitung tingkat perputaran kas ini disamakan dengan
total penjualan. Menurut Bambang Riyanto (2008:95) perputaran kas
dapat dihitung dengan membandingkan antara penjualan dengan jumlah
kas rata-rata.
Perputaran Kas = Kas rata-Rata
BersihPenjualan = .....(kali) ......................................(1)
Rata-rata kas dalam perhitungan ini adalah kas akhir yang diperoleh
ditambah dengan kas awal dibagi dua.
2) Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Pengelolaan piutang suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat perputaran
piutangnya, dimana tingkat perputaran piutang merupakan periode
terikatnya modal kerja dalam piutang. Semakin cepat periode berputarnya
piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali
menjadi kas (Bambang Riyanto, 2008:90). Adapun rumus yang dapat
31
digunakan untuk menghitung tingkat perputaran piutang adalah sebagai
berikut :
Perputaran Piutang = Piutang rata-Rata
KreditPenjualan = ....(kali)...............................(2)
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek langsung terhadap
besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi
perputaran piutang, sehingga untuk dapat mempertahankan penjualan
kredit tertentu, dengan naiknya perputaran piutang, dibutuhkan jumlah
modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang (Bambang
Riyanto, 2008:91).
3) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat dari
perhitungan tingkat perputaran persediaannya karena semakin tinggi
tingkat perputaran persediaan akan menunjukkan semakin pendek waktu
terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi volume
penjualan tertentu dengan naiknya perputaran persediaan maka dibutuhkan
jumlah modal kerja yang lebih kecil. Adapun perhitungan tingkat
perputaran persediaan adalah sebagai berikut :
Perputaran Persediaan = Persediaan rata-Rata
PenjualanPokok Harga = ....(kali)...................(3)
Dalam upaya mencapai tujuan penelitian untuk mendapatkan jawaban atas
pokok permasalahan dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan perhitungan
standar rasio historis yaitu rasio yang membandingkan tahun sekarang dengan
32
tahun sebelumnya, dimana untuk mencari standar rasio historis menurut Riyanto
(2008:329) digunakan dua langkah sebagai berikut:
1) Mencari nilai rata-rata. Nilai rata-rata dapat dicari dengan rumus :
X = n
X i..............................................................................(4)
Dimana:
X = Rata-rata rasio
1X = Jumlah rasio tiap tahun
n = Jumlah data
2) Mencari standar deviasi dengan menggunakan rumus :
S = 1n
)XX( 2
i
.................................................................(5)
Dimana :
S = Standar deviasi
X = Rata-rata rasio
iX = Rasio tiap tahun
N = Jumlah data
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian memberikan penilaian terhadap
hasil perhitungan yaitu :
Efektif : di atas ( X + S)
Cukup efektif : di antara ( X - S) sampai dengan ( X + S)
Kurang efektif : dibawah ( X - S)
2.1.6 Rasio keuangan
Rasio menurut Bambang Riyanto (2008:329) adalah ukuran yang sering
digunakan dalam analisis finansial. Penganalisa finansial dalam mengadakan
33
analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua cara
perbandingan, yaitu :
1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio diwaktu yang lain
(rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk yang
akan datang di perusahaan yang sama.
2) Membandingkan rasio-rasio di suatu perusahaan dengan rasio-rasio
sejenisnya dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk
waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan
rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang
bersangkutan dalam aspek finansial tertentu barada diatas rata-rata
industri (above average).
Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam kelompok dasar, yaitu likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas. Dari rasio-rasio tersebut selanjutnya
dalam penelitian ini penggunaan rasio akan dibatasi hanya pada rasio likuiditas,
rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
1) Rasio Likuiditas
Menurut Agnes Sawir (2001:8) rasio likuiditas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. Semakin tinggi likuiditas
berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Uang tunai merupakan tingkat likuiditas yang paling tinggi
karena diterima semua orang dan dapat ditukar dengan sesuatu dimana saja.
34
Dimana rasio likuiditas mengukur kecepatan sebuah investasi (aset) untuk
dicairkan menjadi dana cash atau ditukar menjadi suatu nilai.
Rasio ini terdiri dari:
(1) Current Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.
(2) Quick Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang
harus segera dipenuhi aktiva lancar yang lebih likuid.
(3) Cash Ratio, yaitu kemampuan perusahaan membayar utang lancarnya
dengan kas atau yang setara dengan kas.
Secara umum rasio likuiditas diproksikan dengan current ratio, dimana
current ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva lancar untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dimana semakin tinggi current ratio
maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
akan semakin baik.
2) Rasio Aktivitas
Agnes Sawir (2001:14) menyatakan bahwa rasio aktivitas mengukur
seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada
perusahaannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara
tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio
aktivitas yang umumnya digunakan adalah perputaran persediaan, periode
penagihan rata-rata, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap, dan rasio
perputaran total aktiva. Untuk mengukur efektivitas penggunaan modal kerja
dapat diukur dengan tingkat perputaran modal kerja serta tingkat perputaran
35
masing-masing komponen dalam modal kerja tersebut. Untuk selanjutnya
dalam penelitian ini rasio aktivitas yang akan digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas penggunaan modal kerja adalah
(1) Rasio Perputaran Kas
Menurut Bambang Riyanto (2008:95) makin tinggi tingkat perputaran kas
(cash turnover) maka makin baik, karena ini berarti makin tinggi efisiensi
penggunaan kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan
membandingkan antara penjualan bersih dengan kas rata-rata.
(2) Rasio Perputaran Piutang
Menurut Bambang Riyanto (2008:91) piutang sebagai elemen dari modal
kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau terikatnya
modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya.
Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin kecil jumlah modal yang
terikat dalam piutang sehingga mengurangi biaya modal dan akhirnya
dapat meningkatkan profitabilitas. Tingkat perputaran piutang (receivable
turnover) dapat diketahui dengan membandingkan penjualan kredit dengan
rata-rata piutang.
(3) Rasio Perputaran Persediaan
Agnes Sawir (2001:15) menyatakan bahwa rasio perputaran persediaan
mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Semakin tinggi
tingkat perputaran persediaan berarti semakin pendek waktu terikatnya
modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi penjualan tertentu
dibutuhkan jumlah modal yang lebih baik. Jadi untuk memenuhi penjualan
36
tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil. Tingkat perputaran
persediaan dapat dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan
dengan persediaan rata-rata.
3) Rasio Profitabilitas
Menurut Agnes Sawir (2001:17) profitabilitas merupakan hasil akhir bersih
berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan
memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio
profitabilitas yang memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas
pengelolaan perusahaan dapat dianalisa dengan margin laba kotor (gross profit
margin), margin laba bersih (net profit margin), rentabilitas ekonomi (earning
power), hasil pengembalian atas investasi (return on investment) dan
pengembalian atas modal (return on equity).
Munawir (2007:33) menyatakan bahwa profitabilitas atau rentabilitas
adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah
aktiva atau modal perusahaan tersebut, kemudian Simorangkir (2004:152)
menyatakan profitabilitas (profitability) atau rentabilitas adalah kemampuan
dalam memperoleh laba. Jadi berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat
dirumuskan bahwa profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu dengan
modal yang digunakan.
37
Rasio-rasio profitabilitas terdiri dari :
(1) Gross Profit Margin, yaitu laba bruto yang diperoleh perusahaan dari
penjualan.
(2) Basic Earning Power, yaitu laba operasi sebelum bunga dan pajak
yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
(3) Net Profit Margin, yaitu keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan
dari setiap rupiah penjualan.
(4) Return On Investment, yaitu kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor.
(5) Return On Equity, yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham
biasa.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas adalah Return On Investment (ROI). Return On Investment (ROI)
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROI = Aktiva Total
PajakSetelah Labax100% ...........................................................(6)
2.1.7 Pengaruh perputaran kas pada profitabilitas
Kas merupakan aset perusahaan yang paling likuid dibandingkan dengan
aset yang lainnya sebab tanpa adanya kas suatu perusahaan tidak akan dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya. Perputaran kas merupakan periode
38
berputarnya kas dimulai pada saat kas tersebut diinvestasikan pada komponen
modal kerja sampai kembali menjadi kas.
Perputaran kas menunjukkan efisiensi suatu perusahaan, dimana semakin
cepat perputaran kas menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin efisien.
Demikian pula jika dihubungkan dengan profitabilitas, perputaran kas
berpengaruh positif terhadap profitabilitas dimana semakin cepat perputaran kas
maka semakin besar kesempatan perusahaan di dalam menghasilkan laba sehingga
profitabilitas perusahaan semakin meningkat.
2.1.8 Pengaruh perputaran piutang pada profitabilitas
Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjualan secara kredit
untuk meningkatkan volume usahanya. Perputaran piutang menunjukkan periode
terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya
menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan
secara kredit tersebut. Hal ini akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat.
Agus Sartono (2008:126) menyatakan bahwa jika perputaran piutang
terlalu tinggi berarti bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan terlalu bebas,
akibatnya akan timbul investasi dalam piutang menjadi terlalu besar, akibatnya
keuntungan akan menurun. Sebaliknya periode perputaran piutang yang terlalu
cepat akan menyebabkan besar kemungkinan perusahaan akan memiliki
kesempatan untuk memperoleh keuntungan dalam hal tersebut akan meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
39
2.1.9 Pengaruh perputaran persediaan pada tingkat profitabilitas
Persediaan merupakan komponen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar. Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, dimana
kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat fatal. Agus
Sartono (2008:126) menyatakan perusahaan yang perputaran persediaannya makin
tinggi berarti efisien, tetapi perputaran yang terlalu tinggi juga tidak baik.
Perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas dimana
perputaran persediaan yang terlalu lama yang diakibatkan oleh jumlah persediaan
yang terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya kesempatan menjual dan
memperoleh laba sehingga mengakibatkan profitabilitas perusahaan menjadi
rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran persediaan semakin cepat maka akan
meningkatkan kesempatan menjual sehingga menambah profitabilitas.
2.1.10 Pengaruh jumlah anggota pada tingkat profitabilitas
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 25 Tahun 1992,
salah satu syarat pendirian koperasi minimal terdiri dari 20 orang. Koperasi akan
semakin berkembang bila semakin banyak jumlah anggotanya. Anggota koperasi
merupakan sumber pendapatan koperasi baik berupa modal, simpanan, maupun
transaksi dalam koperasi tersebut. Dengan demikian, dengan meningkatnya
jumlah anggota koperasi akan meningkatkan modal dan volume transaksi
sehingga pendapatan meningkat dan secara langsung akan mempengaruhi
profitabilitas.
40
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya
1) Sarmi Wulanita (2007) dengan judul “Analisis Efektivitas Penggunaan
Modal Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan
Food And Baverage yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta periode 2002
– 2004. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian secara simultan
pada taraf nyata (α) = 0,05 menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas,
perputaran persediaan dan perputaran modal kerja secara simultan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan food
and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2002 – 2004, hal ini
terbukti dari nilai t hitung (20,828) > t tabel (3,48). Besarnya pengaruh
ketiga variabel terhadap profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh tingkat
perputaran kas, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja sebesar
70,6% dan sisanya sebesar 29,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model. Berdasarkan hasil pengolahan data secara
parsial pada taraf nyata 2
= 0,025 diperoleh hasil bahwa variabel
perputaran kas, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja
mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini dibuktikan
dari nilai t hitung masing-masing variabel bebasnya, yaitu : perputaran kas
t hitung (-2,844) < t tabel (2,052), perputaran persediaan t hitung (3,437) >
t tabel (2,052), dan perputaran modal kerja t hitung (3,663) > t tabel
(2,052). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
penelitian sebelumnya menggunakan variabel perputaran modal kerja
sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel perputaran piutang.
41
Pada penelitian sebelumnya dilakukan pada perusahaan food and
beverages
2) Pramudita (2009) dengan judul “Pengaruh Efektivitas Penggunaan Modal
Kerja terhadap Profitabilitas KPN Werdhi Yasa Kecamatan Buleleng
Periode 2003-2008”. Variabel independen yang dipakai adalah tingkat
perputaran kas, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang
dan jumlah anggota., sedangkan variabel dependennya adalah profitabilitas
koperasi. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas penggunaan modal
kerja dilihat dari perputaran kas ( 1X ), perputaran piutang ( 2X ),
perputaran persediaan ( 3X ), secara serempak berpengaruh positif terhadap
profitabilitas, dengan koefisien determinasi atau 2R =0,996 mempunyai
arti bahwa 99,6% profitabilitas dipengaruhi oleh perputaran kas ditambah
bank ( 1X ), perputaran piutang ( 2X ), perputaran persediaan ( 3X ),
sedangkan sisanya 0,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
3) Ayu Damayanti (2009) dengan judul “Tingkat perputaran Kas, Loan to
deposit ratio, Pertumbuhan Perusahaan, Intensitas Pengelolaan Utang dan
Profitabilitas Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar”. Hasil
penelitiannya adalah tingkat perputaran kas secara statistik berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas sedangkan loan to deposit ratio,
pertumbuhan perusahaan dan intensitas pengelolaan utang secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadapa profitabilitas. Secara serempak
tingkat perputaran kas, loan to deposit ratio, pertumbuhan perusahaan dan
42
intensitas pengelolaan hutang memiliki pengaruh yang signifikan pada
profitabilitas.
4) Matrisyasi Dewi (2010) dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan,
Tingkat Perputaran Kas, Jumlah Nasabah, Leverage Management dan
Spread Management pada Profitabilitas di Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) Kabupaten Badung Selatan. Hasil penelitian adalah variabel
pertumbuhan perusahaan, tingkat perputaran kas dan jumlah nasabah
secara parsial berpengaruh tidak signifikan pada profitabilitas LPD di
Kabupaten Badung Selatan periode 2005-2009. Hipotesis kedua yaitu
pertumbuhan perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan pada
profitabilitas, hipotesis ketiga yaitu tingkat perputran kas secara parsial
berpengaruh signifikan pada profitabilitas dan hipotesis keempat yaitu
jumlah nasabah secara parsial berpengaruh pada profitabilitas yang
diajukan dalam penelitian ini tidak terbukti. Sedangkan variable leverage
management dan spread management secara parsial berpengaruh
signifikan pada profitabilitas LPD di Kabupaten Badung Selatan periode
2005-2009.
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan
penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan kajian teori relevan atau hasil penelitian sebelumnya maka
hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
43
2.3.1 Pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, perputaran
persediaan dan jumlah anggota secara serempak pada profitabilitas
Pramudita (2009) menyatakan manajemen modal kerja yang efektif
menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan
dalam jangka panjang. Pengelolaan manajemen modal kerja dapat dilihat dari
mengatur dan mengelola perputaran kas, perputaran piutang, perputaran
persediaan dan jumlah anggota yang memberi kontribusi terhadap profitabilitas
koperasi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikembangkan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
H1 : perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan
jumlah anggota secara serempak berpengaruh signifikan pada
profitabilitas Koperasi di Kecamatan Buleleng periode 2007–
2010.
2.3.2 Pengaruh perputaran kas secara parsial pada profitabilitas
Perputaran kas yang meningkat menyebabkan penyediaan dana dalam
bentuk pinjaman dapat dioptimalkan, sehingga menambah efisiensi dari keuangan
yang nantinya akan dapat meningkatkan profitabilitasnya (Susani, 2005:15).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H2 : perputaran kas secara parsial berpengaruh signifikan pada
profitabilitas Koperasi di Kecamatan Buleleng periode 2007 –
2010.
44
2.3.3 Pengaruh perputaran piutang secara parsial pada profitabilitas
Sarmi (2007) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode
terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya
piutang semakin cepat perusahaan mendapat keuntungan dari penjualan kredit
tersebut. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Dari penjelasan diatas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.
H3 : perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan pada
profitabilitas Koperasi di Kecamatan Buleleng periode 2007 –
2010.
2.3.4 Pengaruh perputaran persediaan secara parsial pada profitabilitas
Diah Martini dan Toto (2004) menyatakan perputaran persediaan dapat
dilihat dari perhitungan tingkat perputaran persediaannya karena semakin tinggi
tingkat perputaran persediaan akan menunjukkan semakin pendek waktu
terikatnya modal dalam persediaan. Dari penjelasan diatas dapat dikembangkan
hipotesis sebagai berikut.
H4 : perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan pada
profitabilitas Koperasi di Kecamatan Buleleng periode 2007 –
2010.
2.3.5 Pengaruh jumlah anggota secara parsial pada profitabilitas
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No.25/1992, salah satu
syarat pendirian koperasi di Indonesia adalah tersedianya minimal 20 orang. Dari
penjelasan diatas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.
45
H5 : jumlah anggota secara parsial berpengaruh signifikan pada
profitabilitas Koperasi di Kecamatan Buleleng periode 2007 –
2010.