bab ii kajian pustaka a. landasan teorirepository.ump.ac.id/3557/3/bab ii.pdf · melemahkan...

21
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri Rasa percaya diri bukanlah karunia Tuhan semata seperti halnya fisik. Rasa percaya diri juga tidak ada begitu saja saat seseorang membutuhkan. Perasaan percaya diri dimiliki seseorang jika ditumbuhkan, dibangun, dan diupayakan secara terus-menerus semenjak masih kanak-kanak hingga lanjut usia. Aunurrahman (2011: 184) menyatakan bahwa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental terhadap proses pembelajaran. Rasa percaya diri muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Rasa percaya diri membuat seseorang merasa optimis dalam memandang hidup, seseorang akan percaya dengan kemampuan yang dimiliki dalam membuat target keberhasilan. Mustari, 2014:5 menyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Percaya diri juga merupakan keyakinan individu atas kemampuan dalam menghasilkan level-level pelaksanaan yang mempengaruhi kejadian dalam kehidupan Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Rasa Percaya Diri

a. Pengertian Percaya Diri

Rasa percaya diri bukanlah karunia Tuhan semata seperti

halnya fisik. Rasa percaya diri juga tidak ada begitu saja saat

seseorang membutuhkan. Perasaan percaya diri dimiliki seseorang

jika ditumbuhkan, dibangun, dan diupayakan secara terus-menerus

semenjak masih kanak-kanak hingga lanjut usia. Aunurrahman (2011:

184) menyatakan bahwa percaya diri merupakan salah satu kondisi

psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan

mental terhadap proses pembelajaran. Rasa percaya diri muncul

ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas

tertentu untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan.

Rasa percaya diri membuat seseorang merasa optimis dalam

memandang hidup, seseorang akan percaya dengan kemampuan yang

dimiliki dalam membuat target keberhasilan. Mustari, 2014:5

menyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin akan

kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap

keinginan dan harapannya. Percaya diri juga merupakan keyakinan

individu atas kemampuan dalam menghasilkan level-level

pelaksanaan yang mempengaruhi kejadian dalam kehidupan

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

8

seseorang, dengan percaya diri seseorang akan sadar dengan

eksistensi diri dan inti kepribadian diri yang tidak dapat berubah

berlangsung selama hidup.

Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang membuat tidak sulit

dalam menyesuaikan lingkungan sekitar. Percaya diri (self-confidence)

adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan meyakini

seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi

penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya (Dariyo 2007: 206).

Individu yang mempunyai percaya diri biasanya mempunyai insiatif,

kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari

kekurangan dan kelebihan pada diri sendiri, berfikir positif,

menganggap semua permasalahan ada jalan keluarnya. Orang yang

tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung

melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif,

apatis (tidak peduli) dan cenderung apriori (tidak mengetahui).

Percaya diri juga terdapat dalam Al Quran pada surat Al Imran

ayat 139 yang menjelaskan bahwa: “Janganlah kamu bersikap lemah,

dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-

orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang

beriman”. Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai manusia janganlah

sampai mempunyai mental yang lemah, bersikaplah dengan percaya

diri karena manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan

derajat yang paling tinggi.

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

9

Percaya diri dapat disimpulkan yaitu sikap meyakini dan

memahami seluruh potensi yang dimiliki agar dapat dikembangkan

dan dipergunakan dalam kehidupannya. Rasa percaya diri sangat

penting dibutuhkan semua orang terutama siswa, karena dengan

memiliki rasa percaya diri, siswa akan mampu mengembangkan

potensi yang dimilikinya

b. Ciri-Ciri Percaya Diri

Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan memahami

kemampuan yang dimilikinya dengan mengetahui ciri-ciri rasa

percaya diri. Lina dan Klara (2010: 16) mengemukakan bahwa ciri-

ciri rasa percaya diri yaitu:

1) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, sehingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa

hormat orang lain;

2) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap menyesuaikan diri

demi diterima oleh orang lain atau kelompok;

3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, serta

berani menjadi diri sendiri;

4) Punya pengendalian diri yang baik;

5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau

kegagalan, ketergantungan dari usaha diri sendiri dan tidak

mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung

mengharapkan bantuan orang lain);

6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,

orang lain dan situasi di luar dirinya;

7) Memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga

ketika harapan itu tidak terwujud, seseorang tetap mampu

melihat sisi positif diri dan situasi yang terjadi.

c. Langkah-Langkah Percaya Diri

Orang yang percaya diri mempunyai cara dalam menumbuhkan

rasa percaya diri pada dirinya, adapun langkah-langkah untuk

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

10

memperbaiki kepercayaan diri sendiri untuk yakin terhadap

kemampuannya yang di jelaskan Lautser (2002: 11) yaitu sebagai

berikut:

1) Cari sebab-sebab merasa rendah diri. Jika sudah mengetahui

sebab itu, maka dapat dilakukan suatu perbaikan;

2) Atasi kelemahan yang dimiliki, hal yang terpenting harus

memiliki kemauan yang kuat, sehingga akan memandang

perbaikan kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya;

3) Mencoba mengembangkan bakat dan kemampuan lebih jauh,

sehingga dapat mengadakan kompensasi bagi kelemahan yang

dimilliki;

4) Bahagia dengan keberhasilan dalam suatu bidang tertentu dan

jangan ragu untuk bangga;

5) Bebaskan diri dari pendapat orang lain. Jangan berbuat

berlawanan dengan keyakinan diri sendiri;

6) Jika tidak puas dengan pekerjaan sendiri maka kembangkan

bakat melalui hobby, sehingga akan mengobati kekecewaan dan

dapat menjaga diri dari tidak yakin atas diri sendiri;

7) Jika dituntut untuk melakukan pekerjaan atau tugas yang sulit,

coba melakukan pekerjaan atau tugas tersebut dengan rasa

optimis;

8) Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas

tidak baik. Makin besar cita-cita maka akan semakin sulit untuk

memenuhi tuntutan tersebut;

9) Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang

lain;

10) Jangan mengambil motto yang dilakukan orang lain pasti dapat

dilakukan diri sendiri, karena tidak seorang pun mempunyai hasil

yang sama persis.

d. Indikator Rasa Percaya Diri

Kepercayaan diri merupakan sikap seseorang atau siswa yang

yakin terhadap kemampuan dirinya. Orang yang mempunyai rasa

percaya diri akan memiliki pandangan yang bersifat positif terhadap

dirinya sendiri dengan tidak perlu membandingkan-bandingkan

dirinya kepada terhadap orang lain. Indikator rasa percaya diri yang

dikemukakan oleh Mustari (2014: 57) adalah sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

11

1) Yakin terhadap Kemampuan Diri Sendiri

Seorang individu yakin terhadap kemampuan yang dimiliki

dengan optimis. Individu yang memiliki rasa optimis tidak akan

merasa ragu, malu, dan minder. Rasa optimis dibutuhkan semua

individu agar termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik.

2) Berani Melakukan Sesuatu yang Positif

Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan berani

mengungkapkan pendapat yang dimilikinya, seseorang akan

berusaha melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan suatu

masalah dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.

3) Bersungguh-sungguh dalam Melakukan Sesuatu

Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan

melakukan berbagai hal dengan yakin dan optimis. Orang yang

bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu akan dapat

berhasil meraih cita-cita dan keinginannya.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi

dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.

Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar

(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan

dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar pada aspek

pembentukan watak siswa. Prestasi belajar merupakan suatu masalah

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

12

yang bersifat perenial (dapat hidup secara terus-menerus) dalam

sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya

manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan

masing-masing (Arifin, 2011:12). Prestasi belajar dapat disimpulkan

yaitu hasil yang dicapai siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa dalam penguasaan materi yang telah disampaikan oleh guru.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan

manusia, karena manusia selalu mengejar prestasi selama masih

dalam lingkungan belajar. Prestasi belajar menjadi sangat penting,

karena mempunyai beberapa fungsi utama yang dikemukakan Arifin

(2011; 12) yaitu sebagai berikut:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai siswa;

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu

yang biasa disebut sebagai tendensi keingintahuan (couriosity)

dan merupakan kebutuhan umum manusia;

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi

siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam

meningkatkan mutu pendidikan;

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu

institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu

institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa.

Indikator ekstern dalam arti bahwa dalam tinggi rendahnya

prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan

siswa di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat;

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

13

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasaan) siswa dalam proses pembelajaran, siswa menjadi

fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswa diharapkan

dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil

interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam individu

maupun luar diri individu. Pengenalan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka

membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-

baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,

tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada

dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang ada di luar individu. Ahmadi dan Supriyono (2013:

138) menyatakan beberapa faktor internal dapat dijelaskan dibawah

ini:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

a) Faktor pengetahuan yang meliputi faktor potensial yaitu

kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi

yang telah dimiliki;

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

14

b) Faktor non pengetahuan, yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, yang tergolong faktor

eksternal yaitu:

a) Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok;

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian;

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas

belajar dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual

Faktor jasmaniah, psikologis, kematangan fisik atau psikis

dan lingkungan spiritual saling berinteraksi secara langsung

maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Banyak

faktor belajar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu faktor

stimulus belajar, faktor-faktor metode belajar, faktor-faktor

individual.

3. Model Learning Cycle 7E

a. Pengertian Learning Cycle 7E

Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat

pada siswa (student centered) (Febriana & Arief, 2013: 243).

Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase)

yang dilakukan oleh siswa dalam melakukan sesuatu yang konkret

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

15

(nyata) sehingga siswa memiliki pengalaman sendiri untuk

membangun pengetahuannya (Ngalimun, 2015: 171). Hartono (2013)

berpendapat bahwa penggunaan model Learning Cycle 7E dapat

memberikan perubahan pada gaya belajar siswa yaitu:

Model pembelajaran Learning Cycle 7E memberikan

situasi belajar yang melibatkan siswa aktif langsung dalam

proses pembelajaran untuk melakukan sebuah eksperimen atau

penyelidikan. Peran guru dalam penggunaan model Learning

Cycle 7E sebagai fasilitator dalam pengelolaan aktivitas siswa

untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran Learning Cycle pertama kali

diperkenalkan oleh Robert Karplus (1997) dalam Science Curriculum

Improvment Study (SCIS). Siklus belajar ini merupakan pembelajaran

dengan pendekatan konstruktivitis (memperoleh suatu makna dari

yang dipelajari). Model Learning Cycle pada mulanya terdiri dari

fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept

introduction), aplikasi konsep (concept application) (Wena, 2014:

170). Berlandaskan model awal ini, Rofi‟ah dan Azizah (2014: 101)

mengemukakan bahwa Arthur Elsenkraft kemudian mengembangkan

model 3E ke 5E menjadi 7E yang terdiri dari elicit (mendatangkan

pengetahuan awal siswa), engage (motivasi dan membangkitkan

siswa), explore (menyelidiki), explain (menjelaskan) elaborate

`(menerapkan), evaluated (evaluasi), extend (mengembangkan).

Febriana dan Arief (2013: 243) menyatakan beberapa langkah-

langkah pembelajaran Learning Cycle 7E yaitu sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

16

1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal)

Fase ini untuk mengetahui perkembangan awal siswa

terhadap materi yang akan dipelajari dengan cara memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang minat dan

respon siswa.

2) Engage (motivasi dan membangkitkan siswa)

Fase pertukaran informasi antara guru dan siswa

mengenai pertanyaan awal yang diberikan. Pada fase ini guru

juga memberitahukan tujuan pelajaran sekaligus memberikan

motivasi pada siswa.

Langkah-langkah selanjutnya dalam penggunaan model

Learning Cycle 7E dijelaskan Warsono dan Haryanto (2013:

100) yaitu:

3) Explore (menyelidiki)

Tahap ini merupakan kegiatan pokok pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam pokok bahasan atau topik

pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membangun pemahamannya sendiri. Pada tahap ini para siswa

berkesempatan terlibat secara langsung dengan fenomena atau

kejadian yang di selidiki dan bahan-bahan kajian. Siswa bekerja

sama dalam suatu tim, lalu mengalami pengalaman bersama

dengan saling berbagi dan berkomunikasi tentang pokok

pembelajaran. Guru bertindak sebagai fasilitator yang

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

17

menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan dan

memandu agar siswa fokus dalam pembelajaran.

4) Explain (menjelaskan)

Tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk

mengkomunikasikan materi yang telah dipelajarinya sejauh ini

dan menjelaskan maksudnya. Pada tahap ini, para siswa

menjelaskan pemahaman yang telah dipelajarinya dengan

berkomunikasi kepada rekan-rekannya.

5) Elaborate (menerapkan)

Tahap ini bertujuan untuk membuat siswa mampu

menerapkan konsep-konsep yang sudah siswa temukan untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan.

6) Evaluate (Evaluasi)

Tahap ini, baik siswa maupun guru menilai proses

pembelajaran dan pemahaman yang sudah dilakukan. Guru

menilai siswa dalam memperoleh pemahaman tentang konsep-

konsep pokok bahan ajar dan memperoleh pengetahuan baru.

Evaluasi dan penilaian dapat berlangsung selama proses

pembelajaran.

7) Extend (mengebangkan)

Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan

pengetahuan barunya dan secara berkesinambungan melakukan

eksplorasi dari implikasi. Tahap ini juga para siswa

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

18

mengembangkan konsep-konsep yang telah di pelajarinya,

membuat jalinan dengan konsep yang terkait lainnya, kemudian

mengaplikasikan pemahamannya di dalam dunia nyata.

b. Keuntungan dan kekurangan model Learning Cycle 7E dapat

memberikan pengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Beberapa

keuntungan model Learning Cycle 7E yang dijelaskan Ngalimun

(2016: 176) sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara

aktif dalam proses pembelajaran;

2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa;

3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna;

Beberapa kekurangan model Learning Cycle 7E pada proses

pembelajaran yaitu:

1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai

materi dan langkah-langkah pembelajaran;

2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang

dan melaksanakan proses pembelajaran;

3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan

terorganisasi;

4) Memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak dalam menyusun

rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Cara untuk mengatasi kekurangan agar pembelajaran tetap

berjalan yaitu mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

supaya pembelajaran dapat berjalanan sesuai rencana. Menguasai

materi, supaya guru dapat mengontrol kelas agar siswa aktif dalam

kegiatan eksperimen serta menyiapkan media yang dapat mendukung

kelancaran proses pembelajaran.

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

19

4. LKS (Lembar Kerja Siswa)

a. Pengertian LKS

Lembar Kerja Siswa yang digunakan guru dan siswa dalam

membantu proses pembelajaran. LKS merupakan lembaran-lembaran

tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Prastowo 2011: 203). LKS

bukan merupakan singkatan dari lembar kegiatan siswa, akan tetapi

lembar kerja siswa, yaitu materi yang sudah dikemas sesuai dengan

kompetensi dasar, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari

materi ajar khususnya tentang tanah secara mandiri. Lembar kerja

siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan

dengan materi yang akan diajarkan. Lembaran kerja siswa berisikan

petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas (Rofi‟ah

& Azizah, 2014: 101).

Beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa LKS

merupakan sarana bahan ajar yang dipergunakan oleh guru dan siswa

dalam membantu proses pembelajaran, yang dikemas sesuai dengan

kompetensi dasar yang bertujuan memudahkan guru dalam mengajar

serta melatih siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas untuk

meningkatkan pengetahuan siswa. LKS juga merupakan suatu bahan

ajar cetak yang berupa lembaran kertas yang berisikan materi,

ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas yang dikerjakan

oleh siswa, mengacu pada kompetensi dasar.

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

20

b. Fungsi LKS

LKS digunakan dalam membantu guru dalam proses

pembelajaran. Berdasarkan pengertian mengenai LKS, dapat

diketahui bahwa LKS memiliki empat fungsi yang di jelaskan

Prastowo (2011: 205) sebagai berikut:

1) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran guru, namun

lebih mengaktifkan siswa;

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami

materi yang diberikan;

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas, dan kaya akan tugas untuk

berlatih;

4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

c. Tujuan Penyusunan LKS yang di jelaskan Prastowo (2011: 206)

sebagai berikut:

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk

berinteraksi dengan materi yang diberikan;

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan materi

siswa terhadap materi yang diberikan;

3) Melatih kemandirian belajar siswa;

4) Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa.

5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu

Pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris science. Kata

science berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan

tersusun secara sistematik (aturan), dan dalam penggunaanya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam (Trianto 2014: 136).

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

21

IPA adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan

dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan

didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi (penarikan

kesimpulan dari umum ke khusus) (Trianto, 2014: 136). Berdasarkan

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta melalui

kegiatan eksperimen yang dapat menjelaskan suatu kejadian. Hasil

dari kejadian alam akan menghasilkan sebuah kesimpulan.

b. Fungsi dan Tujuan IPA

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum

berbasis kompetensi (Trianto, 2014: 138) yaitu:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

2) Mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah;

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga yang mengerti sains dan

teknologi;

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa kajian relevan dari penelitian sebelumnya yang digunakan

dalam penelitian. Kajian relevan yang digunakan yaitu hasil penelitian yang

berhubungan dengan penggunaan model Learning Cycle 7E. Penggunaan

model Learning Cycle 7E juga didukung pada penelitian yang dilakukan oleh

Mustari, Margo & Susilowati (2016) dengan judul Peningkatan Aktivitas dan

Hasil Belajar Siswa pada Konsep Energi Panas dan Energi Bunyi Melalui

Model Learning Cycle (LC) 7E, diketahui bahwa dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Babakan Wangi. Hasil

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

22

rata-rata nilai aktivitas belajar siswa pada siklus I tindakan I aspek

mengemukakan pendapat yaitu 1,62, bekerja sama 1,94. Siklus II aspek

mengemukakan pendapat yaitu 1,98, bekerjasama yaitu 2,31. Siklus III aspek

mengemukakan pendapat yaitu 2,42, bekerjasama yaitu 2,57. Penggunaan

model Learning Cycle 7E menjadikan siswa menjadi lebih aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, karena siswa terlibat langsung dari awal sampai

akhir pembelajaran. Sedangkan nilai rata-rata hasil evaluasi siklus I yaitu

52,95, siklus II yaitu 70,94 dan siklus III yaitu 86,99. Hasil peningkatan

tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai tujuan yang

ditetapkan.

Kajian penelitian yang kedua oleh Sumiyati, Sujana & Djuanda yang

berjudul Penerapan Model Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Proses Daur Air, hasil penelitian pada kelas V SD

Negeri Panyingkiran, Sumedang menunjukan bahwa secara keseluruhan hasil

belajar siswa pada setiap pelaksanaan tindakan siklusnya mengalami

peningkatan dari data awal meskipun jumlah siswa yang tuntas hanya sedikit

dan belum mencapai target. Pada siklus I, jumlah yang tuntas 11 siswa atau

47,84%. Pada siklus II persentase hasil belajar siswa mengalami kenaikan

yaitu jumlah siswa yang tuntas menjadi 16 siswa dengan persentase sebesar

69,56% dengan interpretasi yang cukup. Hasil siklus II belum mencapai

target sehingga perlu perbaikan dengan melakukan siklus III. Pada siklus III

hasil belajar siswa memperlihatkan persentase sebesar 90,91%. Target

keberhasilan hasil belajar siswa berhasil dicapai pada siklus III.

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

23

Kajian penelitian yang ketiga oleh Balta & Sarac (2016) tentang The

Effect of 7E Learning Cycle on Learning in Science Teaching: A Metanalysis

Study, menyatakan bahwa by using the learnig cycle students can learn

science concepts, fix the incorrect or incomplete knowledge, leran the

concepts profoundly, and adapt the learnings ganied in school to their daily

life. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa siklus belajar 7E memiliki efek

yang positif pada prestasi belajar siswa. Ukuran keseluruhan efek nilai yang

diperoleh dari studi independen dihitung sebagai 1,245 (% 95 CI, SE= 0,148)

antara keyakianan interval 956 dan 1,534 sesuai dengan model efek acak. Di

antara semua efek ukuran 32 memiliki efek positif sedangkan 3 lain memiliki

efek negatif.

Kajian penelitian yang keempat oleh Naqeeb (2015) yang berjudul

Improving Student’s Achievement in Biology Using 7E Instructional Model:

An Experimental Study. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan

efektifitas penggunaan model Learning Cycle 7E dan model tradisional.

Hasil penelitian menunjukan sebuah data (M = 11,03, SD = 3,903), (N = 61,

M = 16.62, SD = 3.967) yang diperoleh dari menguji prestasi dan menguji

proses ketrampilan sains dengan menggunakan uji t-test dan ANCOVA.

Sample t-test independen menunjukan bahwa ada perbedaan signifikan dalam

skor dari sains. Test ketrampilan terpadu digunakan sebagai kovariat.

ANCOVA menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam skor

post test rata-rata dari kelompok dan jenis kelamin dalam hal uji prestasi.

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

24

Disimpulkan bahwa penggunaan model Learning Cycle 7E lebih efektif dari

model pembelajaran tradisional dalam halprestasi siswa.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dibuat sesuai dengan latar belakang pada penelitian ini

yaitu menemukan sebuah permasalahan pada kelas V (lima) C di SD Negeri

Ajibarang Wetan. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran kelas V C

adalah rendahnya rasa percaya diri yang dimiliki siswa dan rendahnya

prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA. Permasalahan tersebut muncul

karena siswa masih pasif dan merasa malu ketika bertanya, mengeluarkan

pendapat dan di tunjuk ke depan kelas. Siswa menolak untuk maju ke depan

kelas, hal ini disebabkan karena siswa takut jika pendapat yang dikeluarkan

salah dan ditertawakan oleh siswa lain. Siswa kelas VC hanya saling tunjuk

antar teman, sehingga siswa yang berani maju hanya tertentu saja. Perasaan

malu siswa muncul karena siswa kurang percaya diri terhadap kemampuan

yang dimilikinya, sehingga membuat siswa jarang bertanya ketika mengalami

kesulitan memahami materi dan juga kurang memperhatikan guru pada saat

pembelajaran berlangsung. Kurangnya percaya diri siswa menyebabkan siswa

menerima materi tidak sesuai dengan indikator pembelajaran, hal ini

menjadikan prestasi belajar siswa rendah.

Rendahnya percaya diri dan prestasi belajar siswa perlu adanya upaya

penyelesaian dalam proses pembelajaran. Upaya penyelesaian yang akan

dilakukan yaitu memberikan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi

pada siswa kelas V C . Tindakan yang akan dilakukan dengan menggunakan

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

25

model atau media ketika pembelajaran berlangsung. Model yang akan

digunakan yaitu model Learning Cycle 7E berbantu LKS. Model Learning

Cycle 7E, diperkuat dengan penelitian sebelumnya oleh Febriana dan Arief

dengan judul penelitiannya yaitu Efektifitas Penerapan Pembelajaran Model

Learning Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Listrik

Dinamis Kelas X MAN Bangkalan, diketahui bahwa diperoleh bahwa hasil

belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan antara sebelum

dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 7E.

Peningkatan yang dialami kelas eksperimen 1 berkategori rendah 0%,

berkategori sedang sebanyak 88% dan berkategori tinggi sebanyak 12%.

Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 2

berkategori rendah 3%, berkategori sedang 69%, dan berkategori tinggi 28%.

Rata-rata hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 1

dan eksperimen 2 berturut-turut adalah 3,6 dan 3,4 termasuk dalam kategori

sangat baik, maka penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran

Learning Cycle 7E berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri dan

prestasi belajar IPA. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

26

Skema Kerangka Pikir

Bagan 2.1 Skema Kerangka Pikir

Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir

Dalam siklus I guru mengajarkan

K.D 7.1 mendeskripsikan proses

pembentukan tanah karena

pelapukan, dengan menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle

7E berbantu LKS untuk

meningkatkan rasa percaya diri dan

prestasi belajar siswa kelas V. Jika

dalam siklus 1 belum menapai

indikator keberhasilan maka perlu

adanya perbaikan disiklus

selanjutnya

Pada siklus II ini guru mengajarkan KD 7.2

mengidentifikasi jenis-jenis tanah, dengan

menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E

berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri

dan prestasi belajar siswa kelas V.

Siswa kurang aktif

dalam proses

pembelajaran sehingga

pembelajaran masih

berpusat pada guru.

Siswa kurang percaya

diri terhadap

kemampuannya

sehingga prestasi

belajar siswa

menurun.

Melalui model

Learning Cycle 7E

berbantu LKS dapat

meningkatkan rasa

percaya diri dan

prestasi belajar siswa

materi tanah kelas V

sekolah dasar.

Refleksi Jika dalam siklus I dan siklus

II belum tercapai indikator

keberhasilan maka penelitian

tetap berlanjut.

Siklus ?

Refleksi

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017

27

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka rumusan hipotesis tindakan

sebagai berikut:

1. Penggunaan model Learning Cycle 7E berbantu LKS pada materi tanah

kelas V di SD Negeri Ajibarang Wetan dapat meningkatkan rasa

percaya diri pada siswa.

2. Penggunaan model Learning Cycle 7E berbantu LKS pada materi tanah

kelas V di SD Negeri Ajibarang Wetan dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017