bab ii kajian pustaka a. 1. kinerja keuangan a. …eprints.uny.ac.id/8984/3/bab 2...
TRANSCRIPT
11
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja menurut Indra Bastian (2006:274) adalah
gambaran pencapaian pelaksanaan/program/kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi.
Konsep kinerja keuangan menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri
(2002:275) adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode
tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba
rugi dan neraca.
Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-
alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
12
12
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
b. Manfaat Penilaian Kinerja
Adapun manfaat dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan kegiatannya.
2) Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,
maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai
kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
3) Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk
masa yang akan datang.
4) Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada
khususnya.
5) Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
c. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31)
adalah sebagai berikut:
13
13
1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat
ditagih.
2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali
pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar
deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami
hambatan atau krisis keuangan.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
a. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan
hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
14
14
lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai
usaha BPR.
Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Bank
Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya.
Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha
kecil dan masyarakat di daerah pedesaan.Bentuk hukum BPR dapat
berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank desa yang
khusus melayani masyarakat kecil di kecamatandan pedesaan
(Kasmir,2002:8)
b. Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah :
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2) Memberikan kredit.
3) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan
pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank
Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.
15
15
Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
1) Menerima simpanan berupa giro.
2) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3) Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan
concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke
bawah.
4) Melakukan usaha perasuransian.
5) Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang
dimaksud dalam usaha BPR.
Bank umum dan BPR memiliki tugas yang hampir serupa karena
sama-sama memberikan kredit pada masyarakat. Namun jika dilihat
dari definisinya, bank umum dan BPR memiliki perbedaan. Bank
Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Sedangkan
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui perbedaan antara keduanya
terletak pada kegiatan memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Bank umum memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran sedangkan
BPR tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
16
16
3. Laporan keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data
keuangan atau aktiva suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir
,1998:2)
Menurut penggunaanya, laporan keuangan bank dibedakan menjadi
tiga yaitu laporan keuangan untuk masyarakat, laporan keuangan untuk
keperluan manajemen bank, dan laporan keuangan untuk keperluan
pengawasan Bank Indonesia. Untuk kepentingan masyarakat, laporan
keuangan bank harus mengikuti pedoman dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK No. 31 Revisi 2000) tentang akuntansi
perbankan. Dalam PSAK tersebut laporan keuangan untuk masyarakat
terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Untuk kepentingan pengawasan
Bank Indonesia, jenis dan cara penyajian laporan keuangan bank harus
disajikan sesuai ketentuan tentang pelaporan bank umum yang telah
ditetapkan Bank Indonesia. Sedangkan untuk keperluan manajemen,
laporan keuangan bank disusun sesuai dengan kepentingan internal
perusahaan. (Indra Bastian dan Suhardjono, 2006:236)
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan atau dikenal dengan neraca adalah aktiva, kewajiban, dan
17
17
ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi
keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan
perubahan dalam berbagai unsur neraca.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan.
Tujuan umum laporan keuangan yang diatur dalam PAI yaitu:
1) Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercayai mengenai
aktiva dan kewajiban serta ekuitas suatu bank.
2) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu bank yang
timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3) Memberikan informasi keuangan yang membantu para pengguna
laporan di dalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan
laba.
4) Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
aktiva dan kewajiban suatu bank, seperti informasi mengenai
aktivitas pembayaran dan investasi.
18
18
5) Memberikan informasi tentang sejauh mana pengungkapan informasi
lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pengguna laporan, seperti informasi mengenai kebijakan
akuntansi yang dianut bank.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1,
tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1) Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagisejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin
menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen
berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.
Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk
19
19
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
c. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK (2007)
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok
yaitu:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pemakai
2) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memperngaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu,masa kini atau masa depan,
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3) Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya
20
20
sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan.Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
d. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Jumingan (2006:10) terdapat empat keterbatasan laporan
keuangan yaitu:
1) Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara
(interim final), bukan merupakan laporan final, karena laba rugi riil
(laba rugi final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau
dilikuidasi. Karena alasan tersebut laporan keuangan perlu disusun
untuk periode waktu tertentu, umumnya satu tahun atau 12 bulan.
Waktu periode ini dianggap sebagai periode akuntansi baku.
2) Laporan keuangan ditunjukkan dalam jumlah rupiah yang
tampaknya pasti. Jumlah rupiah ini bisa saja berbeda bila standar
yang digunakan berbeda, karena lebih dari satu standar yang
diperkenankan. Standar yang dimaksud adalah standar menilai
21
21
jumlah rupiah. Misalnya bila dibandingkan dengan laporan
keuangan suatu perusahaan jika seandainya perusahaan itu
dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda. Aktiva tetap
dinilai berdasarkan harga historisnya, jumlahnya kemudian
dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Jumlah bersihnya
tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap. Dalam keadaan
likuidasi, aktiva tidak berwujud seperti hakpaten, merek dagang,
biaya organisasi hanya dinilai satu rupiah.
3) Neraca dan laporan laba rugi mencerminkan transaksi-transaksi
keuangan dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu tersebut
mungkin nilai rupiah sudah menurun (daya beli rupiah menurun
karena kenaikan tingkat harga-harga). Oleh karena itu untuk
menghindari adanya analisis yang menyesatkan, analisis
perbandingan harus dilakukan dengan hati-hati.
4) Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap
mengenai keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak
mencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan
dan hasil usaha karena tidak semua faktor dapat diukur dalam
satuan uang. Faktor tersebut misalnya kemampuan dalam
menemukan penjual dan mencari pembeli, nama baik dan prestise
perusahaan di mata masyarakat, kepercayaan pihak luar kepada
perusahaan, efisiensi, loyalitas, dan integritas dari pimpinan dan
karyawan, kualitas barang yang dihasilkan, kondisi-kondisi
22
22
pesaingnya, keadaan perekonomian pada umumnya, dan
sebagainya.
e. Analisis Laporan Keuangan Perbankan
Analisis laporan keuangan perbankan bertujuan antara lain
untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan bank, untuk
mengetahui perkembangan perbankan dari suatu periode ke periode
berikutnya, sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasional dan penyususnan rencana kerja
anggaran bank, untuk memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan
perusahaan yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan
perbaikan/penyempurnaan dimasa yang akan datang dan sebagainya.
(Indra Bastian dan Suhardjono, 2006:284)
Metode analisis laporan keuangan yang lazim dipergunakan
dalam praktik perbankan anatara lain:
1. Analisis varians (variance analysis), yaitu metode analisis yang
dipergunakan untuk mengetahui pencapaian kinerja dibandingkan
dengan rencana kerja yang telah ditetapkan, serta
mengidentifikasikan terjadinya deviasi.
2. Analisis komparatif (comparative analysis), yaitu metode analisis
yang dilakukan dengan cara membandingkan keragaman usaha
bank pada suatu periode dengan periode lainnya, baik secara
absolut maupun relatif atas total/bagian tertentu.
23
23
3. Analisis lingkungan (environment analysis), yaitu metode analisis
yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil usaha yang
telah dicapai suatu unit kerja terhadap industri usaha yang sama di
wilayah kerjanya.
4. Analisis rasio (ratio analysis), yaitu metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan pos-pos tertentu dalam
neraca maupun laba rugi.
4. Analisis Rasio Keuangan
Dalam penyajian laporan keuangan terdapat banyak sekali analisis
rasio keuangan yang dapat dikembangkan dari data yang tersedia. Masing-
masing rasio tersebut mempunyai kegunaanya tergantung posisi keuangan
yang akan dilihat.
Analisis rasio keuangan sangat diperlukan bagi penilaian prestasi
suatu usaha yang telah dilakukan oleh sebuah perusahaan ataupun sebuah
usaha perbankan, terutama bagi manajemen dalam penyususnan kebijakan
strategi bank.
Analisis rasio tersebut diharapkan sangat membantu dalam
mengadakan analisis kondisi intern bank pada umumnya dan kondisi
keuangan bank pada khususnya (Ruddy Tri Santoso, 1995:87)
a. Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa
24
24
hutang – hutang jangka pendek (short time debt). Rasio keuangan yang
biasa digunakan untuk mengukur kondisi likuiditas bank adalah:
1) Current ratio
Current ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang
harus segera dipenuhi oleh Aktiva Lancar.
Current Ratio =
Semakin besar rasio tersebut semakin besar pula jaminan yang
diberikan oleh bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
2) Quick (Acid Test) Ratio
Quick (Acid Test) Ratio adalah kemampuan untuk membayar
hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih
likuid (quick assets).
Quick (Acid Test) Ratio =
Semakin besar rasio ini semakin besar pula jaminan bank untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
b. Analisis Leverage
Rasio ini disebut juga rasio solvabilitas yaitu mengukur perbandingan
dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari
kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini
menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman
25
25
(Bank). Analisis ini berguna untuk melihat dua aspek penting dari sisi
modal, yaitu:
1) Melihat modal yang dimiliki oleh sebuah bank apakah jumlahnya
sebanding dengan jumlah hutangnya. Dengan melihatnya maka
akan dapat diketahui risiko usaha perbankan. Bila ternyata jumlah
modal ini lebih kecil dari jumlah hutangnya (dan ini memang
umum terjadi dalam usaha perbankan), maka risiko usaha
perbankan lebih banyak ditanggung oleh para penyimpan dana.
2) Lebih banyaknya dana yang berasal dari pihak ketiga menunjukkan
bahwa bank memperoleh manfaat untuk memutarkan dana tersebut
hanya dengan modal yang relatif kecil.
Beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk menilai tingkat
leverage adalah:
1) Debt Ratio
Debt ratio adalah kemampuan setiap modal sendiri dari bank yang
dapat dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.
Debt ratio =
Semakin kecil rasio ini maka semakin banyak modal sendiri yang
dijadikan jaminan terhadap utang-utang bank tersebut.
2) Debt to Net Worth Ratio
Debt to net worth ratio adalah rasio yang menunjukkan berapa
bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan
26
26
utang, atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk
menjamin utang.
Debt to Net Worth Ratio =
Semakin kecil rasio ini semakin kecil utang yang harus ditanggung
oleh bank tersebut sehingga bank akan semakin baik dalam
memutarkan aktivanya untuk memperoleh keuntungan.
c. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh
tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber yang dimilikinya.
1) Fixed Assets Turnover
Fixed assets turnover merupakan kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva tetap bank di dalam suatu periode
tertentu dengan jumlah aktiva keseluruhan. Besarnya rasio
diperoleh dengan membagi jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh
bank dengan jumlah aktiva keseluruhan bank tersebut.
Fixed Assets Turnover =
Semakin besar rasio perbandingan ini semakin besar pula
kemampuan bank tersebut untuk menghasilkan asset melalui harga
tetap perusahaan.
2) Total Assets Turnover
Total assets turnover yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau
27
27
kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan
revenue.
Total Assets Turnover =
Semakin besar rasio tersebut semakin baik manajemen
pengelolaan aktiva bank yang bersangkutan.
d. Analisis Keuntungan (Profitabilitas)
Rasio ini disebut juga sebagai ratio rentabilitas yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan
mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.
Analisis profitabilitas mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai
oleh usaha operasional bank.
1) Profit Margin (PM)
Profit margin adalah rasio yang menggambarkan efisiensi sebuah
bank, wujud dari upaya bank untuk bisa menekan biaya sekecil
mungkin guna menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Profit Margin (PM) =
Semakin besar nilai rasiotersebut semakin tepat manajemen
penempatan dana dari bank yang bersangkutan, berarti bank
tersebut semakin efisiensi dalam pengelolaan dananya.
28
28
2) Return on Assets (ROA)
ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan.
ROA =
Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa bank semakin
produktif.
3) Return on Equity (ROE)
ROE adalah rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas
modal yang ditanamkan atau kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan
saham biasa.
ROE =
Semakin besar nilai ROE suatu bank berarti semakin baik bank
tersebut karena dalam menunjang pertumbuhan bisnisnya bank itu
memiliki cukup modal.
5. Analisis Rasio Keuangan Khusus untuk Bank
Di dalam neraca keuangan bank, khususnya bank yang beroperasi di
dalam negeri, perlu dibedakan antara bank devisa (yaitu bank yang
memiliki transaksi valuta asing) dan bank non devisa yang hanya
mempunyai transaksi rupiah saja. Selain itu bank devisa atau bank yang
mempunyai cabang diluar negeri juga perlu dipisahkan antara transaksi
29
29
rupiah dan valuta asingnya sehingga tidak menyesatkan peanalisis dan
pengambil keputusan dalam lingkungan bank tersebut.
a. Earning Assets to Total Assets Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar dana yang
terkumpul yang digunakan atau diinvestasikan pada harta yang
produktif.
Menurut Ruddy Tri Santoso (1995:101), beberapa contoh dari harta
produktif adalah:
1) Kelebihan dana di Bank Indonesia atau bank lain yang
menghasilkan bunga,
2) Efek-efek
3) Deposito pada bank lain
4) Pinjaman
5) Penyertaan
Earning Assets to Total Assets =
Semakin besar angka rasio ini maka semakin baik kebijaksanaan
penggunaan dana yang ditanamkan pada jenis-jenis harta yang
produktif.
b. Public Fund to Purchased Fund Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank di dalam
mengumpulkan dana dari masyarakat.
Public Fund to Purchased Fund =
30
30
Menurut Ruddy Tri Santoso (1995:102), dana masyarakat terdiri dari
Giro (Rekening Koran), Tabungan, Deposito berjangka, dan Setoran
jaminan (dari nasabah perorangan atau perusahaan). Sedangkan dana
non masyarakat terdiri dari kewajiban yang segera dapat dibayar,
pinjaman yang diterima,dan rupa-rupa pada sisi pasiva.
Apabila rasio ini menunjukkan angka lebih besar dari 1 (100%) maka
bank tersebut dinilai relatif berhasil dalam menghimpun dana
masyarakat dan tidak menggantungkan dari pasar uang atau pinjaman
Bank Indonesia.
c. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh dana
pinjaman yang bersumber dari dana simpanan masyarakat. Tinggi
rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut.
LDR =
Semakin tinggi nilai rasio maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut
kurang likuid dibandingkan dengan bank yang memiliki nilai rasio lebih
rendah.
d. Net Interest Margin
Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur jumlah pendapatan
bunga bersih suatu bank. Indikator ini penting mengingat usaha pokok
bank adalah membeli dan menjual dana.
NIM =
31
31
Dengan asumsi bahwa:
1) Item pendapatan bunga serta provisi dan komisi merupakan hasil
pendapatan penjualan dana
2) Biaya bunga dan provisi sebagai biaya pembelian dana
Apabila angka net interes margin positif berarti bank masih mampu
menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga
pembelian dana.
e. Bank Burden
Rasio ini merupakan indikator untuk menunjukkan seberapa jauh beban
usaha bank dalam penyelenggaraan kegiatan perbankan. Beban usaha
tersebut merupakan Net Overhead, yaitu selisih antara pendapatan non
bunga dengan biaya non bunga, yang tidak berkaitan langsung dengan
bisnis pembelian dan penjualan dana.
Bank Burden = PENDAPATAN BUKAN BUNGA – BIAYA BUKAN
BUNGA
Angka rasio ini biasanya selalu negatif sehingga kemampuan bank
dalam memikul beban tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara
Net Interest Margin dengan Net Overhead. Jika angka Net Interest
Margin lebih besar dari Net Overhead maka bank yang bersangkutan
masih mampu menanggung beban.
f. Ratio of Loan Write-off to Loan
Rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas pinjaman. Semakin besar
nilai rasio ini maka semakin besar risiko usaha perbankannya.
32
32
Ratio of Loan Write-off to Loan =
g. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur proporsi modal sendiri
dibandingkan dengan dana luar di dalam pembiayaan kegiatan usaha
perbankan. Modal yang dimaksud adalah modal disetor maupun dana
setoran modal, cadangan umum, cadangan lainnya, sisa laba tahun lalu,
laba tahun berjalan. CAR ini penting karena merupakan landasan bank
untuk mengembangkan kegiatan usahanya.
CAR =
Semakin besar nilai rasio tersebut, maka semakin baik posisi modal
sebuah bank.
6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Sebagai perusahaan yang bergerak di lembaga keuangan, peran
perbankan cukup penting dalam perekonomian. Mengingat hal tersebut
tingkat kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting guna
memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Perbankan yang sehat akan
mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan dengan baik,
yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalambentuk simpanan dan
menyalurkan dana dengan memberikan kredit atau pinjaman.
Menurut Peraturan Bank Indonesia tentang Tatacara Penilaian
Tinkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat, penilaian Tingkat Kesehatan
33
33
Bank Perkreditan Rakyat mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
sebagai berikut:
a. permodalan (capital)
b. kualitas aset produktif (assets)
c. manajemen (management)
d. rentabilitas (earning)
e. likuiditas (liquidity)
a. Capital (Permodalan)
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam
rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai
kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang
ditetapkan oleh otoritas moneter. (Taswan, 2005:127)
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank
dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia
dan kantor cabang bank yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang
didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau
primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa modal adalah dana
yang dimiliki oleh pemilik perusahaan untuk membiayai kegiatan usaha
sehingga menghasilkan laba.
Jenis modal bank:
1) Modal inti
34
34
a) Modal disetor
b) Agio saham
c) Cadangan umum
d) Cadangan tujuan
e) Laba ditahan
f) Laba tahun lalu
g) Laba tahun berjalan
h) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan.
2) Modal pelengkap
a) Cadangan revaluasi aktiva tetap
b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
c) Modal kuasi
d) Pinjaman subordinasi
Aspek permodalan yang dimaksud meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan
serta kemampuan permodalan Bank dalam mengcover aset
bermasalah.
2) Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan, rencana permodalan Bank untuk
mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan
35
35
dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan
permodalan Bank.
Bank Indonesia menetapkan kewajiban penyediaan modal minimum
yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi
tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Menurut Lukman Dendawijaya (2003) langkah-langkah perhitungan
penyediaan modal minimum bank sebagai berikut:
1) ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari
masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2) ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot
risiko dari masing-masing pos rekening tersebut.
3) Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif
4) Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara
modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan modal ATMR.
CAR =
5) Hasil perhitungan rasio di atas kemudian dibandingkan dengan
kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%).
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah
bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan
modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio
modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan
36
36
100% atau lebih, modal bank bersangkutan telah memenuhi
ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang
dari100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.
b. Asset (kualitas aset)
Menurut Munawir (1998:36) aktiva produktif adalah semua aktiva
dalam rupiah atau valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud
untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Aktiva
produktif tidak terbatas pada kekayaan bank yang berwujud.
Pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya-biaya
yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang
merupakan aktiva produktif. Aktiva produktif yang tidak berwujud,
misalnya goodwill, hak paten, hak cipta dan sebagainya. Aspek asset
meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1) Kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit,
perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan
penyisihan penghapusan aktiva produktif bermasalah, dan
kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
2) Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review)
internal, sistem dokumentasi,dan kinerja penanganan aktiva
produktif bermasalah.
c. Management (manajemen)
Aspek management meliputi penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
37
37
1) Manajemen umum
Faktor manajemen umum meliputi beberapa faktor, yaitu:
a) Manajemen strategi
b) Manajemen struktur
c) Manajemen sistem
2) Manajemen Risiko
Faktor manajemen risiko meliputi beberapa faktor, yaitu:
a) Manajemen likuiditas
b) Manajemen kredit
c) Manajemen operasional
d) Manajemen hukum
e) Manajemen pemilik/pengurus
Jumlah pertanyaan/pernyataan ditetapkan sebanyak 25
pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan/pernyataan manajemen
umum dan 15 pertanyaan/pernyataan manajemen risiko.
Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan
antara 0 sampai dengan 4 dengan kriteria sebagai berikut:
1) Nilai 0 mencerminkan kondisi yang lemah
2) Nilai 1, 2, 3 mencerminkan kondisi antara
3) Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik
Selanjutnya hasil penjumlahan nilai yang diperoleh dari
penilaian tersebut akan didapat nilai kredit. Nilai kredit ini
38
38
dikalikan dengan bobot faktor manajemen yang telah ditentukan
sebesar 20% sehingga didapat angka nilai kredit faktor manajemen.
d. Earnings (Rentabilitas)
Menurut Kasmir (2008:52), aspek rentabilitas merupakan ukuran
kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode
atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai bank yang bersangkutan.
Aspek rentabilitas (earnings) meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net
interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank.
2) Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan,
penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan
biaya, dan prospek laba internasional.
Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang
terus meningkat.
e. Liquidity (likuiditas)
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan
dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan,
giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua
permohonan kredit yang layak dibiayai (Kasmir 2008:51). Aspek
likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
39
39
1) rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan
to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi
pendanaan.
2) kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and
liabilities management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan,
dan stabilitas pendanaan.
Bank Pekreditan Rakyat (BPR) juga merupakan bagian dari sistem
lembaga keuanganperbankan yang harus sehat supaya bisa berkontribusi
maksimal dalam menggerakan perekonomian secara keseluruhan
khususnya di kalangan menengah. Pada dasarnya tingkat kesehatan BPR
dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yang
meliputi aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen,
Rentabilitas, dan Likuiditas (Booklet Perbankan Indonesia, 2010:110).
Kelima aspek tersebut biasa disingkat menjadi CAMEL. Hasil dari
penilaian dikategorikan dalam empat predikat yaitu Sehat, Cukup Sehat,
Kurang Sehat dan Tidak sehat.
40
40
Tabel 1. Bobot dari setiap CAMEL adalah sebagai berikut;
No Faktor CAMEL Bobot
1 Permodalan 30%
2 Kualitas aktiva produktif 30%
3 Kualitas manajemen 20%
4 Rentabilitas 10%
5 Likuiditas 10%
Sumber: Booklet Perbankan Indonesia
B. Penelitian yang relevan
Penelitian mengenai analisis penilaian kesehatan bank telah banyak
dilakukan, diantaranya:
1. Penelitian Ratna Tri (2003) tentang PenilaianTingkat Perkembangan
Kesehatan Bank dengan Menggunakan Analisis CAMEL Studi Kasus pada
BPR Artha Sumber Arum Yogyakarta Periode 2003-2006. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan rasio permodalan tertinggi pada periode 2003
sebesar 17,90 dan terendah pada periode 2006 sebesar 12,22. Rasio aktiva
produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif tertinggi pada
periode 2003 sebesar 7,5 dan terendah pada periode 2005 sebesar 14,4.
Rasio PPAD terhadap PPAPWD tertinggi pada periode 2003 dan 2004
sebesar 100 dan terendah pada periode 2006 sebesar 93,90. Rasio
manajemen selama periode 2003 sampai dengan 2006 menunjukkan sama
sebesar 100. Rasio ROA tertinggi pada periode 2003 sebesar 10,15 dan
41
41
terendah pada periode sebesar 0,28. Rasio BOPO tertinggi pada periode
2003 sebesar 75,77 dan terendah pada periode 2006 sebesar 112,80. Cash
ratio tertinggi pada periode 2006 sebesar 26,90 dan terendah pada periode
2004 sebesar 17,25. Rasio LDR tertinggi pada periode 2006 sebesar 74,43
dan terendah pada periode 2003 sebesar 85,26. Secara keseluruhan, trend
analisis CAMEL terbaik terjadi pada periode 2003 dengan jumlah factor
CAMEL 91,20 dengan trend 100 dan berpredikat sehat. Penelitian
terdahulu memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu mengenai
penelitian kesehatan bank. Perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian, penelitian terdahulu pada
BPR Artha Sumber Arum Yogyakarta periode 2003-2006 sedangkan
penelitian ini pada PD. BPR Bank Bantul periode 2009-2011.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Rachmaningsih (2009) yang berjudul
Penelitian Kesehatan Bank pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Periode 2007-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan bank dalam kondisi baik ditinjau dari lima aspek, yaitu
permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti saat ini yaitu mengenai peilaian kesehatan bank menggunakan
metode CAMEL dan penggunaan metode penelitian yaitu dengan metode
deskriptif. Namun pada subjek penelitian memiliki perbedaan, dimana
penelitian terdahulu melakukan penelitian pada bank umum yaitu Bank
42
42
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sedangkan peneliti saat ini melakukan
penelitian pada PD. BPR Bank Bantul.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Widyasmara (2010) yang
berjudul Analisis Komparasi Tingkat Kesehatan pada PD. BPR BKK
Kebumen dan PD. BPR Bank Pasar Kebumen di Kabupaten Kebumen
Periode 2004-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan antara PD. BPR BKK dan PD. Bank Pasar Kebumen memiliki
tingkat kesehatan bank yang berbanding terbalik satu sama lain, dan tingkat
perkembangan keduanya mempunyai hasil yang tidak menggembirakan,
serta untuk uji perbedaan pada rasio ROE dan ROA sedangkan untuk rasio
CAR, RORA, GROWTH, NPM, BOPO, dan LDR antara keduanya tidak
terdapat perbedaan yang signifikan. Persamaan penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini yaitu menilai tingkat kesehatan bank dan jenis penelitian
deskriptif. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana penelitian
terdahulu menggunakan 2 objek yaitu pada PD. BPR BKK kebumen dan
PD. BPR Bank Pasar Kebumen, sedangkan peneliti saat ini hanya
menggunakan satu objek yaitu pada PD. BPR Bank Bantul.
C. Kerangka Berpikir
Penilaian kinerja suatu perusahaan dalam hal ini adalah Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) yang dapat dilakukan dengan menggunakan
data keuangan yang dimiliki, yaitu dengan melakukan analisis laporan
keuangan.Analisis ini dilakukan karena nantinya dapat memberikan
43
43
informasi tentang tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai. Analisis
yang digunakan untuk menilai kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
adalah analisis CAMEL yang meliputi lima aspek, yaitu Capital, Asset,
Management, Earnings,dan Likuidity.
1. Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam
rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai
kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang
ditetapkan oleh otoritas moneter.
2. Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau
valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.
3. Manajemen adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha
secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia
bekerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama
ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
4. Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam
meningkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang
bersangkutan.
5. Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang – hutang jangka
pendek.
44
44
D. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek
permodalan (Capital) pada periode 2009-2011?
2. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek
Kualitas Aset Produktif (Assets) periode 2009-2011?
3. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek
Manajemen (management) periode 2009-2011?
4. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek
Rentabilitas (earnings) periode 2009-2011?
5. Bagaimana kinerja keuangan PD.BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek
Likuiditas (liquidity) periode 2009-2011?
6. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau secara
keseluruhan pada tahun 2009?
7. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau secara
keseluruhan pada tahun 2010?
8. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau secara
keseluruhan pada tahun 2011?
45
45
E. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan
antara variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2008:63). Dalam penelitian
ini paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Paradigma penelitian
Laporan Keuangan
Analisis CAMEL
Capital Assets Management Earnings Liquidity
Hasil Penelitian